bab 1 2 3 fraktur bidai

Upload: raycta-iit

Post on 07-Feb-2018

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    1/35

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangFraktur adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

    tipe dan luasnya. Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih besar

    dari kemampuannya untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002). Umumnya

    fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik di mana terdapat

    tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-

    laki daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering

    berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh

    kecelakaan kendaraan bermotor. Jumlah korban kecelakaan lalu lintas di

    Indonesia cenderung turun, yaitu 47.401 orang pada tahun 1989 menjadi

    32.815 orang pada tahun 1995. Rasio jumlah korban cedera sebesar 16,80

    per 10.000 penduduk dan rasio korban meninggal sebesar 5,63 per

    100.000 penduduk. Angka kematian tertinggi berada di wilayah

    Kalimantan Timur yaitu 11,07 per 100.000 penduduk dan terendah di Jawa

    Tengah, yaitu sebesar 2,67 per 100.000 penduduk (Lukman, 2009).

    Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun 2005 terdapat lebih

    dari 7 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2

    juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang

    memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas bawah

    yakni sekitar 46,2% dari insiden kecelekaan yang terjadi. Fraktur

    merupakan suatu keadaan dimana terjadi diistegritas tulang, penyebab

    terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses

    degeneratif juga dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur (Depkes RI,

    2007).

    Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2007

    didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    2/35

    2

    jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari hasil survey

    tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami

    kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis

    karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan

    dengan baik. Respon cemas (ansietas) adalah reaksi normal terhadap

    ancaman stress dan bahaya. Ansietas merpakan reaksi emosional terhadap

    persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang dibayangkan.

    respon cemas merupakan reaksi umum yang terjadi terhadap perubahan

    status kesehatan yang dirasakan sebagai ancaman: ancaman umum

    terhadap kehidupan, kesehatan dan keutuhan tubuh, pemajanan dan rasa

    malu, ketidaknyaman akibat nyeri dan keterbatasan gerak.

    Dari latar belakang diatas dapat diketahui bahwa fraktur memiliki

    prevalensi yang cukup tinggi. Apabila dilihat data prevalensi yang

    diperoleh, Sebagai perawat tentunya akan berusaha semaksimal mungkin

    memberikan perawatan terhadap penderita fraktur / patah tulang secara

    menyeluruh proses pemulihan dan penyembuhan dapat lebih cepat tanpa

    adanya komplikasi dari penyakit tersebut. Untuk itulah penulis

    memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan fraktur dalam

    sebuah karya tulis yang berjudul, "Asuhan Keperawatan pada Pasien

    Gawat Darurat Fraktur dan Dislokasi " dengan Gangguan Sistem

    Muskuloskeletal.

    1.2 Tujuan Penulisan1.2.1 Tujuan Umum

    Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien

    gawat darurat fraktur dan dislokasi.

    1.2.2 Tujuan KhususMahasiswa dapat mengetahui : pengertian fraktur dan

    dislokasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan

    diagnostik, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    3/35

    3

    1.3 Metode PenulisanDalam pengumpulan data untuk penulisan makalah ini, penulis

    menggunakan beberapa metode, yaitu :

    1.3.1 Studi literature yang terdapat dalam buku-buku maupun yangterdapat dari sumber internet.

    1.3.2 Diskusi kelompok.

    1.4 Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga Bab yang

    disusun sebagaiberikut :

    BAB I = Pendahuluan

    BAB II = Pembahasan

    BAB III = Penutup

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    4/35

    4

    BAB II

    KONSEP DASAR FRAKTUR

    2.1 Definisi

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai

    jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar

    dari yang dapat diabsorbsinya. (Smelter&Bare,2002).

    Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh

    rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan

    krepitasi (Doenges, 2000).

    Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya

    kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat

    dikarenakan penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang

    sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat

    juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2000).

    2.2 EtiologiFraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

    a. Trauma Langsung : Kecelakaan lalu lintas.b. Trauma tidak langsung: Jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau

    duduk sehingga terjadi fraktur tulang belakang.

    c. Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yangpatologis).

    Menurut Oswari E (1993), fraktur terjadi karena adanya :

    a. Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma.b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan padabagian yang terkena

    trauma.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    5/35

    5

    c. Kekerasan akibat tarikan otot.Sedangkan Menurut Barbara C Long (1996), fraktur terjadi karena adanya:

    a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan).b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan).c. Patah karena letih.

    2.3 Tanda dan Gejalaa. Look

    1) Deformitas Penonjolan yang abnormal misalnya fraktur condylus

    lateralis humerus.

    Rotasi. Pemendekan. Odema. Laserasi. Fungsi laesa : Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur cruris

    tidak dapat berjalan dan pada fraktur antebrachi tidak dapat

    menggunakan lengan.

    b. Feel1) Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu.2) Kejang otot.3) Hilang sensasi.

    c. Move1) Krepitasi.

    Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan tetapi ini bukan

    cara yang baik dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh

    pergeseran / beradunya ujung-ujung tulang kortikal. Pada tulang

    spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa krepitasi.

    2) NyeriNyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun

    pasif.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    6/35

    6

    3) Gangguan Fungsi.4) Gerakan yang tidak normal

    Gerakan yang terjadi tidak pada sendi misalnya

    pertenganhan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti yang

    paling penting adanya fraktur yang membuktikan adanya

    putusnya kontuinitas tulang sesuai defenisi fraktur. Hal ini

    penting untuk membuat visum misalnya bila tidak ada fasilitas

    pemeriksaan rontgen.

    2.4 Klasifikasia. Menurut jumlah garis fraktur

    Simple fraktur hanya terdapat satu garis fraktur. Multiple fraktur terdapat lebih dari satu garis. Camminute fraktur terjadi banyak garis fraktur atau banyak

    fragmen kecil yang terlepas.

    b. Menurut garis fraktur Fraktur inkomplit tulang tidak terpotong secara total. Fraktur komplit tulang terpotong secara total. Hair line fraktur garis fraktur hampir tak tampak sehingga

    bentuk tulang tak ada perubahan.

    c. Menurut bentuk fragmen Fraktur transversal bentuk fragmen melintang. Fraktur oblique bentuk fragmen miring. Fraktur spiral bentuk fragmen melingkar.

    d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar. Fraktur terbuka : fragmen tulang sampai menembus kulit. Fraktur

    terbuka dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu :

    1. Pecahan tulang menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit,kontaminasi ringan, luka < 1 cm.

    2. Kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, luka> 1 cm (misalnya fraktur Komminutive).

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    7/35

    7

    3. Luka besar sampai lebih kurang 8 cm, kehancuran ototkerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar misalnya luka

    tembak.

    Menurut R. Gustillo, fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat

    yaitu :

    1. Derajat I Luka < 2 cm Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka

    remuk.

    Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutifringan.

    Kontaminasi minimal2. Derajat II :

    Laserasi > 2 cm. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi. Fraktur kominutif sedang. Kontaminasi sedang.

    3. Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

    struktur kulit, otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi

    derajat tinggi. Fraktur derajat III terbagi atas :

    a. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,meskipun terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau

    fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan

    oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya

    ukuran luka.

    b. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yangterpapar atau kontaminasi masif.

    c. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harusdiperbaiki tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    8/35

    8

    Fraktur tertutup : fragmen tulang tak berhubungan dengan dunialuar.

    2.5 PatofisiologiFraktur terjadi bila ada interupsi dari kontinuitas tulang. Biasanya,

    fraktur di sertai cidera jaringan di sekitar yaitu ligament, otot, tendon,

    pembuluh darah dan persarafan.Fraktur bisa juga di sebabkan karena

    trauma ataupun karena suatu penyakit, missal osteoporosis. Trauma yang

    terjadi pada tulang dapat menyebabkan fraktur dan akan mengakibatkan

    seseorang memiliki keterbatasan gerak, ketidakseimbangan dan nyeri

    pergerakan jaringan lunak yang terdapat di sekitar fraktur, missal

    pembuluh darah, saraf, dan otot serta organ lainnya yang berdekatan dapat

    di rusak. Pada waktu trauma ataupun karena mencuatnya tulang yang

    patah, apabila kulit sampai robek akan mengakibatkan luka terbuka dan

    akan mengakibatkan seseorang beresiko terkena infeksi.

    Tulang memiliki banyak pembuluh darah ked lam jaringan lunak

    atau luka yang terbuka. Luka dan keluarnya darah dapat mempercepat

    pertumbuhan bakteri.

    Pada osteoporosis secara tidak langsung mengalami penurunan

    kadar kalsium dalam tulang. Dengan berkurangnya kadar kalsium dalam

    tulang lama kelamaan tulang menjadi rapuh sehingga hanya trauma

    minimal saja atau tanpa trauma sedikitpun akan mengakibatkan

    terputusnya kontinuitas tulang yang di sebut fraktur.

    Tingkatan pertumbuhan tulang :

    1. Hematoma Formation ( Pembentukan Hematoma )Karena pembulih darah cedera maka terjadi pada daerah

    fraktur dan kedalam jaringan di sekitar tulang tersebut. Reaksi

    peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel sel darah putih

    dan sel most terakumulasi menyebabkan peningkatan aliran

    darah ke tempat tersebut. Darah menumpuk dan mengeratkna

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    9/35

    9

    ujung ujung tulang yang patah dan fagositosis dan

    pembersihan sisasisa sel mati dimulai.

    2. Fibrin Mesk Work ( Pembentukan Fibrin )Hematom menjadi terorganisasi karena fibrablast masuk

    lokasi cidera, membentuk mesk work (gumpalan fibrin) dan

    berfungsi sebagai jala untuk melekatkan sel-sel baru.

    3. Invasi OsteoblastOsteoblast masuk ke daerah fibrosis untuk mempertahnkan

    penyambungan tulang dan merangsang pembentukan tulang

    baru imatur (callus). Pembuluh darah berkembang mengalirkan

    nutrisi untuk membentuk collagen. Untaian collagen terus di

    satukan dengan kalsium.

    4. Callus Formation ( Pembentukan Callus )a. Osteoblast terus membuat jalan untuk membangun tulang.

    b. Osteoblast merusakkan tulang mati dan membantumensintesa tulang baru.

    c. Collagen menjadi kuat dan terus menyatu dengan depositkalsium.

    5. RemodellingBekuan fibrin di reabsorpsi dan sel sel tulang baru secara

    perlahan mengalami tulang sejati. Tulang sejati menggantikan

    callus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi.

    Penyembuhan memerlikan waktu beberapa minggu sampai

    beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu atau terlambat

    apabila hematom fraktur atau callua rusak sebelum tulng sejati

    terbentuk atau apabila sel sel tulang baru rusak selam proses

    kalsifikasi dan pengerasan.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    10/35

    10

    2.6 Tahap dan Proses Penyembuhan Tulanga. Haematom : dari pembuluh darah yang pecah.

    Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan terjadi hematoma

    di sekitar fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke ujung fraktur

    meningkat, hematoma ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi

    selama penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi

    granulasi.

    b. Proliferasi selSel - sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada

    sekitar fraktur, di mana sel sel ini menjadi precusor dari osteoblast,

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    11/35

    11

    osteogenesis ini berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum

    melebihi tulang. Setelah beberapa hari kombinasi dari periosteum

    yang meningkat dengan fase granulasi membentuk collar di ujung

    fraktur.

    c. Pembentukan callusEnam sampai sepuluh hari setelah fraktur jaringan granulasi

    berubah dan membentuk callus. Sementara pembentukan cartilago

    dan matrik tulang diawali dari jaringan callus yang lunak. Callus ini

    bertambah banyak, callus sementara meluas, menganyam massa

    tulang dan cartilago sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal

    ini melindungi fragmen tulang tapi tidak memberikan kekuatan

    callus sementara ini meluas melebihi garis fraktur.

    d. OssificationCallus yang menetap / apermanen menjadikan tulang kaku

    karena adanya penumpukan garam garam calcium dan bersatu

    bersama ujung ujung tulang. Proses ossifikasi ini mulai dari callus

    bagian luar kemudian bagian dalam dan terakhir bagian tengah.

    Proses ini terjadi selama 3 10 minggu.

    e. Konsolidasi dan Remodelling.Pada waktu yang sama pembentukan tulang yang sebenarnya

    callus dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast. Kelebihan

    kelebihan tulang seperti dipahat dan diabsorbsi dari callus. Proses

    pembentukan lagi ditentukan oleh beban tekanan dari otot.

    2.7 Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan Diagnostik yang dilakukan meliputi :

    a. RontgenMenunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma.

    b. Scan tulang, tonogram, CT scan / MRIMemperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk

    mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    12/35

    12

    c. ArteriogramBila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.

    d. Hitung darah lengkapHematokrit mungkin meningkat atau menurun. Peningkatan jumlah

    sel darah putih adalah respon stress normal terhadap trauma.

    e. KreatininTrauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.

    f. Profil koagulasiPerubahan dapat terjadi pad kehilangan darah, transfusi, multipel /

    cedera hati.

    Pada semua tipe fraktur, proses penyembuhan fraktur berhubungan

    dengan proses penyembuhan tulang. Sedangkan pada dislokasi dilakukan

    pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah

    disertai dengan fraktur.

    2.8 PenatalaksanaanPengobatan pada kasus fraktur

    A. Therapi konservatif1. Proteksi saja

    Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri

    dengan kedudukan baik.

    2. Immobilisasi saja tanpa reposisiMisalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkoplit

    dan fraktur dengan kedudukan baik.

    3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips.Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi

    penuh dan fleksi pergelangan.

    4. TraksiTraksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi

    hingga penuh / dipasang gips setelah tidak sakit lagi.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    13/35

    13

    B. Therapi operatif1. Terapi operatif dengan reposisi secara tetrtutup dengan bimbingan

    radiologis.

    a. Reposisi tertutupFiksasi externaSetelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis

    intraoperatif maka dipasang alat fiksasi externa.

    b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasiinterna, misalnya reposisi tertutup fraktur condylair humerus

    pada anak diikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi

    tertutup fraktur colum pada anak diikuti pinning dan

    immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus berkembang menjadi

    Close Nailing pada fraktur femur dan tibia yaitu pemasangan

    fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.

    2. Therapi operatif dengan membuka frakturnya:a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna.

    ORIF (Open reduction and internal fixation).

    Keuntungan cara ini adalah : reposisi anatomis dan

    mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.

    Indikasi ORIF :

    - Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avanculairtinggi , misalnya : fraktur talus dan fraktur collum

    femur

    - Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, misalnya :fraktur avulsi dan fraktur dislokasi.

    - Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan,misalnya ; fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur

    antebrachi, dan fraktur pergelangan kaki.

    - Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasilyan glabih baik dengan operasi, misalnya : fraktur

    femur.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    14/35

    14

    b. Excisional ArthrplastyMembuang fragmen yang patah yang memnentuk sendi,

    misalnya : fraktur caput radii pada orang dewasa, dan fraktur

    collum femur yang dilakukan operasi.

    c. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis.Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan

    endoprosthesis / yang lainnya. Sesuai tujuan pengobatan fraktur

    yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal harus

    dipertimbangkan latihan-latihan untuk menceegah atropi otot

    dan keakuan sendi, disertai mobilisasi dini.

    3. Pengobatan Fraktur TerbukaFraktur terbuka aadalah suatu keadaan darurat yang

    memerlukan penanganan dengan segera. Tindakan sugah harus

    dimulai dari fase pra - Rumah sakit :

    a. Pembidaian.b.Menghentikan perdarahan dengan verban tekan.c. Mengehentikan perdarahan besar dengan klem.

    Tiba di UGD rumah sakit harus segera periksa menyeluruh

    oleh karena 40% dari fraktur terbuka merupakan kasus

    polytrauma. Tindakan life-saving harus segera didahulukan

    dalam rangka kerja terpadu (Teamwork).

    2.9 KomplikasiA. Komplikasi dini

    1. Lokal :a. Vaskuler :

    - Compartemen syndrome (Volkmann`s Ischemia).- Trauma vaskular

    b.Neurologis :- Lesi medula spinalis atau staraf perifer.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    15/35

    15

    B. Komplikasi lanjut : Kekakuan sendi / kontraktur. Disuse atropi otot-otot. Malunion.

    Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

    Delayed union.Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan

    yang lebih lambat dari keadaan normal.

    Nonunion / Infected nonunionTulang tidak menyambung kembali.

    Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis). Osteoporosis post trauma.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    16/35

    16

    BAB III

    KONSEP DASAR DISLOKASI

    3.1 DefinisiKeadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi

    berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (brunner &

    suddarth).

    Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi

    merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.

    (Arif Mansyur, dkk. 2000).

    Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat

    menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur

    dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).

    3.2 EtiologiDislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa

    sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi.

    Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena

    dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).

    Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang

    disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena

    kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

    Dislokasi disebabkan oleh :

    1. Cedera Olah RagaOlah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola,

    hoki, serta olah raga yang beresiko jauth misalnya : terperosok akibat

    bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola

    paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari kaki

    karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    17/35

    17

    2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga, benturan keraspada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

    3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yanglicin.

    4. Patologis, terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yangmerupakan komponen vital penghubung tulang.

    3.3 Tanda dan Gejala1. Deformitas

    - Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensidan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.

    - Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior sendipanggul).

    - Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasiposterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.

    2. Nyeri.3. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada dislokasi

    anterior bahu.

    3.4 Klasifikasi1. Dislokasi Congenital :

    Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, Congenital

    dislocation berhubungan dengan congenital deformities.

    2. Dislokasi Patologis :Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya

    tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan

    tulang yang berkurang.

    3. Dislokasi Traumatik :Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan

    mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat

    oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    18/35

    18

    kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya

    dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf, dan sistem

    vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.

    Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras.

    Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi 3 yaitu:

    1. Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow dan hip.2. Dislokasi kronik.3. Dislokasi berulang.

    Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi

    dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut

    dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello

    femoral joint.

    3.5 Pengobatan

    1. Lakukan reposisi segera.2. Dislokasi sendi kecil dapat diresposisi ditempat kejadian tanpa

    anastesi, misalnya disloksi siku, dislokasi jari (pada fase syok).

    Dislokasi bahu, siku atau jari dapat direposisi dengan anastesi lokal

    dan obat penenang misalnya valium.

    3. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.Dalam penanganan kasus dislokasi dapat dilakukan dengan

    pemberian terapi medika mentosa, reposisi dan program rehabilitasi yaitu

    sebagai berikut :

    1. Reposisi- MUA (Manipular Under General Anastesi).- Hanging Arm Teknik.- Hipocratic Methode.- Kocher.- Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal

    kemudian eksternal rotasi formarm secara pelan-

    pelan.hentikan jika terjadinya nyeri.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    19/35

    19

    2. Terapi Medika Mentosa- Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan

    kualitas tinggi.

    - Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telahdilaporkan sukses membantu dalam mereduksi dislokasi

    shoulder.

    - Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untukmemperoleh control nyeri yang adekuat dan relaksan otot

    untuk reduksi.Prosedural sedasi dan analgesi {PSA}yang

    digunakan Morphine dan midazolam memperlamlambat

    perawatan di department emergensi serta bebas

    komplikasi.[emedicene]Etomidate,fentanyl/midazolam,keta

    mine, atau propofol umumnya digunakan untuk PSA.

    3. Program Rehabilitasia. Non operatif Rehabilatation

    Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan

    untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu, sebab

    komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.

    Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan

    penguatan otot secara hati-hati merupakan

    komponen penting dalam program rehabilitasi.

    Minggu 0 2, Hindari provokatif posisi termasuk

    eksternal rotasi, Abduksi dan Distrak.

    Immobilisasi tergantung umur.

    - Kurang dari 20 tahun 3-4 minggu.- 20-30 tahun 2-3 minggu.- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.- Lebih dari 40 tahun 3-5 hari.

    Program dilanjutkan secara bertahap untuk

    pemulihan fungsi sesuai prosedu rehabilitasi yang telah

    ditetapkan.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    20/35

    20

    b. Operatif TreatmentTujuan utama rehabilitasi adalah :

    - Memulihkan ROM fungsional secara full.- Meningkatkan stabilitas Dynamik.- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

    3.6 Komplikasi Dislokasi1. Komplikasi Dini

    a. Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapatmengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang

    mati rasa pada otot tesebut.

    b. Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.2. Fraktur Dislokasi.3. Komplikasi lanjut.

    a. Kekakuan sendi bahu : Immobilisasi yang lama dapatmengakibatkan kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang

    berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara

    otomatis membatasi Abduksi.

    b. dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek ataukapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.

    c. kelemahan otot.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    21/35

    21

    BAB IV

    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

    4.1 Pengkajian1. Pengkajian primer

    a. AirwayAdanya sumbatan / obstruksi jalan napas oleh adanya

    penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk.

    b. BreathingKelemahan menelan / batuk / melindungi jalan napas,

    timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara

    nafas terdengar ronchi / aspirasi.

    c. CirculationTD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada

    tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,

    disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis

    pada tahap lanjut.

    2. Pengkajian sekundera. Aktivitas/istirahat

    - kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.- Keterbatasan mobilitas.

    b. Sirkulasi.c. Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri / ansietas ).

    - Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah).- Tachikardi.- Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera.- Capilary refil melambat.- Pucat pada bagian yang terkena.-

    Masa hematoma pada sisi cedera.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    22/35

    22

    d. Neurosensori- Kesemutan.- Kelemahan.- Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi,

    krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan /

    hilang fungsi.

    - Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas.e. Kenyamanan

    - Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkinterlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang, dapat

    berkurang deengan imobilisasi) tak ada nyeri akibat

    keruisakan syaraf.

    - Spasme / kram otot (setelah immobilisasi).f. Keamanan

    - laserasi kulit.- Perdarahan.- Perubahan warna.- Pembengkakan local

    Selain pengkajian diatas, pada kasus dislokasi juga perlu dilakukan

    pengkajian berupa :

    a. Anamnesis :- Ada trauma.- Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan

    eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.

    - Ada rasa sendi keluar.- Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens

    atau habitual.

    - Oedema.- Sulut/tidak dapat bergerak.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    23/35

    23

    b. Pemeriksaan Klinis :- Deformitas

    Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid

    yang rata pada dislokasi bahu. Pemendekan atau pemanjangan

    (misalnya dislokasi anterior sendi panggul). Kedudukan yang khas

    untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi

    panggul kedudukan panggul endorotasi, fleksi dan adduksi.

    - Nyeri.- Funcio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi

    bahu anterior.

    4.2 Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur

    terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan

    sensasi, sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi

    fisik.

    2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringansekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.

    3. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler periferberhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung,

    edema berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

    4. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahananprimer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.

    4.3 Intervensi KeperawatanDx.1

    Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur

    terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi,

    sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.

    Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    24/35

    24

    Kriteria Hasil :

    - Penyembuhan luka sesuai waktu.- Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.

    Intervensi :

    1. Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan,perubahan warna.

    Rasional : Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan

    masalah-masalah yang mungkin disebabkan oleh penggunaan

    traksi, terbentuknya edema.

    2. Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempattidur yang kering dan bebas kerutan.

    Rasional : Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko

    abrasi/kerusakan kulit.

    3. Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.Rasional : Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada

    posisi tertentu.

    4. Gunakan bed matres / air matres.Rasional : Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk

    anggota tubuh yang kurang gerak efektif untuk mencegah

    penurunan sirkulasi.

    Dx.2

    Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan

    sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.

    Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.

    Kriteria Hasil :

    - Klien akan meningkat/ mempertahankan mobilitas pada tingkatkenyamanan yang lebih tinggi.

    - Klien mempertahankan posisi /fungsional.- Klien meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit dan

    mengkompensasi bagian tubuh.

    - Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    25/35

    25

    Intervensi :

    1. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatandan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.

    Rasional : Mengetahui persepsi diri pasien mengenai

    keterbatasan fisik aktual, mendapatkan informasi dan

    menentukan informasi dalam meningkatkan kemajuan

    kesehatan pasien.

    2. Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi danpertahankan rangsang lingkungan.

    Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan

    energi, memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa

    kontrol diri dan membantu menurunkan isolasi sosial.

    3. Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasifpada ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.

    Rasional : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk

    meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi,

    mencegah kontraktur/atrofi dan respon kalsium karena tidak

    digunakan.

    4. Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bilamungkin, bila traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur

    tungkai bawah.

    Rasional : Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.

    Dx.3

    Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer

    berhubungan dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema

    berlebih, hipovolemik dan pembentukan trombus.

    Tujuan : Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.

    Kriteria Hasil :

    - Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai denganterabanya pulsasi.

    - Kulit hangat dan kering.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    26/35

    26

    - Perabaan normal.- Tanda vital stabil.- Urine output yang adekuat.Intervensi :

    1. Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagiandistal dari fraktur.

    Rasional : Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan

    rasa dapat normal terjadi dengan adanya syndrome

    comfartemen syndrome karena sirkulasi permukaan sering kali

    tidak sesuai.

    2. Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik / fungsisensorik.

    Rasional : Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran

    rasa sakit terjadi ketika sirkulasi ke saraf tidak adekuat atau

    adanya trauma pada syaraf.

    3. Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.Rasional : Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan

    resiko terjadinya injuri dengan adanya fraktur di kaki,

    edema/comfartemen syndrome/malposisi dari peralatan traksi.

    4. Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosisumum, kulit dingin, perubahan mental.

    Rasional : In adekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi

    sistem perfusi jaringan.

    Dx.4

    Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

    primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.

    Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.

    Kriteria Hasil :

    - Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.- Bebas drainase purulen, eritema dan demam.- Tidak ada tanda-tanda infeksi.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    27/35

    27

    Intervensi :

    1. Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekankontinuitas.

    Rasional : Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit

    dapat memungkinkan terjadinya infeksi tulang.

    2. Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasaterbakar atau adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.

    Rasional : Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis

    jaringan dan dapat menimbulkan osteomielitis.

    3. Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihanmencuci tangan.

    Rasional : Dapat mencegah kontaminasi silang dan

    kemungkinan infeksi.

    4. Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahanwarna kulit kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.

    Rasional : Tanda perkiraan infeksi gangren.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    28/35

    28

    BAB V

    KONSEP BALUT BIDAI

    5.1 PengertianBalutan adalah tindakan untuk menyangga atau menahan bagian

    tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

    Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat bahan lain

    yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar

    bagian tulang/ organ yang patah tidak bergerak (imobilisasi) sehingga

    memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.

    5.2 Tujuan balut bidaiA. Pembalutan

    1. Menahan sesuatu sebagai penutup luka, pita tali kulit, bidai, bagiantubuh yang cedera, dan rambut.

    2. Memberi tekanan.3. Melindungi bagian tubuh yang cedera.4. Memberikan penyongkong terhadap bagian tubuh yang cedera.5. Menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya.6. Mencegah terjadi pembengkakan.7. Mencegah terjadinya kontaminasi.

    B. Pembidaian1. Imobilisasi.2. Mengurangi nyeri.3. Mencegah kerusakan jaringan lunak, pembuluh darah & syaraf di

    sekitarnya.

    5.3 Prinsip Pertolongana. Mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    29/35

    29

    b. Mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan kerusakanjaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot, saraf dan

    lainnya.

    5.4 Penanganan Secara Umuma. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka.

    b. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur.c. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai.d. Tangani dengan hati-hati.e. Observasi dan atasi syok bila perlu.f. Segera cari pertolongan medis

    Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah

    memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik

    pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani

    terlebih dahulu.

    5.5 Macam-macam Balut BidaiPembalutan

    1. Mitelaa. Bahan mitela terbuat dari kain berbentuk segitiga sama kaki

    dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm.

    b. Pemabalutan ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentukbulat atau untuk menggantung bagian tubuh yang cedera.

    c. Pembalutan ini bisa dipakai pada cedera dikepala, bahu, dada, siku,telapak tangan dan kaki, pinggul serta untuk menggantung lengan.

    2. Dasia. Pembalut ini adalah mitela yang dilipat-lipat dari satu sisi segitiga

    agar menjadi beberapa lapis dan bentuk seperti pita dengan kedua

    ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.

    b. Pembalut ini bisa dipakai pada saat membalut mata, dahi rahang,ketiak, lengan, siku, paha, serta lutut betis, dan kaki yang terkilir.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    30/35

    30

    3. Pita (Gulungan)a. Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, bahan elastic.

    Bahan yang paling sering adalah dari kasa karena mudah menyerap

    air, darah, dan tidak mudah bergeser (kendur).

    b. Macam-macam pembalut yang digunakan adalah sebagai berikut:1. Lebar 2,5 cm : untuk jari-jari.2. Lebar 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan.3. Lebar 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas dan bawah, betis dan

    kaki.

    4. Lebar 10 cm : untuk paha dan sendi panggul.5. Lebar 15 cm : untuk dada, perut, punggung.

    Pembidaian

    1. Bidai Kaku (Rigid Splint) : Dapat dibuat dari bahan apapun (kayu,logam, fiber glass).

    2. Bidai Lunak (Soft Splint) : Air splints (PASG), bantal.3. Bidai Traksi (Traction Splint) : Untuk fraktur ekstremitas bawah.

    5.6 Indikasi1. Fraktur (Patah Tulang)

    a. Fraktur terbuka yaitu tulang yang patah mencuat keluar melaluiluka yang terdapat pada kulit.

    b. Fraktur tertutup yaitu tulang yang patah tidak sampai keluarmelalui luka yang terdapat di kulit.

    Kemungkinan patah tulang harus selalu dipikirkan setiap

    terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada

    keraguan, perlakuan korban sebagai penderita patah tulang. Pada

    fraktur terbuka tindakan pertolongan harus hati-hati, karena selain

    bahaya infeksi gerakan tulang yang patah itu dapat melukai

    pembuluh-pembuluh darah sekitarnya sehingga terjadi perdarahan

    baru.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    31/35

    31

    2. TerkilirTerkilir merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama di lapangan

    olah raga. Terkilir disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap

    sebuah sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan

    pengikat antara tulang (ligamen) robek. Robekan ini diikuti oleh

    perdarahan di bawah kulit. Darah yang berkumpul di bawah kulit

    itulah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.

    Ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada sendi yang

    mengalami terkilir :

    a. Terjadi peregangan dan memar pada otot atau ligamen, jenis inidigolongkan terkilir ringan.

    b. Robekan pada ligamen, ditandai dengan rasa nyeri, bengkakdan memar biasanya lebih berat dari pada jenis tang pertama.

    Jenis ini digolongkan terkilir sedang.

    c. Ligamen sudah putus total sehingga sendi tidak lagi stabil.Biasanya terjadi perdarahan sekitar robekan, yang tampak

    sebagai memaryang hebat.

    3. Luka terbuka.4. Penekanan untuk menghentikan pendarahan.

    5.7 Prinsip pemberian balut bidaiA. Prinsip pembalutan :

    - Rapat dan rapi.- Jangan terlalu longgar.- Ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui funsi sirkulasi.- Bila ada keluhan terlalu erat longgarkan.

    B. Prinsip pembidaiana.Lakukan pembidaian pada tempat dimana anggota badan

    mengalami cedera.

    b.Lakukan pembidaian pada dugaan terjadinya patah tulang.

    c.Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    32/35

    32

    d.Untuk pemasangan spalk pada saat pemasangan infuse pada bayi

    dan anak - anak yang hiperaktivitas.

    5.8 Peralatan1. Pembalut yang sesuai (Mitella/dasi/pita).2. Spalk.3. Plaster.4. Kasa steril.5. Handscoon dalam bak instrumen.6. Betadine dan cairan desinfektan dalam kom.7. Bengkok.8. Korentang.9. Gunting plester.

    5.9 Prosedur Kerjaa. Memberi salam.

    b. Jelaskan prosedur kepada klien dan menanyakan keluhan yangdirasakan.

    c. Mencuci tangan.d. Menjaga privasi klien dengan membuka bagian yang akan dilakukan

    tindakan atau menutup tirai.

    e. Melihat bagian tubuh mana yang akan dibalut.f. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian tubuh yang akan dilakukan

    tindakan.

    g. Lepaskan pakaian yang menutupi tempat untuk mengambil tindakan.h. Memakai sarung tangan steril.i. Pilih jenis balutan yang akan dipergunakan atau dikombinasi.

    j. Sebelum dibalut, jika luka terbuka, perlu diberi desinfektan.k. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal berikut:

    a. Dapat membatasi pergeseran atau gerak tubuh lainnya.b. Sesedikit mungkin membatasi gerak tubuh yang lain.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    33/35

    33

    c. Tidak mengganggu peredaran darah misalnya pada saatmembalut berlapis-lapis.

    l. Cara melakukan pembalutan1. Cara membalut dengan mitela

    a. Salah satu mitela dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.b. Pertahankan sisi yang telah terlipat terletak diluar bagian

    yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung

    sisi diikat.

    c. Salah satu ujung bebas lainnya ditarik dan dapat diikat padalipatan, diikat pada tempat lain, atau dapat dibiarkan bebas.

    Hal ini tergantung pada tempat dan kepentingan.

    2. Cara membalut dengan dasia.Pembalut mitela dilipat dari salah satu sisi sehinggaberbentuk pita dengan masing-masing ujung lancip.

    b.Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua

    ujungnya dapat diikat.

    c.Diusahakan agar balutan tidak mudah kendur dengan carasebelum diikat arahnya saling menarik.

    d.Kedua ujungnya diikatkan secukupnya.

    3. Cara membalut dengan pita.a.Berdasarkan besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka

    dipilih pembalut pita dengan ukuran lebar yang sesuai.

    b.Balutan pita yang biasanya terdiri atas beberapa lapis,

    dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan dari

    proksimal kedistal menutup sepanjang bagian tubuih yang

    akan dibalut, kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan

    dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih

    antara bebatan yangn satu dengan bebatan berikutnya.

    c.Kemudian ujung yang didalam ditarik dan diikat denganujung yang lain.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    34/35

    34

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau

    kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur

    (elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari

    daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab

    terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun

    pelunakan tulang yang abnormal.

    Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari

    kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang

    bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yangseharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat

    mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah karena

    sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi

    rahangnya telah mengalami dislokasi.

    Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi

    sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,

    maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah

    sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya

    menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi.

    Pembidaian adalah pertolongan pertama pada patah tulang.Fraktur

    dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera.

    Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik pernafasan maupun

    jantung dan cedera kritis yang multipel harus ditangani terlebih dahulu.

  • 7/22/2019 Bab 1 2 3 Fraktur Bidai

    35/35

    35

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Purwadianto, Agus. 2000. Kedaruratan medik. Jakarta : Binarupa Aksara.Schaffer, dkk. 2000. Pencegahan Infeksi & Praktek Yang Aman. Jakarta :

    EGC.

    2. M.E Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, 20003. Lynda Jual Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,

    edisi 2 EGC, Jakarta, 2000 ( P.625 )4. Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

    Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta : EGC

    5. Smeltzer Suzanne, C. 1997. Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC