kti bpk fix

Upload: isverindonesia

Post on 07-Jul-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    1/50

    i

    SINERGITAS PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

    HIDUP DALAM AUDIT LINGKUNGAN BPK

    (UPAYA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DAN

    DEMOKRASI LINGKUNGAN YANG BERINTEGRITAS DI INDONESIA)

    Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Peran BPK dalam Keuangan

    Negara yang diselenggarakan oleh BPK RI

    Oleh :

    Linda Dewi Rahayu 135010100111028

    Fazal Akmal Musyarri 145010101111064

    Paradisa Eksakta Gheosa 145010107111148

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS HUKUM

    MALANG

    2015

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    2/50

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta

    salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta keluarga

    dan sahabatnya. Berkat kudrat dan idrat-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya

    Tulis Ilmiah yang bertema Peran BPK dalam Keuangan Negara  dan berjudul

    Sinergitas Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup dalam Audit

    Lingkungan BPK (Upaya Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dan Demokrasi

    Lingkungan yang Berintegritas di Indonesia)  ini tanpa suatu halangan yang

     berarti.

    Karya Tulis Ilmiah ini penulis buat dalam rangka mengikuti “Lomba

    Karya Tulis Ilmiah” yang diselenggarakan oleh BPK RI. Dalam kesempatan ini

     penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak

    yang telah memberikan bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penulis.

    Ucapan terimakasih tersebut, penulis ucapkan kepada :

    1.  Dr. Rahmad Safa’at, S.H, M.Si selaku Dekan Fakultas Hukum

    Universitas Brawijaya dan jajarannya yang telah memberikan iklim

    kondusif untuk mengembangkan kegiatan penulisan karya tulis ini.

    2.  Kedua orang tua dan keluarga penulis atas doa restu dan segala

     pengorbanan kepada penulis.

    3. 

    Rekan-rekan Forum Kajian dan Penelitian Hukum (FKPH) yang

    memberikan semangat dan masukan yang sangat berharga.

    Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih ada kekurangan,

    untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat penulis

    nantikan.

    Malang, 30 Desember 2015

    Penulis

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    3/50

    iii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL  .......................................................................................... iKATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... iiiABSTRAK .......................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 51.3 Tujuan .................................................................................................. 51.4 Manfaat ................................................................................................ 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Negara Hukum Kesejahteraan ............................................................. 7

    2.2 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia ................................. 92.3 Lingkungan Hidup ............................................................................... 142.4 Audit Lingkungan Hidup ..................................................................... 162.5 Kerangka Berpikir ............................................................................... 19

    BAB III METODE PENELITIAN3.1 Pendekatan Penelitian .......................................................................... 203.2

     

    Jenis Bahan Hukum ............................................................................. 203.3 Teknik Penelusuran Bahan Hukum ...................................................... 213.4

     

    Teknik Analisis Bahan Hukum ............................................................ 21

    BAB IV PEMBAHASAN4.1 Eksistensi Peran BPK RI dalam Usaha Menerapkan Prinsip

    Perlindungan Lingkungan di Indonesia ............................................... 234.2 Konsep Sinergitas Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan

    Hidup dalam Audit Lingkungan BPK RI ............................................ 31

    BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 375.2 Saran .................................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKASURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    4/50

    iv

    ABSTRAK

    Keuangan negara merupakan hal yang sentral dalam penyelenggaraan pemerintahan karena berkaitan langsung dengan pembangunan negara. Namun

    dalam prakteknya, keuangan negara tersebut menjadi celah dalam kasus Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Untuk meminimalisir hal tersebut, dibutuhkan suatulembaga pemeriksa keuangan negara yang bebas dan mandiri dalam pemeriksaan

     pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Berdirilah BadanPemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang sekarang diatur oleh Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK. BPK RI setelah reformasi berperanmenegakkan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik, salah satunya yang

     jarang diketahui publik adalah prinsip perlindungan terhadap lingkungan hidup.Meskipun eksistensi peran BPK RI dalam penegakan prinsip tersebut sudah baikseperti menyelenggarakan kegiatan positif, memberi laporan hasil auditlingkungan dan bahkan menjadi ketua dalam organisasi BPK se-dunia, namun hal

    tersebut belum efektif karena BPK RI hanya memiliki 16 auditor lingkungan bersertifikat internasional, yang tidak mungkin mengaudit instansi pemerintah berkaitan dengan lingkungan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Olehkarena itu penulis memberi solusi efektif dengan reformulasi konsep yangmensinergikan BPK RI dengan kementerian terkait, masyarakat luas dan lembagaswadaya masyarakat. Karya tulis ini menggunakan jenis penelitian yuridisnormatif dengan metode pendekatan perundang-undangan, konseptual dansejarah. Penulis meninjau berdasarkan data mengenai negara hukumkesejahteraan, BPK RI, lingkungan hidup, dan audit lingkungan kemudiandivisualisasikan dalam kerangka berpikir. Dengan formulasi konsep sinergitasBPK dengan beberapa kementerian terkait diharapkan mampu menegakkankesejahteraan sosial dan demokrasi lingkungan yang berintegritas di Indonesia,yang harapannya dapat menekan kerugian ekonomi negara akibat kesalahan teknisdan non teknis instansi pemerintah di bidang lingkungan.

    Kata kunci :  BPK RI, Demokrasi Lingkungan, Kesejahteraan Sosial, danSinergitas. 

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    5/50

    v

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 

    Latar Belakang

    Keuangan negara1  merupakan salah satu hal yang sentral dalam

     penyelenggaraan pemerintahan di suatu negara, karena berkaitan erat dengan

     pembangunan. Oleh karena itu keuangan negara dimasukkan ke dalam sektor

     publik, sehingga pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara dituntut

    harus ekonomis, efektif, efisien, transparan, responsif dan memiliki akuntabilitas

    yang tinggi.2 

    Pengelolaan keuangan negara adalah salah satu bagian dari pelaksanaan

     pemerintahan negara, termasuk keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan

    negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan,

     pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.3  Namun pengelolaan

    keuangan negara tersebut tidak jarang mengalami kendala misalnya praktik

    Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang kasusnya sering disorot oleh

     barbagai kalangan.4  Kasus KKN tersebut tidak hanya terjadi pada keuangan

     pemerintahan pusat, bahkan pada keuangan pemerintahan daerah yang jugamenyumbang potensi kerugian negara terbesar.5 

    Oleh karena itu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

    1945 sebagai konstitusi dasar dan tertinggi di Indonesia melalui Pasal 23 E, F dan

    G memberi amanat kepada negara untuk mengadakan suatu badan yang bebas dan

    mandiri, yang bertujuan memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

    negara. Dibentuklah Badan Pemeriksa Keuangan pada tanggal 28 Desember 1946

    1  Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara: Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilaidengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikanmilik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    2 Muhammad Kadafi, Permasalahan Keuangan Negara dan Daerah, Jurnal Eksis, Volume8, Nomor 2 (Agustus, 2012), hlm.2205.

    3 Materna Ayu Novita Sekar Arum, Peran Badan Pemeriksa Keuangan dalam Pemeriksaanterhadap Pengelolaan Keuangan Negara Oleh Pemerintah Daerah, Repositori Universitas AtmaJaya Yogyakarta, UAJY, 2015, hlm.4.

    4 Ibid, hlm.5.5  Joniansyah Hardjono,  ICW: 95 Persen Korupsi Ada di Daerah, diakses dari

    http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/27/063722823/icw-95-persen-korupsi-ada-di-daerah, diakses pada 20 Desember 2015, jam 15.34 WIB.

    1

    http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/27/063722823/icw-95-persen-korupsi-ada-di-daerahhttp://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/27/063722823/icw-95-persen-korupsi-ada-di-daerah

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    6/50

    vi

    dengan Surat Penetapan Pemerintah Nomor 11/OEM yang berkedudukan

    sementara di Magelang dan beranggotakan sembilan orang pegawai.6 

    Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia atau disingkat BPK RI

    menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun

    2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang bertugas

    untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara sebagaimana

    dimaksud dalam UUD NRI 1945. Hasil pemeriksaan keuangan tersebut menurut

    UUD NRI 1945 diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk

    ditindaklajuti. Hasil pemeriksaan tersebut berbentuk Hasil Pemeriksaan Semester

    yang disampaikan dalam rapat paripurna untuk dipergunakan sebagai bahan

     pengawasan.7 

    Akan tetapi setelah puluhan tahun beroperasi, BPK RI mendapat banyak

    kendala dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

    Pada era orde lama, Presiden Soekarno memberlakukan Undang-Undang Nomor

    17 Tahun 1965 yang mendudukkan BPK RI dibawah presiden (unterrgeordnet )

    dan pimpinan BPK RI pada masa itu tidak berasal dari pegawai negeri, melainkan

     berasal dari wakil-wakil partai politik, wakil angkatan bersenjata dan wakil

    organisasi-organisasi massa serta orang-orang yang mempunyai dukunganmasyarakat yang terorganisasi yang ditunjuk oleh presiden. Independensi BPK RI

     juga mengalami hambatan di era orde baru yang mana rekruitmen politik

    terhadap lembaga-lembaga negara termasuk BPK RI tidak lepas dari pengaruh

    Presiden Soeharto. Selain itu hasil pemeriksaan BPK RI sebelum disampaikan

    kepada DPR harus dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Presiden agar tidak

    mengganggu stabilitas politik.8 

    Hambatan-hambatan tersebut semakin pudar ketika Indonesia mulaimemasuki masa reformasi, dimana BPK RI dikukuhkan menjadi satu-satunya

    lembaga negara yang bebas dan mandiri yang memiliki kewenangan memeriksa

     pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Bahkan sesuai prinsip

    desentralisasi BPK RI mendirikan perwakilan di setiap provinsi serta memperluas

    6  BPK RI, Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan, diakses dari http://www.bpk.go.id/page/sejarah, diakses pada 21 Desember 2015, jam 10.35 WIB.

    7 Dewan Perwakilan Rakyat, Tata Tertib DPR RI , Keputusan DPR RI Tahun 2004, Ps.166.8

     Ikhwan Fahrojih dan Mokh. Najih,  Menggugat Peran DPR dan BPK RIdalam Reformasi Keuangan Negara, In-TRANS Publishing, Malang, tahun 2008, hlm.iv-v (Kata Pengantar).

    2

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    7/50

    vii

    mitra kerja BPK RI tidak hanya DPR dan DPD tetapi juga meliputi DPRD.

    Sehingga dapat dikatakan kebebasan dan kemandirian BPK RI mulai terlihat

    semenjak masa reformasi.9 

    Setelah reformasi, BPK RI diamanahkan untuk berperan aktif dalam

     penerapan enam prinsip Good Governance  (Asas Umum Pemerintahan yang

    Baik) yaitu keterbukaan dan transparansi, tanggung gugat atau accountability,

     penegakan hukum dan keadilan, profesionalisme dan kompetensi, keefisienan dan

    keefektifan, serta komitmen pada perlindungan lingkungan hidup.10 Namun dari

    keenam prinsip tersebut terdapat satu prinsip yang jarang diketahui oleh

    masyarakat luas bahwa BPK RI juga berperan aktif dalam prinsip tersebut, yaitu

    melindungi lingkungan hidup. Peran BPK RI dalam prinsip tersebut mulai

    digalakkan pada tahun 2012 yang diwujudkan melalui Audit Lingkungan11,

    karena disaat itu BPK RI memasuki tahap persiapan menjadi Ketua Audit

    Lingkungan BPK se-dunia12. Usaha dan/atau Kegiatan yang dimaksud dalam

     pengertian audit lingkungan menurut  UU No. 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah segala bentuk aktivitas

    yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta

    menyebabkan dampak terhadap lingkungan hidup.13

      Audit lingkungan hidupdilaksanakan oleh seorang auditor lingkungan hidup yang telah memiliki

    kompetensi.14 

    Audit lingkungan penting untuk dilakukan di Indonesia, mengingat

     perusakan lingkungan di wilayah Indonesia dapat menimbulkan kerugian material

    yang secara tidak langsung berdampak kepada keuangan negara dan lingkungan

    9

     Ibid, hlm.vi (Kata Pengantar).10 BPK RI, Pengelolaan Keuangan Negara Harus Transparan dan Akuntabel , diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/pengelolaan-keuangan-negara-harus-transparan-dan-akuntabel, diakses

     pada 25 Desember 2015, jam 20.06 WIB.11  Pasal 1 angka 28 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

    Pengelolaan Lingkungan Hidup : Audit lingkungan adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilaiketaatan penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakanyang ditetapkan oleh pemerintah.

    12  BPK RI,  BPK Terpilih Sebagai Ketua INTOSAI WGEA 201-2016 , diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016,  diakses pada 28Desember 2015, jam 18.02.

    13  Indonesia (1), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN NO. 5059, Ps.1 angka 28.

    14

     Kementerian Lingkungan Hidup,  Peraturan Menteri tentang Audit Lingkungan Hidup,Permen LH No. 03 Tahun 2013, Ps.1 angka 2.

    3

    http://www.bpk.go.id/news/pengelolaan-keuangan-negara-harus-transparan-dan-akuntabelhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016http://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016http://www.bpk.go.id/news/pengelolaan-keuangan-negara-harus-transparan-dan-akuntabel

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    8/50

    viii

    hidup merupakan aset negara yang dapat dihitung dengan uang. Misalnya pada

    tahun 2005 kerugian ekonomi karena pencemaran udara di Jakarta sebesar 1,8

    Triliun Rupiah, sebagai akibat dari kurangnya pengelolaan lingkungan dan

    mudahnya instrumen hukum kendaraan bermotor dan asap pabrik yang diciptakan

    oleh pemerintah daerah Jakarta, ditembus oleh banyak pihak sehingga

    menimbulkan celah.15  Dalam kasus seperti diatas, audit lingkungan kepada

    instansi pemerintah terkait lingkungan hidup diperlukan dengan tujuan untuk

    menegakkan demokrasi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat

     Namun, upaya BPK RI dalam menggalakkan audit lingkungan memiliki

    kendala karena jumlah auditor yang sudah memiliki sertifikat audit lingkungan

    internasional hanya 16 orang dari total jumlah auditor BPK RI dalam skala

    nasional yang berjumlah sekitar 3.500 orang. Padahal BPK RI menargetkan pada

    tahun 2016 memiliki 200 orang auditor lingkungan hidup bersertifikasi

    internasional. Maka BPK RI bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan

    Hidup untuk menghasilkan tiga tingkatan auditor melalui diklat-diklat yang

    dilaksanakan tahunan.16 

    Mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan17  terbesar di

    dunia yang terdiri dari 13.466 pulau18

    , maka dibutuhkan suatu solusi efektif yangdapat mempermudah pelaksanaan audit lingkungan, khususnya dalam hal

     pengumpulan data wilayah lingkungan hidup yang dirusak oleh aktivitas manusia.

    Penulis menawarkan suatu gagasan mengenai sinergitas pengelolaan dan

     perlindungan lingkungan hidup dalam audit lingkungan BPK. Sehingga prinsip

    dan tujuan kesejahteraan sosial dan demokrasi berwawasan lingkungan yang

     berintegritas dapat terwujud baik secara sosiologis, filosofis, maupun yuridis.

    15 Tempo Interaktif,  Kerugian Akibat Pencemaran Udara Jakarta Rp 1,8 Triliun, diaksesdari http://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-

     jakarta-rp-1-8-triliun, diakses pada 28 Desember 2015, jam 06.38 WIB.16 BPK RI,  Badan Pemeriksa Keuangan Targetkan Miliki 200 Auditor Lingkungan pada

    Tahun 2016 , diakses dari http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2014/05/BPK-Targetkan-Miliki-200-Auditor-Lingkungan-pada-2016.pdf, diakses pada 25 Desember 2015, jam 21.57.

    17 Negara kepulauan atau Archipelago State adalah negara yang seluruh wilayahnya terdiridari satu atau lebih kepulauan, termasuk pulau-pulau lain yang erat hubunganya satu sama lain,termasuk perairan diantaranya serta wujud alamiah lainya, memiliki kedaulatan diperairankepulauan yaitu perairan yang terletak disisi dalam dari garis-garis pangkal lurus kepulauan dalamMochtar Kusumaatmadja. Pengantar Hukum Internasional . Alumni, Bandung. 2003. Hal. 179.

    18 Jumlah pulau di Indonesia ‘berkurang’ 4.042 buah  dari jumlah total 17.508 buah, akibat

     pembakuan nama rupa bumi oleh PBB. Metrotvnews. Jum'at, 18 Oktober 2013. Diakses 11Desember 2015.

    4

    http://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2014/05/BPK-Targetkan-Miliki-200-Auditor-Lingkungan-pada-2016.pdfhttp://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2014/05/BPK-Targetkan-Miliki-200-Auditor-Lingkungan-pada-2016.pdfhttp://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/18/1/188980/Jumlah-Pulau-di-Indonesia-Berkurang-4.042-Buahhttp://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/18/1/188980/Jumlah-Pulau-di-Indonesia-Berkurang-4.042-Buahhttp://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/18/1/188980/Jumlah-Pulau-di-Indonesia-Berkurang-4.042-Buahhttp://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/18/1/188980/Jumlah-Pulau-di-Indonesia-Berkurang-4.042-Buahhttp://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2014/05/BPK-Targetkan-Miliki-200-Auditor-Lingkungan-pada-2016.pdfhttp://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2014/05/BPK-Targetkan-Miliki-200-Auditor-Lingkungan-pada-2016.pdfhttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliun

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    9/50

    ix

    1.2  Rumusan Masalah

    1.  Bagaimana eksistensi peran BPK RI dalam usaha menerapkan prinsip

     perlindungan lingkungan di Indonesia?

    2. 

    Bagaimana konsep strategi pengelolaan dan pengawasan audit lingkungan

    BPK RI untuk menciptakan kesejahteraan sosial dan demokrasi lingkungan

    yang berintegritas di Indonesia?

    1.3  Tujuan

    1. 

    Untuk mengetahui eksistensi peran BPK RI dalam usaha menerapkan

     prinsip perlindungan lingkungan di Indonesia.

    2. 

    Untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menemukan solusi pengelolaan

    dan pengawasan audit lingkungan BPK RI untuk menciptakan kesejahteraan

    sosial dan demokrasi lingkungan yang berintegritas di Indonesia yang

    aplikatif dan relevan.

    1.4  Manfaat

    1.  Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik bagi duniailmu pengetahuan hukum. Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

    menjadi formulasi konsep pengelolaan dan pengawasan BPK RI dalam audit

    lingkungan hidup di Indonesia.

    2. Manfaat Aplikatif

    a.  Bagi Akademisi

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

    civitas akademika sebagai bahan untuk merumuskan penelitian lebihlanjut tentang pengelolaan dan pengawasan BPK RI dalam audit

    lingkungan hidup di Indonesia.

     b.  Bagi Pemerintah

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan maupun

    masukan dalam penyempurnaan peran BPK RI dalam keuangan negara di

     bidang perlindungan lingkungan hidup serta sebagai alternatif gagasan

    5

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    10/50

    x

    untuk melakukan formulasi konsep pengelolaan dan pengawasan BPK RI

    dalam audit lingkungan hidup di Indonesia.

    c. 

    Bagi Masyarakat

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada

    masyarakat, terutama masyarakat hukum adat untuk semakin memahami

     pengelolaan dan pengawasan BPK RI dalam audit lingkungan hidup di

    Indonesia, untuk membantu pengawasan terhadap lingkungan hidup di

    wilayahnya.

    6

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    11/50

    xi

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 

    Negara Hukum Kesejahteraan

    2.1.1 Pengertian Negara Hukum Kesejahteraan

    Konsep welfare state  atau  social sevice state, yaitu negara yang

     pemerintahannya bertanggung jawab penuh untuk memenuhi berbagai

    kebutuhan dasar sosial dan ekonomi setiap warga negara agar mencapai suatu

    standar hidup minimal. Konsep ini merupakan antitesis dari konsep “negara

     penjaga malam” yang tumbuh dan berkembang pada abad ke-18 hingga

     pertengahan abad 19. Tujuan yang ingin dicapai setiap negara memberikan

    kesejahteraan dan kemakmuran bagi warga negara. Agar tujuan tersebut dapat

    tercapai penyelenggara pemerintahan memerlukan organ atau perangkat yang

    sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing.19 Selain itu, pemerintah

    atau negara juga ditempatkan sebagai yang bertanggung jawab penuh

    terhadap kesejahteraan rakyat, dimana prinsip yang digunakan adalah

     staatsbemoeienis yang menghendaki negara dan pemerintah terlibat aktif

    dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat demi mencapaikesejahteraan umum.

    2.1.2 Indonesia sebagai Negara Hukum Kesejahteraan

     Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana tercantum dalam

    Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945.20  Negara hukum yang dianut Indonesia

    adalah negara hukum modern atau negara kesejahteraan. Tujuan yang hendak

    dicapai oleh negara Indonesia adalah terwujudnya masyarakat adil dan

    makmur baik spiritual maupun materiil berdasarkan Pancasila.

    21

     Konsekuensi kewajiban negara pada semua sektor kehidupan dan

     penghidupan, adanya tanggung jawab negara untuk mewujudkan

    kesejahteraan rakyat. Bagir Manan, menyatakan bahwa dalam negara

    19 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, tahun 2012,hlm.36.

    20  Indonesia (2), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUD NRI 1945, Ps.1 ayat 3.

    21

     Sjahran Basah,  Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia,Penerbit Alumni, Bandung, tahun 1997, hlm. 11.

    7

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    12/50

    xii

    kesejahteraan pemerintah menjadi “pemikul” utama tanggung jawab untuk

    mewujudkan keadilan sosial, kesejahteraan umum, dan sebesar-besarnya

    kemakmuran rakyat. Tanggung jawab negara ini merupakan sebagaimana

    terdapat pada Pembukaan UUD NRI 1945.22  Sejalan dengan pemikiran

    tersebut, Muchsan yang menggunakan istilah negara hukum modern atau

    materiil, menyatakan bahwa fungsi atau tugas negara Indonesia, yaitu :

    1.  Fungsi keamanan, pertahanan, dan ketertiban (defence, security, and

     protectional function). Termasuk ke dalam fungsi ini adalah fungsi

     perlindungan terhadap kehidupan, hak milik dan hak-hak lainnya sesuai

    dengan yang diatur di dalam peraturan perundang-undangan. 

    2. 

    Fungsi kesejahteraan (welfare function), termasuk ke dalamnya  social

     service dan social welfare. Yang jelas seluruh kegiatan yang ditunjukan

    untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta keadilan sosial bagi

    seluruh rakyat Indonesia. 

    3. 

    Fungsi pendidikan (education function), termasuk kedalamnya tugas

     penerangan umum, nation, dan character building , peningkatan

    kebudayaan dan sebagainya. 

    4. 

    Fungsi mewujudkan ketertiban serta kesejahteraan dunia (world peace

    and human welfare) dalam arti luas.23 

    Berdasarkan hal diatas, tampak bahwa Indonesia merupakan negara

    hukum modern atau negara kesejahteraan. Selain itu, juga dapat diyakini

     bahwa sebagai negara hukum modern atau negara kesejahteraan, negara

    memiliki landasan kuat sehingga mampu mengatur dan menyelenggarakan

    mekanisme pemerintahan. Kemudian, memberi kewenangan pemerintah

    untuk mengatur pengelolaan keuangan negara secara adil. Dan yang terakhir, pemerintah dapat membentuk sebuah lembaga untuk mengatur perihal

     pemeriksaan terhadap keuangan negara untuk mewujudkan kesejahteraan

    rakyat.

    22 Op.cit, Helmi, hlm.16.23

     Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan PeradilanTata Usaha Negara di Indonesia, Penerbit Liberty, Yogyakarta, tahun 2000, hlm. 8.

    8

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    13/50

    xiii

    2.2  Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

    2.2.1 Pengertian BPK RI

    Pengertian BPK RI tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

     Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, yang

    menyatakan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan adalah lembaga negara yang

     bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

    sebagaimana dimaksud dalam UUD NRI 1945.24 Dijelaskan pula dalam Pasal

    23 E ayat 2 UUD NRI 1945, bahwa hasil pemeriksaan keuangan negara

    diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya.25 

    BPK RI juga merupakan satu lembaga negara yang bebas dan mandiri

    dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab negara. Hal ini tercantum

    dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006. Yang dimaksud

    dengan bebas adalah dapat melakukan segala tindakan yang terkait dengan

     pengelolaan serta tanggung jawab keuangan negara dengan tidak melanggar

    ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kata

    mandiri dapat diartikan bahwa dalam melakukan suatu pemeriksaan terhadap

     pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara tidak boleh dipengaruhi

    oleh pihak manapun, walaupun pihak tersebut adalah pihak eksekutif,legislatif maupun yudikatif.

    2.2.2 Tujuan Pembentukan BPK RI

    BPK RI sebagai lembaga pengawas eksternal dari pemerintah,

    mendukung fungsi pengawasan lembaga perwakilan terhadap pengelolaan

    dan tanggung jawab keuangan negara. Disamping itu, pembentukan BPK RI

     juga dimaksudkan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas,

    efisiensi dan akuntabilitas pemerintah dalam pengelolaan dan tanggung jawabKeuangan Negara untuk mewujudkan tujuan bernegara. Keberadaan Badan

    Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga pemeriksa independen juga sangat

    24 Indonesia (3), Undang-Undang tentang Badan Pemeriksa Keuangan, UU No. 15 Tahun2006, LN No. 85 Tahun 2006, TLN No. 4654, Ps. 1 angka 1.

    25

      Indonesia (4), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUD NRI 1945, Ps.23 E ayat 2.

    9

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    14/50

    xiv

     penting artinya untuk mengurangi praktik-praktik penyimpangan Korupsi,

    Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dalam pengelolaan Keuangan Negara. 26 

    2.2.3 Kedudukan BPK RI

    Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, seperti yang tertuang

    dalam pasal 23 G ayat 1 UUD NRI 1945, berkedudukan di ibu kota negara

    dan memiliki perwakilan di setiap provinsi. Anggota dari BPK RI itu sendiri,

    dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan

    oleh presiden. BPK RI terdiri dari 9 orang anggota, yang keanggotaannya

    diresmikan dengan keputusan presiden.

    2.2.4 Tugas, Fungsi dan Wewenang BPK RI

    Sebagai suatu lembaga, BPK RI tentunya mempunyai tugas, fungsi,

    serta wewenang. Hal ini diatur dalam Pasal 6 sampai Pasal 12 UU No 15

    Tahun 2006. Pada Pasal 6 dijelaskan bahwa tugas BPK RI berupa :

    (1)BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan

    negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemda, Lembaga Negara

    lainnya, BI, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD, dan lembaga atau

     badan lain yang mengelola keuangan negara.

    (2)Pelaksanaan pemeriksaan BPK dilakukan berdasarkan UU tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

    (3)Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja

    dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

    (4)Pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan UU,

    laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan

    dipublikasikan.

    (5)Dalam melaksanakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawabkeuangan negara, BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan

    dengan obyek yang diperiksa sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan

    negara.

    (6)Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan tugas BPK diatur

    dengan peraturan BPK.

    26

     Ikhwan Fahrojih dan Mokh. Najih,  Menggugat Peran DPR dan BPK RI dalam Reformasi Keuangan Negara, In-TRANS Publishing, Malang, tahun 2008, hlm.19.

    10

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    15/50

    xv

    Selanjutnya dalam Pasal 7 menyatakan bahwa :

    (1)BPK menyerahkan hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

     jawab keuangan negara kepada DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan

    kewenangannya.

    (2)DPR, DPD, dan DPRD menindaklanjuti hasil pemeriksaan sesuai dengan

    Peraturan Tata Tertib masing-masing lembaga perwakilan.

    (3)Penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPRD dilakukan oleh

    Anggota BPK atau pejabat yang ditunjuk.

    (4)Tata cara penyerahan hasil pemeriksaan BPK kepada DPR, DPD dan

    DPRD diatur bersama oleh BPK dengan masing-masing lembaga

     perwakilan sesuai dengan kewenangannya.

    (5)Hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

    yang telah diserahkan kepada DPR, DPD dan DPRD dinyatakan terbuka

    untuk umum.

    Dilanjutkan oleh Pasal 8 yang menjelaskan :

    (1)Untuk keperluan tindak lanjut hasil pemeriksaan, BPK menyerahkan pula

    hasil pemeriksaan secara tertulis kepada Presiden, Gubernur, Bupati/

    Walikota sesuai dengan kewenangannya.(2)Tindak lanjut hasil pemeriksaan diberitahukan secara tertulis oleh

    Presideng, Gubernur, Bupati/Walikota kepada BPK.

    (3)Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal

    tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan

     peraturan perundang-undangan paling lama 1 bulan sejak diketahui unsur

     pidana tersebut.

    (4)Laporan BPK dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    (5)BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan yang

    dilakukan oleh pejabat, dan hasilnya diberitahukan secara tertulis kepada

    DPR, DPD dan DPRD, serta pemerintah.

    11

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    16/50

    xvi

    Pasal 9 menjelaskan tentang kewenangan BPK RI, antara lain :

    (1)Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang :

    a. 

    Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan

     pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta

    menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan;

     b. 

    Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh

    setiap orang, unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

    Lembaga Negara lainnya, BI, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD,

    dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara;

    c.  Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik

    negara, di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha

    keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan,

    surat-surat, bukti-bukti, rekening koran, pertanggungjawaban, dan

    daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara;

    d. 

    Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan

    dan tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada

    BPK;

    e. 

    Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasidengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan

    dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara;

    f.  Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

    keuangan negara;

    g. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang

     bekerja untuk dan atas nama BPK;

    h. 

    Membina jabatan fungsional Pemeriksa;i.  Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan

     j. 

    Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern

    Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh

    Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah.

    (2)Dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab

    keuangan negara yang diminta oleh BPK hanya dipergunakan untuk

     pemeriksaan.

    12

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    17/50

    xvii

    Pasal 10 yang merupakan kelanjutan dari Pasal 9, menerangkan :

    (1)BPK menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang

    diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai

    yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga

    atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara.

    (2)Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang

     berkewajiban membayar ganti kerugian ditetapkan dengan keputusan

    BPK.

    (3)Untuk menjamin pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, BPK berwenang

    memantau:

    a. 

     penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan oleh

    Pemerintah terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan pejabat lain;

     b.  pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah kepada

     bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain

    yang mengelola keuangan negara yang telah ditetapkan oleh BPK; dan

    c.  pelaksanaan pengenaan ganti kerugian negara/daerah yang ditetapkan

     berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

    hukum tetap.(4)Hasil pemantauan diberitahukan secara tertulis kepada DPR, DPD, dan

    DPRD sesuai dengan kewenangannya.

    Yang terakhir adalah Pasal 11, yang menjelaskan :

    BPK dapat memberikan :

    a.  pendapat kepada DPR, DPD, DPRD, Pemerintah Pusat/ Pemda, Lembaga

     Negara Lain, BI, BUMN, BUMD, Yayasan, dan lembaga atau badan lain,

    yang diperlukan karena sifat pekerjaannya; b.  pertimbangan atas penyelesaian kerugian negara/daerah yang ditetapkan

    oleh Pemerintah Pusat/Pemda; dan/atau

    c.  keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai kerugian negara/ daerah.

    Mengenai fungsi dari BPK dibagi kedalam tiga bidang, yaitu :

    a.  Fungsi Operatif, yaitu berupa pemeriksaan, pengawasan, dan

     penyelidikan atas penguasaan, pengurusan dan pengelolaan kekayaan

    atas negara.

    13

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    18/50

    xviii

     b.  Fungsi Yudikatif, yaitu berupa kewenangan menuntut perbendaharaan

    dan tuntutan ganti rugi terhadap perbendaharawan dan pegawai negeri

     bukan bendahara yang karena perbuatannya melanggar hukum atau

    melalaikan kewajiban yang menimbulkan kerugian keuangan dan

    kekayaan negara.

    c. 

    Fungsi Advisory, yaitu memberikan pertimbangan kepada pemerintah

    mengenai pengurusan dan pengelolaan keuangan negara.

    Dengan menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya dalam rangka

    mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih, BPK juga berperan aktif dalam

    menerapkan 6 prinsip Good Governance, yaitu keterbukaan dan transparansi,

    tanggung gugat ( Accountability), penegakan hukum dan keadilan, profesionalisme

    dan kompetensi, keefisienan dan keefektifan, serta komitmen pada perlindungan

    lingkungan hidup.

    2.3  Lingkungan Hidup

    2.3.1 Pengertian Lingkungan Hidup

    Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa,lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,

    dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi

    alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia

    serta makhluk hidup lain.27 

    Lingkungan, sebagai sumber daya merupakan aset yang dapat

    diperlukan untuk menyejahterahkan masyarakat. Hal ini sesuai dengan

     perintah Pasal 33 ayat 3 UUD NRI 1945 yang menyatakan bahwa, bumi, airdan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk

    sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.28  Dengan demikian, sumber daya

    lingkungan mempunyai daya regenerasi dan asimilasi yang terbatas. Selama

    eksploitasi atau permintaan pelayanan ada di bawah batas daya regenerasi

    27Indonesia (8), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN NO. 5059, Ps.1 angka 1.

    28

    Indonesia (9), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UUD NRI 1945, Ps.33 ayat 3.

    14

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    19/50

    xix

    atau asimilasi, sumber daya terbarui itu dapat digunakan secara lestari. Tetapi,

    apabila batas tersebut telah dilampaui, maka, sumber daya tersebut akan

    mengalami kerusakan dan fungsi sumber daya itu sebagai faktor produksi dan

    konsumsi atau sarana pelayanan akan mengalami gangguan. Atas dasar

    tersebut, dibagi kebutuhan dalam tiga bagian dasar yaitu :

    1. 

    Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup hayati

    Untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup secara hayati,

    manusia haruslah mendapatkan air, udara dan pangan dalam kuantitas

    dan mutu tertentu. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak. Selain itu, ia

     juga harus terlindung dari serangan organisme yang berbahaya, yaitu

    hewan buas patogen, parasit, dan vektor penyakit. Juga, dapat

    mempunyai ketentuan untuk menjaga kelangsungan hidup jenisnya.

    2.  Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi

    Berbeda dengan makhluk hidup yang lain, manusia tidak cukup sekadar

    hidup secara hayati, melainkan karena kebudayaannya ia harus hidup

    secara manusiawi. Misalnya, pangan tidak cukup sekadar memenuhi

    kebutuhan tubuh, melainkan harus disajikan dalam rasa, warna dan

     bentuk yang menarik. Sebenarnya manusia dapat mempertahankanhidupnya tanpa mengenakan pakaian, tetapi hal tersebut tidak

    manusiawi. Sehingga, tampak jelas bahwa sifat hidup yang manusiawi

    merupakan unsur penting dalam mutu lingkungan.

    3.  Kebutuhan dasar untuk memilih

    Kemampuan untuk memilih merupakan unsur hakiki makhluk untuk

    dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada manusia,

    kemampuan memilih berkembang melampaui tujuan untukmempertahankan kelangsungan hidup hayatinya, yaitu merupakan juga

    ekspresi kebudayannya.29 

    2.3.2 Tujuan Perlindungan Lingkungan Hidup

    Selain itu, untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan hidup

    serta eksploitasi besar-besaran oleh para manusia yang tidak bertanggung

     jawab, dibuatlah sebuah peraturan mengenai perlindungan dan pengelolaan

    29

      Supriadi,  Hukum Lingkungan Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, tahun 2010,hlm.5.

    15

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    20/50

    xx

    lingkungan hidup. Dimana, perlindungan dan pengelolaan lingkungan

    hidup,seperti yang tercantum dalam Pasal 3 UU no 32 Tahun 2009, bertujuan

    untuk :

    a. 

    Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

     pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

     b. 

    Menjamin keselamatan, kesehatan dan kehidupan manusia;

    c.  Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian

    ekosistem;

    d. 

    Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

    e.  Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

    f. 

    Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa

    depan;

    g.  Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup

    sebagai bagian dari hak asasi manusia;

    h. 

    Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

    i.  Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan

     j.  Mengantisipasi isu lingkungan global.30 

    Kemudian, diperjelas pada Pasal 4, mengenai perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang ruang lingkupnya meliputi perencanaan,

     pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan

    hukum.

    2.4  Audit Lingkungan Hidup

    2.4.1 Pengertian Audit Lingkungan

    Pengertian audit lingkungan menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

    evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha

    dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan

    oleh pemerintah.31  Pengertian tersebut sama dengan Peraturan Menteri

    30  Indonesia (5), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN NO. 5059, Ps.3.

    31

      Indonesia (6), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN NO. 5059, Ps.1 angka 28.

    16

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    21/50

    xxi

    Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2013 tentang Audit Lingkungan Hidup.

    Usaha dan/atau Kegiatan yang dimaksud di dalam pengertian audit

    lingkungan baik yang terdapat di dalam UU PPLH maupun Permen LH

     Nomor 03 tahun 2013 adalah segala bentuk aktivitas yang dapat

    menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan

    dampak terhadap lingkungan hidup.32 

    Sedangkan definisi audit lingkungan yang dibuat oleh  International

    Comerz Chamber yang dikutip dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

     Nomor 42 Tahun 1994 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Audit

    Lingkungan, audit lingkungan adalah suatu alat manajemen yang meliputi

    evaluasi secara sistematik, terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang

     bagaimana suatu kinerja organisasi, sistem manajemen dan peralatan dengan

    tujuan memfasilitasi kontrol manajemen terhadap pelaksanaan upaya

     pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian pemanfaatan kebijakan

    usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang

     pengelolaan lingkungan. Adapun menurut Dadang Purnama audit lingkungan

    dari suatu usaha atau kegiatan adalah perangkat manajemen yang dilakukan

    secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggung jawab pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan pertama kali

    diperkenalkan secara luas sejak diberlakukannya standar BS 7750 oleh

    British Standart Institution pada tahun 1992. Sebelumnya terdapat beberapa

    standar yang juga memperkenalkan audit lingkungan misalnya BS 5750, EN

    29000, ISO 9000 atau bahkan telah digunakan oleh industri maju jauh

    sebelum tahun 1992.33 

    2.4.2 Tujuan Audit LingkunganPelaksanaan audit lingkungan secara umum ditujukan untuk

    mengevaluasi suatu sistem pengelolaan lingkungan suatu usaha atau kegiatan

    sehingga hasil audit nantinya dapat merekomendasikan upaya perbaikan

    sistem pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan lingkungan dapat

    32 Kementerian Lingkungan Hidup,  Peraturan Menteri tentang Audit Lingkungan Hidup,Permen LH No. 03 Tahun 2013, Ps.1 angka 2.

    33

      Tuhana Taufiz Andrianto,  Audit Lingkungan, Penerbit Global Pustaka Utama,Yogyakarta, tahun 2002, hlm.2-3.

    17

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    22/50

    xxii

    dilakukan dengan lebih baik, terarah, efektif dan efisien. Pada

     perkembangannya, tujuan dari audit lingkungan kemudian dibuat menjadi

    lebih rinci sesuai dengan kehendak penganggung jawab kegiatan. Namun

    menurut Dadang Purnama, tujuan akhir suatu audit lingkungan adalah

     peningkatan kinerja suatu usaha atau kegiatan terutama akibat peningkatan

     pengelolaan lingkungan yang dilakukan.34 

    2.4.3 Sasaran Audit Lingkungan

    Sasaran dari audit lingkungan meliputi dua aspek, yang pertama adalah

    mengetahui kinerja organisasi, sistem manajemen, peralatan dan pentaatan

     peraturan perundangan. Sedangkan sasaran yang kedua adalah pelaksanaan

     pengendalian dampak lingkungan, karena adanya pemeriksaan terhadap

    kualitas lingkungan dan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan bahan untuk

    mengetahui keberhasilan upaya pengendalian dampak lingkungan. Audit

    lingkungan dilaksanakan dengan secara langsung menilai dan mengevaluasi

    kegiatan pengendalian tersebut.35 

    2.4.4 Metode Penelitian Audit Lingkungan

    Metode penelitian berkaitan dengan pengumpulan bukti atau fakta

    obyetif yang dapat berupa dokumen atau rekaman, wawancara kepadamanajemen, karyawan, dan masyarakat yang terkena dampak, pengamatan

    terhadap kondisi fisik, fasilitas, dan pembuktian (verifikasi) data dan

    informasi yang memerlukan suatu instrumen audit. Audit lingkungan

    menggunakan pendekatan empiris yang mengharuskan perolehan fakta dari

    hasil penelitian dan observasi. Di dalam audit lingkungan dilibatkan metode

    ilmiah yang langkahnya meliputi identifikasi masalah, rumusan hipoteseis, uji

    hipotesis dan kesimpulan. Audit lingkungan juga mengharuskan pembuatanrancangan penelitian yang ditentukan oleh permasalahan yang akan diteliti.

    Rancangan penelitian menentukan langkah-langkah berikutnya yaitu

     penentuan sampel, pengumpulan data dan pengolahan serta analisis data.

    Penentuan sampel ditentukan melalui pemilihan satu teknik pengambilan

    sampel dari beberapa teknik yaitu  simple random sampling ,  systematic

    34 Ibid, hlm.3.35

     Chafid Fandeli, Retno Nur Utami dan Sofiudin Nurmansyah,  Audit Lingkungan, PenerbitGadjah Mada University Press, Yogyakarta, tahun 2008, hlm.3-4.

    18

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    23/50

    xxiii

    random sampling ,  stratified random sampling , cluster sampling   dan multi-

     stage sampling . Pengumpulan data ditentukan oleh beberapa hal dan cara

    memperolehnya dilaksanakan melalui prosedur yang ada. Sedangkan

     pengolahan dan analisis data menggunakan jenis penelitian kuantitatif atau

    kualitatif.36 

    2.5  Kerangka Berpikir

    Perihal Badan Pemeriksa Keuangan Negara, sebagaimana telah

    dicantumkan dalam Pasal 23 E, 23 F dan 23 G UUD NRI Tahun 1945 dan UU

     No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, tampak jelas bahwa

    terdapat prinsip Good Governance  dalam melaksanakan peran BPK dalam

    mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih. Salah satu nya adalah komitmen

     pada perlindungan lingkungan hidup. Dibutuhkan suatu audit lingkungan hidup

    untuk dapat mewujudkan hal tersebut. Namun, jumlah sumber daya manusia

    untuk melaksanakan audit lingkungan tersebut masih kurang. Hal ini

    menyebabkan pengawasan terhadap hasil audit kurang optimal. Sehingga

    diperlukan adanya sinergitas antara BPK dengan kementrian terkait lingkungan

    hidup untuk melakukan pengawasan dan optimalisasi hasil audit, dan penindakannya. Selain itu, dalam hal ini peran masyarakat juga ditonjolkan

    melalui pengaduan setiap masyarakat terhadap suatu kejadian terhadap

    lingkungan hidup sebagai akibat dari kesalahan teknis maupun non teknis instansi

     pemerintah, dimana dalam mengadukan suatu peristiwa tersebut harus disertai

     bukti, maupun dokumentasi yang konkrit.

    36Ibid, hlm.78-93.

    19

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    24/50

    xxiv

    BAB III 

    METODE PENULISAN

    3.1. Pendekatan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah  yuridis normatif   atau disebut juga penelitian

    hukum doktrinal37, yaitu peneliti menelaah bahan hukum sekunder 38  kemudian

    dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan untuk menjawab

     permasalahan yang menjadi fokus penelitian yang mengkonsepkan hukum sebagai

    kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap

     pantas. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. 

    Pendekatan perundang-undangan ( statute-approach), yaitu dengan

    menelaah peraturan perundang-undangan39  yang berkaitan dengan Badan

    Pemeriksa Keuangan, Lingkungan Hidup dan Audit Lingkungan.

    2.  Pendekatan konseptual (conseptual approach), yaitu dengan menelaah dan

    memahami konsep-konsep40  Indonesia sebagai Negara Hukum

    Kesejahteraan, Badan Pemeriksa Keuangan, Lingkungan Hidup dan Audit

    Lingkungan.

    3. 

    Pendekatan sejarah (historical approach), yaitu dengan menelaahrekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara

    mengumpulkan, mengevaluasi, dan memverifikasikan, serta

    mensintesiskan bukti-bukti mendukung fakta untuk memperoleh

    kesimpulan.41 

    3.2. Jenis Bahan Hukum 

    Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah datasekunder sebagai data utama, yang terdiri dari:

    a. 

    Bahan Hukum Primer yakni peraturan perundang-undangan meliputi:

    37  Sukismo B.,  Karakter Penelitian Hukum Normatif dan Sosiologis, PenerbitPUSKUMBANGSI LEPPA UGM, Yogyakarta, tanpa tahun, hlm.8.

    38 Roni Hanitijo Soemitro,  Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Penerbit Ghalia,Jakarta, tahun 1988, hlm.10.

    39 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, tahun 2007, hlm. 96.40 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif , Penerbit Bayumedia,

    Malang, tahun 2007, hlm.391.41

     Husaini Usman dan Purnama Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial , Cetakankeempat, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 29.

    20

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    25/50

    xxv

    1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

    2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keungan Negara;

    3) 

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan

    Pemeriksa Keuangan;

    4) 

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

    5) Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2013 tentang

    Audit Lingkungan Hidup;

     b.  Bahan Hukum Sekunder, meliputi: literatur-literatur yang terkait dengan

     permasalahan yang dikaji yang berasal dari buku-buku, pendapat ahli hukum

    dari segi kepustakaan, dan artikel internet.

    c.  Bahan hukum tersier berupa kamus, yang terdiri dari kamus bahasa Indonesia,

    kamus hukum, dan berbagai kamus lainnya yang dibutuhkan.

    3.3. Teknik Penelusuran Bahan Hukum

    Teknik penelusuran bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan melalui

    studi dokumentasi dan studi pustaka, serta dari internet. Untuk mendapatkan bahan hukum yang dibutuhkan maka peneliti akan melakukan penelusuran bahan

    hukum di Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum (PDIH) Fakultas Hukum

    Universitas Brawijaya, Perpustakaan Pusat Universitas Brawijaya dan

    Perpustakaan Umum dan Arsip Kota Malang.

    3.4. Teknik Analisis Bahan Hukum 

    Seluruh bahan hukum yang berhasil dikumpulkan, selanjutnyadiinventarisasi, diklasifikasi, dan dianalisis dengan menggunakan analisis

    deskriptif yang bertujuan untuk menguraikan berbagai permasalahan hukum yang

    ada, sehingga didapatkan solusi yang tepat, guna memberikan formulasi baru

    dalam konsep pengawasan dan pengelolan BPK RI dalam audit lingkungan hidup

    di Indonesia.

    Metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mempelajari

     permasalahan yang ada dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam

    21

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    26/50

    xxvi

    masyarakat sehari-hari serta situasi-situasi tertentu.42  Tujuan dari penulisan

    deskriptif ini adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,

    faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan yang antar

    fenomena yang teliti untuk mendapatkan suatu pemecahan. Setelah proses

    analisis, dilakukan proses sintesis dengan menarik dan menghubungkan rumusan

    masalah, tujuan penulisan serta pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik

    simpulan yang bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapahal sebagai

    upaya transfer gagasan.

    42 Moh Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 35.

    22

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    27/50

    xxvii

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Eksistensi Peran BPK RI dalam Usaha Menerapkan Prinsip

    Perlindungan Lingkungan di Indonesia

    Segala bentuk perusakan lingkungan hidup seperti pencemaran

    menimbulkan dampak negatif baik bagi lingkungan hidup tersebut sendiri atau

    kelangsungan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya, serta menyebabkan

    kerugian negara yang secara tidak langsung dapat dikalkulasikan dengan jumlah

    uang. Pencemaran udara hebat pada tahun 1990 menyebabkan negara

    menanggung kerugian hingga US$ 424,3 juta. Jumlah tersebut meningkat tajam

    dalam kurun waktu 10 tahun menjadi US$ 634 juta pada tahun 2000.43 Pada tahun

    2005 kerugian ekonomi karena pencemaran udara di Jakarta sebesar 1,8 Triliun

    Rupiah.44  Sementara itu, kerugian ekonomi negara yang ditimbulkan sebagai

    akibat dari pembakaran hutan untuk kepentingan perusahaan tertentu di Riau

    dihitung sudah mencapai Rp.200 triliun.45 

    Tidak hanya pencemaran udara, pencemaran air juga turut berkontribusi

    menambah kerugian ekonomi negara. Misalnya pencemaran air yang terjadi disungai Cikijing, Rancaekek, Kabupaten Bandung. Pencemaran tersebut terjadi

    sebagai akibat dari pembuangan limbah oleh tiga pabrik tekstil besar yang berdiri

    di sekitar sungai Cikijing tersebut. Pabrik tekstil tersebut antara lain PT Kahatex,

    PT Insan Sandang dan PT Five Star yang menyebabkan kerugian negara sebesar

    Rp.392 miliar terhitung dari tahun 1999 sampai 2013.46 

    43

     Kementerian Lingkungan Hidup, Kita Rugi Miliaran Akibat Pencemaran Udara, diaksesdari http://www.menlh.go.id/kita-rugi-miliaran-akibat-pencemaran-udara/,  diakses pada 28Desember 2015, jam 06.21 WIB.

    44  Tempo Interaktif, Kerugian Akibat Pencemaran Udara Jakarta Rp 1,8 Triliun, diaksesdari http://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-

     jakarta-rp-1-8-triliun, diakses pada 28 Desember 2015, jam 06.38 WIB.45 BBC Indonesia, Perusahaan Pembakar Belum Diumumkan Karena Pertimbangan

     Ekonomi, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151028_indonesia _asap_luhut_ekonomi, diakses pada 28 Desember 2015, jam 07.33 WIB.

    46  BPLHD Jawa Barat,  Pengantar Diskusi (FGD) Bedah Kasus Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung: “Meretas Jalan Panjang

     Menggapai Kebenaran dan Keadilan”, diakses darihttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/layanan/k2-categories-2/item/41-pengantar-diskusi-fgd-

     bedah-kasus-pencemaran-dan-atau-kerusakan-lingkungan,  diakses pada 28 Desember 2015, jam07.48 WIB.

    23

    http://www.menlh.go.id/kita-rugi-miliaran-akibat-pencemaran-udara/http://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151028_indonesia%20_asap_luhut_ekonomihttp://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151028_indonesia%20_asap_luhut_ekonomihttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/layanan/k2-categories-2/item/41-pengantar-diskusi-fgd-bedah-kasus-pencemaran-dan-atau-kerusakan-lingkunganhttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/layanan/k2-categories-2/item/41-pengantar-diskusi-fgd-bedah-kasus-pencemaran-dan-atau-kerusakan-lingkunganhttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/layanan/k2-categories-2/item/41-pengantar-diskusi-fgd-bedah-kasus-pencemaran-dan-atau-kerusakan-lingkunganhttp://www.bplhdjabar.go.id/index.php/layanan/k2-categories-2/item/41-pengantar-diskusi-fgd-bedah-kasus-pencemaran-dan-atau-kerusakan-lingkunganhttp://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151028_indonesia%20_asap_luhut_ekonomihttp://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/10/151028_indonesia%20_asap_luhut_ekonomihttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://metro.tempo.co/read/news/2005/10/07/05767654/kerugian-akibat-pencemaran-udara-jakarta-rp-1-8-triliunhttp://www.menlh.go.id/kita-rugi-miliaran-akibat-pencemaran-udara/

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    28/50

    xxviii

    Kerusakan lingkungan yang disebakan oleh aktivitas manusia terutama

    korporasi atau perusahaan yang hanya berorientasi pada keuntungan semata secara

    tidak langsung dapat dikalkulasikan dalam jumlah uang yang tidak kecil dan dapat

    dikategorikan sebagai salah satu faktor peyebab kerugian negara. Tindakan

     perusahaan seperti membuang limbah yang dapat mengganggu stabilisasi

    lingkungan baik tanah, air dan udara serta tindakan lain yang dapat merusak

    lingkungan seperti eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan pembukaan

    lahan dengan cara yang ilegal disadari telah membahayakan kesimbangan alam,

    namun selalu terjadi setiap waktu dengan alasan untuk pemenuhan kebutuhan

    hidup manusia. Pada dasarnya pemenuhan kebutuhan hidup dan pelestarian

    lingkungan tidak dapat berjalan beiringan, karena pemenuhan kebutuhan hidup

    yang terlalu berlebihan menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan

    dan berlaku juga sebaliknya. Namun upaya untuk menyeimbangkan keduanya

    harus tetap dilakukan.

    Adapun upaya tersebut dilakukan melalui bantuan aturan-aturan hukum

    sehingga manusia tidak dapat bertindak sesuai kehendaknya sendiri tanpa

    memperhatikan alam lingkungannya. Aturan hukum tersebut diawasi melalui

    surat mekanisme izin yang legal dan harus memenuhi persyaratan tertentumisalnya harus memenuhi AMDAL dan beberap dokumen wajib lingkungan

    lainnya. Karena rumitnya birokrasi untuk mendapatkan izin tersebut, beberapa

     perusahaan atau penyelenggara kegiatan yang tidak bertanggung jawab memakai

     jalan pintas dengan tidak mengikuti aturan hukum yang berlaku dan berusaha

    menyamarkan usaha atau kegiatannya tersebut. Disinilah fungsi pengawasan

    dengan hanya melalui izin saja mulai tidak efisien jika tidak dikolaborasikan

    dengan suatu sistem terpadu yaitu audit lingkungan.Audit lingkungan diartikan secara yuridis oleh Undang-Undang Nomor 32

    Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah

    evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung jawab Usaha

    dan/atau Kegiatan terhadap persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan

    oleh pemerintah.47 Melalui hasil audit lingkungan tersebut aparat penegak hukum

    dapat menjadikannya sebagai patokan untuk mengambil penindakan selanjutnya.

    47

      Indonesia (7), Undang-Undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU Nomor 32 Tahun 2009, LN No. 140 Tahun 2009, TLN NO. 5059, Ps.1 angka 28.

    24

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    29/50

    xxix

    Penindakan tersebut jika didapat pelanggaran dalam hasil audit, penegak hukum

    dapat memberi sanksi tegas seperti sanksi administrasi melalui pencabutan izin

    usaha atau kegiatan. Tindakan lain yang dapat dilakukan sebagai alternatif adalah

    menjatuhkan sanksi pidana berupa penjara atau denda, atau tindakan-tindakan lain

    yang dirasa perlu dan adil untuk dijatuhkan kepada pelaku suatu usaha atau

    kegiatan yang tidak patuh dengan instrumen hukum yang berlaku.

    Audit lingkungan pada umumnya merupakan wewenang dari Kementerian

    Lingkungan Hidup atau kementerian terkait lainnya. Beberapa kali Kementerian

    Lingkungan Hidup memperbaharui peraturan menteri tentang Audit Lingkungan.

     Namun setelah reformasi, prinsip penyelamatan lingkungan hidup juga

    diamanahkan kepada lembaga non kementerian lain seperti BPK RI. Sehingga

    dapat disimpulkan audit lingkungan bukanlah kewenangan mutlak dari

    Kementerian Lingkungan Hidup, mengingat tugas dan wewengan Kementerian

    Lingkungan Hidup dan kementerian terkait lain tidak hanya terbatas pada audit

    lingkungan. Sehingga ada kecenderungan audit yang dilakukan oleh kementerian

    tersebut tidak maksimal jika tugasnya sebagai kementerian terlalu banyak.

    Hal ini diperparah dengan adanya segelintir pejabat di lingkungan

    kementerian terkait yang tidak sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya.Maka dari itu sudah menjadi tugas BPK RI untuk menyempurnakan temuan-

    temuan dalam audit lingkungan yang bisa saja tersembunyi dan luput dari

     pengawasan kementerian. Meskipun harus melakukan audit ulang dan terkesan

    terdapat tumpang tindih kewenangan, hal tersebut merupakan salah satu bentuk

    upaya menegakkan demokrasi lingkungan yang harapannya dapat menghasilkan

    kesejahteraan di masyarakat. Tetapi BPK RI tidak melakukan audit lingkungan

    secara langsung kepada perusahaan atau penyelengga kegiatan yang bersifatkomersial, namun melalui instansi pemerintah yang memberikan izin dan

    mengawasi usaha atau kegiatan tersebut. Tidak berlebihan jika prinsip

     penyelamatan lingkungan mengamanatkan BPK RI untuk berperan serta di

    dalamnya. Tidak hanya bertindak sebagai auditor untuk ke dalam negeri, namun

     juga dengan inisiatif sendiri dan kesadaran, BPK turut serta dalam

    menyelamatkan lingkungan hidup yang berada diluar kawasan Indonesia.

    25

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    30/50

    xxx

    Tugas BPK RI telah diatur dalam Pasal 6 UU no 15 Tahun 2006. Dengan

    melaksanakan tugas tersebut, sesungguhnya BPK juga mempunyai peran untuk

    menegakkan tata kelola pemerintahan yang baik ( good public governance), yang

    terdiri dari delapan unsur yaitu :

    1.  Bertanggung jawab (accountable);

    2. 

    Transparan (transparent );

    3.  Cepat-tanggap (responsive);

    4.  Efektif dan efisien (effective & Efficient );

    5. 

    Keamanan & Mencakup Semua ( Equitable & Inclusive);

    6.  Berdasarkan aturan huku, ( Rule of Law);

    7. 

    Keikutsertaan Pemilik Kepentingan ( Participatory);

    8. 

    Berdasarkan Musyawarah & Mufakat (Consensus-Oriented ).

    Berkaitan dengan hal tersebut diatas, BPK RI membantu penegakan tata

    kelola pemerintah yang baik, dari segi akuntabilitas dan juga transparansi. Hal ini

    dilakukan oleh BPK RI melalui audit, apakah pemerintah sudah melaksanakan

    kewajiban dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara secara tertib, tunduk

     pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efektif, efisien, ekonomis dan

    transparan serta melalui audit kinerja. Dengan pelaksanaan audit kepatuhan pengelolaan keuangan kepada peraturan yang berlaku tersebut, BPK RI dapat

    menegakkan tata kelola yang baik dalam bidang penegakan aturan hukum.

    Sudah dikatakan diatas bahwa BPK RI merupakan lembaga negara yang

    mempunyai fungsi sebagai ujung tombak dan pilar utama bagi tegaknya suatu tata

    kelola pemerintahan yang baik ( good public governance) dalam penyelenggaraan

    kehidupan bernegara, juga mempunyai peranan dalam upaya untuk menjaga serta

    melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Salah satu wujud dari peranan BPKRI dalam bidang tersebut adalah melakukan pemeriksaan terhadap instansi

     pemerintah yang berkaitan dengan lingkungan hidup, bukan usaha atau kegiatan

    yang bersifat komersial atau swasta. Sebagai lembaga pemeriksa pengelolaan dan

     pertanggungjawaban keuangan negara, BPK RI telah melakukan beberapa

     pemeriksaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, diantaranya pemeriksaan

     pengelolaan sampah, pengukuhan kawasan hutan, pengelolaan hutan,

    26

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    31/50

    xxxi

     pengendalian kebakaran hutan, pertanian, pertambangan batubara, perikanan,

    kelautan serta rehabilitasi hutan.

    BPK RI juga melakukan beberapa upaya lain dalam penyelamatan

    lingkungan hidup diantaranya membuka rapat konsultasi dengan Kementerian

     Negara Lingkungan Hidup pada 2010 lalu yang bertemakan “Pemeriksaan atas

    Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara di Lingkungan Kementerian

     Negara Lingkungan Hidup dan Arah Pemeriksaan BPK RI”.48 Pada tahun 2012,

    BPK RI menyelenggarakan lokakarya dengan tema “BPK Peduli Lingkungan”

    yang menghubungkan pemerintah, para praktisi dan pengerak srta pemerhati

    lingkungan secara informal yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerja

    sama antara BPK RI dengan para  stakeholder lingkungan dan memperoleh data

    dan informasi terkini terkait lingkungan hidup.49  BPK RI juga berkontribusi

    dalam pemberian data intensif berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas

    Laporan Keuangan (LK) kepada sejumlah kementerian terkait seperti

    Kementerian Kehutanan50 dan Kementerian Lingkungan Hidup51. Selain LHP atas

    LK, hasil audit lain dapat berupa LHP Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan LHP

    atas Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-Undangan. Selain produk berupa

    laporan-laporan, BPK RI juga dapat memberi opini kepada kementerian terkaityang diberi laporan tersebut.

    Selain itu, untuk menaikkan kinerja dan efisiensi serta efektifitas sumber

    daya BPK RI juga telah melakukan hubungan dilomatik dan kerjasama dengan

     badan pemeriksaan dari negara lain yang disebut dengan  Supreme Audit

     Institution (SAI). Hal ini juga dilakukan untuk meningkatkan kapasitas auditor

    dan institusi pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan lingkungan yang

    diharapkan nantinya memberikan konstribusi yang positif bagi pengelolaan dan

    48 BPK RI, Pertemuan BPK RI dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-bpk-ri-dan-kementerian-negara-lingkungan-hidup,  diakses

     pada 28 Desember 2015, jam 21.50.49  BPK RI,  Lokakarya “BPK Peduli Lingkungan”, diakses dari

    http://www.bpk.go.id/news/lokakarya-%E2%80%9Cbpk-peduli-lingkungan%E2%80%9D, diakses pada 12 Desember 2015, jam 22.48.

    50  BPK RI,  BPK Mengembangkan Audit Lingkungan, diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/bpk-mengembangkan-audit-lingkungan,  diakses pada 28 Desember2015, jam 22.02.

    51  BPK RI,  BPK Serahkan LHP Kementerian Lingkungan Hidup, diakses dari

    http://www.bpk.go.id/news/bpk-serahkan-lhp-kementerian-lingkungan-hidup,  diakses pada 28Desember 2015, jam 22.04

    27

    http://www.bpk.go.id/news/pertemuan-bpk-ri-dan-kementerian-negara-lingkungan-hiduphttp://www.bpk.go.id/news/lokakarya-%E2%80%9Cbpk-peduli-lingkungan%E2%80%9Dhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-mengembangkan-audit-lingkunganhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-serahkan-lhp-kementerian-lingkungan-hiduphttp://www.bpk.go.id/news/bpk-serahkan-lhp-kementerian-lingkungan-hiduphttp://www.bpk.go.id/news/bpk-mengembangkan-audit-lingkunganhttp://www.bpk.go.id/news/lokakarya-%E2%80%9Cbpk-peduli-lingkungan%E2%80%9Dhttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-bpk-ri-dan-kementerian-negara-lingkungan-hidup

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    32/50

    xxxii

     pertanggungjawaban keuangan negara di instansi-instansi negara terkait. Badan

     pemeriksa terkumpul dalam suatu wadah yaitu  International Organization of

    Supreme Audit Institutions (INTOSAI) Working Group on Environmental

     Auditing (WGEA).

    BPK RI berperan aktif dalam INTOSAI-WGEA dan seringkali menjadi tuan

    rumah bagi pertemuan organisasi BPK se-dunia tersebut. Misalnya INTOSAI-

    WGEA melakukan pertemuan ke-8 antar Steering Committee  (SC) INTOSAI-

    WGEA. BPK RI menjadi tuan rumah acara yang dihadiri 14 negara dan satu

    organisasi internasional bukan lembaga pemeriksa. Pertemuan yang berlangsung

    selama empat hari tersebut membahas tentang perkembangan implementasi

    rencana kerja INTOSAI-WGEA 2008-2010. Pada pertemuan ini BPK RI

    menyatakan telah aktif melakukan pemeriksaan yang berspektif lingkungan.

    Pertemuan ini juga membuat lima pedoman yang akan membantu para auditor se-

    dunia dalam melakukan pemeriksaan kinerja pemerintahnya dalam menghadapi

     perubahan iklim dan mengelola sumber daya alam.52  BPK RI kembali menjadi

    tuan rumah pertemuan Steering Committee INTOSAI-WGEA yang ke-13 selama

    tiga hari yang diikuti oleh 16 Supreme Audit Institustions  (SAI) dalam rangka

    membahas dan menyetujui kerangka kerja dari semua proyek dalam rencana kerjaWGEA tahun 2014-2016.53 

    BPK RI selanjutnya sering melakukan pertemuan bilateral dengan BPK

    negara lain yang tergabung dalam INTOSAI-WGEA, misalnya pertemuan teknis

    II yang diselenggarakan di Bali dalam rangka Implementasi Perjanjian Kerjasama

    antara BPK RI dengan Jabatan Audit Negara (JAN) Malaysia.54  BPK RI juga

    meningkatkan kerjasama dengan badan pemeriksa Rusia melalui pertemuan

     bilateral yang diadakan di Bali dengan  Board Member Accounts Chamber the Russian Federation (ACH) dan dalam pertemuan tersebut kedua badan pemeriksa

    52  BPK RI,  BPK Sedunia Bahas Audit Berperspektif Lingkungan Hidup, diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/bpk-sedunia-bahas-audit-berperspektif-lingkungan-hidup, diakses pada28 Desember 2015, jam 13.04.

    53 BPK RI,  Pertemuan Ke-13 Komite Pengarah Kelompok Kerja Audit Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia, diakses dari http://www.bpk.go.id/news/pertemuan-ke-13-komite- pengarah-kelompok-kerja-audit-lingkungan-hidup-badan-pemeriksa-sedunia,  diakses pada 28Desember 2015, jam 16.03.

    54 BPK RI, Pertemuan Teknis II dalam Rangka Implementasi Perjanjian Kerjasama Antara BPK RI dan Jabatan Audit Negara (JAN) Malaysia, diakses dari

    http://www.bpk.go.id/news/pertemuan-teknis-ii-dalam-rangka-implementasi-perjanjian-kerjasama-antara-bpk-ri-dan-jabatan-audit-negara-jan-malaysia, diakses pada 28 Desember 2015, jam 14.47.

    28

    http://www.bpk.go.id/news/bpk-sedunia-bahas-audit-berperspektif-lingkungan-hiduphttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-ke-13-komite-pengarah-kelompok-kerja-audit-lingkungan-hidup-badan-pemeriksa-seduniahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-ke-13-komite-pengarah-kelompok-kerja-audit-lingkungan-hidup-badan-pemeriksa-seduniahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-teknis-ii-dalam-rangka-implementasi-perjanjian-kerjasama-antara-bpk-ri-dan-jabatan-audit-negara-jan-malaysiahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-teknis-ii-dalam-rangka-implementasi-perjanjian-kerjasama-antara-bpk-ri-dan-jabatan-audit-negara-jan-malaysiahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-teknis-ii-dalam-rangka-implementasi-perjanjian-kerjasama-antara-bpk-ri-dan-jabatan-audit-negara-jan-malaysiahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-teknis-ii-dalam-rangka-implementasi-perjanjian-kerjasama-antara-bpk-ri-dan-jabatan-audit-negara-jan-malaysiahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-ke-13-komite-pengarah-kelompok-kerja-audit-lingkungan-hidup-badan-pemeriksa-seduniahttp://www.bpk.go.id/news/pertemuan-ke-13-komite-pengarah-kelompok-kerja-audit-lingkungan-hidup-badan-pemeriksa-seduniahttp://www.bpk.go.id/news/bpk-sedunia-bahas-audit-berperspektif-lingkungan-hidup

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    33/50

    xxxiii

    sepakat untuk mengadakan pertukaran informasi tentang kelembagaan badan

     pemeriksa masing-masing.55  Tidak hanya aktif melakukan hubungan diplomatik

    dengan BPK negara lain, BPK RI juga aktif dalam setiap kegiatan INTOSAI-

    WGEA, bahkan beberapa pertemuan menjadikan BPK RI sebagai tuan rumah.

    Misalnya INTOSAI  Development Initiatives  (IDI)-WGEA yang berlangsung

    selama 12 hari dan dihadiri BPK dari 15 negara. Tujuan dari pertemuan ini adalah

    membahas pemeriksaan atas pengelolaan oleh masing-masing lembaga pemeriksa

    yang ikut, dan output nya adalah INTOSAI Guidance Material on Auditing

     Forests  yang memakai metode audit berbasis teknologi yang disebut

    Geographical Information System  (GIS) dan  Remote Sensing . Program tersebut

    akhirnya diadopsi oleh badan pemeriksa dari masing-masing negara yang

     berpartisipasi.56 

    BPK RI terpilih menjadi ketua INTOSAI-WGEA periode 2013-2016,

    menggantikan ketua sebelumnya yaitu BPK dari Estonia. BPK RI dipilih karena

     peran aktif BPK RI di dalam organisasi ini. Tercatat BPK RI telah aktif menjadi

    anggota INTOSAI-WGEA sejak 1999 dan menjadi Steering Committee  pada

    tahun 2004. Hal ini membuktikan keseriusan BPK RI dalam perannya memenuhi

     prinsip penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia.57

      Setelah terpilihnya BPKRI sebagai ketua INTOSAI-WGEA, BPK RI secara otomatis tidak hanya

    menanggung tanggung jawab pengauditan instansi negara yang berhubungan

    dengan lingkungan di Indonesia, tetapi juga secara tidak langsung berpengaruh

    dalam audit lingkup dunia.

    Selama BPK RI menjabat menjadi ketua INTOSAI-WGEA, pengembangan

    terhadap audit lingkungan semakin sering dilakukan, misalnya dengan

    menyelenggarakan INTOSAI-WGEA  Internatonal Training on Forest Audit  untuk yang kedua kalinya di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan

    kapasitas auditor dalam melaksanakan audit kehutanan dengan

    55  BPK RI,  BPK Adakan Pertemuan Bilateral dengan ACH Rusia, diakses darihttp://www.bpk.go.id/news/bpk-adakan-pertemuan-bilateral-dengan-ach-rusia,  diakses pada 28Desember 2015, jam 15.16.

    56  Biro Humas dan Luar Negeri BPK RI,  BPK Promotori 15 Negara Bahas Audit Pengelolaan Hutan, diakses dari http://www.bpk.go.id/news/bpk-motori-15-negara-bahas-audit- pengelolaan-hutan, diakses pada 28 Desember 2015, jam 15.09.

    57  BPK RI,  BPK Terpilih Sebagai Ketua INTOSAI WGEA 201-2016 , diakses dari

    http://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016,  diakses pada 28Desember 2015, jam 18.02.

    29

    http://www.bpk.go.id/news/bpk-adakan-pertemuan-bilateral-dengan-ach-rusiahttp://www.bpk.go.id/news/bpk-motori-15-negara-bahas-audit-pengelolaan-hutanhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-motori-15-negara-bahas-audit-pengelolaan-hutanhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016http://www.bpk.go.id/news/bpk-terpilih-sebagai-ketua-intosai-wgea-2013-2016http://www.bpk.go.id/news/bpk-motori-15-negara-bahas-audit-pengelolaan-hutanhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-motori-15-negara-bahas-audit-pengelolaan-hutanhttp://www.bpk.go.id/news/bpk-adakan-pertemuan-bilateral-dengan-ach-rusia

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    34/50

    xxxiv

    mempertimbangkan aspek ekonomi, efektifitas dan efisiensi. Pelatihan tersebut

    mengajarkan kepada peserta tentang cara menggunakan  Audit Guidance on

     Forestry yang sudah disusun pada  International Training on Forestry  pertama.

    Selain itu di pelatihan tersebut juga diperkenalkan penggunaan GPS untuk

    mendukung pengumpulan bukti dalam melakukan audit sehingga dapat

    memberikan kemampuan kepada auditor untuk melakukan pemetaan tentang

    wilayah melalui sistem dan memetakan luasan cakupan hutan.58 

    Dengan melakukan berbagai hal diatas, BPK RI telah mendorong

     pemerintah dalam mengembangkan serta mengimplementasikan kebijakan,

     peraturan dan kelembagaan yang sesuai dalam menjalankan program di bidang

    lingkungan hidup, melalui pemeriksaan atas kinerja, kepatuhan serta sistem

    akuntabilitas dan transparansi pemerintah. Tidak bisa dikatakan sebagai prestasi

    yang kecil ketika Indonesia menjadi negara pertama di Asia yang badan

     pemeriksanya menduduki jabatan ketua dalam ranah organisasi badan pemeriksa

    se-dunia. Hal ini tentu dapat memotivasi setiap pejabat yang berada dalam lingkup

    BPK RI untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.

     Namun, sangat disayangkan, bahwa Sumber Daya Manusia yang diperlukan

    untuk melakukan audit lingkungan hidup di setiap daerah sangat minim. Terbukti bahwa, saat ini auditor lingkungan yang dimiliki oleh BPK RI hanyalah 16 orang

    saja yang bersertifikat internasional untuk mengadakan audit lingkungan. Jumlah

    staff auditor tersebut, harus menangani audit lingkungan hidup di seluruh wilayah

    di Indonesia. Meskipun tidak menutup kemungkinan auditor lain yang tidak

     bersertifikat internasional juga dituntut bisa menjalankan tugas sebagai auditor

    lingkungan, namun perlu disadari jika setiap auditor memiliki ranahnya tersendiri.

    Terlebih lagi, belum ada petunjuk teknis yang memadai untuk melaksanakan audit pengelolaan lingkungan hidup tersebut. Padahal, penerapan suatu audit

     pengelolaan lingkungan hidup akan dapat membantu pemerintah Indonesia dalam

    menerapkan pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini menyebabkan peranan

    58 BPK RI, Wakil Ketua BPK Buka Secara Resmi The 2nd INTOSAI WGEA InternationalTraining on Forestry Audit , diakses dari http://www.bpk.go.id/news/wakil-ketua-bpk-buka-secara-

    resmi-the-2nd-intosai-wgea-international-training-on-forestry-audit,  diakses pada 28 Desembe2015, jam 18.36.

    30

    http://www.bpk.go.id/news/wakil-ketua-bpk-buka-secara-resmi-the-2nd-intosai-wgea-international-training-on-forestry-audithttp://www.bpk.go.id/news/wakil-ketua-bpk-buka-secara-resmi-the-2nd-intosai-wgea-international-training-on-forestry-audithttp://www.bpk.go.id/news/wakil-ketua-bpk-buka-secara-resmi-the-2nd-intosai-wgea-international-training-on-forestry-audithttp://www.bpk.go.id/news/wakil-ketua-bpk-buka-secara-resmi-the-2nd-intosai-wgea-international-training-on-forestry-audit

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    35/50

    xxxv

    BPK RI dalam melaksanakan suatu audit lingkungan berjalan kurang efektif,

    efisien, dan cepat.

    Hanya dengan 16 orang auditor lingkungan bersertifikat internasional

    tersebut tidak cukup untuk memantau seluruh instansi pemerintah yang

     berhubungan dengan lingkungan hidup. Untuk itu perlu diadakan reformulasi

    dengan mensinergikan peran masyarakat melalui sistem pengaduan terpadu.

    Selain itu, BPK RI juga perlu mensinergikan diri dengan kementerian terkait

    untuk mengadakan audit lingkungan yang dilakukan dengan instansi pemerintah

    non kementerian sebagai objek audit lingkungan.

    4.2. 

    Konsep Sinergitas Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup

    dalam Audit Lingkungan BPK

    Dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di Indonesia sudah

     berbagai wacana dan gagasan diusulkan, bahkan peran lembaga pemerintahan pun

    tak segan-segan dalam meregulasi pengelolaan dan perlindungan lingkungan

    hidup sehingga diharapkan mampu mewujudkan demokrasi lingkungan yang

     berintegritas. Namun gagasan mengenai pengelolaan dan perlindungan

    lingkungan hidup tidak kunjung mendapat perhatian besar dari masyarakat luasyang belum dioptimalisasikan peranannya dalam memantau audit lingkungan

    yang menjadi salah satu tugas BPK RI.

    Jumlah auditor lingkungan hidup yang memiliki sertifikat audit lingkungan

    hidup internasional di Indonesia sangat terbatas, hanya berjumlah 16 orang dari

    total jumlah auditor BPK RI dalam skala nasional yang berjumlah sekitar 3.500

    orang. Hal tersebut membuat daya kerja BPK RI dalam mengaudit lingkungan

    hidup kurang relevan dan masif dengan semangat demokrasi lingkungan hidupyang berintegritas yang dicita-citakan Indonesia selama ini. Sehingga dari

     permasalahan tersebut, maka dibutuhkan sebuah sinergitas antara BPK RI,

    kementerian terkait permasalahan lingkungan, lembaga swadaya masyarakat dan

     juga masyarakat luas diperlukan untuk membantu peran BPK RI dalam mengaudit

    lingkungan hidup yang termasuk dalam lingkup keuangan negara. 

    Audit lingkungan hidup di bawah wewenang dan pengawasan yang

    dilakukan melalui sinergitas BPK RI, kementerian terkait permasalahan

    31

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    36/50

    xxxvi

    lingkungan, lembaga swadaya masyarakat dan juga masyarakat luas tidak

     berpihak dan mampu professional dalam pekerjaannya. Sinergitas tersebut harus

    menjunjung prinsip akuntabilitas, transparan, dan adil secara kumulatif, agar dapat

    melengkapi kekurangan fungsi struktur yang sudah ada dan sudah diatur selama

    ini sehingga tercipta kesejahteraan sosial seperti yang diamanatkan oleh UUD

     NRI 1945 dan demokrasi lingkungan yang berintegritas sesuai yang diamanatkan

    oleh UU No. 32 Tahun 2009. 

    Sinergitas peran BPK RI, kementerian terkait permasalahan lingkungan,

    lembaga swadaya masyarakat dan juga masyarakat luas ini bertujuan untuk

    menekan anggaran pengeluaran negara untuk pekerjaan audit lingkungan yang

    dinilai belum optimal dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di

    Indonesia. Berikut ini merupakan peta konsep sinergitas pengelolaan dan

     perlindungan lingkungan hidup hidup sebagai solusi efektif menciptakan

    demokrasi lingkungan yang berintegritas dan kesejahteraan sosial di Indonesia: 

    Gambar 1. Peta Konsep Sinergitas Pengelolaan Dan Perlindungan

    Lingkungan Hidup Hidup

    Sumber: Kreasi Penulis

    32

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    37/50

    xxxvii

    Keterangan:

    Sinergitas peran BPK RI, kementerian terkait permasalahan lingkungan

    (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Kementerian

    Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Kementerian Kelautan dan

    Perikanan Indonesia, dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang Indonesia),

    lembaga swadaya masyarakat dan juga masyarakat luas bergerak dalam teknik

    audit lingkungan hidup yang berprinsipkan akuntabilitas, transparan, dan adil

    secara kumulatif, kemudian mengoptimasikan layanan kerja baik secara online 

    maupun offline  BPK RI serta kementerian terkait lingkungan hidup melalui

    konseling pada masyarakat dan juga lembaga swadaya masyarakat yang diawasi

    oleh PPATK dan dipublikasikan oleh KIP dan PPID. Sehingga dapat tercipta cita-

    cita agung bangsa yaitu kesejahteraan sosial seperti yang diamanatkan oleh UUD

     NRI 1945 dan demokrasi lingkungan yang berintegritas sesuai yang diamanatkan

    oleh UU No. 32 Tahun 2009.

    1. 

    Daya Kerja

    Sinergitas BPK RI bersama kementerian terakit permasalahan lingkungan

    untuk menciptakan relevansi kesejahteraan sosial dan demokrasi lingkungan bagi

    seluruh masyarakat Indonesia disediakan sarana secara online dan offline sebagaisarana pelaporan dan pantauan kinerja sinergitas yang dilakukan BPK RI.

    a.  Offline 

    Program kerja offline  merupakan program pengaduan dan pemberitahuan

    adanya indikasi kesalahan pada pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam

     pengerjaan audit lingkungan yang mengacu pada kesalahan teknis maupun non

    teknis secara langsung ke BPK RI yang memiliki peran utama dalam proses audit

    lingkungan hidup dari semua pihak yang turut serta dalam pengawasan.Setelah dugaan kasus diterima, dugaan kasus akan segera diidentifikasi

    dengan cara penyelidikan dan penyidikan terhadap pihak bersangkutan oleh BPK

    RI, apakah benar terdapat unsur kesalahan pada pengelolaan dan perlindungan

    lingkungan dalam pengerjaan audit lingkungan yang mengacu pada kesalahan

    teknis maupun non teknis atau tidak.

    33

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    38/50

    xxxviii

     b.  Online 

    Program kerja online  merupakan program pengaduan dan pemberitahuan

    adanya indikasi kesalahan pada pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam

     pengerjaan audit lingkungan yang mengacu pada kesalahan teknis maupun non

    teknis secara tidak langsung melalui situs resmi BPK RI yang memiliki peran

    utama dalam proses audit lingkungan hidup dari semua pihak yang turut serta

    dalam pengawasan.

    Kemudian setelah dugaan kasus diterima, dugaan kasus akan segera

    diidentifikasi dengan cara penyelidikan dan penyidikan terhadap pihak

     bersangkutan oleh BPK RI, apakah benar terdapat unsur kesalahan pada

     pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam pengerjaan audit lingkungan

    yang mengacu pada kesalahan teknis maupun non teknis atau tidak.

    Selain pengaduan dan pemberitahuan tentang dugaan kesalahan pada

     pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam pengerjaan audit lingkungan

    yang mengacu pada kesalahan teknis maupun non teknis, situs ini juga

    menyediakan fasilitas e-emergency  yang bertujuan untuk memberitahukan

    langsung kepada BPK RI bahwa telah nyata terjadi kesalahan yang cukup fatal

     pada pengelolaan dan perlingdungan lingkungan hidup.  E-emergency merupakanfasilitas yang disediakan situs website BPK RI yang mampu secara cepat

    menangani pelaporan darurat yang dilakukan oleh masyarakat luas tanpa melalui

     proses penyelidikan dan penyidikan lagi. Larangan dan sanksi mengenai tindakan

     pelaporan darurat ini dipertegas dan diperketat pengawasannya oleh BPK melalui

     beberapa pertanyaan penting yang wajib dijawab terlebih dahulu oleh masyarakat,

    sehingga tidak sembarang masyarakat memanfaatkan e-emergency  yang

    disediakan oleh situs online BPK tersebut.c.  Hasil yang Diharapkan

    Sinergitas peran BPK RI baik secara online  maupun offline  diharapkan

    mampu memenuhi keadilan hukum untuk seluruh rakyat Indonesia sesuai sila

    kedua, keempat, dan kelima Pancasila. Kemudian publikasi yang dimaksud yaitu

    mengenai tentang tata cara penyelesaian dugaan kasus kesalahan pada

     pengelolaan dan perlindungan lingkungan dalam pengerjaan audit lingkungan

    yang mengacu pada kesalahan teknis maupun non teknis di bawah pengawasan

    34

  • 8/18/2019 KTI BPK FIX

    39/50

    xxxix

    sinergitas BPK RI bersama kementerian terkait. Publikasi dapat dilakukan melalui

    media cetak maupun media elektronik, sehingga LSM dan masyarakat Indonesia

    dapat turut serta memantau salah satu proses demokrasi lingkungan secara mudah

    yang memenuhi prinsip akuntabel, transparansi, dan adil secara kumulatif. Ini

    merupakan salah satu upaya untuk membangun budaya keterbukaan publik

     berintegritas dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

    2.  Ko