kti tia mariadi
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. T DENGAN GANGGUANSISTEM PERSARAFAN : MILD HEAD INJURY DI RUANG BEDAH
SARAF GEDUNG KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUMPUSAT dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan PendidikanProgram Diploma III Keperawatan Pada Akademi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Muna
Disusun Oleh :
TIA MARIADINIM : 13.13.1085
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
RAHA2016
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul:
“Asuhan Keperawatan Pada Nn. T Dengan Gangguan Sistem Persarafan : Mild
Head Injury Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung”.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di hadapan dewan
penguji.
Raha, 02 Juli 2016
Pembimbing
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
Mengetahui :
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep (………………….)
2. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep., Ns ., M.Kes (……………….....)
3. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep (………………….)
2. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep., Ns ., M.Kes (……………….....)
3. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iii
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jln. POROS RAHA-TAMPO KM.6 MOTEWE TELP. 0403-22945
HALAMAN PENGESAHAN
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada Tanggal 02 Juli 2016
Dewan Penguji
1. SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep (………………….)
2. WA ODE FITRI NINGSIH, S.Kep., Ns ., M.Kes (……………….....)
3. ASMALIA, S.Kep., Ns., M.Kes (……………….....)
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan pada
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna
Tanggal 02 Juli 2016
Direktur Akper Pemkab Muna
S A N T H Y, S. Kep., Ns., M.KepNIP.19800212 200312 2 006
iv
ABSTRAK
Tia Mariadi. Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn. T Dengan Gangguan Sistem Persarafan : Mild HeadInjury Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan SadikinBandung. Dibimbing oleh Santhy.
Latar belakang, menurut catatan medical record Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai IIRumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung periode Desember 2015 – Februari 2016didapatkan bahwa kasus trauma kepala menempati urutan pertama atau terdapat 129 (50,99%) kasusdari 253 kasus penyakit. Trauma kepala merupakan masalah yang sangat memerlukan perhatian danpenatalaksanaan yang sangat komprehensif dan intensif bagi tenaga kesehatan berdampak padapenurunan intelektual atau tingkah laku pada klien.Tujuan, untuk memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatanpada klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury dengan pendekatan proseskeperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.Metode, metode yang digunakan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini yaitu metode analisisdeskriptif melalui studi kasus berdasarkan pendekatan proses keperawatan dengan tehnik pengumpulandata melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakan dan pemeriksaan fisik.Hasil, pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Nn. T mulai tanggal 22 – 24 Februari 2016 di RuangBedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandungditemukan enam diagnosa keperawatan yaitu, perubahan perfusi jaringan otak berhubungan denganpenurunan kesadaran, nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala, perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, defisit perawatan diri berhubungan denganimobilisasi, ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan danperawatan serta resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak. Setelah dilakukanevaluasi selama tiga hari dari enam diagnosa keperawatan atau masalah yang ditemukan, hanya terdapat3 masalah yang teratasi, tetapi masalah keperawatan yang lain sudah menunjukan perubahan yang baik.Hal ini terjadi karena beberapa masalah keperawatan membutuhkan waktu yang berbeda-beda dalamproses penyembuhan.Kesimpulan dan saran, dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan mild head injuryperawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan meningkatkan frekuensi kontakdengan klien serta dalam melaksanakan asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasianyang dicatat dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik dengan timkesehatan lainnya.
Kata Kunci : Asuhan keperawatan, Mild Head InjurySumber Literatur : 14 Kepustakaan (2000-2016)
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien Nn. T dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Mild Head Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung” disusun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III
Keperawatan pada Akper Pemkab Muna.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sangat mendalam kepada :
1. Ibu dr. Ayi Djembarani, MARS, selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum
Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang telah memberikan waktu dan kesempatan
untuk praktek dan melaksanakan ujian praktek klinik keperawatan di Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Ibu Santhy, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Direktur Akper Pemkab Muna sekaligus
sebagai pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, yang telah
meluangkan waktunya, tenaga dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan
mengarahkan penulis mulai dari awal penulisan sampai selesai dengan baik, serta
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna.
3. Bapak Kali Sarjono, S.Kep., Ns selaku penguji lahan praktek di Ruang Bedah
Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung.
4. Bapak Almawin Susen, S.Kep., M.Kes selaku penguji institusi ujian praktek di
Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung.
5. Kepala Ruangan, CI Ruangan, Perawat serta Staf di Ruang Bedah Saraf Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung yang
vi
telah memberikan petunjuk dan nasehat serta kerja sama dalam melaksanakan
asuhan keperawatan di ruangan yang dipimpinnya.
6. Seluruh Staf dan Dosen Akper Pemkab Muna yang telah memberikan dukungan
dan bantuan serta kerja sama dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Klien Nn. T dan keluarganya yang telah senang hati menerima penulis untuk
mengadakan studi kasus berupa pelaksanaan asuhan keperawatan dalam rangka
menyusun Karya Tulis Ilmiah.
8. Kedua Orang tuaku tercinta Ayahanda Jahtiar dan Ibunda Mariati, serta seluruh
keluargaku yang telah memberikan do’a, motivasi, harapan, dan dorongan baik
moril maupun materil yang sangat berarti selama mengikuti pendidikan pada
Akper Pemkab Muna hingga selesai.
9. Sahabat-sahabatku, rekan-rekan mahasiswa Akper Pemkab Muna angkatan XIII
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan
motivasinya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isinya. Olehnya itu, penulis
mengharapkan adanya masukan, baik kritik ataupun saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga bermanfaat bagi dunia
keperawatan, amin.
Raha, 28 Juni 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vii
DAFTAR TABEL..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR BAGAN .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................. 4
C. Tujuan Penulisan................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan.............................................................. 5
E. Metode Telaahan ............................................................... 6
F. Waktu Pelaksanan ............................................................. 7
G. Tempat Pelaksanan ............................................................ 7
H. Sistematika Telaahan ........................................................ 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MILD
HEAD INJURY
A. Konsep Dasar .................................................................... 9
1. Pengertian .................................................................... 9
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan .................... 10
3. Etiologi ........................................................................ 14
4. Patofisiologi.................................................................. 14
5. Tanda dan Gejala ........................................................ 15
viii
6. Pemeriksaan Penunjang ............................................... 16
7. Penatalaksanaan Medis................................................. 17
8. Komplikasi.................................................................... 17
9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola
Fungsi Sistem Tubuh Terhadap Kebutuhan Klien
Sebagai Makhluk Holistic............................................. 18
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan ............... 20
1. Pengkajian .................................................................... 20
2. Diagnosa Keperawatan ............................................... 33
3. Perencanaan ................................................................. 34
4. Implementasi ............................................................... 39
5. Evaluasi ....................................................................... 40
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus................................................................... 41
1. Pengkajian ................................................................... 41
2. Diagnosa Keperawatan ................................................ 59
3. Perencanaan ................................................................. 62
4. Implementasi dan Evaluasi ......................................... 65
5. Catatan Perkembangan................................................. 68
B. Pembahasan ....................................................................... 72
1. Pengkajian ................................................................... 72
2. Diagnosa Keperawatan................................................ 73
3. Perencanaan................................................................. 76
4. Implementasi ............................................................... 76
5. Evaluasi ....................................................................... 78
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ........................................................................ 80
B. Rekomendasi ...................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
HalamanTabel 1. Sepuluh penyakit besar yang dirawat di Ruang Bedah Saraf
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Hasan Sadikin Bandung ............................................................ 3
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS .........................
Perencanaan perubahan perfusi jaringan otak ...........................
Perencanaan nyeri akut ..............................................................
Perencanaan ketidakefektifan jalan napas .................................
Perencanaan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ...
Perencanaan hambatan mobilitas fisik ......................................
Perencanaan resiko cedera ........................................................
Perencanaan ansietas .................................................................
Perencanaan resiko infeksi .......................................................
Pola aktivitas sehari-hari ...........................................................
Hasil pemeriksaan laboratorium ................................................
23
35
36
36
37
37
38
39
39
51
54
Tabel 13. Analisa data ............................................................................... 56
Tabel 14. Perencanaan ............................................................................... 62
Tabel 15. Implementasi dan evaluasi ........................................................ 65
Tabel 16. Catatan perkembangan .............................................................. 68
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Anatomi sistem persarafan...................................................... 10
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Genogram 3 generasi .............................................................. 44
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 2 : Materi
Lampiran 3 : Leaflet
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat
perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
beberapa gejala yang secara tidak langsung muncul seiring dengan laju
pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri. Seiring dengan
perkembangan tersebut, kasus dan insiden yang terjadi di kota juga ikut
bertambah. Meningkatnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan
meningkatnya kasus kecelakaan. Insiden kecelakaan merupakan salah satu
dari masalah kesehatan dasar selain gizi dan konsumsi, sanitasi lingkungan,
penyakit, gigi dan mulut, serta aspek moralitas dan perilaku di Indonesia.
Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar di
Indonesia. Namun selain kematian, kecelakaan juga mampu menimbulkan
dampak lain yaitu trauma kepala (Safrizal, Saanin dan Bachtiar, 2013).
Trauma kepala sering mengakibatkan penyakit yang serius yaitu
penyakit neurologik, dan merupakan proporsi epidemik sebagai hasil
kecelakaan jalan raya. Adapun akibat trauma kepala ini berdampak pada
penurunan intelektual atau tingkah laku yang menghambat kembalinya
mereka pada kehidupan normal. Resiko utama pasien yang mengalami trauma
kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap trauma dan menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial (Smeltzer dan Bare, 2002).
2
Selain dapat menyebabkan kematian, salah satu dampak dari trauma
kepala adalah gangguan aktifitas gerak, diantaranya disebabkan oleh trauma
kepala berat yang menimbulkan penurunan kesadaran, gelisah, yang
mengganggu aktifitas motorik. Dengan demikian, klien yang mengalami
trauma kepala berat akan mengalami ketergantungan pada orang lain dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya (Mutaqqin, 2008).
Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan
kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Zamzani, Fuadi dan Nawawi, 2010).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), setiap
tahunnya sekitar 1,2 juta orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas dan
jutaan lainnya terluka atau cacat. Sebagian besar kematian dapat dicegah. Di
negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah, banyak pengguna
kendaraan roda dua, terutama pengguna sepeda motor, lebih dari 50% terluka
atau meninggal (Safrizal, Saanin, dan Bachtiar, 2013).
Di Asia pada tahun 2002 presentase cedera kepala karena kecelakaan
lalu lintas sebesar 60% kasus, 20-30% karena terjatuh dari ketinggian dan
penyebab lainnya 10% (Zamzani, Fuadi dan Nawawi, 2010).
Tahun 2006 – 2011 Amerika Serikat mencatat 230.000 penderita cedera
kepala ringan dirawat setiap tahunnya, 1,1 juta mendapat perawatan di unit
gawat darurat, dan 50.000 (3,6%) pasien meninggal. Diperkirakan saat ini ada
5,3 juta rakyat Amerika yang hidup dalam keadaan cacat yang disebabkan
3
oleh cedera kepala. Sekitar 500.000 orang anak dengan cedera kepala datang
ke rumah sakit tipa tahun di Inggris, dan sekitar 10% kasus setiap rumah sakit
anak merupakan kasus cedera kepala (Safrizal, Saanin dan Bachtiar, 2013).
Pada penelitian yang dilakukan tahun 2006 menunjukkan cedera dan
luka berada di urutan ke 6 dari total kasus yang masuk rumah sakit di seluruh
Indonesia dengan jumlah mencapai 340.000 kasus, namun belum ada data
pasti mengenai porsi cedera rumah sakit diperoleh pada tahun 2005 di Rumah
Sakit Cipto mangunkusumo (RSCM) Jakarta, kasus cedera kepala mencapai
434 pasien cedera kepala ringan, 315 pasien cedera kepala sedang, dan kasus
dengan mortaliatas sebanyak 23 kasus (Zamzani, Fuadi dan Nawawi, 2010).
Menurut data yang diperoleh dari rekam medik Ruang Bedah Saraf
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung dalam kurun waktu 3 bulan yaitu mulai dari Desember 2015 sampai
dengan Februari 2016. Kasus trauma kepala merupakan kasus terbanyak dari
sepuluh penyakit terbesar yang dirawat yaitu ada 129 kasus (50,99%), dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1 : Daftar Sepuluh Penyakit Terbesar di Ruang Bedah Saraf Gedung KemuningLantai II di RSUP dr Hasan Sadikin Bandung periode Bulan Desember 2015– Februari 2016
No Jenis penyakit Jumlah Presentase (%)1.2.3.4.5.6.7.8.9.
10.
Trauma kepala atau head injurySOLHydrocephalusIntrakranial haemoragikSubdural hematomaIntrakranial woundMalformation of aqueduct of syviusBone defectHernia nucleus pulposusEnchephalocele
129582711964332
50,9922,9210,674,353,562,371,581,581,290,79
Total 253 100Sumber : Rekam medis di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II RSUP dr. Hasan
Sadikin Bandung Tahun 2016 (Desember 2015 – Februari 2016)
4
Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat dampak yang
ditimbulkan, penulis tertarik untuk membuat suatu Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul : “Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn. T Dengan Gangguan
Sistem Persarafan : Mild Head Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung
Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung”.
B. Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis membatasi
permasalahan hanya pada Asuhan Keperawatan Pada Klien Nn. T Dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Mild Head Injury Di Ruang Bedah Saraf
Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan :
Mild Head Injury di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian secara komperhensif pada
klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas masalah pada klien dengan gangguan sistem persarafan : mild
head injury.
5
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury.
d. Penulis mampu melaksanakan implementasi keperawatan sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
persarafan : mild head injury.
e. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada
klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury.
f. Penulis mampu mendokumentasikan hasil tindakan yang telah
dilakukan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head
injury.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini adalah :
1. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan.
2. Pihak Rumah Sakit
a. Sebagai bahan bagi rekan-rekan sejawat dalam melakukan penelitian
lebih lanjut dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury.
b. Sebagai bahan masukan bagi perawat di rumah sakit dalam bertugas
melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem persarafan : mild head injury.
6
3. Masyarakat, Klien dan Keluarga
Sebagai pedoman bagi masyarakat, klien dan keluarga khususnya yang
menderita dengan gangguan persarafan : mild head injury.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan menjadi bahan masukan dalam mempelajari asuhan
keperawatan bagi klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head
injury khususnya dalam pelaksanaan perkuliahan dan dalam proses
pendidikan.
E. Metode Telaahan
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah
ini yaitu metode analisis deskriptif melalui studi kasus. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini adalah :
1. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dengan komunikasi lisan secara
langsung pada klien, keluarganya, perawat, serta tenaga kesehatan lainya.
2. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi pasien dalam
pelayanan asuhan keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan
fisik pada klien dari kepala sampai kaki dengan cara inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
7
4. Studi dokumentasi
Penulis melakukan pengumpulan data dengan mempelajari data dan status
klien melalui rekam medis.
5. Studi kepustakaan
Penulis mempelajari beberapa buku sumber atau referensi yang
berhubungan dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury.
F. Waktu Pelaksanaan
Studi kasus dilaksanakan pada tanggal 22 S/D 24 Februari 2016.
G. Tempat Pelaksanaan
Studi kasus dilaksanakan di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung.
H. Sistematika Telaahan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari 4 (empat) BAB dengan
sistematika sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang, ruang lingkup pembahasan, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode telaahan, waktu pelaksanaan, tempat
pelaksanaan dan sistematika telaahan.
2. BAB II : TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MILD HEAD
INJURY
Bab ini menguraikan tentang konsep dasar yang meliputi Pengertian,
Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan, Etiologi, Patofisiologi, Tanda dan
8
Gejala, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan Medik, Komplikasi, dan
Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Tubuh
Tertentu Terhadap Kebutuhan Sebagai Makhluk Holistik serta Tinjauan
Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan yang meliputi Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.
3. BAB III : TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Tinjauan kasus yang terdiri dari laporan kasus pada Klien Nn. T dengan
Gangguan Sistem Persarafan : Mild Head Injury yang terdiri dari
pengkajian meliputi pengumpulan data, pengelompokkan data, analisa data
dan prioritas masalah, diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, implementasi dan evaluasi serta catatan perkembangan dan
pembahasan berisikan perbandingan sistematis antara teori dan fakta yang
ada pada tinjauan studi kasus yang dibahas secara sistematis mulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
4. BAB IV : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab ini berisikan kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan dan
formulasi saran atau rekomendasi yang optimal terhadap masalah yang
ditemukan.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN :
MILD HEAD INJURY
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Mild head injury merupakan trauma yang meliputi trauma kulit
kepala, tengkorak dan otak tanpa adanya kontusio serebral (Nurarif dan
Kusuma, 2013).
Mild head injury adalah trauma yang mengenai calvaria dan atau basis
cranii serta organ-organ di dalamnya, dimana kerusakan tersebut bersifat
non-degeneratif/non-kongenital serta berhubungan dengan atau tanpa
penurunan tingkat kesadaran (Mutaqqin, 2008).
Mild head injury meliputi trauma yang memiliki resiko untuk
mengalami kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intra
kranial (Smeltzer dan Bare, 2002).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mild head injury
adalah trauma yang mengenai kulit kepala, tengkorak dan otak bersifat non-
degeneratif/non-kongenital akibat perdarahan atau pembengkakan otak
sebagai respon terhadap cedera tanpa adanya kontusio serebral dan
menyebabkan peningkatan tekanan intra kranial serta berhubungan dengan
atau tanpa penurunan tingkat kesadaran.
10
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan
a. Anatomi Sistem Persarafan
Gambar 1. Anatomi Sistem PersarafanSumber : (Smeltzer dan Bare, 2002)
Sistem persarafan adalah jalinan jaringan saraf yang saling
berhubungan sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini
mengkoordinasikan, mengatur, dan mengendalikan interaksi antara
seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh ini juga
mengatur sebagian besar sistem tubuh lainnya (Price dan Wilson, 2006).
Pembagian susunan saraf yaitu :
1) Sistem saraf pusat
a) Medulla spinalis
Merupakan perpanjangan medulla oblongata ke arah kaudal
didalam kanalis vertebralis mulai setinggi comus vertebralis
11
cervicalis I memanjang hingga setinggi comus vertebralis lumbalis
I-II (Syaifuddin, 2006).
b) Otak
(1) Serebrum
Serebrum merupakan pusat saraf yang mengatur proses
penalaran, memori, dan inteligensi. Hemisfer serebri kanan
mengatur mengatur tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri
mengatur bagian tubuh kanan (Mutaqqin, 2008).
Hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu lobus frontalis,
lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus oksipitalis
(Pearce, 2010).
(2) Batang otak
Batang otak terdiri dari diensefalon terletak antara
serebelum dan mesensefalon, mesensefalon, pons varoli yang
dihubungkan dengan serebelum dan medula oblongata yang
menghubungkan antara pons varoli dan medula oblongata
(Syaifuddin, 2006).
(3) Serebelum
Terletak dibagian belakang tulang belakang tengkorak
dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis
dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata.
Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris merupakan
pusat koordinasi dan integrasi (Syaifuddin, 2006).
Saraf kranial langsung berasal dari otak dan keluar
meninggalkan tengkorak melalui lubang-lubang pada tulang yang
12
disebut foramina. Saraf-saraf tersebut adalah : olfaktorius (I),
optikus (II), okulomotorius (III), trokhlearis (IV), trigeminus (V),
abdusens (VI), fasialis (VII), vestibulokokhlearis (VIII),
glosofaringeus (IX), vagus (X), aksesorius (XI) dan hipoglosus
(XII) (Mutaqqin, 2008).
2) Sistem saraf perifer
a) Susunan saraf somatik
Susunan saraf somatik adalah susuna saraf yang mempunyai
peranan spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat
lintang dan mempengaruhi pekerjaan otot involunter (otot polos)
seperti jantung, hati, pankreas, jalan pencernaan, kelenjar dan lain-
lain (Saifuddin, 2006).
b) Susunan saraf otonom
(1) Susunan saraf simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan
behubungan dengan sum-sum tulang belakang melalui serabut-
serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari tiga bagian yaitu :
(a) Kornu anterior segmen torakalis ke-1 sampai ke-12 dan
segmen lumbalis 1-3 terdapat nukleus vegetatif yang berisi
kumpulan sel saraf simpatis.
(b) Trunkus simpatikus beserta cabang-cabangnya.
(c) Pleksus simpatikus beserta cabang-cabangnya (Syaifuddin,
2006).
(2) Susunan saraf parasimpatis yang terdiri dari :
13
(a) Saraf otonom kranial yang menghubungkan tempat
serabut-serabut parasimpatis lewat dalam perjalanannya
keluar dari otak menuju organ-organ yang sebagian
dikendalikan olehnya seperti untuk menentukan ukuran
pupil mata menggunakan saraf okulo-motorius.
(b) Saraf otonom sakral keluar dari sum-sum tulang belakang
melalui daerah sakral yang membentuk alat-alat dalam
pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk plexus
yang melewati colon, rektum dan kandung kencing
(Pearce, 2010).
b. Fisiologi Sistem Persarafan
Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti kontraksi
otot, peristiwa viseral yangberubah dengan cepat, menerima ribuan
informasi dari berbagai organ sesnsori dan kemudian mengintegrasikannya
untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Membran sel bekerja
sebagai suatu sekat pemisah yang amat efektif dan selektif antara cairan
ekstraseluler dan cairan intraseluler.
Mekanisme penghantaran secara kimiawi melibatkan serangkaian
langkah-langkah : pembentukan neurotransmiter, penyimpanan,
pembebasan, reaksi dengan reseptornya dan penghentian pengaruhnya.
Apabila hal ini terjadi pada suatu sinaps listrik, hubungan antara sel post dan
presinaps sangat erat sehingga potensi aksi dapat berlangsung
mempengaruhi membran sel post sinaps sehingga potensi aksi dapat
langsung terjadi (Syaifuddin, 2006).
14
3. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), etiologi dari cedera kepala
adalah sebagai berikut :
a. Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang
tidak bergerak (misalnya alat pemukul menghantam kepala atau peluru
yang ditembakkan ke kepala).
b. Cedera deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek
diam, seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala
membentur kaca depan mobil.
c. Cedera akselerasi – deselerasi sering terjadi dalam kasus kecelakaan
kendaraan bermotor dan episode kekerasan fisik.
d. Cedera coup-countre coup terjadi jika kepala terbentur yang
menyebabkan otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat
mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang
pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien dipukul dibagian belakang
kepala.
e. Cedera rotasional terjadi jika pukulan/benturan menyebabkan otak
berputar dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan perengangan atau
robekan neuron dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah
yang menfiksasi otak dengan bagian dalam rongga tengkorak.
4. Patofisiologi
Kerusakan neurologis segera disebabkan oleh suatu benda atau
serpihan tulang yang menembus dan merobek jaringan otak, oleh pengaruh
kekuatan atau energi yang diteruskan ke otak. Bila kepala bergerak dan
15
berhenti secara mendadak dan kasar seperti pada kecelakaan mobil
kerusakan tidak hanya terjadi akbat cedera setempat pada jaringan saja
tetapi juga akibat akselerasi dan deselerasi. Kekuatan akselerasi dan
deselerasi menyebabkan bergeraknya isi dalam tengkorak yang keras
sehingga memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada
tempat yang berlawanan dengan benturan. Kerusakan diperhebat bila trauma
juga menyebabkan rotasi tengkorak. Bagian otak yang paling besar
kemungkinan mengalami cedera terberat.
Neuron atau sel-sel fungsional dalam otak, bergantung dari menit ke
menit pada suplai nutrien yang konstan dalam bentuk glukosa dan oksigen,
dan sangat rentan terhadap cedera metabolik apabila suplai terhenti. Cedera
mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi yang tersedia, menyebabkan
iskemia pada beberapa daerah tertentu dalm otak (Price dan Wilson, 2006).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), tanda dan gejala dari cedera
kepala adalah pada pemeriksaan klinis biasa yang dipakai untuk
menentukan cedera kepala menggunakan pemeriksaan GCS yang
dikelompokkan menjadi cedera kepala ringan, sedang dan berat. Nyeri yang
menetap atau setempat, biasanya menunjukkan adanya fraktur.
a. Fraktur kubah kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur
b. Fraktur dasar tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan
hidung.
c. Laserasi atau kontusio otak ditunjukkan oleh cairan spinal berdarah.
16
Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), klasifikasi cedera kepala
berdasarkan GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu sebagai berikut :
a. Cedera kepala ringan/minor
1) GCS : 14-15
2) Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari 30
menit.
3) Tidak ada fraktur tengkorak.
4) Tidak ada kontusio serebral, hematoma
b. Cedera kepala sedang
1) GCS : 9-13
2) Kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam.
3) Dapat mengalami fraktur tengkorak.
4) Diikuti contusio serebral, laserasi dan hematoma intrakranial.
c. Cedera kepala berat
1) GCS : 3-8
2) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
3) Juga meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intrakranial.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma (2013), adapun pemeriksaan
penunjang pada trauma kepala adalah sebagai berikut :
a. Foto polos tengkorak (skull X – Ray)
b. Angiografi serebral
c. Pemeriksaan MRI.
17
d. CT Scan : indikasi ct scan nyeri kepala atau muntah-muntah, penurunan
GCS lebih 1 point, adanya lateralisasi, bradikardi (nadi < 60x/menit),
fraktur impresi dengan lateralisasi yang tidak sesuai, tidak ada perubahan
selama 3 hari perawatan dan luka tembus akibat benda tajam atau peluru.
7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mutaqqin (2008), adapun penatalaksanaan medis pada
trauma kepala adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan saat awal trauma pada kepala selain mempertahankan
fungsi ABC (airway, breathing, dan circulation) dan menilai status
neurologis (disabilitas dan pajanan), penurunan resiko iskemia serebri
juga harus dilakukan. Keadaan ini dapat dibantu dengan pemberian
oksigen dan glukosa sekalipun pada otak yang mengalami trauma relatif
memerlukan oksigen dan glukosa yang lebih rendah.
b. Pengontrolan kemungkinan tekanan intrakranial yang meningkat
disebabkan oleh edema serebri. Sekalipun tidak jarang memerlukan
tindakan operasi, tetapi usaha untuk menurunkan tekanan intrakranial ini
dapat dilakukan dengan cara menurunkan PaCO2 dengan hiperventilasi
yang menurunkan asidosis intraserebral dan meningkatkan metabolisme
intraserebral.
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), adapun komplikasi trauma
kepala adalah hematoma intrakranial, edema serebral dan herniasi otak.
18
9. Dampak Masalah Terhadap Perubahan Struktur/Pola Fungsi Sistem
Tubuh Tertentu Terhadap Kebutuhan Klien Sebagai Makhluk
Holistik
a. Sistem Kardiovaskuler
Didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi
pada klien cedera kepala sedang dan berat. Hasil pemeriksaan
kardiovaskuler klien mild head injury pada beberapa keadaan dapat
ditemukan tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi,
takikardia dan aritmia. Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan
dengan homeostasis tubuh dalam upaya meyeimbangkan kebutuhan
oksigen perifer. Nadi bardikardi merupakan tanda perubahan perfusi
jaringan otak. Kulit kelihatan pucat menunjukkan adanya penurunan
kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi menunjukkan adanya
perubahan perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal syok
(Mutaqqin, 2008).
b. Sistem Pernapasan
Pada pasien dengan mild head injury didapatkan klien batuk,
peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu
napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan, fremitus menurun
dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan jika melibatkan
trauma pada rongga toraks, adanya suara redup sampai pekak pada
keadaan melibatkan trauma pada toraks/hematothoraks, bunyi napas
tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada pasien dengan
peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk yang menurun
19
yang sering didapatkan pada klien dengan cedera kepala dengan
penurunan tingkat kesadaran (Mutaqqin, 2008).
c. Sistem Pencernaan
Didapatkan adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah dihubungkan dengan
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi defekasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas (Mutaqqin, 2008).
d. Sistem Perkemihan
Pada beberapa keadaan lain akibat dari mild head injury akan
merangsang pelepasan antidiuretik hormon yang berdampak pada
kompensasi tubuh untuk melakukan retensi atau pengeluaran garam dan
air oleh tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi
elektrolit sehingga memberikan resiko gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit (Mutaqqin, 2008).
e. Sistem Muskuloskeletal
Mild head injury menyebabkan terjadinya kerusakan pada otak
baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga berbagai proses
pengolahan impuls yang dating terganggu, begitupun terhadap aktivitas
otot dan rangka, sehingga bila terjadi kerusakan pada otak yang
mengatur aktivits motorik maka akan menyebabkan terjadinya
hemiplegi atau parese. Selain itu sebagi akibat tidak langsung dari
terganggunya system pernafasan, kardiovaskuler dan pencernaan maka
20
akan mengakibatkan terganggunya proses metabolisme sel sehingga
terjadi kelemahan fisik.
Disfungsi motorik paling umum adalah adanya kelemahan pada
seluruh ekstremitas. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat (Mutaqqin,
2008).
f. Sistem Integumen
Adanya perubahan warna kulit yaitu kebiruan menunjukkan
adanya sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga hidung, bibir dan
membran mukosa). Pucat pada wajah dan membran mukosa dapat
berhubungan dengan rendahnya kadar haemoglobine atau syok. Pucat
dan sianosis pada klien menggunakan ventilator dapat terjadi karena
adanya hipoksemia. Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukkan
adanya demam, dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi
dan dekubitus (Mutaqqin, 2008).
B. Tinjauan Teoritis Tentang Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2008).
21
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data data pada pengkajian keperawatan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu data subjektif yang diperoleh dari sumber
lainnya, seperti dari keluarga, konsultan, dan profesi kesehatan lainnya
dan data objektif diperoleh melalui perawat (senses), selama melakukan
pemeriksaan fisik melalui 2S (sight, smell), dan HT (hearing, touchteste)
(Nursalam, 2008).
1) Biodata
a) Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medik dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab
Terdiri atas identitas orang tua dalam hal ini ayah dan ibu yang
meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Alasan masuk Rumah Sakit
Biasanya penyebab cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas,
namun tidak menutup kemungkinan faktor lain. Oleh karena itu
pada Alasan klien masuk Rumah Sakit perlu dikaji mengenai
kapan, dimana, penyebab, bagaimana proses terjadinya, apakah
klien pingsan, muntah atau perdarahan dari hidung atau telinga.
22
b) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Keluhan utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian.
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan tergantung seberapa jauh dampak dari mild head
injury disertai penurunan tingkat kesadaran (Mutaqqin, 2008).
(2) Riwayat keluhan utama
Menggambarkan keluhan yang dirasakan oleh klien pada saat
dikaji yang dikembangkan dengan metode PQRST.
P : (Provokatif/Paliatif), apa yang penyebab keluhan
tersebut? Faktor apa saja yang memperberat atau
mengurangi keluhan?
Pada pasien dengan mild head injury penyebab
keluhan karena adanya benturan atau kecelakaan.
Q : (Quality/Quantity), bagaimana keluhan tersebut
dirasakan? Apakah terlihat, terdengar? Seberapa
sering keluhan dirasakan?
R : (Region/Radiation). Dimana keluhan tersebut
dirasakan ? Apakah menyebar?
S : (Scale/Severity). Apakah keluhan tersebut
mengganggu aktivitas? Jika dibuat skala, seberapa
parahkah keluhan tersebut Anda rasakan?
T : (Timing). Kapan keluhan tersebut mulai muncul?
Seberapa sering keluhan tersebut muncul? Apakah
23
keluhan tersebut munculnya secara tiba-tiba atau
bertahap? (Asmadi, 2008).
c) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat
hipertensi, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obatan adiktif, dan konsumsi alkohol
berlebihan (Mutaqqin, 2008).
d) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adanya anggota keluarga generasi terdahulu yang
menderita hipertensi dan diabetes mellitus (Mutaqqin, 2008).
3) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Pada keadaan cedera kepala umumnya penurunan kesadaran
(cedera kepala ringan, GCS : 13 -15; cedera kepala sedang, GCS :
9-12; cedera kepala berat, bila GCS kurang atau sama dengan 8 dan
terjadi perubahan pada tanda-tanda vital (Mutaqqin, 2008).
b) Tingkat kesadaran :
Tabel 2. Tingkat Kesadaran dengan Menggunakan GCSNo. Respon Nilai1. Mata (Eye)
SpontanTerhadap perintahTerhadap nyeriTidak ada respon
4321
2. MotorikMematuhi perintahMelokalisir nyeriPenarikan karena nyeriFleksi abnormalEkstensi abnormal
65432
24
Tidak ada respon 13. Verbal
TerorientasiBingungKata-kata yang tidak teraturTidak dapat dimengertiTidak ada respon
54321
Total 15Sumber : Nurarif dan Kusuma(2015)
Menurut Mutaqqin (2008), macam-macam tingkat kesadaran yaitu :
(1) Compos Mentis (14-15) yaitu sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
(2) Apatis (12-13) yaitu kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan lingkungan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, tidak
segera menjawab jika di tanya.
(3) Somnolen (10-11) yaitu kesadaran yang mau tidur saja,
penderita dapat dibangunkan dengan rangsangan suara yang
keras. Bila rangsangan tiada klien tidur kembali.
(4) Delirium (9-7) yaitu kacau motorik, memberontak, berteriak-
teriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu.
(5) Sopro/semi koma (6-4) yaitu kesadaran yang menyerupai
koma, penderita hanya dibangunkan dengan rangsangan nyeri.
(6) Koma (3) yaitu kesadaran yang hilang sama sekali, penderita
tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang hebat.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien cedera kepala biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, semikomatosa sampai koma
(Mutaqqin, 2008).
25
c) Tanda-tanda vital
Sebelum melakukan tindakan lain, yang perlu diperhatikan adalah
tanda-tanda vital karena sangat berhubungan dengan fungsi
kehidupan dan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan masalah
yang terjadi. Pada pasien dengan mild head injury jika terjadi
peningkatan tekanan darah maka dibarengi dengan peningkatan
tekanan intrakranial. Adanya peningkatan tensi, bradikardi,
disritmia, dan dispneu merupakan tanda terjadinya peningkatan
TIK (Mutaqqin, 2008).
d) Sistem Pernapasan
Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Ekspansi dada: dinilai penuh/tidak penuh pada
ketidaksimetrisannya. Pada observasi ekspansi dada juga perlu
dinilai : retraksi dari otot-otot interkostal, substernal, pernapasan
abdomen, dan respirasi paradoks (retraksi abdomen saat inspirasi).
Pola napas paradoks dapat terjadi jika otot-otot interkostal tidak
mampu menggerakan dinding dada. Palpasi : fremitus menurun
dibandingkan dengan sisi yang lain akan didapatkan jika
melibatkan trauma pada rongga toraks. Perkusi : adanya suara
redup sampai pekak pada keadaan melibatkan trauma pada
toraks/hematothoraks. Pada auskultasi : bunyi napas tambahan
seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada pasien dengan
peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk yang menurun
26
yang sering didapatkan pada klien dengan cedera kepala dengan
penurunan tingkat kesadaran.
Pada klien dengan tingkat kesadaran kompos mentis, pengkajian
pada inspeksi pernapasan tidak ada kelainan. Palpasi toraks
didapatkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
e) Sistem Kardiovaskuler
Didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi pada
klien cedera kepala sedang dan berat. Hasil pemeriksaan
kardiovaskuler klien cedera kepala pada beberapa keadaan dapat
ditemukan tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardi,
takikardia dan aritmia. Hipotensi menunjukkan adanya perubahan
perubahan perfusi jaringan dan tanda-tanda awal syok.
f) Sistem pencernaan
Bibir dan mukosa mulut tampak kering karena terdapat ketidak
seimbangan cairan dan elektroli, dimana terdapat hiponatremia atau
hipokalemia. Terjadi penurunan fungsi saluran pencernaan seperti
bising usus yang tidak terdengar/lemah, adanya mual dan muntah.
g) Sistem perkemihan
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine,
termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan
peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi
pada ginjal. Setelah cedera kepala klien mungkin mengalami
inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
27
menggunakan sistem perkemihan karena kontrol motorik dan
postural. Kadang-kadang kontrol spingter urinarius eksternal hilang
atau berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateteraisasi
intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas.
h) Sistem muskuloskeletal
Pada klien biasanya ditemukan gerakan-gerakan involunter, kejang,
gelisah, ataksia, paralisis dan kontraktur, kekuatan otot mungkin
menurun atau normal.
i) Sistem integumen
Pada klien yang terjadi mild head injury sehingga menimbulkan
luka di kepala sehingga bila luka di kepala penyembuhan lukanya
tidak baik akan didapatkan tanda-tanda rubor, tumor, dolor, kalor
dan fungsiolesa dan bila infeksi akan didapatkan gangguan
integritas kulit selain itu juga dapat terjadi peningkatan suhu tubuh
sehingga pada anggota badan akan tampak banyak keringat.
Mungkin didapatkan luka lecet dan perdarahan pada bagian tubuh
lainnya. Dengan hilangnya fungsi motorik, pasien cedera otak
dapat rentan terhadap kerusakan kulit. Pasien tidak sadar, dan
seseorang yang dalam keadaan imobilisasi, cenderung mengalami
masalah kulit karena penekanan, kelembaban, gesekan dan
penurunan sensasi.
j) Sistem Persarafan
Pada sistem persarafan yang dikaji adalah fungsi dari 12 saraf
kranial, yaitu sebagai berikut :
28
(1) Nervus olfaktorius (I), pada beberapa keadaan cedera kepala di
area yang merusak anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan
mengalami kelainan pada fungsi penciuman/anosmia unilateral
atau bilateral.
(2) Nervus optikus (II), hematoma palpebra pada klien dengan
cedera kepala akan menurunkan lapang pandang dan
menggangu fungsi saraf optikus. Perdarahan diruang
intrakranial, terutama hemoragia subarakhnoid, dapat disertai
dengan perdarahan retina.
(3) Nervus okulomotorius (III), troklearis (IV) dan Nervus
abdusen (VI), gangguan mengangkat kelopak mata terutama
pada klien dengan trauma merusak rongga orbita. Pada kasus-
kasus trauma kepala dapat dijumpai anisokoria, paralisis otot
okular, dan miosis.
(4) Nervus trigeminus (V) paralisis dan penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah.
(5) Nervus fasialis (VII), persepsi pengecapan mengalami
perubahan.
(6) Nervus akustikus (VIII), perubahan fungsi pendengaran.
(7) Nervus glosofaringeus (IX) dan vagus (X), kemampuan
menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
(8) Nervus asesorius (XI) bila tidak melibatkan trauma pada leher,
mobilitas klien cukup baik serta tidak ada atrofi otot
sternokleidomastoideus dan trapezius.
29
(9) Nervus hipoglosus (XII) indra pengecapan mengalami
perubahan.
k) Sistem Penginderaan
(1) Indra penglihatan yang dikaji yaitu kesimertisan, pupil isokor
atau anisokor, sklera ikterus atau tidak, konjungtiva anemis
atau tidak, udem palpebra atau tidak, dan lapang pandang
normal atau tidak.
(2) Indra pendengaran yang dikaji yaitu kesimetrisan,
kebersihannya, ada serumen atau tidak, ada nyeri atau tidak,
dan ada gangguan pendengaran atau tidak.
(3) Indra penciuman yang perlu dikaji yaitu kesimetrisan bentuk,
nyeri, polip, ada gangguan penciuman atau tidak.
(4) Indra perasa yang perlu dikaji kesimetrisan, mukosa, warna
lidah, pergerakannya apakah ada massa atau tumor, pada gigi
(letak, kondisi), orofaring (bau napas, suara parau atau ada
dahak), kemampuan berbicara serta fungsi pengecapan untuk
membedakan rasa asam, asin, manis dan pahit.
(5) Indra peraba yang perlu dikaji apakah dapat merasakan sensai
kasar halus, tajam tumpul, dan panas dingin.
i) Sistem Endokrin
Mengkaji adanya pembesaran kelenjar tiroid, ekskresi urine yang
berlebihan, polidipsi, polifaghi dan keringat yang berlebihan.
30
j) Sistem Imun
Dikaji adanya nyeri tekan atau tidak pada kelenjar getah bening,
adanya oedema atau tidak pada kelenjar getah bening, ada riwayat
alergi atau tidak.
c) Pola aktivitas sehari-hari
Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah sebelum mengalami trauma
kepala dan selama perawatan di rumah sakit.
a) Nutrisi
Kaji kebiasaan makan, jenis makanan yang disukai dan tidak
disukai, apakah ada makanan pantangan atau alergi, bagaimana
nafsu makan klien, dan porsi makan (jumlah).
b) Eliminasi BAB dan BAK
Kaji kebiasaan BAB dan BAK meliputi frekuensi, konsistensi,
warna dan bau, kemudian bandingkan dengan keadaan sebelum
sakit dan saat sakit.
c) Istirahat Tidur
Kaji waktu istirahat klien sebelum sakit dan bandingkan dengan
saat sakit, kaji tidur klien, kualitas tidur, jumlah serta adanya
keluhan pada waktu istirahat tidur.
d) Personal Hygiene
Yang perlu dikaji frekuensi mandi, potong kuku, sikat gigi,
mencuci rambut dan keluhan keluhan pada pemenuhan kebutuhan
personal hygiene.
31
e) Aktifitas Sehari-hari
Yang perlu dikaji adalah aktifitas yang biasa dilakukan serta
frekuensinya dan keluhan pada pemenuhan aktivitas sehari-hari.
d) Data psikologis
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada
klien yaitu timbul seperti ada ketakutan akan kecacatan, rasa cemas,
rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image)
(Mutaqqin, 2008).
e) Data Sosial
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi
dan konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif (Mutaqqin, 2008).
f) Data Spiritual
Pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan
ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan
keterbatasan dalam melakukan aktivitas akibat mild head injury yang
dialami (Mutaqqin, 2008).
32
g) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk pemeriksaan trauma kepala menurut
Mutaqqin (2008), yaitu :
(1) CT scan (dengan tanpa kontras)
(2) MRI
(3) Angiografi serebral
(4) EEG berkala
(5) Foto rontgen, mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur)
perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.
(6) PET, mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
(7) Pemeriksaan CFS, lumbal pungsi : dapat dilakukan jika diduga
terjadi perdarahan subarakhnoid.
(8) Kadar elektrolit, untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit
sebagai peningkatan tekanan intrakranial.
(9) Skrinning toksikologi, untuk mendeteksi pengaruh obat sehingga
menyebabkan penurunan kesadaran.
(10)AGD adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan status
respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui
pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam
basa.
b. Pengelompokan Data
Pengelompokkan data adalah pengelompokan data-data klien atau
keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau
keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Setelah data
33
dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah
keperawatan klien dengan merumuskanya (Nursalam, 2008).
c. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan mengaitkan data dan
menghubungkan data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang
relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien (Setiadi, 2012).
Menurut Asmadi (2008), analisa data terdiri dari :
1) Masalah (Problem) yaitu pernyataan yang menggambarkan perubahan
status kesehatan klien yang menyebabkan timbulnya masalah.
2) Penyebab (Etiology) yaitu mencerminkan penyebab dari masalah
kesehatan klien yang memberi arah bagi terapi keperawatan.
3) Data (Sign and Symptom) yaitu bukti adanya masalah kesehatan pada
klien.
d. Prioritas Masalah
Prioritas masalah disusun berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
Hal ini dilakukan karena tidak mungkin semua masalah diatasi bersama-
sama sekaligus. Jika diputuskan masalah mana yang dapat diatasi terlebih
dahulu berkaitan erat dengan kebutuhan sadar manusia (Setiadi, 2012).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan
klien, baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis
34
dan interpretasi data hasil pengkajian. Pernyataan diagnosa keperawatan
harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan klien berikut
penyebabnya yang dapat diatasi melalui tindakan keperawatan (Asmadi,
2008).
Diagnosa yang muncul menurut Doenges, Moorghouse dan Geissler
(2000) pada klien dengan mild head injury adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kesadaran,
edema serebral dan sumbatan aliran darah serebral.
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
persepsi/kognitif, terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan, misalnya
tirah baring, imobilisasi.
f. Resiko cedera berhubungan dengan gelisah, dan gerakan involunter.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu dokumentasi tulisan tangan dalam
menyelesaikan masalah, tujuan dan intervensi keperawatan. Perencanaan
meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, atau
mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasi pada diagnosa
35
keperawatan. Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu
suatu perencanaan yang baik (Nursalam, 2008).
Dari diagnosa keperawatan menurut Doenges, Moorhouse, dan
Geissler (2000) dapat dibuat suatu perencanaan pada klien dengan gangguan
sistem persarafan : mild head injury adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran, edema serebral dan sumbatan aliran darah serebral.
Tujuan : Perubahan perfusi jaringan otak tidak terjadi.
Kriteria : Peningkatan kesadaran > 13, TTV stabil, tidak ada pusing,
sakit kepala, tidak ada mual dan muntah.
Tabel 3. Perencanaan Perubahan Perfusi Jaringan OtakIntervensi Rasional
1) Kaji tingkat kesadaran klien.2) Pantau/catat status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan nilaistandar (misalnya GCS).
3) Evaluasi keadaan pupil, catat ukuran,ketajaman, kesamaan antara kiri dankanan, dan reaksinya terhadap cahaya.
4) Tinggikan kepala pasien 15-450 sesuaiindikasi/yang dapat ditoleransi.
5) Kolaborasi oksigen tambahan sesuaiindikasi.
1) Mengetahui kestabilan klien.2) Mengkaji adanya kecenderungan
pada tingkat kesadaran dan potensialpeningkatan TIK dan bermanfaatdalam menentukan lokasi, perluasandan perkembangan kerusakan SSP.
3) Reaksi pupil oleh saraf kranialokulomotorius (III) dan bergunauntuk menetukan apakah batang otakmasih baik. Ukuran/kesamaanditentukan oleh keseimbangan antarapersarafan simpatis dan parasimpatis.
4) Meningkatkan aliran balik vena darikepala, sehingga akan mengurangikongesti dan edema atau resikoterjadinya peningkatan TIK.
5) Menurunkan hipoksemia, yang manadapat meningkatkan vasodilatasi danvolume darah serebral yangmeningkatkan TIK.
Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria : Ekspresi wajah tenang, dan skala nyeri berkurang.
36
Tabel 4. Perencanaan Nyeri AkutIntervensi Rasional
1) Kaji adanya keluhan nyeri, catatlokasi, lamanya serangan, faktorpencetus/yang memperberat.
1) Membantu menentukan pilihanintervensi.
2) Pertahankan tirah baring selama faseakut.
2) Tirah baring dalam posisi yangnyaman memungkinkan pasien untukmenurunkan spasme otot, menurunkanpenekanan pada bagian tertentu.
3) Instruksikan pasien untuk melakukantekhnik distraksi/relaksasi napasdalam.
3) Memfokuskan perhatian pasien,membantu menurunkan tegangan ototdan meningkatkan prosespenyembuhan.
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik 4) Merelaksasikan otot dan menurunkannyeri.
Sumber : Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2000)
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular.
Tujuan : Jalan napas efektif.
Kriteria : Jalan napas bersih, tidak ada sekret, hipoksia, sianosis dan nilai
AGD normal, tidak ada retraksi dada, pernapasan 16-
14x/menit.
Tabel 5. Perencanaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan NapasIntervensi Rasional
1) Inspeksi adanya edema padawajah/leher
2) Auskultasi suara napas, catat adanyasuara ronchi/mengi.
3) Bantu pasien untuk melakukan batukefektif, miring kiri kanan dan napasdalam
4) Kolaborasi dalam pemberian oksigenyang dilembabkan jika diperlukan
5) Pantau hasil AGD .
1) Edema/kompresi trakea atau traumasaraf dapat mengganggu fungsipernapasan.
2) Menandakan adanya akumulasisekret/pembersihan jalan napas yangtidak efektif.
3) Memudahkan gerakan sekret danpembersihan paru, menurunkanresiko komplikasi pernapasan
4) Mungkin dibutuhkan selama periodedistress pernapasan atau adanyatanda-tanda hipoksia
5) Memantau keefektifan pola napas.Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
37
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria : Tidak ada mual dan muntah, nafsu makan meningkat, porsi
makan dihabiskan dan keadaan umum membaik.
Tabel 6. Perencanaan Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan TubuhIntervensi Rasional
1) Kaji atau catat pemasukan diet.
2) Berikan klien minum air hangatsebelum makan.
3) Berikan makanan sedikit dan sering.4) Kolaborasi dalam pemberian
antiemetik.
1) Membantu dalam mengidentifikasidefisiensi dan kebutuhan diet.
2) Air hangat dapat membantumengencerkan konsentrasi HClsehingga mual dapat berkurang
3) Meminimalkan anoreksia dan mual.4) Untuk menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkanpemasukan oral
Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
persepsi/kognitif, terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan, misalnya
tirah baring, imobilisasi.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal.
Kriteria : Rentang gerak bebas, tidak ada kontraktur, skala
ketergantungan 0 (0-4).
Tabel 7. Perencanaan Hambatan Mobilitas FisikIntervensi Rasional
1) Periksa kembali kemampuan dankeadaan secara fungsional padakerusakan yang terjadi.
2) Kaji derajat imobilisasi pasien denganmenggunakan skala ketergantungan (0-4).
1) Mengidentifikasi kemungkinankerusakan secara fungsional danmempengaruhi pilhan intervensiyang akan dilakukan.
2) Pasien mampu mandiri (nilai 0) ataumemerlukan bantuan/peralatan yangminimal (nilai 1); memerlukanbantuan sedang / dengan pengawasanatau diajarkan (nilai 2); memerlukanbantuan atau peralatan yang terusmenerus dan alat khusus (nilai 3);atau tergantung secara total padapemberian asuhan (nilai 4).
38
3) Ubah posisi klien secara teratur danbuat sedikit perubahan posisi pasiensecara teratur dan buat sedikitperubahan posisi antara waktuperubahan posisi tersebut.
4) Berikan/bantu untuk memberikanlatihan rentang gerak.
Seseorang dalam semua kategorisama-sama mempunyai resikokecelakaan namun kategori dengannilai 2-4 mempunyai resiko yangterbesar untuk terjadinya bahayatersebut sehubungan denganimobilisasi.
3) Perubahan posisi yang teraturmeningkatkan sirkulasi pada seluruhbagian tubuh.
4) Mempertahankan mobilisasi danfungsi sendi/posisi normalekstremitas dan menurunkanterjadinya vena yang statis.
Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
f. Resiko cedera berhubungan dengan gelisah, agitasi, gerakan involunter
dan kejang.
Tujuan : Cedera tidak terjadi
Kriteria: Tidak ada gelisah, kejang, agitasi dan gerakan involunter.
Tabel 8. Perencanaan Resiko CederaIntervensi Rasional
1) Perhatikan keluhan peningkatankelelahan, kelemahan. Observasitakikardia, kulit/membran mukosapucat, dispnea dan nyeri dada.
2) Awasi tingkat kesadaran dan perilaku.
3) Evaluasi respon terhadap aktivitas,kemampuan untuk melakukan tugas.Antu sesuai kebutuhan dan buat jadwalistirahat.
1) Dapat menunjukan anemia, danrespon jantung untukmempertahankan oksigenasi sel.
2) Anemia dapat menyebabkan hipoksiaserebral dengan perubahan mental,orientasi, dan respons perilaku.
3) Anemia menurunkan oksigenasijaringan dan meningkatkankelelahan, sehingga memerlukanintervensi, perubahan aktivitas danistirahat.
Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Ansietas berkurang/hilang.
Kriteria: Klien tampak rileks, ekspresi wajah tenang.
39
Tabel 9. Perencanaan AnsietasIntervensi Rasional
1) Kaji tingkat rasa takut pada pasien danorang terdekat. Perhatikan tandapengingkaran, depresi ataupenyempitas fokus perhatian.
2) Jelaskan prosedur/asuhan yangdiberikan. Ulangi penjelasan dengansering atau sesuai kebutuhan.
3) Dorong dan berikan kesempatan untukpasien/orang terdekat mengajukanpertanyaan dan menyatakan masalah.
1) Membantu menentukan jenisintervensi yang diperlukan.
2) Rasa takut akan ketidaktahuandiperkecil denganinformasi/pengetahuan dan dapatmeningkatkan penerimaan.
3) Membuat perasaan terbuka danbekerjasama dan memberikaninformasi yang akan membantudalam identifikasi/mengatasimasalah.
Sumber : Doengoes, Moorhouse, dan Geissler (2000)
h. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi.
Kriteria: Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Tabel 10. Perencanaan Resiko InfeksiIntervensi Rasional
1) Tingkatkan cuci tangan yang baikpada perawat, orang tua dan parapenjenguk.
1) Menurunkan resiko kontaminasi silang.
2) Awasi tanda vital 2) Demam, peningkatan nadi danpernapasan adalah tanda peningkatanlaju metabolisme dari proses inflamasi,meskipun sepsis dapat terjadi tanparespon demam.
3) Lakukan perawatan luka denganteknik aseptik.
4) Awasi hasil pemeriksaanlaboratorium
3) Menurunkan resiko penyebaran bakteridan mempercepat penyembuhan luka.
4) Peningkatan leukosit menunjukan telahterjadinya infeksi
5) Kolaborasi dalam pemberianantibiotic
5) Membantu pencegahan terhadapterjadinya infeksi.
Sumber : Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2000)
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
40
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana intervensi yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan (Asmadi, 2008).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir yaitu sebagai berikut :
S : Respon subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan.
A : Analisa ulang atas data subyektif dan data obyektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau ada masalah baru.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
(Asmadi, 2008).
41
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Nn. T
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Belum Menikah
Alamat : Cegelereng
Tanggal masuk : 20 Februari 2016
Tanggal pengkajian : 22 Februari 2016
Ruangan : Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II
No. Medrek : 001437154
Diagnosa Medis : Mild Head Injury
42
b) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Usia : 52 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : IRT
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan klien : Ibu klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Keluarga klien mengatakan 2 jam sebelum masuk rumah
sakit klien dibonceng oleh temannya dengan menggunakan
sepeda motor. Tiba-tiba motor yang ditumpangi klien
bertabrakan dengan mobil dari arah yang berlawanan. Kepala
klien membentur aspal dan klien langsung pingsan selama + 2
jam. Klien lalu dibawa ke Puskesmas setempat untuk
melakukan penanganan awal, kemudian pihak Puskesmas
langsung dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS)
Bandung. Klien dirawat di ruang bedah saraf gedung
kemuning lantai II pada tanggal 20 Februari 2016.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
(1) Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
(2) Riwayat Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 22 Februari
2016, ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan
kesadaran yang disebabkan karena benturan saat
43
kecelakaan dengan tingkat kesadaran somnolen dan GSC
11 (E3 M5 V3). Keluhan ini dialami semenjak masuk RS
sampai dengan saat dilakukan pengkajian dimana ibu klien
mengatakan anaknya tertidur terus dan terbangun ketika
diberikan rangsangan nyeri.
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan kejadian ini merupakan kecelakaan
yang pertama kali dialami, sebelumnya klien tidak pernah
punya riwayat jatuh atau terbentur pada daerah kepala yang
memerlukan perawatan khusus atau dirawat di rumah sakit.
Klien tidak mempunyai gangguan kesehatan yang dapat
mempengaruhi masalah sekarang. Klien tidak memiliki
riwayat merokok dan minum alkohol serta riwayat alergi
terhadap makanan, obat-obatan dan bahan kimia.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut ibu klien bahwa didalam keluarganya tidak ada
yang mempunyai riwayat penyakit turunan, penyakit
keganasan atau kanker maupun penyakit menular. Dan tidak
adanya anggota keluarga yang memiliki riwayat alergi baik
terhadap makanan, obat-obatan maupun bahan kimia.
44
Genogram 3 generasi
G I
G II
GIII
Bagan 1. Genogram 3 Generasi
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
X : Meninggal
? : Tidak diketahui umurnya
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Klien
G. I : Generasi pertama meninggal karena penyakit
yang tidak diketahui penyebabnya.
G. II : Ayah klien merupakan anak kedua dari empat
bersaudara. Ibu klien merupakan anak kelima dari
lima bersaudara
XX XX
52
??? ??
X
? ?>
36
61
33 23
45
G III : Klien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara
dan klien tinggal serumah dengan kedua orang
tuanya.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Lemah
b) Kesadaran : Somnolen, GCS 11 (E3 M5 V3)
c) TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,8 0C
d) Antropometri:
(1) BB sebelum sakit : 51 kg
(2) BB saat pengkajian : 50 kg
(3) TB : 160 cm
BB 50 kgBB = = = 19,53 kg/m
TB2 (1,6 m)2
BMI = 19,53 (Normal : 17 – 23 kg/m)
e) Pemeriksaan Persistem
(1) Sistem Pernapasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat deviasi septum nasi,
tidak terdapat sianosis pada bibir. Tidak terdapat pernapasan
cuping hidung, mukosa hidung lembab, tidak terdapat sekret,
tidak terdapat penggunaan otot-otot bantu pernapasan, bentuk
dada simetris, tidak terdapat adanya nyeri tekan pada dada,
46
ekspansi paru simetris, pengembangan maksimal, getaran
vokal fremitus seimbang kanan dan kiri, suara perkusi paru
terdengar resonan, pada auskultasi terdengar suara vesikuler di
semua area paru, frekuensi nafas 24 x/menit. Terpasang
oksigen nasal canule 2 liter/menit.
(2) Sistem Kardiovaskuler
Konjungtiva warna merah muda, Jugular Venous Pressure
(JVP) tidak meningkat, tidak ditemukan adanya clubbing
finger, Capilarry Refilling Time (CRT) kembali dalam 2 detik,
akral teraba hangat, iktus kordis teraba pada ICS V garis mid
klavikula kiri. Pulsasi denyut nadi teraba kuat, irama denyut
nadi teratur, denyut nadi 84 kali/menit. Tekanan darah 110/70
mmHg. Suara perkusi jantung terdengar dullness, S1 dan S2
terdengar murni reguler.
(3) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, gigi tampak kotor, tidak terdapat caries,
tidak ada pembesaran tonsil, sklera tidak ikterus, lidah
berwarna merah muda dan agak kotor, abdomen datar dengan
kontur lembut, tidak terdapat ascites, bising usus 8 x/menit,
tidak teraba adanya pembesaran hati dan limpa, tidak terdapat
adanya nyeri tekan pada daerah abdomen, pada anus tidak
terdapat haemorroid, bunyi abdomen timpani dan tidak ada
keluhan nyeri mengunyah dan menelan.
47
(4) Sistem Perkemihan
Terpasang kateter, tidak ada distensi kandung kemih, tidak
adanya nyeri tekan saat palpasi ginjal, tidak teraba adanya
pembesaran ginjal. Tidak terdapat adanya nyeri ketuk pada
saat perkusi ginjal pada daerah Costae Vertebral Angel, tidak
terdengar adanya bruits sign pada percabangan aorta
abdominalis (arteri renalis kiri dan kanan).
(5) Sistem Endokrin
Tidak terdapat eksofthalmus, tidak tampak adanya hiper/
hipopigmentasi kulit, tidak tampak adanya keringat yang
berlebihan (diaforesis), tidak teraba adanya massa, nyeri tekan,
dan pembesaran saat palpasi kelenjar tiroid dan paratiroid.
Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit
kencing manis.
(6) Sistem Integumen
Distribusi rambut merata dan kulit kepala klien tampak kotor
dan berketombe, kulit tampak kotor dan lengket, rambut klien
tidak mudah rontok, kulit lembab, turgor kulit kembali dalam
waktu < 2 detik, suhu tubuh 36,8 0C, kuku klien tampak
panjang dan kotor. Terdapat luka lecet pada pipi sebelah kiri.
Terdapat nyeri tekan pada kepala dan pipi sebelah kiri.
Terdapat bekas jahitan pada kepala dengan panjang 7 cm.
(7) Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian
48
(8) Sistem Persarafan
(a) Nervus I (Olfaktorius)
Fungsi penciuman klien baik, klien dapat membedakan bau-
bauan yaitu alkohol dan minyak kayu putih.
(b) Nervus II (Optikus)
Fungsi ketajaman penglihatan klien baik yang ditandai
dengan klien dapat membaca papan nama perawat pada
jarak 30 cm.
(c) Nervus III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), VI
(Abducen)
Klien mampu menggerakan bola matanya ke segala arah
yaitu ke arah bawah, atas, dan samping. Kontriksi pupil
saat diberi cahaya baik, bentuk pupil isokor, lapang
pandang klien tidak mengalami penyempitan.
(d) Nervus V (Trigeminus)
Fungsi mengunyah klien baik. Klien dapat menggerakan
rahangnya ke arah belakang, depan, samping kiri, dan
kanan.
(e) Nervus VII (Facialis)
Klien dapat mengerutkan dahi dan tersenyum dengan
kedua bibir simetris. Klien dapat membedakan rasa manis,
pahit dan asin.
(f) Nervus VIII (auditorius)
Fungsi pendengaran klien tidak terganggu yang ditandai
dengan klien dapat mendengar gesekan kertas.
49
(g) Nervus IX (Glosofaringeus)
Klien dapat merasakan rasa pahit pada kopi di pangkal
lidah, rasa manis pada gula di ujung lidah dan rasa asin
pada garam di tepi depan lidah terdapat refleks muntah
saat pangkal lidah ditekan dengan menggunakan tongue
spatel.
(h) Nervus X (Vagus)
Refleks menelan klien kurang baik, uvula terletak di
tengah antara palatum mole dengan arkus faring.
(i) Nervus XI (Assesorius)
Tidak dilakukan karena pasien mengalami penurunan
kesadaran.
(j) Nervus XII (Hipoglosus)
Klien dapat menggerakan lidah dan menjulurkannya ke
arah samping kiri, kanan, belakang, dan depan.
(9) Sistem Pengindraan
(a) Indra Penglihatan
Klien dapat melihat dan membaca papan nama perawat
dengan baik.
(b) Indra Pendengaran
Fungsi pendengaran normal dibuktikan dengan klien
mendengarkan bunyi gesekan kertas.
(c) Indra Penciuman
Fungsi penciuman baik dibuktikan dengan dapat
membedakan bau alkohol, dan bau minyak kayu putih.
50
(d) Indra Pengecapan
Fungsi pengecapan klien normal dan terdapat refleks
muntah saat pangkal lidah ditekan dengan menggunakan
tongue spatel.
(e) Indra Perabaan
Fungsi perabaan klien baik dibuktikan dengan klien dapat
merasakan nyeri saat diberi rangsangan nyeri, dan dapat
merasakan dingin dan panas saat diberi rangsangan suhu
dingin dan panas.
(10)Sistem Muskuloskeletal
(a) Ekstremitas atas
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas simetris, kuku
tangan kotor dan panjang, pergerakan (ROM) kedua
ekstremitas normal. Tampak adanya luka lecet pada siku
dan punggung tangan, nyeri pada siku sebelah kiri saat
digerakkan, tidak terdapat adanya atrofi otot, tidak
terdapat edema pada kedua ekstremitas, klien terpasang
infus NaCL 0,9% 20 tts/mnt pada tangan kiri, kekuatan
otot ektremitas atas 5/4.
(b) Ekstremitas bawah
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah simetris,
pergerakan (ROM) kaki sebelah kiri normal. Terdapat
nyeri tekan pada area sekitar lulut kiri, kuku kaki tampak
kotor, tidak terdapat adanya atrofi otot, kekuatan otot
51
kedua ekstremitas bawah 5/5. Expresi wajah klien nampak
meringis saat nyeri muncul.
(11)Sistem Imun
Klien tidak memiliki alergi terhadap cuaca, debu, makanan dan
zat kimia, klien belum pernah di tranfusi.
4) Pola Aktifitas Sehari-hari
Tabel 11. Pola Aktivitas Sehari-HariNo Jenis Akvitas Sebelum sakit Saat Sakit1. Nutrisi
a. Makan1) Jenis
2) Frekuensi3) Porsi/Jumlah
4) Pantangan5) Keluhan
b. Minum1) Jenis
2) Jumlah
3) Pantangan4) Keluhan
1) Nasi, lauk pauk dansayur, kadang klienmakan buah-buahan.
2) 3 x sehari3) Dihabiskan
4) Tidak ada pantangan5) Tidak ada keluhan
1) Air putih, teh dankopi
2) + 7-8 gelas/hari (+1400-1600 cc / hari).
3) Tidak ada pantangan4) Tidak ada keluhan
1) Bubur
2) 3x/hari3) Hanya dihabiskan ½
porsi4) Tidak ada pantangan5) Ibu klien mengatakan
anaknya mengalamimual dan muntahsebanyak 3x dan tidaknafsu makan
1) Susu dan Air putih
2) Jumlah minum klien ++ 1500-2000 cc/ hari.
3) Tidak ada pantangan4) Tidak ada keluhan
2. Eliminasia. BAB
1) Frekuensi2) Konsistensi3) Warna4) Keluhan
b. BAK1) Frekuensi2) Jumlah3) Warna4) Bau5) Keluhan
1) 1-2 kali/hari2) Lembek3) Kuning4) Tidak ada
1) 7-8 x/hari2) 1500-2500 cc/hari3) Kuning jernih4) Amoniak5) Tidak ada keluhan
1) 1 x/hari2) Lembek3) Kuning4) BAB klien dibantu
oleh keluarga danperawat.
Klien terpasang kateterdengan volume 1500 cc/24jam berwarna kuningjernih.
3. Personal Hygienea. Mandi 1) 1 - 2 x/hari 1) Hanya di lap
menggunakan washlap
52
b. Gosok gigic. Keramasd. Potong kukue. Keluhan
2) 1 - 2 x/hari3) Keramas 3x/ minggu4) Jika sudah panjang5) Tidak ada keluhan
2) 1 x/hari3) Belum pernah4) Belum pernah5) Klien mengatakan
aktivitas perawatandirinya dibantu olehkeluarga dan perawat.
4. Pola istirahat tidura. Siang
1) Waktu2) Keluhan
b. Malam1) Waktu2) Keluhan
1) 14.00 - 16.00 WIB2) Tidak ada keluhan
1) 21.00 – 05.00 WIB2) Tidak ada keluhan
1) 14.00 – 17.00 WIB2) Tidak ada keluhan
1) 20.00 – 06.00 WIB2) Tidak ada keluhan
5. Aktifitas sehari-hari Aktivitas keseharian,klien bekerja sebagaiwiraswasta.
Ibu klien mengatakanaktivitas klien dibantuoleh perawat dan keluarga
5) Data Psikologis
a) Status emosi
Klien tampak sering menutup mata ketika dilakukan wawancara.
b) Konsep diri
(1) Body image / gambaran diri
Ibu klien mengatakan tidak ada yang istimewa dari anggota
tubuh anaknya, klien memperlakukannya dengan sama.
(2) Identitas diri
Klien adalah seorang perempuan dan sangat beruntung
memiliki kedua orang tua yang menyayanginya.
(3) Ideal diri
Harapan keluarga klien terhadap kondisi yang dialami anaknya
adalah berharap segera lekas sembuh, serta dapat berkumpul
kembali dengan keluarga di rumah.
53
(4) Peran diri
Klien seorang anak bagi ibu dan ayahnya. Klien tidak dapat
membantu orang tuanya bekerja karena kondisi yang dialami
sekarang ini.
(5) Harga diri
Keluarga klien dapat menerima keadaan dirinya saat masih
sehat maupun sesudah sakit.
c) Pola koping
Ibu klien mengatakan jika anaknya mempunyai masalah, klien
selalu menceritakannya kepadanya, karena menurut klien itu lebih
baik daripada memendam sendiri masalahnya.
d) Gaya komunikasi
Ibu klien mengatakan bahwa klien sehari-hari menggunakan bahasa
sunda. Klien kurang mampu berkomunikasi baik secara verbal
maupun non verbal.
e) Kecemasan
Keluarga klien mengatakan merasa khawatir dengan kondisi klien.
Ibu klien mengatakan anaknya sering mengerang kesakitan sambil
memegang kepalanya. Keluarga klien sering bertanya pada perawat
tentang keadaan klien saat ini. Ekspresi wajah keluarga tampak
cemas.
6) Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarganya baik, terbukti klien selalu
dijaga oleh ibu dan ayahnya secara bergantian. Keluarga sangat
kooperatif dalam proses perawatan dan pengobatan penyakitnya.
54
7) Data Spiritual
Sebelum dirawat, ibu klien mengatakan anaknya selalu
melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, tetapi saat ini klien hanya
terbaring ditempat tidur karena mengalami penurunan kesadaran.
8) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 12. Hasil Pemeriksaan LaboratoriumTanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
21/02/2016 a) Darah lengkap(1) Hemoglobin
(2) Hematokrit(3) Leukosit(4) Eritrosit
(5) Trombosit
14,2 gr/dl
37 %9.700 mm3
4,70 juta/ mm3
326 ribu/mm3
14 – 18 gr/dl37-48 %
4.000-10.000 mm3
L : 4,5 - 6 juta / mm3 ;
P : 4,0 – 5,5 juta / mm3
150.000-440.000 rb/mm3
b) Indeks eritrosit(1) MCV(2) MCH(3) MCHC
79,6 fL26,0 pg32,6 %
75 - 87 mg/dL24 - 30 mg/dL30 - 37 mg/dL
c) Kimia Klinik(1) Kreatinin(2) SGOT(3) SGPT(4) Ureum(5) GDS(6) Natrium(7) Kalium
0,70 mg/dL33 U/L28 U/L
26 mg/dL168 mg/dL140 mEq/L13,5 mEq/L
0,7-1,2 mg/dL< 37 U/L< 41U/L
15-50 mg/dL< 140 mg/dL
135-145 mEq/L36-55 mEq/L
9) Pengobatan dan Perawatan
a) Pengobatan
(1) Terpasang infus Nacl 0,9% tts/menit
(2) Ceftriaxone 1.000 mg/12 jam/IV
(3) Tramadol 100 mg/8 jam/drip.
(4) Ondansentron 2 mg/8 jam/IV.
b) Perawatan
(1) Tirah baring
55
(2) Perawatan luka
(3) Pemasangan O2 nasal canule
b. Pengelompokan Data
1) Data Subjektif
a) Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan kesadaran.
b) Ibu klien mengatakan anaknya tertidur terus dan terbangun
ketika diberi rangsangan nyeri.
c) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3
kali.
d) Ibu klien mengatakan tidak nafsu makan.
e) Ibu klien mengatakan selama dirawat anaknya belum pernah
mandi, keramas, dan potong kuku, hanya dilap menggunakan
washlap.
f) Ibu klien mengatakan aktivitas perawatan diri anaknya dibantu
oleh keluarga dan perawat.
g) Ibu klien mengatakan merasa khawatir dengan kondisi anaknya.
h) Ibu klien mengatakan berharap agar anaknya lekas sembuh.
2) Data Objektif
a) Kesadaran somnolen.
b) GCS : 11 (E3 M5 V3).
c) Klien tampak mual dan muntah 3x.
d) Terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit.
e) Expresi wajah nampak meringis saat nyeri muncul.
f) Klien tampak memegang kepalanya.
56
g) Klien tampak meringis ketika kepalanya ditekan.
h) Terdapat bekas jahitan pada kepala dengan panjang 7 cm
i) Tampak aktivitas perawatan diri klien dibantu oleh perawat dan
keluarga.
j) Klien tampak mual muntah sebanyak 3x.
k) Porsi makan tidak dihabiskan hanya dihabiskan ½ porsi.
l) BMI = 19,53 kg/m
m)Mukosa bibir kering.
n) Kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kotor.
o) Kulit tampak kotor dan lengket.
p) Keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan klien
saat ini
q) Tampak ada luka jahitan pada kepala.
r) Tampak ada luka lecet pada pipi, lulut, siku dan punggung
tangan sebelah kiri
s) Suhu : 36,80C
t) Leukosit : 9.700/mm3
c. Analisa Data
Tabel 13. Analisa DataData Etiologi Masalah
Data Subjektif:1) Ibu klien mengatakan
anaknya mengalamipenurunan kesadaran.
2) Ibu klien mengatakananaknya tertidur terusdan terbangun ketikadiberi rangsangan nyeri
3) Ibu klien mengatakananaknya mual danmuntah sebanyak 3 kali
Data Objektif:
Cedera kepala↓
Extra kranial↓
Terputusnya inkontinuitasjaringan, kulit dan vaskuler
↓Gangguan suplai darah
↓Iskemia
↓
Perubahan PerfusiJaringan Otak
57
1) Kesadaran somnolen2) GCS : 11 (E3 M5 V3)3) Klien tampak mual dan
muntah 3x.4) Terpasang O2 nasal
canule 2 liter/menit
Aliran darah ke otakmenurun
↓Gangguan perfusi jaringan
↓Penurunan kesadaran
Data Subjektif:Ibu klien mengatakananaknya sering mengerangkesakitan sambil memegangikepalanya.Data Objektif:1) Expresi wajah nampak
meringis saat nyerimuncul.
2) Terdapat nyeri tekanpada kepala, pipi, lutut,siku dan punggungtangan kiri.
4) Klien tampak memegangkepalanya.
5) Klien tampak meringisketika kepalanya ditekan
6) Tampak luka lecet padapipi, siku, punggungtangan dan lulut kiri.
7) Terdapat bekas jahitanpada kepala denganpanjang 7 cm.
Trauma kepala↓
Benturan akibat deselerasaidan akselerasi
↓Robekan pada kepala
↓Jaringan sekitar tertekan
Merangsang nociceptor
sekitar untuk mengeluarkanhistamin, bradikinin,
serotinin dan prostaglandin
Nyeri dihantarkan melaluiSerabut saraf aferen
Spinal melalui sinap padadorsal root dan sinap pada
dorsal horn
Spinal assendenSpinothalamic tract (STT)dan spinoreticular (SRT)
Thalamus
Kortek Serebri
Nyeri akut
Nyeri Akut
Data Subjektif:1) Klien mengatakan mual
dan muntah sebanyak 3kali.
2) Klien mengatakankurang nafsu makan.
Data Objektif :1) Klien tampak mual
muntah sebanyak 3x.2) Porsi makan tidak habis
hanyadi habiskan ½porsi.
3) Mukosa bibir kering.4) BMI = 19,53 kg/m
Cedera jaringan↓
Aliran darah ke otakmenurun
↓Merangsang inferior hipofise
↓Sekresi HCL di gaster
meningkat↓
Merangsang nervus vagus↓
Mual dan muntah↓
Perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh
Perubahan nutrisiKurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Data Subjektif :1) Ibu klien mengatakan
selama dirawat belumpernah mandi, keramas,dan potong kuku.
2) Ibu klien mengatakanaktivitas perawatandirinya dibantu oleh
Luka jahitan pada kepalaakibat kecelakaan
Peningkatan TIK
↓Penurunan kesadaran
↓Imobilisasi
Defisit Perawatan Diri
58
perawat dan keluargaData Objektif :1) Klien belum pernah
keramas, potong kuku.2) Kuku kaki dan tangan
tampak kotor.3) Kulit tampak kotor dan
lengket.4) Klien belum pernah
mandi dan hanya di lapmenggunakan washlap.
5) Aktivitas dibantu olehperawat dan keluarga.
↓Keterbatasan melakukan
aktivitas
Pemenuhan kebutuhansehari-hari klien dibantu
Defisit Perawatan Diri
Data Subjektif:1) Keluarga klien
mengatakan merasakhawatir dengan kondisiklien.
2) Keluarga klien berharapingin agar klien lekassembuh
Data Objektif:1) Expresi wajah keluarga
nampak cemas.2) Keluarga selalu bertanya
kepada perawat tentangkeadaan klien saat ini.
Kurangnya informasi bagiklien dan keluarga
↓Kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tentangprosedur pengobatan dan
atau perawatan↓
Stressor↓
Stress psikologik↓
Ansietas
Ansietas
Data Subjektif : -Data Objektif :1)Tampak ada luka jahitan
pada kepala.2)Tampak ada luka lecet
pada pipi, lulut danpunggung tangan sebelahkri.
3) Suhu : 36,80C4) Leukosit : 9.700/mm3
Benturan kepala↓
Trauma pada jaringan lunak↓
Rusaknya jaringan kepala↓
Luka jahitan↓
Port de entry kuman danmikroorganisme
↓Resiko infeksi
Resiko Infeksi
d. Prioritas Masalah
1) Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
2) Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi.
59
5) Ansietas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan dan perawatan.
6) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran yang ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya mengalami penurunan kesadaran.
2) Ibu klien mengatakan anaknya tertidur terus dan terbangun ketika
diberi rangsangan nyeri.
3) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah 3 kali
Data Objektif:
1) Kesadaran Somnolen ; GCS : 11 (E3 M5 V3)
2) Klien tampak mual dan muntah 3x.
4) Terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan yang
ditandai dengan :
Data Subjektif :
Ibu klien mengatakan anaknya sering mengerang kesakitan sambil
memegangi kepalanya.
Data Objektif :
1) Expresi wajah nampak meringis.
2) Skala nyeri sedang yaitu 6 (0-10).
3) Terdapat nyeri tekan pada kepala, pipi, lutut dan punggung tangan
kiri.
60
4) Klien tampak memegang kepalanya.
5) Tampak ada luka lecet pada pipi, siku, punggung tangan dan lulut kiri.
6) Terdapat bekas jahitan pada kepala dengan panjang 7 cm.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah yang ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan anaknya mual dan muntah sebanyak 3 kali.
2) Ibu klien mengatakan anaknya kurang nafsu makan.
Data Objektif :
1) Klien tampak mual muntah sebanyak 3x.
2) Porsi makan tidak dihabiskan hanya dihabiskan ½ porsi
3) Mukosa bibir kering.
4) BMI : 19,53 kg/m
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas yang ditandai
dengan:
Data Subjektif :
1) Ibu klien mengatakan selama dirawat anaknya belum pernah mandi,
keramas, dan potong kuku.
2) Ibu klien mengatakan aktivitas perawatan dirinya dibantu oleh
keluarga dan perawat
Data Objektif :
1) Klien belum pernah keramas, potong kuku.
2) Kulit tampak kotor dan lengket, kuku kaki dan tangan tampak kotor.
3) Klien belum pernah mandi dan hanya di lap menggunakan washlap.
61
4) Aktivitas perawatan diri di bantu oleh perawat dan keluarga.
e. Ansietas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan dan perawatan yang ditandai dengan :
Data Subjektif :
1) Klien dan keluarga mengatakan merasa khawatir dengan kondisi
klien.
2) Klien mengatakan berharap ingin lekas sembuh
Data Objektif :
1) Expresi wajah klien dan keluarga nampak cemas.
2) Klien dan keluarga selalu bertanya kepada perawat tentang keadaan
klien saat ini
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak yang
ditandai dengan :
Data Subjektif : -
Data Objektif :
1) Tampak ada luka jahitan pada kepala.
2) Tampak ada luka lecet pada pipi, lulut dan punggung tangan sebelah
kiri.
3) Suhu : 36,80C dan leukosit : 9.700/mm3
62
3. Perencanaan
Nama : Nn. T Tanggal Masuk : 20 Februari 2016
Umur : 23 Tahun Tanggal Pengkajian : 22 Februari 2016
Jenis Kelamin : Perempuan No. Medrek : 001437154
Alamat : Cegelereng Diagnosa : Mild Head Injury
Tabel 14. PerencanaanNo. Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional1. Perubahan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan edema serebralyang ditandai dengan :Data Subjektif:a. Ibu klien mengatakan anaknya
mengalami penurunan kesadaran.b. Ibu klien mengatakan anaknya
tertidur terus dan terbangunketika diberi rangsangan nyeri.
c. Ibu klien mengatakan anaknyamual dan muntah sebanyak 3 kali
Data Objektif:a. Kesadaran Somnolenb. GCS : 11 (E3 M5 V3)c. Klien tampak mual dan muntah
3x.d. Terpasang O2 nasal canule 2
liter/menit
Setelah dilakukan perawatanselama 3 hari diharapkanperfusi jaringan kembali normaldengan kriteria evaluasi :a. Tingkat kesadaran Compos
Mentis.b. GCS 15 .c. Tidak ada pusing, sakit
kepala, tidak ada mual danmuntah.
1. Kaji tingkat kesadaran klien.2. Pantau/catat status neurologis secara
teratur dan bandingkan dengan nilaistandar (misalnya GCS).
3. Tinggikan kepala pasien 15-450
sesuai indikasi/yang dapatditoleransi.
4. Kolaborasi oksigen tambahan sesuaiindikasi.
1. Mengetahui kestabilan klien..2. Mengkaji adanya kecenderungan
pada tingkat kesadaran dan potensialpeningkatan TIK dan bermanfaatdalam menentukan lokasi, perluasandan perkembangan kerusakan SSP.
3. Meningkatkan aliran balik vena darikepala, sehingga akan mengurangikongesti dan edema atau resikoterjadinya peningkatan TIK.
4. Menurunkan hipoksemia, yang manadapat meningkatkan vasodilatasi danvolume darah serebral yangmeningkatkan TIK.
2. Nyeri akut berhubungan denganterputusnya kontinuitas jaringan yangditandai dengan :Data Subjektif:Ibu klien mengatakan anaknya seringmengerang kesakitan sambilmemegangi kepalanya.
Setelah dilakukan perawatanselama 3 hari diharapkan nyeriberkurang, dengan kriteriaevaluasi :a. Nyerinya berkurangb. Beradaptasi dengan
nyerinya.
1. Kaji adanya keluhan nyeri, catatlokasi, lamanya serangan, faktorpencetus/yang memperberat.
2. Pertahankan tirah baring selama faseakut.
1. Membantu menentukan pilihanintervensi.
2. Tirah baring dalam posisi yangnyaman memungkinkan pasien untukmenurunkan spasme otot,menurunkan penekanan pada bagian
63
Data Objektif:a. Expresi wajah nampak meringis
saat nyeri muncul.b. Terdapat nyeri tekan pada kepala,
pipi, lutut dan punggung tangankiri.
c. Klien tampak memegangkepalanya.
d. Terdapat nyeri tekan pada kepaladan pipi sebelah kiri.
e. Terdapat bekas jahitan padakepala dengan panjang 7 cm.
3. Instruksikan pasien untuk melakukantekhnik distraksi/relaksasi napasdalam
4. Kolaborasi dalam pemberiananalgetik.
tertentu.3. Memfokuskan perhatian pasien,
membantu menurunkan teganganotot dan meningkatkan prosespenyembuhan.
4. Merelaksasikan otot dan menurunkannyeri.
3. Perubahan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh berhubungandengan mual muntah yang ditandaidengan :Data Subjektif :a. Ibu klien mengatakan mual dan
muntah sebanyak 3 kali.b. Ibu klien mengatakan kurang
nafsu makan.Data Objektif :a. Klien tampak mual muntah
sebanyak 3x.b. Porsi makan tidak dihabiskan
hanya habis ½ porsi.c. Mukosa bibir kering.d. BMI = 19,53kg/m
Setelah dilakukan perawatanselama 3 hari diharapkankebutuhan nutrisi terpenuhidengan kriteria evaluasi :a) Tidak ada mual dan muntahb) Nafsu makan meningkat.c) Porsi makan dihabiskan.d) Keadaan umum membaik
1. Kaji atau catat pemasukan diet.
2. Berikan klien minum air hangatsebelum makan.
3. Berikan makanan sedikit dan sering.4. Kolaborasi dalam pemberian
antiemetik
1. Membantu dalam mengidentifikasidefisiensi dan kebutuhan diet.
2. Air hangat dapat membantumengencerkan konsentrasi HClsehingga mual dapat berkurang
3. Meminimalkan anoreksia dan mual.4. Untuk menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkanpemasukan oral
4. Defisit perawatan diri berhubungandengan imobilisasi yang ditandaidengan:Data Subjektif :a. Ibu klien mengatakan selama
dirawat anaknya belum pernahmandi, keramas, dan potongkuku.
b. Ibu klien mengatakan aktivitasperawatan dirinya dibantu olehkeluarga dan perawat
Data Objektif :a. Klien belum pernah keramas,
Setelah dilakukan tindakankeperawatan selama 3 haripersonal hygiene klienterpenuhi dengan kriteriaevaluasi :a. Kulit klien dalam keadaan
bersih.b. Rambut klien dalam
keadaan bersih.c. Keluarga terlibat dalam
pemenuhan personalhygiene klien
1. Tentukan kemampuan dan hambatanuntuk partisipasi dalam perawatan.
2. Ikut sertakan pasien dan keluargadalam formulasi rencana perawatanpada tingkat kemampuan.
3. Dorong perawatan diri dan bantusesuai kebutuhan
4. Bantu dalam perawatan mulut/gigisetiap hari, keramas dan memotongkuku.
1. Mengidentifikasi kebutuhanintervensi yang dibutuhkan.
2. Meningkatkan perasaan kontrol danmeningkatkan kerjasamadanperkembangan kemandirian.
3. Meningkatkan harga diri dankemandirian pasien
4. Membantu mempertahankanpenampilan dan mengurangi resikopenyakit pada mulut dan gigi.
64
potong kuku.b. Kuku kaki dan tangan tampak
kotor.c. Kulit tampak kotor dan lengket.d. Klien belum pernah mandi dan
hanya di lap dengan washlap.e. Aktivitas dibantu oleh perawat
dan keluarga5. Ansietas keluarga berhubungan
dengan kurang informasi bagi kliendan keluarga tentang prosedurpengobatan dan atau perawatan yangditandai dengan:Data Subjektif:a. Keluarga klien mengatakan
merasa khawatir dengan kondisiklien.
b. Keluarga klien mengatakanberharap agar klien lekas sembuh
Data Objektif:a. Expresi wajah klien dan keluarga
nampak cemas.b. Keluarga selalu bertanya pada
perawat tentang keadaan kliensaat ini.
Setelah dilakukan perawatanselama 3 hari diharapkankecemasan klien dan keluargahilang, dengan kriteria evaluasi:a. Ekspresi wajah tenangb. Klien dan keluarga mengerti
dengan proses pengobatanyang akan dijalani klien
1. Kaji tingkat rasa takut pada pasiendan orang terdekat. Perhatikan tandapengingkaran, depresi ataupenyempitas fokus perhatian.
2. Dorong dan berikan kesempatanuntuk pasien/orang terdekatmengajukan pertanyaan danmenyatakan masalah.
3. Jelaskan prosedur/asuhan yangdiberikan. Ulangi penjelasan dengansering atau sesuai kebutuhan.
1. Membantu menentukan jenisintervensi yang diperlukan.
2. Membuat perasaan terbuka danbekerjasama dan memberikaninformasi yang akan membantudalam identifikasi/mengatasimasalah.
3. Rasa takut akan ketidaktahuandiperkecil denganinformasi/pengetahuan dan dapatmeningkatkan penerimaan.
6. Resiko infeksi berhubungan dengantrauma pada jaringan lunak yangditandai dengan:Data Subjektif : -Data Objektif :a. Tampak ada luka jahitan pada
kepala.b. Tampak ada luka lecet pada pipi,
lulut dan punggung tangansebelah kri.
c. Suhu : 36,80Cd. Leukosit : 9.700/mm3
Setelah diberikan intervensikeperawatan selama 3 hariresiko infeksi tidak terjadi dandapat diatasi dengan kriteria :a. Luka nampak kering dan
cepat sembuhb. Tidak ada tanda – tanda
infeksi pada permukaan dansekitar luka
c. Suhu tubuh dalam batasnormal (36,2 0C – 37,5 0C).
1. Tingkatkan cuci tangan yang baikpada perawat, orang tua dan parapenjenguk.
2. Awasi tanda vital.
3. Lakukan perawatan luka denganteknik aseptik.
4. Awasi hasil pemeriksaanlaboratorium.
5. Kolaborasi dalam pemberianantibiotik.
1. Menurunkan resiko kontaminasisilang.
2. Demam, peningkatan nadi danpernapasan adalah peningkatan lajumetabolisme dari proses inflamasi,meskipun sepsis dapat terjadi tanparespon demam.
3. Menurunkan resiko penyebaranbakteri dan mempercepatpenyembuhan luka.
4. Peningkatan leukosit menunjukantelah terjadinya infeksi.
5. Membantu pencegahan terhadapterjadinya infeksi.
65
4. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 15. Implementasi dan EvaluasiNo.Dx
Hari/Tanggal
Jam ImplementasiHari/
TanggalJam Evaluasi
I Senin,22/02/2016
07.30
07.40
07.50
08.00
1. Mengkaji tingkat kesadaran klien.Hasil :Tingkat kesadaran Somnolen
2. Memantau/catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilaistandar (misalnya GCS).Hasil :GCS : 11 (E3 M5 V3).
3. Meninggikan kepala pasien 15-450 sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.Hasil :a. Klien berada pada posisi semi fowler.b. Klien tampak memegang kepalanya.
4. Berkolaborasi oksigen tambahan sesuai indikasi.Hasil :a. Tampak terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit.b. Pernapasan 24x/menit.
Senin,22/02/2016
13.00 S :Ibu klien mengatakananaknya mengalamipenurunan kesadaran
O :1. Tingkat kesadaran somnolen
dengan GCS : 11 (E3 M5V3).2. Klien nampak memegang
kepala.3. Terpasang O2 2 nasal canule
liter/menit.4. Pernapasan 24x/menit
A :Tujuan tercapai sebagian.
P :Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
II Senin,22/02/2016
08.10
08.20
08.30
08.45
1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktorpencetus/yang memperberat.Hasil :Expresi wajah meringis saat nyeri muncul.
2. Mempertahankan tirah baring selama fase akut.Hasil :Klien berada pada posisi semi fowler.
3. Menginstruksikan pasien untuk melakukan tekhnik distraksi/relaksasi napasdalam dengan cara menarik napas dalam melalui hidung dengan bibirkemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusuldengan menghembuskan napas melalui bibir dengan bentuk mulut sepertiorang meniup. Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari.Hasil :a. Klien mengatakan masih merasakan nyeri.b. Expresi wajah meringis ketika nyeri muncul.
4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik yaitu tramadol 100 mg/drip cairandengan cara menyuntikan obat ke dalam botol cairan.
Senin,22/02/2016
13.10 S :Ibu klien mengatakananaknya sering mengerangkesakitan sambil memegangikepalanya.
O :1. Tingkat kesadaran apatis
dengan GCS : 11 (E3 M5V3).
2. Klien nampak memegangkepala.
3. Terpasang O2 nasal canule 2liter/menit.
4. Pernapasan 24x/menitA :
Tujuan tercapai sebagian.P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
66
Hasil :Injeksi tramadol 2 cc/drip/ganti cairan
III Senin,22/02/2016
08.55
09.05
09.10
09.20
1. Mengkaji atau catat pemasukan diet.Hasil :a. Ibu klien mengatakan kurang nafsu makanb. Porsi makan tidak habis hanya dihabiskan ½ porsic. Klien diberi bubur serta susu 1500cc/hari
2. Memberikan klien minum air hangat sebelum makan.Hasil :Ibu klien mengatakan masih mual dan muntah
3. Memberikan makanan sedikit dan sering.Hasil :Porsi makan tidak habis hanya dihabiskan ½ porsi.
4. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetik yaitu ondansentron 2 mg/IVdengan menyuntikan melalui selang infus.Hasil :Injeksi ondansentron 2 cc/IV.
Senin,22/02/2016
13.20 S :1. Ibu klien mengatakan masih
mual dan muntah.2. Ibu klien mengatakan kurang
nafsu makanO :
1. Porsi makan tidak habis hanyadihabiskan ½ porsi.
2. Klien tampak mual danmuntah
A :Tujuan belum tercapai.
P :Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan4
IV. Senin,22/02/2016
10.10
10.20
10.40
10.50
1. Menentukan kemampuan dan hambatan untuk partisipasi dalam perawatanHasil :Pergerakan terhambat karena adanya penurunan kesadaran.
2. Mengikut sertakan pasien dan keluarga dalam formulasi rencana perawatanpada tingkat kemampuan.Hasil :Keluarga klien turut serta dalam melakukan perawatan diri pasien.
3. Mendorong perawatan diri dan membantu sesuai kebutuhan.Hasil :a. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan dirib. Perawat dan keluarga turut membantu dalam proses perawatan diri
4. Membantu dalam perawatan mulut/gigi setiap hari, keramas dan memotongkuku.Hasil :Kulit, mulut dan gigi, serta rambut dan kuku tampak bersih.
Senin,22/02/2016
13.40 S :Ibu klien mengatakan setelahperawatan diri, kulit anaknyatampak bersih, rambut bersihdan wangi, serta kuku tangandan kakinya juga bersih.
O:1. Klien tampak bersih dan
wangi2. Kulit, rambut, gigi dan kuku
klien tampak bersih setelahmelakukan personal hygiene.
3. Keluarga turut terlibatlangsung dalam tindakanpersonal hygiene
A :Tujuan tercapai
P :Pertahankan intervensi 1,2,3,dan 4
V. Senin,22/02/2016
11.00 1. Mengkaji tingkat rasa cemas pada keluarga klien. Perhatikan tandapengingkaran, depresi atau penyempitan fokus perhatian.Hasil :Keluarga klien berada pada ansietas tingkat sedang.
Senin,22/02/2016
13.50 S :Keluarga klien mengatakansudah mulai mengerti dengankondisi dan prosedur
67
11.10
11.25
2. Mendorong dan memberikan kesempatan pada keluarga klien untukmengajukan pertanyaan dan menyatakan masalah.Hasil :Keluarga klien mengungkapkan semua hal yang menjadi kecemasan dansemua hal yang tidak dimengerti.
3. Menjelaskan prosedur/asuhan yang diberikan. Ulangi penjelasan dengansering atau sesuai kebutuhan.Hasil :a. Keluarga klien tampak menyimak dengan seksama penjelasan yang
diutarakan oleh perawat.b. Keluarga klien mengatakan mengerti dengan segala prosedur perawatan
yang akan dijalani.c. Ekspresi wajah keluarga tampak tenang.
pengobatan yang akan dijalaniklien
O:1. Expresi wajah mulai tenang2. Keluarga klien mulai
mengerti dan tidak bertanyalagi mengenai prosedurpengobatan klien
A :Tujuan tercapai
P :Lanjutkan intervensi 1, 2 dan 3.
VI. Senin,22/02/2016
11.35
11.45
12.00
12.30
12.40
1. Meningkatkan cuci tangan yang baik pada perawat, orang tua dan parapenjenguk.Hasil :Perawat, orang tua dan para pengunjung selalu melakukan cuci tangansebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien
2. Mengawasi tanda vital.Hasil :TD : 110/70 mmHgN : 84x/menitRR: 24x/menitS : 36,8 0C
3. Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik yaitu denganmempertahankan perawatan luka dengan tehnik aseptik dengan mengawalidan tindakan dengan mencuci tangan, kemudian selalu memakai handscone,masker dan antiseptik seperti cairan Nacl 0,9%, dan betadine sertapertahankan balutan luka kering.Hasil :a. Luka tampak bersihb. Penyatuan luka cukup baik
4. Mengawasi hasil pemeriksaan laboratorium.Hasil :Leukosit : 9.700/mm3
5. Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik yaitu ceftriaxone 1.000 mg/IVdengan mencampurkan bubuk obat dengan pelarutnya kemudian menyuntikanobat pada selang infusHasil :Injeksi ceftriaxone 1 cc/IV
Senin,22/02/2016
14.00 S : -O :
1. Luka tampak kering danbersih
2. Suhu tubuh normal (36,8oC).3. Penyatuan luka cukup baik
tanpa adanya tanda-tandainfeksi
A :Tujuan tercapai
P :Pertahankan intervensi 1,2,3, dan4
68
5. Catatan Perkembangan
Tabel 16: Catatan Perkembangan
NoNODX
Hari/Tanggal
Jam Catatan Perkembangan Paraf
1. I Selasa,23/02/2016
07.30
08.00
08.10
08.20
08.30
13.00
S :Ibu klien mengatakan anaknyamengalami penurunan kesadaran
O :1. Tingkat kesadaran somnolen dengan
GCS : 11 (E3 M5V3).2. Klien nampak memegang kepala.3. Terpasang O2 2 nasal canule liter/menit.4. Pernapasan 24x/menit
A :Tujuan tercapai sebagian.
P :Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
I :1. Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Hasil :Tingkat kesadaran Somnolen
2. Memantau/catat status neurologis secarateratur dan bandingkan dengan nilaistandar (misalnya GCS).Hasil :GCS : 11 (E3 M5 V3).
3. Meninggikan kepala pasien 15-450 sesuaiindikasi/yang dapat ditoleransi.Hasil :a. Klien berada pada posisi semi fowler.b. Klien tampak memegang kepalanya.
4. Berkolaborasi oksigen tambahan sesuaiindikasi.Hasil :a. Tampak terpasang O2 nasal canule 2
liter/menit.b. Pernapasan 24x/menit.
E :Masalah belum teratasi
2. II Selasa,23/02/2016
08.40
08.50
S :Ibu klien mengatakan anaknya seringmengerang kesakitan sambilmemegangi kepalanya.
O :1. Tingkat kesadaran apatis dengan GCS :
11 (E3 M5 V3).2. Klien nampak memegang kepala.3. Terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit.4. Pernapasan 24x/menit
A :Tujuan tercapai sebagian.
P :Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
I :1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat
lokasi, lamanya serangan, faktorpencetus/yang memperberat.Hasil :Expresi wajah meringis saat nyeri
69
09.00
09.10
09.40
13.00
muncul.2. Mempertahankan tirah baring selama fase
akut.Hasil :Klien berada pada posisi semi fowler.
3. Menginstruksikan pasien untukmelakukan tekhnik distraksi/relaksasinapas dalam dengan cara menarik napasdalam melalui hidung dengan bibirkemudian anjurkan klien untuk menahannapas sekitar 1-2 detik dan disusul denganmenghembuskan napas melalui bibirdengan bentuk mulut seperti orangmeniup. Lakukan 4-5 kali latihan,lakukan minimal 3 kali sehari.Hasil :a. Klien mengatakan masih merasakan
nyeri.b. Expresi wajah meringis ketika nyeri
muncul.4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
yaitu tramadol 100 mg/drip cairan dengancara menyuntikan obat ke dalam botolcairan.Hasil :Injeksi tramadol 2 cc/drip/ganti cairan
E :Masalah belum teratasi
3. III Selasa,23/02/2016
10.15
10.20
10.25
10.30
10.40
S :1. Ibu klien mengatakan masih mual dan
muntah.2. Ibu klien mengatakan kurang nafsu
makanO :
1. Porsi makan tidak habis hanyadihabiskan ½ porsi.
2. Klien tampak mual dan muntahA :
Tujuan belum tercapai.P :
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4I :. Mengkaji atau catat pemasukan diet.
Hasil :a. Ibu klien mengatakan kurang nafsu
makanb. Porsi makan tidak habis hanya
dihabiskan ½ porsic. Klien diberi bubur serta susu
1500cc/hari2. Memberikan klien minum air hangat
sebelum makan.Hasil :Ibu klien mengatakan masih mual danmuntah
3. Memberikan makanan sedikit dan sering.Hasil :Porsi makan tidak habis hanya dihabiskan½ porsi.
4. Berkolaborasi dalam pemberian
70
13.20
antiemetik yaitu ondansentron 2 mg/IVdengan menyuntikan melalui selang infus.Hasil :Injeksi ondansentron 2 cc/IV.
E :Masalah teratasi sebagian
4. I Rabu,24/02/2016
07.30
08.00
08.10
08.20
08.30
13.00
S :Ibu klien mengatakan anaknya mengalamipenurunan kesadaranO :1. Tingkat kesadaran somnolen dengan
GCS : 11 (E3 M5V3).2. Klien nampak memegang kepala.3. Terpasang O2 2 nasal canule liter/menit.4. Pernapasan 24x/menit
A :Tujuan tercapai sebagian.
P :Lanjutkan intervensi 1,2,3,4
I :1. Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Hasil :Tingkat kesadaran Somnolen
2. Memantau/catat status neurologis secarateratur dan bandingkan dengan nilaistandar (misalnya GCS).Hasil :GCS : 11 (E3 M5 V3).
3. Meninggikan kepala pasien 15-450sesuai indikasi/yang dapat ditoleransi.Hasil :a. Klien berada pada posisi semi
fowler.b. Klien tampak memegang kepalanya.
4. Berkolaborasi oksigen tambahan sesuaiindikasi.Hasil :a. Tampak terpasang O2 nasal canule 2
liter/menit.b. Pernapasan 24x/menit.
E :Masalah belum teratasi
2. II Rabu,24/02/2016
08.40
08.50
S :Ibu klien mengatakan anaknya seringmengerang kesakitan sambil memegangikepalanya.O :1. Tingkat kesadaran apatis dengan GCS :
11 (E3 M5 V3).2. Klien nampak memegang kepala.3. Terpasang O2 nasal canule 2 liter/menit.4. Pernapasan 24x/menitA :
Tujuan tercapai sebagian.P :
Lanjutkan intervensi 1,2,3,4I :1. Mengkaji adanya keluhan nyeri, catat
lokasi, lamanya serangan, faktor
71
09.00
09.10
09.40
13.00
pencetus/yang memperberat.Hasil :Expresi wajah meringis saat nyeri muncul.
2. Mempertahankan tirah baring selama faseakut.Hasil :Klien berada pada posisi semi fowler.
3. Menginstruksikan pasien untuk melakukantekhnik distraksi/relaksasi napas dalamdengan cara menarik napas dalam melaluihidung dengan bibir kemudian anjurkanklien untuk menahan napas sekitar 1-2detik dan disusul dengan menghembuskannapas melalui bibir dengan bentuk mulutseperti orang meniup. Lakukan 4-5 kalilatihan, lakukan minimal 3 kali sehari.Hasil :a. Klien mengatakan masih merasakan
nyeri.b. Expresi wajah meringis ketika nyeri
muncul.4. Berkolaborasi dalam pemberian analgetik
yaitu tramadol 100 mg/drip cairan dengancara menyuntikan obat ke dalam botolcairan.Hasil :Injeksi tramadol 2 cc/drip/ganti cairan
E :Masalah belum teratasi
3. III Rabu,24/02/2016
10.15
10.20
10.25
S :1 Ibu klien mengatakan masih mual dan
muntah.2 Ibu klien mengatakan kurang nafsu
makanO :
c. Porsi makan tidak habis hanyadihabiskan ½ porsi.
d. Klien tampak mual dan muntahA :
Tujuan belum tercapai.P :
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, dan 4I :1. Mengkaji atau catat pemasukan diet.
Hasil :a. Ibu klien mengatakan kurang nafsu
makanb. Porsi makan tidak habis hanya
dihabiskan ½ porsic. Klien diberi bubur serta susu
1500cc/hari2. Memberikan klien minum air hangat
sebelum makan.Hasil :Ibu klien mengatakan masih mual dan
72
10.30
10.40
13.20
muntah3. Memberikan makanan sedikit dan sering.
Hasil :Porsi makan tidak habis hanya dihabiskan½ porsi.
4. Berkolaborasi dalam pemberian antiemetikyaitu ondansentron 2 mg/IV denganmenyuntikan melalui selang infus.Hasil :Injeksi ondansentron 2 cc/IV.
E :Masalah teratasi sebagian
B. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dan hasil studi
kasus yang penulis lakukan dari tanggal 22 sampai 24 Februari 2016, maka
pada bab ini dibahas tentang perbandingan antara teoritis dan fakta yang ada,
yang diperoleh penulis sebagai hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Pada Klien Nn. T Dengan Gangguan Sistem Persarafan : Mild Head
Injury Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning Lantai II Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Dalam penerapan proses keperawatan dilakukan sebelumnya, maka
penulis akan mengemukakan kesenjangan yang penulis dapatkan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
Dalam pengkajian ini penulis melaksanakan sesuai dengan
tahapan-tahapan yang ada dalam pengkajian tersebut yaitu pengumpulan
data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian dirumuskan menjadi
diagnosa keperawatan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi
kepustakaan.
73
Data yang dikumpulkan selain diperoleh dari klien sebagai data
primer, juga diperoleh dari pihak lain yang penulis anggap cukup
mewakili dan akurat untuk kelengkapan data (data sekunder), yaitu :
a. Data keluarga klien.
b. Tenaga kesehatan yang terlibat langsung dalam pemberian pelayanan
kesehatan pada klien.
c. Catatan medis klien.
d. Hasil pemeriksaan laboratorium.
e. Klien sendiri.
Dari tinjauan teoritis, data yang bisa didapatkan pada klien dengan
gangguan sistem persarafan : mild head injury biasanya terjadi penurunan
kesadaran, nyeri kepala, pusaing, dan keterbatasan rentang gerak.
Setelah dilakukan pengkajian pada Nn. T ditemukan data sebagai
berikut : keadaan umum lemah, kesadaran apatis dengan GCS 11 (E3 M4
V3), nyeri kepala, mual muntah, dan keterbatasan rentang gerak.
Adanya kesenjangan ini dapat disebabkan karena setiap manusia
dalam memberikan respon baik bio, psiko, sosial dan spiritual terhadap
stimulus berbeda-beda sehingga gejala dan karateristik yang didapatkan
berbeda-beda.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teoritis, masalah keperawatan yang ditemukan pada
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus dengan trauma
kepala adalah sebagai berikut :
74
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kesadaran,
edema serebral dan sumbatan aliran darah serebral.
b. Nyeri akut berhubungan dengan trauma kepala
c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
persepsi/kognitif, terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan, misalnya
tirah baring, imobilisasi.
f. Resiko cedera berhubungan dengan gelisah, agitasi, gerakan involunter
dan kejang.
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada studi kasus
sebagai hasil analisa dan penetapan masalah keperawatan ditemukan 7
diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi.
e. Ansietas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan dan perawatan.
75
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak.
Kesenjangan yang penulis dapatkan adalah masalah yang ada
dalam tinjauan teori tetapi tidak ada dalam tinjauan kasus yaitu :
a. Bersihan jalan napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular.
Hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya tanda-tanda disfungsi
neuromuskular, pernapasan normal dan tidak ada penggunaan otot-otot
pernapasan sehingga data tidak menunjang untuk diangkat menjadi
sebuah diagnosa keperawatan pada kasus.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
persepsi/kognitif, terapi pembatasan/kewaspadaan keamanan, misalnya
tirah baring, imobilisasi. Hal ini karena tidak ditemukannya kelemahan
pada otot pada ekstremitas. Keterbatasan yang dialami karena pada
saat akan melakukan aktivitas klien mengalami pusing.
c. Resiko cedera berhubungan dengan gelisah, agitasi, gerakan involunter
dan kejang. Hal ini disebabkan karena klien tidak mengalami agitasi,
gerakan involunter atau pun kejang dan juga lebih diutamakan untuk
diagnosa yang aktual sehingga tidak mendukung untuk diangkatnya
diagnosa keperawatan.
Penulis menemukan diagnosa keperawatan yang tidak ada pada
teori namun penulis temukan dalam kasus yaitu : defisit perawatan diri :
berhubungan dengan keterbatasan melakukan aktivitas. Penulis
mengangkat diagnosa tersebut karena data-datanya sangat mendukung
untuk diangkat sebuah diagnosa aktual.
76
3. Perencanaan
Pada tahap ini penulis bersama klien dan keluarga menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang
muncul. Perencanaan disesuaikan dengan privasi atau kebutuhan klien,
situasi dan kondisi serta sarana dan prasaran yang ada diruangan.
Dalam penyusunan perencanaan, hal-hal yang mendukung adalah :
a. Adanya kerja sama yang baik dengan perawat, klien dan keluarga
sehingga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan
b. Dukungan dan bimbingan dari perawat ruangan yang dapat
memperlancar dan menyusun perencanaan.
Perencanaan yang penulis lakukan klien Nn. T pada dasarnya ada
kesenjangan antara teori dan kasus, hal ini terjadi karena tidak semua
diagnosa keperawatan dan perencanaan yang ada dalam teori ada dalam
kasus. Tetapi untuk diagnosa yang ada pada teori dan muncul pada kasus
pada prinsipnya tidak ada perbedaan karena perencanaan pada kasus penulis
berpatokan atau mengacu pada tinjauan teoritis, tetapi tidak semua
perencanaan yang ada dalam teori dimasukan dalam perencanaan yang ada
pada kasus dengan diagnosa yang sama, karena hal ini disesuaikan dengan
kondisi pasien yang ada pada kasus. Sedangkan diagnosa yang muncul pada
kasus dan tidak ada pada teori, penulis membuat intervensi berdasarkan
referensi yang ada dan telah teruji kebenarannya.
4. Implementasi
Tahap ini merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam pelaksanaan ini mengacu pada perencanaan yang
77
merupakan faktor pendukung berjalannya tahap pelaksanaan adalah kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan. Meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana,
namun hanya terdapat satu intervensi yang tidak relaksana, selain itu setiap
intervensi yang telah disusun dapat diimplementasikan kepada klien.
Adapun tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada
antara lain :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan
yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut
dilaksanakan.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Untuk
mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah. Untuk mengatasi masalah ini perawat memberikan
tindakan yang telah direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut
dilaksanakan.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi. Untuk mengatasi
masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah direncanakan dan
semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
e. Ansietas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan dan perawatan. Untuk mengatasi masalah ini
perawat memberikan tindakan yang telah direncanakan dan semua
rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
78
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak. Untuk
mengatasi masalah ini perawat memberikan tindakan yang telah
direncanakan dan semua rencana tindakan tersebut dilaksanakan.
5. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana
untuk menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu
pada tercapainya tujuan yang ditetapkan.
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tidak semua
masalah yang terdapat didalam tinjauan teori baik tinjauan medik maupun
tinjauan keperawatan ditemukan dalam tinjauan kasus begitu juga
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena tidak ada data yang mendukung
sehingga masalah yang muncul tidak sekompleks masalah yang ada pada
tinjauan teoritis.
Setelah mengimplementasikan asuhan keperawatan yang
direncanakan selama 3 hari, yang dimulai dari tanggal 22 Februari 2016
sampai tanggal 24 Februari 2016, untuk seluruh tujuan yang telah ditetapkan
belum dapat tercapai sesuai dengan harapan.
Dalam kasus ini diagnosa keperawatan yang ada yaitu terdiri dari
enam diagnosa keperawatan, dengan hasil evaluasi sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan
kesadaran. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah belum
teratasi tetapi sudah ada perubahan, dengan kriteria evaluasi : kesadaran
somnolen, TTV normal, klien masih pusing, mual dan muntah berkurang.
79
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan. Setelah
dilakukan perawatan selama 3 hari masalah belum teratasi tetapi sudah
ada perubahan, dengan kriteria evaluasi : klien masih tampak mengerang
kesakitan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari masalah belum
teratasi tetapi sudah ada perubahan, dengan kriteria evaluasi: mual
muntah berkurang, nafsu makan meningkat, dan porsi makan dihabiskan
¾ porsi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi. Setelah
dilakukan perawatan selama 3 hari masalah teratasi dengan kriteria
evaluasi : kulit, rambut, kuku dan gigi klien dalam keadaan bersih,
keluarga terlibat dalam pemenuhan personal hygiene pasien.
e. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan dan perawatan. Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari
masalah teratasi dengan kriteria evaluasi : ekspresi wajah tenang, klien
dan keluarga mengerti dengan proses pengobatan yang akan dijalani
klien.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak. Setelah
dilakukan perawatan selama 3 hari masalah teratasi dengan kriteria
evaluasi : luka tampak kering dan bersih, suhu tubuh normal (36,8oC).
Dan penyatuan luka cukup baik tanpa adanya tanda-tanda infeksi.
80
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan yang penulis laksanakan di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin Bandung dari tanggal 22
Februari sampai 24 Februari 2016 dengan mengacu pada tujuan yang ingin
dicapai, maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Tahap awal proses keperawatan adalah pengkajian, yang meliputi
pengumpulan data, klasifikasi data dan analisa data yang kemudian
dirumuskan menjadi diagnosa keperawatan. Tehnik pengumpulan data yang
dilakukan adalah wawancara, observasi partisipasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, studi literatur dan kepustakaan.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus mild head injury yaitu :
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kesadaran.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi.
e. Ansietas keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
prosedur pengobatan dan perawatan.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan.
3. Tidak semua diagnosa keperawatan yang ada dalam teori ada dalam kasus,
begitu pula sebaliknya. Dimana diagnosa keperawatan yang ada dalam teori
81
tidak ada dalam kasus pada dasarnya penulis berpatokan pada teoritis
sedangkan diagnosa yang muncul dalam kasus tidak ada dalam teori penulis
berpatokan pada data yang didapatkan saat pengkajian langsung terhadap
klien.
4. Tidak semua intervensi yang ada dalam teori terdapat dalam kasus. Tetapi
untuk intervensi yang ada pada teori dan muncul pada kasus pada prinsipnya
tidak ada perbedaan karena perencanaan pada dasarnya penulis berpatokan
pada tinjauan teoritis, sedangkan intervensi yang muncul pada kasus tidak
ada pada teori, penulis bersama klien dan keluarga membuat intervensi
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
5. Implementasi merupakan realisasi dari perencanaan yang telah disusun
sehingga dalam implementasi ini mengacu pada perencanaan yang
merupakan pendukung berjalannya tahap pelaksanaan diantaranya kerja
sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga sehingga memudahkan
dalam setiap tindakan, selain itu adanya dukungan serta bimbingan dari
perawat pembimbing.
6. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana untuk
menilai suatu keberhasilan pelaksanaan keperawatan dengan mengacu pada
tercapainya tujuan yang ditetapkan. Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari, terdapat tiga diagnosa yang teratasi, tetapi 3 diagnosa yang
belum teratasi telah menunjukkan perubahan pada klien.
7. Dokumentasi merupakan segala sesuatu yang tercetak atau tertulis yang
dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang
berwenang. Dokumentasi keperawatan juga merupakan salah satu bentuk
upaya membina dan mempertahankan akuntabilitas perawat dan
82
keperawatan. Pelaksanaan dokumentasi proses keperawatan juga sebagai
salah satu alat ukur untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu
pelayanan asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit. Dalam
mendokumentasikan karya tulis ilmiah ini penulis berpatokan kepada tahap-
tahap pendokumentasian keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan catatan perkembangan.
B. Rekomendasi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury,
penulis menyarankan :
1. Untuk Pihak Rumah Sakit
Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan yang komperhensif
yaitu bio, psiko, sosial dan spritual kepada klien dengan menambah peralatan
dan fasilitas yang memadai untuk menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan. Perawat agar selalu menerapkan konsep asuhan keperawatan
yang komperhensif dan meningkatkan frekuensi kontak dengan klien dalam
melaksanakan asuhan keperawatan serta adanya pendokumentasian yang
lengkap dan akurat pada status kesehatan klien.
2. Untuk Istitusi
Institusi dan penyelenggara diharapkan menyediakan buku-buku referensi
yang memadai, yang menyangkut hal-hal terbaru tentang penatalaksanaan
perawatan klien dengan gangguan sistem persarafan : mild head injury serta
menyediakan waktu yang cukup untuk pelaksanaan praktek keperawatan di
83
rumah sakit dan studi kasus untuk penyusunan karya tulis dimasa yang akan
datang.
3. Untuk Profesi
Perawat harus menerapkan proses keperawatan secara proaktif dan
meningkatkan frekuensi kontak dengan klien serta dalam melaksanakan
asuhan keperawatan diperlukan adanya pendokumentasian yang dicatat
dalam status kesehatan klien dan diperlukan adanya kerjasama yang baik
dengan tim kesehatan lainnya.
4. Bagi penulis sendiri
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat menjadi bacaan dan
acuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem persarafan: mild
head injury.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC : Jakarta
Doenges, E. M., Moorhouse, F. H & Geissler, A. M., (2000). Rencana AsuhanKeperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Mutaqqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan SistemPersarafan. Salemba Medika : Jakarta.
Nurarif dan Kusuma. (2013). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-NOC. Jilid 2. Medi Action Publishing : Jogjakarta.
_______________. (2015). Handbook Health Student. Medi Action Publishing :Jogjakarta.
Nursalam. M,. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Teori.Edisi 2. Salemba Medika : Jakarta.
Pearce, C. Evelyn. (2008). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PrimaGrafika : Jakarta.
Price, A. S., Wilson, M. L. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit, Edisi 8, EGC: Jakarta.
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung,. (2016) . Rekam Medik di Ruang KemuningLantai II Bedah Saraf. Periode Desember 2015 – Februari 2016. RSUP :Bandung.
Safrizal., Saanin, S,. Bachtiar, H,. (2013). Hubungan Nilai Oxygen Deliverydengan Outcome Rawatan Pasien Cedera Kepala Sedang. Bagian IlmuBedah Fakultas Kedokteran Unand/RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teoridan Praktek. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Smeltzer, C. S., dan Bare, G. B. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi : Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi keIII. EGC : Jakarta.
Zamzani, M. N., Faudi, I,. Nawawi, M. A. (2010). Angka Kejadian dan OutcomeCedera Otak di RS. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2008 – 2010. DepartemenAnestesiologi & Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas PadjajaranRumah Sakit Hasan Sadikin-Bandung.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA
OLEH :
TIA MARIADI
NIM : 13.13.1085
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMKAB MUNA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok bahasan : Trauma Kepala
Sub pokok bahasan : Perawatan Luka
Lokasi : Di Ruang Bedah Saraf Gedung Kemuning
Lantai II Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan
Sadikin Bandung
Waktu : 15 Menit
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit diharapkan klien dan
keluarga dapat memahami perawatan luka.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :
Setelah memperoleh pelajaran selama 15 menit klien dan keluarga klien dan
klien dapat :
1. Menyebutkan pengertian perawatan luka
2. Menyebutkan tujuan perawatan luka
3. Menyebutkan penyebab infeksi
4. Menyebutkan tanda dan gejala infeksi
5. Menjelaskan langkah-langkah pencegahan infeksi
III. MATERI :
1. Pengertian perawatan luka
2. Tujuan perawatan luka
3. Penyebab infeksi
4. Tanda dan gejala infeksi
5. Langkah-langkah pencegahan infeksi
IV. METODE :
Ceramah dan tanya jawab
V. MEDIA :
Leaflet
VI. KEGIATAN
NO. KEGIATAN BELAJAR KEGIATAN KLIEN DANKELUARGA
1. PEMBUKAAN- Mengucapkan salam- Melakukan apersepsi
- Menjawab salam- Menjawab sesuai
kemampuan2. ISI
- Memberi pelajaran terhadapmateri
- Memberikan kesempatankepada keluarga klien danklien untuk bertanya
- Menjawab pertanyaankeluarga klien dan klien
- Mendengarkan denganseksama
- Mengajukan pertanyaan
- Mendengarkan jawabanatas pertanyaan
VII. PENILAIAN
1. Prosedur
- Penilaian akhir
2. Jenis
- Lisan
- Praktek
VIII. LAMPIRAN
Materi tentang manajemen nyeri
Bandung, 20 Februari 2016
Penyuluh,
TIA MARIADI
13.13.1085
LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian
Perawatan luka adalah merawat luka untuk mencegah trauma (injury) pada
kulit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya
trauma, fraktur, kanker, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.
2. Tujuan
a. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan
membran mukosa.
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c. Mempercepat penyembuhan
d. Membersihkan luka dari beda asing atau debris
e. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar drain
3. Penyebab Infeksi
a. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati dalam luka
b. Luka terbuka atau kotor
c. Gizi buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
4. Tanda dan Gejala
a. Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b. Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c. Luka kemerahan pada kulit daerah luka
d. Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
e. Luka berbau tak sedap
f. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
5. Cara Perawatan Luka di Rumah
a. Persiapan Alat
o Cairan infus NacL 0,9% atau air matang yang sudah dingin
o Kapas
o Kassa steril
o Plester
o Gunting
o Kayu putih
o Kantong plastik
o Betadine/antiseptik
b. Langkah-Langkah
o Atur posisi senyaman mungkin
o Siapkan alat yang diperlukan dan dekatkan kepada pasien
o Keluarga yang akan melakukan ganti balutan sebelumnya mencuci
tangan terlebih dahulu dengan sabun
o Buka plester/perban (dengan menggunakan kayu putih)
o Balutan lama dibuka dan dibuang ke kantong plastik
o Bersihkan luka :
Cuci tangan terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi dengan
Nacl 0,9% atau kapas lembab yang tekah dibasahi air matang yang
telah dingin
Keringkan luka dengan kassa steril
Untuk luka yang masih basah, kompres luka dengan kassa yang telah
dibasahi betadine/antiseptik
Tutup luka yang telah dikompres kassa betadine/antiseptik dengan
kassa kering.
6. Langkah Pencegahan Infeksi pada Luka yang Dapat Dilakukan di Rumah
a. Selalu mencuci tangan dengan 7 langkah
b. Kuku harus bersih dan tidak panjang
c. Minum obat secara teratur
d. Jaga kebersihan kulit
e. Sering kontrol ke dokter minimal 1 minggu sekali
f. Jaga agar luka tetap kering
g. Tidak boleh memegang area luka
Lampiran 3.
OLEH :
NAMA : TIA MARIADI
NIM : 13.13.1085
AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2016
d. Membersihkan luka dari beda
asing atau debris
e. Drainase untuk memudahkan
pengeluaran eksudat
f. Mencegah perdarahan
g. Mencegah eksoriasi kulit sekitar
drain
PENYEBAB INFEKSI
a. Adanya benda asing atau jaringan
yang sudah mati dalam luka
b. Luka terbuka atau kotor
c. Gizi buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang
gerak
PENGERTIANPERAWATAN
LUKA
Perawatan luka adalah merawat luka
untuk mencegah trauma (injury)
pada kulit, membran mukosa atau
jaringan lain yang disebabkan oleh
adanya trauma, fraktur, kanker, luka
operasi yang dapat merusak
permukaan kulit.
TUJUAN
a. Mencegah infeksi dari masuknya
mikroorganisme ke dalam kulit
dan membran mukosa.
b. Mencegah bertambahnya
kerusakan jaringan
c. Mempercepat penyembuhan
TANDA DAN GEJALA
a. Merasa panas pada daerah luka
atau suhu badan panas
b. Merasa sakit atau nyeri pada
daerah luka
c. Luka kemerahan pada kulit
daerah luka
d. Gangguan fungsi gerak pada
daerah luka
e. Luka berbau tak sedap
f. Terdapat cairan berupa nanah
pada luka
LANGKAH PENCEGAHAN
INFEKSI PADA LUKA YANG
DAPAT DILAKUKAN DI
RUMAH
a. Selalu mencuci tangan dengan 7
langkah
b. Kuku harus bersih dan tidak
panjang
c. Minum obat secara teratur
d. Jaga kebersihan kulit
e. Sering kontrol ke dokter
minimal 1 minggu sekali
f. Jaga agar luka tetap kering
g. Tidak boleh memegang area luka
AWALI SEMUATINDAKANDENGANMENCUCITANGAN
Lampiran 4.
PEMERINTAH KABUPATEN MUNAAKADEMI KEPERAWATAN
Jl. Poros Raha – Tampo Km. 6 Raha Telp. 0403 – 2522945
LEMBARAN BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
NAMA : TIA MARIADI
NIM : 13.13.1085
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. T DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN : MILD HEAD
INJURY DI RUANG BEDAH SARAF GEDUNG
KEMUNING LANTAI II RUMAH SAKIT UMUM PUSAT dr.
HASAN SADIKIN BANDUNG
NAMA PEMBIMBING : SANTHY, S.Kep., Ns., M.Kep
NO HARI/TANGGAL
POKOKBAHASAN/SUB
POKOKBAHASAN
URAIAN PERBAIKAN PARAF
1.Jumat,03 Mei2016
Konsul Judul
1. Ganti kalimat pembuka cari referensiyang baru
2. Cantumkan tahun berapa3. Jarak spasi
2.Sabtu,04 Mei2016
BAB I1. ACC2. Lanjut BAB II
3.
Selasa,07 Mei2016
BAB II
1. Sumber referensi di cantumkan2. Tabel terbuka3. Penulisan judul di bold4. Perbaiki penulisan5. Tambahkan klasifikasi cedera kepala6. Tambahkan diagnosa teoritis
4.Jumat,10 Mei2016
1. SUM
5.Senin,06 Juni2016
BAB IIIRevisi keluhan utamakan yang palingdirasakan oleh klien dan yang palingmengancam
6.Rabu,
08 Juni2016
BAB IVPembahasan diagnosa perbaiki analisiskesenjangan
7.Kamis,09 Juni2016
BAB IIIAbstrak
Pembahasan Perbaikan
8.Jumat,10 Juni2016
BAB IV Perbaiki sesuai koreksi
9.Senin,13 Juni2016
Daftar Pustaka1. Perbaiki cara penulisan2. Lengkapi kelengkapan ujian
10.Selasa,14 Juni2016
Lampiran 1. ACC2. Siap disidangkan
Raha, 14 Juni 2016Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
(Ns. Santhy, S.Kep., M.Kep)
Lampiran 5.
RIWAYAT HIDUP
1. Identitas
Nama : TIA MARIADI
Tempat tanggal lahir : Raha, 25 Desember 1994
Status : Mahasiswa
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Alamat : Jl. Sutan Syahrir (Empang)
2. Riwayat Pendidikan
SDN 14 Katobu : Tahun 2000 – 2006.
SMPN 5 Raha : Tahun 2006 – 2009.
SMKS Karya Persada : Tahun 2009 – 2012
Akper Pemkab Muna : Tahun 2013 – Sekarang.