sop cabe final_new

Download Sop Cabe Final_new

If you can't read please download the document

Upload: ecqhazaki8892

Post on 22-Jan-2016

63 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

(Capsicum annum L. )

KABUPATEN CIAMIS PROPINSI JAWA BARAT

DIREKTORAT PERBENIHAN DAN SARANA PRODUKSI

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

2009

I. PENDAHULUAN

Cabe merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi sayuran penting yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, dikenal sebagai bahan penyedap dan pelengkap berbagai menu makanan khas Indonesia. Kebutuhan komoditas cabe semakin hari semakin meningkat sejalan dengan makin bervariasinya jenis dan menu makanan yang memanfaatkan produk ini.

Dalam pengembangan komoditas cabe, peran benih sebagai sarana produksi tidak dapat digantikan oleh sarana lain, sehingga upaya pengembangannya sangat ditentukan oleh mutu benihnya. Upaya meningkatkan ketersediaan benih bermutu cabe dari dalam negeri perlu dilakukan dengan cara meningkatkan ketersediaan benih sumber dan memperbaiki penerapan teknologi produksi benihnya.

Sudah banyak varietas unggul cabe dilepas oleh Menteri Pertanian, ketersediaan benih bermutu varietas-varietas unggul tersebut perlu ditingkatkan dan disosialisasikan ke masyarakat.

Dalam rangka meningkatkan produksi benih yang bermutu, maka proses produksinya harus dilakukan secara baik sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) berbasis norma budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices/GAP).

Target yang akan dicapai melalui penerapan SPO produksi benih cabe adalah diperolehnya benih bersertifikat dengan standar sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Lapangan

No

Parameter

Satuan

Kelas Benih

BD

BP

BR

1.

Varietas lain dan tipe simpang

%

0,0

0,5

1,0

(maks)

2.

Kesehatan tanaman (maks)

- Antraknose (maks)

%

0,2

0,6

1,0

(Colletotrichum capsici)

- Virus (maks)

%

0,2

0,6

1,0

- Bercak daun (maks)

%

0,2

0,6

1,0

Xanthomonas capestris,

pv. Vesicatora

Tabel 2. Standar Laboratorium

No

Parameter

Satuan

Kelas Benih

BD

BP

BR

a.

Kadar Air (maks)

%

8

8

8

b.

Benih murni (maks)

%

99

99

98

c.

Kotoran benih (maks)

%

1

1

2

d.

Benih tanaman lain (maks)

%

0

0,1

0,2

e.

Daya kecambah (min)

%

80

80

75

f.

Kesehatan (Antraknosa) maks

%

0

0,2

0,5

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe II

..

"Penyediaan Benih

Halaman

Revisi..

Disahkan

Sumber"

..

Tanggal

..

II. PENYEDIAAN BENIH SUMBER

Definisi:

Memilih benih sumber varietas Tanjung-2 yang akan digunakan untuk memproduksi benih yang sesuai dengan target klasifikasi yang telah ditetapkan

Tujuan:

Agar diperoleh benih cabe bersertifikat yang sesuai dengan kelas benih yang diinginkan.

Validasi: Buku sertifikasi benih sayuran, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2007 Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan:

Benih sumber (kelas BS, FS, SS ) yang digunakan sebagai bahan untuk memproduksi benih kelas ES

SK pelepasan varietas untuk mengetahui deskripsi varietasnya Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

Prosedur Pelaksanaan: Pemilihan Benih

Varietas yang digunakan dianjurkan sudah dilepas oleh Menteri Pertanian dan tersedia dipasaran

Mengamati deskripsi varietasnya. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) Benih tidak kadaluarsa

Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan. Persemaian

Media Tanam

Media semai berupa campuran pupuk kandang yang telah matang dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 atau campuran tanah subur (60%), pupuk kandang atau kompos yang sudah matang dan steril (39%), pupuk NPK (0,2%) dan insektisida butiran (0,02 %). Bahan campuran yang

dipergunakan sebaiknya dihaluskan sehingga dapat tercampur merata dengan tanah. Media semai yang telah disiapkan, ditempatkan dalam wadah semai polibag yang bahannya dari plastik dengan ukuran 8x9 cm atau 8x12 cm, atau tempat yang terbuat dari daun pisang, daun hanjuang atau daun jagung. Daun dibentuk menyerupai bangun cawan yang bagian atas dan dasarnya terbuka. Jika daun tersebut tidak tersedia maka sebagai pengganti dapat digunakan bahan dari kertas. Polibag semai langsung disusun secara memanjang dengan lebar 1 m dan panjang disesuaikan dengan panjang bangunan. Setiap 1 m2 umumnya dapat ditempati 600-700 polibag.

2. Pelaksanaan penyemaian Benih di bedeng persemaian

Benih yang akan diperbanyak/yang akan disertifikasi harus berasal dari benih penjenis, benih dasar dan atau benih pokok yang varietasnya sudah dilepas oleh Menteri Pertanian/jelas asal usulnya dengan daya tumbuh minimum 70%. Kebutuhan benih umumnya sebanyak 250-500 gram/Ha dengan jumlah biji 135 butir/gram. Sebelum disebar sebaiknya benih direndam terlebih dahulu didalam larutan fungisida dengan konsentrasi 0,1% selama 1 jam atau dalam air bersuhu 30-400C selama kurang lebih 24-28 jam, benih yang mengapung sebaiknya dibuang, karena benih tersebut kualitasnya rendah dan akan menghasilkan tanaman yang berkualitas rendah pula. Suhu air rendaman yang lebih dari 400C dikhawatirkan akan merusak/mengumpulkan protein yang ada pada kulit benih sehingga dapat mengakibatkan kematian benih, sedangkan apabila suhu air rendaman rendah (dingin) maka akan diperlukan waktu rendaman yang lama sampai dapat dicapai jumlah air yang cukup untuk memulai perkecambahannya. Benih disebar/ditanam pada media tanah dan atau dalam polibag semai. Satu polibag semai ditanam satu butir benih cabe, yang diletakan tepat dibagian tengah dengan penanaman sedalam 1-1,5 cm, diameter 1 cm, lalu ditutup kembali dengan tanah tipis-tipis. Setelah bibit ditanam kemudian diberi air dengan menggunakan alat semprot, sampai keadaannya lembab, kemudian permukannya ditutup. Benih cabe mulai ditebar ketika pengolahan tanah selesai 70%. Ini diharapkan agar pada saat benih sudah tumbuh dan siap ditanam, lahan sudah siap ditanam. Biji atau benih cabe yang sebelumnya telah direndam didalam air yang bersuhu antara 30 - 40 0C selama 24-28 jam, proses perkecambahannya berlangsung 2-3 hari lebih awal dibandingkan apabila biji tanpa perlakuan perendaman. Oleh sebab itu perlakuan perendaman sangat membantu kelancaran dalam proses perkecambahan biji cabe. Temperatur optimum untuk berlangsungnya perkecambahan biji cabe berkisar antara 25-300C. Setiap hari perlu dikontrol agar kemunculan kecambah dapat segera diketahui. Jika kecambah sudah keluar dari benih maka seluruh penutup harus segera dibuka. Setelah 6-7 hari biji berkecambah, bibit dipindahkan ke bumbunan/pot kecil yang terbuat dari pelastik atau dari daun pisang, dengan tujuan untuk meningkatkan daya adaptasi dan daya tumbuh bibit pada saat dipindahkan ke lapangan. Keterlambatan membuka penutup media berakibat buruk pada kualitas tanaman cabe, karena kecambah akan tumbuh cepat dalam keadaan gelap. Kecambah akan berkembang membentuk organ tanaman pemula seperti batang, akar dan daun. Dalam

tahap ini kelembaban harus tetap dipertahankan. Tanaman cabe yang berasal dari kecambah yang mengalami etiolasi, kualitasnya tidak baik sebab batangnya panjang dan kecil sehingga mudah roboh. Jika cahaya terpenuhi tepat pada saat dibutuhkan, maka tanaman akan tumbuh normal. Ciri-ciri tanaman yang tumbuh normal adalah batang dan daunnya berwarna hijau segar, hal itu pertanda bahwa tanaman telah mulai melakukan aktivitas fotosintesa dengan memanfaatkan cahaya. Satu pasang daun pemula siap mekar ditopang oleh batang yang gemuk dan segar. Setelah tanaman dipersemaian mencapai umur 17-23 hari yaitu telah dilengkapi 2-4 helai daun atau 1-2 pasang daun sempurna atau 7-8 minggu setelah semai atau setelah berdaun 4-5 helai, maka tanaman siap ditanam dilapangan/kebun dan siap tumbuh menjadi tanaman produktif.

Sasaran:

Diperoleh data / informasi tentang benih sumber yang sesuai dengan persyaratan mutu bagi benih bersertifikat antara lain :

Benih varietas unggul yang sudah dilepas

Kelas benih yang digunakan (harus lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi) Kemurnian benihnya (sesuai dengan sifat-sifat induknya).

Sehat (bebas dari hama dan penyakit).

Bersih (bebas dari kotoran maupun campuran varietas lain ). Memiliki daya tumbuh yang tinggi

Benih induknya diyakini berbeda dengan yang lain Ada Keterangan benih sumber dari Breeder

Gambar 1. Penyediaan benih sumber

Tabel 3. Contoh Form Catatan Kegiatan Penyediaan Benih Sumber

Nama Pemilik

: ..

Alamat Lahan

: ..

Tanggal

Kondisi Benih

Jumlah

Petugas

Keterangan

(Kg)

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe III

..

"Pemilihan Lokasi"

Halaman

Revisi..

Disahkan

Tanggal ..

PEMILIHAN LOKASI

A. Definisi:

Memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh cabe untuk mencegah kegagalan proses produksi benih cabe bersertifikat sesuai dengan target yang ditetapkan.

Tujuan:

Agar diperoleh lahan yang sesuai dengan persyaratan tumbuh untuk penangkaran benih cabe dan kemurnian benihnya.

Validasi: Buku sertifikasi benih sayuran, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2007 Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan: pH meter untuk mengukur tingkat kemasaman tanah. Peta wilayah untuk mengetahui lokasi usaha budidaya Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

Prosedur Pelaksanaan: Mengukur pH tanah.

Melakukan pemetaan lokasi lahan.

Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.

Sasaran:

Diperoleh denah lokasi pertanaman yang sesuai dengan persyaratan untuk produksi benih cabe

Tabel 4. Contoh Form Catatan Kegiatan Pemilihan Lokasi

Nama Pemilik

: ..

Alamat Lahan

: ..

Tanggal

Petak

Luas

Kondisi Lahan

Riwayat Penggunaan

Petugas

(Ha)

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe IV

..........................................

"Persiapan Lahan "

Halaman

Revisi..

Disahkan

Tanggal....

..

IV. PERSIAPAN LAHAN

A. Definisi:

Membersihkan lahan dari hal-hal yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman cabe .

Tujuan:

Agar diperoleh lahan yang siap diolah dan terbebas dari gangguan fisik (batu-batuan, dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa tanaman).

Validasi:

Buku sertifikasi benih sayuran, Direktorat Perbenihan dan Sarana Produksi, 2007 Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan:

Parang untuk memotong dan membersihkan semak yang dapat menghalangi pertumbuhan tanaman muda.

Cangkul untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah.

Gancu lebih bagus untuk mengambil rumput agar tidak putus dan mudah menancap pada tanah. Juga dapat dipergunakan untuk olah tanah.

Herbisida untuk mengendalikan rumput/tanaman pengganggu apabila diperlukan

Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

Prosedur Pelaksanaan:

Bersihkan lahan dari batu-batuan, gulma, semak yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul

Sisa-sisa tanaman dibenamkan

Batu-batuan dikumpulkan dan dibuang pada tempat tertentu yang aman di luar areal tanam.

Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.

Sasaran:

Tersedia lahan untuk pertanaman yang bebas dari batu-batuan, gulma dan semak yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Gambar 2. Persiapan lahan

Pembuatan Bedengan/Cemplongan dan Pemberian Pupuk Organik

Definisi :

Membuat lahan pertanaman dengan cara mengolah tanah hingga gembur dan membuat bedengan untuk lahan debu berpasir dan cemplongan untuk lahan lempung berpasir dengan bentuk yang searah (membujur).

Tujuan :

Agar diperoleh lahan pertanaman yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Validasi :

Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan : Bajak/traktor untuk mengolah tanah.

Cangkul untuk membuat bedengan. Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran calon bedengan dan parit. Garpu/ garu untuk membuat bedengan.

Tali dan patok kayu untuk meluruskan bedengan

Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan Pupuk Organik (pupuk kandang dan kompos)

Prosedur Pelaksanaan :

Pengolahan Tanah

Melakukan pembersihan lahan dari sisa tanaman dan sampah

Penggemburan Tanah

Jika bertanam cabe ditanah sawah, maka tanah perlu digemburkan dengan cara dibajak dalam keadaan air yang melimpah seperti mengolah tanah untuk bertanam padi, kedalaman pengolahan cukup 30 cm. Bekas akar jerami yang membusuk dibiarkan dan dibalik saja. Jika akan bertanam ditanah kebun cukup diolah biasa saja tanpa pengairan. Tanah yang selesai dibajak kemudian dibuat bedeng kasar, supaya mempermudah air keluar areal sawah sehingga air tidak menggenang. Pada tanah kebun mengolah tanah dapat sambil mengangkat sisa akar gulma menahun, baru dibuat bedeng kasar. Pada saat pembentukkan bedeng kasar tanah bila pH kurang dari 5,5 maka dilakukan pengapuran dengan kaptan/dolomit atau kapur pertanian dengan dosis sebanyak 1,5-2 ton/ha atau 150-200 gram/m2 atau pemberian soil treatment/nematisida dilakukan 3-4 minggu sebelum tanam. Kapur dicampur merata dengan tanah. Jika banyak curah hujannya maka pemberian kapur dilakukan pada waktu membuat bedeng siap tanam supaya tidak banyak kapur yang terbuang larut percuma. Tanah yang dibajak dan dikeringkan bentuknya masih kasar (bongkah-bongkah). Oleh karena itu perlu dibajak ulang agar hancur, dan bedeng pertanaman siap

dibentuk berupa bedeng kasar yang masih memerlukan penanganan lebih lanjut.

c. Pembuatan Bedeng Pertanaman

Bedeng dibuat dengan panjang antara 10-12 m, lebar antara 110-120 cm, tinggi disesuaikan dengan musim tanam. Pada musim hujan tinggi bedeng dibuat sekitar 40-50 cm, jika pada musim kemarau dapat dibuat antara 30-40 cm. Permukaan bedeng dibuat menyerupai bentuk setengah lingkaran dan diratakan, agar plastik mulsa dapat mencegah kelongsoran sisi bedeng karena air pengairan atau air hujan. Jarak antar bedeng dibuat antara 60-70 cm, dan merupakan jalan untuk kegiatan pemeliharaan. Jarak antar bedeng diusahakan jangan terlalu sempit, sebab akan menyulitkan kegiatan pemeliharaan jika tajuk tanaman cabe sudah tumbuh penuh. Setelah bedeng kasar terbentuk maka kegiatan selanjutnya adalah pemupukan dilakukan 1 minggu sebelum tanam dengan mencampurkan dengan bahan organik yaitu berupa pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kambing atau ayam. Dosis yang diberikan adalah antara 15-20 ton/ha atau 2,5-4 kg/m2. Pupuk kandang matang 1-1,5 kg/lubang tanam, pupuk kandang ditebar merata dipermukaan bedeng dan diolah kembali agar tercampur merata dengan tanah dengan kedalaman antara 20-30 cm. Pencangkulan tanah pada permukaan bedeng dilakukan secara baik agar bentuk dasar guludan tidak berubah, kemudian permukaan bedengan diratakan dengan menggunakan alat bantu berupa papan bertangkai yang dirancang khusus dan mudah dioperasikan oleh tenaga kerja. Setelah bedeng selesai maka siap diberi pupuk dasar dan ditutup dengan plastik mulsa warna hitam.

Gambar 3. Bedengan siap ditanami

d. Pemupukan

Setelah bahan organik dan kapur pertanian ditebar dibedeng, selanjutnya diberi pupuk buatan yang dilakukan pada saat menjelang bertanam. Kebutuhan pupuk anorganik (pupuk buatan) untuk tanah seluas satu hektar sebanyak kurang lebih 1.665 kg pupuk campuran yang terdiri dari urea 200 kg, ZA 600 kg, TSP 400 kg, KCl 350 kg, Bored 15 kg dan Kleresit 100 kg atau campuran pupuk sesuai kebutuhan sekitar 260 gram/m2. Pada tanah perkebunan umumnya tanah miskin akan unsur fosfat. Untuk itu sebaiknya pemberian pupuk TSP dalam bentuk yang telah dihaluskan supaya dapat segera tersedia bagi tanaman. Pemberian pupuk anorganik pada bedengan dapat dilakukan dengan kedua sisi permukaan bedeng dibuat alur dengan ukuran lebar 20-25 cm, kedalaman 25 cm dan panjangnya mengikuti panjang bedengan. Jarak alur pupuk dari tepi bedengan masing-masing 25-30 cm. Sedangkan jarak pusat alur satu dengan lainnya 70 cm, yang nantinya merupakan jarak tanam antar alur dalam bedengan. Campuran pupuk ditaburkan secara merata pada sisi dan dasar alur pupuk sehingga pupuk dapat tercampur merata dengan tanah disekitar alur pupuk sampai kedalaman 25 cm. Supaya pupuk anorganik dapat diberikan merata, maka pemberiannya didasarkan pada kebutuhan pupuk tiap m2 luasan tanah. Kebutuhan pupuk anorganik untuk bedengan yang berukuran panjang 10-12 meter sebanyak 2,6-3,12 kg. Karena diberikan dalam dua alur, maka masing-masing alur pupuk memerlukan sebanyak 1,3-1,56 kg. Jika pada saat pemberian pupuk anorganik kondisi tanah kering maka perlu ditambah air, agar tercapai kondisi yang cukup lembab, tetapi tidak berlebihan air. Pupuk yang telah tercampur satu sama lain harus habis dipakai. Jika disimpan pupuk yang telah tercampur akan menggumpal sehingga sulit ditebarkan. Untuk itu pencampuran pupuk sebaiknya dilakukan bertahap agar tidak tersisa. Setelah pupuk anorganik ditebar maka segera tanah permukaan bedengan ditutup menggunakan plastik perak hitam, hal ini dilakukan untuk mengurangi penguapan.

e. Penggunaan Mulsa

Gambar 4. Pemasangan mulsa

Ciri pokok budidaya cabe secara intensif adalah penggunaan plastik perak hitam pada bedeng pertanaman sebagai mulsa. Seperti telah disinggung,

bahwa lingkungan tumbuh berupa tanah dan iklim dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cabe yang dibudidayakan dengan menggunakan plastik perak hitam sebagai mulsa akan menghasilkan tingkat pertumbuhan dan produktivitas buah yang lebih tinggi dibanding tanpa menggunakan mulsa plastik. Tanpa dilengkapi mulsa, tanaman tumbuh lebih pendek, tinggi tanaman rata-rata hanya mencapai 50 cm dan produksinya hanya setengah dibanding yang menggunakan mulsa. Cara pemasangan mulsa, setelah pupuk ditebar secepatnya permukaan bedeng ditutup plastik. Plastik dipersiapkan sebelumnya agar setelah selesai penebaran pupuk dapat segera dilakukan pemasangan mulsa.Waktu pemasangan sebaiknya pada siang hari, saat temperatur udara tinggi dengan maksud agar plastik dapat dipancang sehingga dapat melekat erat dengan permukaan bedeng. Penggunaan mulsa pada bedeng pertanaman cabe dapat mencegah dan mengurangi pengaruh alam yang cenderung berubah-ubah, sehingga mikroflora dan tingkat kesuburan tanah dapat dijaga kestabilannya. Untuk memperoleh tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang memadai maka budidaya cabe besar mutlak diperlukan penggunaan mulsa tersebut. Manfaat menggunakan mulsa dalam bertanam cabe merah antara lain adalah :

Dapat memelihara kestabilan mikroflora tanah, kelembaban tanah dan tingkat kesuburan tanah;

Menghindari terjadinya fluktuasi suhu permukaan tanah dan pencucian hara oleh air hujan;

Menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga tidak terjadi kompetisi dalam penyerapan hara tanah; Mengurangi sumber inokulum (sumber penyakit) penting tanaman cabe; Meningkatkan kebersihan; Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga dapat berproduksi secara optimum; Mempermudah kegiatan pemeliharaan.

Pembuatan Lubang Tanam dan Jarak Tanam

- Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan lubang tanam

pada mulsa dengan menggunakan alat pelubang mulsa berdiameter 10 cm yang dipanaskan

- Lubang tanam dibuat menurut sistem zigzag (segi tiga) atau 2 baris berhadapan dan berjarak tanam yaitu 50-60 cm X 50-70 cm.

Gambar 5. Pembuatan lubang tanam

Sasaran :

Tersedianya bedengan untuk pertanaman benih cabe.

Contoh Form Kegiatan Persiapan Lahan

Nama Pemilik

: ..

Alamat Lahan

: ..

Tabel 5.

Catatan Kegiatan Pembersihan Lahan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 6. Catatan Kegiatan Pembuatan Bedengan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 7. Catatan Kegiatan Pemasangan Mulsa Pelastik

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 8. Catatan Kegiatan Pembuatan Lubang dan Jarak Tanam

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe VI

..

"Penanaman dan

Halaman

Revisi..

Disahkan

Pemeliharaan"

Tanggal.

..

V. Penanaman dan Pemeliharaan

Definisi :

Membenamkan benih kedalam lubang tanam yang telah disiapkan

Tujuan :

Agar tanaman tumbuh optimal sehingga diperoleh benih dengan kualitas baik.

Validasi :

Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan : Benih benih cabe sebagai calon tanaman. Wadah benih (kantong, ember) untuk membawa benih

Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

Prosedur Pelaksanaan :

Penanaman

Tanaman cabe merah dipersemaian yang akan ditanam di lapang diseleksi dulu, dipilih tanaman yang sehat dan pertumbuhannya seragam. Tanaman terpilih bersama medianya dimasukan dalam larutan agrimycin/Agrept dengan konsentrasi 1,2 gram/liter air, setelah itu dimasukan dalam larutan Delsene/Derosal dengan konsentrasi 1 gram/liter air, hal ini dilakukan untuk mencegah patogen yang ada dipersemaian tidak berkembang pada waktu dilapang. Plastik polibag tempat media dibuka, usahakan media tempat melekatnya akar tanaman tidak sampai pecah. Jika tempat media berasal dari daun maka tempat tersebut tidak perlu dibuka, dapat langsung ditanam bersama media dan tanaman tersebut. Tanaman muda beserta medianya diletakan dalam lubang tanam yang telah disiapkan dan ditutup tanah kembali. Kedalaman pembenaman tanaman dalam lubang tanam sebatas leher akar media semai atau bibit tadi boleh ditanam lebih dalam dari daun pertama keping biji, penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari. Setelah tanaman muda ditanam di lapang kemudian langsung diberi pengairan sampai kondisinya lembab. Tetapi terhadap becek (kapasitas lapang) agar bibit tumbuh lebih cepat jika bertanam pada musim penghujan, pengairan secara khusus tidak perlu dilakukan. Sedangkan jika penanaman pada musim kemarau sebelum penanaman daerah antar bedeng dialiri sampai menggenang.

Tabel 9. Contoh Form Kegiatan Penanaman

Nama Pemilik: ..

Alamat Lahan: ..

Tanggal

Petak

Luas

Fase

Alat

Cara

Waktu

Petugas

(Ha)

Penanaman

Penanaman

Gambar 6. Kegiatan penanaman benih

Pengajiran

Tanaman cabe merah mempunyai tajuk lebar dengan perakaran yang dangkal, untuk itu diperlukan ajir untuk menopang berat tanaman. Ajir merupakan alat bantu yang terbuat dari belahan bambu yang berfungsi membantu tegaknya tanaman cabe. Dibuat dengan ukuran panjang 125-150 cm, lebar 4 cm, tebal 2,5 cm dengan ukuran tersebut cukup kuat untuk membantu menopang tanaman cabe. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan pada saat tanaman belum tumbuh lanjut sehingga tidak mengganggu perakarannya. Cara pemasangannya cukup ditancapkan pada jarak kurang lebih 10 cm dari batang utama, batang cabe dan ajir lalu diikat dengan tali raffia. Mengikat ajir dengan batang cabe dilakukan tidak sekaligus tetapi bertahap sesuai kebutuhan dan memperhatikan tingkat pertumbuhan tanaman cabe. Umumnya pengikatan dilakukan 3-4 kali tiap tanaman, sampai dapat dipastikan tanaman cabe produktif tidak akan roboh.

Perempelan

Perempelan merupakan kegiatan membuang wil-wilan/tunas-tunas baru yang tumbuh pada batang utama atau disetiap ketiak daun dan membuang bunga pemula/pertama sampai ketiga dan daun-daun cabe tua. Selama masa

pertumbuhan, tanaman cabe menumbuhkan tunas baru dalam jumlah cukup banyak, dan tunas-tunas tersebut harus dibuang, sebab fungsi tunas bagi tanaman itu sendiri tidak berguna karena akan mengurangi jatah hara. Pembuangan tunas-tunas tersebut sudah harus diakhiri pada saat tanaman mulai membentuk percabangan atau pada saat tanaman berumur 45-50 hari setelah tanam

Penyulaman

Tanaman cabe yang mengalami kemunduran pertumbuhan atau yang layu sebaiknya dicabut dengan cara diangkat bersama media tumbuhnya dan diganti dengan semaian baru yang telah disiapkan. Biasanya pada tanaman cabe yang layu tersebut disebabkan oleh jamur atau nematode yang merusak bagian akar tanaman. Umur semaian yang dijadikan pengganti sebaiknya sama agar pertumbuhan tanaman dapat seragam. Penyulaman dikerjakan pada sore hari atau pagi hari sebelum matahari bersinar terang pada minggu pertama dan kedua setelah tanam. Semaian yang baru ditanam biasanya akan layu untuk sementara, sehingga perlu disiram dan selalu dikontrol pertumbuhannya

Pengairan

Cabe termasuk tanaman yang tidak tahan kekeringan tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air tanah dalam keadaan kapasitas lapang sangat mendukung pertumbuhan tanaman cabe. Pengairan pertanaman cabe merah diberikan berdasarkan musim pada saat pertanaman. Tanaman cabe yang ditanam pada musim kering harus diberi pengairan yang intensif sampai tanaman berumur 40-50 hari. Masa kritis tanaman cabe adalah pada saat pembentukan bunga dan buah, sehingga waktu tanam perlu diperhatikan agar tanaman memperoleh cukup air selama masa pertumbuhan. Pengairan dilakukan dengan cara penggenangan (untuk lahan sawah) terutama pada musim kemarau seminggu sekali dengan sistem leb selama 15-30 menit kemudian airnya dikeluarkan dari petakan. Bila musim kemarau terutama pada tanaman yang berumur kurang dari 40 hari setelah tanam di siram 2 hari sekali. Tanpa pengairan yang memadai, tanaman akan mudah layu sehingga dapat berpengaruh pada proses pertumbuhan. Untuk tanaman yang sudah dewasa, pemberian air tidak intensif lagi karena perakarannya sudah cukup tua. Pengairan dapat diberikan bersamaan pemberiaan pupuk cair. Pada waktu tanaman telah tumbuh dewasa pengairan dapat dilakukan dengan pemberian air sistem tuang.

6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada umur 15 dan 30 hari setelah tanam. Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis tanaman pengganggu (gulma) yang hidup disekitar pertanaman cabe, sebab gulma merupakan inang bagi hama dan penyakit penting tanaman cabe. Meskipun permukaan bedeng pertanaman ditutup mulsa plastik, kegiatan penyiangan tetap diperlukan terutama pada daerah kosong diantara bedeng pertanaman, tanggul pembatas dan pada lubang tanaman. Biasanya perakaran gulma yang

tumbuh dilubang tanaman sudah menyatu dengan perakaran tanaman pokok, untuk itu cara pencabutannya harus hati-hati supaya tidak merusak perakaran tanaman cabe.

7. Pemupukan

Pemupukan dilakukan apabila dianggap perlu, karena sebagian besar pupuk sudah diberikan pada waktu penanaman. Pupuk susulan hanya sebagai pelengkap yaitu berupa pupuk daun, pupuk buah, urea, ZA, TSP dan lain-lain. Pupuk daun mulai diberikan satu minggu setelah tanam dilapangan. Pemberiannya 10-15 hari sekali dengan dosis 0,7 kg/ha per aplikasi. Pada minggu keenam dosis kebutuhan ditingkatkan menjadi 1,5 kg/ha sekali pemberian. Pada minggu keenam dan kesebelas setelah tanam dapat ditambahkan pupuk campuran berupa urea, ZA, TSP dan KCl dengan kebutuhan hanya 19 gram per tanaman. Cara pemberiannya dengan melubangi plastik mulsa dengan jarak antar batang cabe adalah 15 cm. Pada saat tanaman mulai berbuah, setiap interval dua minggu diberi pupuk buah dan NPK cair dengan konsentrasi 3-4 kg NPK dilarutkan dalam 200 ml air. Masing-masing tanaman diberi 300-400 ml.

8. Penggunaan ZPT

Potensi produksi cabe selain dengan pemupukan dan pengendalian gulma dapat pula ditingkatkan dengan cara pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT), baik cair maupun yang berbentuk tepung. Umumnya penggunaan ZPT ini diberikan 2-3 kali aplikasi selama pertanaman yaitu pada umur 21, 42 dan 62 HST

Gambar 7. Penyiapan ZPT

Sasaran :

Benih cabe tertanam pada lubang sesuai yang telah ditentukan sehingga pertumbuhannya optimal.

Gambar 8. Pengajiran

Contoh Form Kegiatan Pemeliharaan

Nama Pemilik

: ..

Alamat Lahan

: ..

Tabel 10. Catatan Kegiatan Pengajiran

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 11. Catatan Kegiatan Perempelan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 12. Catatan Kegiatan Pengairan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 13. Catatan Kegiatan Penyiangan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 14. Catatan Kegiatan Pemupukan

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Tabel 15. Catatan Kegiatan Penggunaan ZPT

Luas

Kendala di

Hasil Akhir dan Hal

Tanggal

Petak

Cara

yang Perlu

Petugas

(Ha)

Lahan

Diperhatikan

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe VII

..

"Pengendalian OPT "

Halaman

Revisi..

Disahkan

Tanggal.

..

VI.

Pengendalian organisme Pengganggu Tumbuhan

Definisi:

Tindakan untuk menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan sistem pengendalian hama terpadu ( PHT ).

Tujuan:

Agar OPT terkendali dan terjaganya kelestarian lingkungan

Validasi:

Undang-Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.

Alat dan Bahan:

Power sprayer, hands sprayer, lampu perangkap, perangkap kuning sebagai alat untuk mengendalikan OPT

Pestisida (biopestisidia, pestisida nabati, pestisida kimiawi) dan musuh alami ( parasitoid, patogen, predator ) untuk mengendalikan OPT Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan pembersih.

Ember/ timba untuk mencampur pestisida dengan air. Pengaduk untuk mengaduk pestisida dengan air. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air.

7. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari cemaran bahan kimia (pestisida).

Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan

Prosedur Pelaksanaan:

Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan

Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian, sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase/stadia tanaman sesuai teknik yang dianjurkan.

Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan

Sasaran

Tanaman terkendali dari serangan OPT

Berikut ini adalah jenis OPT utama yang terdapat pada setiap fase/stadia pertumbuhan tanaman cabe.

Hama

a. Thrips (Thrips parvispinus Karny)

Gejala serangan :

Hama ini merupakan vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting. Pada musim kemarau perkembangan hama sangat cepat, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada musim penghujan populasinya akan berkurang karena banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan. Hama ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda). Serangan ditandai dengan adanya bercak-bercak putih/keperak-perakan. Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat tembaga, mengeriting atau keriput dan akhirnya mati. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas atau pucuk menggulung ke dalam dan muncul seperti tumor, pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati.

Pengendalian :

Kultur Teknis

Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan dengan tanaman perangkap (caisin). Cara ini cukup efektif untuk menunda serangan yang biasanya terjadi pada umur 14 hari setelah tanam menjadi 41 hari setelah tanam. Penggunaan mulsa plastik juga dapat mencegah infeksi kutu daun dari luar pertanaman dan mencegah thrips mencapai tanah untuk berpupa, sehingga daur hidup thrips menjadi terputus. Sanitasi dan pemusnahan bagi tanaman yang terserang thrips.

Membakar sisa-sisa jerami atau mulsa yang digunakan pada saat pertanaman.

Fisik Mekanis

Penggunaan kain kasa pada bedengan persemaian maupun di sekitar pertanaman

Penggunaan perangkap likat berwarna biru atau putih sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500 m2, dan dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap likat dapat dibuat dari potongan paralon berdiameter 10 cm dan panjang 15 cm, kemudian di cat putih atau biru, digantungkan diatas tanaman cabe. Lem yang digunakan berupa lem kayu yang diencerkan atau vaselin, lem dipasang setiap seminggu sekali.

Penggunaan Varietas Tahan

Beberapa varietas yang agak tahan terhadap serangan thrips yaitu : Arimbi, CTH-01, Papirus dan LV 2323

4. Kimiawi

Pestisida digunakan yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian apabila populasi hama/kerusakan tanaman atau cara-cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi hama. Pengendalian secara kimiawi lainnya dapat menggunakan pestisida alami yang berasal dari gadung (Diascorea hispida)

a. Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gejala serangan :

Buah cabe yang terserang ditandai dengan adanya lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat serangga betina meletakkan telurnya. Telur-telur diletakkan pada buah yang agak tersembunyi dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Jika buah cabe dibelah, didalamnya terdapat larva lalat buah. Larva tersebut membuat saluran didalam buah dengan memakan daging buah serta menghisap cairan buah dan menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum larva berubah menjadi pupa. Serangan berat terjadi pada musim hujan, disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga betina terkontaminasi oleh cendawan sehingga buah yang terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.

Pengendalian :

1.Fisik Teknis

- Pencacahan (pembongkaran) tanah sekitar tanaman, tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong lalat buah yang ada didalam tanah terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati.

Sanitasi mengumpulkan buah yang terserang baik yang gugur maupun yang masih berada di pohon kemudian dimusnahkan dengan cara di bakar atau dibenamkan dalam tanah.

Fisik Mekanis

Pengunaan perangkap dengan antraktan Metil Eugenol (ME) atau minyak Melaleuca brachteata (MMB) dengan dosis 1 ml/perangkap sebanyak 40 kali per hektar atau 2 kali per 500 m2 yang dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Setiap 2 minggu antraktan diganti. Perangkap dipasang dengan ketinggian

50 cm (sedikit diatas tajuk tanaman).

Penggunaan Varietas tahan

Beberapa varietas yang agak tahan terhadap serangan hama lalat buah, yaitu Tombak 1, Tombak 2, Nenggala 1, Cemeti 1, Arimbi, CTH-01 dan Papirus.

4. Hayati

Pemanfaatan musuh alami parasitoid famili Braconidae (Biosteres sp., Ophius sp.), predator famili Formicidae (semut), Arachnidae (laba-laba), Staphylinidae (kumbang) dan Dermoptera (cocopet).

5. Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara-cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi hama gunakan pestisida yang efektif terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

b. Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz)

Gejala serangan :

Tanaman yang terserang kutu daun persik menjadi keriput, pertumbuhan tanaman kerdil, warna daun kekuningan, terpuntir, layu dan akhirnya mati. Kutu daun ini merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama penyakit virus CMV dan PVY. Pada musim hujan peranan kutu daun ini kurang penting, biasanya ledakan hama terjadi pada musim kemarau. Hama ini hidupnya berkelompok dan berada dibawah permukaan daun. Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun muda dan bagian pucuk tanaman. Cairan yang dikeluarkan kutu daun ini mengandung madu yang dapat mendorong tumbuhnya cendawan jelaga pada daun sehingga menghambat proses fotosintesis.

Pengendalian :

Kultur teknis

Melakukan sanitasi; eradikasi gulma dan bagian-bagian tanaman yang terserang, kemudian dibakar

Fisik mekanis

Penggunaan kain kasa pada bedengan persemaian maupun di sekitar pertanaman.

Penggunaan perangkap air berwarna kuning. Perangkap yang dibutuhkan sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500 m2, dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman cabe berumur 2 minggu.

Hayati

Pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., predator kumbang

Coccinella transversalis, Menochilus sexmaculata, Chrysopa sp., Larva Syrphidae, Hormovnia octomaculata, Microphis lineata, Veramius sp. dan patogen serangga Entomophthora sp. dan Verticillium sp.

4. Kimiawi

Apabila dijumpai populasi kutu daun atau kerusakan tanaman dapat digunakan pestisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada senja hari.

c. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Gejala serangan :

Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan yang tinggal tulang-tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah cabe. Larva biasanya berada dipermukaan bawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok. Gejala serangan buah cabe ditandai dengan timbulnya lubang yang tidak beraturan pada permukaan buah. Pada serangan berat menyebabkan tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Umumnya serangan berat terjadi pada saat musim kemarau.

Pengendalian :

Kultur teknis

Sanitasi lahan secara teratur dengan cara membersihkan gulma-gulma dan sisa-sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi pada tanaman cabe berikutnya.

Pengolahan lahan yang intensif dan saluran air (drainasi) yang baik.

Fisik mekanis

Mengumpulkan kelompok telur, larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan.

Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngenggat

Spodoptera litura sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500 m2. Pemasangan perangkap dilakukan, ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.

Hayati

Pemanfaatan musuh alami patogen SL-NPV (Spodoptera litura-Nuclear Polyhedrosis virus), SL-BX 9, cendawan Cordisep, nematoda Steinerma, predator Sycamus sp, Andrallus spinerdeus, Sclonepamis geminata, parasitoid Apamteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, Psibeae sp.

4.Kimiawi

Jika ditemukan populasi hama atau gejala kerusakan daun akibat serangan ulat grayak, maka pertanaman cabe disemprot dengan pestisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

d.Tungau Kuning (Polyphagotarsonemus latus Banks)

Gejala serangan :

Hama menyerang daun-daun muda dengan cara menghisap cairan tanaman dan menyebabkan kerusakan sehingga terjadi perubahan bentuk menjadi abnormal dan perubahan warna seperti daun menebal dan berubah warna menjadi tembaga atau kecoklatan. Daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah, menyusut dan keriting. Tunas dan bunga gugur. Serangan berat terjadi pada musim kemarau, biasanya serangan bersamaan dengan serangan thrips dan kutu daun.

Pengendalian :

1. Kultur teknis

Sanitasi dengan mengeradikasi bagian tanaman yang terserang kemudian dimusnahkan.

Hayati

Pemanfaatan musuh alami yaitu predator Ambhyseins cucumeris.

Kimiawi

Pengendalian dengan akarisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian dilakukan apabila ditemukan gejala kerusakan daun dan populasi tungau.

e.Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

Gejala serangan :

Kutu kebul (Bemisia tabaci) merupakan vektor penting penyakit virus. Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh Bemisia tabaci, antara lain Geminivirus, Closterovirus, Potyvirus, Rod-shape DNA virus,

Nepovirus dan carlavirus. Gejala serangan pada daun berupa bercak nekrotik, disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa yang menghisap cairan daun. Pada saat populasi tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat pertumbuhan tanaman.

Ekskresi kutu kebul menghasilkan madu yang merupakan media yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal.

Pengendalian :

Kultur teknis

Penanaman pinggiran lahan dengan tiga baris tanaman jagung dan dua baris Tagetes spp atau bunga matahari sebagai barrier/tanaman perangkap.

Sanitasi lingkungan, terutama mengendalikan gulma daun lebar babadotan dan ciplukan yang dapat menjadi tanaman inang virus. Sisa-sisa tanaman terserang dikumpulkan dan dibakar.

Fisik mekanis

Pemasangan perangkap lalat berwarna kuning sebanyak 40 buah/Ha

Pemasangan kelambu di persemaian/pembibitan sampai dipertanaman, terutama pada saat populasi tinggi/musim kemarau dan di daerah serangan virus.

Hayati

Pemanfaatan musuh alami, seperti predator, parasitoid dan patogen serangga. Predator yang diketahui efektif terhadap kutu kebul, antara lain Menochilus sexmaculatus (mampu memangsa larva Hemisia tabaci sebanyak 200 - 400 larva per hari), Coccinella septempunctata, Scymus syriacus, Chrysoperla carneae, Scrangium parcesetosum, Orius albidipennis, dll.

Parasitoid yang diketahui efektif menyerang B.tabaci adalah Encarcia adrianae (15 species), E.tricolor, Eretmocerus corni (4 species), sedangkan jenis patogen yang yang menyerang B.tabaci, antara lain

Bacillus thuringiensis, Paecilomyces farinorus dan Eretmocerus.

4. Kimiawi

Apabila ditemukan populasi hama dan gejala serangan dapat diaplikasi dengan pestisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

Penyakit

Beberapa penyakit penting yang menyerang tanaman cabe merah, adalah :

a. Penyakit layu Bakteri Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum

Gejala serangan :

Tanaman yang terserang menunjukan gejala layu pada pucuk daun kemudian menjalar ke bagian bawah daun sampai seluruh daun menjadi layu dan akhirnya tanaman menjadi mati. Jaringan pembuluh batang bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Apabila batang dan akar yang terserang dipotong melintang dan dicelupkan kedalam air jernih tampak mengeluarkan cairan keruh yang merupakan koloni bakteri. Serangan pada buah menyebabkan warna buah cabe menjadi kekuningan dan busuk. Infeksi terjadi melalui lentisel dan akan cepat berkembang jika ada luka mekanis akibat gigitan hama dan faktor lainnya. Penyakit layu bakteri ini berkembang sangat cepat pada musim hujan.

Pengendalian :

Kultur teknis

Melakukan sanitasi dengan mengeradikasi tanaman yang terserang dan sisa-sisa tanaman sakit dicabut dan dimusnahkan.

Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang. Pergiliran tanaman dengan padi sawah sangat membantu mengurangi populasi bakteri di dalam tanah.

Memperbaiki aerasi tanah agar tidak terjadi genangan air dan kelembaban yang cukup tinggi, dengan membuat guludan setinggi 40-50 cm.

Penurunan pH tanah dengan pemberian belerang pada areal pertanaman.

Menanam varietas cabe merah yang sehat dan tahan penyakit layu bakteri.

Hayati

Memanfaatkan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladium spp. Aplikasi pada kantong persemaian sebanyak 5 gram per kantong, diaplikasikan 3 hari sebelum benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman benih.

Memanfaatkan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens.

3. Kimiawi

Apabila cara-cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan serangan penyakit ini dapat digunakan fungisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

b. Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f.sp) Gejala serangan :

Daun-daun tanaman yang terserang mengalami kelayuan daun-daunnya mulai dari bagian bawah, dan menjalar ke ranting-ranting muda. Apabila infeksi berkembang, tanaman menjadi layu dalam waktu 2-3 hari setelah infeksi dan daun tetap menempel pada batang. Warna jaringan akar dan batang menjadi coklat. Tempat terjadinya luka tertutup hifa berwarna putih seperti kapas. Jika serangan terjadi sat pertumbuhan sudah maksimum, tanaman masih dapat menghasilkan buah. Bila serangan sudah mencapai batang, buah menjadi kecil dan gugur.

Pengendalian :

Kultur teknis

Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman yang terserang kemudian dicabut dan dimusnahkan.

Memperbaiki pengairan untuk mencegah terjadinya genangan air dan kelembaban yang tinggi, dengan membuat guludan setinggi 40-50 cm.

Menggunakan benih yang sehat

Hayati

Memanfaatkan agens hayati Trichoderma spp dan Gliocladium spp.

3. Varietas tahan

Menggunakan varietas yang agak tahan terhadap penyakit layu, yaitu Tampar-1 dan Tampar-2.

4. Kimiawi

Apabila cara lain tidak dapat menekan serangan penyakit ini dapat digunakan fungisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

c. Penyakit busuk buah antraknosa (Colletotrichum capsici (Syd.) Bult.Et.Bisby, C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum Ell.et.EV)

Gejala serangan :

Cendawan pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji, sehingga dapat menginfeksi persemaian yang tumbuh dari benih yang sakit. Cendawan dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman yang sakit. Pada musim kemarau pada lahan yang berdrainase baik, perkembangan penyakit agak berkurang. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur akibat infeksi. Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Ekspansi bercak yang maksimal membentuk lekukan dengan warna merah tua ke coklat muda dengan berbagai bentuk konsentrik dari jaringan saromatic cendawan/garis yang berwarna gelap. Bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan kelompok spora konidium. Serangan berat menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna kulit buah menyerupai jerami padi. Dalam kondisi cuaca panas dan lembab dapat mempercepat penyebaran penyakit.

Pengendalian :

Kultur teknis

Perlakuan benih dengan cara merendam biji dalam air panas (550C) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik.

Sanitasi gulma dan buah cabe yang terserang penyakit busuk buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan.

Menanam benih yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen penyakit busuk buah antraknosa, baik dipersemaian maupun lapangan.

Menanam cabe varietas genjah untuk menghindari infeksi, yaitu usaha memperpendek periode ekspose tanaman terhadap sumber inokulum.

Melakukan pergiliran tanam dengan tanaman yang bukan solanaceae

Melakukan perbaikan drainase tanah

Hayati

Pemanfaatan agens antagonis Trichoderma spp dan Gliocladum spp. Aplikasi pada kantong persemaian sebanyak 5 grm per kantong, diaplikasikan 3 hari sebelum benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman benih.

Pemanfaatan mikroba antagonis Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasi mulai fase pembungaan hinga 2 minggu setelah pembungaan dengan selang waktu 1 minggu.

3. Varietas tahan

Penggunaan varietas agak tahan dan yang tahan penyakit, seperti Tombak-1, Tombak-2, Cimeti-1, Nenggala-1, Tampar-2, sedangkan varietas yang tahan adalah Keriting Bukittinggi.

4. Kimiawi

Apabila gejala serangan penyakit pada buah semakin semakin meluas

dapat digunakan fungisida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri

Pertanian.

d. Penyakit bercak daun (Cercospora capsici Heald et Wolf)

Gejala serangan :

Penyakit bercak daun dapat menyerang tanaman muda di persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang pada tanaman tua. Pada musim kemarau dan pada lahan yang mempunyai drainase baik, penyakit layu kurang berkembang. Daun yang terinfeksi dapat berubah menjadi kuning dan gugur ke tanah. Pada daun yang terserang tampak bercak kecil berbentuk bulat dan kering. Bercak tersebut meluas sampai diameter sekitar 0,5 cm. Pusat bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-lubang. Apabila terdapat banyak bercak, daun cepat menguning dan gugur atau langsung gugur tanpa menguning lebih dahulu. Bercak sering terdapat pada tangkai daun, batang, sedangkan serangan pada buah jarang ditemukan. Penyakit ini kadang-kadang menyerang cabe pada waktu persemaian.

Pengendalian :

Kultur teknis

Sanitasi dengan cara memusnahkan daun atau sisa-sisa tanaman yang terinfeksi/terserang.

Menanam bibit yang bebas patogen pada lahan yang tidak terkontaminasi oleh patogen, baik dipersemaian maupun dilapangan.

Perlakuan benih sebelum tanam Perbaikan drainase

Hayati

Waktu tanam yang tepat adalah musim kemarau dengan irigasi yang yang baik dan pergiliran tanaman dengan tanaman non solanaceae.

3. Kimiawi

Aplikasi fungisida secara bijaksana, efektif, terdaftar dan diijinkan oleh Menteri Pertanian, berpedoman pada peramalan cuaca dan populasi spora dilapangan.

e. Penyakit Virus

Penyakit virus yang menyerang tanaman cabe di Indonesia dapat disebabkan oleh satu jenis atau gabungan beberapa jenis virus, antara lain Virus kerupuk (Chili Puckery Stunt Virus = CPSV), Virus kerdil nekrosis dan Mosaik ringan (Tobacco Mosaic Virus =TMV), Tomato Mosaic Virus = To MV, Virus Mosaik (Cucumber Mosaik Virus = CMV), Potato Virus Y = PVY dan penyakit virus kuning, Geminivirus (Tomato yellow leaf curl virus = TYLCV).

Gejala serangan :

Virus kerupuk : virus ditularkan oleh kutu daun Aphis gossypii pada tanaman muda dimulai dengan daun melengkung kebawah, dan pada umur-umur selanjutnya gejala melengkung lebih parah disertai kerutan-kerutan (puckery).

Virus mosaik : ditularkan secara mekanis dan dengan perantara vektor kutu daun Persik (Myzus persicae) dan A. gosypii. Daun tanaman yang terserang menjadi mosaik berwarna belang hijau muda sampai hijau tua.

Virus kerdil : virus ditularkan secara mekanis atau melalui biji. Gejala serangan bervariasi termasuk mosaik, kerdil dan sistemik klorosis. Madang-kadang diikuti dengan nekrotik streak pada batang atau cabang dan gugurnya daun.

Virus kuning : virus ditularkan melalui serangga vektor kutu kebul. Helai daun mengalami vein clearing, dimulai dari daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas (cupping).

Pengendalian :

Kultur teknis

Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi serangga apid yang berrperan sebagai vektor virus.

Sanitasi lingkungan dari gulma dan eradikasi tanaman terserang lalu dimusnahkan.

Rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang.

Menggunakan benih/bibit tanaman yang sehat dan bukan berasal dari daerah terserang.

2. Varietas tahan

Menanam varietas yang agak tahan (saat ini belum ada varietas yang tahan).

Kimiawi

Melakukan pengendalian serangga dengan pesticida yang efektif, terdaftar dan diijinkan Menteri Pertanian.

Tabel 16. Catatan Kegiatan Pengendalian OPT

Cara

Hasil

Akhir dan Hal

Jenis

Luas

Kendala di

peng

Tanggal

yang Perlu

Petugas

OPT

(Ha)

Lahan

endali

Diperhatikan

an

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe VII

..

"Roguing "

Halaman

Revisi..

Disahkan

Tanggal.

..

VII.

Roguing

Definisi dan Tujuan

Rouguing adalah memilih tanaman yang sehat dan tidak cacat sesuai dengan identitas varietas.

Tujuannya agar diperoleh mutu benih yang baik sesuai dengan ciri-ciri varietas yang ditanam.

Standar tentang rouguing

Rouguing dilakukan minimal tiga kali yaitu pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.

Hal yang harus diperhatikan pada waktu rouguing adalah keseragaman, tipe pertumbuhan, warna daun, warna batang, warna buah dan kesehatan tanaman.

Alat dan Bahan

Catatan waktu tanam cabe untuk mengetahui umur tanaman dan menentukan saat roguing.

Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.

Prosedur Kerja Penentuan Saat roguing

Lakukan pengamatan terhadap perkembangan fisik tanaman pada saat tanaman berumur 1 bulan, 2 bulan dan 3 bulan.

Cabut tanaman yang sakit, kerdil, tidak normal dan layu, tipe simpang dan varietas lain (off type ).

Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan ( Tabel 12 )

Tabel. 17. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Roguing

Nama Petani:.

Alamat Lahan :

Tgl

Petak

Luas

Umur Tanaman

Penampakan Ciri Fisik Tanaman

Petugas

(ha)

Siap roguing

Standar Prosedur

Nomor:

Tanggal

Operasional

SOP Benih

Dibuat

Cabe IX

..

"Panen dan Pasca

Halaman

Revisi..

Disahkan

Panen"

.

Tanggal.

..

VIII. PANEN DAN PASCA PANEN

Definisi:

Proses pengambilan buah cabe yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk dipanen sehingga diperoleh benih dengan kualitas prima.

Tujuan:

Menyelamatkan benih dari kerusakan dilapangan, agar menjadi benih yang secara kualitatif baik dan secara kuantitatif bisa optimal

Validasi:

Buku SOP cabe merah, Dit Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007

Pengalaman produsen benih cabe yang tergabung dalam Gapoktan Singasari, berlokasi di Desa Kawali Mukti, Kecamatan Kawali, Ciamis.

Alat dan Bahan: Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan ember Timbangan

Prosedur Pelaksanaan:

Panen

Proses kematangan buah cabe disetiap pohon berlangsung tidak serentak, sehingga dapat dijumpai buah cabe dengan tingkat kemasakan yang berbeda. Oleh sebab itu pelaksanaan panen dilakukan secara bertahap sesuai tingkat kemasakan yang dikehendaki. Cabe yang dipanen untuk benih, dipilih buah yang sudah masak berwarna merah penuh dengan interval panen 3-7 hari, pemanenannya harus masak penuh sampai cabe hampir kering di tanaman. Ciri-ciri buah cabe yang masak penuh adalah seluruh bagian buah berwarna merah, sedangkan yang belum masak penuh cabe berwarna kehitaman. Waktu yang diperlukan agar buah menjadi masak penuh rata-rata 48 jam. Periode panen merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memanen buah cabe mulai panen pertama sampai cabe habis dipanen. Waktunya sulit ditentukan secara pasti sebab sangat tergantung dari lingkungan tumbuh, tingkat pertumbuhan tanaman, perawatan dan kesehatan tanaman. Umumnya untuk cabe yang ditanam di dataran rendah, masa panen pertama dapat dimulai pada waktu tanaman berumur 75-80 hari setelah tanam dengan interval panen 1-3 hari sekali. Sedangkan untuk cabe yang ditanam di dataran tinggi umumnya, panen pertama mulainya agak lambat yaitu pada waktu tanaman berumur 90-100 hari setelah tanam dengan interval 3-5 hari sekali. Batas berakhirnya masa panen

lebih sulit ditentukan. Secara umum periode panen buah cabe berlangsung selama 1,5-2 bulan.

Setelah panen dilakukan seleksi dengan membuang buah yang bentuknya tidak normal, ukurannya kecil dan masih sakit/masak karena serangan OPT. Buah cabe yang akan diambil bijinya untuk benih dipilih yang baik, sehat/tidak cacat dan cukup tua.

Gambar 9. Panen buah cabe untuk diambil bijinya

Tabel 18. Contoh Form Catatan Kegiatan Panen

Nama Pemilik

: ..

Alamat Lahan

: ..

Tanggal

Petak

Luas (Ha)

Cara Panen

Jumlah Hasil Panen

Petugas

Pemisahan Biji

Pemisahan biji dari daging buah dapat dilakukan dengan tangan/pisau (cara manual) atau dengan penggiling daging yang sudah dimodifikasi serta dengan cara direndam 1 malam dengan air. Setelah benih dikeluarkan dari daging buah, untuk menghindari adanya penyakit/hama yang terbawa dari lapangan serta selama dalam penyimpanan, maka benih diberi perlakuan dengan pestisida berbahan aktif metalabel dengan dosis 0,2%.

Tabel 19. Contoh Form Catatan Kegiatan Pemisahan Biji

Nama Pemilik: ..

Alamat Lahan: ..

Luas

Jumlah Hasil

Cara

Tanggal

Petak

pemisahan

Jumlah biji (kg)

Petugas

(Ha)

Panen

biji

Gambar 10. Kegiatan memisahkan biji dari daging buah dengan penggilingan

3. Pengeringan

Setelah biji dikeluarkan dari daging buah selanjutnya dikeringkan/diangin-anginkan dengan sinar matahari atau panas buatan/diruang pengering dengan suhu 34-36 0C selama 5-6 hari sampai kadar air mencapai 5-8 %.