lumbar spinal stenosis jurnal

Upload: eva-indreswari-tandisalla

Post on 10-Feb-2018

243 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 LUMBAR SPINAL STENOSIS JURNAL

    1/4

    LUMBAR SPINAL STENOSIS

    Kasus

    Seorang wanita berumur 72 tahun dengan hipertensi dengan keluhan lower back

    discomfort selama 4 bulan dengan nyeri yang menjalar ke kedua bokong dan paha lateral.

    Dahulu pasien dapat berjalan sejauh 3,2 km, namun sekarang hanya dapat berjalan 2 blok

    saja.

    Masalah Klinis

    Sindroma klinis dari klaudikasio neurogenik karena lumbar spinal stenosis merupakan

    sumber nyeri utama pada pinggang dan ekstremitas, gangguan berjalan dan lain-lain.

    Penemuan pencitraan dan anatomis dari LSS yaitu terdapat penyempitan di kanalis spinalis.

    Penyempitan mungkin terjadi di kanal sentral dibawah facet joints atau dapat juga di bagian

    lateral (neural foramina). Kompresi pada serabut saraf menyebabkan gejala klinis yang

    berarti. Stenosis kongenital ditandai oleh penyempitan kanal yang disebabkan oleh

    pemendekan pedicle secara kongenital.

    Stenosis degeneratif yang didapat adalah spinal stenosis (yang paling sering

    diobservasi). Biasanya muncul akibat umur dan proses degenerasi di lumbal diskus dan facetjoint. Proses degenerasi ini menyebabkan hilangnya tinggi diskus dan menonjolnya diskus

    dan melipatnya ligamentum flavum. Arthritis dari facet joint dan hipertrofi (akibat degenerasi

    diskus) sering membuat formasi osteofit dan penebalan dari joint capsule. OA lanjut dari

    facet joint, kista akan menonjol ke dalam kanalis spinalis.

    Stenosis juga dapat terjadi dari degeneratif spondilolistesis atau spondilolistesis yang

    terjadi dari spondilosis. Pada kasus ini nyeri pinggang sering muncul dominan dengan

    neurogenik claudikasio sebagai gejala kedua. Penyebab spinal stenosis yang lain adalah

    kortikosteroid yang berlebihan (misal cushing sindrom), paget disease, dan lain-lain.

    Mekanisme dari kompresi serabut spinal yang menyebabkan gejala klinis sampai saat

    ini belum diketahui secara pasti. Dari penelitian diajukan hipotesis bahwa penekanan pada

    serabut spinal lebih jauh juga menekan venule yang ada disekitar serabut spinal sehingga

    terjadi iskemia.

    1

  • 7/22/2019 LUMBAR SPINAL STENOSIS JURNAL

    2/4

    Diagnosis

    Gejala tersering yang berhubungan dengan spinal stenosis yaitu klaudikasio

    neurogenik sehingga membuat bagian belakang bokong dan paha menjadi nyeri dan tidak

    nyaman. Gejala dapat muncul pada ekstensi lumbal dan bertambah sakit pada fleksi lumbal.

    Pada penelitian dari 93 orang dewasa dengan back pain, ditemukan nyeri yang

    menjalar ke bokong dan paha sensitivitas diagnosis LSS 88% tetapi spesifisitasnya hanya

    34%. Biasanya pasien dengan gejala simptomatis seperti itu lebih nyaman duduk daripada

    berjalan lama.

    Pemeriksaan fisik

    Dengan melakukan tes romberg dapat diketahui keterlibatan serat proprioseptif pada

    kolumna posterior. Pada sebuah studi disebutkan bahwa penemuan dari kelainan berjalan

    pada pasien dengan nyeri pinggang, 90% dapat didiagnosis LSS. Defisit sensorik pada

    setengah pasien dengan lumbar stenosis spesifisitasnya 80%. Defisit dapat terjadi bilateral

    dan poliradikuler.

    Diagnosis banding

    Hanya dengan dilakukannya pemeriksaan fisik biasa sering dapat dibedakan antara

    LSS dan penyulit lain yang gejalanya serupa, seperti pada OA hip, bursitis trochanter, dll.

    Pada OA hip biasanya nyeri pada bagian paha dalam dan muncul jika dilakukan rotasi interna

    dari paha. Untuk menentukan derajat nyeri yang menyebabkan disabilitas dari bursitis

    trochanter dapat dilakukan injeksi kortikosteroid.

    Pemeriksaan Pencitraan

    Foto rontgen biasabisa berguna namun tidak rutin dipakai. Biasanya didapatkan

    gambaran spondilolistesis (penyebab tersering LSS), dan dapat mengetahui penyempitan

    diskus, sklerosis end plate, atau hipertrofi facet joint. Pada penggunaan MRI dan CT-scan

    dapat mendeteksi tanda kardinal spinal stenosis : penurunan area kanalis sentralis, protusi

    diskus, hipertrofi ligamentum flavum, hipertrofi facet joint. Walaupun CT-scan dan MRI

    dapat mendeteksi LSS sampai 70%, lebih dari 20% pasien dengan umur diatas 60 tahun yang

    tidak ada gejala dan gangguan fungsi dapat dicurigai menderita LSS. Karena spesifisitasnya

    sulit untuk dinilai, maka tes diagnostik untuk LSS agak sulit, sehingga hasilnya perludicermati lebih lanjut. Buat penderita yang memiliki kontraindikasi MRI dapat memakai CT-

    2

  • 7/22/2019 LUMBAR SPINAL STENOSIS JURNAL

    3/4

    Scan myelografi, namun bersifat invasif. Ini lebih baik dalam visualisasi tulang dan kompresi

    serabut saraf.

    Terapi

    Non-operatif

    Sampai saat ini tidak ada pendekatan non-operatif yang sesuai. Berdasarkan

    pengalaman klinis, pada olahraga yang membuat fleksi lumbal seperti bersepeda lebih

    bermanfaat dari jalan kaki dan olahraga ini juga menguatkan otot perut yang bisa membantu

    pasien menghindari ekstensi lumbal berlebihan.

    Walaupun tidak ada data tentang pengguanaan korset lumbal, ternyata korset dapat

    membantu pasien ntuk mendapatkan postur badan yang pas (fleksi lumbal). Namun agar

    tidak terjadi atrofi paraspinal otot karena terlalu lama memakai korset, maka hanya dibatasi

    pemakaiannya beberapa jam saja sehari.

    Biasanya nyeri pada LSS diberikan acetaminophen. Jika tidak berhasil dapat

    diberikan NSAID. Jika masih tidak ada perbaikan dapat diberikan mild narcotic analgesic.

    Injeksi dari kortikosteroid pada lumbal epidural diberikan untuk inflamasi pada antar

    permukaan dari akar saraf dan kompresi jaringan. Observasi yang terbatas menyarankan jikainjeksi tersebut hanya bisa menghilangkan nyeri beberapa bulan saja tapi tidak dapat

    menghilangkan penyebab.

    Tatalaksana Operatif

    Untuk pasien yang nyerinya tidak hilang dapat dilakukan tindakan operasi. Prinsip

    dan tujuan utama dari operasi yaitu melakukan dekompresi kanalis sentralis spinal dan

    menghilangkan tekanan pada akar serabut saraf. Dapat dilakukan operasi laminektomi dan

    facektomi parsial.

    Ada kontroversi yang menyebutkan bahwa dekompresi harus dilakukan beserta

    dengan suplementasi arthrodesis (fusion procedure). Data observasi menyebutkan jika

    dilakukan kombinasi tersebut akan lebih efektif dari segi menghilangkan nyeri dan

    meningkatkan status fungsional pasien dengan stenosis et causa spondilolistesis.

    Sekarang masih belum dapat dipastikan jika penggunaan instrumentasi seperti pedilce

    screws, plates, metal, dll atau agen biologik harus dilakukan untuk memaksimalkan fusi.

    3

  • 7/22/2019 LUMBAR SPINAL STENOSIS JURNAL

    4/4

    Dalam sebuah percobaan dengan 94 pasien, pasien yang dilakukan operasi memiliki

    perbaikan yang tinggi dibanding yang tidak dioperasi dalam hal status fungsional dan

    penurunan intensitas nyeri.

    Kohort studi menunjukkan lebih dari 80% pasien yang gejala simptomatisnya

    berkurang setelah operasi spinal stenosis, setidaknya sepertiga pasien mengalami nyeri

    kembali.

    Ada cara yang tidak terlalu invasif untuk laminektomi dekompresi. Pada pendekatan

    ini instrumen digunakan untuk memisahkan processus spinosus sehingga terjadi lumbal

    fleksi. Dalam beberapa tahun terakhir mungkin dapat dikenalkan teknik bedah yang minimal

    invasif dengan insisi yang lebih kecil dan hasilnya cukup menjanjikan.

    Kesimpulan dan rekomendasi

    Pasien wanita umur 72 tahun dengan karakteristik simptomp dari LSS, perlu dicari

    detail dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk membedakan dari kondisi lain seperti OA

    hip atau trokhanter bursitis. Pasien mungkin akan membaik apabila dikonsul ke fisioterapi

    yang dapat menyarankan untuk mengubah aktifitas pasien dalam menguatkan otot abdonimal

    dan menghindari ekstensi lumbal. Jika tidak ada respon, maka dapat diberikan medikasi

    seperti acetaminophen, NSAID, atau kortikosteroid injeksi epidural. Jika butuh pembedahan,

    dapat didiskusikan dengan pasien. Pemeriksaan MRI dapat dipakai untuk mengetahui

    anatomi secara pasti sebelum pembedahan.

    4