bab 1 refarat

Upload: rizka-mardhatillah

Post on 27-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    1/30

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun

    yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ

    atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi

    dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. 1

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) merupakan penyakit inflamasi

    autoimun kronis dengan etiologi yang belum diketahui serta manifestasi klinis,

    perjalanan penyakit dan prognosis yang sangat beragam. Penyakit ini terutama

    menyerang wanita usia reproduksi dengan angka kematian yang ukup tinggi.

    !aktor genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam

    patofisiologi SLE."

    SLE menjadi penyakit rematik utama didunia selama #$ tahun terakhir.

    Pre%alensi SLE diberbagai negara sangat ber%ariasi. Pre%alensi pada berbagai

    populasi yang berbeda&beda ber%ariasi antara ".'1$$.$$$&$$1$$.$$$. SLE lebih

    sering ditemukan pada ras tertentu seperti bangsa negro, *ina dan mungkin juga

    !ilipina. Penyakit ini dapat ditemukan pada semua usia, tetapi paling banyak pada

    usia 1+&$ tahun (masa reproduksi). !rekuensi pada pria berkisar (+,+&') 1.1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    2/30

    Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit rematik autoimun

    yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ

    atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibodi

    dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. SLE juga

    merupakan penyakit inflamasi autoimun pada jaringan dan kompleks imun

    sehingga mengakibatkan manifestasi klinis diberbagai sistem organ.1,-

    Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ yang

    berbeda.eratnya penyakit ber%ariasi mulai dari penyakit yang ringan sampai

    penyakit yang menimbulkan keaatan.

    2.2 Epidemiologi

    /nsiden tahunan SLE di 0merika serikat sebesar +,1 per 1$$.$$$

    penduduk, sementara pre%alensi SLE di 0merika dilaporkan +" kasus per 1$$.$$$

    penduduk, dengan rasio jender wanita dan laki&laki antara '&11. elum terdapat

    data epidemiologi SLE yang menakup semua wilayah /ndonesia."

    eberapa data yang ada di /ndonesia diperoleh dari pasien yang dirawat di

    rumah sakit. ari # penelitian di epartemen /lmu Penyakit alam !akultas

    2edokteran 3ni%ersitas /ndonesia 4S. r. *ipto 5angunkusumo, 6akarta yang

    melakukan penelitian pada periode yang berbeda diperoleh data sebagai berikut

    antara tahun 1'-'&1'7$ ditemukan + kasus SLE (/smail 0li)8 selama periode +

    tahun (1'7"&1'7-) ditemukan 1 kasus SLE dari setiap --- kasus yang dirawat

    (insiden sebesar 1+ per 1$.$$$ perawatan)8 antara tahun 1'99&1''$ (# tahun)

    insiden rata&rata ialah sebesar #7,7 per 1$.$$$ perawatan. 1

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    3/30

    Pasien SLE, '$: adalah wanita dengan usia diantara 1 dan + tahun.

    Penyakit ini tiga kali lebih sering ditemukan pada populasi keturunan 0frika&

    0merika.!rekuensi pada wanita dibanding pada pria berkisar antara (+,+&') 1. 1,#

    SLE awalnya digambarkan sebagai suatu gangguan kulit, pada sekitar

    19$$&an dan diberi nama lupus karena sifat ruamnya yang berbentuk ;kupu&

    kupu

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    4/30

    !aktor&faktor yang berperan

    a. !aktor =enetik

    2ejadian SLE lebih tinggi pada kembar mono>igotik ("+:) dibanding

    dengan kembar di>igotik (#:), peningkatan frekuensi SLE pada

    keluarga penderita SLE dibanding dengan kontrol sehat dan

    peningkatan pre%alensi SLE pada kelompok etnik tertentu,

    menguatkan dugaan bahwa faktor genetik berperan dalam patogenesis

    SLE.1

    Elemen genetik yang paling banyak diteliti kontribusinya terhadap

    SLE pada manusia adalah gen dari kompleks ?istokompatibilitas

    5ayor (5?*). Penelitian populasi menunjukkan bahwa kepekaan

    terhadap SLE melibatkan polimorfisme dari gen ?L0 (human

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    5/30

    leucocyte antigen) kelas //. ?L0 berhubungan dengan adanya antibody

    tertentu seperti anti&Sm (small nuclear ribonuclearm protein), anti&4o,

    anti&La, anti&n4@P (nuclear ribonuclear protein) dan anti&@0. =en

    ?L0 kelas ///, khususnya yang mengkode komponen komplemen *"

    dan *, memberikan resiko SLE pada kelompok etnik tertentu. Selain

    itu SLE berhubungan dengan pewarisan defisiensi *1A, *1rs dan *".

    Penurunan akti%itas komplemen meningkatkan kepekaan terhadap

    antigen diri sendiri maupun antigen asing. 6ika beban antigen melebihi

    kapasitas pembersih dari sistem imun, maka autoimunitas mungkin

    terjadi.

    b. !aktor ?omoral

    SLE penyakit yang lebih banyak menyerang perempuan 1,",- .

    5etabolisme estrogen yang abnormal telah ditunjukkan pada kedua

    jenis kelamin, dimana peningkatan hidroksilasi 1-a dari estrone

    mengakibatkan peningkatan yang bermakna konsentrasi 1-a

    hidroksiestron. 5etabolit 1- a lebih kuat dan merupakan feminising

    estrogen. Perempuan dengan SLE juga mempunyai konsentrasi

    androgen plasma yang rendah, termasuk testosteron,

    dehidrotestosteron, dehidroepiandosteron (?E0) dan

    dehidroepianrosteron (?E0S). 0bnormalitas ini mungkin disebabkan

    oleh peningkatan oksidasi testosteron pada *&17 atau peningkatan

    akti%itas aromatase jaringan. 2onsentrasi androgen berkorelasi negatif

    dengan akti%itas penyakit. 2onsentrasi testosteron plasma yang rendah

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    6/30

    dan meningkatnya konsentrasi luteinising hormone (L?) ditemukan

    pada penderita SLE laki&laki. 6adi estrogen yang berlebihan dengan

    akti%itas hormone androgen yang tidak adekuat pada laki&laki maupun

    perempuan, mungkin bertanggung jawab terhadap perubahan respon

    imun. 2onsentrasi progesteron didapatkan lebih rendah pada penderita

    SLE perempuan dibandingkan dengan kontrol sehat.

    Prolatin (P4L) adalah hormon terutama berasal dari kelenjar hipofise

    anterior, diketahui menstimulasi respon imun selular dan humoral,

    yang diduga berperan dalam patogenesis SLE. !ungsi P4L menyerupai

    sitokin, yang mempunyai akti%itas endokrin , paraktin dan autokrin.

    P4L diketahui menstimulasi sel B, sel naturl killer, makrofag, neutrofil,

    sel hemopoietik *#C dan sel dendritik presentasi antigen.

    . !aktor Lingkungan

    0gen infeksi %irus Epstein&arr (ED) mungkin menginduksi respon

    spesifik melalui kemiripan molekular (molecular mimicry) dan

    gangguan terhadap regulasi imun. iet mempengaruhi produksi

    mediator inflamasi , toksinobat&obatan memodifikasi respon selular

    dan imunogenitas dari self antigen dan agen fisikkimia seperti sinar

    ultra%iolet (3D) dapat memnyebabkan inflamasi, memiu apoptosis sel

    dan enyebabkan kerusakan jaringan.

    2. P!togenesis

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    7/30

    Pada indi%idu dengan predisposisi genetik terhadap SLE, timbul gangguan

    toleransi sel B terhadap self&antigen. 0kibatnya, terbentuk sel B yang autoreaktif

    dan menginduksi sel untuk memproduksi autoantibodi. Pemiu toleransi ini

    diduga berupa hormon seks (peningkatan hormon estrogen ditambah dengan

    akti%itas androgen yang tidak adekuat), sinar ultra%iolet, obat&obatan

    (prokainamid, hidrala>in, hlorproma>in, isonia>id, penitoin, penisilamin), dan

    infeksi tertentu ( retro%irus, @0 bakteri, endotoksin) -

    0utoantibodi yang terbentuk akan menyerang nukleus, sitoplasma,

    permukaan sel, /g=, maupun faktor koagulasi (self-molecules). 0ntibodi spesifik

    yang ditemukan pada SLE adalah 0@0 (0nti @ulear 0ntibody), anti&ds @0

    (anti&ouble stranded @0) dan anti Sm antibodi. /katan autoantibodi ini dengan

    antigennya akan membentuk kompleks imun yang beredar ke seluruh tubuh dan

    diluar kemampuan fagosit mononuklear. 0danya deposit kompleks imun akan

    memiu akti%itas sistem komplemen yang kemudian mengaktifkan respon

    inflamasi gangguan organ terkait.1,-

    ".+ Patofisiologi

    Faktor Predisposisi+Risk Faktor

    SLE

    (F.Predisposisi : seks, hormon,

    ras, faktor lingkungan, UV, oat!

    oatan, ahan kimia,

    "irus#infeksi, imumunolog$

    anormalitas%uto!antiodi

    &.helper ' dari pada & suppresor sel

    rea)ti"it$ immunit$%ntigen (*%, rionu)leoprotein, nu)leolar fa)tors

    %ntigen sitoplasma (Riosom, )ardiopilin - permukaan

    Sel darah %ntigen (/0, R/0s, Platelet%ntiodi erikatan dengan

    1engakti"asi komplemen antigen2antiodi

    3ompleks antigen! 4tak 3e5ang!ke5angpsikosisPersendian in6amasi

    sendi%R&R7&7S#%R&R%L87%Pada antigen sel

    darah

    leukopeni

    tromositopeni

    Sensasi PanasER7&E1

    V%S4*7L%&%

    S7 Pem.

    $eri+gatal

    9istamin, prostaglandin,

    7n6amasi pem.

    LupusPementukan

    4struk

    3ortikostroi

    3ataolisisSel mukosa

    1erusak3eo)oran

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    8/30

    2." #!nifest!si Klinis

    Saat awitan pertama pada SLE mungkin hanya mengenai satu sistem organ

    (manifestasi tambahan munul kemudian) atau multisistemik . =ambaran klinis

    keterlibatan sendi atau muskuloskeletal dijumpai pada '$: kasus SLE, walaupun

    artritis sebagai manifestasi awal hanya dijumpai pada ++: kasus. 1,7

    & =ejala 2onstitusional

    a. 2elelahan

    2elelahan merupakan keluhan umum yang dijumpai pada SLE dan

    biasanya mendahului berbagai manifestasi klinis. 2elelahan ini agak

    sulit dinilai karena berbagai kondisi lain yang dapat meyebabkan

    kelelahan seperti adanya anemia, meningkatnya beban kerja, konflik

    kejiwaan serta pemakaian obat seperti prednison. 2elelahan dapat

    diukur dengan menggunakan Profil of Mood States (P5S) dan tes

    toleransi latihan. 0pabila kelelahan disebabkan oleh penyakit SLE

    maka diperlukan pemeriksaan penunjang lain, yaitu kadar *# serum

    yang rendah. 2elelahan akibat penyakit ini memberikan respon

    terhadap pemberian steroid.

    anemia

    Perdarahan

    1ulut

    7nfeksi

    Reaksi Perluasan

    7nfeksi

    Resti S$okResti Perluasan

    7nfeksi

    8agal 1ulti

    0airan 7V

    Luka pada mukosa

    mulut - iir +8angguan integritas

    $eri dan Panas

    pada iir

    4edema

    9ipoproteinem

    ia#9ipoalumi

    Penurunan onkotikShift )airan ke

    intestinal

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    9/30

    b. Penurunan erat adan

    2eluhan ini dijumpai pada sebagian penderita SLE dan terjadi dalam

    beberapa bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Penurunan berat badan

    ini dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan atau diakibatkan

    gejala gastrointestial.

    . emam

    emam sebagai salah satu gejala konstitusional sulit dibedakan dari

    sebab lain seperti infeksi, karena suhu tubuh dapat lebih dari $;*

    tanpa adanya bukti infeksi lain seperti leukositosis. emam akibat SLE

    biasanya tidak disertai mengigil.

    d. Lain&lain

    =ejala lain yang sering dijumpai pada SLE dapat terjadi sebelum atau

    seiring dengan akti%itas penyakitnya seperti rambut rontok, hilangnya

    nafsu makan, pembesaran kelenjar getah bening, bengkak, sakit

    kepala, mual dan muntah.

    1. 5anifestasi muskulosekeletal

    ?ampir semua pasien SLE mengalami artralgia dan mialgia, sebagian

    besar mengalami artritis intermiten. @yeri sering melebihi temuan fisis

    yang berupa pembengkakan fusiform sendi (paling sering mengenai sendi

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    10/30

    antarfalang proksimal (0!P) dan metakarpofalang (52!) pada tangan,

    pergelangan tangan dan lutut ), pembengkakan difus tanga dan kaki, dan

    tendosino%itis. eformitas sendi jarang terjadi dengan 1$: pasien

    mengalami deformitas leher angsa (swan neck) jari tangan dan pergeseran

    ulnar pada sendi 52!. Erosi jarang terjadi, dapat ditemukan nodus

    subkutis. 5iopati dapat bersifat inflamatorik (selama masa penyakit aktif)

    atau sekunder akibat pengobatan (hipokalemia, miopati glukokortikoid,

    miopati hidroksiklorokuin). @ekrosis iskemik tulang sering merupakan

    penyebab nyeri panggul, lutut atau bahu pada pasien yang mendapat

    glukokortikoid.1,7 ?al yang paling perlu diperhatikan adalah kemungkinan

    adanya koinsidensi penyakit autoimun lain seperti 0rtritis reumatoid,

    polymyositis, skleroderma atau manifestasi klinis penyakit&penyakit

    tersebut merupakan bagian gejala SLE.

    ". 5anifestasi 2ulit

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    11/30

    4uam kulit merupakan manifestasi SLE pada kulit yang telah lama dikenal

    oleh para ahli. Sejak era 4ogerius, Paraelsus, ?ebra sebelum abad 1'

    manifestasi kulit seperti seborea kongestifa, herpes esthimones dan

    sebagainya telah diperdebatkan sebagai suatu lesi kulit pada SLE. Lesi

    muko&kutaneus yang tampak sebagai bagian SLE dapat berupa reaksi

    fotosensitifitas, diskoid LE (LE), subacute cutaneous lupus

    erythematosus (S*LE) ,lupus profundus paniulitis, alopeia, lesi

    %askular berupa eritema periungual, li%edo retiularis, telengietasis,

    fenomena raynudFs atau %askulitis atau berak yang menonjol berwarna

    putih perak dan dapat pula berupa berak eritema pada palatum mole dan

    durum, berak atrofis, eritema atau depigmentasi pada bibir.

    4uam malar ( kupu-kupu) adalah ruam eritematosa persisten, datar atau

    meninggi, dipipi dan pangkal hidung, sering meluas kedagu dan teliga.

    4uam ini bersifat fotosensitif. Bidak terjadi jaringan parut, dapat timbul

    telangiektasis. 4uam makulopapula yang lebih difus, terutama dibagian

    tubuh terpajan matahari, juga sering ditemukan dan biasanya

    mengisyaratkan munulnya penyakit. ?ilangnya rambut kepala biasanya

    terbatas tetapi dapat ekstensif, rambut sering tumbuh kembali pada lesi

    SLE tetapi tidak pada lesi lupus diskoid (LE). LE terjadi pada "$:

    pasien SLE dan juga dapat juga menyebabkan keaatan, karena lesi

    memperlihatkan atrofi dan jaringan parut dibagian tengahnya, dengan

    hilangnya apendiks kulit seara menetap.

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    12/30

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    13/30

    ?emoptisis merupakan keadaan yang serius apabila merupakan bagian

    dari perdarahan paru akibat SLE ini dan memerlukan penanganan yang

    tepat, dimana tidak hanya penggunaan steroid namuntindakan pengobatan

    lain seperti lasmafaresis atau pemberian sitostatiska.

    . 5anifestasi 2ardiologis

    Perikardium, miokardium, endokardium ataupun pembuluh darah koroner

    dapat terlibat pada penderita SLE, walaupun yang paling banyak terkena

    adalah perikardium. Efusi dapat terjadi dan kadang&kadang temponade.

    Perikarditis harus diurigai apabila dijumpai adanya keluhan nyer sub&

    sternal, friction rub, gambaran silhouete signfoto dada, ataupun melalui

    gambaran E2=, Ehoardiografi. 0pabila dijumpai adanya ritmia atau

    gangguan konduksi, kardiomegali bahkan takikardi yang tidak jelas

    penyebabnya, maka keurigaan adanya miokarditis perlu dibuktikan lebih

    lanjut. Penyakit jantung koroner dapat pula dijumpai pada penderita SLE

    dan bermanifestasi sebagai angina petoris, infark miokard atau gagal

    jantung kongestif. 3sia muda dengan gejala penyakit yang panjang serta

    penggunaan steroid jangka panjang.

    Dal%ulitis, gangguan konduksi serta hipertensi menyerupai komplikasi lain

    yang juga sering dijumpai pada penderita SLE . %egetasi pada katup

    jantung merupakan akumulasi pada kompleks imun, sel mononuklear,

    jaringan nekrosis, jaringan parut, hematoyin bodies , fibrin dan trombus

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    14/30

    trombosit. 5anifestasi yang sering dijumpai adalah bising jantung sistolik

    dan diastolik.1,+,7

    +. 5anifestasi 4enal

    2eterlibatan ginjal dijumpai pada $&7+: penderita yang sebagian besar

    terjadi setelah + tahun menderita SLE. 4asio wanita pria dengan kelainan

    ini 1$ 1 dengan punak insiden antara "$$ tahun. =ejala atau tanda

    keterlibatan renal pada umumnya tidak tampak sebelum terjadi kegagalan

    ginjal atau sindroma nefrotik. Pemeriksaan terhadap protein urine G+$$

    mg" jam atau C# semi kwantatif, adanya etakan granular, hemoglobin,

    tubuler, eritrosit tu gabungan serta pyuria (G+LP) tanpa bukti adanya

    infeksi serta peningkatan serum kadar kreatinin menunjukkan adanya

    keterlibatan pada penderita SLE.

    -. 5anifestasi =astrointestinal

    5anifestasi gastrointestinal tidak spesifik pada pasien SLE , karena dapat

    merupakan erminan keterlibatan berbagai organ pada penyakit ini atau

    sebagai akibat pengobatan. isfagia merupakan keluhan yang menonjol

    pada saat penderita dalam keadaan tertekan dan sifatnya episodik,

    walaupuntidak dapat dibuktikan adanya kelainan pada esofagus tersebut,

    keuali gangguan motilitas.

    2eluhan dispepsia yang dijumpai pada +$: pasien SLE, lebih banyak

    dijumpai pada mereka yang memakai glukokortikoid. Pankreatitis akut

    dapat timbul dan menjadi parah akibat SLE aktif atau akibat terapi

    glukokortikoid dan a>atioprin. Peningkatan kadar amilase dapat

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    15/30

    menerminkan pankreatitis, peradangan kelenjar liur, atau

    makroamilasemia.

    ?epatomegali juga merupakan pembesaran organ yang dapat dijumpai

    pada pasien SLE, disertai peningkatan serum S=BS=PB ataupun

    fosfatase alkali dan L?.

    7. 5anifestasi @europsikiatri

    2eterlibatan susunan saraf pusat dapat bermanifestasi sebagai epilepsi,

    hemiparesis, lesi saraf kranial, lesi batang otak, meningitis aseptik atau

    myelitis trans%ersal.

    Pembuktian adanya keterlibatan saraf pusat tidak terlalu banyak membantu

    proses penegakkan diagnosis SLE. apat dijumpai kelainan EE= namun

    tidak spesifik pada airan serebrospinal dapat ditemukan kmpleks imun,

    kadar * rendah, peningkatan /g=, /g0 dan atau /g5, peningkatan jumlah

    sel, peningkatan kadar protein atau penurunan kadar glukosa.

    9. 5anifestasi ?emi&limfatik

    Limfadenopati baik menyeluruh ataupun terlokalisir sering dijumpai pada

    penderita SLE. 2elenjar getah bening yang paling sering terkena adalah

    aksila dan ser%ikal, dengan karakteristik tidak nyeri tekan, lunak dan

    ukuran ber%ariasi sampai #& m. rgan limfoid lain yang sering dijumpai

    pula pada penderita SLE adalah splenomegali yang biasanya disertai oleh

    pembesaran hati. 2erusakan lien berupa infark atau berkaitan dengan

    adanya lupus antikoagulan.

    '. ?ematologi

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    16/30

    0nemia pada penyakit kronik terjadi pada sebagian pasien saat lupusnya

    aktif. Pada sebagian pasien yang uji *oombsnya positif terjadi hemolisis.

    ?emolisis ini biasanya berespon terhadap glukokortikoid dosis tinggi.

    Leukopenia sering ditemukan tetapi jarang menyebabkan infeksi rekuren

    dan tidak memerluka terapi. Brombositopeni ringan sering terjadi,

    trombositopenia berat disertai perdarahan dan purpura terjadi pada +: dan

    harus di terapi dengan glukokortikoid dosis tinggi. Perbaikan jangka

    pendek dapat diapai dengan pemberian globulin gamma intra%ena. ila

    hitung trombosit tidak dapat menapai kadar yang memuaskan dalam "

    minggu, harus dipertimbangkan splenektomi.

    2.$ Dignosis

    iagnosis SLE dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dn laboratorium.

    K%ite%i! di!gnosti& SLE t!'(n 1))$ d!%iAmerican College of Rheumatology.

    K%ite%i! Definisi

    1. 4uam malar Eritema menetap, rata atau meninggi, di atas eminensia malar,

    yang enderung mengenai lipatan nasolabial

    ". 4uam diskoid 5akula eritematosa yang meninggi dengan skala keratotik

    adheren dan sumbatan folikel (jaringan parut atrofik dapat

    terjadi pada lesi lama)

    #. !otosensitif 4uam kulit akibat reaksi sinar matahari yang tidak biasa,

    berdasarkan anamnesis pasien atau pengamatan dokter

    . 3lserasi oral 3lserasi oral atau nasofaring, biasanya tidak nyeri, yang

    diamati oleh dokter

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    17/30

    +. 4adang sendi 0rthritis non&erosi%e yang melibatkan H" sendi perifer, yang

    ditandai oleh nyeri, bengkak, atau efusi

    -. Serositis (0) Pleuritis Pastikan riwayat berhubunga dengan nyeri

    pleuritik atau bunyi menggosok oleh dokter atau adanya bukti

    efusi pleura

    0B03

    () Perikarditis Berdokumentasi dari E2= atau bunyi

    menggosok atau bukti efusi perikardial

    7. =angguan ginjal(0) Persistent proteinuria G$,+ ghari atau G#C jika tidak

    dilakukan kuantisasi

    0B03

    () *ellular ast 5ungkin sel darah merah, hemoglobin,

    granular, tubular, atau ampuran

    9. =angguan saraf (0) 2ejang Banpa adanya konsumsi obat&obatan atau

    kekaauan metabolik misalnya, uremia, ketoasidosis, dan

    ketidakseimbangan elektrolit

    0B03

    () Psikosis Banpa adanya konsumsi obat&obatan atau

    kekaauan metabolik misalnya, uremia, ketoasidosis, danketidakseimbangan elektrolit

    '. =angguan darah (0) ?emolyti anemia engan retikulositosis

    0B03

    () Leukopenia I$$$mm#pada H " kali pemeriksaan

    0B03

    (*) Limfopenia I1+$$mm#pada H " kali pemeriksaan

    0B03

    () Brombositopenia I1$$.$$$mm#tanpa adanya obat&

    obatan

    1$. =angguan

    imun

    (0) 0nti&@0 0ntibodi untuk @0 asli dalam titer abnormal

    0B03

    () 0nti&Sm 0danya antibodi terhadap antigen Sm nuklear

    0B03

    (*) Bemuan positif antibodi antifosfolipid berdasarkan (1)

    tingkat /g= serum abnormal atau antibodi /g5 antiardiolipin,

    (") hasil tes positif untuk antikoagulan lupus dengan

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    18/30

    menggunakan metode standar, atau (#) sero&positif palsu untuk

    tes sifilis positif paling tidak selama - bulan dan dikonfirmasi

    dengan imobilisasi !reponema pallidumatau tes penyerapanfluorensens terhadap antibodi treponemal

    11. 0b antinuklear Suatu titer antibodi antinulear yang abnormal berdasarkan

    pemeriksaan immunofluorescencepada setiap titik waktu dan

    tidak ada obat yang diketahui terkait dengan sindroma lupus

    yang diinduksi obat

    Seseorang dapat didiagnosis dengan SLE "ika ada # atau lebih dari $$ kriteria di

    atas, secara serial atau bersamaan, selama inter%al pengamatan.

    2eurigaan akan penyakit SLE bila dijumpai " atau lebih keterlibatan organ

    sebagaimana terantum dibawah ini, yaitu

    1. 6ender wanita pada usia rentang reproduksi

    ". =ejala konstitusional kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi) dan

    penurunan berat badan.

    #. 5uskuloskeletal artritis, artralgia, miositis.

    . 2ulit ruam kupu&kupu (butterfly atau malar rash), fotosensiti%itas, SLE

    membranamukosa, alopesia, fenomena 4aynaud, purpura, urtikaria,

    %askulitis.

    +. =injal hematuria proteinuria, sindroma nefrotik.

    -. =astrointestinal mual, muntah, nyeri abdomen.

    7. Paru&paru pleurysi, hipertensi pulmonal, SLEi parenkim paru

    9. 6antung perikarditis, endokarditis, miokarditis.

    '. 4etikulo&endotel organomegali (limfadenopati, splenomegali,

    hepatomegali).

    1$. ?ematologi anemia, leukopenia, dan trombositopenia.

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    19/30

    11. @europsikiatri psikosis, kejang, sindroma otakorganik, mielitis

    trans%ersal, neuropati kranial dan perifer.

    2.* Te%!pi

    Edukasi

    Penyuluhan dan inter%ensi psikososial, membentuk kelompok penderita

    yang bertemu seara berkala.

    Pada umumnya pasien SLE mengalami fotosensitifitas, sehingga harus

    selalu diingatkan untuk tidak terlalu banyak terpapar oleh sinar matahari.

    Selalu menggunakan krem pelindung sinar matahari, baju lengan panjang,

    topi atau payung jika akan berjalan siang hari. Pekerjaan dimana pun harus

    selalu dilindungi terhadap sinar matahari dari jendela.

    Berapi konser%atif

    0rtritis, artralgia dan mialgia.

    2eluhan yang ringan analgetik sederhana atau obat antiinflamasi

    nonsteroid. Perhatikan efek samping penggunaan obat&obatan yang

    diberikan, agar tidak memperberat keadaan umum penderita. Efek

    samping terhadap gastrointestinal, ginjal dan hepar harus diperhatikan,

    misalnya dengan memeriksa kadar kreatinin serum seara berkala.

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    20/30

    ila analgetik dan obat antiinflamasi nonsteroid tidak memberikan respon

    yang baik , dapat mempertimbangkan pemberian obat antimalaria,

    misalnya hidroksiklorokuin $$mghari. ila dlam - bulan obat ini tidak

    memberikan efek yang baik, harus segera distop. Pemberian klorokuin I#

    bulan dan hidroklorokuin G- bulan memerlukan e%aluasi oftalmologik,

    karena mempunyai efek toksik terhadap retina.

    Pada pasien yang tidak menunjukkan respon adekuat terhadap analgetik

    atau anti&inlamasi non&steroid dan antimalaria maka dipertimbangkan

    pemberian kortikosteroid dosis rendah, dengan dosis tidak lebih kurang

    dari 1+mg, setiap pagi. 5etotreksat dosis rendah (7,+&1+mgminggu),

    dapat dipertimbangkan untuk mengatasi artritis. @yeri pada 1 atau " sendi

    yang menetap pada penderita SLE yang tidak menunjukkan bukti

    tambahan peningkatan akti%itas penyakitnya, harus dipikirkan

    kemungkinan adanya osteonekrosis, apalagi jika pasien mendapat terapi

    kortikosteroid.

    Lupus kutaneus

    Penggunaan suncreen topikal berupa krem, minyak , lotio atau gel yang

    mengandung P00 dan esternya, ben>onfenon salisilat dan sinamat yang

    dapat menyerap sinar ultra%iolet 0 dan . Pemilihan preparat topikal harus

    diperhatikan, karena glukokortikoid topikal, terutama yang berdifat

    diflorinasi dapat menyebabkan atrofi kulit, depigmentasi, telengaiektasis

    dan fragilitas.

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    21/30

    3ntuk wajah dianjurkan penggunaan preparat steroid lokal berkekuatan

    rendah dan tidak diflorinasi, misalnya hidrokortison, sedangkan kulit

    badan dan lengan dapat digunakan steroid topikal berkekuatan sedang

    misalnya betametason %alerat dan triamsinolon asetonid. 3ntuk lesi&lesi

    hipertrofik , misalnya, daerah palmar dan plantar pedis dapat digunakan

    steroid topikal berkekuatan tinggi misalnya betametason dipropionat.

    Penggunaan krem glukokortikoid topikal berkekuatan tinggi harus dibatasi

    selama " minggu, untuk kemudian diganti dengan yang berkekuatan lebih

    rendah.

    bat&obat anti malaria sangat baik karena memiliki efek sunblocking ,

    antiinflamasi dan imunosupresan.

    Berapi 0gregasif

    ila timbul manifestasi SLE yang menganam nyawa, misalnya %askulitis,

    lupus kutaneus yang berat, poliartritis, poliserositis, miokarditis

    pneumonitis lupus, glomerulonefritis (bentuk ploriferatif), anemia

    hemolitik, trombositopenia, sindrom otak organik, defek kognitif yang

    berat , mielopati, neuro perifer dan krisis lupus ( demam tinggi dan

    prostrasi) harus segera dimulai pemberian glukokortikoid dosis tinggi.

    Prednison $,+mgkghari dapat diberikan pada pasien yang mengalami

    gejala minor SLE seperti artritis dan gejala konstitusional. Pada

    manifestasi mayor dapat diberikan prednison 1&1,+ mgkghari.

    Pemberian bolus metilprednisolon intra%ena 1 gram atau 1+mgkg

    selama #&+ hari dapat dipertimbangkan sebagai pengganti glukokortikoid

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    22/30

    oral dosis tinggi, kemudian dilanjutkan dengan dosis oral prednison 1&1,+

    mgkghari.

    olus siklofosfamid intra%ena $,+&1 grm" dalam "+$ ml, @a*l $,':

    selama -$ menit diikuti dengan pemberian airan " liter" jam setelah

    pemberian obat. Siklofosfamid diindkasikan untuk

    1. Penderita SLE yang membutuhkan steroid dosis tinggi

    ". Penderita SLE yang dikontraindikasikan terhadap steroid dosis tinggi

    #. penderita SLE kambuh yang telah diterapi dengan steroid jangka lama

    atau berulang.

    . =lomerulonefritis difus awal

    +. SLE dengan trombositopenia yang resisten terhadap steroid

    -. penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan kreatinin serum

    tanpa adanya faktor&faktor ekstrarenal

    7. SLE dengan manifestasi saraf pusat.

    Pada penderita dengan penurunan fungsi ginjal sampai +$:, dosis

    siklofospamid diturunkan sampai sampai +$$&7+$ mgm". , jumlah leukosit

    harus dipantau. ila leukosit menapai 1+$$ml, maka dosis berikutnya

    diturunkan "+:. 2egagalan menekan jumlah leukosit sampai $$$ml

    menunjukkan dosis harus ditingkatkan 1$: pada pemberian berikutnya.

    Siklofosfamid diberikan selama - bulan dengan inter%al 1 bulan, kemudian

    tiap # bulan selama " tahun. Selama pemberian siklofosfamid, dosis

    steroid diturunkan seara perlahan dengan memperhatikan akti%itas

    lupusnya. Boksisitas siklofosfamid meliputi nausea dan %omitus, alopesia,

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    23/30

    sistitis hemoragika, keganasan kulit, penekanan fungsi o%arium dan

    a>oospermia.

    bat sitotoksik lain dan efektifitasnya lebih rendah dari siklofosfamid

    adalah a>atioprin. 0>atioprin merupakan analog purin yang dapat

    digunakan sebagai alternatif terhadap siklofosfamid dengan dosis 1

    mgkghari diberikan seara per oral. apat diberikan -&1" bulan.

    Berapi hormonal yang banyak digunakan adalah dana>ol, suatu androgen,

    yang bermanfaat untuk mengatasi trombositopenia pada SLE dengan dosis

    #$$&$$ mgkghari, diberi selama + hari berturut&turut, diikuti dosis

    pemeliharaan setiap bulan untuk menegah kekambuhan.

    2ontraindikasi defisiensi /g0.

    Penatalaksanaan 2eadaan 2husus

    Brombosis pada SLE

    Brombosis sering kali merupakan manifestasi dari SLE dan sering

    berhubungan dengan adanya antibodi antifodfolipid. alam

    keadaan ini antikoagulan merupakan obat pilihan untuk

    mengatasinya, misalnya warfarin dan mempertahankan nilai /@4 (

    &nternational 'ormali(ation atio) #,+. ?al terutama sangat

    penting untuk arteri karotis interna. 0ntikoagulan lupus, biasanya

    mempunyai respon yang baik terhadap glukokortikoid dosis tinggi,

    sedangkan antibodi antikardiolipin sangat resisten baik terhadap

    glukokortikoid dosis tinggi maupun imunosupresan lain.

    0bortus berulang pada SLE

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    24/30

    3ntuk menekan aktifitas SLE, glukokortikoid ukup aman dan

    tidak mempengaruhi janin, keuali betametason dan deJametason

    karena dapat menapai janin dalam bentuk yang aktif. Pada

    penderita dengan antifosfolipid yang belum pernah mengalami

    abortus, dapat dipertimbangkan untuk tidak memberikan terapi

    apapun.

    Brombositopeni

    Pada pasien SLE yang mengalami trombositopenia, harus

    die%aluasi kemungkinan penyebab trombositopenianya. erikan

    prednison $,+&1 mgkghari selama #& minggu, bila jumlah

    trombosit I+$.$$$ml, kemudian dosis diturunkan seara bertahap.

    Barget terapi ini adalah jumlah trombosit G+$.$$$ml. ila

    prednison tidak memberikan efek perbaikan, dapat

    dipertimbangkan pemberian dana>ol $$&9$$ mghari,

    imunoglobulin atau splenektomi.

    @efritis lupus

    Penatalaksanaan umum

    a. Pada semua penderita yang diduga menderita nefritis lupus

    harus dilakukan biopsi ginjal bila tidak akan kontraindikasi,

    karena hal ini akan menentukan strategi penatalaksanaan

    lebih lanjut.

    b. 2urangi asupan garam bila ada hipertensi, asupan lemak

    bila ada dislipidemi, dan asupan protein bila fungsi ginjal

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    25/30

    mulai terganggu. Perhatikan asupan kalsium untuk

    menegah osteoporosis akibat steroid.

    . erikan loopdiuretik untuk mengatasi edeme

    d. ?indari penggunaan salisilat dan obat anti&inflamasi non

    steroid

    e. Berapi agresif terhadap hipertensi

    f. ?indari kehamilan karena penderita nefritis lupus yang

    hamil beresiko untuk menderita gagal ginjal.

    g. Pada penderita nefritis lupus dengan manifestasi SLE

    dikulit dapat dipertimbangkan pemberian antimalaria.

    h. Pemantauan berkala akti%itas penyakit dan fungsi ginjal

    yang meliputi tekanan darah, sedimen urine, kreatinin

    serum, albumin serum, protein urin " jam, komplemen *#

    dan anti @0.

    erdasarkan hasil biopsi ginjal, maka diberikan terapi

    spesifik untuk nefritis lupus sebagai berikut

    1. 2las 1 tidak diperlukan terapi spesifik.

    ". 2las // beberapa penderita dengan lesi mesangeal,

    tidak memerlukan terapi spesifik. Penderita klas /ib

    dengan proteinuria G1gramhari, titer anti ds&@0 yang

    tinggi dan *# yang rendah, harus diberikan prednison

    "$mghari selama - minggu sampai # bulan, kemudian

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    26/30

    dosisnya diturunkan seara bertahap, tergantung

    aktifitas penyakit.

    #. 2las /// dan /D. Pada keadaan ini risiko terjadinya gagal

    ginjal dalam 1$ tahun lebih dari +$:, sehingga harus

    diberikan terapi yang agresif. erikan prednison 1

    mgkghari . minimal selama - minggu tergantung

    respon kliniknya, kemudian dosisnya diturunkan seara

    bertahap dan dipertahankan pada dosis1$&1+ mghari

    selama " tahun. ila respon terhadap glukokortikoid

    tidak dapat diapai , berikan siklofosfamid +$$&

    1$$$mgm" setiap bulan selama - bulan kemudian#

    bulan sekali selama " tahun. ila setelah diapai

    perbaikan timbul perburukan lagi, dosis siklofosfamid

    bulanan dapat diulang kembali atau berikan tambahan

    bolus methilprednisolon tiap bulan. Sebagai ganti

    siklofosfamid dapat juga diberikan a>atioprin, tetapi

    efekti%itasnya lebih rendah dari siklofosfamid.

    . 2las D. iberikan prednison 1 mgkghari selama -&

    1" minggu, kemudin dosis diturunkan seara bertahap

    sampai menapai 1$mghari dan dipertahankan sampai

    1&" tahun. bat sitotoksik jarang diperlukan keuali bila

    ada komponen proliferatif. Lesi membranosa murni

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    27/30

    sangat jarang ditemukan, dan bila ditemukan dapat

    dipertimbangkan pemberian siklosporin&0.

    +. Penderita dengan kadar kreatinin serum G#mgdl untuk

    jangka panjang tidak dianjurkan pemberian obat

    sitotoksik. Penderita ini memerlukan dialisis atau

    transplantasi ginjal. 3ntuk mengontrol akti%asi

    ekstrarenal dapat diberikan prednison dosis pemelihraan

    +&1$mghari. 4etriksi protein dan garam juga harus

    diperhatikan, demikian juga tekanan darahnya.

    2.). P%ognosis

    Prognosis untuk SLE ber%ariasi dan bergantung pada keparahan gejala,

    organ&organ yang terlibat, dan lama waktu remisi. SLE tidak dapat disembuhkan,

    penatalaksaan ditujukan untuk mengatasi gejala prognosis berkaitan dengan

    sejauh mana gejal&gejala dapat diatasi.#,+

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    28/30

    BAB 3

    KESI#PULAN

    Systemik Lupus Erytematosus (SLE) yaitu penyakit jaringan ikat

    autoimun yang diperantarai oleh autoantibodi dan kompleks imun dengan

    menimbulkan inflamasi dan edera terutama pada persendian, kulit, darah dan

    organ&organ internal. 4atio wanita dan perempuan yang mengalami penyakit ini

    '&11 .

    Penyakit lupus ditandai oleh interaksi yang simultan dan sekuensial yang

    melibatkan

    & Sel&sel B, sel&sel dan antigen&presenting ells

    & Sitokin

    & (0uto) antibodi

    & (0uto) antigen

    & 2ompleks imun

    & 2omplemen

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    29/30

    Lupus Eritematosus Sistemik merupakan saalah satu penyakit yang tidak

    mudah didiagnosa dikarenakan banyaknya %ariasi dari manifestasi klinis yang

    ditimbulkannya. alam melakukan penegakan diagnosa LES dibutuhkan adanya

    pengamatan klinis yang baik serta pemeriksaan 0ntibodi 0ntinuklear (0@0),

    yang keduanya harus menunjukan hasil yang positif.

    Penatalaksanaan pada LES dapat dilakukan dengan dua ara yaitu terapi non

    farmakologis dan terapi farmakologis. Berapi non farmakologis diantaranya

    edukasi dan program rehabilitasi, sedangkan terapi farmakologis meliputi terapi

    konser%atif dan terapi agresif.

    DA+TA, PUSTAKA

  • 7/25/2019 Bab 1 Refarat

    30/30

    1. /sbagio, ?., 2asjmir, K/., Setyohadi, dan ., Suarjana, @. "$$'. uku

    0jar Penyakit alam. 6ilid ///. Edisi D. 6akarta. Pusat Penerbit

    epartemen /lmu Penyakit alam !2 3/.". 2endall,2, "$1#. 5uskulusekeletal. Bangerang Selatan 2arisma

    Publishing =roup.

    #. 4osani, S dan /sbagio ?., "$1. 2apita Selekta. 6ilid //. Edisi /D.

    6akarta 5edia 0esulapius.

    . ?anh ., "$1. ?arrison Prinsip&Prinsip /lmu Penyakit alam. Dolume

    . 6ilid 1#. Kogyakarta E=*.

    +. *arter, 50.,"$$-. Patofisiologi. Dolume ". 6ilid -. 6akarta E=*

    -. , "$11. ignosis dan Pengelolaan Lupus Ertematosus Sistemik.

    Perhimpunan 4eumatologi /ndonesia