01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

Upload: nur-hidayah

Post on 19-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    1/29

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    2/29

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHANOKSIGENASI PADA AN. P DENGAN INFEKSI

    SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

    DI RUANG FLAMBOYAN

    RSUD SUKOHARJO

    DI SUSUN OLEH :

    ELSA NELA SARI

    NIM. P.09017

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    3/29

    STUDI KASUS

    ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHANOKSIGENASI PADA AN. P DENGAN INFEKSI

    SALURAN PERNAPASAN ATAS (ISPA)

    DI RUANG FLAMBOYAN

    RSUD SUKOHARJO

    Karya Tulis Ilmiah

    Untuk Memenuhi Salah Satu PersyaratanDalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

    DI SUSUN OLEH :

    ELSA NELA SARI

    NIM. P.09017

    PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

    SURAKARTA

    2012

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    4/29

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    ISPA adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas maupun bawah

    yang disebabkan oleh masuknya kuman mikroorganisme (bakteri dan virus)

    ke dalam organ saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari.

    Nasofaringitis akut (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) merupakan keadaan

    infeksi anak yang paling lazim, tetapi gejalanya tergantung pada frekuensi

    relatif dari komplikasi yang ditimbulkan. Pada anak-anak sindrom ini lebih

    luas daripada orang dewasa, sering melibatkan sinus paranasal dan telinga

    tengah serta nasofaring. Anak rata-rata menderita lima sampai delapan infeksi

    dalam setahun, dan angka tertinggi terjadi selama umur 2 tahun pertama.

    Anak-anak lebih rentan terhadap ISPA apabila asupan nutrisi buruk dan

    komplikasi purulen bertambah pada malnutrisi. Perubahan pertama adalah

    edema dan vasodilatasi pada submukosa, terjadi perubahan struktural dan

    fungsional silia.Keadaan ini mengganggu pembersihan mukus, apabila hal ini

    tidak segera ditangani maka akan menyebabkan gangguan pemenuhan

    oksigenasi (Nelson, 2002 : 1456).

    Penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) masih merupakan

    salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan

    masih tingginya angka kejadian penyakit ISPA terutama pada balita. Proporsi

    kematian yang ada di indonesia tahun 1998 disebabkan oleh infeksi saluran

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    5/29

    pernafasan akut mencakup 20% -30 % dari seluruh kematian balita (Yusup

    dan Sulistyorini, 2005).

    Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) masih menjadi penyebab

    kematian balita nomor satu di Indonesia. Direktur Rumah Sakit Hasan Sadikin

    Bandung, menyebutkan setiap 4 menit terjadi satu kematian balita akibat

    ISPA. Bahkan sejak tahun 2000 angka kematian balita akibat ISPA adalah 5

    per 1000 balita. Oleh karena itu ISPA merupakan salah satu penyakit menular

    yang perlu mendapat perhatian (Rahmawati, 2008).

    Kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dibagi menjadi lima

    tingkatan, diantaranya adalah kebutuhan fisiologis. Kebutuhan fisiologis

    merupakan prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Salah satu kebutuhan

    dasar manusia (fisiologis) yang harus dipenuhi adalah kebutuhan oksigenasi

    (Potter dan Perry, 2005 : 613).

    Oksigen (O2) merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital

    dalam proses metabolisme, yang berfungsi untuk mempertahankan

    kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh

    dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.

    Penyampaian Oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem

    respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis( Rufaidah, 2005).

    Gangguan oksigenasi dapat berupa perubahan pola napas, hipoksia,

    dan obstruksi pernapasan. Hal ini bila terjadi pada anak yang mengalami

    ISPA, maka perlu ditangani dengan baik dan tepat, jika ISPA tidak sembuh,

    dalam satu minggu dan daya tahan tubuh anak sedang menurun, maka ISPA

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    6/29

    yang sebelumnya hanya menginfeksi saluran napas atas ini bisa merembet ke

    saluran napas bawah, sehingga bisa mengakibatkan penyakit bronkitis,radang

    paru-paru, ataupun asmatik bronkitis yang akan mengakibatkan gangguan

    pada organ-organ pernafasan. Gangguan tersebut misalnya hipoksia, hipoksia

    merupakan kondisi ketika kadar oksigen dalam tubuh (sel) tidak adekut, dalam

    proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam

    kehidupan. Maka dari itu pemenuhan kebutuhan oksigenasi hendaknya

    mendapatkan prioritas utama dalam penanganannya (Mubaraq dan Chayatin,

    2008 : 159-166).

    Berdasarkan kasus latar belakang di atas penulis tertarik untuk

    menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada

    anak karena jika tidak diatasi akan menimbulkan gejala yang semakin berat

    bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan yang

    dapat mengakibatkan kematian. Penulis menggunakan proses asuhan

    keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

    implementasi, dan evaluasi.

    B. TUJUAN PENULISAN

    1. Tujuan Umum

    Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada An. P

    dengan ISPA di RSUD Sukoharjo.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    7/29

    2. Tujuan Khusus

    a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. P dengan pemenuhan

    kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

    b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. P

    pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

    c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. P

    pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

    d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. P pemenuhan

    kebutuhan oksigenasi.

    e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. P pemenuhan kebutuhan

    oksigenasi pada pasien ISPA.

    f. Penulis mampu menganaliasa kondisi pada An. P pemenuhan

    kebutuhan oksigenasi.

    C. MANFAAT

    1. Bagi Institusi Keperawatan

    a. Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan anak pada

    pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, khususnya pada pasien

    ISPA sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada

    pasien dengan lebih optimal serta meningkatkan ketrampilan dalam

    memberikan penatalaksanaan yang lebih baik pada pasien ISPA.

    b.

    Perawat mampu bersikap profesional dalam memberikan asuhan

    keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    8/29

    2. InstitusiPendidikan

    Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan

    anak pada pasien ISPA, sehingga dapat memberikan gambaran tentang

    penatalaksanaan pemenuhan oksigenasi pada pasien ISPA.

    3. BagiPenulis

    a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan

    tentang pemenuhan kebutuhan oksigensi pada pasien ISPA, sehingga

    dapat mengembangkan wawasan penulis.

    b. Mendorong penulis untuk mengembangkan diri, berpandangan luas, serta

    bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan anak

    khususnya pada pasien ISPA.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    9/29

    6

    BAB II

    LAPORAN KASUS

    A.

    IDENTITAS KLIEN

    Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 15.00 WIB,

    pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa,

    pengamatan dan observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan

    medis, catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas

    klien, bahwa inisial klien An. P, umur klien 5 tahun, klien beragama islam,

    alamat Sukoharjo, klien duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK), nomor

    register 17 37 92, dirawat di bangsal Flamboyan di kamar F 8.2 RSUD

    Sukoharjo. Dokter mendiagnosa bahwa An.P menderita penyakit ISPA. Klien

    masuk Rumah Sakit pada tanggal 2 April 2012 melalui UGD. Penanggung

    jawab klien adalah Tn. M, umur 40 tahun, pendidikan SD, pekerjaan

    wiraswasta, hubungan dengan klien adalah paman klien.

    B. PENGKAJIAN

    1. Riwayat Kesehatan Klien

    Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan

    klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah batuk, pilek terus

    menerus. Keluarga klien mengatakan pada tanggal 29 April 2012 (5 hari

    sebelum masuk Rumah Sakit) klien mengalami demam disertai batuk

    pilek, batuk tidak mengeluarkan dahak. Oleh keluarga klien dibawa ke

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    10/29

    7

    UGD RSUD Sukoharjo kemudian dokter memutuskan klien untuk

    dirawat di ruang Flamboyan, pada saat pengkajian di bangsal keluarga

    klien mengatakan klien sudah tidak demam, klien mengeluh batuk terus

    menerus, dahak tidak keluar, batuk sewaktu-waktu. Klien juga mengeluh

    hidungnya tersumbat dan sulit untuk bernapas. Klien tampak lemas,

    pergerakannya terbatas klien tampak berbaring. Tanda-tanda vital nadi 96

    kali per menit, suhu 370

    C respirasi 32 kali per menit irama napas tidak

    teratur, cepat dangkal.

    Riwayat kesehatan lalu, kehamilan : gravida pertama partus

    pertama belum pernah aborsi, klien lahir pada tanggal 11 Oktober 2006,

    gestasi saat lahir 9 bulan, saat mengandung ibu klien tidak

    mengkonsumsi obat. Kelahiran, tipe kelahiran secara sectio caesaria

    indikasi panggul sempit. Post natal, berat baru lahir 2800 gram, panjang

    lahir 48 cm, tanggal kembali dari persalinan 16 Oktober 2006 dan pada

    klien tidak terdapat kelainan bawaan. Keluarga mengatakan imunisasi

    klien lengkap. Keluarga mengatakan klien tidak mempunyai kebiasaan

    khusus dalam tingkah laku (seperti : menggigit kuku, menghisap ibu

    jari). Pertumbuhan dan perkembangan, berat baru lahir 2.800 gram, saat

    usia 6 bulan 7 kg, Berat badan saat ini 16 kg, gigi sudah lengkap terdapat

    caries gigi.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Berdasarkan pengkajian didapatkan pemeriksaan fisik dan penilaian

    keadaan umum adalah baik, kesadaran composmentis atau sadar penuh,

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    11/29

    8

    pemeriksaan fisik, tinggi badan 108 cm, berat badan 16 kg, Mata klien

    simetris kanan kiri, konjunctiva anemis, pupil isokor, sklera tidak ikterik,

    tidak terdapat gangguan penglihatan. Hidung simetris, terdapat luka bekas

    digaruk (lecet), terdapat sekret berlebih, tidak ada epistaksis, tidak

    terpasang oksigen. Mukosa bibir kering, gigi sudah lengkap, terdapat

    cariesgigi. Pemeriksaan dada : inspeksi paru pengembangan dada kanan-

    kiri simetris, palpasi vocal fremituskanan kiri sama, saat diperkusi bunyi

    paru sonor, dan saat diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi

    (grok-grok). Pemeriksaan jantung inspeksi pulsasi ictus cordis tidak

    tampak, palpasi ictus cordisteraba di SIC V, bunyi pekak saat diperkusi,

    pada saat diauskultasibunyi jantung I & II murni tidak ada bising. Tanda-

    tanda vital pada tanggal 3 April 2012 suhu 37oC, respirasi 32 kali per

    menit irama nafas tidak teratur, denyut nadi 96 kali per menit.

    Keluarga mengatakan klien pada saat bayi diberikan ASI ekslusif

    sampai umur 1,5 tahun, klien tidak diberikan susu formula ataupun

    makanan sereal. Untuk keadaan nutrisinya keluarga klien mengatakan

    sebelum sakit makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedang menu terdiri

    dari nasi, lauk (tahu, tempe, ikan, ayam) sayur, minum air putih 4 sampai 5

    gelas perhari, klien juga sering mengkonsumsi minuman sachet seperti

    marimas. Sedangkan selama sakit keluarga klien mengatakan klien makan

    3 kali sehari dengan menu bubur yang terbuat dari beras, lauk (tahu,

    tempe, daging) sayur, nafsu makan berkurang makan habis setengah dari

    porsi yang di sediakan oleh Rumah Sakit minum 2-3 gelas per hari. Hasil

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    12/29

    9

    Z- Score didapatkan WAZ = -1,2 (normal), HAZ = - 0,65 (normal), WHZ

    = -1,06 ( normal).

    3. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang laboratorium pada tanggal 2 April 2012

    yaitu hemoglobin 11,2 g/dl (N P:12-16 g/dl, Lk: 14-18 g/dl). Hematokrit

    30,4 % (N P: 38-47 % Lk : 40-54 %). Mchc 36,8 g/dl (N P: 30 33 g/dl),

    mch 27,6 pg (N: 28-31 pg).

    4. Terapi obat

    Terapi obat pada tanggal 03 dan 04 April 2012 klien mendapatkan

    Cefotaxim 350 mg/8 jam, Dexametason 2 mg/8 jam, Puyer batuk 3x1

    bungkus, Nebulizer Ventolin 2,5 mg ditambah Natrium klorida 2 cc/ 8

    jam, infus Ringer laktat 15 tetes per menit. Tanggal 05 April 2012

    mendapatkan infus Ringer laktat 15 tetes per menit, Puyer batuk 3x1

    bungkus.

    Dari data hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan

    analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang sesuai

    dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan

    implementasi, dan evaluasi tindakan.

    C. PERUMUSAN MASALAH

    Prioritas diagnosa keperawatan adalah ketidakefektifan bersihan jalan

    napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Data yang menunjang

    dengan diagnosa tersebut adalah data subyektif : Klien mengeluh batuk pilek,

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    13/29

    10

    hidungnya tersumbat dan sulit untuk bernapas. Data obyektif, klien terlihat

    batuk pilek terus menerus, terdapat sekret di hidung, terdapat suara nafas

    tambahan ronkhi (grok-grok), irama napas tidak teratur (cepat dangkal) dan

    frekuensi pernapasan 32 kali per menit.

    D.

    TUJUAN DAN KRITERIA HASIL

    Tujuan yang dibuat penulis berdasarkan kriteria SMART ( Spesifik,

    Measurable, Achievable, Reasonable, Time) adalah setelah dilakukan

    tindakan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan masalah ketidakefektifan

    bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria hasil, klien menunjukkan

    pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi

    pernafasan dalam rentang normal (20-30 kali per menit).

    E.

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    Intervensi atau rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan

    berdasarkan ONEK (Observasi, Nursing intervensi, Edukasi, Kolaborasi)

    yaitu kaji keefektifan pengobatan yang diresepkan, rasional : untuk

    mengevaluasi pengobatan sebelumnya dan merencanakan tindakan

    selanjutnya, auskultasi bagian dada anteriordan posterior, rasional, : untuk

    mengetahui adanya bunyi tambahan, pantau status oksigenasi klien, rasional :

    untuk mengetahui status oksigenasi klien, pantau tanda - tanda vital, rasional

    : tanda-tanda vital merupakan indikator penting untuk mengetahui

    perkembangan klien. Berikan posisi semi fowler rasional :memaksimalkan

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    14/29

    11

    pengembangan paru, Anjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air

    putih hangat, rasional : untuk mengencerkan dahak, informasikan kepada

    keluarga klien bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di ruang

    perawatan, rasional : agar meminimalkan polusi di ruang perawatan.

    Instruksikan kepada klien dan keluarga tentang rencana perawatan di rumah

    rasional : membantu memberikan gambaran keluarga tentang perawatan di

    rumah pasca perawatan di Rumah Sakit, ajarkan kepada keluarga fisioterapi

    dada rasional : untuk memfasilitasi drainase sekret, ajarkan batuk efektif

    kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan Nebulizer rasional :

    sebagai bronkodilator, dan mengencerkan dahak.

    F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

    Implementasi keperawatan atau tindakan keperawatan dilakukan

    selama 3 hari. Tanggal 3 April pada jam 16.30 WIB memantau status

    oksigensi klien, respon subyektif : mengatakan hidungnya tersumbat, respon

    obyektif : frekuensi 32 kali per menit, irama napas tidak teratur cepat dan

    dangkal. Pada jam 16.35 WIB mengauskultasi dada anterior dan posterior,

    respon subyektif : keluarga mengatakan klien masih batuk, respon obyektif :

    terdapat suara napas tambahan ronkhi (grok-grok). Pada jam 16.40 WIB

    memberikan posisi semi fowler, respon subyektif : klien mengatakan lebih

    nyaman, respon obyektif klien tampak rileks. Pada jam 16.45 WIB

    menganjurkan keluarga untuk memberikan klien air putih hangat, respon

    subyektif : keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    15/29

    12

    putih hangat dibantu keluarga. Pada jam 16.45 WIB menginformasikan

    kepada keluarga bahwa merokok dilarang di ruang perawatan, respon

    obyektif tidak ada anggota keluarga yang merokok di ruang perawatan.

    Mengajarkan keluarga fisioterapi dada jam 17.30 WIB, respon subyektif

    keluarga mengatakan mengerti, respon obyektif fisioterapi dada telah di

    lakukan (clapping dan vibrating) dahak tidak keluar. Pada jam 20.00 WIB

    Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sesuai indikasi, respon subyektif :

    keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak menangis, injeksi

    Cefotaxim 350 mg dan Dexametason 2 mg masuk secara intra vena. Pada jam

    20.05 WIB Kolaborasi pemberian terapi Nebulizer, respon subyektif :

    keluarga menyetujui, respon obyektif : klien tampak menangis Nebulizer

    Ventolin 2,5 mg di tambah Natrium clorida 2cc masuk.

    Tindakan keperawatan pada tanggal 4 April 2012, Pada jam 08.00

    WIB memantau status oksigenasi klien, respon subyektif : klien mengatakan

    hidung tersumbat, respon obyektif : frekuensi pernafasan 28 kali per menit,

    irama napas tidak teratur cepat dangkal. Pada jam 08.05 WIB mengajarkan

    kepada keluarga fisioterapi dada respon subyektif : keluarga klien

    mengatakan mengerti cara yang sudah diajarkan, respon obyektif : fisioterapi

    dada telah dilakukan (clapping dan vibrating) dahak keluar dengan

    konsistensi kental, warna kekuningan. Pada jam 08.20 WIB menganjurkan

    keluarga untuk memberikan klien minum air putih hangat, respon subyektif :

    keluarga menyetujui respon obyektif : klien terlihat minum air putih hangat

    dibantu keluarga. Pada jam 08.25 WIB menginformasikan kepada keluarga

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    16/29

    13

    bahwa merokok dilarang di ruang perawatan, respon subyektif : keluarga

    mengerti tentang informasi yang diberikan, respon obyektif : tidak ada

    anggota keluarga yang merokok di ruang perawatan. Pada jam 08.30 WIB

    memberikan posisi semi fowler, respon : subyektif klien mengatakan lebih

    nyaman, respon obyektif : klien tampak rileks. Pada jam 09.00 WIB

    kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi, respon subyektif : keluarga

    menyetujui tindakan injeksi, respon obyektif : klien tampak menangis, injeksi

    Cefotaxime 350 mg dan Dexametason 2 mg sudah masuk secara intravena.

    Pada jam 09.10 WIB kolaborasi pemberian terapi nebulizer, respon subyektif

    klien mengatakan dapat bernafas dengan mudah, respon obyektif klien

    tampak rileks, Nebulizer ventolin 2,5 mg ditambah 2 cc Natrium Klorida

    masuk, frekuensi pernapasan 28 kali per menit.

    Tindakan keperawatanpada tanggal 5 April 2012 yaitu pada jam 08.00

    WIBmengauskultasi dadaposteriordan anterior, respon subyektif : keluarga

    mengatakan batuk klien berkurang, respon obyektif : frekuensi pernafasan 20

    kali per menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan.

    Memberikan posisi semi fowler jam 08.10 WIB, respon subyektif : klien

    mengatakan lebih nyaman dengan posisi tersebut, respon obyektif : klien

    tampak rileks.

    G. EVALUASI KEPERAWATAN

    Evaluasi pada tanggal 03 April 2012, subyektif keluarga klien

    mengatakan klien batuk terus menerus, dahak tidak bisa keluar, klien masih

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    17/29

    14

    pilek, Klien juga mengeluh hidungnya tersumbat. Obyektif, klien masih

    terlihat masih batuk pilek, terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 32

    kali per menit, irama napas tidak teratur, terdapat suara napas tambahan

    ronkhi(grok-grok), masalah belum teratasi. Planning intervensi dilanjutkan,

    berikan posisi semi fowler, ajarkan keluarga fisioterapi dada, pantau status

    pernapasan, anjurkan keluarga untuk memberikan klien minum air putih

    hangat, kolaborasi pemberian terapi sesuai indikasi.

    Evaluasi pada tanggal 04 April, subyektif keluarga klien mengatakan

    klien masih batuk pilek dahak sudah keluar. Obyektif klien terlihat masih

    batuk dan pilek, terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 28 kali per

    menit, irama napas tidak teratur, dahak sudah keluar dengan konsistensi

    kental warna kekuningan, masalah belum teratasi. Planing lanjutkan

    intervensi, berikan posisi semi fowler, auskultasi dadaposteriordan anterior,

    ajarkan keluarga untukfisioterapi dada, anjurkan keluarga memberikan klien

    minum air putih hangat, kolaborasi pemberian terapi obat sesuai indikasi.

    Evaluasi pada tanggal 05 April 2012, subyektif keluarga klien

    mengatakan batuk sudah berkurang, klien mengatakan hidungnya sudah tidak

    tersumbat. Obyektif klien terlihat rileks, frekuensi pernapasan 20 kali per

    menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan. Masalah teratasi,

    dan pasien sudah diperbolehkan pulang intervensi dihentikan.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    18/29

    BAB III

    PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

    A. PEMBAHASAN

    Pada bab ini penulis akan membahas tentang studi kasus yang

    dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang Flamboyan, yang meliputi

    pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

    Penulis hanya akan membahas diagnosa keperawatan utama yaitu

    ketidakefektifan bersihan jalan napas, yang berkaitan dengan gangguan

    pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Alasan penulis hanya membahas

    tentang diagnosa tersebut karena kebutuhan oksigenasi merupakan

    prioritas tertinggi dalam kebutuhan dasar manusia, maka dari itu

    penanganannya harus diutamakan.

    Infeksi saluran nafas atas adalah infeksi yang disebabkan

    mikroorganisme di struktur saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk

    pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring. Penyakit yang

    termasuk dalam ISPA antara lain pilek, faringitisatau radang tenggorok,

    laringitis, dan influenza tanpa komplikasi (Corwin, 2009 : 538).

    Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa riwayat kesehatan

    klien, keluhan utama yang dirasakan oleh klien adalah batuk, pilek terus

    menerus. Keluarga klien mengatakan pada tanggal 29 April 2012 (5 hari

    sebelum masuk rumah sakit) klien mengalami demam disertai batuk pilek,

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    19/29

    batuk tidak mengeluarkan dahak, nafsu makan berkurang. Pada saat dikaji

    klien mengeluh hidungnya tersumbat dan lemas.

    Dari pemeriksaan fisik diatas, dapat dilihat bahwa tanda gejala

    pada klien sesuai dengan referensi yang menyebutkan bahwa gambaran

    secara umum yang sering dijumpai pasien ISPA adalah rinitis, nyeri

    tenggorokan, batuk-batuk denga n dahak kuning atau putih kental, nyeri

    retrosternal dan konjunctivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari,

    disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah-muntah

    dan insomnia. Pada tahap ISPA, sindroma influensa gambaran yang paling

    adalah gangguan fisik cukup berat, dengan gejala batuk, lemah badan,

    malaise, anoreksia, panas badan, nyeri tenggorok, meriang (Alsagaff dan

    Mukty, 2006 : 113).

    Penyakit ISPA pada anak-anak umumnya sama seperti orang

    dewasa, menyebabkan inflamasi dan pembengkakan pada saluran

    pernapasan. Tanda gejala yang terjadi pada anak-anak akan lebih nyata

    karena saluran napas lebih sempit daripada orang dewasa sehingga anak-

    anak lebih rentan untuk terjadi sumbatan jalan napas.

    Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan

    pengukuran lainnya. Pemeriksaan serta pemeriksaan semua bagian tubuh.

    Pemeriksaan fisik menggunakan teknik inspeksi,palapasi,perkusi, dan

    auskultasi (Potter dan Perry, 2005 : 159).

    Dari hasil pengkajian fisik pada klien didapatkan Pemeriksaan

    dada : inspeksi paru pengembangan dada kanan-kiri simetris, palpasi vocal

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    20/29

    fremitus kanan kiri sama, saat diperkusi bunyi paru sonor dan saat

    diauskultasi terdengar suara nafas tambahan ronkhi (grok-grok). Pada

    pemerikasaan hidung, simetris, terdapat luka bekas digaruk (lecet),

    terdapat sekret berlebih, tidak ada epistaksis. Tanda-tanda vital nadi 96

    kali per menit, suhu 370

    C respirasi 32 kali per menit irama napas tidak

    teratur, cepat dangkal. Pemerikasaan darah didapatkan hemoglobin 11,2

    g/dl, Hematokrit g30,4 %, Mchc 36,8 g/dl, mch 27,6 pg.

    Pasien ISPA akan timbul penyempitan atau tersumbatnya saluran

    pernafasan, hal ini karena semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun

    dan inflamasi sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang

    terinfeksi. Reaksi inflamasi menyebabkan peningkatan produksi mukus

    yang berperan menimbulkan ISPA, yaitu kongestiatau hidung tersumbat,

    sputumberlebihan, dan rabashidung atau pilek (Corwin, 2008 : 538).

    Pada infeksi saluran pernapasan akut terjadi peradangan selaput

    lender sekitar tenggorokan dan terdapat bintik-bintik yang melekat

    berwarna kuning atau putih. Hal tersebut mengakibatkan menyempitnya

    atau tersumbatnya saluran pernapasan (Handayaningsih, 2009 : 145).

    Sekret yang terakumulasi akan mengakibatkan sumbatan pada

    saluran nafas, sehingga oksigen yang dapat masuk ke saluran pernapasan

    akan berkurang. Tubuh mengkompensasinya dengan cara meningkatkan

    usaha napas, hal ini ditandai dengan perubahan frekuensi dan irama napas.

    Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien. Klien

    mengeluh hidung tersumbat, terdapat sekret di hidung yang

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    21/29

    mengakibatkan klien mengalami kesulitan untuk bernapas. Pada klien juga

    terdapat perubahan frekuensi 32 kali per menit, irama napas tidak teratur

    cepat dangkal.

    Tahap selanjutnya adalah pengkajian. Pengkajian keperawatan

    adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi

    data tentang klien. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

    keperawatan. Dalam mengkaji, harus memperhatikan data dasar pasien.

    Informasi yang didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat

    dari orang lain (data sekunder), catatan kesehatan klien, informasi atau

    laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat

    atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar (Hidayat A,

    2002 : 12).

    Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan penulis, dapat

    ditegakkan diagnosa keperawatan utama yaitu ketidakefektifan bersihan

    jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan. Hal ini ditandai

    dengan terdapat suara napas tambahan (ronkhi), batuk tidak efektif,

    perubahan pada frekuensi dan ritme pernapasan.

    Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan

    dalam membersihkan sekresiatau obstruksidari saluran pernapasan untuk

    menjaga bersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari ketidakefektifan

    bersihan jalan napas adalah batuk yang tidak efektif, penurunan bunyi

    napas, suara napas tambahan (rales, crakles, ronkhi, wheezing), sputum

    dalam jumlah berlebih, sianosis, kesulitan bicara, mata terbuka lebar,

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    22/29

    perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, sianosis gelisah.

    Sesuai dengan tanda dan gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi

    batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan napas, maka dapat

    ditegakkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas

    (Nanda, 2009 : 356).

    Hal ini didukung dengan buku menyebutkan bahwa, bersihan jalan

    napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika individu mengalami suatu

    ancaman nyata atau potensial pada status pernapasan karena

    ketidakmampuannya untuk batuk secara efektif. Diagnosis ini ditegakkan

    jika terdapat tanda mayor berupa ketidakmampuan untuk batuk atau

    kurangnya batuk atau ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekret dari

    jalan napas, tanda minor yang mungkin ditemukan untuk menegakkan

    diagnosis ini adalah bunyi napas abnormal, stridor dan perubahan

    frekuensi irama dan kedalaman napas (Anas Tamsuri, 2004 : 63).

    Menurut tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan

    suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan

    kewenangan perawat. Penulis dalam menentukan tujuan dan kriteria hasil

    kasus di atas didasarkan pada metode SMART. S : Spesifik,tujuan harus

    spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. M : Measureble, tujuan

    keperawatan harus dapat diukur, khususnya tentang perilaku klien, dapat

    dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau. A :Achievable, tujuan harus

    dapat dicapai, R :Reasonable, tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    23/29

    secara ilmiah, T : Time,mempunyai batasan waktu yang jelas (Nursalam,

    2002 : 81)

    Adapun tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan oleh penulis

    adalah setelah 2 x 24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan

    jalan napas teratasi, dengan kriteria hasil, klien menunjukkan pembersihan

    jalan napas efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan

    dalam rentang normal (20-30 kali per menit).

    Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis

    rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

    sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Berdasarkan

    diagnosa keperawatan yang telah dicetuskan maka penulis menyusun

    intervensi yang telah disesuaikan dengan intervensi NIC, pantau status

    oksigenasi klien, rasional : untuk mengetahui status oksigenasi klien,

    Auskultasi bagian dada anteriordanposterior, rasional : untuk mengetahui

    adanya bunyi tambahan, berikan posisi semi fowler rasional :

    memaksimalkan pengembangan paru, anjurkan keluarga untuk

    memberikan klien minum air putih hangat, rasional : untuk menurunkan

    viskositas sekresi, ajarkan batuk efektif rasional : untuk membantu

    mengeluarkan sekret, informasikan kepada keluarga klien bahwa merokok

    merupakan kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan klien, rasional :

    agar meminimalkan polusi di ruang perawatan. instruksikan kepada klien

    dan keluarga tentang rencana perawatan di rumah rasional : membantu

    keluarga perencanaan tentang perawatan di rumah pasca perawatan di

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    24/29

    rumah sakit, Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi obat dan

    Nebulizer rasional : sebagai bronkodilator, dan mengencerkan dahak

    (Wilkinson, 2006 : 16 20).

    Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan, adapun

    implementansi yang telah dilakukan pada tanggal 3 5 April 2012 adalah

    memantau status pernafasan klien bertujuan untuk mengetahui

    perkembangan kesehatan klien, sedangkan Mengauskultasi dada anterior

    dan posterior, yang tujuannya untuk mengetahui adanya suara napas

    tambahan. Memberikan posisi semi fowler bertujuan untuk

    memaksimalkan ekspansiparu.

    Memberikan posisi semi fowler dapat dilakukan pada pasien ISPA,

    karena hal ini bertujuan untuk memungkinkan ekspansi paru lebih baik

    dan mencegah aspirasi sekresi. Posisi semi fowler adalah posisi dimana

    paru-paru lebih tinggi sehingga memungkinkan pada saat inspirasioksigen

    yang masuk ke paru lebih banyak, ventilasi maksimal membuka area

    atelektasisdengan keadaan tersebut memaksimalkan pengembangan dada

    atau paru (Wong, 2008).

    Implementasi yang selanjutnya adalah menganjurkan keluarga

    untuk memberikan klien minum air putih hangat. Hal ini sesuai dengan

    buku menganjurkan asupan cairan yang adekuat, merupakan salah satu

    penatalaksanaan pada pasien yang berguna untuk menurunkan viskositas

    sekresiatau mengencerkan sekret(Wong, 2008).

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    25/29

    Menginformasikan kepada keluarga klien bahwa merokok

    merupakan kegiatan yang dapat mengganggu kesehatan klien dalam ruang

    perawatan. Tindakan keperawatan tersebut bertujuan untuk memberikan

    pengetahuan pada keluarga karena dapat mempengaruhi sistem pernapasan

    klien dan dapat meminimalkan polusi di ruang perawatan.

    Menginstruksikan kepada klien dan keluarga tentang rencana perawatan

    dirumah, hal ini bertujuan untuk membantu perencanaan perawatan

    dirumah.

    Hal ini didukung oleh jurnal penelitian tingkat pendidikan yang

    kurang, merupakan salah satu penyebab rendahnya kesadaran kesehatan

    lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan formal, maka semakin baik

    pengetahuan tentang kesehatan, sehingga akan mematangkan pemahaman

    tentang pengetahuan kesehatan lingkungan dan kesadaran menjaga

    kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip hidup sehat

    (Hadiyanto, 2003).

    Tingkat pendidikan ibu berhubungan dengan peningkatan kasus

    ISPA. Pada kasus diatas keluarga klien dan ibu mempunyai informasi

    yang kurang tentang pengetahuan ISPA, sehingga dalam penanganan

    kesehatan klien memerlukan tindakan mandiri dari perawat yaitu edukasi

    (Kristensen IA, 2004).

    Implementasi selanjutnya adalah mengajarkan keluarga untuk

    fisioterapi dada, hal ini sesuai dengan buku, menyatakan bahwa

    melakukan clappingdan vibratingbertujuan untuk memfasilitasi drainase

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    26/29

    sekresi. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi Nebulizer Ventolin,

    implementasi tersebut bertujuan untuk melegakan jalan napas atau sebagai

    bronkodilator(Wong, 2008).

    Berdasarkan intervensi yang telah direncanakan terdapat intervensi

    yang tidak dapat dilakukan oleh penulis. Adapun intervensi yang tidak

    dapat dilakukan oleh penulis adalah ajarkan batuk efektif hal ini adalah

    salah satu kekurangan penulis. Penulis dalam membina hubungan saling

    percaya dengan klien kurang efektif sehingga, ketika akan dilakukan

    implementasi tersebut klien menangis.

    Dalam tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP. S:

    Subyektif data, O: Obyektif data, A: Analisis atau Assesment dan P:

    planning Setelah melalukan implementasi diatas selama 3 hari dari tanggal

    35 April didapatkan evaluasi pada tanggal 4 April 2012 masalah belum

    teratasi subyektif : keluarga klien mengatakan klien masih batuk pilek

    dahak sudah keluar. Obyektif : klien terlihat masih batuk dan pilek,

    terdapat sekret di hidung, frekuensi pernapasan 28 kali per menit, irama

    napas tidak teratur, dahak sudah keluar dengan konsistensi kental warna

    kekuningan, masalah belum teratasi, intervensi di lanjutkan. Masalah

    belum teratasi di karenakan penyakit klien sendiri yang sudah masuk pada

    tahap sindroma influensa sehingga menyebabkan penumpukan sekret yang

    berat dan mengakibatkan sumbatan jalan napas. Hal ini di tambah dengan

    keadaan klien yang rewel sehingga intervensi ajarkan batuk efektif yang

    berfungsi untuk pengeluaran sekret tidak dapat di lakukan.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    27/29

    Evaluasi pada tanggal 5 April 2012 masalah ketidakefektifan

    bersihan jalan napas teratasi, yang ditandai dengan, subyektif : klien

    keluarga klien mengatakan batuk sudah berkurang, klien mengatakan

    hidungnya sudah tidak tersumbat. Obyektif, frekuensi pernapasan 20 kali

    per menit, irama napas teratur, tidak ada suara napas tambahan dan pasien

    sudah diperbolehkan pulang oleh dokter (Nursalam, 2002 : 129).

    Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang telah dirumuskan yaitu

    klien menunjukkan pembersihan jalan napas efektif, mudah untuk

    bernapas, irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal (20 - 30

    kali per menit).

    B. SIMPULAN

    1. Pembahasan

    Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan

    sebagai berikut:

    a. Hasil pengkajian yang telah dilakukan penulis pada tanggal 3 April

    2012 keluhan utama yang dirasakan An. P adalah batuk pilek terus

    menerus, frekuensi pernapasan 32 kali per menit, irama napas tidak

    teratur cepat dan dangkal, terdapat suara napas tambahan ronki.

    b.

    Diagnosa atau masalah keperawatan utama pada An. P adalah

    ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi

    yang tertahan.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    28/29

    c.Tujuan yang diharapkan penulis setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas

    menjadi efektif dengan kriteria hasil pembersihan jalan napas

    efektif, mudah untuk bernapas, irama dan frekuensi pernafasan

    dalam rentang normal (20-30 kali per menit) rencana tindakan

    keperawatan, antara lain pantau status oksigenasi klien, auskultasi

    bagian dada anterior dan posterior, berikan posisi semi fowler,

    anjurkan keluarga untuk memberikan minum air putih hangat,

    ajarkan keluarga untuk fisioterapi dada, kolaborasi dengan dokter

    pemberian terapi obat dan nebulizer.

    d. Tindakan keperawatan pada tanggal 3-5 April 2012 berdasarkan

    berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat, antara lain

    memantau status oksigenasi klien, mengauskultasi dada anterior

    dan posterior, memberikan posisi semi fowler, menganjurkan

    keluarga untuk memberikan air minum putih hangat, mengajarkan

    keluarga untuk fisioterapi dada, kolaborasi dengan dokter

    pemberian obat dan nebulizer.

    e. Pada tahap akhir, penulis mengevaluasi kepada pasien setelah

    tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari. Hasil

    eveluasi pada tanggal 5 April 2012 yaitu masalah pemenuhan

    kebutuhan oksigenasi pada diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

    napas dengan ISPA teratasi.

  • 7/23/2019 01-gdl-elsanelasa-150-1-elsanel-i.pdf

    29/29

    2. Saran

    Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi

    saran sebagai berikut :

    a. Bagi Rumah Sakit

    Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien

    lebih optimal dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

    b. Bagi Institusi Pendidikan

    Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan

    prasarana yang merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam

    melalui praktek klinik dan pembuatan laporan.

    c. Bagi Penulis selanjutnya

    Diharapkan penulisdapat menggunakan atau memanfaatkan

    waktu lebih efektif, sehingga dapat memberikan asuhan

    keperawatan pada klien secara optimal.