dm css ayu sui cep
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
1/25
Pendahuluan
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit menahun yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak
terkendali, penyakit ini akan menimbulkan berbagai penyulit yang dapat berakibat
fatal seperti penyakit jantung, ginjal, kebutaan, dan nekrosis jaringan sehingga
harus diamputasi.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Department of Medicine and
Therapeutics, The hinese !ni"ersity of #ong $ong, %rince of &ales #ospital,
Shatin, #ong $ong pada tahun ' menyebutkan baha untuk daerah Asia
%asifik terdapat lebih dari * juta orang menderita DM. +ahkan &orld #ealth
rgani-ation () memprediksi baha jumlah penderita DM akan meningkat
secara dramatis pada tahun ''.
Sedangkan untuk /ndonesia, dari berbagai penelitian epidemiologis
menunjukkan baha angka pre"alensi DM mencapai 0,12 dari 3' juta jia
penduduk /ndonesia yang berusia 4 ' tahun pada tahun '. 5umlah penderita
diperkirakan akan terus meningkat mengingat jumlah penduduk /ndonesia yang
terus bertambah, sehingga diperkirakan pada tahun '' nanti jumlah penderita
DM akan mencapai 6,' juta jia.
Mengingat baha DM adalah penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup, maka dalam pengelolaannya dibutuhkan peran serta tidak hanya dari dokter,
peraat, dan ahli gi-i, namun lebih penting lagi partisipasi aktif dari pihak pasien
dan keluarganya. 7dukasi kepada pasien dan keluarganya akan sangat membantu
meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan
DM.
Definisi DM
/stilah Diabetes Melitus menggambarkan suatu kelainan metabolik dengan
pelbagai etiologi yang ditandai dengan hiperglikemia kronis dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh gangguan
sekresi insulin, fungsi insulin, ataupun kedua8duanya. %enyebab diabetes biasanya
primer tetapi bisa juga sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain seperti
gangguan pada pankreas (pankreatektomi total, pankreatitis kronis,
haemokromatosis), gangguan endokrin (akromegali, ushings syndrome) dan juga
3
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
2/25
drug induced (diuretik thia-id dan kortikosteroid). Diabetes melitus mengakibatkan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan pelbagai organ. 9ejala umum
dari Diabetes melitus adalah rasa haus berlebihan, polyuria, penglihatan yang
kabur, dan penurunan berat badan. %ada keadaan yang lebih berat dapat terjadi
ketoasidosis atau non ketotic hyperosmolar state yang menyebabkan stupor, coma,
dan juga kematian jika tidak ditangani dengan benar. +iasanya gejala tidak berat
ataupun tidak terlihat sama sekali sehingga diagnosis diabetes melitus hanya
ditegakkan setelah mengalami periode hiperglikemia yang lama. 7fek jangka
panjang dari diabetes termasuk perkembangan komplikasi yang progresif seperti
retinopati dengan kemugkinan terjadinya kebutaan, nefropati yang bisa
menyebabkan gagal ginjal dan atau neuropati dengan resiko foot ulcer, amputasi,
charcot joints dan disfungsi otonom seperti disfungsi seksual. %enderita diabetes
mellitus mempunyai resiko yang tinggi untuk penyakit8penyakit kardio"askular,
peripheral "ascular dan cerebro"ascular.
$eluhan khas DM
3. %oliuria
'. %olidipsia
*. %olifagia
0. ++ menurun dengan cepat
$eluhan tidak khas DM
3. $esemutan
'. 9atal di daerah genital
*. $eputihan
0. /nfeksi sulit sembuh
. +isul yang hilang timbul
1. %englihatan kabur
:. epat lelah
6. Mudah mengantuk
;aktor resiko DM
3. !sia 4 0tahun
'. $egemukan (++ 4 332 ++ idaman atau /MT 4 '* kg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
3/25
*. #ipertensi (TD 4 30
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
4/25
8 ushing
8 #ipertiroidisme
Akibat obat dan kimia 9lukokortikoid, hormon tiroid
/nfeksi- ytomegalo"irus (MG)
- @ubella
/munologi (jarang)
- Antibodi anti insulin
Sindrom genetik lain yang berhubungan dengan DM, contoh
- Sindroma Don
-$linefelter, Turner
0. DM 9estational
Patofisiologi
Diabetes melitus tipe 1
DM tipe 3 adalah penyakit katabolisme yang ditandai dengan kegagalan sel
beta pankreas dalam merespon stimulus untuk mensekresikan hormon insulin,
sehingga penderita membutuhkan hormon insulin dari luar untuk membantu proses
katabolisme di dalam tubuh. $eadaan ini ditandai dengan kadar hormon insulin
yang sangat rendah atau bahkan tidak ada dalam darah dan kadar hormon glukagon
meningkat.
DM tipe 3 merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan infiltrasi
limfosit pada pankreas dan adanya destruksi sel penghasil insulin pada pulau8pulau
angerhans yang menyebabkan defisiensi insulin. DM tipe 3 disebabkan tiga
faktor yang saling berhubungan, yaitu genetik, lingkungan, dan faktor imunologis.Sebuah teori yang berhubungan dengan etiologi DM tipe 3 menyebutkan baha
DM tipe 3 ditimbulkan dari adanya kerusakan pada sel beta pankreas akibat agen
infeksius dari lingkungan. Agen yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan
merangsang sistem imun yang kemudian secara genetik (bersifat indi"idual) akan
membentuk reaksi autoimun terhadap sel beta pankreas itu sendiri. Agen8agen
lingkungan yang telah dijadikan hipotesa dapat menginduksi DM tipe 3, antara lain
0
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
5/25
"irus (mumps, rubella, coHsackie +0), -at kimia beracun, pemberian susu formula
sejak masih bayi, dan sitotoksin.
%re"alensi kejadian DM tipe 3 meningkat pada orang8orang yang menderita
penyakit autoimun, seperti Graves disease, Hashimoto thyroiditis, dan Addisons
disease. Sekitar ?2 pasien yang menderita DM tipe 3 memiliki #uman
eukocyte Antigen (#A)8D@* atau #A8D@0 yang merupakan marker spesifik
DM tipe 3.
Diabetes Melitus tipe 2
DM tipe ' merupakan penyakit yang ditandai dengan tiga faktor, yaitu
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin di perifer, dan peningkatan produksi
glukosa di hepar. Semua penderita o"ereight memiliki resistensi insulin, namun
hanya pada orang8orang yang tidak mampu meningkatkan produksi insulin yang
kemudian akan berkembang menjadi DM tipe '. Sekitar ?2 pasien DM tipe '
menderita obesitas.
%enurunan kemampuan insulin dalam bekerja efektif di perifer disebabkan
kombinasi faktor genetik dan obesitas. %enurunan sensiti"itas insulin di perifer
akan menyebabkan penurunan penggunaan glukosa plasma *812, sehingga
merangsang terjadinya peningkatan produksi glukosa di hepar.
%ada aalnya, sekresi insulin meningkat sebagai respon terhadap adanya
resistensi insulin untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap glukosa. Famun
lambat laun terjadi penurunan kapasitas sekresi insulin yang penyebabnya masih
belum jelas mulai dari gangguan sekresi yang ringan namun bersifat progresif
hingga akhirnya sekresi insulin pun tidak adekuat.
%ada DM tipe ', resistensi insulin pada organ hepar dapat merangsang
terjadinya glukoneogenesis yang menghasilkan keadaan hiperglikemia serta
menurunkan cadangan glikogen. %eningkatan produksi glukosa hepar terjadi
setelah adanya resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin.
Gestational Diabetes Melitus
9DM merupakan suatu keadaan adanya intoleransi glukosa yang terjadi
selama proses kehamilan. @esistensi insulin terjadi akibat perubahan proses
metabolisme pada akhir masa kehamilan, sehingga meningkatkan kebutuhan
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
6/25
terhadap hormon insulin. %ada kasus 9DM yang tidak ditangani dengan baik dapat
berakibat fetal makrosomia, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hiperbilirubinemia.
1
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
7/25
Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah dan
tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. !ntuk diagnosis
DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara
en-imatik dengan bahan darah plasma "ena.
Pemeriksaan Penyaring
Ada perbedaan antara uji diagnostic DM dengan pemeriksaan penyaring.
!ji diagnostic DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala < tanda DM,
sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang
tidak bergejala, tetapi memiliki risiko DM. Serangkaian uji diagnostic akan
dilakukan kemudian pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif.
%emeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai salah satu risiko
DM. !ntuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif,
dilakukan pemeriksaan ulangan tiap tahun, sedangkan untuk yang berusia 4 0
tahun tanpa faktor risiko, dapat dilakukan tiap * tahun.
%emeriksaan penyaring berguna untuk menyaring pasien DM, T9T, dan
9D%T, sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat bagi mereka. %asien dengan
T9T atau 9D%T merupakan tahapan sementara menuju DM. Setelah > 3 tahun
kemudian 3 3?? C '
Darah
kapiler
B? ? > 3?? C '
$adar glukosa darah
puasa (mg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
8/25
Diagnosa diabetes mellitus ditegakkan berdasarkan
9lukosa puasa lebih dari 3'1 mg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
9/25
$eluhan khas (I)
$eluhan klinis diabetes
$eluhan khas (8)
9D%
9DS
C 3'1 B 3'1
B '
C 3'
C '
33 8 3'
33 8 3??
C 3'1
C '
!lang 9DS atau 9D%
TT9
9D ' jam
C ' 30 8 3?? B 30
D/A+7T7S M7/T!S T9T 9D%T Formal
B 33
Fasihat !mum
%erencanaan Makanan
atihan 5asmani
+erat /daman
+elum %erlu bat %enurun 9lukosa
7"aluasi Status 9i-i
7"aluasi %enyulit DM
7"aluasi dan %erencanaan
Makanan Sesuai
$ebutuhan
9DM = 9lukosa Darah %uasa
9DS = 9lukosa Darah Seaktu
9D%T = 9lukosa Darah %uasa Terganggu
T9T = Toleransi 9lukosa Terganggu
9D%
9DS
B 3'1
B '
B 3'1
B '
Gambar 1# $angkah%langkah Diagnostik DM dan Gangguan oleransi Glukosa
?
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
10/25
KOMPLIKASI AKUT DM
Hipoglikemia
#ipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah dibaah *mg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
11/25
H"pe#osmola# h"pe#gl"cemic nonketotic s"nd#ome HH$KS!
##F$S berbeda dengan D$A pada derajat defisiensi insulin (defisensi
insulin lebih berat pada D$A) dan derajat defisiensi cairan (lebih berat pada
##F$S). $adar asam lemak bebas pada ##F$S lebih rendah daripada D$A,
karena kadar insulin yang dibutuhkan untuk menghambat lipolisis lebih rendah
daripada yang dibutuhkan untuk transport glukosa. $adar glukosa darah lebih
tinggi pada ##F$S (1806 mg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
12/25
+erbagai komplikasi serius dapat terjadi pada DM, antara lain komplikasi
mikro"askular (retinopati dan nefropati), dan makro"askular (penyakit arteri
koroner, stroke dan penyakit "askular perifer), neuropati dan infeksi. $ebanyakan
komplikasi ini berhubungan dengan perubahan metabolik, khususnya
hiperglikemia. $ontrol ketat gula darah dapat mengurangi kejadian komplikasi8
komplikasi ini. Ada * peristia metabolik yang berhubungan dengan hiperglikemia
kronik yang dilibatkan dalam patogenesis terjadinya komplikasi diabetes, yaitu
glikosilasi non en-imatik, penggunaan glukosa pada jalur polyol dan akti"asi
protein 8kinase.
Hipe#glikemia dan glikosilasi non en(imatik
9likosilasi nonen-imatik adalah ikatan re"ersibel glukosa dengan protein,
lipid, dan asam nukleat tanpa penggunaan en-im. Dalam kondisi hiperglikemia
yang persisten, glukosa menjadi terikat secara irre"ersibel dengan kolagen dan
protein lainnya dalam eritrosit, dinding pembuluh darah, dan jaringan interstitial.
%roduk dari ikatan irre"ersibel ini disebut advan&e gly&osylation end%produ&ts
(A97). A97 dapat menimbulkan kerusakan jaringan, yaitu
8 A97 dapat membentuk ikatan dengan protein dan lipid, seperti albumin,
D, /g dan komplemen yang dapat mempertebal membrana basalis atau
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan saraf.
8 A97 dapat berikatan dengan resepor sel, seperti makrofag dan sel
mesangial glomerulus dan dapat menginduksi terbentuknya sitokin dan
faktor8faktor pertumbuhan yang menstimulasi proliferasi selular di
glomerulus, otot polos di pembuluh darah dan sintesis kolagen dengan
fibrosis.
8 A97 dapat menginakti"asi nitric oHide yang menyebabkan hilangnya
kemampuan "asodilatasi dan mengurangi fungsi endotelial.
8 A97 dapat menyebabkan perubahan prokoagulan pada sel endotelial
sehingga merangsang adesi platelet dan mengurangi fibrinolisis
%enggunaan aminoguanidine dapat menghambat pembentukan A97
Hipe#glikemia dan )alu# pol"ol
3'
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
13/25
5aringan yang tidak membutuhkan insulin untuk transport glukosa, seperti
ginjal, eritrosit, pembuluh darah, lensa mata dan saraf pada kondisi hiperglikemik
dapat mengaktifkan jalur metabolik alternatif untuk memetabolisme glukosa yang
disebut dengan jalur polyol. 9lukosa akan digunakan pada jalur ini, dan diubah
manjadi sorbitol (polyol) dengan en-im aldose reduktase. Sorbitol akan diubah
menjadi fruktosa dengan en-im sorbitol dehidrogenase. Akumulasi sorbitol dan
fruktosa ini meningkatkan tekanan osmotik intraselular dan kemudian menarik air,
menyebabkan kerusakan sel. #al ini khususnya terjadi pada lensa mata dan
menyebabkan katarak. Di saraf sorbitol dapat mengganggu pompa ion, merusak sel
Schann dan mengganggu konduksi saraf. 7ritrosit menjadi bengkak dan kaku dan
hal ini dapat mengganggu perfusi jaringan. %enggunaan inhibitor aldose reduktase
dapat memperlambat atau mencegah komplikasi8komplikasi ini.
Akti*asi p#otein kinase + PK+!
%rotein kinase akan diaktifkan pada kondisi hiperglikemik. #al ini dapat
menyebabkan resistensi insulin, produksi matriks ekstraselular dan sitokin,
proliferasi sel "askular dan meningkatkan permeabilitas. 7fek8efek ini
berkontribusi pada kejadian komplikasi DM. %enggunaan %$ inhibitor dapat
mencegah terjadinya komplikasi ini.
,- Komplikasi mik#o*askula#
$omplikasi mikro"askular terutama disebabkan karena pembentukan A97,
sehingga banyak organ dapat mengalami hipoksia dan iskemik.organ yang sering
terkena adalah retina dan ginjal.
a- 'etinopati
@etinopati diabetikum disebabkan oleh iskemi pada retina. #ipertensi yang
tidak terkontrol dapat memperparah retinopati. @etinopati diabetikum berkaitan
erat dengan nefropati diabetikum sehingga sering disebut renal retinal syndrome.
Ada * tahap retinopati, yaitu
8Tahap / (retinopati nonproliferatif) ditandai oleh permeabilitas kapiler yang
meningkat, dilatasi "ena, pembentukan mikroaneurisma, perdarahan superfisial
(flame8shaped) dan perdarahan profunda (blot hemorrhage)
3*
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
14/25
8Tahap // (retinopati prepoliferatif) merupaka kelanjutan dari iskemi retina
dengan area8area yang perfusinya buruk yang dapat menjadi infark.
8Tahap /// (reinopati proliferatif) terbenuknya neo"askularisasi dan jaringan
fibrosa pada reina dan diskus optikus.
Tarikan pembuluh darah yang baru ini dengan cairan "itreus dapat menyebabkan
retinal deta&hmentatau perdarahan pada vitrous humor.
%olineuropati yang terjadi disebabkan kerusakan sel saraf yang diakibatkan
oleh peningkatan A97, sorbitol.
b- $ef#opati diabetikum
%ada DM, dapat terjadi perubahan glomerulus ginjal. %embesaran
glomerulus dan penebalan membrana basalis glomerulus menyebabkan
glomerulosklerosis difus. Mikroalbuminuria merupakan manifestasi utama pada
disfungsi ginjal. $ebocoran albumin dapat dikarenakan pori8pori membran
glomerulus yang melebar. Sebelum terjadi proteinuria, biasanya pasien tidak
mengeluhkan gejala. %roteinuria ini akhirnya dapat menurunkan tekanan osmotik
plasma dan dapat terjadi edema anasarka dan hipertensi. %ada gangguan fungsi
ginjal sering didapatkan kondisi hipoglikemia karena kemampuan ginjal untuk
memetabolisme insulin menurun akibat kerusakan. $ematian akibat gangguan
fungsi ginjal ini biasanya terjadi pada DM tipe 3.
.- Komplikasi mak#o*askula#
$omplikasi makro"askuilar merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada DM tipe //. %ada DM dapat terjadi aterosklerosis karena beberapa
faktor antara lain hiperinsulinemia, hipertrigliseridemia, kadar #D yang rendah,
oksidasi lipoprotein, gangguan "askular akibat A97. %erubahan fungsi endotelial.
%lak fibrosis pada aterosklerosis dapat terbentuk akibat proliferasi otot polos
"askular. #ipertensi dapat meningkatkan tekanan dinding kapiler, meningkatkan
permeabilitas kapiler, mengurangi sintesis nitric oHide dan mengurangi
autoregulasi aliran darah.
a- +o#ona#" a#te#" disease +AD!
30
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
15/25
/nfark miokard (kematian otot jantung akibat oklusi arteri koroner) adalah
penyebab kematian sebanyak '2pada DM. %ada DM juga sering didapatkan
gagal janung kongestif akibat peningkatan jumlah kolagen pada dinding "entrikel
yang mengurangi compliance saat pengisian jantung. %eningkatan adesi platelet
dan fibrinolisis yang menurun menyebabkan pembentukan trombus dan oklusi
"askular. Manifestasi dari makro"askular disease(oronary artery disease, stroke,
peripheral arteri disease) disebabkan oleh proses atherosklerotik. %ada penderita
DM, akan dibarengi keadaan dislipidemi (D,kolesterol, trigliserida meningkat
dan #D menurun) yang akan mempermudah terbentuknya atheroma. ;aktor8
faktor lain yang mempercepat proses atherosklerosis pada pasien DM adalah K
hipertensi, kerusakan endotel, penurunan F, dan penurunan otoregulasi dari
aliran darah (mosby).
b- St#oke
Stroke ' kali lebih banyak terjadi pada penderita diabetes daripada yang
non diabetes. Stroke iskemik lebih banyak terjadi daripada stroke hemoragik.
c- Pe#iphe#al a#te#ial disease PAD!
%AD, gangren dan amputasi sering terjadi pada DM tipe //. %enyebab
utamanya adalah proses aterosklerosis. %erkembangan dari %AD ini dipengaruhi
oleh umur, lama menderita diabetes, genetik dan faktor resiko lainnya.
/- $eu#opati diabetik
Feuropati dibagi menjadi ' tahap yaitu subklinik dan klinik. %ada stadium
subklinik sudah terjadi disfungsi saraf perifer sehingga gerakan mtoriknya
berkurang dan gangguan konduksi saraf namun tanpa gejala. %ada tahap klinik
gejala sudah dapat terdeteksi. Diabetik neuropati merupakan Ldying back
neuropati, dimana bagian yang pertama kali terganggu adalah bagian distal tubuh.
%erubahan morfologi aal adalah degenerasi aHon terutama pada serabut saraf
yang tidak bermielin. Metabolisme pada sel Schann terganggu, menyebabkan
hilangnya membran mielin. $ondisi patologik pada DM biasanya terjadi di area
sumsum tulang, posterior root ganglia dan serabut perifer.
3
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
16/25
0- Infeksi
DM meningkatkan resiko terjadinya infeksi karena
8 gangguan penglihatan akibat retinopati dan gangguan sensasi akibat neuropati
menyebabkan penderita DM sering mendapat luka yang tidak dirasakan
8 komplikasi mikro"askular dan makro"askular menyebabkan suplai oksigen ke
jaringan berkurang. Selain itu, peningkatan glycosylated hemoglobin
menghambat
perfusi osigen ke jaringan.
8 mikroba lebih mudah bermultiplikasi di jaringan penderita DM karena kadar
glukosa
pada cairan tubuh yang tinggi
8 berkurangnya aliran darah menyebabkan leukosit menjadi sukar menuju ke area
yang
terinfeksi
8 fungsi dari leukosit terganggu akibat iskemi dan hiperglikemi. hemotaHis
menjadi
abnormal dan fagositosis menjadi terganggu.
%ada penderita DM, akan mudah terjadi infeksi karena beberapa hal
mikroangopati dan makroangiopati akan memudahkan terjadinya hipoHia jaringan,
glikosilasi dari #b akan menyebabkan pelepasan oksigen ke jaringan menjadi lebih
sulit, glukosa adalah media yang baik untuk pertumbuhan kuman, penurunan aliran
darah akan mengakibatkan suplai sel darah putih terganggu, selain itu hiperglikemi
juga akan mengakibatkan proses kemotaksis dan pagositosis menjadi kurang
(mosby).
1- 2ast#ointestinal3genitou#ina#" d"sfunction
%rolonged hiperglikemia akan menyebabkan gangguan pada 9/ tract yang
mengakibatkan 9astroporesis (pemanjangan aktu pengosongan lambung) dan
diare atau konstipasi. 9astroporesis mengakibatkan gejala anoreHia, mual, muntah,
mudah kenyang. (%asien yang dicurigai menderita DM namun glukosa ' jam pp
masih normal, maka tidak boleh senang dulu, karena pada gastroporesis,
pengosongan lambung yang lambat akan mengakibatkan penyerapan glukosa di
usus).
31
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
17/25
%ada pasien DM, juga akan menurunkan gairah seks yang biasanya membara pada
orang normal, disfungsi ereksi, penurunan lubrikasi "agina,. Selain itu juga akan
mengakibatkan cystopathy yang mengakibatkan penurunan reflek kemih bila
"esica urinaria penuh, dan kegagalan kontraktilitas untuk mengosongkan kandung
kemih, sehingga akan memudahkan terjadinya !T/.
Penatalaksanaan
%enatalaksanaan Diabetes Mellitus mencakup (3) edukasi, (') perencanaan
makanan, (*) pengaturan aktifitas fisik, serta (0) /nter"ensi ;armakologik.
3. 7dukasi
Meliputi pemahaman tentang
%enyakit DM
Makna dan perlunya pengandalian dan pemantauan DM
%enyulit DM
/nter"ensi ;armakologis dan non8farmakologis
#ipoglikemia
Masalah khusus yang dihadapi
ara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkanketerampilan
ara menggunakan fasilitas peraatan kesehatan
'. %erencanaan Makanan
%erencanaan makanan harus disesuaikan dengan kebiasaan masing8masing
indi"idu. Eang berpengaruh terhadap respons glikemik makanan adalah cara
memasak, proses penyiapan makanan, dan bentuk serta komposisi makanan
(karbohidrat, lemak, protein).Standar yang diajukan adalah makanan dengankomposisi $arbohidrat 1 > :2
%rotein 3 > 32
emak ' > '2
5umlah kolesterol yang disarankan B *mg
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
18/25
!ntuk mrnghitung kebutuhan kalori antara lin dengan menggunakan rumus
+roca
+erat +adan /daman dikalikan kebutuhan kalori basal (* $kal *2)
!sia 4 0 tahun 8 2
#amil
- Trimester /, // I * kal
-Trimester ///
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
19/25
%emicu sekresi insulin (insulin se&retagogue) sulfonilurea, glinid
%enambah sensiti"itas terhadap nsulin metformin, tia-olidindion
%enghambat absorpsi glukosa penghambat glukosidase alfa
abel 2! Mekanisme ker,a- e.ek samping- dan pengaruh terhadap
penurunan A1' (Hb%glikosilat)
Fama obat ara kerja utama7fek samping
utama
%enurunan
A3
Sufonilurea Meningkatkan sekresi insulin++ naik,
#ipoglikemia3, > ',2
9linid Meningkatkan sekresi insulin 3, > ',2
MetforminMenekan produksi glukosa
hati
Diare, dispepsia,
Asidosis laktat
3, > ',2
%enghambat
glukosidase alfa
Menghambat absorpsi
glukosa
;latulens
Tinja lembek, > 3,2
Tia-olidindionMenambah sensiti"itas
terhadap insulin7dema 3,*2
/nsulin
Menekan produksi glukosa
hati, stimulasi pemanfaatan
glukosa
#ipoglikemia
++ naik
%otensial
minimal
nsulin
/nsulin dibutuhkan untuk terapi semua pasien /DDM dan banyak pasien
F/DDM. %ada pasien F/DDM, insulin diperlukan dalam keadaan
- %enurunan berat badan yang cepat
- #iperglikemia berat yang disertai ketosis
- $etoasidosis Diabetik
- #iperglikemia #iperosmolar non8$etotik
- #iperglikemia dengan asidosis laktat
-9agal dengan kombinasi # dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, /MA, stroke)
- $ehamilan dengan DM
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
20/25
Diberikan satu atau dua suntukan insulin kerja sedang sehari seperti
-inc insulin (insulin lente) atau isophane insulin (insulin F%#) dengan atau
tanpa penambahan insulin reguler.
b) TeknikMultiple /ub&utaneus n,e&tion (MS/)
Dengan pemberian insulin kerja sedang atau panjang pada malam hari
sebagai dosis tunggal bersama dengan insulin reguler setiap sebelum
makan.
c) 'ontinous /ub&utaneus nsulin n.usion (S//)
Dengan menggunakan pompa kecil yang dijalankan dengan batrai yang
mengeluarkan insulin subkutaneus ke dalam dinding perut, biasanya
melalui jarum kupu8kupu nomor ':.
abel 0! enis dan $ama er,a nsulin
Tipe /nsulin7fek terhadap glukosa darah (dalam jam sesudah pemberian)
Aitan %uncak Akhir
Ke#)a singkat
@egular
Semilente (S)
Segera
3
' > 0
0 > 1
1 > 6
3' > 31Ke#)a Sedang
F%#
ente
' > *
' > *
6 > 3'
6 > 3'
36 > '0
36 > '0
Ke#)a Pan)ang
%N/
!ltralente (!)
1
1
30 > '
31 > 36
'0 > *1
* > *1
erapi ombinasi
%emberian # maupun insulin selalu dimulai dosis rendah, untuk kemudian
dinaikkan bertahap sesuai respon kadar glukosa darah. $alau dengan #
tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, perlu kombinasi dua
kelompok obat hipoglikemik oral yang berbeda mekanisme kerjanya. Apabila
dengan # dosis hampir maksimal, baik sendiri maupun kombinasi gagal,
barulah dapat dipakai kombinasi insulin dengan #.
'
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
21/25
Hipe#glikemia
Merupakan penyulit akut pada penyakit Diabetes Melitus (DM). $eadaan krisis
hiperglikemia dibagi dua tipe yaitu, ketoasidosis diabetikum ($AD) dan
hiperosmolar non8ketotik (#F$).
Ketoasidosis diabetikum KAD!
$riteria diagnosis $AD
$linis
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
22/25
banyak. %indahnya cairan intrasel ke ruang "askuler ekstrasel, dalam batas tertentu
dapat mencegah terjadinya hipo"olemia.
+ila hiperglikemia berlanjut, glukosuria memperberat diuresis osmotik dengan
kehilangan air dan natrium terus8menerus. Akhirnya dapat terjadi dehidrasi intrasel
dan ekstrasel, dengan gambaran koma dan renjatan.
%engobatan dengan insulin akan menyebabkan pindahnya kalium ke dalam sel dan
dapat menurunkan kadar kalium plasma.
%engobatan
airan K dehidrasi dan hiperosmolar (bila ada) perlu diobati secepatnya dengan
Fal ,?2. Tahap aal dibutuhkan 38' liter dalam satu jam pertama. %edoman
untuk menilai hidrasi adalah turgor jaringan, tekanan darah, keluaran urin dan
pemantauan keseimbangan cairan.
/nsulin baru diberikan pada jam kedua. +olus 36 m!
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
23/25
menyebabkan cairan dan elektrolit tubuh berkurang, perfusi ginjal menurun dan
sebagai akibatnya sekresi hormon lebih meningkat lagi dan timbul hiperosmolar
hiperglikemik.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan
%asien dalam keadaan apatis sampai koma
Tanda8tanda dehidrasi seperti tirgor menurun disertai tanda kelainan
neurologis, hipotensi postural, bibir dan lidah kering.
Tidak ada bau aseton yang tercium dari pernafasan
Tidak ada tanda pernafasan $ussmaul
%emeriksaan laboratorium sangat membantu untuk membedakannya dengan $AD.
Dapat digunakan sebagai pegangan bila pasien mempunyai kadar glukosa darah 4
1 mg2, osmolalitas serum * msm
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
24/25
sampai semua obat habis dieksresi, yang kadang memerlukan aktu lama ('08*1
jam, bahkan mungkin lebih pada pasien dengan gagal ginjal kronik)
9ejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat,
gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro8glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran
menurun sampai koma). Semua pasien yang mendapat obat hipoglikemik oral atau
insulin harus mendapat penyuluhan yang memadai mengenai gejala hipoglikemia
dan cara mengatasinya. Demikian pula keluarganya.
5ika dicurigai ada hipoglikemia harus segera dilakukan pengelolaan hipoglikemia
(dari memberikan air manis, minuman yang mengandung gula murni, berkalori,
bukan gula pemanis, sampai suntikan glukosa 02 intra"ena atau glukagon bila
diperlukan). Dalam menghadapi pasien tidak sadar, pemberiaan glukosa 02
merupakan tindakan darurat yang pertama kali diberikan kalau pengelola tidak
yakin baha kasus tersebut bukan kasus hipoglikemia.
%engelolaan hipoglikemia
Stadium permulaan (sadar)
berikan gula murni * gram (' sendok makan) atau sirop
-
7/21/2019 DM CSS AYU SUI CEP
25/25
DA;TA@ %!STA$A
onsensus Pengelolaan Diabetes Melitus ipe 2 di ndonesia!%7@$7F/,
%erhimpunan 7ndokrinologi /ndonesia ''.
/tandards o. Medi&al 'are in Diabetes32445! care.diabetesjournals.org.
diakses pada tanggal ' 5anuari '1.
Anne +K Stephen %. /aunders Po&ket 6ook o. 'lini&al Medi&ine- 0rd
*dition- /eries editors. %ar"een $umar and Michael lark, 7lsie"er Science,
%hiladelphia, Saunders '*.
http