terapi intravena

27
Terapi Intravena 1.1.1. Definisi Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat. Pemasangan kateter intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi. (World Health Organization, 2005). Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien (Darmawan, 2008). Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini

Upload: agathaaveonita

Post on 13-Jul-2016

48 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

ssfaf

TRANSCRIPT

Page 1: TERAPI INTRAVENA

Terapi Intravena

1.1.1. Definisi

Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui

jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung

elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin

atau obat.

Pemasangan kateter intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika

pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk

memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan

elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk

memberikan medikasi. (World Health Organization, 2005).

Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari

pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien

(Darmawan, 2008).

Sementara itu menurut Lukman (2007), terapi intravena adalah memasukkan

jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan

infus / pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat

masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan

ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan

yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi

dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang

keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.

Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi intravena adalah

mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air,

elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat

dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan

dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan

tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan

membantu pemberian nutrisi parenteral.

Page 2: TERAPI INTRAVENA

1.1.2. Alat dan Bahan

Dalam melakukan pemasangan infus dibutuhkan alat dan bahan yang

sebelumnya harus dipersiapkan terlebih dahulu.

1. Sarung tangan nonsteril.

2. Kateter plastik yang menyelubungi jarum (jarum infus).

3. Larutan IV untuk cairan.

4. Papan lengan (pilihan).

5. Slang infus.

6. Tiang IV (yang diletakkan di tempat tidur atau berdiri sendiri dengan

roda atau pompa IV)

7. Paket atau perlengkapan pemasangan IV, termasuk torniket (atau

manset tekanan darah); plester-dengan lebar 2,5 cm (atau lebar

plester 5 cm), potong); kapas alkohol (atau antiseptik yang telah

direkomendasikan oleh institusi, seperti povidone); balutan kasa

berukuran 5x5 cm; plester perekat ; label perekat.

8. Gunting dan sabun

9. Handuk atau penglindung linen (Smith dan Johnson Y, 2010).

Page 3: TERAPI INTRAVENA

Gauge

size

Catheter

length(mm)

Catheter

colour

Flow rate

ml/min(H2O)

Flow rate

l/hr(H2O)

Flow rate

ml/min(blood)

22 25 Blue 42 2.5 24

20 32 Pink 67 4.0 41

18 32 Green 103 6.2 75

18 45 Green 103 6.2 63

16 45 Grey 236 14.2 167

14 45 Orange 270 16.2 215

1.1.3. Ukuran Kateter Intravena

Untuk pemilihan kateter, pilihlah alat dengan panjang terpendek,

diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar.

Warna,Ukuran Kateter dan Kecepatan Alirannya

Tabel 2.1 (Scales K, 2005)

1.1.4. Pemilihan Akses Vena

Anatomi

Pembuluh darah yaitu arteri dan vena terdiri dari beberapa lapisan,masing-

masing dengan struktur dan fungsi khusus.

1. Tunika intima

Merupakan lapisan paling dalam dan berkontak langsung dengan aliran

vena. Lapisan ini dibentuk oleh lapisan tunggal sel-sel endotel yang

menyediakan permukaan yang licin dan bersifat nontrombogenik. Pada

lapisan ini terdapat katup, tonjolan semilunar, yang membantu

mencegah refluks darah.

Kerusakan lapisan ini dapat terjadi akibat kanulasi traumatik, iritasi

oleh alat yang kaku atau besar, serta cairan infus dan partikel yang

bersifat iritan.

2. Tunika media

Page 4: TERAPI INTRAVENA

Merupakan lapisan tengah, terdiri dari jaringan ikat yang

mengandung serabut muskular dan elastis. Jaringan ikat ini

memungkinkan vena mentoleransi perubahan tekanan dan aliran dengan

menyediakan rekoil elastis dan kontraksi muskular.

3. Tunika adventisia

Merupakan lapisan terluar, terdiri dari serabut elastis longitudinal dan

jaringan ikat longgar (Dougherty L, 2008).

Vena perifer atau superfisial terletak di dalam fasia subkutan

dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena.

1. Metakarpal (gambar 2.1)

Titik mulai yang baik untuk kanulasi intravena.

2. Sefalika (gambar 2.1)

Berasal dari bagian radial lengan. Sefalika aksesorius dimulai pada

pleksus belakang lengan depan atau jaringan vena dorsalis.

3. Basilika (gambar 2.1)

Dimulai dari bagian ulnar jaringan vena dorsalis, meluas ke permukaan

anterior lengan tepat di bawah siku di mana bertemu vena mediana

kubiti.

4. Sefalika mediana

Timbul dari fossa antekubiti.

5. Basilika mediana

Timbul dari fossa antekubiti, lebih besar dan kurang berliku-liku

daripada sefalika. (gambar2.2)

6. Anterbrakial mediana (gambar 2.2)

Timbul dari pleksus vena pada telapak tangan, meluas ke arah atas

sepanjang sisi ulnar dari lengan depan (Snell, 2006).

Page 5: TERAPI INTRAVENA

Lokasi Insersi pada Vena Ekstremitas Atas

Gambar 2.1 Gambar 2.2

(Sumber: Scales K, 2005)

Pemilihan

Adapun pemilihan vena untuk tempat insersi dilakukan sebelum

melakukan pemasangan infus berbeda-beda (Weinstein, 2001).

1. Pada orang dewasa pemasangan kanula lebih baik pada tungkai atas

dan pada tungkai bawah

2. Vena tangan paling sering digunakan untuk terapi IV yang rutin.

3. Vena depan, periksa dengan teliti kedua lengan sebelum keputusan dibuat.

4. Vena lengan atas, juga digunakan untuk terapi IV.

5. Vena ekstremitas bawah, digunakan hanya menurut

Page 6: TERAPI INTRAVENA

kebijaksanaan institusi.

6. Vena kepala, digunakan sesual kebijaksanaan institusi, sering dipilih

pada bayi dan anak.

Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer yang

sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau

perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling

mudah untuk terapi intravena. Daerah tempat infus yang memungkinkan

adalah permukaan dorsal tangan (vena supervisial dorsalis, vena

basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena

sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis),

permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).

Gambar 2.1 Lokasi Pemasangan Infus

Sumber : Dougherty, dkk (2010)

Page 7: TERAPI INTRAVENA

Menurut Dougherty, dkk, (2010), Pemilihan lokasi pemasangan terapi

intravana mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:

a. Umur pasien : misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat

penting dan mempengaruhi berapa lama intravena terakhir

b. Prosedur yang diantisipasi : misalnya jika pasien harus menerima jenis

terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pembedahan,

pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun]

c. Aktivitas pasien : misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan

tingkat kesadaran

d. Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan

sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya

hiperalimentasi adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer)

e. Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran

untuk memelihara vena; pilih vena yang akurat dan baik, rotasi sisi

dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya

mulai di tangan dan pindah ke lengan)

f. Ketersediaan vena perifer bila sangat sedikit vena yang ada, pemilihan

sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting ; jika sedikit

vena pengganti

g. Terapi intravena sebelumnya : flebitis sebelumnya membuat vena

menjadi tidak baik untuk di gunakan, kemoterapi sering membuat vena

menjadi buruk (misalnya mudah pecah)

Page 8: TERAPI INTRAVENA

h. Pembedahan sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang

terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah di angkat

(misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter

i. Sakit sebelumnya : jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada

pasien dengan stroke

j. Kesukaan pasien : jika mungkin, pertimbangkan kesukaan

alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi

Jenis cairan intravena

Berdasarkan osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter, (2005) cairan

intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Cairan bersifat isotonis : osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya

mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga

terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien

yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh,

sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya

overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal

jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan

Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis

(NaCl 0,9%).

b. Cairan bersifat hipotonis : osmolaritasnya lebih rendah

dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah

dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan

menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam

pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan

berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi),

sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada

keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah

(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia

(kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi

yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan

dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps

kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam

Page 9: TERAPI INTRAVENA

otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan

Dekstrosa 2,5%.

c. Cairan bersifat hipertonis : osmolaritasnya lebih tinggi

dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari

jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu

menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan

mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif

dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%

hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate.

1.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sisi Penusukan Vena

Pemilihan tempat insersi untuk penusukan vena juga harus teliti karena ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat insersi yang bisa

menyebabkan terjadinya komplikasi.

a. Umur pasien; misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah

sangat penting dan mempengaruhi berapa lama IV perifer berakhir.

b. Prosedur yang diantisipasi; misalnya jika pasien harus menerima

jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti

pembedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruhi apapun.

c. Aktivitas pasien; misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak dan

perubahan tingkat kesadaran.

d. Jenis IV: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan

sering memaksa tempat-tempat yang optimus (mis: hiperalimentasi

adalah sangat mengiritasi vena-vena perifer).

e. Terapi IV sebelumnya; flebitis sebelumnya membuat vena tidak

baik untuk digunakan: Kemoterapi membuat vena menjadi buruk

(mudah pecah ata sklerosis).

f. Sakit sebelumnya; misalnya jangan digunakan ekstrimitas yang

sakit pada pasien stroke.

g. Kesukaan pasien; jika mungkin pertimbangkan kesukaan alami

pasien untuk sebelah kiri atau kanan.

h. Torniquet; gunakan 4 sampal 6 inci diatas sisi pungsi yang diinginkan.

i. Membentuk genggaman; minta pasien membuka dan menutup

genggaman berulang-ulang.

Page 10: TERAPI INTRAVENA

j. Posisi tergantung; gantung lengan pada posisi menggantung

(misalnya dibawah batas jantung).

1.1.6. Persiapan Psikologis Pada pasien

Kondisi pasien perlu diperhatikan sebelum dilakukannya

pemasangan infus, sebaiknya lakukan komunikasi dan persiapan yang

baik sebelum

Page 11: TERAPI INTRAVENA

pemasangan guna agar pasien tidak cemas saat dilakukan pemasangan

infus, adapun persiapan psikologis pada pasien (Weinstein, 2001).

a. Jelaskan prosedur sebelum melakukan dan berikan penyuluhan jika

diperlukan.

b. Berikan instruksi tentang perawatan dan keamanan

IV. c. Gunakan terapi bermain untuk anak kecil.

d. Dorong pasien untuk mengajukan pertanyaan atau masalah.

1.1.7. Pemasangan infus

Pelaksanaan dalam pemasangan infus harus dilaksanakan sebaik-baiknya

guna menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan (Smith dan

Johnson Y, 2010).

Berikut cara umum dalam pemasangan infus:

1. Persiapkan alat dan bahan seperti tiga buah potongan plester sepanjang 2,5

cm. Belah dua salah satu plester sampai ke bagian tengah, jarum atau

kateter, kapas alkohol atau antiseptik.

2. Sambungkan cairan infus dengan infus set terlebih dahulu dan periksa

tidak ada udara pada infus set.

3. Pasang torniket pada daerah proksimal vena yang akan dikaterisasi 60-80

mmHg.

4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.

5. Pilih vena yang akan dilakukan pemasangan, untuk anak-anak lakukan

teknik transiluminasi untuk mendapatkan vena.

6. Dengan kapas alkohol atau antiseptik yang tepat, bersihkan tempat

insersi dan biarkan hingga mengering.

7. Dorong pasien untuk tarik nafas dalam agar pasien relaksasi dan nyaman.

8. Masukkan kateter ke vena sejajar dengan bagian terlurus vena, tusuk kulit

dengan sudut 30-45 derajat, setelah keluar darah pada ujung kateter, tarik

sedikit jarum pada kateter, dorong kateter sampai ujung, dan ditekan

ujung kateter dengan 1 jari.

Page 12: TERAPI INTRAVENA

9. Lepaskan torniket.

Page 13: TERAPI INTRAVENA

10. Sambungkan kateter dengan cairan infus.

11. Lakukan fiksasi dengan plester atau ikat pita.

12. Lakukan monitoring kelancaran infus (tetesan, bengkak atau tidaknya

tempat insersi)

13. Mencatat waktu, tanggal dan pemasangan ukuran kateter

1.1.8. Komplikasi terapi intravena

Teknik pemasangan terapi intravena harus dilakukan sebaik-baiknya, adapun

faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya komplikasi harus dapat

dicegah semaksimal mungkin. Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi

pada pemasangan infus (Weinstein, 2001).

1. Flebitis disebabkan oleh alat intravena, obat-obatan, dan/atau infeksi.

Inflamasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun

mekanik. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah

yang memerah dan hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau

sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau sepanjang

vena, dan pembengkakan.

2. Infiltrasi disebabkan oleh alat intravena keluar dari vena,

dengan kebocoran cairan kedalam jaringan sekitarnya. Infiltrasi

terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di

sekeliling tempat pungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya

pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor

(disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area insersi,

ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara

nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar

daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu

cara yang lebih dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan

memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat

Page 14: TERAPI INTRAVENA

pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya

untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes

meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infiltrasi

3. Emboli udara disebabkan karena masuknya udara kedalam sistem

vaskular

4. Emboli dan kerusakan kateter disebabkan karena kateter rusak

pada hubungan dan kehilangan potongan kateter ke dalam sirkulasi.

5. Kelebihan dan bebn sirkulasi disebabkan karena infus cairan terlalu

cepat (anak-anak dan lansia lebih rentan).

6. Reaksi pirogenik disebabkan karena kontaminasi peralatan interavena

dan larutan yang digunakan degan bakteri.

7. Iritasi vena, kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus,

kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa terjadi

karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang

tinggi (misal: phenytoin, vancomycin, eritromycin, dan nafcillin).

8. Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di

sekitar area insersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya dinding

vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena,

dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan

setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma

yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan

kebocoran darah pada tempat penusukan.

9. Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah

peradangan dalam vena. Karakteristik tromboflebitis adalah adanya

nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan

pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena,

imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan

pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise,

dan leukositosis.

10. Trombosis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan

aliran infus berhenti. Trombosis disebabkan oleh injuri sel endotel

dinding vena, pelekatan platelet.

11. Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika

botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak

nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh

Page 15: TERAPI INTRAVENA

gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan

selang diklem terlalu lama.

12. Spasme vena, kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit

pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka

maksimal. Spasme vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau

cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah

mengiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.

1.1.9. Perhitungan kecepatan cairan intravena

Jenis dan jumlah cairan yang akan diberikan kepada pasien adalah atas

peresepan dari seorang dokter. Set pemberian yang digunakan untuk

jumlah tetes per ml, disebut faktor tetes. Sangat penting untuk

memberikan infus dalam periode waktu yang tepat untuk mencegah

kelebihan atau kekurangan infus. (Johnson R dan Taylor W, 2004).

Jenis infus set yang digunakan dalam pemasangan terapi intravena ada dua

yaitu makro drip dan mikro drip. Kedua jenis infus set ini memiliki

jumlah tetes atau faktor tetes yang berbeda per ml.

1. Makro drip: 20 tetes/cc

2. Mikro drip: 60 tetes/cc

Rumus di bawah ini digunakan untuk mengitung jumlah tetesan cairan

yang dibutuhkan seorang pasien permenit:

Volume cairan yang dibutuhkan (ml) x jumlah tetesan/ml (faktor

tetes) Waktu pemberian infus yang diperlukan dalam menit

Page 16: TERAPI INTRAVENA

DAFTAR PUSTAKA

Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Vol

2. Jakarta: EGC

Rocca, et.al. 1998. Seri Pedoman Praktis: Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2001. Penatalaksanaan Pasien Di Intensif Care

Unit. Jakarta: Sagung Seto

Price, et.al. 1995. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC

Weinstein, S. 2001. Buku Saku: Terapi Intravena. Edisi 2. Jakarta: EGC

Hidayat, A, dkk. 2005. Buku Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Swearingen, P. et al. 2001. Seri Pedoman Praktis: Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam

Basa. Edisi 2. Jakarta: EGC

Page 17: TERAPI INTRAVENA
Page 18: TERAPI INTRAVENA
Page 19: TERAPI INTRAVENA