bab 1 refarat
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
1/30
BAB I
PENDAHULUAN
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi
dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. 1
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit inflamasi
autoimun kronis dengan etiologi yang belum diketahui serta manifestasi klinis,
perjalanan penyakit dan prognosis yang sangat beragam. Penyakit ini terutama
menyerang wanita usia reproduksi dengan angka kematian yang ukup tinggi.
!aktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam
patofisiologi SLE."
SLE menjadi penyakit rematik utama didunia selama #$ tahun terakhir.
Pre%alensi SLE diberbagai negara sangat ber%ariasi. Pre%alensi pada berbagai
populasi yang berbeda&beda ber%ariasi antara ".'1$$.$$$&$$1$$.$$$. SLE lebih
sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro, *ina dan mungkin juga
!ilipina. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada
usia 1+&$ tahun (masa reproduksi). !rekuensi pada pria berkisar (+,+&') 1.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
2/30
Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ
atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi
dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. SLE juga
merupakan penyakit inflamasi autoimun pada jaringan dan kompleks imun
sehingga mengakibatkan manifestasi klinis diberbagai sistem organ.1,-
Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang
berbeda.eratnya penyakit ber%ariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai
penyakit yang menimbulkan keaatan.
2.2 Epidemiologi
/nsiden tahunan SLE di 0merika serikat sebesar +,1 per 1$$.$$$
penduduk, sementara pre%alensi SLE di 0merika dilaporkan +" kasus per 1$$.$$$
penduduk, dengan rasio jender wanita dan laki&laki antara '&11. elum terdapat
data epidemiologi SLE yang menakup semua wilayah /ndonesia."
eberapa data yang ada di /ndonesia diperoleh dari pasien yang dirawat di
rumah sakit. ari # penelitian di epartemen /lmu Penyakit alam !akultas
2edokteran 3ni%ersitas /ndonesia 4S. r. *ipto 5angunkusumo, 6akarta yang
melakukan penelitian pada periode yang berbeda diperoleh data sebagai berikut
antara tahun 1'-'&1'7$ ditemukan + kasus SLE (/smail 0li)8 selama periode +
tahun (1'7"&1'7-) ditemukan 1 kasus SLE dari setiap --- kasus yang dirawat
(insiden sebesar 1+ per 1$.$$$ perawatan)8 antara tahun 1'99&1''$ (# tahun)
insiden rata&rata ialah sebesar #7,7 per 1$.$$$ perawatan. 1
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
3/30
Pasien SLE, '$: adalah wanita dengan usia diantara 1 dan + tahun.
Penyakit ini tiga kali lebih sering ditemukan pada populasi keturunan 0frika&
0merika.!rekuensi pada wanita dibanding pada pria berkisar antara (+,+&') 1. 1,#
SLE awalnya digambarkan sebagai suatu gangguan kulit, pada sekitar
19$$&an dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk ;kupu&
kupu
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
4/30
!aktor&faktor yang berperan
a. !aktor =enetik
2ejadian SLE lebih tinggi pada kembar mono>igotik ("+:) dibanding
dengan kembar di>igotik (#:), peningkatan frekuensi SLE pada
keluarga penderita SLE dibanding dengan kontrol sehat dan
peningkatan pre%alensi SLE pada kelompok etnik tertentu,
menguatkan dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam patogenesis
SLE.1
Elemen genetik yang paling banyak diteliti kontribusinya terhadap
SLE pada manusia adalah gen dari kompleks ?istokompatibilitas
5ayor (5?*). Penelitian populasi menunjukkan bahwa kepekaan
terhadap SLE melibatkan polimorfisme dari gen ?L0 (human
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
5/30
leucocyte antigen) kelas //. ?L0 berhubungan dengan adanya antibody
tertentu seperti anti&Sm (small nuclear ribonuclearm protein), anti&4o,
anti&La, anti&n4@P (nuclear ribonuclear protein) dan anti&@0. =en
?L0 kelas ///, khususnya yang mengkode komponen komplemen *"
dan *, memberikan resiko SLE pada kelompok etnik tertentu. Selain
itu SLE berhubungan dengan pewarisan defisiensi *1A, *1rs dan *".
Penurunan akti%itas komplemen meningkatkan kepekaan terhadap
antigen diri sendiri maupun antigen asing. 6ika beban antigen melebihi
kapasitas pembersih dari sistem imun, maka autoimunitas mungkin
terjadi.
b. !aktor ?omoral
SLE penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan 1,",- .
5etabolisme estrogen yang abnormal telah ditunjukkan pada kedua
jenis kelamin, dimana peningkatan hidroksilasi 1-a dari estrone
mengakibatkan peningkatan yang bermakna konsentrasi 1-a
hidroksiestron. 5etabolit 1- a lebih kuat dan merupakan feminising
estrogen. Perempuan dengan SLE juga mempunyai konsentrasi
androgen plasma yang rendah, termasuk testosteron,
dehidrotestosteron, dehidroepiandosteron (?E0) dan
dehidroepianrosteron (?E0S). 0bnormalitas ini mungkin disebabkan
oleh peningkatan oksidasi testosteron pada *&17 atau peningkatan
akti%itas aromatase jaringan. 2onsentrasi androgen berkorelasi negatif
dengan akti%itas penyakit. 2onsentrasi testosteron plasma yang rendah
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
6/30
dan meningkatnya konsentrasi luteinising hormone (L?) ditemukan
pada penderita SLE laki&laki. 6adi estrogen yang berlebihan dengan
akti%itas hormone androgen yang tidak adekuat pada laki&laki maupun
perempuan, mungkin bertanggung jawab terhadap perubahan respon
imun. 2onsentrasi progesteron didapatkan lebih rendah pada penderita
SLE perempuan dibandingkan dengan kontrol sehat.
Prolatin (P4L) adalah hormon terutama berasal dari kelenjar hipofise
anterior, diketahui menstimulasi respon imun selular dan humoral,
yang diduga berperan dalam patogenesis SLE. !ungsi P4L menyerupai
sitokin, yang mempunyai akti%itas endokrin , paraktin dan autokrin.
P4L diketahui menstimulasi sel B, sel naturl killer, makrofag, neutrofil,
sel hemopoietik *#C dan sel dendritik presentasi antigen.
. !aktor Lingkungan
0gen infeksi %irus Epstein&arr (ED) mungkin menginduksi respon
spesifik melalui kemiripan molekular (molecular mimicry) dan
gangguan terhadap regulasi imun. iet mempengaruhi produksi
mediator inflamasi , toksinobat&obatan memodifikasi respon selular
dan imunogenitas dari self antigen dan agen fisikkimia seperti sinar
ultra%iolet (3D) dapat memnyebabkan inflamasi, memiu apoptosis sel
dan enyebabkan kerusakan jaringan.
2. P!togenesis
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
7/30
Pada indi%idu dengan predisposisi genetik terhadap SLE, timbul gangguan
toleransi sel B terhadap self&antigen. 0kibatnya, terbentuk sel B yang autoreaktif
dan menginduksi sel untuk memproduksi autoantibodi. Pemiu toleransi ini
diduga berupa hormon seks (peningkatan hormon estrogen ditambah dengan
akti%itas androgen yang tidak adekuat), sinar ultra%iolet, obat&obatan
(prokainamid, hidrala>in, hlorproma>in, isonia>id, penitoin, penisilamin), dan
infeksi tertentu ( retro%irus, @0 bakteri, endotoksin) -
0utoantibodi yang terbentuk akan menyerang nukleus, sitoplasma,
permukaan sel, /g=, maupun faktor koagulasi (self-molecules). 0ntibodi spesifik
yang ditemukan pada SLE adalah 0@0 (0nti @ulear 0ntibody), anti&ds @0
(anti&ouble stranded @0) dan anti Sm antibodi. /katan autoantibodi ini dengan
antigennya akan membentuk kompleks imun yang beredar ke seluruh tubuh dan
diluar kemampuan fagosit mononuklear. 0danya deposit kompleks imun akan
memiu akti%itas sistem komplemen yang kemudian mengaktifkan respon
inflamasi gangguan organ terkait.1,-
".+ Patofisiologi
Faktor Predisposisi+Risk Faktor
SLE
(F.Predisposisi : seks, hormon,
ras, faktor lingkungan, UV, oat!
oatan, ahan kimia,
"irus#infeksi, imumunolog$
anormalitas%uto!antiodi
&.helper ' dari pada & suppresor sel
rea)ti"it$ immunit$%ntigen (*%, rionu)leoprotein, nu)leolar fa)tors
%ntigen sitoplasma (Riosom, )ardiopilin - permukaan
Sel darah %ntigen (/0, R/0s, Platelet%ntiodi erikatan dengan
1engakti"asi komplemen antigen2antiodi
3ompleks antigen! 4tak 3e5ang!ke5angpsikosisPersendian in6amasi
sendi%R&R7&7S#%R&R%L87%Pada antigen sel
darah
leukopeni
tromositopeni
Sensasi PanasER7&E1
V%S4*7L%&%
S7 Pem.
$eri+gatal
9istamin, prostaglandin,
7n6amasi pem.
LupusPementukan
4struk
3ortikostroi
3ataolisisSel mukosa
1erusak3eo)oran
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
8/30
2." #!nifest!si Klinis
Saat awitan pertama pada SLE mungkin hanya mengenai satu sistem organ
(manifestasi tambahan munul kemudian) atau multisistemik . =ambaran klinis
keterlibatan sendi atau muskuloskeletal dijumpai pada '$: kasus SLE, walaupun
artritis sebagai manifestasi awal hanya dijumpai pada ++: kasus. 1,7
& =ejala 2onstitusional
a. 2elelahan
2elelahan merupakan keluhan umum yang dijumpai pada SLE dan
biasanya mendahului berbagai manifestasi klinis. 2elelahan ini agak
sulit dinilai karena berbagai kondisi lain yang dapat meyebabkan
kelelahan seperti adanya anemia, meningkatnya beban kerja, konflik
kejiwaan serta pemakaian obat seperti prednison. 2elelahan dapat
diukur dengan menggunakan Profil of Mood States (P5S) dan tes
toleransi latihan. 0pabila kelelahan disebabkan oleh penyakit SLE
maka diperlukan pemeriksaan penunjang lain, yaitu kadar *# serum
yang rendah. 2elelahan akibat penyakit ini memberikan respon
terhadap pemberian steroid.
anemia
Perdarahan
1ulut
7nfeksi
Reaksi Perluasan
7nfeksi
Resti S$okResti Perluasan
7nfeksi
8agal 1ulti
0airan 7V
Luka pada mukosa
mulut - iir +8angguan integritas
$eri dan Panas
pada iir
4edema
9ipoproteinem
ia#9ipoalumi
Penurunan onkotikShift )airan ke
intestinal
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
9/30
b. Penurunan erat adan
2eluhan ini dijumpai pada sebagian penderita SLE dan terjadi dalam
beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Penurunan berat badan
ini dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan atau diakibatkan
gejala gastrointestial.
. emam
emam sebagai salah satu gejala konstitusional sulit dibedakan dari
sebab lain seperti infeksi, karena suhu tubuh dapat lebih dari $;*
tanpa adanya bukti infeksi lain seperti leukositosis. emam akibat SLE
biasanya tidak disertai mengigil.
d. Lain&lain
=ejala lain yang sering dijumpai pada SLE dapat terjadi sebelum atau
seiring dengan akti%itas penyakitnya seperti rambut rontok, hilangnya
nafsu makan, pembesaran kelenjar getah bening, bengkak, sakit
kepala, mual dan muntah.
1. 5anifestasi muskulosekeletal
?ampir semua pasien SLE mengalami artralgia dan mialgia, sebagian
besar mengalami artritis intermiten. @yeri sering melebihi temuan fisis
yang berupa pembengkakan fusiform sendi (paling sering mengenai sendi
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
10/30
antarfalang proksimal (0!P) dan metakarpofalang (52!) pada tangan,
pergelangan tangan dan lutut ), pembengkakan difus tanga dan kaki, dan
tendosino%itis. eformitas sendi jarang terjadi dengan 1$: pasien
mengalami deformitas leher angsa (swan neck) jari tangan dan pergeseran
ulnar pada sendi 52!. Erosi jarang terjadi, dapat ditemukan nodus
subkutis. 5iopati dapat bersifat inflamatorik (selama masa penyakit aktif)
atau sekunder akibat pengobatan (hipokalemia, miopati glukokortikoid,
miopati hidroksiklorokuin). @ekrosis iskemik tulang sering merupakan
penyebab nyeri panggul, lutut atau bahu pada pasien yang mendapat
glukokortikoid.1,7 ?al yang paling perlu diperhatikan adalah kemungkinan
adanya koinsidensi penyakit autoimun lain seperti 0rtritis reumatoid,
polymyositis, skleroderma atau manifestasi klinis penyakit&penyakit
tersebut merupakan bagian gejala SLE.
". 5anifestasi 2ulit
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
11/30
4uam kulit merupakan manifestasi SLE pada kulit yang telah lama dikenal
oleh para ahli. Sejak era 4ogerius, Paraelsus, ?ebra sebelum abad 1'
manifestasi kulit seperti seborea kongestifa, herpes esthimones dan
sebagainya telah diperdebatkan sebagai suatu lesi kulit pada SLE. Lesi
muko&kutaneus yang tampak sebagai bagian SLE dapat berupa reaksi
fotosensitifitas, diskoid LE (LE), subacute cutaneous lupus
erythematosus (S*LE) ,lupus profundus paniulitis, alopeia, lesi
%askular berupa eritema periungual, li%edo retiularis, telengietasis,
fenomena raynudFs atau %askulitis atau berak yang menonjol berwarna
putih perak dan dapat pula berupa berak eritema pada palatum mole dan
durum, berak atrofis, eritema atau depigmentasi pada bibir.
4uam malar ( kupu-kupu) adalah ruam eritematosa persisten, datar atau
meninggi, dipipi dan pangkal hidung, sering meluas kedagu dan teliga.
4uam ini bersifat fotosensitif. Bidak terjadi jaringan parut, dapat timbul
telangiektasis. 4uam makulopapula yang lebih difus, terutama dibagian
tubuh terpajan matahari, juga sering ditemukan dan biasanya
mengisyaratkan munulnya penyakit. ?ilangnya rambut kepala biasanya
terbatas tetapi dapat ekstensif, rambut sering tumbuh kembali pada lesi
SLE tetapi tidak pada lesi lupus diskoid (LE). LE terjadi pada "$:
pasien SLE dan juga dapat juga menyebabkan keaatan, karena lesi
memperlihatkan atrofi dan jaringan parut dibagian tengahnya, dengan
hilangnya apendiks kulit seara menetap.
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
12/30
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
13/30
?emoptisis merupakan keadaan yang serius apabila merupakan bagian
dari perdarahan paru akibat SLE ini dan memerlukan penanganan yang
tepat, dimana tidak hanya penggunaan steroid namuntindakan pengobatan
lain seperti lasmafaresis atau pemberian sitostatiska.
. 5anifestasi 2ardiologis
Perikardium, miokardium, endokardium ataupun pembuluh darah koroner
dapat terlibat pada penderita SLE, walaupun yang paling banyak terkena
adalah perikardium. Efusi dapat terjadi dan kadang&kadang temponade.
Perikarditis harus diurigai apabila dijumpai adanya keluhan nyer sub&
sternal, friction rub, gambaran silhouete signfoto dada, ataupun melalui
gambaran E2=, Ehoardiografi. 0pabila dijumpai adanya ritmia atau
gangguan konduksi, kardiomegali bahkan takikardi yang tidak jelas
penyebabnya, maka keurigaan adanya miokarditis perlu dibuktikan lebih
lanjut. Penyakit jantung koroner dapat pula dijumpai pada penderita SLE
dan bermanifestasi sebagai angina petoris, infark miokard atau gagal
jantung kongestif. 3sia muda dengan gejala penyakit yang panjang serta
penggunaan steroid jangka panjang.
Dal%ulitis, gangguan konduksi serta hipertensi menyerupai komplikasi lain
yang juga sering dijumpai pada penderita SLE . %egetasi pada katup
jantung merupakan akumulasi pada kompleks imun, sel mononuklear,
jaringan nekrosis, jaringan parut, hematoyin bodies , fibrin dan trombus
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
14/30
trombosit. 5anifestasi yang sering dijumpai adalah bising jantung sistolik
dan diastolik.1,+,7
+. 5anifestasi 4enal
2eterlibatan ginjal dijumpai pada $&7+: penderita yang sebagian besar
terjadi setelah + tahun menderita SLE. 4asio wanita pria dengan kelainan
ini 1$ 1 dengan punak insiden antara "$$ tahun. =ejala atau tanda
keterlibatan renal pada umumnya tidak tampak sebelum terjadi kegagalan
ginjal atau sindroma nefrotik. Pemeriksaan terhadap protein urine G+$$
mg" jam atau C# semi kwantatif, adanya etakan granular, hemoglobin,
tubuler, eritrosit tu gabungan serta pyuria (G+LP) tanpa bukti adanya
infeksi serta peningkatan serum kadar kreatinin menunjukkan adanya
keterlibatan pada penderita SLE.
-. 5anifestasi =astrointestinal
5anifestasi gastrointestinal tidak spesifik pada pasien SLE , karena dapat
merupakan erminan keterlibatan berbagai organ pada penyakit ini atau
sebagai akibat pengobatan. isfagia merupakan keluhan yang menonjol
pada saat penderita dalam keadaan tertekan dan sifatnya episodik,
walaupuntidak dapat dibuktikan adanya kelainan pada esofagus tersebut,
keuali gangguan motilitas.
2eluhan dispepsia yang dijumpai pada +$: pasien SLE, lebih banyak
dijumpai pada mereka yang memakai glukokortikoid. Pankreatitis akut
dapat timbul dan menjadi parah akibat SLE aktif atau akibat terapi
glukokortikoid dan a>atioprin. Peningkatan kadar amilase dapat
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
15/30
menerminkan pankreatitis, peradangan kelenjar liur, atau
makroamilasemia.
?epatomegali juga merupakan pembesaran organ yang dapat dijumpai
pada pasien SLE, disertai peningkatan serum S=BS=PB ataupun
fosfatase alkali dan L?.
7. 5anifestasi @europsikiatri
2eterlibatan susunan saraf pusat dapat bermanifestasi sebagai epilepsi,
hemiparesis, lesi saraf kranial, lesi batang otak, meningitis aseptik atau
myelitis trans%ersal.
Pembuktian adanya keterlibatan saraf pusat tidak terlalu banyak membantu
proses penegakkan diagnosis SLE. apat dijumpai kelainan EE= namun
tidak spesifik pada airan serebrospinal dapat ditemukan kmpleks imun,
kadar * rendah, peningkatan /g=, /g0 dan atau /g5, peningkatan jumlah
sel, peningkatan kadar protein atau penurunan kadar glukosa.
9. 5anifestasi ?emi&limfatik
Limfadenopati baik menyeluruh ataupun terlokalisir sering dijumpai pada
penderita SLE. 2elenjar getah bening yang paling sering terkena adalah
aksila dan ser%ikal, dengan karakteristik tidak nyeri tekan, lunak dan
ukuran ber%ariasi sampai #& m. rgan limfoid lain yang sering dijumpai
pula pada penderita SLE adalah splenomegali yang biasanya disertai oleh
pembesaran hati. 2erusakan lien berupa infark atau berkaitan dengan
adanya lupus antikoagulan.
'. ?ematologi
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
16/30
0nemia pada penyakit kronik terjadi pada sebagian pasien saat lupusnya
aktif. Pada sebagian pasien yang uji *oombsnya positif terjadi hemolisis.
?emolisis ini biasanya berespon terhadap glukokortikoid dosis tinggi.
Leukopenia sering ditemukan tetapi jarang menyebabkan infeksi rekuren
dan tidak memerluka terapi. Brombositopeni ringan sering terjadi,
trombositopenia berat disertai perdarahan dan purpura terjadi pada +: dan
harus di terapi dengan glukokortikoid dosis tinggi. Perbaikan jangka
pendek dapat diapai dengan pemberian globulin gamma intra%ena. ila
hitung trombosit tidak dapat menapai kadar yang memuaskan dalam "
minggu, harus dipertimbangkan splenektomi.
2.$ Dignosis
iagnosis SLE dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dn laboratorium.
K%ite%i! di!gnosti& SLE t!'(n 1))$ d!%iAmerican College of Rheumatology.
K%ite%i! Definisi
1. 4uam malar Eritema menetap, rata atau meninggi, di atas eminensia malar,
yang enderung mengenai lipatan nasolabial
". 4uam diskoid 5akula eritematosa yang meninggi dengan skala keratotik
adheren dan sumbatan folikel (jaringan parut atrofik dapat
terjadi pada lesi lama)
#. !otosensitif 4uam kulit akibat reaksi sinar matahari yang tidak biasa,
berdasarkan anamnesis pasien atau pengamatan dokter
. 3lserasi oral 3lserasi oral atau nasofaring, biasanya tidak nyeri, yang
diamati oleh dokter
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
17/30
+. 4adang sendi 0rthritis non&erosi%e yang melibatkan H" sendi perifer, yang
ditandai oleh nyeri, bengkak, atau efusi
-. Serositis (0) Pleuritis Pastikan riwayat berhubunga dengan nyeri
pleuritik atau bunyi menggosok oleh dokter atau adanya bukti
efusi pleura
0B03
() Perikarditis Berdokumentasi dari E2= atau bunyi
menggosok atau bukti efusi perikardial
7. =angguan ginjal(0) Persistent proteinuria G$,+ ghari atau G#C jika tidak
dilakukan kuantisasi
0B03
() *ellular ast 5ungkin sel darah merah, hemoglobin,
granular, tubular, atau ampuran
9. =angguan saraf (0) 2ejang Banpa adanya konsumsi obat&obatan atau
kekaauan metabolik misalnya, uremia, ketoasidosis, dan
ketidakseimbangan elektrolit
0B03
() Psikosis Banpa adanya konsumsi obat&obatan atau
kekaauan metabolik misalnya, uremia, ketoasidosis, danketidakseimbangan elektrolit
'. =angguan darah (0) ?emolyti anemia engan retikulositosis
0B03
() Leukopenia I$$$mm#pada H " kali pemeriksaan
0B03
(*) Limfopenia I1+$$mm#pada H " kali pemeriksaan
0B03
() Brombositopenia I1$$.$$$mm#tanpa adanya obat&
obatan
1$. =angguan
imun
(0) 0nti&@0 0ntibodi untuk @0 asli dalam titer abnormal
0B03
() 0nti&Sm 0danya antibodi terhadap antigen Sm nuklear
0B03
(*) Bemuan positif antibodi antifosfolipid berdasarkan (1)
tingkat /g= serum abnormal atau antibodi /g5 antiardiolipin,
(") hasil tes positif untuk antikoagulan lupus dengan
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
18/30
menggunakan metode standar, atau (#) sero&positif palsu untuk
tes sifilis positif paling tidak selama - bulan dan dikonfirmasi
dengan imobilisasi !reponema pallidumatau tes penyerapanfluorensens terhadap antibodi treponemal
11. 0b antinuklear Suatu titer antibodi antinulear yang abnormal berdasarkan
pemeriksaan immunofluorescencepada setiap titik waktu dan
tidak ada obat yang diketahui terkait dengan sindroma lupus
yang diinduksi obat
Seseorang dapat didiagnosis dengan SLE "ika ada # atau lebih dari $$ kriteria di
atas, secara serial atau bersamaan, selama inter%al pengamatan.
2eurigaan akan penyakit SLE bila dijumpai " atau lebih keterlibatan organ
sebagaimana terantum dibawah ini, yaitu
1. 6ender wanita pada usia rentang reproduksi
". =ejala konstitusional kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan
penurunan berat badan.
#. 5uskuloskeletal artritis, artralgia, miositis.
. 2ulit ruam kupu&kupu (butterfly atau malar rash), fotosensiti%itas, SLE
membranamukosa, alopesia, fenomena 4aynaud, purpura, urtikaria,
%askulitis.
+. =injal hematuria proteinuria, sindroma nefrotik.
-. =astrointestinal mual, muntah, nyeri abdomen.
7. Paru&paru pleurysi, hipertensi pulmonal, SLEi parenkim paru
9. 6antung perikarditis, endokarditis, miokarditis.
'. 4etikulo&endotel organomegali (limfadenopati, splenomegali,
hepatomegali).
1$. ?ematologi anemia, leukopenia, dan trombositopenia.
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
19/30
11. @europsikiatri psikosis, kejang, sindroma otakorganik, mielitis
trans%ersal, neuropati kranial dan perifer.
2.* Te%!pi
Edukasi
Penyuluhan dan inter%ensi psikososial, membentuk kelompok penderita
yang bertemu seara berkala.
Pada umumnya pasien SLE mengalami fotosensitifitas, sehingga harus
selalu diingatkan untuk tidak terlalu banyak terpapar oleh sinar matahari.
Selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang,
topi atau payung jika akan berjalan siang hari. Pekerjaan dimana pun harus
selalu dilindungi terhadap sinar matahari dari jendela.
Berapi konser%atif
0rtritis, artralgia dan mialgia.
2eluhan yang ringan analgetik sederhana atau obat antiinflamasi
nonsteroid. Perhatikan efek samping penggunaan obat&obatan yang
diberikan, agar tidak memperberat keadaan umum penderita. Efek
samping terhadap gastrointestinal, ginjal dan hepar harus diperhatikan,
misalnya dengan memeriksa kadar kreatinin serum seara berkala.
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
20/30
ila analgetik dan obat antiinflamasi nonsteroid tidak memberikan respon
yang baik , dapat mempertimbangkan pemberian obat antimalaria,
misalnya hidroksiklorokuin $$mghari. ila dlam - bulan obat ini tidak
memberikan efek yang baik, harus segera distop. Pemberian klorokuin I#
bulan dan hidroklorokuin G- bulan memerlukan e%aluasi oftalmologik,
karena mempunyai efek toksik terhadap retina.
Pada pasien yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap analgetik
atau anti&inlamasi non&steroid dan antimalaria maka dipertimbangkan
pemberian kortikosteroid dosis rendah, dengan dosis tidak lebih kurang
dari 1+mg, setiap pagi. 5etotreksat dosis rendah (7,+&1+mgminggu),
dapat dipertimbangkan untuk mengatasi artritis. @yeri pada 1 atau " sendi
yang menetap pada penderita SLE yang tidak menunjukkan bukti
tambahan peningkatan akti%itas penyakitnya, harus dipikirkan
kemungkinan adanya osteonekrosis, apalagi jika pasien mendapat terapi
kortikosteroid.
Lupus kutaneus
Penggunaan suncreen topikal berupa krem, minyak , lotio atau gel yang
mengandung P00 dan esternya, ben>onfenon salisilat dan sinamat yang
dapat menyerap sinar ultra%iolet 0 dan . Pemilihan preparat topikal harus
diperhatikan, karena glukokortikoid topikal, terutama yang berdifat
diflorinasi dapat menyebabkan atrofi kulit, depigmentasi, telengaiektasis
dan fragilitas.
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
21/30
3ntuk wajah dianjurkan penggunaan preparat steroid lokal berkekuatan
rendah dan tidak diflorinasi, misalnya hidrokortison, sedangkan kulit
badan dan lengan dapat digunakan steroid topikal berkekuatan sedang
misalnya betametason %alerat dan triamsinolon asetonid. 3ntuk lesi&lesi
hipertrofik , misalnya, daerah palmar dan plantar pedis dapat digunakan
steroid topikal berkekuatan tinggi misalnya betametason dipropionat.
Penggunaan krem glukokortikoid topikal berkekuatan tinggi harus dibatasi
selama " minggu, untuk kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih
rendah.
bat&obat anti malaria sangat baik karena memiliki efek sunblocking ,
antiinflamasi dan imunosupresan.
Berapi 0gregasif
ila timbul manifestasi SLE yang menganam nyawa, misalnya %askulitis,
lupus kutaneus yang berat, poliartritis, poliserositis, miokarditis
pneumonitis lupus, glomerulonefritis (bentuk ploriferatif), anemia
hemolitik, trombositopenia, sindrom otak organik, defek kognitif yang
berat , mielopati, neuro perifer dan krisis lupus ( demam tinggi dan
prostrasi) harus segera dimulai pemberian glukokortikoid dosis tinggi.
Prednison $,+mgkghari dapat diberikan pada pasien yang mengalami
gejala minor SLE seperti artritis dan gejala konstitusional. Pada
manifestasi mayor dapat diberikan prednison 1&1,+ mgkghari.
Pemberian bolus metilprednisolon intra%ena 1 gram atau 1+mgkg
selama #&+ hari dapat dipertimbangkan sebagai pengganti glukokortikoid
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
22/30
oral dosis tinggi, kemudian dilanjutkan dengan dosis oral prednison 1&1,+
mgkghari.
olus siklofosfamid intra%ena $,+&1 grm" dalam "+$ ml, @a*l $,':
selama -$ menit diikuti dengan pemberian airan " liter" jam setelah
pemberian obat. Siklofosfamid diindkasikan untuk
1. Penderita SLE yang membutuhkan steroid dosis tinggi
". Penderita SLE yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi
#. penderita SLE kambuh yang telah diterapi dengan steroid jangka lama
atau berulang.
. =lomerulonefritis difus awal
+. SLE dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid
-. penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin serum
tanpa adanya faktor&faktor ekstrarenal
7. SLE dengan manifestasi saraf pusat.
Pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal sampai +$:, dosis
siklofospamid diturunkan sampai sampai +$$&7+$ mgm". , jumlah leukosit
harus dipantau. ila leukosit menapai 1+$$ml, maka dosis berikutnya
diturunkan "+:. 2egagalan menekan jumlah leukosit sampai $$$ml
menunjukkan dosis harus ditingkatkan 1$: pada pemberian berikutnya.
Siklofosfamid diberikan selama - bulan dengan inter%al 1 bulan, kemudian
tiap # bulan selama " tahun. Selama pemberian siklofosfamid, dosis
steroid diturunkan seara perlahan dengan memperhatikan akti%itas
lupusnya. Boksisitas siklofosfamid meliputi nausea dan %omitus, alopesia,
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
23/30
sistitis hemoragika, keganasan kulit, penekanan fungsi o%arium dan
a>oospermia.
bat sitotoksik lain dan efektifitasnya lebih rendah dari siklofosfamid
adalah a>atioprin. 0>atioprin merupakan analog purin yang dapat
digunakan sebagai alternatif terhadap siklofosfamid dengan dosis 1
mgkghari diberikan seara per oral. apat diberikan -&1" bulan.
Berapi hormonal yang banyak digunakan adalah dana>ol, suatu androgen,
yang bermanfaat untuk mengatasi trombositopenia pada SLE dengan dosis
#$$&$$ mgkghari, diberi selama + hari berturut&turut, diikuti dosis
pemeliharaan setiap bulan untuk menegah kekambuhan.
2ontraindikasi defisiensi /g0.
Penatalaksanaan 2eadaan 2husus
Brombosis pada SLE
Brombosis sering kali merupakan manifestasi dari SLE dan sering
berhubungan dengan adanya antibodi antifodfolipid. alam
keadaan ini antikoagulan merupakan obat pilihan untuk
mengatasinya, misalnya warfarin dan mempertahankan nilai /@4 (
&nternational 'ormali(ation atio) #,+. ?al terutama sangat
penting untuk arteri karotis interna. 0ntikoagulan lupus, biasanya
mempunyai respon yang baik terhadap glukokortikoid dosis tinggi,
sedangkan antibodi antikardiolipin sangat resisten baik terhadap
glukokortikoid dosis tinggi maupun imunosupresan lain.
0bortus berulang pada SLE
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
24/30
3ntuk menekan aktifitas SLE, glukokortikoid ukup aman dan
tidak mempengaruhi janin, keuali betametason dan deJametason
karena dapat menapai janin dalam bentuk yang aktif. Pada
penderita dengan antifosfolipid yang belum pernah mengalami
abortus, dapat dipertimbangkan untuk tidak memberikan terapi
apapun.
Brombositopeni
Pada pasien SLE yang mengalami trombositopenia, harus
die%aluasi kemungkinan penyebab trombositopenianya. erikan
prednison $,+&1 mgkghari selama #& minggu, bila jumlah
trombosit I+$.$$$ml, kemudian dosis diturunkan seara bertahap.
Barget terapi ini adalah jumlah trombosit G+$.$$$ml. ila
prednison tidak memberikan efek perbaikan, dapat
dipertimbangkan pemberian dana>ol $$&9$$ mghari,
imunoglobulin atau splenektomi.
@efritis lupus
Penatalaksanaan umum
a. Pada semua penderita yang diduga menderita nefritis lupus
harus dilakukan biopsi ginjal bila tidak akan kontraindikasi,
karena hal ini akan menentukan strategi penatalaksanaan
lebih lanjut.
b. 2urangi asupan garam bila ada hipertensi, asupan lemak
bila ada dislipidemi, dan asupan protein bila fungsi ginjal
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
25/30
mulai terganggu. Perhatikan asupan kalsium untuk
menegah osteoporosis akibat steroid.
. erikan loopdiuretik untuk mengatasi edeme
d. ?indari penggunaan salisilat dan obat anti&inflamasi non
steroid
e. Berapi agresif terhadap hipertensi
f. ?indari kehamilan karena penderita nefritis lupus yang
hamil beresiko untuk menderita gagal ginjal.
g. Pada penderita nefritis lupus dengan manifestasi SLE
dikulit dapat dipertimbangkan pemberian antimalaria.
h. Pemantauan berkala akti%itas penyakit dan fungsi ginjal
yang meliputi tekanan darah, sedimen urine, kreatinin
serum, albumin serum, protein urin " jam, komplemen *#
dan anti @0.
erdasarkan hasil biopsi ginjal, maka diberikan terapi
spesifik untuk nefritis lupus sebagai berikut
1. 2las 1 tidak diperlukan terapi spesifik.
". 2las // beberapa penderita dengan lesi mesangeal,
tidak memerlukan terapi spesifik. Penderita klas /ib
dengan proteinuria G1gramhari, titer anti ds&@0 yang
tinggi dan *# yang rendah, harus diberikan prednison
"$mghari selama - minggu sampai # bulan, kemudian
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
26/30
dosisnya diturunkan seara bertahap, tergantung
aktifitas penyakit.
#. 2las /// dan /D. Pada keadaan ini risiko terjadinya gagal
ginjal dalam 1$ tahun lebih dari +$:, sehingga harus
diberikan terapi yang agresif. erikan prednison 1
mgkghari . minimal selama - minggu tergantung
respon kliniknya, kemudian dosisnya diturunkan seara
bertahap dan dipertahankan pada dosis1$&1+ mghari
selama " tahun. ila respon terhadap glukokortikoid
tidak dapat diapai , berikan siklofosfamid +$$&
1$$$mgm" setiap bulan selama - bulan kemudian#
bulan sekali selama " tahun. ila setelah diapai
perbaikan timbul perburukan lagi, dosis siklofosfamid
bulanan dapat diulang kembali atau berikan tambahan
bolus methilprednisolon tiap bulan. Sebagai ganti
siklofosfamid dapat juga diberikan a>atioprin, tetapi
efekti%itasnya lebih rendah dari siklofosfamid.
. 2las D. iberikan prednison 1 mgkghari selama -&
1" minggu, kemudin dosis diturunkan seara bertahap
sampai menapai 1$mghari dan dipertahankan sampai
1&" tahun. bat sitotoksik jarang diperlukan keuali bila
ada komponen proliferatif. Lesi membranosa murni
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
27/30
sangat jarang ditemukan, dan bila ditemukan dapat
dipertimbangkan pemberian siklosporin&0.
+. Penderita dengan kadar kreatinin serum G#mgdl untuk
jangka panjang tidak dianjurkan pemberian obat
sitotoksik. Penderita ini memerlukan dialisis atau
transplantasi ginjal. 3ntuk mengontrol akti%asi
ekstrarenal dapat diberikan prednison dosis pemelihraan
+&1$mghari. 4etriksi protein dan garam juga harus
diperhatikan, demikian juga tekanan darahnya.
2.). P%ognosis
Prognosis untuk SLE ber%ariasi dan bergantung pada keparahan gejala,
organ&organ yang terlibat, dan lama waktu remisi. SLE tidak dapat disembuhkan,
penatalaksaan ditujukan untuk mengatasi gejala prognosis berkaitan dengan
sejauh mana gejal&gejala dapat diatasi.#,+
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
28/30
BAB 3
KESI#PULAN
Systemik Lupus Erytematosus (SLE) yaitu penyakit jaringan ikat
autoimun yang diperantarai oleh autoantibodi dan kompleks imun dengan
menimbulkan inflamasi dan edera terutama pada persendian, kulit, darah dan
organ&organ internal. 4atio wanita dan perempuan yang mengalami penyakit ini
'&11 .
Penyakit lupus ditandai oleh interaksi yang simultan dan sekuensial yang
melibatkan
& Sel&sel B, sel&sel dan antigen&presenting ells
& Sitokin
& (0uto) antibodi
& (0uto) antigen
& 2ompleks imun
& 2omplemen
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
29/30
Lupus Eritematosus Sistemik merupakan saalah satu penyakit yang tidak
mudah didiagnosa dikarenakan banyaknya %ariasi dari manifestasi klinis yang
ditimbulkannya. alam melakukan penegakan diagnosa LES dibutuhkan adanya
pengamatan klinis yang baik serta pemeriksaan 0ntibodi 0ntinuklear (0@0),
yang keduanya harus menunjukan hasil yang positif.
Penatalaksanaan pada LES dapat dilakukan dengan dua ara yaitu terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Berapi non farmakologis diantaranya
edukasi dan program rehabilitasi, sedangkan terapi farmakologis meliputi terapi
konser%atif dan terapi agresif.
DA+TA, PUSTAKA
-
7/25/2019 Bab 1 Refarat
30/30
1. /sbagio, ?., 2asjmir, K/., Setyohadi, dan ., Suarjana, @. "$$'. uku
0jar Penyakit alam. 6ilid ///. Edisi D. 6akarta. Pusat Penerbit
epartemen /lmu Penyakit alam !2 3/.". 2endall,2, "$1#. 5uskulusekeletal. Bangerang Selatan 2arisma
Publishing =roup.
#. 4osani, S dan /sbagio ?., "$1. 2apita Selekta. 6ilid //. Edisi /D.
6akarta 5edia 0esulapius.
. ?anh ., "$1. ?arrison Prinsip&Prinsip /lmu Penyakit alam. Dolume
. 6ilid 1#. Kogyakarta E=*.
+. *arter, 50.,"$$-. Patofisiologi. Dolume ". 6ilid -. 6akarta E=*
-. , "$11. ignosis dan Pengelolaan Lupus Ertematosus Sistemik.
Perhimpunan 4eumatologi /ndonesia