stres dan kelelahan kerja

24
TUGAS ERGONOMIKA “ERGONOMI, STRES, DAN KELELAHAN KERJA” Dosen Pengampu: Yunda Megawati, S.Psi., M.Psi. Nama Anggota Kelompok 8: Bella Illionora 125120307111080 Belle Disya Nasrullah Aziz 125120307111037 M. Fadhlillah 125120301111023  Natalia Widianingrum 125120307111053 Okta Dwi Putri 125120301111010 Riza Chumairah Rahmat 125120307111019 Tassya Ayesha 125120301111028 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

Upload: talitha-rahma

Post on 13-Apr-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 1/24

TUGAS ERGONOMIKA

“ERGONOMI, STRES, DAN KELELAHAN KERJA” 

Dosen Pengampu:

Yunda Megawati, S.Psi., M.Psi.

Nama Anggota Kelompok 8:

Bella Illionora 125120307111080

Belle Disya Nasrullah Aziz 125120307111037M. Fadhlillah 125120301111023

 Natalia Widianingrum 125120307111053

Okta Dwi Putri 125120301111010

Riza Chumairah Rahmat 125120307111019

Tassya Ayesha 125120301111028

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 2/24

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi

kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya

dapat pula merupakan gangguan dan ancaman. Terjadinya gangguan kesehatan

akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui, juga telah pula

dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti

kecepatan dan beban kerja yang berlebihan merupakan faktor-faktor lain yangdapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Tetapi beberapa penelitian

membuktikan bahwa faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan tersebut tidak

murni faktor fisik tetapi disertai juga unsur psikologis. Hasil penelitian

menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian penyakit penyumbatan pembuluh

darah jantung antara pekerja- pekerja “kerah biru” (blue collar) dan “kerah putih”

(white collar). Hal ini membuktikan bahwa jenis pekerjaan menimbulkan

gangguan kesehatan yang berbeda (Fingret, 2000).

Pada tahun 1995 Survey of Self Reported Workrelated Ill Health (SWI) di

Inggris (Smith, 2000) menyatakan 500.000 individu yang percaya bahwa dirinya

menderita gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerjanya, tetapi dari

sejumlah ini hanya 216.000 yang sungguh-sungguh sakit. Dengan

mempertimbangkan perbedaan-perbedaan metode penelitian, diperkirakan dari

tahun 1990 sampai tahun 1995 terjadi peningkatan kasus stres akibat kerja kira-

kira sebesar 30% (Smith, 2000). Penelitian lain pada tahun 1985 ditemukan kasus

tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerja sebesar

15% dari seluruh kasus gangguan kesehatan akibat kerja dibandingkan hanya

ditemukan 5% saja pada tahun 1979 (Marchand, Demers, & Durand, 2005). Lebih

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 3/24

3

menakjubkan lagi dari hasil “Survei Statistik Kesehatan di Australia Barat” 

(Work Safe Western Australia and Work Cover, 1996) yang menemukan

 peningkatan kasus stres akibat kerja yang fantastis, yaitu dari ditemukannya

sebanyak 380 kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di

tempat kerja pada kurun waktu 1994 sampai 1995 dibandingkan dengan

ditemukan hanya 205 kasus pada kurun waktu 1993 sampai 1994. Pada survei ini

 juga diyatakan bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50,8 hari kerja setiap

kasus tuntutan hak asuransi, sedang pekerja wanita kehilangan kira-kira 58,5 hari

kerja. Dengan demikian harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah

kesehatan kerja yang penting, yang secara bermakna akan menyebabkan

 penurunan produktivitas kerja.

Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan

efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata

“lelah” memiliki arti tersendiri bagi setiap individu dan bersifat subjektif (Putri,

2008). Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering

dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata

dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas.  

Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi

kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja (Eraliesa, 2008). Kelelahan

kerja memberi kontribusi 50% terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Setyawati,

2007). Data dari  International Labour Organization  (ILO) (2003) menunjukkan

 bahwa hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena

kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor kelelahan. Penelitian tersebut

menyatakan dari 58.155 sampel, sekitar 18.828 sampel menderita kelelahan yaitu

sekitar 32,8% dari keseluruhan sampel (Baiduri, 2008).

Perasaan kelelahan kerja adalah satu dari beberapa gejala yang sering

ditemukan di balai pengobatan maupun rumah sakit yaitu sekitar 20-40% populasi

mengeluhkan kelelahan kerja yang berat (Setyawati, 2010). Beberapa penelitian

yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI didapat 30-40% masyarakat

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 4/24

4

 pekerja pemberi jasa layanan kesehatan yang bersifat teknis dan beroperasi

selama 8-24 jam sehari mengalami kelelahan. Hal ini dikarenakan adanya pola

kerja bergilir (Depkes RI, 2003).  Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa

faktor individu seperti umur, pendidikan, masa kerja, status perkawinan dan status

gizi mempunyai hubungan dengan terjadinya kelelahan kerja (Oentoro, 2004).

Faktor individu seperti umur mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

terjadinya kelelahan, dimana umur berkaitan dengan proses degenerasi organ

yang menyebabkan penurunan kemampuan organ sehingga tenaga kerja semakin

mudah mengalami kelelahan (Widyo, 2008).

Bukti di negara Jepang menunjukkan bahwa pekerja berusia 40-50 tahun

akan lebih cepat menderita kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang lebih

muda (Hidayat, 2003). Hasil riset menunjukkan secara klinis terdapat hubungan

antara status gizi seseorang dengan performa tubuh secara keseluruhan, orang

yang berada dalam kondisi gizi yang kurang baik maka akan lebih mudah

mengalami kelelahan dalam melakukan pekerjaan (Oentoro, 2004).

Satu hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka meminimalkan

kelelahan kerja adalah ergonomi. Salah satu penelitian ergonomi mengenai

rancangan tempat duduk telah memanfaatkan teknik antropometris dan penilaian

subjektif terhadap rasa nyaman. Hasilnya telah membuahkan perumusan pedoman

untuk mengevaluasi sarana tempat duduk dari segi kebutuhan pada umumnya.

Sejauh dapat dipraktekkan, tempat duduk dan permukaan kerja yang dapat disetel

atau keduanya memberikan cara yang efektif untuk mengatasi perbedaan individu

(Anastasi, 1993, h.329). Perusahaan atau organisasi yang sadar benar akan

 pentingnya ergonomi sebagai ilmu yang berkaitan dengan efisiensi, kesehatan,

keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerjanya (Nurmianto dalam

Sutanto, dkk., 1999, h.117), akan setuju sekali memasukkan ergonomi dalam

sistem industrinya, seperti dengan cara mengupayakan suatu kondisi kerja yang

sehat, nyaman, efisien, dan ergonomis. Hal tersebut difungsikan agar menurunnya

kecepatan dan ketepatan kerja, kelelahan kerja, ketidaknyamanan tempat dan

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 5/24

5

sarana kerja, dan kesalahan manusia dapat dihindari dan dikurangi, sehingga

dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kinerja perusahaan.

Maka dari itu makalah ini penulis buat sebagai upaya untuk mempelajari

lebih jauh peran dari ergonomi atas stres dan kelelahan kerja terutama dilihat dari

kacamata psikologi.

B.  Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.  Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai stres dan kelelahan kerja

2.  Untuk mengetahui aplikasi ergonomi untuk mengatasi stres dan kelelahan

kerja

3.  Untuk memenuhi tugas mata kuliah ergonomi

C.  Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini meliputi:

1.  Apa pengertian dari stres kerja?

2.  Apa pengertian dari kelelahan kerja?

3. 

Bagaimana penerapan ergonomi dalam rangka mengatasi stres dan kelelahan

kerja?

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 6/24

6

BAB 2

PEMBAHASAN

A.  Stres Kerja

Luthans (2006: 441) mendefinisikan bahwa stres kerja sebagai respon

adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi yang

merupakan tuntutan psikologi atau fisik yang berlebihan pada seseorang.

Mangkunegara (2008: 157) mendefinisikan stres kerja adalah perasaan tertekan

yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini tampak dari

simptom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan tidak tenang, suka menyendiri,

sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup,

tekanan darah meningkat, dan mengalami gangguan pencernaan. Gibson,dkk

(2011: 339) mendefinisikan stres kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian,

diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan/atau proses-proses

 psikologis, akibat dari setiap tindakan lingkaran, situasi atau peristiwa yang

menetapkan permintaan psikologi dan/atau fisik berlebihan kepada seseorang.

Ardana,dkk. (dalam Faliza, 2011) mengemukakan bahwa salah satu alasan

mengapa stres perlu untuk dipahami adalah stres kerja tidak dapat bekerja secara

optimal sehingga akan memberi dampak yang negatif pada hasil kerjanya atau

dengan kata lain karyawan tidak dapat mengoptimalkan hasil kerjanya. Karyawan

yang mengalami stres di lingkungan kerjanya dapat mempengaruhi kemampuan

karyawan tersebut dalam bekerja.

1.  Penyebab Stres

Penyebab dari stres kerja terbagi menjadi:

a.  Stresor fisik di tempat kerja misalnya

1) 

Kebisingan, penerangan yang kurang memadai, temperatur ruangan

yang terlalu tinggi serta bahaya-bahaya kerja fisik lainnya.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 7/24

7

2)  Bahaya-bahaya kerja kimiawi, misalnya debu kerja yang berlebihan.

3)  Bahaya kerja ergonomis, misalnya meja kerja yang terlalu

tinggi/terlalu rendah, jangkauan yang jauh, bekerja dengan posisi sulit

dan lain-lain.

 b.  Stresor emosional atau mental seperti:

1)  Bisa merupakan kondisi yang tidak menyenangkan atau bahkan

kondisi yang menyenangkan misalnya suatu promosi dapat

mengakibatkan timbulnya stres akibat kehilangan posisi.

2)  Sistem tugas

a)  Kerja lembur

Menurut beberapa penelitian, kerja lembur yang terlalu sering,

apalagi kalau tanpa kontrol jumlah jam kerja yang berlebih-lebihan

ternyata tidak hanya mengurangi kuantitas dan kualitas hasil kerja,

 juga seringkali meningkatkan kuantitas absen dengan alasan sakit

atau kecelakaan kerja. Hal seperti ini misalnya bisa terjadi pada

 pekerja-pekerja di industri pengemasan buah kaleng yang biasanya

 banyak berhubungan dengan musim buah.

 b) 

Tugas kerja malam

Kerja malam merupakan tugas yang berat bagi individu pekerja,

seringkali mengakibatkan timbulnya gangguan fisik akibat kurang

tidur serta perubahan tingkah laku yang dapat mendorong individu

untuk penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang serta

 perubahan kebiasaan makan. Misalnya: polisi, perawat, satpam,

anggota pemadam kebakaran, pekerja-pekerja di industri

 pelayanan (hotel, transportasi, dan lain-lain), termasuk pekerja

dengan tugas malam lainnya. Penelitian yang dilaksanakan oleh

Bilat dkk. pada tahun 2002 ditemukan bahwa cuti sakit perawat

wanita dan pekerja rumah sakit lainnya mencapai lebih dari 13%

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 8/24

8

dari seluruh jumlah hari kerja akibat jadwal kerja malam yang

terlalu sering di rumah sakit.

c)  Kecepatan mesin

Kecepatan kerja yang didasarkan semata-mata pada kapasitas

kecepatan mesin sangat menguras energi fisik dan psikologis

individu pekerja karena harus terpaku untuk menyesuaikan

kecepatan mesin, ban berjalan atau proses produksi, sehingga

sedetik pun tak memungkinkan pekerja untuk meninggalkan

tempat kerjanya tanpa digantikan atau ditolong temannya.

Misalnya produk-produk kontrol kualitas yang dihasilkan oleh

mesin-mesin yang berkecepatan tinggi dan produk-produk yang

harus berdasarkan jadwal yang ketat.

d)  Gerakan yang berulang secara monoton

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan dengan gerakan

anggota badan yang berulang secara monoton, yang kadang-

kadang pula disertai posisi kerja yang sulit, atau sambil membawa

 beban atau menahan beban seringkali sangat memberatkan

individu pekerja. Misalnya pekerjaan-pekerjaan di industri

 penggergajian kayu, pengemasan, pemilihan dan asembling   pada

 ban berjalan. Walsh dkk. menyimpulkan dalam penelitiannya

 bahwa pekerjaan yang banyak menggerakkan tangan berulang dan

membosankan seperti pada para pekerja penggergajian kayu lebih

 banyak menimbulkan penyakit-penyakit psikosomatik dan gejala-

gejala stres mental lainnya sehingga meningkatkan frekuensi cuti

sakit.

e) 

Kekangan-kekangan

Tidak adanya kebebasan bekerja, misalnya tahapan-tahapan

 pekerjaan yang mempunyai jadwal tugas yang ketat dan detail.

Misalnya pemeliharaan/perawatan/pengujian mesin kapal terbang

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 9/24

9

yang harus mengikuti/berdasarkan “checklist”  yang ketat,

 pekerjaan mencocokkan/memasang/merakit elemen-elemen jadi

 bangunan rumah/mesin-mesin, pekerjan akunting.

f) 

Komunikasi yang menjemukan/membebankan

Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kontak yang memberatkan

karena memerlukan negosiasi untuk perihal yang sulit diterima

atau tidak selaras dengan kehendak lawan bicara. Misalnya

manajer pemasaran, personil promosi obat-obatan.

3)  Volume pekerjaan

a)  Volume pekerjaan yang berlebihan

Volume pekerjaan yang terlalu banyak, yang dibatasi oleh waktu.

Misalnya:

(1) Tergesa-gesa karena dibatasi oleh waktu, misalnya petugas

 pelayanan pelanggan yang harus melayani pelanggan dengan

antrian yang panjang untuk menunggu pelayanan, sekretaris

dengan tugas yang bertumpuk.

(2) Permintaan-permintaan untuk pengambilan keputusan yang

rumit, misalnya petugas kontrol kualitas, pekerjaan yang harus

membutuhkan masukan informasi yang banyak.

 b)  Volume pekerjaan yang sangat kurang

Kurang rangsangan untuk bekerja, kurang variasi, tidak ada

kreativitas atau tuntutan untuk mengatasi masalah. Misalnya:

(1) Tuntutan pekerjaan yang memerlukan perhatian penuh tetapi

kurang rangsangan untuk bekerja. Pekerja harus tetap waspada

dan harus selalu siap untuk bereaksi bila terjadi sesuatu yang

tidak diinginkan. Walaupun keadaan tersebut jarang sekali

terjadi, seperti tugas pengawasan mesin dan peralatan padam

 penggunaan reguler, tugas menjaga pintu kereta api.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 10/24

10

(2) Tuntutan untuk membeda-bedakan secara tepat biasanya

membutuhkan konsentrasi, perasaan dan konsentrasi

 penglihatan yang intens.

c) 

Tidak diberi tugas karena atasan pilih kasih, atau kemampuan

kalah bersaing dengan yang lain.

d)  Tanggung jawab untuk keselamatan dan kesejahteraan diri sendiri,

organisasi tempat kerja dan masyarakat umum. Misalnya:

(1) Tanggung jawab untuk bekerja dengan aman merupakan faktor

stres psikis dari pekerja karena harus bekerja selalu dengan

hati-hati agar tidak membahayakan orang di sekitarnya atau

 pun membahayakan diri sendiri, seperti: operator mesin derek,

 pekerja yang menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya

atau yang mudah meledak, pilot.

(2) Tanggung jawab pekerjan terhadap kesejahteraan masyarakat

misalnya pekerja-pekerja di sektor kesehatan, pendidikan dan

kesejahteraan lainnya.

(3) Tanggung jawab terhadap peralatan dan bahan-bahan kerja

yang bernilai tinggi.

e) 

Kondisi fisik/lingkungan tempat kerja

Adanya ancaman terpapar kondisi fisik tempat kerja yang kurang

menyenangkan atau kontak dengan bahan-bahan beracun.

Misalnya:

(1) Tempat kerja yang sunyi/terpencil, seperti pekerjaan-pekerjan

menyendiri yang tak mempunyai kesempatan berkomunikasi

dengan orang lain atau pekerjan-pekerjan yang pada situasi

sulit atau terancam bahaya tak memungkinkan untuk mencari

 pertolongan dari teman kerja atau siapapun. Misalnya: tugas-

tugas pengawasan/penjagaan yaitu penjaga mercu suar, tugas

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 11/24

11

 jaga malam, operator telegraf, pekerjaan-pekerjaan yang tidak

kontak langsung dengan langganan.

(2) Tempat kerja yang jauh atau sulit dijangkau

(3) 

Pemaparan di tempat kerja, umumnya pemaparan fisik dan

 pemaparan kimiawi, seperti suhu yang terlalu tinggi atau

terlalu rendah, tempat kerja yang sempit berdesakan, ventilasi

 buruk, penerangan yang kurang baik, vibrasi, masalah-masalah

ergonomi, tempat kerja yang bising, bau-bau yang tidak enak,

debu-debu kerja dan substansi kimia yang berbahaya.

c.  Organisasi tempat kerja

1)  Perubahan-perubahan

Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat kerja merupakan salah

satu penyebab utama dari stres. Perubahan seringkali berarti terjadi

suatu kehilangan, seperti diberlakukan teknik yang baru di tempat

kerja, ganti supervisor, restrukturisasi organisasi, diberi tugas baru

yang sukar dilaksanakan, pindah bagian, dan dibebastugaskan sebagai

 pimpinan.

2) 

Manajemen yang otokratis

Pada perusahaan dengan manajemen yang otokratis, biasanya

komunikasi atasan dan bawahan tidak berjalan dengan baik. Seringkali

 para pekerja dibebani oleh dua perasaan yang berlawanan, yang

mendorong timbulnya stres. Perasaan tersebut biasanya timbul bila

 para pekerja mengerti apa yang mereka harus perbuat tetapi pada

kenyataannya hal itu tak dapat dilaksanakan. Komunikasi yang buruk

 juga biasanya mencetuskan timbulnya perasaan ketidakpuasan,

kurangnya penghargaan, konflik pada rantai komando atau konflik

 perbedaan tuntutan para pekerja pada manajemen bisa menimbulkan

konflik dengan teman sekerja. Juga bila pekerja harus mengerjakan

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 12/24

12

 perintah yang tak disukainya atau bila perintah tidak tercantum dalam

deskripsi pekerjaan, kurangnya dukungan dana atau fasilitas lainnya

dari manajemen guna menyelesaikan tugas atau tidak diberinya

kekuasaan untuk memutuskan masalah dalam menyelesaikan tugas

merupakan stresor psikologis yang penting.

3)  Pengembangan karir.

Ancaman dipecat, diturunkan pangkat, dipensiunkan lebih dini karena

sakit, ada hambatan untuk promosi atau mendapat promosi untuk

 pekerjaan yang kurang dikuasai, dapat menimbulkan kecemasan yang

hebat.

2.  Gejala Stres

Menurut Anoraga (2001) gejala stres adalah sebagai berikut: 

a.  Menjadi mudah marah dan tersinggung

 b. 

Bertindak secara agresif dan defensif

c.  Merasa selalu lelah

d.  Sukar konsentrasi, pelupa

e.  Jantung berdebar-debar

f. 

Otot tegang, nyeri sendi

g.  Sakit kepala, perut dan diare.

Teori Terry Beehr dan Newman (1978) membagi gejala stress menjadi

tiga aspek yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku. Gejala psikologis

terdiri dari:

a.  Kecemasan, ketegangan

 b. 

Bingung, marah, sensitif

c.  Memendam perasaan

d. 

Komunikasi tidak efektif, menurunnya fungsi intelektual

e.  Mengurung diri, ketidakpuasan bekerja

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 13/24

13

f.  Depresi, kebosanan, lelah mental

g.  Merasa terasing dan mengasingkan diri, kehilangan daya konsentrasi

h.  Kehilangan spontanitas dan kreativitas

i. 

Kehilangan semangat hidup, menurunnya harga diri dan rasa percaya diri.

Sedangkan selain gejala psikis juga muncul gejala fisik yaitu:

a.  Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah

 b.  Meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin

c.  Gangguan gastrointestial, misalnya gangguan lambung

d.  Mudah terluka, kematian, gangguan kardiovaskuler

e.  Mudah lelah secara fisik, gangguan pernafasan

f.  Lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit

g.  Kepala pusing, migrain, kanker

h.  Ketegangan otot, problem tidur

Gejala perilaku:

a.  Menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas

 b.  Penurunan prestasi dan produktifitas

c. 

Meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk

d.  Perilaku sabotase

e.  Meningkatnya frekuensi absensi

f.  Perilaku makan yang tidak normal

g.  Kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan

h.  Kecendrungan perilaku yang beresiko tinggi seperti ngebut, berjudi

i.  Meningkatnya agresivitas dan kriminalitas

 j. 

Penurunan kualitas hubungan interpersoal dengan keluarga dan teman

k.  Kecendrungan bunuh diri.

3.  Jenis Stres

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 14/24

14

Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stres menjadi dua,

yaitu: 

a.  Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk

kesejahteraan individu dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan

 pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat  performance 

yang tinggi. 

 b.  Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat,

negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk

konsekuensi individu dan juga organisasi seperti penyakit kardiovaskular

dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan

dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. 

B.  Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean (2000) kelelahan dapat didefinisikan sebagai keadaan

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja, yang berbeda-beda pada

setiap individu. Kelelahan dapat dikatakan kehilangan kesiapsiagaan. Lelah bagi

setiap orang akan mempunyai arti tersendiri dan sifatnya subyektif. Lelah

merupakan suatu perasaan. Kelelahan yang dimaksud disini adalah aneka keadaan

yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Berikut ini akan

dijelaskan komponen fisilogis dan psikologis kelelahan. Secara fisiologis

kelelahan dihubungkan dengan pergantian aktivitas otak, gerakan mata, gerakan

kepala, tonus otot, denyut jantung. Sedangkan komponen psikologis dihubungkan

dengan mood  dan motivasi yang merupakan fungsi psikomotor dan kognitif.

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

menghindari dari kerusakan lebih lanjut (Suma’mur, 1995). Menurut

Chavalitsakulchai dan Shahvanaz (dalam Setyawati, 2010), kelelahan kerja

merupakan fenomena yang kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi pada

 proses kerja serta dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 15/24

15

internal pengaruh terjadinya kelelahan kerja yaitu lingkungan kerja yang tidak

memadai, dan eksternal pengaruh kelelahan kerja yaitu masalah psikososial

(Setyawati, 2010). Kelelahan kerja menunjukan keadaan yang berbeda-beda tetapi

semuanya berkaitan kepada penggurangan kapasitas kerja dan ketahanan umum

(Wijaya & Setyawati, 2006). Semua pekerjaan akan menghasilkan kelelahan

kerja, dan kelelahan kerja akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat

kesalahan kerja (Nurmianto, 1996). Setiap orang yang bekerja dengan melebihi

 batas tertentu akan menimbulkan kelelahan, oleh karena itu setiap perusahaan

haruslah memikirkan waktu istirahat sebelum tenaga pulih kembali (Nitisemito,

1996).

Telah dijelaskan bahwa kelelahan terdiri dari komponen fisiologis dan

komponen psikologis. Bila terjadi kelelahan, temperatur tubuh, detak jantung,

tekanan darah, pernapasan dan produksi adrenalin akan turun. Ketika kelelahan,

seseorang mungkin akan kelihatan tertidur sejenak (micro-sleeps).  Micro-sleeps 

adalah tidur sebentar (brief naps)  yang berlangsung 4-5 detik. Sedangkan

komponen psikologis adalah berhubungan dengan perasaan (mood) dan motivasi

yang merupakan fungsi dari psikomotor.

1. 

Jenis Kelelahan Kerja

Menurut Grandjean (2000) kelelahan digolongkan atas:

a.  Kelelahan otot dengan tanda-tanda: berkurangnya kemampuan untuk

menjadi pendek ukurannya, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi

dan memanjangnya waktu laten, yaitu waktu di antara perangsangan dan

saat mulai kontraksi.

 b.  Kelelahan umum, yaitu kelelahan dengan turunnya efisiensi dan ketahanan

dalam bekerja meliputi segenap kelelahan tanpa memandang apapun

 penyebabnya, seperti kelelahan yang sumber utamanya adalah mata,

kelelahan fisik umum, kelelahan mental, kelelahan saraf, kelelahan oleh

lingkungan yang monoton, kelelahan oleh lingkungan kronis terus-

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 16/24

16

menerus sebagai pengaruh aneka faktor secara menetap dan kelelahan oleh

karena cycardian yakni menunda periode waktu tidur (kekurangan waktu

tidur).

Menurut Setyawati (1994) kelelahan terbagi menjadi:

a.  Kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di

tempat kerja antara lain oleh suhu dan kebisingan, getaran dan

 pencahayaan.

 b.  Kelelahan psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan antara lain oleh

faktor psikologis, monotoni pekerjaan (kebosanan sebagai gejala subjektif

yang disebabkan oleh pekerjaan), bekerja karena terpaksa dan pekerjaan

yang bertumpuk-tumpuk.

2.  Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

Penyebab kelelahan secara garis besar disebabkan oleh beban kerja

 baik berupa faktor eksternal berupa tugas (task) itu sendiri, organisasi (waktu

kerja, istirahat, kerja gilir, kerja malam, dll) dan lingkungan kerja (fisik, kimia

 biologi, ergonomis dan psikologis). Sedangkan beban kerja faktor internal

yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri berupa faktor somatis (umur, jenis

kelamin, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis

(motivasi, kepuasan kerja, keinginan, dll).

Menurut Setyawati (2010), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya kelelahan kerja terdiri dari faktor lingkungan kerja yang tidak

memadai untuk bekerja dan masalah psikososial mereka ataupun fisik mereka.

Fisik seorang pekerja dapat dipengaruhi oleh tingkatan umur, karyawan muda

umumnya memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan

karyawan yang berumur lebih tua (Hasibuan, 2009). Didalam buku Suma’mur

(1995), sebab-sebab kelelahan kerja terdiri dari: a. Monoton/melakukan

 pekerjaan yang sama setiap waktunya

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 17/24

17

 b. Beban kerja yang tinggi dan lama kerja

c. Lingkungan yang kurang mendukung

d. Faktor kejiwaan pekerja

e. Sakit, rasa sakit, dan gizi buruk seorang pekerja.

Menurut Suma’mur   (1996), ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya kelelahan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a.  Faktor Internal

Secara umum faktor internal yang berasal dari dalam individu, terdiri dari

2 faktor yaitu faktor somatis (fisik) seperti kesehatan/gizi/pola makan,

 jenis kelamin, usia. Dan faktor psikis, seperti pengetahuan, sikap/gaya

hidup/pengelolaan stress.

 b.  Faktor Eksternal

Sedangkan yang termasuk faktor eksternal yang merupakan faktor yang

 berasal dari luar yaitu faktor fisik, seperti kebisingan, suhu, pencahayaan.

Faktor kimia, seperti zat beracun. Faktor biologis, seperti bakteri jamur.

Faktor ergonomi, serta faktor lingkungan kerja, seperti kategori pekerjaan,

sifat pekerjaan, disiplin perusahaan, gaji/uang lembur (insentif), hubungan

sosial, posisi kerja.

3.  Gejala Kelelahan Kerja

Tanda-tanda kelelahan yang utama adalah hambatan terhadap fungsi-

fungsi kesadaran otak dan perubahan-perubahan pada organ-organ di luar

kesadaran. Seseorang yang lelah menunjukkan gejala antara lain penurunan

 perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berpikir,

 penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, kurangnya efisiensi

kegiatan-kegiatan fisik dan mental. Keadaan seperti tersebut diatas dapat

menjadi sebab terjadinya kecelakaan sebagai akibat menurunnya

kewaspadaan.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 18/24

18

C.  Aplikasi Ergonomi Untuk Mengatasi Stres dan Kelelahan Kerja

Semua jenis pekerjaan tentunya akan menghasilkan stress dan kelelahan

kerja. Hal tersebut dikarenakan setiap manusia memiliki keterbatasan baik dari

segi fisik maupun psikis (Wignjosoebroto, dalam Puswiartika, 2008). Stres dan

kelelahan kerja tentunya akan berdampak terhadap penurunan produktivitas dan

memicu kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Sebagai upaya dalam

mengatasi hal tersebut, kajian ilmu ergonomi merupakan usaha yang tepat untuk

dilakukan, karena efek yang ditimbulkannya akan mampu dipertahankan untuk

 jangka waktu yang lama. Perusahaan atau organisasi yang sadar benar akan

 pentingnya ergonomi sebagai ilmu yang berkaitan dengan efisiensi, kesehatan,

keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerjanya, akan setuju sekali

memasukkan ergonomi dalam sistem industrinya, seperti dengan cara

mengupayakan suatu kondisi kerja yang sehat, nyaman, efisien, dan ergonomis

(Nurmianto, dalam Puswiartika, 2008). Aplikasi ergonomi sebagai upaya yang

dapat dilakukan dalam mengatasi stres dan kelelahan kerja dapat dibagi menjadi

2, yaitu:

1.  Secara Fisik

a. 

Adanya standar kebisingan maksimum

Untuk mengatasi kebisingan perlu adanya standar maksimal kebisingan

yang diterapkan dalam suatu ruangan. Sesuai dengan undang-undang K3,

ambang batas kebisingan terutama untuk suara khas mesin yang

dianjurkan adalah 85 desibel. Tidak hanya itu alat pelindung diri seperti

earmuff  ataupun earplug   juga wajib dikenakan untuk melindungi telinga

 pekerja dari gangguan pendengaran. Kebisingan yang menyebabkan

ketulian (Noiced Induced Deafness)  ditunjukkan oleh rentang frekuensi

2000-6000 Hz. Para pekerja yang berada pada rentang frekuensi tersebut

harus selalu dites secara periodik pada kemampuan dengarnya.

 b.  Pengaturan penerangan/pencahayaan

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 19/24

19

Pengaruh dari terangnya suatu objek tergantung pada keadaan penerimaan

dari mata. Jika daerah penglihatan mengandung suatu wilayah yang sangat

terang, mata akan cenderung untuk menerimanya, mengurangi

kepekaannya sampai ke wilayah yang lebih gelap. Penerangan dari suatu

objek tergantung dari suasana terang yang ada di sekelilingnya, dimana

mata dapat menerima suasana tersebut. Cahaya yang menyilaukan mata

hendaknya juga dihindari. Sumber-sumber silau tersebut contohnya seperti

lampu-lampu tanpa pelindung yang dipasang terlalu rendah, jendela-

 jendela besar pada permukaan tepat pada mata, lampu atau cahaya dengan

terang yang berlebihan, dan pantulan dari permukaan kerja dan lantai yang

mengkilap juga perlu dihindari adanya glare.

c.  Temperatur yang sesuai 

Rentang temperatur dimana manusia merasakan kenyamanan sangatlah

 bervariasi. Variasi tersebut sangat bergantung, pertama dari jenis pakaian

yang dipakai, kedua dari aktivitas fisik yang telah dilakukan.

d.  Memonitor kesehatan umum 

Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan

 beban kerja. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan

memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga

sebaliknya (Budiono, dalam Windyananti, 2010). Pada keadaan gizi

 buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan

efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit

sehingga mempercepat timbulnya kelelahan.

e.  Menghindari bahaya kimiawi

Untuk menghindari bahaya-bahaya kerja kimiawi seperti debu dan lain

sebagainya pihak perusahaan ataupun K3 sebaiknya memberikan alat

 pelindung diri untuk seluruh pekerjanya seperti salah satunya masker

untuk menghindari bahan-bahan kimia tidak masuk ke dalam tubuh lewat

hidung ataupun mulut.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 20/24

20

f.  Penggunaan prinsip antropometri

Data-data antropometri digunakan untuk memastikan terjaminnya syarat-

syarat kesehatan dan keselamatan kerja dan untuk mengembangkan

terciptanya kenyamanan bekerja. Tugas-tugas individu yang melakukan

aktivitas kerja perlu dipikirkan dalam mendesain alat kerja atau mesin

yang ergonomis.

Dalam mendesain meja kerja, ada beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan. Tergantung dari tugas-tugas yang dilaksanakan, dikenal 3

 jenis utama meja kerja, yaitu meja kerja duduk, berdiri dan kombinasi.

Meja kerja duduk cocok untuk kondisi-kondisi berikut ini:

1)  Seluruh komponen pekerjaan dilaksanakan dalam siklus jangka

 pendek, dapat disuplai dengan mudah dan dapat dilaksanakan sambil

duduk.

2) 

Tidak ada komponen pekerjaan yang membutuhkan keterampilan

tangan yang terletak lebih dari 15 cm di atas permukaan meja kerja.

3)  Tidak membutuhkan tenaga yang besar, mengangkat beban tidak lebih

dari 4,5 kg, misalnya pada tugas-tugas pekerjaan asembling dan

mengetik/menulis.

Meja kerja yang memenuhi persyaratan untuk tugas ini ialah

ukuran meja kerja yang pekerjanya dapat menjangkau semua komponen

 pekerjaan diatas meja tanpa membungkuk, mengecilkan badan atau

memutar badan terlalu jauh.

Meja kerja berdiri cocok untuk kondisi-kondisi berikut ini:

1) 

Ada komponen pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar (> 4,5 kg).

2)  Seringkali memerlukan jangkauan yang tinggi, rendah atau jauh dari

 permukaan tubuh.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 21/24

21

3)  Banyak memerlukan pindah-pindah tempat, banyak membungkukkan

 badan, misalnya pada tugas-tugas memilih biji-bijian dan pengemasan.

4)  Dalam situasi tertentu, dimana meja kerja tidak memungkinkan untuk

mempunyai ruang membengkokkan lutut.

Selain itu persyaratan untuk meja kerja berdiri tergantung dari

tugas-tugas yang dilaksanakan:

1)  Pekerjaan-perkerjaan yang memerlukan ketelitian seperti asembling

komponen elektronik, menulis dan menggambar, siku memerlukan

 penyangga untuk mengurangi beban statis pada otot-otot punggung,

maka tinggi meja kerja sebaiknya sedikit di atas ukuran tinggi siku

 pada saat berdiri (10-15 cm di atas tinggi siku).

2)  Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ruangan yang luas untuk

 peralatan dan komponen-komponen kerja lainnya, membutuhkan

tinggi meja kerja sedikit di bawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri

(10-15 cm di bawah tinggi siku).

3)  Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan tenaga yang besar, yang

 banyak menggunakan gerakan bagian atas tubuh seperti meggunakan

 palu, gergaji dan lain-lain, membutuhkan tinggi meja kerja jauh di

 bawah ukuran tinggi siku pada saat berdiri (15-40 cm di bawah tinggi

siku).

Sedangkan meja kerja duduk/berdiri (kombinasi) cocok untuk

kondisi-kondisi berikut ini:

1)  Perkerjaan yang menggerakkan tangan berulang-ulang dengan

 jangkauan kemuka lebih dari 41 cm, keatas lebih dari 15 cm dari

 permukaan meja kerja.

2) 

Pekerjaan dengan tugas multipel, beberapa lebih baik dilaksanakan

secara duduk dan yang lain secara berdiri.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 22/24

22

2.  Secara Psikologis

a.  Mengatur jangka waktu kerja yang diselingi dengan waktu istirahat,

misalnya menerapkan pengaturan jam kerja dan istirahat, yaitu 75% kerja

dan 25% istirahat untuk jenis pekerjaan dengan beban kerja sedang.

Sedangkan untuk jenis pekerjaan yang memiliki beban kerja yang berat

diterapkan pengaturan jam kerja yang tidak berlangsung lama.

 b.  Mengupayakan tempat tinggal agar sedekat mungkin dengan tempat kerja,

 bila perlu bagi tenaga kerja dengan tempat tinggal yang jauh difasilitasi

dengan transportasi dari perusahaan.

c.  Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja

dan kehidupannya. Misalnya dengan melakukan pengujian dan evaluasi

kinerja tenaga kerja secara periodik untuk mendeteksi indikasi kelelahan

secara lebih dini dan menemukan solusi yang tepat.

d. 

Menyediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan

secara baik.

e.  Penyelenggaraan program cuti dan liburan yang tepat.

f.  Memberikan perhatian khusus pada kelompok tertentu seperti tenaga kerja

 beda usia, wanita hamil dan menyusui, tenaga kerja shift malam, dan

tenaga baru pindahan.

g.  Memastikan tenaga kerja yang bebas alkohol, narkoba, dan obat

 berbahaya yang lain.

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 23/24

23

BAB 3

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan pada penjabaran sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan

 bahwa:

1.  Stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam

menghadapi pekerjaan. Kelelahan kerja yaitu keadaan kehilangan efisiensi

dan penurunan kapasitas kerja, yang berbeda-beda pada setiap individu. Stres

dan kelelahan kerja memiliki keterkaitan antara satu dan yang lainnya, dimana

apabila pekerja merasa tertekan dengan pekerjaannya maka lambat laun akan

menimbulkan masalah kelelahan. Begitu juga sebaliknya, apabila pekerja

mengalami penurunan efisiensi dan kapasitan dalam bekerja maka pada

akhirnya akan memicu stress kerja.

2.  Adanya keterkaitan antara stress dan kelelahan kerja, serta banyaknya angka

kecelakaan kerja menurut hasil beberapa survei menandakan pentingnya

memperhatikan solusi yang terbaik untuk menangani hal tersebut, salah

satunya menggunakan prinsip ergonomi. Pengaplikasian prinsip ergonomi

dalam mengatasi stress dan kelelahan kerja dapat dibagi menjadi 2, yaitu

secara fisik dan secara psikologis.

B.  Saran

Ilmu ergonomi dapat memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah

kecepatan kerja, keselamatan kerja dan untuk mengurangi energi kerja yang

 berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Ilmu

ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia

serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia

(human errors). Dengan demikian diharapkan bagi pihak perusahaan bersedia

7/23/2019 Stres dan Kelelahan Kerja

http://slidepdf.com/reader/full/stres-dan-kelelahan-kerja 24/24

untuk menerapkan prinsip-prinsip ergonomi demi menjamin kesejahteraan para

 pekerja sehingga akan mengoptimalkan produktivitas perusahan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Fingret, A. (2000). Occupational mental health: a brief history. Occup Med Journal ,

50: 289-93.

Marchand, A., Demers, A., & Durand, F. (2005). Do occupation and work conditions

really matter? A longitudinal analysis of psychological distress experiences

among canadian workers. Sociol Health Illn, 27: 602-27.

Puswiartika, D. (2008). Peran Ergonomi dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja.

 Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 8 No. 1, 48.

Smith, A. (2000). The scale of perceived occupational stress. Occup Med Journal ,

50:294-8.

Soehatman, R. (2010). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 

Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Work Safe Western Australia and Work Cover. (1996). Increase in stress. A guide to

work  –  related stress., 32:10.