tinjauan pustaka ca mammae

Upload: andi-tri-sutrisno

Post on 14-Oct-2015

66 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Medicine

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. PENDAHULUAN Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

    pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan

    yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker payudara adalah

    karsinoma yang berasal dari duktus atau lobulus payudara.1,2

    Karsinoma mammae merupakan salah satu tumor ganas paling sering

    ditemukan pada wanita. Kebanyakan pada usia setengah baya dan lansia.

    Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan yang kurang dari 20

    tahun sangat jarang. Belakangan ini insiden karsinoma mammae cenderung

    meningkat, sedangkan mortalitas cenderung menurun. Penyebab pasti

    meningkatnya insiden belum jelas, ada yang berpendapat berkaitan dengan

    meningkatnya taraf hidup dan perubahan pola hidup. Penyebab utama

    menurunnya mortalitas karsinoma mammae mencakup intervensi terhadap

    faktor risiko karsinoma mammae, meluasnya penapisan masal dengan foto

    mammae serta kemajuan terapi karsinoma mammae.1

    II. EPIDEMIOLOGI Lebih dari 25 tahun terakhir, insiden kanker payudara meningkat

    secara global, dengan angka kejadian tertinggi ditemukan di negara-negara

    barat. Perubahan pola reproduksi, peningkatan modalitas screening,

    perubahan pola makan dan kurangnya olahraga menjadi alasan peningkatan

    insiden ini.2

    Meskipun insiden kanker payudara terus meningkat secara global,

    tetapi angka kematian akibat kanker payudara mulai menurun, khususnya

    pada negara-negara industri. Pada tahun 2002, insiden kanker payudara pada

    wanita sangat bervariasi, di Mozambique terjadi 3,9 kasus per 100.000

    wanita, sementara di Amerika Serikat terjadi 101,1 kasus per 100.000 wanita.

  • 2

    Pada tahun 2008, American Cancer Society (ACS) memperkirakan telah

    terjadi hampir 1,4 juta kasus kanker payudara invasif baru di dunia.2

    Di Indonesia sendiri, insiden kanker payudara cukup tinggi. Data

    Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta

    menggambarkan keadaan morbiditas pasien rawat jalan dan rawat inap di

    rumah sakit dengan penyakit kanker payudara selalu mengalami peningkatan

    dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah kasus kanker payudara adalah

    2821 kasus, tahun 2006 sebanyak 5141 kasus dan pada tahun 2007 sebanyak

    6380 kasus.1

    Kanker payudara kebanyakan terjadi pada usia setengah baya dan

    lansia. Jarang terjadi pada usia kurang dari 30 tahun. Data dari China hanya

    menemukan 3 kasus berusia kurang dari 20 tahun. Menurut analisis data dari

    6263 kasus di RS Kanker Universitas Zhingshan, rentang usia pasien adalah

    17-90 tahun, usia median 47 tahun, dihitung dengan selang usia 5 tahun,

    pasien terbanyak berusia 45-49 tahun (25,2%), disusul 40-44 tahun (15,8%),

    dan 54-59 tahun (15,6%).1

    III. ANATOMI Mammae terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar

    daripada yang lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan

    secara bebas dengan fascia sebelah dalam.Lobus-lobus ini beserta duktusnya

    adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam bedah.Antara fascia

    superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang retromammary

    (submammary) yang mana kaya akan limfatik.3

    Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial

    berkenaan dengan posisi dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan

    sentral menuju papilla seperti jari-jari roda berakhir secara terpisah di

    puncak dari papilla.Segmen dari duktus dalam papilla merupakan bagian

    duktus yang tersempit.Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel

    cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla,

    mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi

  • 3

    akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse.Pada area bebas lemak di bawah

    areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses)

    merupakan satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. 3

    Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita

    jaringan ikat berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan

    dalam dari fascia superfisial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel

    ke elemen parenkim dan duktus. Dengan adanya invasi keganasan, sebagian

    dari ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi

    dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan

    kulit yang kasar dan ireguler yang disebut peau d'orange, dimana pada peau

    d'orange perlekatan subdermal dari folikel-folikel rambut dan kulit yang

    bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari kulit. 1

    Gambar 1 Anatomi Payudara

    (dikutip dari kepustakaan 4)

    Vaskularisasi Suplai darah pada payudara berasal dari arteri

    mammaria interna (arteri thoracalis interna) dan arteri thoracalis

    lateralis.Kedua arteri ini berasal dari arteri axillaris dan kemudian

    memperdarahi payudara dari arah superomedial dan superolateral. Cabang

  • 4

    dari masing-masing arteri ini akan saling beranastomosis. Arteri

    mammaria interna kemudian ke arah posterior membentuk arteri

    interkostalis dan cabang dari arteri interkostalis yang disebut rami

    perforantes memperdarahi lapisan profunda dari payudara.8

    Vena dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yakni vena superficial dan

    profunda.Vena superfisial terletak di subkutis, mudah tampak, bermuara

    ke vena mammaria interna atau vena superfisial leher.Vena profunda

    berjalan seiring dengan arteri yang senama, secara terpisah bermuara ke

    vena aksilaris, vena mamaria interna dan vena azigos atau vena

    hemizigos.Yang perlu diperhatikan adalah vena interkostales dan pleksus

    venosus vertebra saling berhubungan.Pleksus venosus vertebra tidak

    memiliki katup sehingga bertekanan rendah, darah di dalam vena vertebra

    sebelum bermuara ke vena cava dapat mengalir bolak balik sesuai

    perubahan tekanan pada vena tersebut. Oleh karena itu, sel kanker dari

    payudara dapat bermetastasis melalui vena interkostal masuk ke sistem

    vena vertebral, dan sebelum masuk ke vena kava dapat mengalir ke

    segmen superior os femur, pelvis, vertebra, scapula, cranium dan tempat

    lain. Secara klinis disebut metastasis sistem vena interkostal- vertebral. 1

    Drainase Limfe. Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan

    mengikuti vena kelenjar mammae, drainasenya terutama melalui: (1)

    bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fossa aksilaris, (2)

    bagian medial masuk ke kelenjar limfe mammaria interna. Perlu

    diperhatikan bahwa drainase limfe kelenjar mammae tidak memiliki batas

    absolut, ditambah lagi terdapat anastomosis antara kelenjar-kelenjar limfe

    tersebut.Cairan limfe bagian medial dapat mengalir ke kelenjar limfe fossa

    aksilaris, bagian lateral dapat mengalir ke kelenjar limfe mammaria

    interna.Tetapi secara keseluruhan kelenjar limfe fosa aksilaris menerima

    sekitar 75% dari drainase limfe kelenjar mamma, sedangkan kelenjar limfe

    mammaria interna hanya sekitar 20-25%.Selain itu, saluran limfe subkutis

    kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus limfatik subareolar. Jika

  • 5

    drainasenya terhambat dapat menimbulkan edema dermal dan memberikan

    gambaran peau dorange.1

    Adapun untuk staging perlu diketahui pembagian kelenjar getah

    bening regional pada payudara, yakni6:

    1. Aksilar (ipsilateral) : KGB interpektoral (Rotters) dan KGB sepanjang

    vena aksilaris dan cabang-cabangnya di bagi kedalam beberapa level :

    a. Level I (Low axilla) : KGB terletak di sisi lateral dari otot pektoralis

    minor.

    b. Level II (Mid axilla) : KGB terletak sisi lateral dan medial otot

    pektoralis minor dan interpektoral ( Rotters node ).

    c. Level III (Apical axilla) : KGB terletak di sisi medial otot pektoralis

    minor.

    2. Mammari interna (ipsilateral) : KGB terletak di celah interkostal

    sepanjang tepi sternum di dalam fasia endotorasik.

    3. Supraklavikular : KGB di fossa supraklavikular yang didefinisikan

    sebagai suatu segitiga yang di bentuk oleh otot omohioideus dan tendon

    (batas superior dan lateral), vena jugular interna (batas medial),

    klavikula dan vena subklavia (batas bawah). KGB yang terlibat diluar

    area segitiga tersebut dianggap sebagai KGB lower cervical (M1).

    Persarafan. Glandula mammae dipersarafi oleh nervi interkostal

    ke 2-6 dan 3-4 yang merupakan cabang dari pleksus servikalis.

    Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi bedah pada

    carcinoma mammae adalah : (1) Nervus torakalis lateralis yang terletak

    di tepi medial m. pektoralis minor melintasi anterior vena aksilaris

    berjalan ke bawah masuk ke permukaan dalam m. pektoralis mayor. (2)

    Nervus torakalis medialis, terletak sekitar 1 cm di lateral dari nervus

    torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris berjalan ke bawah

    masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. (3) Nervus

    torakalis longus dari pleksus servikalis menempel rapat pada dinding

    toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior. (4) Nervus

  • 6

    torakalis dorsalis dari pleksus brakialis. Berjalan bersama pembuluh

    darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis dan m. teres

    mayor.1

    IV. FISIOLOGI Fase perkembangan payudara timbul sebagai hasil efek mamotropik

    sekresi hormon ovarium dan hipofisis anterior, dimana payudara mengalami

    tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon:1

    Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa

    pubertas, masa fertilisasi, sampai ke klimakterium dan menopouse. Sejak

    pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang di produksi

    ovarium dan juga hormon hipofisa telah menyebabkan duktus berkembang

    dan timbulnya asinus.

    Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi, sekitar

    hari ke-8 menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari

    sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang

    kadang timbul benjolan yang tidak rata. Selama beberapa hari menjelang

    menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik

    terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan

    foto mamogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu

    menstruasi mulai, semuanya berkurang.

    Perubahan yang terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan

    payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus

    berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari

    hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu di produksi oleh sel-sel

    alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melaui duktus ke puting

    susu.

  • 7

    V. FAKTOR RESIKO Penyebab secara pasti belum diketahui.Namun resiko untuk menderita

    kanker payudara meningkat pada orang yang mempunyai faktor risiko.Yang

    termasuk faktor risiko kanker payudara adalah:3,6

    a. Faktor risiko kanker payudara yang tidak dapat diubah

    Jenis kelamin

    Perempuan adalah faktor risiko utama untuk mengalami kanker

    payudara.Laki-laki dapat mengalami kanker payudara, tetapi penyakit

    ini sekitar 100 kali lebih umum di kalangan perempuan dibandingkan

    laki-laki.Hal ini mungkin karena laki-laki memiliki lebih sedikit

    hormon estrogen dan progesteron, yang dapat mencetuskan

    pertumbuhan sel kanker payudara.

    Penuaan

    Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring bertambahnya

    usia. Sekitar 1 dari 8 kanker payudara invasif ditemukan pada

    perempuandi bawah usia 45 tahun, sementara sekitar 2 dari 3 kanker

    payudara invasif ditemukan pada perempuandengan usia 55 tahun atau

    lebih.

    Faktor risiko genetik

    Sekitar 5% sampai 10% dari kasus kanker payudara dianggap

    bersifat herediter, yang dihasilkan secara langsung dari defek gen

    (disebut mutasi) yang diwarisi dari orangtua. Penyebab kanker

    payudara herediter yang paling umum adalah mewarisi mutasi pada

    gen BRCA1 dan BRCA2. Dalam sel normal, gen-gen ini membantu

    mencegah kanker dengan membuat protein yang membantu menjaga

    sel-sel dari pertumbuhan yang tidak normal. Jika seseorang mewarisi

    salinan gen mutasi dari salah satu orang tua, ia memiliki risiko tinggi

    untuk mengalami kanker payudara selama kehidupannya. Perubahan

    dalam gen lain,mutasi gen yang lain juga dapat menyebabkan kanker

    payudara yang diwariskan. Mutasi gen-gen ini lebih jarang terjadi dan

  • 8

    seringkali tidak meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak gen

    BRCA.

    Riwayat kanker payudara dalam keluarga

    Risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang

    memiliki hubungan darah dekat dengan orang yang menderita penyakit

    ini.Memiliki satu kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan,

    atau anak perempuan) dengan kanker payudara meningkatkan risiko

    seorang perempuan sebanyak hampir dua kali lipat.Memiliki 2 kerabat

    tingkat pertama meningkatkan risiko menjadi sekitar 3 kali lipat.

    Riwayat kanker payudara pribadi

    Seorang perempuan dengan kanker pada satu payudara memiliki

    peningkatan risiko 3 hingga 4 kali lipat untuk mendapatkan kanker

    baru pada payudara yang lain atau di bagian lain dari payudara yang

    sama. Hal ini berbeda dengan rekurensi dari kanker pertama.

    Ras dan etnis

    Secara keseluruhan, perempuan kulit putih sedikit lebih mungkin

    untuk mengalami kanker payudara daripada perempuan Afrika-

    Amerika, tetapi perempuan Afrika-Amerika lebih mungkin untuk

    meninggal akibat kanker ini. Namun, pada perempuan di bawah usia

    45 tahun, kanker payudara lebih umum pada perempuan Afrika-

    Amerika. Perempuan Asia, Hispanik, dan penduduk asli Amerika

    memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami dan meninggal akibat

    kanker payudara.

    Jaringan payudara yang padat

    Payudara terdiri dari jaringan lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan

    glandular.Seseorang dikatakan memiliki payudara yang padat (pada

    mammogram) ketika memiliki lebih banyak jaringan glandular dan

    jaringan fibrosa, dan lebih sedikit jaringan lemak.Perempuan dengan

    payudara yang padat memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena kanker

    payudara dibandingkan perempuan dengan payudara yang kurang

    padat. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi kepadatan payudara,

  • 9

    seperti usia, status menopause, penggunaan obat-obatan (seperti terapi

    hormon menopause), kehamilan, dan genetik.

    Periode menstruasi

    Perempuan yang memiliki lebih banyak siklus menstruasi karena

    mengalami menstruasi lebih awal (Sebelum usia 12) dan/atau

    terlambat mengalami menopause (setelah usia 55) memiliki risiko

    sedikit lebih tinggiuntuk menderita kanker payudara. Peningkatan

    risiko mungkin karena paparan yang lebih lama terhadap hormon

    estrogen dan progesteron.

    Radiasi dada sebelumnya

    Perempuan yang saat anak-anak atau dewasa muda diobati dengan

    terapi radiasi ke daerah dada untuk kanker lain (seperti penyakit

    Hodgkin atau limfoma non-Hodgkin) memiliki peningkatan risiko

    secara signifikan untuk menderita kanker payudara. Hal ini bervariasi

    dengan usia pasien ketika mendapatkan radiasi. Jika kemoterapi juga

    diberikan, mungkin telah menghentikan produksi hormon ovarium

    untuk beberapa waktu, sehingga menurunkan risiko.Risiko menderita

    kanker payudara akibat radiasi paling tinggi jika radiasi diberikan

    selama masa remaja, ketika payudara masih berkembang. Terapi

    radiasi setelah usia 40 tampaknya tidak meningkatkan risiko kanker

    payudara.

    Paparan dietilstilbestrol (DES)

    Dari tahun 1940-an hingga awal 1970-an beberapa perempuan

    hamil diberi obat seperti estrogen yang disebut DES karena dianggap

    menurunkan kemungkinan mereka untuk mengalami keguguran.

    Perempuan-perempuan ini memiliki sedikit peningkatan risiko untuk

    terkena kanker payudara.Perempuan yang ibunya menggunakan DES

    selama kehamilan juga mungkin memiliki risiko sedikit lebih

    tinggiuntuk mengalami kanker payudara.

    b. Faktor risiko kanker payudara yang berkaitan dengan gaya hidup

    Memiliki anak

  • 10

    Perempuan yang tidak memiliki anak atau yang memiliki anak

    pertama mereka setelah usia 30 memilikirisiko sedikit lebih tinggi

    untuk menderita kanker payudara. Mengalami banyak kehamilan dan

    hamil pada usia dini menurunkan risiko kanker payudara. Kehamilan

    mengurangi jumlah total siklus menstruasi seorang perempuan dalam

    kehidupannya, yang mungkin menjadi alasan untuk efek ini.

    Keluarga berencana

    Penelitian telah menemukan bahwa perempuan yang menggunakan

    kontrasepsi oral (Pil KB) memiliki risiko sedikit lebih besar untuk

    terkena kanker payudara dibandingkan perempuan yang tidak pernah

    menggunakan kontrasepsi oral.Depot-medroksiprogesteron asetat

    (DMPA, Depo-Provera) adalah bentuk progesteron injeksi yang

    diberikan setiap 3 bulan sekali untuk keluarga berencana.

    Menyusui

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui mungkin

    sedikit menurunkan risiko kanker payudara, terutama jika berlangsung

    selama 1 sampai 2 tahun.Karena menyusui mengurangi jumlah

    siklus menstruasi total dalam kehidupan seorang perempuan (sama

    seperti terlambat memulai siklus menstruasi atau mengalami

    menopause dini).

    Alkohol

    Konsumsi alkohol jelas terkait dengan peningkatan risiko

    mengalami kanker payudara.Perempuan yang memiliki 2 hingga 5

    minuman beralkohol sehari memiliki risiko sekitar 1 kali

    dibandingkan perempuan yang tidak mengkonsumsi alkohol.

    Kelebihan berat badan atau obesitas

    Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause telah

    ditemukan meningkatkan risiko kanker payudara.Sebelum menopause

    ovarium menghasilkan sebagian besar estrogen, dan jaringan lemak

    menghasilkan sejumlah kecil estrogen.Setelah menopause (ketika

    ovarium berhenti membuat estrogen), sebagian besar estrogen berasal

  • 11

    dari jaringan lemak.Memiliki lebih banyak jaringan lemak setelah

    menopause dapat meningkatkan kemungkinan untuk menderita kanker

    payudara karena terjadi peningkatan kadar estrogen.

    Aktivitas fisik

    Semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik

    dalam bentuk latihan mengurangi risiko kanker payudara. Dalam satu

    penelitian dari Womens Health Initiative, jalan cepat minimal 1

    sampai 2 jam per minggu mengurangi risiko sebesar 18%. Berjalan

    10 jam seminggu mengurangi risiko sedikit lebih banyak. Untuk

    mengurangi risiko kanker payudara, American Cancer Society

    merekomendasikan aktivitas fisik yang disengaja dalam 45 sampai 60

    menit, 5 hari atau lebih dalam seminggu.

    VI. PATOGENESIS Prinsip dasar terjadinya karsinogenesis adalah sebagai berikut8:

    1. Karsinogenesis berawal dengan adanya suatu kerusakan genetik nonletal.

    Kerusakan atau mutasi genetik semacam ini mungkin didapat akibat

    pengaruh lingkungan seperti zat kimia, radiasi, virus atau diwariskan

    dalam sel germinativum.

    2. Tiga kelas gen regulatorik normal, yakni protoonkogen yang mendorong

    pertumbuhan, gen penekan kanker (tumor suppressor gene) yang

    menghambat pertumbuhan, dan gen yang mengatur kematian sel

    terencana (apoptosis) menjadi sasaran utama pada kerusakan genetik.

    3. Selain ketiga gen tersebut, ada gen lain yang bekerja memperbaiki

    kerusakaan DNA. Gen ini memengaruhi proliferasi atau kelangsungan

    hidup sel secara tidak langsung dengan memengaruhi kemampuan

    organisme memperbaiki kerusakan non letal di gen lain, termasuk

    protoonkogen, gen penekan tumor, dan gen pengendali apoptosis.

    Kerusakan pada gen yang memperbaiki DNA dapat memudahkan

    terjadinya mutasi luas di genom dan transformasi neoplastik.

  • 12

    Gambar 2. Karsinogenesis yang berawal dari kerusakan DNA

    (dikutip dari kepustakaan 8)

    Sel tumor akan mengikuti aliran darah dan ketika tiba pada jaringan

    yang sesuai, sel tumor akan berproliferasi dengan cepat dan sulit untuk

    dikendalikan. Setiap sel tumor memiliki kecenderungan untuk bermetastasis

    ke jaringan tertentu. Karsinoma mammae cenderung bermetastasis ke tulang

    (20-60%), loko regional: kelenjar getah bening regional, payudara

    kontralateral dan dinding dada (20-40%), paru-paru atau pleura (15-25%),

    hati (10-25%), dan otak (5-10%).8

    Penyebaran kanker payudara dapat terjadi melalui berbagai jalur,

    yakni6:

    a. Invasi Lokal

    Kanker payudara sebagian besar timbul dari epitel duktus kelenjar.Tumor

    mulanya menjalar dalam duktus, lalu menginvasi dinding duktus dan

    sekitarnya, ke anterior mengenai kulit, ke posterior mengenai m.

    pektoralis hingga dinding toraks.

  • 13

    b. Metastasis hematogen

    Sel kanker dapat melalui saluran limfatik akhirnya masuk ke pembuluh

    darah atau dapat langsung menginvasi masuk ke pembuluh darah melalui

    vena kava atau sistem vena interkostal-vertebral, hingga menimbulkan

    metastasis hematogen.

    c. Metastasis melalui sistem limfe

    Metastasis tersering karsinoma mammae adalah ke kelenjar limfe aksilar,

    tetapi kelenjar limfe mammatia interna juga merupakan jalur penting

    metastasis. Menurut observasi klinik patologik, bila tumor terletak di sisi

    medial payudara dan kelenjar limfe aksilar positif, angka metastasis

    kelenjar limfe mammaria interna adalah 50%, jika kelenjar limfe aksilar

    negative maka angka metastasis ke kelenjar mammaeri interna hanya

    15%. Hal ini terjadi karena vasa limfatik kelenjar mammae saling

    beranastomosis.Metastasis di kelenjar limfe aksilar dan mammaria interna

    dapat lebih lanjut bermetastasis ke kelenjar limfe supraklavikular.

    VII. GEJALA KLINIS a. Massa tumor, sebagian besar bermanifestasi sebagai massa mamae yang

    tidak nyeri. Lokasi massa kebanyakan di kuadran lateral atas, umumnya

    lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak

    licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding

    toraks). Massa cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan

    bertambah besar secara jelas.1

    b. Perubahan kulit 1) Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae,

    ligament itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.

    2) Perubahan kulit jeruk (peau d orange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan

    udem kulit, folikel rambut tengelam ke bawah tampak sebagai tanda

    kulit jeruk.

  • 14

    3) Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masing-masing membentuk nodul metastasis, disekitar lesi primer

    dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut tanda

    satelit.

    4) Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor terus

    bertambah besar, lokasi itu dapat menjadi iskemik, ulserasi

    membentuk bunga terbalik, ini disebut tanda kembang kol.

    5) Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut karsinoma mamae inflamatorik, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna

    merah bengkak. Mirip peradangan, dapat disebut tanda peradangan.

    Tipe ini sering ditemukan pada kanker mamae waktu hamil atau

    laktasi. 1

    c. Perubahan papilla mamae 1) Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor

    menginvasi jaringan subpapilar.

    2) Secret papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.

    3) Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola, papilla mamae

    tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirip eksim. 1

    d. Pembesaran kelenjar limfe regional: pembesaran kelenjar limfe aksila ipsilateral dapat soliter atau multipel, pada awalnya mobile, kemudian

    dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan

    perkembangan penyakit, kelenjar limfe supraklavikula juga dapat

    menyusul membesar. 1

  • 15

    VIII. STATUS PENAMPILAN Status penampilan terdiri dari :

    a. Status Karnofsky : Derajat Tingkat Aktivitas

    100% Mampu melaksanakan aktivitas normal, tanpa keluhan/tidak

    ada kelainan.

    90% Tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.

    80% Tidak perlu perawatan khusus, dengan beberapa keluhan /

    gejala.

    70% Tidak mampu bekerja, mampu merawat diri.

    60% Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk

    keperluan sendiri.

    50% Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.

    40% Tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan

    khusus.

    30% Perlu pertimbangan rawat di RS.

    20% Sakit berat, perlu perawatan RS.

    10% Mendekati kematian.

    0% Meninggal dalam iman ( Dying in dignity )

    b. Status Penampilan WHO: Derajat Tingkat Aktivitas

    0 Baik, dapat bekerja normal.

    1 Cukup, tidak dapat bekerja berat,ringan bisa.

    2 Lemah, tidak dapat bekerja,tapi dapat jalan & merawat diri

    sendiri 50% dari waktu sadar.

    3 Jelek, tidak dapat jalan,dapat bangun & rawat diri

    sendiri,perlu tiduran > 50% waktu sadar

    4 Jelek sekali : tidak dapat bangun & rawat diri sendiri,hanya

    tiduran saja.

  • 16

    c. Skala ECOG Derajat Tingkat Aktivitas

    0 Aktif, mampu melakukan semua aktivitas seperti pada saat

    sebelum sakit (Karnofsky 90-100)

    1 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari seperti

    pekerjaan rumah, pekerjaan kantor dsb (Karnofsky 70-80)

    2 Mampu merawat diri sendiri tetapi tidak mampu bekerja

    ringan sehari-hari (lebih dari 50% jam kerja dan sesuai

    dengan Karnofsky 50-60)

    3 Dalam batas tertentu mampu merawat diri sendiri, sebagian

    besar berada diatas tempat tidur atau kursi (Lebih dari 50%

    jam kerja dan sesuai dengan Karnofsky 30-40)

    4 Tidak mampu berbuat apa-apa hanya tidur atau duduk di

    tempat tidur, kursi (Karnofsky 10-20)

    IX. STADIUM KLINIS Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian

    dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya,

    sudah sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ

    atau jaringan sekitar maupun penyebaran ketempat jauh. Stadium hanya

    dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak pada tumor jinak. Banyak

    sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut

    saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistim TNM yang

    direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer) atau

    AJCC (American Joint Committee On Cancer). Pada sistem TNM ini dinilai

    tiga faktor utama, yaitu :

    1. Tumor itu sendiri. Seberapa besar ukuran tumornya dan dimana lokasinya

    (T, Tumor)

    2. Kelenjar getah bening di sekitar tumor. Apakah tumor telah menyebar

    kekelenjar getah bening disekitarnya (N, Node)

    3. Kemungkinan tumor telah menjalar ke organ lain (M, Metastasis)

  • 17

    Ketiga faktor T, N, M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi,

    juga sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada

    kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

    T (Tumor size), ukuran tumor

    Ukuran tumor (T) Interpretasi

    Tx Tumor primer tidak dapat dinilai

    T0 Tidak ada buktinya adanya tumor

    Tis Lobular carcinoma in situ, ductus carcinoma in situ,

    Pagets disease

    Tmic Adanya mikro invasi 0,1 cm

    T1

    T1a

    T1b

    T1c

    Diameter 2 cm

    Diameter 0,1 0,5 cm

    Diameter 0,5 1 cm

    Diameter 1 2 cm

    T2 Diameter tumor 2-5 cm

    T3 Diameter tumor 5 cm

    T4

    T4a

    T4b

    T4c

    T4d

    Berapa pun diameternya dengan ekstensi ke dinding

    dada atau kulit

    Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot

    pektoralis

    Edema (termasuk peau dorange) atau terdapat

    ulserasi atau nodul satelit pada payudara yang sama

    Mencakup kedua hal di atas

    Inflammatory carcinoma

  • 18

    N (Node), kelenjar getah bening regional (KGB) :

    LymphNode (N) Interpetasi

    Nx Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai (misal sudah

    diangkat sebelumnya)

    N0 Kanker belum menyebar ke limfonodus

    N1 Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral

    dan dapat digerakkan

    N2

    N2a

    N2b

    Kanker telah menyebar ke kelenjar aksila ipsilateral,

    melekat satu sama lain (konglomerasi) atau adanya

    pembesaran kelenjar mamaria interna ipsilateral tanpa

    adanya metastasis ke kelenjar aksila

    Metastasis pada kelenjar aksila ipsilateral, terfiksir,

    atau berkonglomerasi dengan struktur sekitar

    Metastasis pada kelenjar mamaria interna ipsilateral

    tanpa metastasis ke kelenjar aksila

    N3

    N3a

    N3b

    N3c

    Kanker telah menyebar ke kelenjar limfe

    infraklavikularis ipsilateral, atau terdapat metastasis

    kelenjar limfe mamaria interna dan metastasis kelenjar

    limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe

    supraklavikula ipsilateral

    Metastasis ke kelenjar infraklavikula ipsilateral

    Metastasis ke kelenjar mamaria interna dan aksila

    Metastasis ke kelenjar supraklavikula

  • 19

    M (Metastasis), penyebaran jauh :

    Metastase Interpretasi

    Mx Metastasis jauh belum dapat dinilai

    M0 Tidak ada metastase ke organ jauh

    M1 Metastase organ jauh

    Setelah masing-masing faktor T,N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut

    kemudian digabung dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :

    Stadium 0 (T0 N0 M0)

    Disebut Ductal Carsinoma In Situ atau Non-invasive Cancer. Yaitu

    kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh / saluran payudara dan

    kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara.

    Stadium I (T1 N0 M0)

    Tumor masih sangat kecil dan tidak menyebar serta tidak ada titik

    pada pembuluh getah bening. Tumor dengan garis tengah kurang dari 2

    cm dan belum menyebar keluar payudara.

  • 20

    Stadium IIA (T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0)

    Pada stadium ini :

    - Tidak ada benjolan yang ditemukan pada payudara, tetapi kanker

    ditemukan pada limfonodi axillaris (kelenjar limfe dibawah lengan);

    atau

    - Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil dan sudah menyebar ke

    limfonodi axillaris; atau

    - Benjolan lebih besar dari 2 cm tetapi tidak lebih besar dari 5 cm

    (antara 2-5 cm) dan tidak menyebar ke limfonodi axillaris.

    Stadium IIB (T2 N1 M0 / T3 N0 M0)

    Pasien stadium ini, benjolan berukuran :

    - 2-5 cm dan sudah menyebar pada limfonodi axillaris; atau

    - Lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke limfonodi axillaris.

  • 21

    Stadium IIIA (T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2

    M0)

    Tidak ada benjolan yang ditemukan di payudara. Kanker ditemukan di

    limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada

    jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar tulang

    dada atau :

    - Benjolan berukuran 2 cm atau lebih kecil. Kanker ditemukan di

    limfonodi axillaris yang saling berdekatan satu sama lin atau pada

    jaringan lainnya, atau bisa juga ditemukan pada limfonodi sekitar

    tulang dada; atau

    - Benjolan berukuran 2-5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi

    axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan

    lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar

    tulang dada; atau

    - Benjolan lebih besar dari 5 cm. Kanker sudah menyebar ke limfonodi

    axillaris yang saling berdekatan satu sama lain atau pada jaringan

    lainnya, atau kanker mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar

    tulang dada.

    Stadium IIIB (T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0)

    Benjolan bisa sebesar apapun dan kanker :

    - Sudah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara; dan

  • 22

    - Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris yang saling

    berdekatan satu sama lain atau pada jaringan lainnya, atau kanker

    mungkin sudah menyebar ke limfonodi sekitar tulang dada

    Kanker yang sudah menyebar ke kulit payudara disebut kanker payudara

    inflamatorik (Inflammatory Breast Cancer)

    Stadium IIIC (Tiap T N3 M0)

    Pada stadium ini, terdapat kanker payudara ataupun benjolan dalam

    berbagai ukuran dan mungkin sudah menyebar ke dinding dada dan/atau

    kulit payudara. Selain itu, kanker juga :

    - Sudah menyebar ke linfonodi diatas atau dibawah tulang leher dan

    - Mungkin sudah menyebar ke limfonodi axillaris atau ke limfonodi di

    sekitar tulang dada.

    Kanker payudara stadium IIIC dibagi menjadi stadium IIIC yang dapat

    dioperasi dan tidak dapat dioperasi.

    Pada stadium IIIC yang dapat dioperasi, kanker :

    Ditemukan dalam sepuluh atau lebih limfonodi axillaris; atau

    Ditemukan dalam limfonodi dibawah tulang leher; atau

    Ditemukan dalam limfonodi axillaris dan limfonodi di sekitar

    tulang dada

    Pada stadium IIIC yang tidak dapat dioperasi, kanker sudah menyebar

    ke limfonodi diatas tulang leher.

  • 23

    Stadium IV (Tiap T-Tiap N -M1)

    Kanker sudah menyebar ke organ lain tubuh, yang paling sering

    adalah ke tulang, hati, atau otak..

    X. DIAGNOSIS Untuk sampai kepada diagnosis kanker payudara diperlukan:7

    1. Anamnesis : a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya.

    Benjolan

    Kecepatan tumbuh

    Rasa sakit

    Nipple discharge

    Nipple retraksi dan sejak kapan

  • 24

    Krusta pada areola

    Kelainan kulit: dimpling, peau dorange, ulserasi, venektasi

    Perubahan warna kulit

    Benjolan ketiak

    Edema lengan

    b. Keluhan ditempat lain berhubungan dengan metastasis, al :

    Nyeri tulang (vertebra, femur)

    Rasa penuh di ulu hati

    Batuk

    Sesak

    Sakit kepala hebat, dll

    c. Faktor-faktor risiko

    Usia penderita

    Usia melahirkan anak pertama

    Punya anak atau tidak

    Riwayat menyusukan

    Riwayat menstruasi

    menstruasi pertama pada usia berapa

    keteraturan siklus menstruasi

    menopause pada usia berapa

    Riwayat pemakaian obat hormonal

    Riwayat keluarga sehubungan dengan kanker payudara atau

    kanker lain.

    Riwayat pernah operasi tumor payudara atau tumor ginekologik

    Riwayat radiasi dinding dada

    2. Pemeriksaan fisik : Inspeksi.Pasien dapat dalam posisi duduk dan meletakkan kedua

    tangannya di pinggang. Posisi ini akan menyebabkan muskulus

    pektoralis major berkontraksi dan memudahkan identifikasi payudara

  • 25

    jika ada payudara yang asimetris.22 Ketika melakukan inspeksi, dokter

    harus mengamati seluruh sisi dari payudara dan menilai ada tidaknya

    payudara asimetris, perubahan warna kulit, retraksi, dimpling dan nipple

    discharge, perubahan kulit berupa peau dorange, ulserasi dan nodul

    satelit.10

    Palpasi.Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh

    tersebar rata di atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung

    diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang payudaranya

    besar.Palpasi dilakukan dengan mempergunakan falang distal jari II, III

    dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga

    kedua sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan

    daerah sentral subareolar dan papil.Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi

    ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil. Pemeriksaan dengan

    menekan daerah sekitar papil dilakukan jika ada keluhan nipple

    discharge.22 Payudara kudran superolateral dan area disekitar areola dan

    papilla mammae sebaiknya diperiksa dengan seksama, karena

    merupakan area yang paling sering terjadi carcinoma mammae.10

    Berikut adalah teknik pemeriksaan kelenjar getah bening regional:1

    Aksila. Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini

    fossa aksila jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan

    lebih banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan

    tangan kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di

    tangan/bahu kanan pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan

    kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari eksterna di

    bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila, KGB

    subskapularis di posterior aksila, KGB sentral di bagian pusat

    aksila, dan KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan

    ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama

    lain atau ke jaringan sekitarnya.

    Supra dan infraklavikula serta leher utama. Supra dan

    infraklavikula serta leher bagian bawah dipalpasi dengan cermat

  • 26

    dan teliti, lakukan palpasi dengan gerakan sirkular.Selain payudara

    dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang,

    hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.

    3. Pemeriksaan penunjang :7 Mammografi

    Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue

    teknik yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara.Meskipun 15%

    kanker payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi,

    45% kanker payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum

    mereka dapat diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan

    tandatanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis

    reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam pola

    mulberrry atau curvilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda

    sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor

    dan jaringan fibroglanduler tidak teratur. Mammografi sangat baik

    digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk

    skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang

    selektif yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas

    mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.6

    Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat

    atau kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy.

    Mammografi dan USG payudara dilakukan pada tumor yang

    berukuran < 3cm.6

    Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)

    Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk

    menegakkan diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan

    dapat diambil melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm)

    atau biopsi insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran > 3cm

    sebelum operasi definitif dan untuk tumor yang inoperabel) yang

    kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk biopsi kelainan yang

  • 27

    tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi dapat dilakukan

    ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan jarum

    besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup

    untuk pemeriksaan termasuk teknik biokimia.6

    Pemeriksaan sitologi

    Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle

    aspiration biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan

    dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara pengambilan dan

    diekspertise oleh ahlinya.6

    Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan

    sesuai dengan perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver

    function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor

    untuk metastase tulang. 6

    Pemeriksaan metastase jauh Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau

    bone survey, USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari

    metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI

    adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning dan

    atau bone survey (bila sitologi dan atau klinis sangat mencurigakan

    pada lesi > 5cm) dan CT scan dilakukan atas indikasi.6

    Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan

    gambaran coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-

    macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura yang akan

    menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat

    pada foto rontgen sebagai gambaran osteolitik/destruksi yang dapat

    menyebabkan fraktur patologis.6

    Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan

    imunohistokimia

    Pemeriksaan kadar CEA dan CA 15-3 mungkin berguna untuk

    memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut.

  • 28

    Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu),

    cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.6

    XI. PENATALAKSANAAN Operasi

    Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast

    conserving surgery), simple mastectomy, modified radical mastectomy,

    dan radical mastectomy. Pada mastektomi radikal dilakukan

    pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis

    mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Setelah

    tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh mastektomi

    radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey. Pada mastektomi radikal

    modifikasi ini m.pektoralis mayor dipertahankan sehingga suplai

    persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada dinding dada

    yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat

    dikurangi.M.pektoralis minor dapat pula dipertahankan, atau diangkat,

    atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila.Bukti-bukti

    menunjukkan tidak ada perbedaan pada tingkat rekurensi lokal dan

    survival antara mastektomi radikal dan mastektomi radikal modifikasi.10

    Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara saja

    tanpa mengangkat limfonodus atau otot.Pembesaran KGB aksila dirawat

    dengan radioterapi.Metode ini dipopulerkan oleh MacWhirter di Inggris.

    Bila dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan kemungkinan

    rekonstruksi mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap

    muskulokutan. Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah

    kuratif atau beberapa waktu setelah radioterapi atau kemoterapi

    adjuvan.Bila hal ini tidak dapat dilakukan usahakan prostesis eksterna.10

    Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan

    mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving

    surgery (BCS).BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga tindakan

    yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau

  • 29

    segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila

    dan radioterapi pada sisa payudara tersebut.Penyinaran diperlukan untuk

    mencegah kambuhnya tumor di payudara dari jaringan tumor yang

    tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik).BCS

    secara kosmetik lebih baik dari mastektomi bahkan yang telah

    direkonstruksi sekalipun.Tapi diseksi aksila disini lebih sulit dikerjakan

    karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan payudara masih ada

    sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.10

    Indikasi BCS:

    T: 3cm (stadium I atau II)

    Pasien ingin mempertahankan payudaranya

    Syarat BCS:

    Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent

    Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan

    Tumor terletak tidak sentral

    Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk

    kosmetik pascaBCS

    Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda

    keganasan lain yang difus (luas)

    Tumor tidak multipel

    Belum pernah terapi radiasi di dada

    Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen

    Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)

    Radiasi

    Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi

    primer, adjuvan atau paliatif.Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu

    efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.Radioterapi paliatif

    dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor

    sudah tidak operabel.Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan

    keadaan sebagai berikut:8

  • 30

    Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)

    Tepi sayatan dekat (T T2) atau tidak bebas tumor

    Tumor sentral atau medial

    KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler

    Acuan pemberian radioterapi:

    Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara danaksila

    beserta supraklavikula) kecuali:

    - Pada keadaan T T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan

    radiasi pada KGB aksila supraklavikula

    - pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi

    pada mammaria interna

    Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan

    sebagai berikut:

    - pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya

    tepi sayatan dekat tumor atau post BCS)

    - pada yang terdapat massa tumor atau residu post op

    (mikroskopik atau makroskopik) maka diberikan booster dengan

    dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15 Gy

    Kemoterapi

    Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat

    digunakan sebagai terapi adjuvan atau paliatif.Kemoterapi adjuvan dapat

    diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan

    histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa

    kelenjar.Kemoterapi juga dapat diberikan sebelum pembedahan pada

    kanker payudara yang besar namun masih operabel pada stadium lokal

    lanjut.Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut kemoterapi neo

    adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan

    pembedahan.Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah

    menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam bentuk

    kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. Kemoterapi adjuvan

  • 31

    diberikan sebanyak 6 siklus, paliatif 12 siklus dan neoadjuvan 3 siklus

    praterapi primer ditambah 3 siklus pascaterapi primer.8

    Hormonal

    Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40%

    kanker payudara adalah hormon dependen.Terapi ini semakin

    berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan

    progesteron.Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron

    yang merespons positif terapi hormonal mencapai 77%.Terapi hormonal

    merupakan terapi utama stadium IV di samping kemoterapi karena

    kedua-duanya merupakan terapi sistemik.Terapi hormonal biasanya

    diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek

    sampingnya lebih sedikit.8

    Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor

    (estrogen receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif) dan

    dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun

    menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah

    terapi hormonal akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif

    berupa pemberian obat-obatan (antiestrogen, aromatase inhibitor,

    megestrol acetate dan androgen atau estrogen) dilakukan pada pasien

    pre- dan pascamenopause.Yang tergolong antiestrogen adalah tamoxifen

    citrate, toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih banyak

    digunakan untuk pengobatan osteoporosis.Tamoxifen merupakan

    modulator selektif reseptor estrogen (selective estrogen receptor

    modulator, SERM) yang menjadi pilihan terapi utama untuk menangani

    kasus kanker payudara metastatik pada pasien premenopause.32

    Penggunaan obat golongan SERM bertujuan untuk mendapatkan efek

    estrogenik yang menguntungkan (misalnya pada tulang, otak, hepar)

    tanpa efek yang merugikan di jaringan lain seperti kelenjar mammae.

    Tamoxifen berefek antiestrogenik di kelenjar mammae dan berefek

    agonis pada tulang dan endometrium. Efek antagonis tamoxifen pada

  • 32

    kelenjar mammae terjadi melalui efek inhibitor competitor yang

    menduduki reseptor estrogen sehingga dapat menurunkan transkripsi gen

    tergantung estrogen (estrogen-dependent genes) dan menghambat

    pertumbuhan sel tumor. Tamoxifen diabsorbsi dan mencapai kadar

    puncaknya di plasma kira-kira 5 jam setelah pemberian dosis tunggal

    peroral. Waktu paruhnya berlangsung selama 5-7 hari. Tamoxifen

    dimetabolisme melalui proses demetilasi, deaminasi dan hidroksilasi.

    Hasil metabolismenya adalah N-desmethyltamoxifen dan 4-

    hydroxytamoxifen. Metabolit utamanya berupa N-desmethyltamoxifen

    memiliki efek anti estrogen yang lemah dengan afinitas terhadap ER

    menyerupai tamoxifen.Sedangkan 4-hydroxytamoxifen memiliki efek

    anti estrogen yang lebih besar.Sedangkan aromatase inhibitor seperti

    anastrozole dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi

    estrogen.8

    Terapi ablatif berupa oophorectomy bilateral, dilakukan untuk

    menurunkan kadar estrogen pada wanita premenopause hingga mencapai

    kadar postmenopause. Sebagaimana diketahui bahwa, pada wanita

    premenopause sintesis estrogen terutama berasal dari ovarium. Angka

    keberhasilan rata-rata terapi ovarium ablatif pada wanita premenopause

    dengan metastasis berkisar antara 14-70%.8

    Imunologik Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein

    pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien

    seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk

    menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi

    pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk

    menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab.10

  • 33

    Terapi menurut Stadium Karsinoma mammae:

    Stadium I 1. Operasi MRM

    Stadium II Stadium dini Kuratif 2.Kemoterapi

    3. Terapi hormon

    adjuvant

    Stadium IIIa

    Stadium IIIb

    1. Hormonal terapi

    Stadium IV Paliatif 2. Neoadjuvant

    3. MRM

    XII. PROGNOSIS Prognosis kanker payudara ditentukan oleh:5

    1. Staging [TNM}

    Semakin dini semakin baik prognosisnya

    Stadium I : 5-10 tahun 90-80%

    Stadium II : 70-50%

    Stadium III : 20-11%

    Stadium IV : 7%

    Untuk stadium 0 : 96,2%

    2. Jenis histopatologi keganasan

    Karsinoma insitu mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan

    karsinoma yang sudah invasif.Suatu kanker payudara yang disertai

    gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa, ini

    mempunyai prognosis yang sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya

    5%. Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging

    sangat mempengaruhi prognosis.

    Stadium dini

    Stadium lanjut lokal

    Stadium lanjut

  • 34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Desen W, ed. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit

    Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.h. 366-82.

    2. Stopeck AT. Breast Cancer: Epidemiology. Medscape Reference Drugs,

    Diseases, and Procedures. 2013. Available from http://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview#aw2aab6b2b5aa

    3. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC,

    Jakarta 2010

    4. Tank, Patrick W. Grants Dissector. Philadelphia: Lippicott Williams and

    wilkins. 2005.

    5. Jatoi I, Kaufmann M, Petit JY. Atlas of Breast Surgery. Germany :Springer-

    Verlag Berlin Heidelberg; 2006. p. 10-6

    6. Greene FL, Compton CC, Fritz AG, Shan JP, Winchester DP, eds. American

    Joint Committee on Cancer. Chicago : Springer Science+Business Media,

    Inc; 2006.p. 219-33.

    7. Suyatno, Emir Taris Pasaribu.bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi.CV

    Sagung Seto.2010

    8. Karsono B. Teknik-teknik Biologi Molekular dan Selular pada

    Kanker.Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simanibrata M, Setiati S,

    eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia. 2006; h.816-8.

    9. National Breast Cancer Foundation. Stage of Breast Cancer. 2010.

    10. Linda J. Heffner dan Danny J. Schust. At a Glance SISTEM REPRODUKSI

    Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2006.

    III. ANATOMI VII. GEJALA KLINIS

    OLE_LINK1OLE_LINK2