bab ii

Upload: sriputri

Post on 09-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IIPEMBAHASAN1. Anatomi dan Fisiologi Lututa. AnatomiSendi lutut terdiri dari os femur dan os tibia (tibiofemoral joint), os femur dan patella (patella femoralis joint) dan os tibia, os fibula (tibiofibularis proksimalis joint) (De Wolf, 1996).

1) Sendi TibiofemoralisDibentuk oleh condylus femoralis lateralis dan medialis (Convex/cembung dan tibia plateu (concaf/cekung). Permukaan sendi dan condylus medialis lebih lebar, dibandingkan condylus lateralis (LM > LL) kira-kira 1-2 cm sehingga jika terjadi gerakan fleksi dan ekstensi pada permukaan sendi bagian lateral (LL) sudah terbatas dibanding bagian medial (LM). Konsekuensinya penekanan pada bagian medial (LM) relative lebih kecil dibandingkan pada bagian lateral (LL). Bnetuk kedua condylus pada bagian anterior lebih kecil dibandingkan pada bagian posterior. Selain itu juga tibia plateu mempunyai bentuk permukaan yang berbeda, yang mana bagian medial permukaan anterior dan posterior ke arah medio lateral concave. Namun pada bagian lateral permukaan anterior dan posterior sedikit convex dan arah medio lateral relatif datar. Pada konsekuensi dan keadaan tadi maka pada fase-fase terjadi gerak rolling dan sliding yang mengikuti arah dan permukaan sendi.Pada fleksi knee, dan fleksi ke full ekstensi terjadi gerakan sliding pada condylus femur pada bidang sagittal ke arah posterior terhadap tibia plateu, yang mana pada fase akhir dan gerakan tersebut terjadi gerakan rotasi femur terhadap os tibia, diantara os tibia dan femur terdapat sepasang meniscus (meniscus medialis dan meniscus lateralis). Dengan adanya meniscus ini menambah luas permukaan sendi pada tibia plateu, sehingga memungkinkan gerakan sendi lutut lebih bebas.Pada prinsipnya gerak meniscus mengikuti gerak dari condylus femoralis, sehingga waktu fleksi maka bagian posterior dan kedua meniscus terdesak dan tertekan yang memberikan regangan ke arah posterior sepanjang 6 mm untuk meniscus medialis dan sepanjang 12 mm untuk meniscus lateralis. Pada gerakan rotasi juga terjadi hal yang sama, yaitu pada gerak eksorotasi os tibia terhadap os femur maka meniscus medialis terdesak ke arah posterior, sedang meniscus lateralis terdesak kearah anterior dan sebaliknya untuk gerakan internal rotasi os tibia terhadap os femur. Sehingga pada penggunaan tes cedera pada meniscus, maka apabila gerakan eksorotasi timbul nyeri ada kemungkinan indikator cedera untuk meniscus medialis, dan berlaku sebaliknya. Selain itu juga apabila gerak fleksi timbul rasa nyeri ada kemungkinan indikator cedera pada meniscus (medialis dan rateralis) bagian posterior.2) Sendi PatellofemoralisFacet sendi ini terdiri dari tiga permukaan pada bagian lateral pada satu permukaan pada bagian medial. Muscle vastus lateralis menarik patella ke arah proksimal sedangkan muscle vastus medialis menarik patella ke medial, sehingga posisi patella stabil. Pada posisi akhir antara 30-40 dari ekstensi, patella tertarik oleh mekanisme gaya kerja otot ekstensi, sehingga kedudukannya sangat kuat. Pada posisi ini apabila patella kita dorong ke distal kemudian diberikan kontraksi quadriceps femoralis, maka permukaan patella menggores epicondylus femoralis. Jika terjadi pada kondromalacia maka akan terasa nyeri sekali. 3) Sendi TibiofibularisHubungan tulang tibia dan fibula merupakan syndesmosis yang ikut memperkuat beban yang diterima sendi lutut sebesar 1/16 dari berat badan.4) Ligamen pembentuk sendi lututStabilitas sendi lutut yang lain adalah Ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain :(a) Ligamentum crusiatum anterior, yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia kedepan.(b) Ligamentum crusiatum posterior, yang berfungsi menahan bergesernya tibia kearah belakang.(c) Ligamentum collateral lateralle, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar.(d) Ligamentum collateral medial tibia, yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga berfungsi menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut flexi 900.(e) Ligamentum popliteum obligum.(f) Ligamentum transversum genu, semua ligamentum tersebut berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut.b. Biomekanik 1). OsteokinematikaOsteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara 120-130 derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140 derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak sendi antara 010 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 3035 derajat, sedangkan untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision. Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji, 1995). 2). ArtrokinematikaArtrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan slidingnya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling kearah depannya slidingnya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).2. Osteoarthritisa. Definisi OsteoarthritisOsteoarthritis didefinisikan sebagai penyakit non inflamasi, yaitu penyakit degenerasi sendi yang dikarakteristikan pada kelainan kartilago dan hipertropi tulang yang menyebabkan nyeri dan kekakuan (Sandmeier, 2000). Osteoarthritis lutut berhubungan dengan instabilitas sendi lutut, menurunya LGS, disused atropy dari otot quadrices, yang merupakan stabilisator utama sendi lutut dan sekaligus berfungsi untuk melindungi struktur sendi lutut (Parjoto, 2000). Klasifikasi osteoarthritis dibagi menjadi dua, yaitu :1). Osteoarthritis PrimerOsteoarthritis Primer dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, biasa juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari (Jofania, 2010).2). Osteoarthritis SekunderOsteoarthritis sekunder dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik (Jofania, 2010)

b. Tanda dan GejalaSecara klinis, osteoarthritis dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :1). Subklinis : pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lain. Kelainan baru terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi sendi. 2). Manifes : pada tingkatan ini biasanya penderita datang ke dokter karena mulai merasakan keluhan sendi. Kerusakan kartilago artikularis bertambah luas disertai reaksi peradangan.3). Dekompensasi : kartilago artikularis telah rusak dan bahkan ada yang sampai terjadi deformitas dan kontraktur. Pada tingkatan ini biasanya diperlukan tindakan bedah (Azhari, 2008).Tanda dan gejala umum yang sering dialami penderita osteoarthritis antara lain adalah :1). Nyeri sendi, disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena peradangan biasanya bertambah pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi dalam waktu lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih terasa saat melakukan aktivitas lama dan berkurang saat istirahat, kemungkinan hal ini berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah.2). Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi, hal ini hampir dirasakan semua penderita OA, terutama pada pagi hari, namun dapat juga terjadi setelah istirahat agak lama. Kekakuan osteoarthritis biasanya terjadi kurang dari 30 menit.3). Pembengkakan sendi, merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi penggumpalan cairan dalam ruang sendi. Pada inflamasi aktualitas tinggi, pembengkakan dapat disertai nyeri tekan, gangguan gerak, peningkatan temperature local dan warna kemerahan.4). Perubahan pola jalan, hamper semua penderita mengalami perubahan pola jalan dimana fase weigh bearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitik gait).5). Gangguan fungsi, merupakan akumulasi dari problem-problem diatas (Azhari, 2008)c. PatofisiologiOsteoarthritis bisa di anggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang menyatu menjadi suatu predisposisi penyakit yang menyeluruh. Osteoarthritis mengenai kartilago artikuler, tulang subkondriu (lempeng tulang yang menyangga kartilago artikuler) serta sinovium dan menyebabkan keadaan campuran dari proses degenerasi, inflamasi, serta perbaikan. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi lutut yang mengandung bermacammacam enzim akan tertekan ke celah-celah rawan sendi. Ini mempercepat proses pengrusakan rawan sendi, pada tahap lanjut terjadi tekanan tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang tipis. Cairan ini akan di desak ke dalam celah-celah tulang subchondral dan akan menimbulkan kista subchondral (Kenneth, 2003).Proses patologi osteoarthritis di awali oleh aktivitas metabolik yang mengakibatkan kerusakan pada kondrosit dan matriks rawan sendi. Akhirnya osteoarthritis berkembang dimana terjadi ketidakseimbangan antara pembentukan dan pengrusakan pada tulang rawan sendi (kartilago), serta adanya suatu usaha dari sendi untuk memperbaiki kerusakan tidak terjadi. Usaha tersebut antara lain peningkatan kandungan air, penyempitan serabut kolagen, dan akhirnya penurunan secara total proteoglikans. Hal ini menyebabkan terjadinya kekakuan pada tulang rawan sendi (kartilago) sehingga memudahkan terjadinya gangguan mekanik (Kuntono,2011).Bila penyakit berlanjut sendi lebih tidak teratur dengan penyempitan permukaan sendi, adanya osteophyte, instabilitas dan deformitas. Akibat dari perubahan tersebut akan menimbulkan nyeri hebat pada setiap gerakan sehingga menimbulkan kekakuan karena immobilisasi yang lama (Hudayana, 2002).d. Mekanisme Timbulnya Nyeri pada OsteoarthritisOsteoarthritis merupakan suatu patologi yang mengenai tulang rawan dari sendi lutut yakni lapisan bantalan jaringan diantara tulang persendian lutut menjadi menipis dan membentuk retakan-retakan dipermukaan yang di mana chondrium menjadi kasar dan mengelupas. Tanpa tulang rawan yang cukup tulang-tulang saling bergesekan sehingga menyebabkan rasa nyeri dan lama kelamaan permukaan tulang semakin memburuk. Pada keadaan dimana permukaan sendi yang kasar dan pada tulang rawan sendi rentan terhadap beban biasa. Permukaan tulang rawan sendi menjadi tidak homogeny sehingga lama kelamaan permukaan sendi akan menjadi erosi. Saat itu, secara fisiologis tubuh akan melakukan mekanisme perbaikan terhadap tulang rawan yang telah mengalami erosi tersebut dengan aktifnya aktivitas osteoclast dan osteoblast, namun bersamaan dengan proses degenerasi maka akan terjadi penurunan fungsi dari hormon pengatur kestabilan dari kerja osteoclast dan osteoblast tersebut sehingga perbaikan permukaan tulang justru lebih tidak beraturan dan menimbulkan adanya osteofit.Nyeri pada osteoarthritis sendi lutut karena adanya kompresi oleh osteophyte-osteophite yang terbentuk sehingga menyebabkan terjepitnya serabut saraf afferent C dan termasuk juga saraf sensoris pada jaringan didaerah sekitar sendi, kapsul yang membungkus sendi, dan otot-otot yang melekat disekitar sendi sehingga menimbulkan nyeri pada lutut. Dengan terbentuknya osteophyte maka akan mengiritasi membrane synovialis dimana terdapat banyak reseptor-reseptor nyeri dan ini akan menimbulkan hydrops.Karena terpaparnya ujung-ujung saraf polymodal yang terdapat disekitar sendi oleh karena terbentuknya osteophyte serta adanya pembengkakan dan penebalan jaringan lunak disekitar sendi maka akan menimbulkan nyeri tekan dan nyeri gerak (Kuntono, 2011).e. Faktor PenyebabOsteoarthritis lutut penyebab pastinya belum diketahui, berikut ini adalah faktor pencetus atau predisposising dari osteoarthritis adalah :1). UsiaAdalah merupakan faktor terbesar resiko terjadinya osteoarthritis. Osteoarthritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak dan jarang terjadi dibawah 40 tahun dan sering terjadi diatas usia 40 sampai 60 tahun (Soeroso, 2007).

2). Jenis KelaminOsteoarthritis lebih banyak terjadi pada wanita, hal ini menunjukan adanya peran hormonal. Akan tetapi pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena berhubungan dengan menophose. Pada periode ini hormone estrogen sudah tidak aktif lagi, sementara salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah mempertahankan massa tulang. Bentuk tubuh perempuan juga mempengaruhi osteoarthritis lutut, dimana dengan beranjaknya usia lemak tubuh menumpuk dibagian pinggul dan perut, secara anatomis akan memberikan beban yang berlebih di bagian lutut (Slamet, 2002).3). Aktivitas fisik, pekerjaan dan traumaAdanya stress yang berkepanjangan pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang terlalu banyak menumpu pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena osteoarthritis lutut (Isbagyo, 2000).Trauma pada suatu kecelakaan merupakan faktor risiko pada Osteoarthritis. Selain itu dapat diakibatkan juga karena proses wear and tear, yaitu proses penggunaan sendi terus menerus yang akan menyebabkan degenerasi pada sendi (Isbagyo, 2000).f. Gejala KlinisNyeri dirasakan pada lutut, sakit dirasakan saat posisi lutut dalam keadaan semifleksi, naik turun tangga, mengangkat beban, berjalan jarak jauh (Kjaer dkk, 2003)

g. Diagnosis OsteoarthritisDiagnosis oeteoarthritis lutut berdasarkan gambaran klinik dan Radiologis. Secara klinis osteoarthritis dapat ditentukan jika seseorang ditemukan nyeri lutut, diagnosis harus ditambah 3 dari 5 kriteria yaitu: (1) Umur diatas 45 tahun, (2) Kaku sendi pagi hari kurang dari 1 menit, (3) Nyeri tekan pada tulang, (4) Krepitasi, (5) Perabaan sendi tidak panas (Parjoto, 2000).Bila ada gambaran osteofit pada pemeriksaan radiologis dibutuhkan salah satu dan 3 kriteria tambahan: (1) Umur diatas 45 tahun, (2) Kaku sendi kurang dari 30 menit dan (3) Krepitasi.h. Manual Terapi Menurut American Physical Therapy Association mobilisasi sendi adalah teknik manual terapi yang terdiri dari rangkaian kemampuan gerak pasif dari suatu sendi atau jaringan lunak (atau keduanya) yang digunakan dengan kecepatan dan amplitude yang bervariasi (Edmon, 2006). Teknik yang diaplikasikan dapat berupa gerakan oscilasi, stakato atau penguluran secara kontinyu untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi nyeri baik dengan gerakan fisiologis atau gerakan assesori (Kisner,1996). Gerakan fisiologis didasari oleh gerak osteokinamatik seperti fleksi, ekstensi, dan rotasi. Sedangkan gerakan assesori, didasari oleh gerak artrokinematik berupa traksi-distraksi, translasi, Roll slide, dan manipulasi. Indikasi dari mobilisasi sendi adalah peningkatan ekstensibilitas dan Range Of Motion (ROM) sendi, penurunan nyeri serta perbaikan nutrisi persendian (Edmon, 2006). Selain itu mobilisasi sendi juga dapat menghasilkan efek hipoalgesik local dan meluas serta dapat meningkatkan ambang batas nyeri (Moss et al, 2006).Traksi adalah suatu teknik yang digunakan untuk menangani disfungsi sendi seperti kekakuan, hipomobilitas sendi reversible dan nyeri. Traksi merupakan tehnik yang melibatkan tarikan yang berkesinambungan, tarikan intermiten, atau hanya beberapa tarikan yang dilakukan dengan cepat dengan menjauhi permukaan sendi. Adapun efek dari pemberian Traksi :1).Menstimulasi aktivitas biologi dengan pengaliran cairan sinovial yang membawa nutrisi pada bagian avaskuler di kartilago sendi pada permukaan sendi dan fibrokertilago sendi.2). Gerakan sendi dapat mempertahankan ekstensibilitas dan kekuatan tegangan pada jaringan artikuler periartikuler. Pada immobilisasi terjadi poliferasi lemak yang menyebabkan perlekatan intra artikular dan perubahan biokimia pada tendon, ligamen, dan kapsul sendi sehingga menyebabkan kontraktur dan kelemahan ligamen.3). Impuls saraf efferent dari reseptor sendi akan memberikan informasi ke sistem saraf pusat yang memberikan kesadaran posisi dan gerakan.Dalam penanganan nyeri pada OA lutut dengan menggunakan Traksi harus dilakukan secara sebaik mungkin sesuai dengan prinsip aplikasi yang sudah ditentukan agar hasil yang didapatkan dapat tercapai secara maksimal. Prinsip-prinsip aplikasi traksi sendi lutut antara lain :1). Pasien harus rileks agar pemberian traksi pada sendi biar maksimal atau adekuat.2). Pasien harus seimbang baik pada posisi duduk maupun berbaring.3). Terapis harus memegang atau menjaga kontak dengan pasien pada bagian yang akan di treatmen.4). Satu bagian harus dipegang stabil atau difiksasi saat bagian lain di traksi.5). Jangan berikan tekanan pada bagian yang nyeri atau spasme, terlebih lagi pada daerah yang terdapat nyeri regang.6). Bila memungkinkan gunakan force minimum untuk mencapai peningkatan gerak suatu sendi.Cara melakukan Traksi pada sendi lutut1) Posisi awal : Posisi pasien telungkup dengan lutut ditempatkan dengan keadaan posisi rileks / istirahat, terapis berdiri menghadap sisi plantar kaki.2) Fiksasi : Ujung distal femur di fiksasi pada bed dengan menggunakan sabuk.(belt).3) Prosedur : Kedua tangan terapis memegang kaki pasien dibagian proximal dan malleolus dengan arah traksi ke tubuh terapis. Terapis mendorong badannya kebelakang sambil menarik bagian distal kaki pasien sehingga menghasilkan traksi pada sendi lutut.Dosis pemberian traksi pada sendi lutut ini dilakukan 4 kali pengulangan (Repetisi) dengan intensitas grade 1-2 pada awal terapi kemudian dilanjutkan dengan grade 3, yang dilakukan seminggu 3 kali selama 4 minggu.

BAB IIIPENUTUP

a. KesimpulanOsteorthritis merupakan penyakit degenerasi yang mengenai cartilago ( tulang rawan sendi ) dimana hal ini mengganggu aktivitas sehari- hari terutama bila mengenai sendi lutut. Setelah penulis menguraikan bab-bab terdahulu mengenai sendi lutut dan penerapannya dengan manual terapi traksi sebagai modalitas fisioterapi terpilih ternyata osteoarthritis merupakan penyakit yang perlu perhatian khusus dan tidak bisa dianggap ringan, karena bila penyakit initidak didapatkan terapi secara intensif maka akan memperberat keadaan sendi itu sendiri dimana sendi mengalami kemunduran fungsinya sehinggadapat mengakibatkan kecacatan dan menganggu aktivitas pasien.b. Saran Mengingatbahwaosteoartritismerupakanpenyakitdegenarasiyang biasany dijumpaiterutamapadaorang-orangdiatasumur40tahun,maka hendaknya penanganan atau pencegahan harus dilakukan sejak dini. Saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai berikut: 1. Saranbagipasien,agarbisalebihhati-hatidalamberaktifitaskhususnya yangbanyakmenggunakansendilutut,pasiendisuruhmemakaidecker terutama pada saat beraktifitas bila terasa nyeri sebaiknya di kompres dengan air hangatselain menjalaniterapi yangteratur,latihan dirumahjugalebih baikdalammenentukankeberhasilanpasiendankesabarannyajuga diperlukan untuk mendapatkan hasil dari pasien yang diinginkan. 2. Kepadamasyarakat,hendaknyatetapmenjagakesehatandankebugaran melaluiaktifitasyangseimbangdanapabilamerasakannyeriyang berkelanjutanpadasendidengandisertaiatautanpaadanyarasakaku, hendaknya segera diperiksakan ke dokter atau tim medis lain.3. Kepadapemerintah,kamimenghimbauagarpelayananfisioterapipada tingkatpusatpelayananmasyarakatditingkatbawahlebihditingkatkan, sehinggamasyarakatdapatmemperlehpelayananfisioterapidengan peralatan yang memadai. Akhirnya, walaupun penyakit osteoartritis ini bersifat progrsifseiringdenganusiadantidakdapatdihambat,namumdemikianupaya tim medis dalam halini fisioterapis sedapat mungkin pasien mempertahankankualitashiduppasiendengantetapmelakukanaktivitassehari-haritanpa ketergantungan dari orang lain.

DAFTAR PUSTAKAAzhari, Irwan, 2008. Penatalaksanaan Osteoarthritis; Online (http://www.irwanashari.com/2009/03/Penatalaksanaan Ostearthritis.html. Diakses 09 April 2011).

Edmon, Susan L, (2006); Joint Mobilization / Manipulation Extremity and Spinal Technique, Edisi kedua, Mosby, USA.Englund M. Lohmander S. Meniscectomy of the Knee is Associated with Increased Risk of Patellomoral Osteoarthritis. Highlights from the 2004 American College of Rheumatology National Scientific Meetings. San Antonio Texas, 2004.Jofania, Latarghria. 2010. Berbagi Ilmu Osteoarthritis, (http: //id.wordpress.com /tag/osteoarthritis/Diakses 16 April 2010).Isbagio, Harry, 2000; Osteoarthritis dan Osteoporosis Sebagai Masalah Musculoskeletal Utama Warga Usia Lanjut Di Abad 21; Diakses tanggal 02/06/2012; dari http://www.majalah-farmacia.com/ru.Kapandji, I.A.1987. The Physiologi of The Knee Joint Volume Two. Lower Limb Five Edition. Davis Co. Philadelphia.Kenneth, D. Brand; Osteoarthritis. USA: Oxford University Public, 2003.Klippel, JH 2001 Osteoarthritis; Epidemiology and Pathogenesis in Klippel, JH (ed). Primer on the Rheumatic disease, 12 ed Arthritis Foundation. Georgia, PP:573-582Kuntono, Heru P, 2011; Nyeri Secara Umum dan Osteoarthritis Lutut dari Aspek Fisioterapi; Perpustakaan Nasional RI, Surakarta.Parjoto, Slamet.2000; Assesment Fisioterapi pada OA Sendi Lutut; TITAFI XV, Semarang.Soeroso J,2007. Osteoarthritis, Dalam A.W.Sudoyo, B.Setyohadi, I.Alwi, M.Simadibrata, S.Setiati, Editor, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Wold, G.1999. Basic Geriatric Nursing, Mosby, St. Loui.

19