proposal

Upload: sallykartika

Post on 13-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

.

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangLanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia sering menimbulkan permasalahan yang membutuhkan penanganan serius. Permasalahan yang terjadi tidak hanya ditimbulkan oleh faktor kependudukan, tetapi juga oleh faktor biologis, psikologis, sosial budaya dan ekonomi karena secara alamiah lansia mengalami kemunduran fisik maupun mental yang tidak terlepas dari masalah sosial, budaya, dan ekonomi.1Menurut sumber Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2004 sebesar 16.522.311 jiwa, tahun 2006 sebesar 17.478.282 jiwa, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 jiwa yaitu sekitar 8,55% dari total penduduk Indonesia 228.018.900, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia sekitar 28 juta jiwa. Susenas BPS 2008 mencatat adanya kecenderungan timbulnya masalah pada lansia yang dapat dilihat dari angka ketergantung lansia yang cukup besar, yaitu sebesar 13,72%.2Perkiraan jumlah lansia yang sangat besar harus diikuti dengan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.2 Salah satu pemasalahan lansia yang perlu mendapatkan perhatian adalah kesehatan. Penyakit mental yang paling sering terjadi pada lansia di Indonesia adalah depresi.3 Prevalensi depresi pada lansia di Indonesia yang menurut penelitian yang telah dilakukan dengan pengukuran menggunakan Geriatric Depression Scale short form (GDS-SF) sebanyak 33.8%. Angka ini lebih tinggi daripada angka depresi lansia di Vietnam dan Jepang yang diukur pada penelitian yang sama.4 Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.5Pada praktik sehari-hari depresi pada lansia sering tidak terdiagnosis atau tidak tertatalaksana di Layanan Kesehatan Primer.6 Depresi lansia yang tidak ditatalaksana dalam beberapa tahun akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik, perburukan kualitas hidup, meningkatkan angka bunuh diri, kesulitan dalam sosial, ketidakpatuhan dalam pengobatan dan memperburuk masalah penyakit kronis yang diderita sehingga meningkatkan angka kematian.7,8Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor resiko depresi pada lansia di luar maupun di dalam Indonesia. Pada penelitian terdahulu, didapatkan bukti bahwa pasien lansia memiliki resiko kekambuhan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pasien setengah baya.9,10 Deteksi dini depresi pada lansia dapat dilakukan bila diketahui faktor resiko penyebab depresi sehingga dapat dilakukan tatalaksana untuk mengindari prognosis yang tidak dikehendaki.11-13 Pada penelitian sebelumnya diketahui beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, tidak mempunyai pekerjaan, kehilangan pasangan hidup, ketergantungan, rendahnya tingkat pendidikan dan penyakit kronis yang diderita berperan terhadap kejadian depresi pada lansia.4-6Penelitian yang berkaitan dengan faktor depresi pada lansia sebelumnya telah dilakukan di komunitas dan panti werdha. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor resiko depresi yang terjadi pada lansia serta tingkat depresi yang terjadi di Jakarta di Unit Layanan Kesehatan Primer yaitu puskesmas pada pasien geriatrik yang melakukan rawat jalan.

1.2 Perumusan masalah1.2.1 Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas rumusan masalah yang terdapat yaitu:1. Depresi merupakan penyakit psikiatri terbanyak pada lansia dan sering tidak terdiagnosis dan ditatalaksana di Pelayanan Kesehatan Primer.2. Perlu diketahuinya faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya depresi pada lansia dan tingkat depresi di Puskesmas kecamatan agar dapat didiagnosis dan ditatalaksana lebih dini.

1.2.2 Pertanyaan penelitian1. Berapakah prevalensi depresi di Puskesmas?2. Apakah umur berhubungan dengan depresi pada lansia?3. Apakah jenis kelamin berhubungan dengan depresi pada lansia?4. Apakah tingkat pendidikan berhubungan dengan depresi pada lansia?5. Apakah status pernikahan berhubungan dengan depresi pada lansia?6. Apakah status pekerjaan berhubungan dengan depresi pada lansia?7. Apakah jumlah penyakit yang diderita berhubungan dengan depresi pada lansia?8. Apakah nilai dari tingkat Activity of Daily Living (ADL) berhubungan dengan depresi pada lansia?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umumMengetahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan depresi lansia di Puskemas.1.3.2 Tujuan khusus1. Mengetahui prevalensi depresi yang terjadi di Puskesmas.2. Mengetahui hubungan antara umur terhadap depresi pada lansia.3. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin terhadap depresi pada lansia.4. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan terhadap depresi pada lansia.5. Mengetahui hubungan antara status pernikahan terhadap depresi pada lansia.6. Mengetahui hubungan antara status pekerjaan terhadap depresi pada lansia.7. Mengetahui hubungan antara jumlah penyakit yang diderita terhadap depresi pada lansia.8. Mengetahui hubungan antara nilai ADL terhadap depresi pada lansia.

1.4 HipotesisTerdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, jumlah penyakit dan nilai ADL terhadap kejadian depresi pada lansia.

1.5 Manfaat penelitian1.5.1 Bagi ilmu pengetahuanHasil penelitian ini sebagai referensi tambahan ilmu pengetahuan di bidang geriatri dan psikiatri dan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya.

1.5.2 Bagi profesiHasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pelayanan kesehatan primer untuk lebih memperhatikan kejadian depresi pada lansia dalam pemeriksaan pasien geriatrik agar tidak mengalami keterlambatan dalam diagnosis.

1.5.3 Bagi masyarakatHasil dari penelitian ini diharapkan dapat merubah pandangan masyarakat agar tidak menganggap depresi pada usia lanjut sebagai proses yang normal dalam kehidupan yang menyebabkan keadaan semakin buruk dalam waktu lama. Bagi pasien geriatri agar lebih memperhatikan faktor resiko serta tanda-tanda yang mengarah ke depresi dan kesadaran pentingnya penatalaksanaan yang lebih baik.

1.5.4 Bagi penulisSebagai pengalaman dalam menulis, melaksanakan dan menganalisis hasil penelitian di bidang kedokteran serta untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Kedokteran.BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Lansia2.1.1 DefinisiLansia adalah usia 60 tahun ke atas sesuai dengan definisi World Health Organization (WHO) yang terdiri dari usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun.14 Mengaju kepada UU no 13 Tahun 1998 definisi lanjut usia menitik beratkan kepada usia seseorang yang lebih dari 60 tahun.

2.1.2 EpidemiologiMenurut sumber BPS di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 yaitu sekitar 8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Perkiraan jumlah lansia yang sangat besar harus diikuti dengan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Susenas BPS 2008 mencatat adanya kecenderungan timbulnya masalah pada lansia yang dapat dilihat dari angka ketergantung lansia yang cukup besar, yaitu sebesar 13,72%.2

2.1.3 Proses penuaan3,5Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak mampu bertahan terhadap trauma (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya.Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Terdapat beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:

1. Teori genetic clockTeori ini menyimpulkan bahwa proses penuaan terprogram secara genetik di dalam inti sel. Konsep ini didukung pada kenyataan bahwa terdapat perbedaan usia harapan hidup yang nyata pada beberapa spesies makhluk hidup.2. Teori error catastropheTeori ini menyimpulkan faktor penyebab terjadinya proses penuaan akibat mutasi somatik yang disebabkan oleh lingkungan. Konsep ini didukung bukti bahwa radiasi serta bahan kimia dapat menyebabkan karsinogenik yang memperpendek umur.3. Rusaknya sistem imun tubuhTeori ini menyimpulkan mutasi berulang dapat menurunkan fungsi sistem imun untuk mengenali dirinya sendiri yang menyebabkan terjadinya peristiwa autoimun. Konsep ini didukung dengan meningkatnya prevalensi autoimun pada lansia.4. Teori menua akibat metabolismeTeori ini mengatakan terdapat hubungan metabolisme dengan tingkat umur. Kesimpulan dari teori ini memodifikasi cara hidup dengan banyak bergerak kemungkinan dapat meningkatkan umur.5. Kerusakan akibat radikal bebasRadikal bebas terdapat di alam bebas, dan di dalam tubuh jika magrofag pecah, dan sebagai produk sampingan didalam rantai pernapasan di mitokondria. Tubuh mempunyai sistem penyangkal berupa superoxide dismutase dan enzim katalase. Namun sebagian radikal bebas lolos semakin banyak apabila terjadi peningkatan usia sehingga proses perusakan terus terjadi sehingga banyak sel yang mati.

2.2 Depresi2.2.1 DefinisiDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.5Depresi merupakan salah satu dari gangguan mood. Gangguan mood adalah keadaan emosi yang menetap selama lebih dari seminggu, yang menunjukkan penyimpangan nyata fungsi habitual seseorang. Kunci dari gejala depresi adalah mood yang depresif serta hilangnya minat atau kesenangan.5Berdasarkan onsetnya depresi pada lansia dibagi menjadi dua yaitu early onset depression dan late onset depression. Early onset depression adalah depresi yang onset pertamanya terjadi sebelum memasuki usia lanjut sedangkan late onset depression adalah depresi yang terjadi onset pertamanya setelah memasuki usia lanjut pada pasien geriatri yang berkembang dengan peningkatan usia.15

2.2.2 EpidemiologiPenyakit mental yang paling sering terjadi pada lansia di Indonesia adalah depresi.3 Prevalensi depresi pada lansia di Indonesia yang menurut penelitian yang telah dilakukan dengan pengukuran menggunakan Geriatric Depression Scale short form (GDS-SF) sebanyak 33.8%. Penelitian ini dilakukan di dua lokasi pedesaan yang terletak tidak jauh dari Jakarta dan lokasi kedua terletak dekat Bandung.4 Pada penelitian lain tampak tingkat depresi yang ditemukan di Panti Werdha memiliki nilai yang lebih tinggi daripada di komunitas.16 Belum ditemukan penelitian tingkat depresi pada pasien geriatrik rawat jalan di Puskesmas sebelumnya.

2.2.3 Gejala dan diagnosisPada penegakan diagnosis depresi dapat digunakan kriteria menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) IV.Kriteria episode depresi menurut PPDGJ III yang merujuk kepada International Classification Diagnostic (ICD) 103, yaitu:Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, berat):1. Afek depresif2. Kehilangan minat dan kegembiraan3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.Gejala lainnya:a) Konsentrasi dan perhatian kurangb) Harga diri dan kepercayaan berkurangc) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad) Pandangan masa depan yang suram dan pesimise) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif) Tidur terganggug) Nafsu makan berkurangPenggolongan depresi berdasarkan perhitungan jumlah gejala diatas:Tabel 1. Penggolongan depresi berdasarkan PPDGJ III3Tingkat depresiGejala utamaGejala lainFungsiKeterangan

Ringan22Baik

Sedang23-4TergangguNampak distress

Berat34/lebihSangat tergangguSangat distress

Kriteria episode depresif berat menurut DSM IV, yaitu:5A. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ditemukan selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan fungsi sebelumnya; sekurangnya satu gejala dari gejala adalah salah satu dari (1) mood terdepresi atau (2) hilangnya minat atau kesenangan.Dilarang memasukkan gejala yang jelas karena suatu kondisi medis umum, atau waham atau halusinasi yang tidak sesuai dengan mood.1. Mood terdepresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, seperti yang ditunjukkan dalam laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau kosong) atau pengamatan yang dilakukan orang lain (misalnya, tampak sedih).2. Hilangnya minat atau kesenangan secara jelas dalam semua, hampir semua, aktivitas sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti ditunjukkan oleh keterangan subjektif atau pengamatan yang dilakukan orang lain).3. Penurunan berat badan yang bermakna jika tidak melakukan diet atau penambahan berat badan (misalnya, perubahan berat badan lebih dari 5% dalam satu bulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat dilihat oleh orang lain, tidak semata-mata perasaan subjektif adanya kegelisahan atau menjadi lamban).6. Kelelahan atau hilangnya energi hampir setiap hari.7. Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah yang berlebihan atau tidak tepat (mungkin bersifat waham) hampir setiap hari (tidak semata-mata mencela diri-sendiri atau menyalahkan karena sakit).8. Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memusatkan perhatian, atau tidak dapat mengambil keputusan, hampir setiap hari (baik oleh keterangan subjektif atau seperti yang dilihat orang lain)9. Pikiran akan kematian yang rekuren (bukan hanya takut mati), ide bunuh diri yang rekuren tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana khusus untuk melakukan bunuh diri.B. Gejala tidak memenuhi kriteria episode campuranC. Gejala menyebabkan penderitaan bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.D. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum (misalnya, hipotiroidisme).E. Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita, yaitu, setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari 2 bulan atau ditandai gangguan fungsional yang jelas, preokupasi morbid dengan rasa tidak berharga, ide bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.Gejala depresi pada lansia sering kurang atau tidak terdiagnosis di Unit Pelayanan Kesehatan Primer disebabkan oleh hal berikut:31. Penyakit fisik yang menyertai mengacaukan gambaran depresi, seperti menjadi lebih cepat lelah dan menurunnya berat badan.2. Golongan lanjut usia seringkali menutupi kesedihannya dengan menunjukkan dia lebih aktif.3. Kecemasan, obsesionalitas, histeria dan hipokondria yang sering merupakan gejala depresi justru sering menutupi depresi.4. Masalah sosial pada lansia membuat gambaran depresi lebih rumit.Untuk mempermudah penegakan diagnosis depresi pada lansia dalam praktik sehari-hari menggunakan pengukuran berdasarkan Geriatric Depression Scale (GDS).3,17

2.2.4 EtiologiFaktor penyebab dapat lebih mudah dikenali dengan pembagian secara buatan menjadi faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial. Dalam hal ini pembagian faktor penyebab disebut buatan karena setiap faktor tidak bisa berdiri sendiri tetapi dengan adanya salah satu faktor yang terjadi menyebabkan terpengaruhnya faktor lain.51. Faktor biologisa. Hipotesis defisiensi amin biogenikAmin biogenik antara lain terdiri dari norepinefrin dan serotonin yang merupakan dua neurotransmitter berada dalam otak dan selalu dikeluarkan ke bagian otak lain untuk memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku. Oleh karena itu, keduanya memegang peranan penting dalam patofisiologi gangguan mood.5,18Pada penelitian dengan menggunakan positron-emission tomographic tampak peningkatan dari enzim monoamine oksidase di ligand otak pada pasien yang depresi sebanyak 30%.19 Hal tersebut menandakan peningkatan katabolisme dari amin biogenik di otak. Pada penelitian lain ditemukan enzim triptofan hidroksilase yang spesifik untuk otak yaitu HPH-2, hal ini dapat menjelaskan penyebab penelitian sebelumnya yang menunjukan kadar triptofan hidroksilase pada pasien depresi dan kontrol tidak ditemukan perbedaan.20Mekanisme ini belum dapat dijelaskan sepenuhnya tetapi dapat dibuktikan dengan keefektifan dalam pengobatan menggunakan antidepresan yang bekerja menghalangi reuptake dari serotonin dan norepinefrin sehingga meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin di sinaps. Peningkatan ini menstimulasi neuron postsinaps yang pada akhirnya memodulasi area perasaan, pikiran dan perilaku.18

Gambar 1. Jalur neurotransmitter amin biogenik18b. Stress dan hipotalamus-pituitari-adrenal axisRespon terhadap stress yang diterima, korteks cerebri akan mentransmisi ke hipotalamus. Hipotalamus adalah pusat regulasi sumbu neurohormonal yang banyak menerima masukan melalui neurotransmitter amin biogenik. Transmisi ini memicu pengeluaran Corticotropin Releasing Hormone (CRH) ke reseptor pituitari. Pituitari mensekresi kortikotropin masuk ke dalam plasma menstimulasi reseptor kortikotropin di korteks adrenal, maka terjadi pengeluaran kortisol ke dalam darah. Sebagai respon hemeostasis terdapat reseptor kortisol di hipotalamus merespon penurunan produksi CRH apabila kadar kortisol berlebihan yang merupakan umpan balik cepat. Terdapat juga umpan balik lambat, yang sensitif terhadap konsentrasi kortisol mantap, yang bekerja pada reseptor hipofisis dan adrenal.5,18

Gambar 2. Jalur neurohormonal18Terdapat juga beberapa temuan yang mendukung hipotesis hipotalamus-hipofisis-kortisol bahwa pada pasien yang depresi terjadi disregulasi neuroendokrin. Hal tersebut ditandai dengan temuan kadar kortisol meningkat di plasma pada depresi berat,21 ukuran hipofisis anterior dan korteks adrenal meningkat, dan tingkat CRH dalam cairan serebrospinal dan ekspresi CRH di daerah otak limbik juga meningkat.22 Ukuran hippocampus dan jumlah neuron dan glia mengalami penurunan, mungkin mencerminkan pengurangan neurogenesis karena tingkat kortisol tinggi atau karena berkurangnya faktor neurotropik yang diturunkan dari otak.18

c. Inflamasi23-25Pada proses inflamasi terjadi pengeluaran dari sitokin ke perifer. Oleh karena jumlah yang sangat besar dari sitokin maka terjadi kesulitan dalam melewati blood brain barrier (BBB). Sitokin memasuki otak melalui tiga cara yaitu masuk melalui celah di BBB seperti organ sirkumventricular, mengikat pada molekul transport spesifik sitokin di epitelium otak, dan aktivasi jalur afferen dari vagal dimana terjadi transmisi signal sitokin ke bagian spesifik nukleus otak, seperti inti dari traktus soliter, dimana berfungsi sebagai relay station ke bagian nucleus otak lain, seperti nucleus paraventrikular di hipotalamus.

Gambar 3. Interaksi antara depresi, imun dan stres23Di dalam otak terdapat Central Nerve System (CNS) cytokine network yang tedapat pada sel, tidak hanya untuk memproduksi sitokin tetapi juga mengespresikan reseptor sitokin dan juga memperkuat sinyal sitokin, dimana dapat berefek kepada neurotransmitter dan fungsi CRH. Dengan ini dalam proses depresi, sitokin mempengaruhi perilaku melalui perubahan pada metabolisme serotonin, norepinefrin dan dopamine di bagian otak yang meregulasi emosi, termasuk sistem limbik (amygdala, hippocampus dan nucleus accubens) yang meregulasi fungsi psikomotor dan tindakan balasan, dan juga ganglia basal.Berdasarkan keseluruhan patofisiologi di atas dapat ditarik kesimpulan dari keefektifan dalam pemberian farmakologi berupa antidepresan seperti Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), antidepresan trisiklik dan monoamin oksidase inhibitor.272. Faktor genetikaPada depresi yang early onset, berat dan rekuren diduga lebih disebabkan oleh genetik daripada bentuk depresi yang lain.18 Penelitian yang dilakukan terhadap anak kembar yang memiliki gangguan bipolar I menunjukan faktor genetika monozigotik dapat mempengaruhi sebesar 33 sampai 90 persen, untuk gangguan depresif berat angka kesesuaiannya pada monozigotik sebesar 50 persen. Sebaliknya pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5 sampai 25 persen untuk gangguan bipolar I dan 10 sampai 25 persen untuk gangguan depresif berat.53. Faktor psikososiala. Stress kehidupanStress kehidupan pada usia lanjut misalnya kesulitan finansial, kehilangan pasangan hidup, penyakit baru, disabilitas diri atau anggota keluarga yang lain, perubahan situasi kehidupan dan konflik interpersonal. Pensiun tidak selalu bersamaan dengan depresi pada kebanyakan lansia, tetapi hal tersebut meningkatkan resiko pada pria yang pensiun lebih cepat, untuk alasan yang tidak dieksplorasi.15Disabilitas dapat dinilai menggunakan penilaian Activity of Daily Living (ADL) menggunakan indeks Barthel. Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya penilaian ADL dilakukan menggunakan Tokyo Metropolitan Institute of Gerontology index of competence (TMIG-IC). Kekurangan yang terjadi adanya pertanyaan mengenai pengurusan keuangan di bank, dimana letak pada penelitian itu di daerah pedesaan di mana kebanyakan lansia tidak menggunakan fasilitas tersebut.4

b. Masalah dukungan sosialHubungan sosial yang buruk dapat menyebabkan terjadinya depresi seperti konflik dalam rumah tangga, adanya kritik dalam keluarga dan depresi pada pasangan. Peningkatan gejala depresi berhubungan dengan dukungan sosial yang buruk disertai dengan keterbatasan kemampuan fisik pada lansia yang menginginkan kemandirian dalam melakukan aktivitas.15c. Faktor kepribadianSetiap orang mempunyai pola kepribadian tertentu dapat mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang yang beresiko tinggi terjadinya depresi adalah orang yang dengan gangguan kepribadian obsesi-kompulsi, histrionik dan ambang.5

2.2.5 Dampak serta penanganan depresi lansiaPada permulaan dimulai dengan upaya preventif yang bertujuan untuk menghindari onset pertama, rekurensi, relaps dalam pengobatan dan ditujukan kepada lanjut usia yang memiliki faktor resiko.15 Dalam penatalaksanaan depresi yang efektif dimulai dari peningkatan daya tahan emosional, fungsi sosial, fungsi fisik, kualitas hidup serta penanganan dari kondisi penyakit kronis yang diderita pasien.28 Terapi yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup, kapasitas fungsional, tingkat status kesehatan medis dan memperpanjang umur serta menurunkan biaya kesehatan.17Depresi lansia yang tidak ditatalaksana dalam beberapa tahun akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik, perburukan kualitas hidup, meningkatkan angka bunuh diri, kesulitan dalam hubungan sosial, ketidakpatuhan dalam pengobatan dan memperburuk masalah penyakit kronis yang diderita sehingga meningkatkan angka kematian.(7,8) Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui faktor resiko depresi lansia agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan dideteksi lebih dini.2.3 27

2.4 Kerangka teori

Gambar 4. Kerangka teori

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL3.1 Kerangka konsep

Gambar 5. Kerangka konsep3.2 Variabel yang diteliti3.3.1 Variabel tergantung: Depresi lansiaPenilaian angka depresi pada penelitian ini akan dilakukan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS). Penilaian menggunakan GDS banyak digunakan dalam praktek sehari-hari untuk mempermudah diagnosis depresi pada lansia yang sulit didiagnosis menggunakan kriteria depresi menurut DSM IV atau PPDGJ III.5GDS divalidasi oleh Yesavage JA et al sejak tahun 1982. GDS digunakan untuk screening tujuh karakter depresi pada lansia yaitu, perhatian diri, penurunan afek, gangguan kognitif, perasaan diskriminasi, menurunnya motivasi, penurunan orientasi masa depan dan harga diri. Terdapat 2 macam dari GDS yang biasa digunakan yaitu short form (GDS-SF) yang terdiri dari 15 pertanyaan dan long form (GDS-LF) yang terdiri dari 30 pertanyaan. Pertanyaan ini ditanyakan secara lisan kepada yang bersangkutan. Nilai yang diperoleh sepuluh atau lebih mengindikasi depresi. GDS memiliki sensitivitas sebesar 84 persen dan spesifitas sebesar 95 persen. Sensitifitas ini akan hilang apabila nilai Mini Mental State Examination (MMSE) kurang dari 24.17 Pada penelitian ini peneliti menggunakan GDS-SF. Alasan peneliti karena GDS-SF lebih efesien serta lebih banyak digunakan di penelitian-penelitian sebelumnya dalam penilaian angka depresi pada lansia.

3.3.2 Variabel bebas: Faktor resiko3.3.2.1 UmurPembagian umur akan dibagi berdasarkan pembagian WHO yaitu terdiri dari usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia sangat lanjut (very old) di atas 90 tahun.14 Pada penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu elderly dan old karena akan terjadi kesulitan mendapati sampel berumur di atas 90 dengan tingkat MMSE sebesar 24 atau lebih.3.3.2.2 Jenis kelaminJenis kelamin dapat diketahui melalui identitas. Penilaian faktor resiko melalui identitas dapat membantu dalam penegakan diagnosis lebih dini, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk menilai perbandingan angka kejadian depresi antara perempuan dan pria. Jenis kelamin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis kelamin biologis. Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil yang lebih tinggi pada perempuan. Pada penelitian lain terdapat angka kejadian depresi sebelum menopause dan pasca menopause memberi angka yang berbeda. Sehingga kesimpulan yang diberikan adanya pengaruh hormonal serta gejala klimakterik yang terjadi pada perempuan pasca menopause mempengaruhi terhadap depresi. Hal ini juga dapat dipengaruhi bersamaan dengan terjadinya faktor lain seperti stress, etnik, sosioekonomi, tingkat pendidikan dan pasangan hidup.31

3.3.2.3 Tingkat pendidikanTingkat pendidikan dapat diketahui melalui identitas. Penilaian ini akan mempermudah dalam pemantauan kepada lansia yang beresiko dalam praktek sehari-hari. Maka itu peneliti tertarik untuk menilai hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia.Pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya didapat hasil pada lansia yang buta huruf memiliki angka kejadian depresi yang jauh lebih tinggi daripada yang berpendidikan tinggi. Tapi hal tersebut belum dapat dijelaskan penyebabnya.29Pada penelitian ini peneliti membagi dalam 4 bagian yaitu SD, SMP, SMA dan Peguruan Tinggi (PT). Pembagian ini berdasarkan tempat dimana responden melalui pendidikan terakhirnya.3.3.2.4 Status pernikahanPada penelitian ini akan dinilai berdasarkan status pernikahan saat responden diteliti. Status pernikahan akan dibagi menjadi 2 bagian yaitu mmpunyai pasangan hidup yaitu menikah dan tidak mempunyai pasangan hidup yaitu duda, janda atau tidak menikah. Penilaian ini bertujuan menilai apakah responden memilihi pasangan hidup atau tidak. Kehilangan pasangan hidup merupakan suatu stressor yang dapat mencetuskan depresi pada lansia.15,193.3.2.5 Status pekerjaanPada penelitian ini akan dinilai status pekerjaan responden saat diteliti. Pada penilaian ini dibagi berdasarkan kategori responden masih bekerja atau telah pensiun saat ini. Pada penelitian sebelumnya dikatakan pensiun tidak selalu diikuti dengan kejadian depresi. Tetapi pensiun dini pada pria tampa sebab yang pasti dapat menjadi stressor yang mencetuskan depresi.15

3.3.2.6 Jumlah penyakitPada penelitian ini akan dinilai jumlah penyakit yang sedang diderita. Peningkatan jumlah penyakit diduga mempengaruhi peningkatan proses inflamasi yang dialami. Peningkatan proses inflamasi yang disertai peningkatan sitokin dalam tubuh akan mempengaruhi peningkatan kejadian depresi.23 Maka pada penelitian ini peneliti ingin melihat hubungan jumlah penyakit yang diderita dengan angka kejadian depresi pada lansia.3.3.2.7 ADLPenilaian ADL dilakukan untuk menilai disabilitas pada lansia. Pada penelitian sebelumnya menunjukan disabilitas dapat menyebabkan stressor bagi lansia yang menyebabkan peningkatan kejadian depresi. Penilaian sebelumnya menggunakan TMIG-IC.4 Pada penelitian ini penilaian disabilitas melalui ADL akan digunakan berdasarkan skoring Barthel Index (BI) yang telah dimodifikasi.BI telah divalidasi sejak 1965 oleh Barthel dan Mahoney. BI dibagi menjadi 6 kategori yaitu mandi, berpakaian, menggunakan kamar mandi, bergerak dari satu tempat ke tempat lain, kontinensia, dan makan. Skor dalam penilaian BI sebelumnya 0-20 tetapi karena kurang sensitif dimodifikasi oleh Grager et al pada tahun 1989 menjadi 0 sampai 100. Angka terendah menandakan ketidak upayaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta angka tertinggi untuk kemandirian penuh. Interpretasi BI dibagikan menjadi 5 yaitu ketergantungan penuh dengan skor 0-20, ketergantungan berat dengan skor 21-40, ketergantungan sedang dengan skor 41-60, ketergantungan ringan 61-80 dan madiri 81-100. Kelebihan dari BI yaitu kemudahan dalam penggunaan serta mudah untuk dipahami.32

BAB IVMETODE PENELITIAN4.1. Desain penelitianPenelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan data primer kepada pasien geriatrik yang rawat jalan di Puskesmas.4.2. Lokasi dan waktu penelitianPenelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta dimulai dari September 2013 sampai dengan Desember 2013. 4.3. Populasi dan sampel penelitianPopulasi penelitian yaitu pasien lansia yang rawat jalan di Puskesmas Gambir selama September 2013 sampai dengan Desember 2013. Pengumpulan sampel dilakukan secara consecutive non-random sampling yaitu pasien lanjut usia yang berkunjung selama bulan September sampai dengan Desember 2013, secara berurutan bila memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi akan dipilih sebagai sampel penelitian. Hal ini berarti pengumpulan sampel akan berakhir apabila sampel yang dikumpulkan telah tercukupi sesuai dengan besar sampel yang telah dihitung jumlahnya sesuai proposal. Pemilihan sampel berdasarkan terpenuhinya kriteria inklusi dan kriteria ekslusi sebagai berikut:Kriteria inklusi:1. Pasien yang berumur 60 tahun atau keatas.2. Pasien yang rawat jalan3. Bersedia untuk diteliti.4. Hasil Mini Mental Status Examination ( MMSE) sama atau lebih dari 24.Kriteria eksklusi:1. Pasien yang afasia global.2. Pasien yang tidak bisa mendengar3. Pasien yang tidak koperatif4. Hasil Mini Mental Status Examination ( MMSE) kurang dari 24.Perhitungan sampel pada penelitian ini dengan pencarian populasi infinit dan dilanjuti dengan pencarian populasi finit dan penambahan dari nilai drop out sebesar 15% dari populasi finit. Perhitungan populasi infinit pada penelitian ini menggunakan rumus:

Keterangan rumus diatas:No: besar sampel optimal yang dibutuhkan : pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96p: prevalensi yang menderita penyakit/peristiwa yang ditelitiq: prevalensi yang tidak menderita penyakit/peristiwa yang diteliti=1 - pd: akurasi dari ketepatan pengukuranMaka berdasarkan rumus di atas maka perhitungan populasi infinit pada penelitian ini:p = 33,8%= 33,8/100= 0,338q = 1- p= 1- 0,338= 0,662

= 343, 83 = populasi infinit sebanyak 344 sampelPerhitungan populasi finit pada penetian ini menggunakan rumus:

Keterangan rumus diatas:n: besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finitNo: besar sampel dari populasi yang infinitN: besar sampel populasi finitMaka berdasarkan rumus di atas perhitungan populasi finit pada penelitian ini:

= 77,47 = populasi finit sejumlah 78 sampelDari hasil yang didapat akan ditambah perkiraan drop out sebesar 15%. Perhitungan perkiraan drop out pada penelitian ini:Perkiraan drop out = 78 x 15/100 = 11, 7 Maka dari populasi finit akan ditambah perkiraan drop out sebesar 12 sampel. Populasi keseluruhan yang akan diteliti pada penelitian ini:Jumlah sampel yang akan diteliti = populasi finit + kriteria drop out = 78 + 12 = 90 sampelMaka pada penelitian ini akan diteliti sebanyak 90 pasien lansia yang rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Gambir.4.4. Bahan dan intrumen penelitianData primer diperoleh dari pasien rawat jalan di Puskesmas dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari data: Mini Mental Status Examination yang telah dimodifikasi Folstein sumber Pokdi Fungsi Luhur Perdossi untuk melihat apakah pasien memenuhi kriteria diteliti atau tidak, setelah itu dilanjutkan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai informasi tentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah penyakit yang diderita, serta penilaian terhadap ADL menggunakan indeks Barthel yang telah dimodifikasi Grager. Penyakit yang akan dinilai faktor resikonya adalah depresi yang pengukurannya menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale Short Form (GDS-SF) yang sudah disesuaikan oleh Asosiasi Alzheimer Indonesia.33

4.5. Analisis dataData primer yang telah dikumpulkan akan melalui proses pengolahan data terlebih dulu. Tahap pertama dalam pengolahan peneliti akan melakukan editing. Pada tahap ini data primer yang telah dikumpulkan akan dinilai berdasarkan kelengkapan serta skor yang diperoleh. Tahap kedua peneliti akan melakukan coding yaitu pemberian kode angka pada kertas kuesioner apabila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada tahap ketiga peneliti akan melakukan proses entry pemasukan data tersebut kedalam computer. Tahap keempat peneliti akan melakukan tabulasi terhadap data tersebut. Data yang telah dikelompokan akan dimasukkan ke dalam tabel berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya.Analisis data akan dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat pada variabel umur akan dianalisis menggunakan rerata dan standar deviasi dan penilaian variabel jenis kelamin, status pernikahan, status pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah penyakit dan ADL menggunakan persentase. Analisis bivariat pada variabel umur, jenis kelamin, status pernikahan dan status pekerjaan akan dianalisis menggunakan Chi-Square apabila tidak memenuhi akan dinilai menggunakan uji Fisher. Tingkat pendidikan, ADL dan jumlah penyakit akan dinilai menggunakan Mann-Whitney. Analisa data dalam penelitian ini akan menggunakan program Statistics Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 21.0.

4.6. Alur penelitianKerangka alur penelitian yang akan dilaksanakan pada penelitian ini:

Gambar 6. Alur penelitian4.7. Etika penelitianPengambilan serta penggolaan data dimulai dengan melakukan pengurusan surat keterangan terlebih dahulu melalui pihak Tata Usaha Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Trisakti. Surat keterangan berisi nama peneliti serta lokasi dimana akan dilakukan penelitian. Surat keterangan selanjutnya diberikan kepada bagian Tata Usaha dari Puskesmas. Pihak Puskesmas menyanggupi serta menyetujui dengan syarat adanya surat perizinan penelitian melalui Departemen Kesehatan.Di Depertemen Kesehatan peneliti memberikan surat pengantar serta proposal alasan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tanda izin penelitian keluar setelah melalui proses. Selanjutnya diberikan kepada Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol). Peneliti mendapat surat keputusan penelitian yang selanjutnya diberikan kepada Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) sebagai keterangan akan dilaksanakannya kegiatan penelitian ini di Puskesmas. Surat pada akhirnya akan diberikan kepada pihak Tata Usaha Puskesmas bahwa penelitian ini telah mendapat izin sesuai prosedur yang berlaku.Proses penelitian dilakukan dengan pengambilan data primer kepada responden dimulai dengan memperhatikan etika penelitian yang berupa melewati tahap pengesahan terlebih dahulu yang berupa surat Persetujuan Kaji Riset. Surat Persetujuan Kaji Etik di berikan oleh Tata Usaha Tim Skripsi setelah melewati ujian proposal dan pengajuan Permohonan Kaji Etik Riset. Pada tahap selanjutnya peneliti melakukan penelitian di Puskesmas yang sudah mendapat izin sebelumnya. Pada responden yang diteliti, peneliti memulai dengan informed consent. Informed consent dalam penelitian ini berupa penjelasan terlebih dahulu secara lisan tentang tujuan penelitian, manfaat dan bagaimana berlangsungnya penelitian. Apabila responden setuju akan diberikan lembar persetujuan untuk di tanda tangani oleh reponden. Pada lembar persetujuan juga terdapat penjelasan mengenai proses kelangsungan dari penelitian untuk menghindari kesalah pahaman dalam proses penjelasan secara lisan. Pada penelitian ini juga dijamin kerahasiaannya berupa identitas pribadi seperti nama dari responden. Nama responden akan diberi kode agar dalam proses penelitian peneliti dapat menelusuri data tersebut. Data ini hanya dapat dilihat oleh orang yang bersangkutan dari proses penelitian seperti dosen pembimbing.Data yang didapatkan akan dimusnahkan setelah selesainya proses pembuatan hasil penelitian ini yang diperkirakan akhir dari Januari 2014. Pemusnahan ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan dari data tersebut.

4.8. Penjadwalan penelitianTabel 4. Penjadwalan penelitianKegiatanWaktu

JuniJuliAgusSepDesJanFebMar

4151291924---810

Persiapan dan pengumpulan data

Penyusunan dan penyelesaian BAB I (Pendahuluan)

Penyusunan dan penyelesaian BAB II (Tinjauan Pustaka)

Penyusunan dan penyelesaian BAB III (Kerangka konsep dan Definisi operasional)

Penyusunan dan penyelesaian BAB IV (Metodologi)

Penyusunan dan penyelesaian BAB V (Hasil dan Pembahasan)

Penyusunan dan penyelesaian BAB VI (Kesimpulan dan Saran)

Persiapan ujian skripsi

Penyusunan manuskrip publikasi E-jurnal

DAFTAR PUSTAKA1. Chan AL, Shea PT, Mak YF. Effect of enhanced home and community care services for the elderly on newly diagnosed depressive symptomology. Asian J Gerontology & Geriatrics 2007;2:5-8.2. Badan Pusat Statistik. Statistik penduduk lanjut usia di Indonesia. Available at: http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_lansia_2010/files/search/searchtext.xml. Accessed June 20, 2013.3. Soejono C, Sari NK, Probosuseno. Depresi pada pasien Usia Lanjut. In: Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing;2009.p.845-50.4. Wada T, Ishine M, Sakagami T, Kita T, Okumiya K, Mizuno K et al. Depression, activities of daily living, and quality of life of community-dwelling elderly in three Asian countries: Indonesia, Vietnam, and Japan. Gerontology and Geriatrics 2005;41:271-280.5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. 2nd ed. Jakarta: EGC;2010.p.189-229.6. Klap R, Unroe KT, Unutzer J. Caring for mental illness in the United States: a focus on older adults. Am J Geriatr Psychiatry 2003;11:517-24.7. Katon WJ. Clinical and health services relationships between major depression, depressive symptoms, and general medical illness. Biol Psychiatry 2003;54:216-26.8. Blazer DG. Depression in late life: Review and commentary. J. Gerontol. A Biol. Sci. Med. Sci 2003;58:24965.9. Mueller TI, Kohn R, Leventhal, Leon AC, Solomon WC, Endicott J et al. The course of depression in elderly patients. American Journal of Geriatric Psychiatry 2004;12:2229.10. Mitchell AJ, Subramaniam M. Prognosis of depression in old age compared to middle age: a systematic review of comparative studies. American Journal of Psychiatry 2005;162 (9):15881601.11. Smit F, Ederveen A, Cuijpers P, Deeg D, Beekman A. Opportunities for cost-effective prevention of late-life depression: an epidemiological approach. Arch. Gen. Psychiatry 2006;63:290296.12. Schoevers RA, Smit F, Deeg DJ, Cuijpers P, Dekker J, van Tilburg W et al. Prevention of late-life depression in primary care: do we know where to begin? Am. J. Psychiatry 2006;163:16111621.13. Andrews G, Issakidis C, Sanderson K, Corry J, Lapsley H. Utilising survey data to informpublic policy: comparison of the cost effectiveness of treatment of ten mental disorders. Br. J. Psychiatry 2004;184:526533.14. WHO. Definition of an older or elderly person. Available at: htttp://www.who.int/whosis/mds/mds _definition. Accessed June 25, 2013.15. Fiske A, Werherell JL, Gatz M. Depression in Older Adults. Annu Rev Clin Psycol 2009;5:363-89.16. Maral I, Bakar C, Durukan E, Arslan S, Ilhan SN, Oztimur N et al. General health and disability status: a comparative study between nursing home residents and elderly living at their own. Turkish Journal of Geriatrics 2012;15 (4):363-370.17. Birrer RB, Vemuri SP. Depression in Later Life: A Diagnostic and Therapeutic Challenge. Am Fam Physician 2004;69:2375-82.18. Belmaker RH, Agam G. Major Depressive Disorder. N Engl J Med 2008;358:55-68.19. Meyer JH, Ginovart N, Boovariwala A. Elevated monoamine oxidase A levels in the brain: an explanation for the monoamine imbalance of major depression. Arch Gen Psychiatry 2006;63:1209-16.20. Zhang X, Gainetdinov RR, Beaulieu JM. Loss-of-function mutation in tryptophan hydroxylase-2 identified in unipolar major depression. Neuron 2005;45:11-6.21. Burke HM, Davis MC, Otte C, Mohr DC. Depression and cortisol responses to psychological stress: a meta-analysis. J Psychoneuroendocrinology 2005;30:846-56.22. Merali Z, Du L, Hrdina P. Dysregulation in the suicide brain: mRNA expression of corticotropin-releasing hormone receptors and GABA(A) receptor subunits in frontal cortical brain region. J Neurosci 2004;24:1478-85.23. Raison CL, Capuron L, Miller AH. Cytokines sing the blues: inflammation and the pathogenesis of depression. Trends in immunology 2005;27:1471-4906.24. Raison CL, Miller AH. When not enough is too much: the role of insufficient glucocorticoid signaling in the pathophysiology of stress-related disorders. Am. J. Psychiatry 2003;160:15541565.25. Dantzer R. Cytokine-induced sickness behaviour: a neuroimmune response to activation of innate immunity. Eur. J. Pharmacol 2004;500:39941126. Beyer JL. Managing depression in geriatric populations. Ann. Clin. Psychiatry 2007;19:22128.27. Unutzer J. Late life depression. N Engl J Med 2007;357:2269-76.28. Tazelaar PJ, Marwijk HW, Jansen AP, Rijmen F, Kostense PJ, Oppen P et al. Depression in old age (+75). J. Affective Disorder 2008;106:295-9.29. Akyol Y, Durmus D, Dogan C, Bek Y, Canturk F. Quality of life and level of depressive symptoms in the geriatric population. Turk J Rheumatol 2010; 25: 165-73.30. Wahyudi ER, Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R. Risk factors for depressive symptom changes in Indonesian geriatric outpatient. Acta Med Indones-Indones J Intern Med 2012;44:47-52.31. Llnazena P, Portilla MP, Suarez DL, Armott B, Lopez FR. Depressive disorders and the menopause transition. Elsiever 2011;71:120-130.32. Omar R, Knight VF, Saat NZ, Kamaralzaman S, Alwi SN. Visual impairment and quality of life among elderlies in nursing home. Jurnal Sains Kesihatan Malaysia 2011;9(1):23-27.33. Asosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus Nasional Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demensia Lainnya. Alzheimer 2003;1:39-47.

Lampiran 1INFORMED CONSENTSelamat siang,Saya Shafa, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti akan melaksanakan suatu penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Lansia di Puskesmas. Depresi merupakan penyakit mental terbanyak yang terjadi pada lansia di Indonesia serta sering tidak terdeteksi di Unit Pelayanan Primer disebabkan gejala menjadi tidak khas dengan peningkatan umur. Maka peneliti ingin mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan depresi agar dapat mendeteksi dini dengan memperhatikan pasien yang beresiko.Oleh karena itu, saya mengharapkan Bapak/ Ibu untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Apabila Bapak/ Ibu bersedia maka peneliti akan melakukan tes Mini Mental State Examination yang berupa wawancara untuk menilai tingkat fungsi kognitif. Hasil skor yang didapat akan menentukan apakah Bapak/ Ibu memenuhi kriteriauntuk dilanjutkan ke penilaian selanjutnya dalam penelitian ini yaitu pengisian kuesioner. Kuesioner ini akan berisi identitas, penilaian kemampuan aktifitas sehari-hari dan penilaian derajat depresi. Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada Bapak/ Ibu dan semua hasil pemeriksaan yang didapat akan diproses dengan merahasiakan identitasnya.Bila selama menjalani penelitian atau setelahnya, ada pertanyaan, yang berhubungan dengan penelitian Bapak/ Ibu dapat menghubungi peneliti yaitu Shafa Madhy di nomor telepon genggam 089601797797. Partisipasi Bapak/ Ibu adalah sukarela serta bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini tanpa mendapat paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Bila Bapak/ Ibu bersedia ikut dalam penelitian ini saya mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di lembar setelah ini. Atas partisipasinya saya ucapkan terima kasih.Jakarta, ...... ............ 2013

Shafa

Lampiran 2FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian :

Tanda tangan :

Tanggal :

Lampiran 3Nomor:

PENILAIAN FUNGSI KOGNITIFKUESIONER MINI MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE)Nama:..Umur:..Jenis kelamin :..

Penilaian ini diisi oleh peneliti, dengan urutan sebagai berikut:ItemTesBatasNilaiNilai

1.2.

ORIENTASI Sekarang tahun, musim, bulan, tanggal, hari apa? Kita berada di mana? Negara, propinsi, kota, puskesmas

55

3.REGISTRASI Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin), tiap benda 1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien dapat mengulangi dengan benar dan catat jumlah pengulangan.

3

4.ATENSI DAN KALKULASI Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata WAHYU ( nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan, misalnya uyahw = 2 nilai)

5

5.MENGINGAT KEMBALI (RECALL) Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda di atas.

3

6.

7.

8.

9.

10.11.BAHASA Pasien disuruh menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, buku) Pasien disuruh mengulang kata-kata : namun, tanpa, bila Pasien disuruh melakukan perintah, ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letakkan di lantaiPasien disuruh membaca dan melakukan perintah pejamkan mata andaPasien disuruh menulis dengan spontanPasien disuruh menggambar bentuk di bawah ini.

2

1

3

1

11

Skor total30

Skor: Nilai sama atau lebih dari 24 dapat dilanjutkan sebagai sampel penelitianNilai di bawah 24 tidak dapat dilanjutkan ke tahap penelitian selanjutnya

Lampiran 4IDENTITASNomor sampel:Umur:......................Jenis kelamin: Pria / Perempuan*Status pernikahan: menikah/ tidak menikah/ janda/ duda*Tingkat pendidikan: SD/ SMP/ SMA/ Peguruan Tinggi*Jumlah penyakit yang diderita :..Penyakit yang diderita:.............................

*beri garis yang sesuai

Lampiran 5KUESIONER ACTIVITY OF DAILY LIVINGINDEKS BARTHELDiisi nilai sesuai dengan keterangan yang ada dibawah dan sesuai dengan keadaan yang dialami saat ini:AktivitasSkor

1. Makan0 = butuh bantuan penuh5 = butuh bantuan dalam menyiapkan makan10 = mandiri

2. Mandi0 = butuh bantuan penuh5 = mandiri

3. Kemampuan membersihkan diri0 = butuh bantuan penuh5 = mandiri

4. Kemampuan berpakaian0 = butuh bantuan penuh5 = butuh bantuan tetapi dapat menyelesaikan sebagian10 = mandiri

5. Kontrol BAB (Buang Air Besar)0 = tidak terkontrol atau pengunaan pencahar5 = kadang tidak dapat mengontrol10 = dapat mengontrol

6. Kontrol BAK (Buang Air Kecil)0 = tidak terkontrol atau penggunaan kateterisasi5 = kadang tidak terkontrol10 = dapat mengontrol

7. Kemampuan di WC0 = butuh bantuan penuh5 = butuh bantuan tetapi dapat menyelesaikan sebagian10 = mandiri

8. Kemampuan berpindah tempat (tempat tidur ke kursi dan sebaliknya)0 = tidak mampu, tidak ada keseimbangan duduk5 = butuh bantuan 1 atau 2 orang, dapat duduk10 = butuh bantuan verbal atau fisik15 = mandiri

9. Berjalan pada bidang datar0 = tidak seimbang atau 50 meter5 = mandiri menggunakan kursi roda, dengan bantuan 50 meter10 = berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal atau fisik) 50 meter15 = mandiri (dapat dengan bantuan sesuatu seperti tongkat) 50 meter

10. Kemampuan naik turun tangga0 = tidak mampu5 = butuh bantuan verbal, fisik atau alat bantu15 = mandiri

TOTAL SKOR:../100

Lampiran 6KUESIONER Geriatric Depression Scale-Short Form (GDS-SF)Pilihlah jawaban yang paling tepat sesuai dengan apa yang telah Anda rasakan selama 1 (satu) minggu terakhir:1. Pada umumnya, apakah Anda merasa puas dengan hidup Anda?YATIDAK

2. Apakah Anda mengurangi berbagai kegiatan dan hobi Anda?YATIDAK

3. Apakah Anda merasa hidup Anda hampa?YATIDAK

4. Apakah Anda sering merasa bosan?YATIDAK

5. Apakah Anda bersemangat di sebagian besar waktu?YATIDAK

6. Apakah Anda khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan menimpa Anda?YATIDAK

7. Apakah Anda merasa bahagia di sebagian waktu Anda?YATIDAK

8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya?YATIDAK

9. Apakah Anda lebih menyenangi berdiam diri di rumah daripada berpergian dan melakukan sesuatu yang baru?YATIDAK

10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?YATIDAK

11. Apakah Anda merasa sangat luar biasa dapat hidup saat ini?YATIDAK

12. Apakah Anda merasa tidak berharga dengan keberadaan Anda saat ini?YATIDAK

13. Apakah Anda merasa dalam keadaan penuh semangat?YATIDAK

14. Apakah Anda merasa keadaan Anda tidak ada harapan?YATIDAK

15. Apakah Anda pikir orang lain lebih baik keadaannya dari pada Anda?YATIDAK

*coret yang tidak perluTOTAL SKOR: .. /15