lo.3 skenario 2

Upload: anggun-octaviearly

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    1/7

    LO.3 Komplikasi anastesi lokal dan eksodonsia

    3.1. Komplikasi anastesi lokal

    1. Patahnya jarum suntik

    Hal ini bisa disebabkan karena adanya tekanan ke lateral

    dari lidah atau pipi terhadap syringe sewaktu melakukan injeksi,

    gerakan kepala dan tangan pasien yang mendadak, operator berusaha

    mengubah posisi jarum dengan menggesernya ke lateral pada waktu

    jarum masih didalam jaringan serta bisa disebabkan karena operator

    memaksa jarum masuk kedalam jaringan yang resisten serta

    membentur tulang.

    2. Trismus

    Dapat didefinisikan sebagai kesulitan membuka rahang

    karena kejang otot. Trismus dapat disebabkan oleh penyuntikan pada

    otot pterygoid medial, di mana kerusakan darah akan menimbulkan

    hematoma atau infeksi. Trismus terjadi beberapa saat setelah

    penyuntiksn dan prosedur perawatan gigi selesai dilakukan, dapat

    berlangsung selama beberapa minggu. Pasien sering datang kembali

    ke dokter gigi setelah satu sampai dua hari dengan keluhan trismus

    setelah penyuntikan blok nervus alveolar inferior.

    Trismus yang disebabkan infeksi, pasien umumnya akan menderita

    demam dan mengeluh rasa sakit dan tidak nyaman, maka pada

    situasi ini nanah yang terbentuk harus di drainase dan diberikan

    terapi antibiotic. Bila infeksi sudah terkontrol, trismus dapat

    dihilangkan dengan larutan kumur salin hangat.

    3. Kepucatan

    Kepucatan daerah suntikan umumnya disebabkan oleh

    kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deponir cairan

    dan efek local dari vasokonstriktor. Kepucatan yang jauh dari daerah

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    2/7

    suntikan mungkin disebabkan karena suntikan intravascular atau

    terganggunya suplai pembuluh darah dari syaraf otonom. Keadaan

    seperti ini hanya diperlukan tindakan menenangkan pasien dan

    teknik penyuntikan yang cermat dengan melakukan aspirasi sebelum

    deponir larutan akan dapat mengurangi komplikasi ini.

    4. Gangguan visual

    Gangguan ini dapat berupa penglihatan ganda atau

    penglihatan yang buram bahkan kebutaan sementara. Fenomena ini

    sulit dijelaskan namun diperkirakan keadaan ini disebabkan oleh

    kejang vascular atau suntikan intra-arterial yang tidak disengaja

    sehingga terjadi distribusi vascular abnormal. Pada kasus seperti ini

    pasien diberitahu bahwa penglihatan akan kembali normal dalam

    waktu 30 menit. Beberapa suntikan maksilaris dapat menyebabkan

    larutan terdeposit ke orbita sehingga menganastesi otot motoris mata.

    Gangguan penglihatan yang terjadi akan kembali normal bila larutan

    sudah terdispersi, biasanya membutuhkan waktu 3 jam.

    3.2. Komplikasi eksodonsia

    1. Perdarahan berlebihan.

    Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi

    pencabutan gigi. Oleh karena itu anamnesis harus dilakukan secara

    cermat untuk mengungkap adanya riwayat perdarahan sebelum

    melakukan pencabutan gigi. Bila pasien mengatakan belum pernah

    mengalami perdarahan berlebihan maka harus dicari keterangan

    yang lebih terperinci mengenai riwayat tersebut. Perhatikan secara

    khusus hubungan waktu antara perdarahan dengan lamanya

    pencabutan (trauma jaringan) dan banyaknya perdarahan dan

    pemeriksaan laboratorium harus dilakukan (diindikasikan).

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    3/7

    Riwayat keluarga pasien yang pernah mengalami

    perdarahan akibat suatu tindakan operasi juga amat penting. Pasien

    dengan adanya riwayat diatas harus dirujuk ke ahli hematologi untuk

    dilakukan pemeriksaan lebih cermat sebelum tindakan pencabutan

    gigi dilakukan. Bila pasien memiliki riwayat perdarahan pasca

    pencabutan maka sangat bijaksana jika membatasi jumlah gigi yang

    akan dicabut pada kunjungan pertama dan menjahit jaringan lunak

    serta memonitor penyembuhan pasca pencabutan gigi. Bila tidak

    terjadi komplikasi maka jumlah gigi yang akan dicabut pada

    kunjungan berikutnya dapat ditingkatkan secara perlahan-lahan.

    Perembesan darah secara konstan selama pencabutan gigi dapat

    diatasi dengan aplikasi gulungan tampon atau dengan penggunaan

    suction. Perdarahan yang lebih parah dapat diatasi dengan pemberian

    tampon yang diberi larutan adrenalin : aqua bidest 1 : 1000 dan

    dibiarkan selama 2 menit dalam soket. Perdarahan yang disebabkan

    pembuluh darah besar jarang terjadi dan bila ini terjadi maka

    pembuluh darah tersebut harus ditarik dan dijepit dengan arteri klem

    kemudian dijahit/cauter. Perdarahan pasca operasi dapat terjadi

    karena pasien tidak mematuhi instruksi atau sebab lain yang harus

    segera ditemukan.

    Cara penanggulangan komplikasi seperti pada kebanyakan

    kasus disarankan untuk melakukan penjahitan pada muko periosteal,

    jahitan horizontal terputus paling cocok dan untuk tujuan ini harus

    diletakkan pada soket sesegera mungkin. Tujuan dari penjahitan ini

    adalah bukan untuk menutup soket tetapi untuk mendekatkan

    jaringan lunak diatas soket untuk mengencangkan muko perioteal

    yang menutupi tulang sehingga menjadi iakemik. Karena pada

    kebanyakan kasus perdarahan tidak timbul dari soket tetapi berasal

    dari jaringan lunak yang berada disekitarnya, selanjutnya pasien

    diinstruksikan untuk menggigit tampon selama 5 menit setelah

    penjahitan. Bila perdarahan belum teratasi maka kedalam soket gigi

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    4/7

    dapat dimasukkan preparat foam gelatin atau fibrin (surgicel,

    kalsium alginat) setelah itu pasien disuruh menggigit tampon dan

    kemudian dievaluasi kembali dan bila tetap tidak dapat diatasi

    sebaiknya segera dirujuk ke Rumah sakit terdekat untuk memperoleh

    perawatan lebih intensif lagi.

    2. Edema

    Edema merupakan salah satu komplikasi pasca pencabutan

    gigi yang terjadi. Edema merupakan kelanjutan normal dari setiap

    tindakan pencabutan dan pembedahan gigi, dan merupakan reaksi

    normal dari jaringan terhadap cedera. Besarnya edema yang terjadi

    bervariasi setiap individu dan tidak selalu sama,yaitu trauma yang

    besarnya sama, tidak selalu mengakibatkan derajat edema yang sama

    baik pada tiap-tiap pasien. Pembengkakan yang terjadi biasanya

    dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.

    Edema lebih sering terjadi pada gigi yang dicabut dengan

    menggunakan open view method daripada dengan yang

    menggunakan forceps technique. Penyebab umum terjadinya edema

    adalah laserasi jaringan lunak, retraksi flap yang dilakukan dengan

    tidak hati-hati, dan adanya iritasi dari fragmen-fragmen tulang.

    3.

    Dry Socket

    Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari

    soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit

    sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Dry socket terjadi sekitar

    3% setelah dilakukan tindakan pencabutan gigi. Komplikasi ini

    sering terjadi setelah pencabutan gigi posterior dan lebih sering

    terjadi pada rahang bawah daripada di rahang atas. Regio molar

    bawah adalah daerah yang sering terkena, khususnya alveolus molar

    ketiga. Dry socket lebih sering terjadi setelah pencabutan gigi yang

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    5/7

    menggunakan anastesi lokal daripada pencabutan gigi yang

    menggunakan anastesi umum.

    Ada beberapa penyebab dari timbulnya dry socket. Dry

    socketbisa terjadi karena trauma selama pencabutan gigi, penurunan

    perdarahan yang diakibatkan karena penggunaan injeksi Epinephrine

    atau vasokonstriktor lainnya. Selain itu penyebab lain dry socket

    adalah karena adanya infeksi pada soket gigi setelah pencabutan

    gigi, tulang yang tebal, hilangnya blood clot.

    (Gambar Dry socket)

    4. Fraktur mahkota gigi

    Fraktur mahkota gigi tidak dapat dihindarkan apabila gigi

    dalam keadaan karies besar dan juga mungkin terdapat tumpatan

    besar di gigi tersebut. Namun fraktur ini sering diakibatkan karena

    penggunaan tang yang tidak tepat pada gigi tersebut, blade

    digunakan pada mahkota dan bukan pada akar atau massa-akarnya,

    atau sumbu panjang tang memotong sumbu panjang gigi tersebut.

    Bila terjadi fraktur mahkota, maka metode yang digunakan

    untuk mengeluarkan bagian gigi yang tertinggal ditentukan oleh

    besarnya bagian yang tertinggal dan penyebab kegagalan tersebut.

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    6/7

    Kadang-kadang penggunaan tang lebih atau bein dapat

    mengeluarkan gigi itu, dan pada kesempatan lainnya harus

    digunakan metode "trans-alveolar".

    5. Fraktur tuberositas maksila

    Fraktur tuberositas maksila bisa terjadi pada saat mencabut

    molar rahang atas, terasa bahwa tulang penyangga dan tuberositas

    maksila itu tersangkut dengan giginya. Peristiwa ini biasanya

    disebabkan oleh invasi tuberositas ke dekat sinus.

    (Gambar Fraktur tuberositas maksila)

  • 7/21/2019 LO.3 skenario 2

    7/7

    Sources:

    1.

    Cookke-Waite Lab.Atlas of local anaesthesia in dentistry. 1987

    2.

    Anastesi Lokal pada Kedokteran Gigi Anak. 2007. Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Sumatera Utara. USU e-Repository : Medan

    3. Howe,G.L., : Pencabutan Gigi Geligi, 1990, 2nd Ed., Buku Kedokteran, hal.

    82-103.