bab 2 fiddien

Upload: pakdejack

Post on 21-Feb-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    1/27

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. POLIP NASI

    2.1.1. Definisi Polip Nasi

    Polip nasi merupakan kelainan mukosa hidung berupa massa lunak

    yang bertangkai, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabuan, dengan

    permukaan licin dan agak bening karena mengandung banyak cairan.

    Umumnya sebagian besar polip ini berasal dari celah kompleks

    osteomearal (KOM) yang kemudian tumbuh ke arah rongga hidung.,!

    2.1.2. Epidemiologi

    Pre"alensi penderita polip nasi belum diketahui pasti karena hanya

    sedikit laporan dari hasil studi epidemiologi serta tergantung pada pemilihan

    populasi penelitian dan metode diagnostik yang digunakan. Pre"alensi polip

    nasi dilaporkan #$% pada orang dewasa di &ropa dan ',% di inlandia.

    *engan perbandingan pria dan wanita $ '+#. *i merika -erikat pre"alensi

    polip nasi diperkirakan antara #$' %. Pada anak$anak sangat jarang ditemukan

    dan dilaporkan hanya sekitar ,#%. Penelitian /arsen dan 0os di *enmark

    memperkirakan insidensi polip nasi sebesar ,12 per # orang per tahun

    (3ateman , erguson et al.1). *i 4ndonesia studi epidemiologi

    menunjukkan bahwa perbandingan pria dan wanita $ + # dengan pre"alensi

    ,%$',%.,,'

    2.1.3. Anaomi

    5idung luar berbentuk pyramid dengan bagian$bagiannya dari atas ke

    bawah+ #) pangkal hidung (bridge), ) dorsum nasi, ) puncak hidung, ') ala

    nasi, !) kolumela dan 1) lubang hidung (nares anterior). 5idung luar dibentuk

    oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat

    dan beberapa otot kecil yang ber6ungsi untuk melebarkan atau menyempitkan

    lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari #) tulang hidung (os nasalis), )

    prosesus 6rontalis os maksila dan ) prosesus nasalis os 6rontal, sedangkan

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    2/27

    4

    kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak

    di bagian bawah hidung, yaitu #) sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

    ) sepasang kartilago nasalis lateralis in6erior yang disebut juga sebagai

    kartilago ala mayor, ) beberapa pasang kartilago ala minor dan ') tepi anterior

    kartilago septum.

    7ongga hidung atau ka"um nasi berbentuk terowongan dari depan ke

    belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi ka"um

    nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk ka"um nasi bagian depan disebut

    nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

    menghubungkan ka"um nasi dengan naso6aring.

    8ambar .# Kerangka tulang dan tulang rawan

    8ambar . *inding lateral ka"um nasi

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    3/27

    5

    3agian ka"um nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di

    belakang nares anterior, disebut "estibulum. 9estibulum ini dilapisis oleh kulit

    yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut$rambut panjang yang

    disebut "ibrise.

    0iap ka"um nasi mempunyai ' buah dinding, yaitu dinding medial,

    lateral, in6erior dan superior.

    *inding medial hidung adalah septum nasi. -eptum dibentuk oleh

    tulang dan tulang rawan. 3agian tulang adalah (#) lamina prependikularis os

    etmoid, () "omer, () Krista nasalis os maksila dan (') krista nasalis os

    palatine. 3agian tulang rawan adalah (#) kartilago septum (lamina

    kuadrangularis) dan () kolumela. 3agian superior dan posterior disusun oleh

    lamona prependikularis os etmoid dan bagian anterior oleh kartilago septum

    (:uadrilateral), premaksila, dan kolumna membranousa. 3agian in6erior,

    disusun oleh "omer, maksila, dan tulang palatine dan bagian posterior oleh

    lamina sphenoidalis. -eptum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang

    rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula

    oleh mukosa hidung.

    8ambar. -eptum nasi

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    4/27

    6

    3agian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut ager nasi dan

    di belakangnya terdapat konka$konka yang mengisi sebagian besar dinding

    lateral hidung. Pada dinding lateral terdapat ' buah konka, yang terbesar dan

    letaknya paling bawah ialah konka in6erior, kemudian yang lebih kecil ialah

    konka media, lebih kecil lagi adalah konka superior, sedangkan yang terkecil

    disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka

    in6erior merupakan tulang tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin

    etmoid, sedangkan konka media, superior dan suprema merupakan bagian dari

    labirin etmoid.

    *i antara konka$konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga

    sempit yang disebut meatus. 0ergantung dari letak meatus, ada tiga meatus

    yaitu meatus in6erior, medius, dan superior. Meatus in6erior terletak diantara

    konka in6erior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada

    meatus in6erior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis. Meatus medius

    terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus

    medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilnaris dan

    in6undibulum etmoid. 5iatus semilunaris merupakan suatu celah sempit

    melengkung dimana terdapat muara sinus 6rontal, sinus maksila dan sinus

    etmoid anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka

    superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus

    sphenoid. *inding in6erior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh

    os maksila dan os palatum.

    *inding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk oleh

    lamina kribi6ormis, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung.

    3agian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan

    posterior yang merupakan cabang dari arteri o6talmika, sedangkan a. o6talmika

    berasal dari a. karotis interna.

    2.1.!. "isiologi

    Untuk 6isiologi hidung terkait dengan polip, pertama kita harus

    memahami Kompleks Osteomeatal (KOM), dimana struktur ini tersusun

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    5/27

    7

    dari prosessus unsinatus, in6undibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula

    etmoid, agger nasi, dan ressesuss 6rontalis. KOM ini merupakan unit

    6ungsional yang merupakan tempat "entilasi dan drainase dasri sinus$sinus

    anterior (maksila, etmoid anterior dan 6rontal). Karena 6ungsinya tersebut

    maka seandainya terjadi obstruksi pada celah yang sempit ini, maka akan

    terjadi perubahan yang signi6ikan pada sinus$sinus terkait serta perubahan

    pada mukosa yang menjadi salah satu predisposisi terjadinya polip

    hidung.#

    3eberapa 6ungsi hidung juga antara lain + #,

    #. -ebagai jalan na6as

    Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

    konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah naso6aring, sehingga

    aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara

    masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara

    inspirasi. kan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain

    kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari

    naso6aring.

    . Pengatur kondisi udara (air conditioning)

    ungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan

    udara yang akan masuk ke dalam al"eolus. ungsi ini dilakukan dengan cara+

    a. Mengatur kelembaban udara. ungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada

    musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini

    sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

    b. Mengatur suhu. ungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh

    darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang

    luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. *engan

    demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 2o ;.

    . -ebagai penyaring dan pelindung

    ungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

    dan dilakukan oleh+

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    6/27

    8

    a. 7ambut ("ibrissae) pada "estibulum nasi

    b. -ilia

    0ranspor benda asing yang tertimbun dari udara inspirasi ke 6aring di

    sebelah posterior, di mana kemudian akan ditelan atau diekspektorans,

    merupakan kerja silia yang menggerakan lapisan mukus dengan partikel

    yang terperangkap. liran turbulen dalam hidung memungkinkan

    paparan yang sangat luas antara udara inspirasi dengan epitel hidung dan

    lapisan mukusnya,lapisan mukus berupa selubung sekret kontinyu yang

    sangat kental, meluas ke seluruh ruang dan sudut hidung, sinus, tuba

    eustakius, 6aring, dan seluruh cabang bronkus.

    Mukus hidung disamping ber6ungsi sebagai alat transportasi partikel

    yang tertimbun dari udara inspirasi, juga memindahkan panas, normalnya

    mukus menghangatkan udara inspirasi dan mendinginkan ekpirasi, serta

    melembabkan udara isnpirasi dengan lebih dari satu liter uap setiap

    harinya.

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    7/27

    9

    /apisan mukus, disamping menangkap dan mengeluarkan partikel lemah,

    juga merupakan sawar terhadap alergen, "irus dan bakteri. kan tetapi

    walaupun organisme hidup mudah dibiak dari segmen hidung anterior,

    sulit untuk mendapat suatu biakan postnasal yang positi6. /iso=im, yang

    terdapat pada lapisan mukus, bersi6at destrukti6 terhadap dindiong

    sebagian bakteri. agositosis akti6 dalam membran hidung merupakan

    bentuk proteksi di bawah permukaan. Membran sel pernapasan juga

    memberikan imunitas induksi seluler.

    -ejumlah imunoglobulin dibentuk dalam mukosa hidung, sesuai

    kebutuhan 6isiologik, telah diamati adanya 4g8, 4g dan 4g&. 7initis

    alergika terjadi bila alergen yang terhirup berkontak dengan antibodi 4g&

    sehingga antigen tersebut ter6iksasi pada mukosa hidung dan sel mast

    submukosa. -elanjutnya dihasilkan dan dilepaskan mediator radang yang

    menimbulkan perubahan mukosa hidung yang khas.

    '. 4ndra Penghidu

    5idung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa

    ol6aktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas

    septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara di6usi dengan

    palut lendir atau bila menarik na6as dengan kuat.

    !. 7esonansi suara

    Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. -umbatan

    hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga

    terdengar suara sengau.

    1. Proses bicara

    Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng) dimana

    rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun untuk

    aliran udara.

    2. 7e6leks nasal

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    8/27

    10

    Mukosa hidung merupakan reseptor re6leks yang berhubungan dengan

    saluran cerna, kardio"askuler dan perna6asan. ;ontoh+ iritasi mukosa hidung

    menyebabkan re6leks bersin dan na6as terhenti. 7angsang bau tertentu

    menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

    2.1.#. Paofisiologi

    Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensiti6 atau

    reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan in6eksi pada pembentukan polip

    hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu > raguan bahwa in6eksi

    dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan

    adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa

    hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung

    oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang

    (neutro6il dan eosino6il) dan tidak mempunyai ujung sara6 atau pembuluh

    darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak >

    anak. Pada anak > anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik 6ibrosis.

    3anyak 6aktor yang mempengaruhi pementukan polip nasi. Kerusakan

    epitel merupakan patogenesa dari polip. -el$sel epitel terakti"asi oleh alergen,

    polutan dan agen in6eksius. -el melepaskan berbagai 6aktor yang berperan

    dalam reson in6lamasi dan perbaikan. &pitel polip menunjukan hiperplasia sel

    goblet dan hipersekresi mukus yang berperan dalam obstruksi hidung dan

    rinorea.

    Polip dapat timbul pada hidung yang tidak terin6eksi kemudian

    menyebabkan sumbatan yang mengakibatkan sinusitis, tetapi polip dapat jugatimbul akibat iritasi kronis yang disebabkan oleh in6eksi hidung dan sinus.

    Polip di ka"um nasi terbentuk akibat proses radang yang lama dan

    berulang. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. *alam

    jangka waktu yang lama, "asodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa

    menyebabkan edema mukosa. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan

    interseluler sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid Mukosa akan

    menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    9/27

    11

    struktur bernama polip. 3iasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus

    etmoid. 3ila proses ini berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan

    kemudian tururn kedalam rongga hidung sambil membentuk tangkai yang akan

    turun ke ka"um nasi kebanyakan terjadi di daerah meatus medius. 5al ini

    terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami

    oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi

    terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di 4ndonesia karena tidak

    adanya "ariasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. 3egitu

    sampai dalam ka"um nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan

    obstruksi di meatus media.

    2.1.$. Diagnosis

    #. namnesis

    *ari anamnesis didapatkan keluhan$keluhan berupa hidung

    tersumbat, rinorea, hiposmia atau anosmia. *apat pula didapatkan

    gejala skunder seperti berna6as melalui mulut, suara sengau, halitosis,

    gangguan tidur dan gangguan akti6itas.

    . Pemeriksaan isik

    Polip nasi masi6 dapat menyebabkan de6ormitas hidung luar

    sehingga hidung tampak mekar karena pelebaran batang hidung. Pada

    pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan masa pucat yang berasal

    dari meatus media dan mudah digerakkan.

    Pembagian stadium polip menurut MacKay dan /und + Sadi%m

    1 &polip masih terbatas pada meatus media, Sadi%m 2 &polip sudah

    keluar dari meatus media, tampak pada rongga hidung tertapi belum

    memenuhi rongga hidung, Sadi%m 3+ polip masi6.

    . Pemeriksaan Penunjang

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    10/27

    12

    oto polos sinus paranasal (Posisi waters, P, ;aldwell dan latera)

    dapat memperlihatkan adanya penebalan mukosa dan adanya batas

    udara cairan di dalam sinus, tetapi kurang berman6aat untuk polip

    hidung. Pemeriksaan ;0 scan sangat berman6aat untuk melihat

    secara jelas keadaan di hidung dan sinus paranasal apakah ada

    proses radang, kelainan anatomi, polip atau sumbatan pada

    kompleks osteomeatal (KOM). ;0 scan harus diindikasikan pada

    kasus polip yang gagal diobati dengan terapi medikamnetosa, jika

    ada komplikasi dari sinusitis dan pada perencanaan tindakan bedah

    endoskopi.1

    2.1.'. Taala(sana

    0ujuan dari tatalaksana polip hidung yaitu+ ',1

    $ Memperbaikai keluhan perna6asan pada hidung

    $ Meminimalisir gelaja

    $ Meningkatkan kemampuan penghidu

    $ Menatalaksanai penyakit penyerta

    $ Meningkatkan kulitas hidup

    $ Mencegah komplikasi.

    -ecara umum penatalaksanaan dari polip hidung yaitu melalui

    penatalksanaan medis dan operati6.

    0atalaksana Medis

    Polip 5idung merupakan kelainan yang dapat ditatalaksanai secara

    medis. ?alaupun pada beberapa kasus memerlukan penanganan operati6,

    serta tatalaksana agresi6 sebelum dan sesudah operati6 juga diperlukan. ,1

    #. ntibiotik

    Polip hidung dapat menyebabkan terjadinya obstruksi sinus, yang

    selanjutnya menimbulkan in6eksi. 0atalaksana dengan antibiotik dapat

    mencegah pertumbuhan dari polip dan mengurangi perdarahan selama

    operasi. ntibiotik yang diberkan harus langsung dapat memberikan

    e6ek langsung terhadap spesies -taphylococcus, -treptococcus, dan

    bakteri anaerob, yang merupakan mikroorganisme pada sinusitis

    kronis.1

    . ;orticosteroid

    0opikal Korticosteroid

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    11/27

    13

    4ntranasal@topikal kortikosteroid merupakan pilihan pertama untuk polip

    hidung. -elain itu penggunaan topikal kortikosteroid ini juga berguna

    pada pasien post$operati6 polip hidung, dimana pemberiannya dapat

    mengurangi angka kekambuhan. Pemberian dari kortikosteroid topikal

    ini dapat dicoba selama '$1 minggu dengan 6luticasone propionate

    nasal drop ' ug A@hari memiliki kemampuan besar dalam

    mengatasi polip hidung ringan$sedang (derajat #$), diamana dapat

    mengurangi ukuran dari polip hidung dan keluhan hidung tersumbat.'

    -itemik KortikosteroidPenggunaan dari kortikosteroid sistemik@oral tunggal masih belum

    banyak diteliti. Penggunaanya umumnya berupa kombinasi dengan

    terapi kortikosteroid intranasal. Penggunaan 6luocortolone dengan total

    dosis !1 mg selama # hari atau 2#! mg selama hari dengan

    pengurangan dosis perhari disertai pemberian budesonide spray , mg

    dapat mengurangi gejala yang timbul serta memperbaiki keluhan sinus

    dan mengurangi ukuran polip.'

    kan tetapi dari penelitian lain, penggunaan kortikosteroid sistemik

    tunggal yaitu methylprednisolone mg selama ! hari, #1 mg selama

    ! hari, dan B mg selama # hari ternyata dapat memberikan e6ek yang

    signi6ikan dalam mengurangi ukuran polip hidung serta gejala nasal

    selain itu juga meningkatkan kemampuan penghidu.1

    . 0erapi lainnya

    Penggunaan antihistamin dan dekongestan dapat memberikan e6ek

    simtomatik akan tetapi tidak merubah perjalanan penyakitnya.

    4munoterapi menunjukkan adanya keuntungan pada pasien dengan

    sinusitis 6ungal dan dapat berguna pada pasien dengan polip berulang.

    ntagonis leukotrient dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi

    aspirin.'

    0erapi Pembedahan

    4ndikasi untuk terapi pembedahan antara lain dapat dilakukan pada

    pasien yang tidak memberikan respon adekuat dengan terapi medikal,

    pasien dengan in6eksi berulang, serta pasien dengan komplikasi sinusitis,

    selain itu pasien polip hidung disertai riwayat asma juga perlu

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    12/27

    14

    dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan guna patensi jalan na6as.

    0indakan yang dilakukan yaitu berupa ekstraksi polip (polipektomi),

    etmoidektomi untuk polip etmoid, operasi ;aldwell$luc untuk sinus

    maAila. Untuk pengembangan terbaru yaitu menggunakan operasi

    endoskopik dengan na"igasi komputer dan instrumentasi power.,1

    Keluhan

    Sumbatan hidung dengan 1/>

    gejala

    Curiga keganaan

    !ermukaan berbenj"l#

    mudah berdarah

    $aa %"li% hidung

    &entukan tadium

    'i"%( tatalakana

    euai

    Stad

    2)3

    &era%i

    bedah

    Stad * )

    2

    &era%i

    medik

    +ika mungkin , bi"%(

    untuk tentukan ti%e %"li%

    dan lakukan %"li%ekt"mi

    redukiKeterangan

    menentukan

    tadium!"li% dalam $$-.!"li% keluar dari$$!"li% memenuhir"ngga hidung

    !eria%a

    n %ra

    bedah&era%i medik ,ter"id t"%ial dan atau%"li%ekt"mi medikament"a dengan ara ,dekameta"n 12 mg -3 r8 mg -3 r4 mgt -3 r

    $eth(l%redni"l"n 64 mg10 mg -10 r

    !redni"ne 1 mg/ kgbb -10 r

    &era%i bedah &idak ada

    %erbaikan

    !erbaikan

    mengeil

    !erbaikan

    hilang

    &indak lanjut dengan ter"id t"%ial

    !emerikaan berkala ebaikn(a dengan

    .

    embuh

    !"li% rekuren ,Cari akt"r alergiSter"id t"%ialSter"id "ral tidak lebih 34/ tahunKautik%erai ulang

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    13/27

    15

    'agan 1, !enatalakanaan !"li% .aal7

    Sumber , !erhatiK# uideline !en(akit &&K di *nd"neia

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    14/27

    16

    2.2. OTITIS )EDIA AKUT

    2.2.1. Definisi Oiis )edia

    Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

    tengah, tuba &ustachius, antrum, mastoid dan sel$sel mastoid.,1Otitis media

    akut dide6inisikan bila proses peradangan pada telinga tengah yang terjadi

    secara cepat dan singkat ( dalam waktu kurang dari minggu ) yang disertai

    dengan gejala lokal dan sistemik.1,2,B

    2.2.2. Eiologi Oiis media

    Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan "irus. 3akteri yang

    paling sering ditemukan adalah -treptococcus pneumaniae, diikuti oleh

    5aemophilus in6luen=a, MoraAella catarrhalis, -treptococcus grup , dan

    -taphylococcus aureus. 3eberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan

    adalah Mycoplasma pneumaniae, ;hlamydia pneumaniae, dan ;lamydia trac

    3roides et al menemukan pre"alensi bakteri penyebab OM adalah

    5.in6luen=a 'B%, -.pneumoniae ',C%, M.catarrhalis ',B%, -treptococcus

    grup ',% pada pasien usia dibawah ! tahun pada tahun #CC! $ 1 di

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    15/27

    17

    pencegahan in"asi kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan

    terjadi peradangan. 8angguan 6ungsi tuba &ustachius ini menyebabkan

    terjadinya tekanan negati6 di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi

    cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya OM adalah in6eksi saluran

    perna6asan atas ( 4-P ).,1,#',#!

    Makin sering anak$anak terserang 4-P, makin besar kemungkinan

    terjadinya OM. Pada bayi dan anak terjadinya OM dipermudah karena+

    #. Mor6ologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak hori=ontal

    . -istem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan

    . denoid pada anak relati6 lebih besar dibanding orang dewasa dan sering

    terin6eksi sehingga in6eksi dapat menyebar ke telinga tengah.#1

    3eberapa 6aktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya

    penyakit telinga tengah, seperti alergi,dis6ungsi siliar, penyakit hidung dan@atau

    sinus, dan kelainan sistem imun.1,#',#!

    2.2.!. Klasifi(asi

    Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat in6eksi dapat dibagi atas

    ! stadium + (#) stadium oklusi tuba &ustachius, () stadium hiperemis, ()

    stadium supurasi, (') stadium per6orasi, dan (!) stadium resolusi. Keadaan ini

    berdasarkan pada gambaran membrane timpani yang diamati melalui liang

    telinga luar.

    #. -tadium Oklusi 0uba &ustachius

    0anda adanya oklusi tuba &ustachius ialah gambaran retraksi membrane

    timpani akibat terjadinya tekanan negati"e di dalam telinga tengah, akibat

    absorbsi udara.kadang$kadang membrane timpani tampak normal ( tidak ada

    kelainan ) atau berwarna keruh pucat. &6usi mungkin telah terjadi, tetapi tidak

    dapat dideteksi. -tadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang

    disebabkan oleh "irus atau alergi.

    . -tadium 5iperemis (-tadium Pre$-upurasi)

    Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di

    membrane timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis atau

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    16/27

    18

    edem. -ecret yang telah terbentuk mungkin masih bersi6at eksudat yang serosa

    sehingga sukar terlihat.

    . -tadium -upurasi

    &dema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

    super6isial, serta terbentuknya eksudat yang purulent di ka"um timpani,

    menyebabkan membrane timpani menonjol ( bulging ) ke arah liang telinga

    luar.

    Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,

    serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.

    pabila tekanan nanah di ka"um timpani tidak berkurang, maka terjadi

    iskemia, akibat tekanan pada kapiler$kapiler, serta timbul trombo6lebitis pada

    "ena$"ena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa.

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    17/27

    19

    "irulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa

    pengobatan. OM akan berubah menjadi otitis media supurati6 kronik bila

    per6orasi menetap dengan secret yang keluar terus$menerus atau hilang timbul.

    OM dapat menimbulkan gejala sisa (se:uele) otitis media serosa bila secret

    menetap di ka"um timpani tanpa terjadinya pe6orasi.

    2.2.#. )anifesasi Klinis Oiis )edia A(%

    Mani6estasi klinik OM bergantung pada stadium penyakit serta umur

    pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri

    di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. 3iasanya terdapat

    riwayat batuk pilek sebelumnya.

    Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri

    terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa

    kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OM suhu tubuh tinggi

    dapat sampai C,!o; ( pada stadium supurasi ), anak gelisah dan sukar tidur,

    tiba $ tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang $ kejang dan kadang$kadang

    anak memegang telinga yang sakit. 3ila terjadi rupture membrane timpani,

    maka secret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur

    tenang.

    2.2.$. Penega(an Diagnosis Oiis )edia A(%

    *iagnosis OM harus memenuhi tiga hal berikut+ #.Penyakitnya muncul

    mendadak (akut)E Dika kon6irmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan

    otoskopi pneumatik. 8erakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada

    sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini

    meningkatkan sensiti"itas diagnosis OM.

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    18/27

    20

    yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut+ kemerahan

    pada gendang telinga, nyeri telinga yang mengganggu tidur dan akti"itas

    normal.#2,#B *iagnosis OM dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

    pemeriksaan 6isik yang cermat. 8ejala yang timbul ber"ariasi bergantung pada

    stadium dan usia pasien. Pada anak > anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri

    di telinga dan demam. 3iasanya ada riwayat in6eksi saluran perna6asan atas

    sebelumnya. Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat

    gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh. Pada bayi gejala khas adalah

    panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang$kejang dan sering

    memegang telinga yang sakit. ,1,#

    Untuk mengkon6irmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan

    timpanometri. 0impanometri dapat memeriksa secara objekti6 mobilitas

    membran timpani dan rantai tulang pendengaran.1,B0impanometri merupakan

    kon6irmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah. 0impanometri juga

    dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai patensi

    tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan "olume liang telinga luar.

    0impanometri punya sensiti"itas dan spesi6isitas 2$C% untuk deteksi cairan

    telinga tengah, tetapi tergantung kerjasama pasien.#!

    0impanosintesis, diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga tengah,

    berman6aat pada anak yang gagal diterapi dengan berbagai antibiotika, atau

    pada imunode6isiensi.# 0impanosintesis merupakan standar emas untuk

    menunjukkan adanya cairan di telinga tengah dan untuk mengidenti6ikasi

    patogen yang spesi6ik.#!

    Menurut beratnya gejala, OM dapat diklasi6ikasi menjadi OM berat dan

    tidak berat. OM berat apabila terdapat otalgia sedang sampai berat, atau

    demam dengan suhu lebih atau sama dengan Co; oral atau C,!o; rektal,

    atau keduanya. -edangkan OM tidak berat apabila terdapat otalgia ringan dan

    demam dengan suhu kurang dari Co; oral atau C,!o; rektal, atau tidak

    demam.#

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    19/27

    21

    2.2.'. Penaala(sanaan Oiis )edia A(%

    0ujuan penatalaksanaan OM adalah mengurangi gejala dan rekurensi.#

    Pada 6ase inisial penatalaksanaan ditujukan pada penyembuhan gejala yang

    berhubungan dengan nyeri dan demam dan mencegah komplikasi supurati6

    seperti mastoiditis atau meningitis.#C Penatalaksanaan medis OM menjadi

    kompleks disebabkan perubahan patogen penyebab. *iagnosis yang tidak tepat

    dapat menyebabkan pilihan terapi yang tidak tepat. Pada anak di bawah dua

    tahun, hal ini bisa menimbulkan komplikasi yang serius. *iagnosis yang tidak

    tepat dapat menyebabkan pasien diterapi dengan antibotik yang sebenarnya

    kurang tepat atau tidak perlu. 5al ini dapat menyebabkan meningkatnya

    resistensi antibiotik, sehingga in6eksi menjadi lebih sulit diatasi.

    Penatalaksanaan OM tergantung pada stadium penyakit yaitu+#

    #. -tadium Oklusi + diberikan obat tetes hidung 5;/ e6edrin ,!%,

    dan pemberian antibiotik.

    . -tadium Presupurasi + analgetika, antibiotika (biasanya golongan

    ampicillin atau penisilin) dan obat tetes hidung.

    . -tadium -upurasi + diberikan antibiotika dan obat$obat simptomatik.

    *apat juga dilakukan miringotomi bila membran

    timpani menonjol dan masih utuh untuk mencegah

    per6orasi.

    '. -tadium Per6orasi + *iberikan 5O % selama $! hari dan

    diberikan antibiotika yang adekuat.

    Pada tahun ', merican cademy o6 Pediatrics dan the merican

    cademy o6 amily Physiciansmengeluarkan rekomendasi penatalaksanaan

    OM. Petunjuk rekomendasi ini ditujukan pada anak usia 1 bulan sampai #

    tahun. Pada petunjuk ini di rekomendasikan bayi berumur kurang dari 1 bulan

    mendapat antibiotika, dan pada anak usia 1$ bulan obser"asi merupakan

    pilihan pertama pada penyakit yang tidak berat atau diagnosis tidak pasti,

    antibiotika diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit berat. Pada anak diatas

    tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat. Dika diagnosis tidak pasti,

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    20/27

    22

    atau penyakit tidak berat dengan diagnosis pasti obser"asi dipertimbangkan

    sebagai pilihan terapi.#2,#B

    #. Obser"asi

    -piro dkk, membuktikan bahwa penanganan OM dengan menunggu

    dan melihat (obser"asi) secara bermakna menurunkan penggunaan antibiotik

    pada populasi urban yang datang ke instalasi gawat darurat. Metoda menunggu

    dan melihat menurunkan penggunaan antibiotik pada !1% anak usia 1 bulan

    sampai # tahun dengan OM.

    Penelitian sebelumnya yang dilakukan Mc;ormick dkk, menunjukkan

    kepuasan orang tua sama antara grup yang diterapi dengan obser"asi tanpa

    mendapat antibiotik dengan yang mendapat antibiotik pada penanganan OM.

    *ibanding dengan obser"asi saja, pemberian antibiotik segera berhubungan

    dengan penurunan jumlah kegagalan terapi dan memperbaiki kontrol gejala

    tetapi meningkatkan e6ek samping yang disebabkan antibiotik dan persentase

    yang lebih tinggi terhadap strain multidrug resistant -.pneumoniaedi

    naso6aring pada hari keduabelas kunjungan.

    4ndikasi untuk protokol obser"asi adalah+ tidak ada demam, tidak ada

    muntah, pasien atau orang tua pasien menyetujui penundaan pemberian

    antibiotik. Kontra indikasi relati6 protokol obser"asi adalah telah mendapat

    lebih dari seri antibiotik dalam # tahun ini, pernah mendapat antibiotik dalam

    minggu terakhir, terdapat otorea.'

    Pilihan obser"asi ini mengacu pada penundaan pemberian antibiotik

    pada anak terpilih tanpa komplikasi untuk 2 jam atau lebih, dan selama waktu

    itu, penatalaksanaan terbatas pada analgetik dan simtomatis lain.#C,'Pemberian

    antibiotik dimulai jika pada hari ketiga gejala menetap atau bertambah. '

    aktor$6aktor kunci dalam menerapkan strategi obser"asi adalah+

    metoda untuk mengklasi6ikasi derajat OM, pendidikan orang tua,

    penatalaksanaan gejala OM, akses ke sarana kesehatan, dan penggunaan

    regimen antibiotik yang e6ekti6 jika diperlukan. Dika hal tersebut diperhatikan,

    obser"asi merupakan alternati6 yang dapat diterima untuk anak dengan OM

    yang tidak berat.

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    21/27

    23

    Metoda obser"asi ini masih menjadi kontro"ersi pada kalangan dokter

    anak di - yang secara rutin masih meresepkan antibiotik untuk OM dan

    percaya bahwa banyak orang tua mengharapkan resep tersebut. -ebagian kecil

    dokter sudah menerapkan metoda obser"asi.! -ebagian orang tua dapat

    menerima penerapan terapi obser"asi dengan pengontrolan nyeri sebagai terapi

    OM, sehingga penggunaan antibiotik dapat diturunkan.1Penggunaan metoda

    obser"asi secara rutin untuk terapi OM dapat menurunkan biaya dan e6ek

    samping yang ditimbulkan oleh antibiotik dan menurunkan resistensi kuman

    terhadap antibiotik yang umum digunakan.

    . 0erapi -imtomatis

    Penatalaksanaan OM harus memasukkan penilaian adanya nyeri. Dika

    terdapat nyeri, harus memberikan terapi untuk mengurangi nyeri tersebut.

    Penanganan nyeri harus dilakukan terutama dalam ' jam pertama onset OM

    tanpa memperhatikan penggunaan antibiotik. Penanganan nyeri telinga pada

    OM dapat menggunakan analgetik seperti+ asetamino6en, ibupro6en, preparat

    topikal seperti ben=okain, naturopathic agent, homeopathic agent, analgetik

    narkotik dengan kodein atau analog, dan timpanostomi @ miringotomi.#,#B

    Pada stadium supurasi bila membran timpani menonjol dan masih utuh

    dianjurkan untuk melakukan miringotomi.

    ntihistamin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien dengan

    alergi hidung. *ekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan hidung.

    0etapi baik antihistamin maupun dekongestan tidak memperbaiki

    penyembuhan atau meminimalisir komplikasi dari OM, sehingga tidak rutin

    direkomendasikan.#,#C

    Man6aat pemberian kortikosteroid pada OM juga masih kontro"ersi.

    *asar pemikiran untuk menggunakan kortikosteroid dan antihistamin adalah

    obat tersebut dapat menghambat sintesis atau melawan aksi mediator in6lamasi,

    sehingga membantu meringankan gejala pada OM. Kortikosteroid dapat

    menghambat perekrutan leukosit dan monosit ke daerah yang terkena,

    mengurangi permeabilitas pembuluh darah, dan menghambat sintesis atau

    pelepasan mediator in6lamasi dan sitokin. 0etapi penelitian ;honmaitree dkk

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    22/27

    24

    menunjukkan tidak ada man6aat yang jelas pemakaian kortikosteroid dan

    antihistamin, sendiri atau dalam kombinasi pada pasien yang memakai

    antibiotik.2,B

    . 0erapi ntibiotik

    ntibiotik direkomendasikan untuk semua anak di bawah 1 bulan, 1 bulan

    > tahun jika diagnosis pasti, dan untuk semua anak besar dari dua tahun

    dengan in6eksi berat (otalgia sedang atau berat atau suhu tubuh lebih dari

    Co; ).#,C

    Dika diputuskan perlunya pemberian antibiotik, lini pertama adalah

    amoksisilin dengan dosis B$C mg@kg@hari. Pada pasien dengan penyakit berat

    dan bila mendapat in6eksi F$laktamase positi6 5aemophilus in6luen=aedan

    MoraAella catarrhalisterapi dimulai dengan amoksisilin$kla"ulanat dosis tinggi

    (C mg@kg@hari untuk amoksisilin, 1,' mg@kg@hari kla"ulanat dibagi dosis).

    Dika pasien alergi amoksisilin dan reaksi alergi bukan reaksi hipersensiti6itas

    (urtikaria atau ana6ilaksis), dapat diberi ce6dinir (#' mg@kg@hari dalam # atau

    dosis), ce6podoksim (# mg@kg@hari # kali@hari) atau ce6uroksim ( mg@kg@hari

    dibagi dosis). Pada kasus reaksi tipe 4 (hipersensiti6itas), a=itromisin (#

    mg@kg@hari pada hari # diikuti ! mg@kg@hari untuk ' hari sebagai dosis tunggal

    harian) atau klaritromisin (#! mg@kg@hari dalam dosis terbagi). Obat lain yang

    bisa digunakan eritromisin$sul6isoksa=ol (! mg@kg@hari eritromisin) atau

    sul6ametoksa=ol$trimetoprim (1$# mg@kg@hari trimetoprim (0abel .#).#,C

    lternati6 terapi pada pasien alergi penisilin yang diterapi untuk in6eksi

    yang diketahui atau diduga disebabkan penisilin resistan -.pneumoniaedapat

    diberikan klindamisin $' mg@kg@hari dalam dosis terbagi. Pada pasien

    yang muntah atau tidak tahan obat oral dapat diberikan dosis tunggal parenteral

    ce6triakson ! mg@kg (0abel .#).C

    Dika pasien tidak menunjukkan respon pada terapi inisial dalam 'B $2

    jam, harus diperiksa ulang untuk mengkon6irmasi OM dan menyingkirkan

    penyebab lain. Dika OM terkon6irmasi pada pasien yang pada awalnya

    diterapi dengan obser"asi, harus dimulai pemberian antibiotik. Dika pasien pada

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    23/27

    25

    awalnya sudah diberi antibiotik, harus diganti dengan antibiotik lini kedua,

    seperti amoksisilin$kla"ulanat dosis tinggi, se6alosporin, dan makrolid.#,C

    ?aktu yang optimum dalam terapi OM masih kontro"ersi.C, 0erapi

    jangka pendek ( hari a=itromisin, ! hari antibiotik lain) adalah pilihan untuk

    anak umur diatas tahun dan terapi paket penuh (! hari a=itromisin, 2$# hari

    antibiotik lain) lebih baik untuk anak yang lebih muda. #C,0erdapat beberapa

    keuntungan dari terapi jangka pendek yaitu kurangnya biaya, e6ek samping

    lebih sedikit, komplian lebih baik dan pengaruh terhadap 6lora komensal dapat

    diturunkan.0erapi antibiotik jangka panjang dapat mencegah rekurensi dari

    OM. Pertanyaan antibiotik apa yang akan digunakan, untuk berapa lama, dan

    berapa episode OM untuk menilai terapi belum die"aluasi secara adekuat.#B

    0imbulnya resistensi bakteri telah memunculkan pemikiran risiko

    dibanding keuntungan dalam meresepkan antibiotik untuk seluruh OM.

    7isiko antibiotik termasuk reaksi alergi, gangguan pencernaan, mempercepat

    resistensi bakteri dan perubahan pola 6lora bakteri di naso6aring. 5al tersebut

    menyebabkan penggunaan antibiotik dianjurkan berdasarkan hasil

    timpanosintesis.#C

    '. 0erapi 3edah

    ?alaupun obser"asi yang hati$hati dan pemberian obat merupakan

    pendekatan pertama dalam terapi OM, terapi pembedahan perlu

    dipertimbangkan pada anak dengan OM rekuren, otitis media e6usi (OM&), atau

    komplikasi supurati6 seperti mastoiditis dengan osteitis. 3eberapa terapi bedah

    yang digunakan untuk penatalaksanaan OM termasuk timpanosintesis,

    miringotomi, dan adenoidektomi.#

    0impanosintesa adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan

    menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. 7isiko dari prosedur ini

    adalah per6orasi kronik membran timpani, dislokasi tulang$tulang pendengaran,

    dan tuli sensorineural traumatik, laserasi ner"us 6asialis atau korda timpani. Oleh

    karena itu, timpanosintesis harus dibatasi pada+ anak yang menderita toksik atau

    demam tinggi, neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OM, anak di unit

    perawatan intensi6, membran timpani yang menggembung (buldging) dengan

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    24/27

    26

    antisipasi ruptur spontan (indikasi relati"e ), kemungkinan OM dengan

    komplikasi supurati6 akut, OM re6rakter yang tidak respon terhadap paket kedua

    antibiotik.#C,C,

    0impanosintesis dapat mengidenti6ikasi patogen pada 2 > B% kasus.

    ?alaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk

    OM, tapi tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik sendiri.

    0impanosintesis merupakan prosedur yang in"asi6, dapat menimbulkan nyeri,

    dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai penatalaksanaan rutin.#C

    Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk

    drainase cairan dari telinga tengah.#, Pada miringotomi dilakukan

    pembedahan kecil di kuadran posterior$in6erior membran timpani. /akukan

    anastesi dengan anastesi local dengan larutan Aylokain % ke dalam liang

    telinga ( tidak dilakukan jika ada otitis eksterna ). *ibuat suatu insisi lurus

    melengkung sekitar mm dari tepi membrane timpani, dimulai dari bawah dan

    dilanjutkan ke atas depan atau belakang. Pisau tidak boleh dimasukkan lebih

    dari mm guna mencegah terkenanya dinding medial telinga tengah, yang

    dapat menimbulkan nyeri dan perdarahan. /ebih jauh, dapat pula terbentuk

    celah atau tonjolan "ena jugularis ke dalam basis telinga tengah. 0erputusnya

    rangkaian osikula dapat dihindari dengan melakukan insisi pada kuadran

    in6erior. Kerusakan 6enestra rotundum dihindari dengan melakukan insisi

    hanya melalui membrane timpani dan membatasi kedalaman insisi. Untuk

    tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong telinga yang sesuai,

    dan pisau khusus (miringotomi ) dengan ukuran kecil dan steril.

    Miringotomi hanya dilakukan pada kasus$kasus terpilih dan dilakukan

    oleh ahlinya.!*isebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam '$'B

    jam), prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan tabung timpanostomi

    untuk "entilasi ruang telinga tengah.#C, 4ndikasi untuk miringotomi adalah

    terdapatnya komplikasi supurati6, otalgia berat, gagal dengan terapi antibiotik,

    pasien imunokompromis, neonatus, dan pasien yang dirawat di unit perawatan

    intensi6.#C,

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    25/27

    27

    Ta*el. 2.1 Ani*ioi( +ang di,e(omendasi(an pada pasien +ang die,api

    inisial dengan ani*ioi- aa% +ang ela gagal !/0'2 am pada e,api

    inisial dengan o*se,asi

    2.2./. Kompli(asi

    Komplikasi dari OM dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu

    melalui erosi tulang, in"asi langsung dan trombo6lebitis. Komplikasi ini dibagi

    menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal

    terdiri dari+ mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, per6orasi pars tensa,

    atelektasis telinga tengah, paresis 6asialis, dan gangguan pendengaran.

    Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi antara lain yaitu meningitis,

    ence6alitis, hidrose6alus otikus, abses otak, abses epidural, empiema subdural,

    dan trombosis sinus lateralis.#1,'

    Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum adanya

    antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya

    didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supurati6 kronik (OM-K).

    Penatalaksanaan OM dengan komplikasi ini yaitu dengan menggunakan

    antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti mastoidektomi.#1

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    26/27

    28

  • 7/24/2019 Bab 2 Fiddien

    27/27

    29