jbptitbpp gdl candrawidy 29848 5 2008can a

15
7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 1/15 Fasies Batugamping 36 BAB IV FASIES BATUGAMPING FORMASI TENDEH HANTU 4.1 Pendahuluan Batuan Karbonat adalah batuan sedimen yang terdiri dari garam karbonat. Dalam prakteknya adalah gamping (limestone) dan dolomit (Koesoemadinata, 1987). Batuan karbonat penting dipelajari karena mempunyai keistimewaan dalam cara  pembentukannya, yaitu bebas dari detritus daratan, tetapi yang lebih penting adalah turut sertanya bio-organisme yang banyak membentuk kerangka organik (  frame builder ). Selain itu batuan karbonat banyak mengandung fosil-fosil penunjuk umur suatu batuan. Batuan karbonat merupakan batuan reservoir lebih dari 1/3 cadangan hidrokarbon dunia dan juga batuan karbonat dapat digunakan sebagai bahan untuk material konstruksi. Mineral karbonat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu aragonit, kalsit dan dolomit. Aragonit (CaCO 3 ) mempunyai bentuk kristal orthorombik dan merupakan bentuk yang paling tidak stabil, sering berubah menjadi kalsit. Kalsit (CaCO 3 ) mempunyai bentuk kristal heksagonal, lebih stabil, dan kebanyakan batugamping terdiri dari mineral kalsit ini. Dolomit dapat dibedakan dari kalsit karena mengandung ion-ion tambahan seperti Mg dan Fe 2+ . Sedimentasi batuan karbonat memerlukan lingkungan pengendapan yang khusus yaitu hangat, laut dangkal dengan air yang jernih, bebas dari klastik detritus dan lebih bersifat autochonous. Umumnya pada iklim tropis-semi tropis atau iklim  panas dengan penguapan yang tinggi. Konfigurasi cekungan dan energi air juga merupakan faktor dominan yang mengontrol pembentukan fasies dari batuan karbonat tersebut. Konfigurasi dan tingkatan energi air ini berkaitan erat dengan kedalaman dan  jangkauan sinar matahari dengan pH air laut umumnya berkisar (7.8-8.3). Laut yang terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya ”partial pressure” CO 2 terlalu tinggi sehingga terjadi pelarutan kembali sebagai Ca(HCO 3 ) 2 , yaitu kira-kira pada kedalaman 5500 m (Carbonate Compensation Depth). Sedangkan sinar matahari diperlukan organisme untuk melakukan fotosintesis. Salah satu produk yang

Upload: muhammad-gandhi

Post on 18-Feb-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 1/15

Fasies Batugamping 

36 

BAB IV

FASIES BATUGAMPING FORMASI TENDEH HANTU

4.1 Pendahuluan

Batuan Karbonat adalah batuan sedimen yang terdiri dari garam karbonat.

Dalam prakteknya adalah gamping (limestone) dan dolomit (Koesoemadinata, 1987).

Batuan karbonat penting dipelajari karena mempunyai keistimewaan dalam cara

 pembentukannya, yaitu bebas dari detritus daratan, tetapi yang lebih penting adalah

turut sertanya bio-organisme yang banyak membentuk kerangka organik ( frame

builder ). Selain itu batuan karbonat banyak mengandung fosil-fosil penunjuk umur

suatu batuan. Batuan karbonat merupakan batuan reservoir lebih dari 1/3 cadangan

hidrokarbon dunia dan juga batuan karbonat dapat digunakan sebagai bahan untuk

material konstruksi.

Mineral karbonat dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu

aragonit, kalsit dan dolomit. Aragonit (CaCO3) mempunyai bentuk kristal

orthorombik dan merupakan bentuk yang paling tidak stabil, sering berubah menjadi

kalsit. Kalsit (CaCO3) mempunyai bentuk kristal heksagonal, lebih stabil, dan

kebanyakan batugamping terdiri dari mineral kalsit ini. Dolomit dapat dibedakan dari

kalsit karena mengandung ion-ion tambahan seperti Mg dan Fe2+

.

Sedimentasi batuan karbonat memerlukan lingkungan pengendapan yang

khusus yaitu hangat, laut dangkal dengan air yang jernih, bebas dari klastik detritus

dan lebih bersifat autochonous. Umumnya pada iklim tropis-semi tropis atau iklim

 panas dengan penguapan yang tinggi. Konfigurasi cekungan dan energi air juga

merupakan faktor dominan yang mengontrol pembentukan fasies dari batuan karbonat

tersebut. Konfigurasi dan tingkatan energi air ini berkaitan erat dengan kedalaman dan

 jangkauan sinar matahari dengan pH air laut umumnya berkisar (7.8-8.3). Laut yang

terlalu dalam akan menyebabkan terjadinya ”partial pressure” CO2

terlalu tinggi

sehingga terjadi pelarutan kembali sebagai Ca(HCO3)2, yaitu kira-kira pada

kedalaman 5500 m (Carbonate Compensation Depth). Sedangkan sinar matahari

diperlukan organisme untuk melakukan fotosintesis. Salah satu produk yang

Page 2: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 2/15

Fasies Batugamping 

37 

dihasilkan fotosintesis ini adalah O2  yang dapat menyebabkan pergeseran

kesetimbangan kimia ke arah karbonat sehingga terjadilah pengendapan karbonat.

Jadi disini terlihat jelas hubungan adanya turut sertanya peranan biota dalam

 pengendapan karbonat.

Sistem pengendapan karbonat secara sederhana dapat diperoleh dari

 persamaan reaksi berikut:

CO2 + H2O  H2CO3 .........(i)

H2CO3 H+ + HCO3

-.........(ii)

 

H+ + CO3

2-HCO3

-.........(iii)

 

CaCO3  Ca2+

+ CO32-

.........(iv)

CO2 + H2O + CaCO3  Ca2+

 + 2HCO3-

.........(v)

Peningkatan konsentrasi CO2 akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke

arah kanan dan menyebabkan pelarutan kalsium karbonat. Peningkatan CO2  dapat

disebabkan oleh bertambahnya kedalaman, input air meteorik atau penambahan CO2 

dari hasil penguraian material organik. Sebaliknya, penurunan konsentrasi CO2 akan

menyebabkan reaksi bergeser ke arah kiri dan terjadi pengendapan karbonat.

Penurunan konsentrasi CO2 ini dapat disebabkan oleh evaporasi, peningkatan

temperatur air laut oleh pemanasan matahari, dan pengikatan CO2 oleh organisme

melalui proses fotosintesis.

Komponen-komponen utama penyusun batuan karbonat terdiri dari :

  Butiran, yang dapat dibagi lagi menjadi:

  Kerangka organik ( frame builder ) yaitu struktur tumbuh dari gamping yang

tersusun atas koral, bryozoa dan alga.

  Bioklastik yang terdiri dari fragmen atau cangkang-cangkang binatang

contohnya foraminifera, moluska, brachiopoda dan koral (lepas-lepas).

  Intraklastik (fragmen non organik), yang merupakan hasil fragmentasi dari

 batuan atau sedimen gamping sebelumnya.

  Chemiklastik, yaitu butir-butir yang terbentuk di tempat sedimentasi karena

 proses kimiawi seperti koagulasi, akresi, penggumpalan dan lain-lain.

Page 3: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 3/15

Fasies Batugamping 

38 

  Matriks (massa dasar), atau disebut micrite  (Folk, 1959 dalam Koesoemadinata,

1987) yaitu butir-butir halus (1 -5 µm) dari karbonat yang mengisi rongga-rongga

dan terbentuk pada waktu sedimentasi. Umumnya dibawah mikroskop hampir

opaque. Matriks ini dapat dihasilkan dari pengendapan langsung sebagai jarum

aragonit secara kimiawi/biokimiawi, yang kemudian berubah menjadi kalsit,

ataupun dari hasil abrasi oleh pukulan-pukulan gelombang.

  Semen (sparry calcite atau spar ) (Folk, 1952,1962 dalam Koesoemadinata, 1987)

yaitu butir-butir kalsit yang bersih dan transparan berukuran (0,02 – 1 mm) yang

 berfungsi sebagai semen. Umumnya di bawah mikroskop tampak bersih atau

 putih.

4.2 Fasies Batugamping.

Fasies dapat didefinisikan sebagai karakter tubuh batuan berdasarkan

kombinasi litologi, struktur fisik, atau biologi yang mempengaruhi aspek pembedaan

tubuh batuan satu dengan lainnya (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).

Penentuan fasies pada penelitian ini didasarkan pada pengamatan komponen

 penyusun batugamping (biota, mikrit, semen), tekstur, struktur dan porositas, melalui

 pengamatan megaskopis dalam skala singkapan dengan menggunakan klasifikasi

Embry&Klovan (1972) (gambar 4.1) dan Koesoemadinata (1983 dalam

Koesoemadinata, 1987) (gambar 4.2) dan mikroskopis melalui sayatan petrografi

dengan menggunakan klasifikasi Dunham (1962), sedangkan analisa lingkungan

 pengendapan dari fasies karbonat merujuk pada standar fasies belt  menurut Wilson

(1975).

Page 4: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 4/15

Fasies Batugamping 

39 

Gambar 4.1 Klasifikasi batuan karbonat menurut tekstur pengendapan

(modifikasi Dunham, 1962 dan Embry&Klovan, 1972)

LIMESTONE CLASSIFICATION 

Dunham (1962) 

Embry & Klovan (1972) 

R.P. Koesoemadinata (1983) 

Gambar 4.2 Klasifikasi batuan karbonat menurut Koesoemadinata (1983 dalam Koesoemadinata, 1987)

Page 5: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 5/15

Fasies Batugamping 

40 

Berdasarkan penelitian lapangan, terdapat beberapa fasies-fasies batugamping yaitu :

4.2.1 Fasies Reef

Secara umum fasies reef   terdiri dari koral pada posisi tumbuh dimana jarak

antara koral diisi oleh lumpur karbonat, pecahan koral, foraminifera besar dan biota

lainnya. Seringkali tumbuh bersama dengan pengkerakan alga merah. Batuan

 berwarna abu-abu terang dan umumnya padat, masif, tidak berlapis hingga berlapis

 buruk, tanpa porositas primer.

Berdasarkan jenis koral, berikut dapat dibagi menjadi subfasies yaitu:

 Masisve head coral framestone. Fasies ini terdiri dari umumnya koloni

massive head coral (lokasi H4-H), seperti brain coral, meandrina dan sebagainya

dengan pengkerakan alga merah (foto IV.1). Fasies  packestone, kaya akan

foraminifera yang umumnya ditemui diantara koloni koral. Batuan ini sangat massive,

 padat dan umumnya berwarna putih. Rekristallisasi sering terjadi.

Foto IV.1 Singkapan Batugamping fasies framestone

Page 6: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 6/15

Fasies Batugamping 

41 

Platy koral framestone. Fasies ini terdiri dari  platy coral, dengan bentuk

memanjang dan sejajar dengan perlapisan (lokasi H19-C). Pada  framework

boundstone  ini terdapat  pocket foraminifera  packestone  hingga wackestone. Batuan

ini umumnya massive dan berlapis buruk.

 Branching coral bafflestone. Fasies ini umumnya terdiri dari branching coral 

(lokasi H8-D) dan bryozoa, kebanyakan berada pada posisi tumbuh ( framework ),

 beberapa fragmennya pecah, dan dilingkupi matriks lumpur karbonat.  Branching

coral ini mewakili lingkungan subwave base dari organic buildup. 

Fasies Floatstone. Secara umum komponen penyusun fasies ini berupa

fragmen/pecahan- pecahan koral dan batugamping lainnya yang berbentuk menyudut

(foto IV.2). Umumnya berwarna abu-abu gelap yang dilingkupi oleh matriks lumpur

karbonat yang berwarna lebih terang (lokasi H17-D). Proporsi material penyusun

 berupa lumpur karbonat cukup dominan pada fasies  floatstone  ini sehingga butiran

umumnya mengambang pada massa dasar lumpur karbonat tersebut.

Foto IV.2 Singkapan batugamping Fasies Floatstone

Page 7: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 7/15

Fasies Batugamping 

42 

Fasies ini terdiri dari fragmen koral dan batugamping lainnya berbentuk

menyudut, umumnya berwarna abu-abu yang dilingkupi oleh matrik lumpur karbonat

yang berwarna lebih terang. Fragmen terpilah buruk, ukuran sangat bervariasi. Fasies

 floatstone  ini biasanya ditemukan pada daerah dekat dengan pertumbuhan terumbu

(organic build up) dan lingkungan berenergi sedang-tinggi.

Fasies  reef   ini diasumsikan mewakili bagian organic buildup dari paparan

karbonat menurut Wilson (1975). Keempat subfasies ini seringkali tercampur bersama

dan tidak dapat dipisahkan membentuk kompleks batugamping terumbu.

4.2.2 Fasies Wackestone - Packestone

Fasies ini terdiri dari butiran halus hingga kasar batugamping klastik dengan

tekstur wackestone – packestone yang seringkali tercampur bersama dan tidak dapat

dipisahkan.

Fasies wackestone. Terdiri dari batugamping klastik dengan tekstur wackstone

dimana lumpur karbonat cukup melimpah (foto IV.3). Butir umumnya berupa

foraminifera besar dan foraminifera kecil, brachiopoda, echinodermata, alga serta

 pecahan fragmen koral dalam keadaan utuh atau pecah dengan kelimpahan yang

cukup kecil (>10%). Batuan berwarna abu-abu terang - kecoklatan, keras dan

kompak. Fasies wackestone  umumnya dijumpai berupa perselingan dengan fasies

 packestone.

Foto IV.3 Singkapan batugamping fasies

wackestone

Page 8: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 8/15

Fasies Batugamping 

43 

Sayatan tipis memperlihatkan bahwa tekstur berupa mud-grain supported,

terpilah buruk, kontak antar butiran mengambang, kompak, tertanam dalam matriks

mikrit dan semen umumnya sparry calcite yang mengisi rongga-rongga dalam batuan,

 porositas yang teramati berupa porositas vuggy yang di dalamnya dilapisi sementasi

kristal kalsit. Fasies wackestone umumnya ditemukan pada daerah paparan laut

dangkal dekat dengan pertumbuhan terumbu dan dekat dengan darat, yang

menunjukan lingkungan berenergi lemah-sedang.

Fasies Packestone.  Fasies batugamping ini umumya massif, berlapis dan

terdiri dari butiran kasar hingga sangat kasar dalam keadaan utuh atau pecah dengan

tekstur grain supported   dengan kelimpahan mud   yang cukup banyak. Komponen

 bioklastik umumnya terpilah buruk, terdiri dari cangkang foraminifera, alga, dan

fragmen bioklastik lainnya, seperti pecahan koral, dan sebagainya (foto IV.4).

Foraminifera besar sering kali cukup melimpah seperti cangkang genus

 Lepidocyclina, dan orbitoid lainnya seperti Heterostegina dan Miogipsinoides. Batuan

ini berwarna abu-abu gelap hingga terang, keras, padat dan kompak dengan fragmen

yang cenderung memperlihatkan orientasi perlapisan.

Sayatan tipis memperlihatkan bahwa tekstur klastik grain supported, terpilah

sedang-buruk, kemas terbuka, kompak, tertanam dalam matriks mikrit dan semen

umumnya sparry calcite yang mengisi rongga-rongga dalam batuan, porositas yang

teramati berupa porositas vuggy  yang di dalamnya dilapisi sementasi kristal kalsit.

Secara umum, fasies packstone ini ditemukan pada daerah paparan laut dangkal dekat

dengan pertumbuhan terumbu dan lingkungan berenergi lemah-sedang. Setempat

dapat dijumpai pirit dan butiran kuarsa yang mengindikasikan lingkungan reduksi dan

fasies dengan kandungan pirit dan kuarsa ini diasumsikan mewakili endapan pada

 bagian shelf lagoon.

Page 9: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 9/15

Fasies Batugamping 

44 

4.3 Lingkungan Pengendapan Reef

Dalam studi ini, dengan melakukan identifikasi jenis fasies dan distribusi

fasies, dapat digambarkan model lingkungan pengendapan karbonat daerah ini.

Lingkungan pengendapan fasies karbonat ini dibedakan satu sama lain berdasarkan

hubungan asosiasi standar mikrofasies (tabel 4.1) yang merujuk pada model paparan

karbonat Wilson (1975 dalam Boggs, 1992). Wilson (1975 dalam Boggs, 1992)

menentukan nama dari suatu standar mikrofasies berdasarkan jenis butiran (kerangka

organik/bioklastik/intraklastik/chemiklastik) yang dominan, data paleontologi,

kelimpahan micrite dan karbonat fabrics, yang berdasarkan pada klasifikasi Dunham

(1962) dan Embry & Klovan (1972). Lingkungan pengendapan fasies karbonat di

daerah penelitian dibagi menjadi dua, yaitu: lingkungan shelf lagoon  dan organic

build up. Penyebaran lateral dari lingkungan fasies karbonat Formasi Tendeh Hantu

ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.

Foto IV.4 Singkapan batugamping fasies packestone 

Page 10: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 10/15

Fasies Batugamping 

45 

SMF‐1  Spiculite  SMF‐2  Mikrobioklastik 

SMF‐3  Pelagic lime mudstone  SMF‐4 

Microbreccia  atau  bioclastic‐

lithoclastic  packstone 

SMF5 

Bioclastic  grainstone‐packstone; 

floatstone SMF‐6  Reef  rudstone 

SMF‐7 

Boundstone  (framestone, 

bindstone, bafflestone) SMF‐8  Whole fossil wackestone 

SMF‐9 

Bioklastik  wackestone  atau 

bioclastic micrit SMF‐10 

Bioklastik  coated  dan  worn 

pada  mikrit,  packstone‐

wackestone 

SMF‐11 

Bioklastik  coated  pada  sparite, 

grainstone 

SMF‐12 

Coquina, bioklastik grainstone 

atau rudstone,

 shell

 hash

 SMF‐13  Onkoid biosparite grainstone  SMF‐14  Lag 

SMF‐15  Oolit, ooid grainstone  SMF‐16 

pelsparite,  atau  peloidal 

grainstone 

SMF‐17 

Grapestone  pelsparite  atau 

grainstone SMF‐18 

Foraminifera  atau 

dasycladacean grainstone 

Gambar 4.3 Peta penyebaran fasies batugamping.

Page 11: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 11/15

Fasies Batugamping 

46 

  Organic Build up. 

Lingkungan pengendapan organic build up umumnya merupakan asosiasi dari SMF-

7 , SMF-11  dan SMF-12 (tabel 4.1). Akan tetapi pada daerah penelitian, lingkungan

 pengendapan ini dapat diwakili oleh standar mikrofasies SMF-7 saja, yaitu

 Boundstone. Pada lingkungan organic build up ini, fasies yang dijumpai berupa masif

tak berlapis coral boundstone  seperti masif  framestone,  platy coral boundstone, dan

bafflestone. Karakter ekologi bervariasi tergantung pada energi air, tingkatan slope,

 produktivitas organik, sejumlah bangunan kerangka, binding dan trapping, frekuensi

dari subaerial exposure dan konsekuen sementasi.

SMF‐19  Loferite  SMF‐20  Alga stromatolit mudstone 

SMF‐21  Spongiostrome mudstone fabric  SMF‐22  Mikrit dengan onkoid besar 

SMF‐23 

Mikrit  murni  homogen  tak 

berlaminasi dan unfossiliferous SMF‐24 

Rudstone atau floatstone 

dengan lithoklastik  kasar 

dan/bioklastik 

Tabel 4.1 Standar mikrofasies (SMF) karbonat berdasarkan Wilson (1975 dalam Boggs, 1992)

Foto IV.5 Morfologi build up, kumpulan patch reef  membentuk linier reef  

Page 12: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 12/15

Fasies Batugamping 

47 

Lingkungan pengendapan organic buildup ini merupakan perkembangan dari

 beberapa patch reef  yang tumbuh dan berhubungan satu sama lain membentuk  linier

reef (foto IV.5). Lingkungan pengendapan organic buildup  ini berada pada bagian

selatan dan sebagian di utara penyebaran batuan karbonat. Lingkungan ini yang

diwakili oleh fasies boundstone yang dapat dijumpai pada beberapa lokasi. Secara

umum, baik fasies head coral boundstone, fasies branching coral bafflestone  dan

 platy coral boundstone, sering ditemukan berselingan dan secara lateral dekat

 proximity. Lingkungan fasies-fasies ini diperkirakan berada pada lingkungan tanpa

aktivitas gelombang yang besar, seperti pengendapan lumpur karbonat yang berada

diantara kerangka koral, yang menghasilkan batuan non porous  padat masif. Pada

 beberapa lokasi, hanya branching coral  berkembang, yang menggambarkan

lingkungan yang lebih dalam dibanding head coral, atau setempat berkembangnya

fasies platy coral yang menunjukkan lingkungan yang lebih dalam dari reef utama.

  Shelf Lagoon

Lingkungan pengendapan shelf lagoon pada daerah penelitian diwakili oleh asosiasi

standar mikrofacies SMF-9, SMF-10 (tabel 4.1). Umumnya lingkungan ini juga

merepresentasikan asosiasi beberapa standar mikrofasies lainnya seperti SMF-8,

SMF-16, SMF-17  dan SMF-18 . Batuan penyusun fasies ini umumnya berwarna abu-

abu gelap dan berlapis baik dengan ukuran butir relatif kasar. Butiran penyusun

 batuan ini berupa foraminifera, alga, brachipoda, fragmen coral dan bioklastik lainnya

dalam keadaan relatif utuh, terpilah sedang, kemas terbuka dengan massa dasar

lumpur karbonat (foto IV.6).

Selain itu, bukti lain yang mengindikasikan bahwa lingkungan pengendapan

fasies ini terletak pada lagoon  yakni setempat dapat dijumpai pirit yang

mengindikasikan kondisi reduksi dimana sirkulasi di lingkungan berjalan kurang baik.

Seringkali fragmen kuarsa dengan ukuran bervariasi juga ditemukan pada fasies ini.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan pengendapan batuan ini berada pada

 belakang reef di bagian lagoonal.

Page 13: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 13/15

Gambar 4.4 Standar a aran karbonat berdasarkan Wilson (1975 dalam Bo s, 19

Page 14: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 14/15

Fasies Batugamping 

49 

Pada lingkungan shelf lagoon  ini, kedalaman air umumnya dangkal sekitar

kedalaman beberapa puluh meter dengan tingkat salinitas yang bervariasi. Variasi

salinitas air di lingkungan ini berkisar dari essensial marine normal hingga variasi

salinitas tertentu dan sirkulasinya menengah hingga buruk.

Foto IV.6 Wackestone yang berlapis sebagai penciri lingkungan shelf Lagoon. 

Page 15: Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

7/23/2019 Jbptitbpp Gdl Candrawidy 29848 5 2008can A

http://slidepdf.com/reader/full/jbptitbpp-gdl-candrawidy-29848-5-2008can-a 15/15

Fasies Batugamping 

50 

4.4 Diagenesa Batuan Karbonat

Diagenesa merupakan perubahan kimia-fisika dan biologi dari batuan sedimen

yang terjadi setelah atau hampir bersamaan dengan proses pengendapan namun tidak

termasuk proses pelapukan dan proses lain yang melibatkan temperatur dan tekanan

yang tinggi yang disebut metamorfisme (Bates dan Jacson, 1980 dalam Boggs, 1992).

Diagenesa karbonat meliputi seluruh proses yang mempengaruhi sedimen

setelah pengendapan sampai mencapai lingkungan metamorfisme tingkat awal dan

tekanan yang dinaikkan (Tucker dan Wright, 1990 dalam Boggs, 1992). Hal-hal yang

membedakan proses diagenesa batuan karbonat dengan batuan sedimen siliklastik

lainnya adalah batuan karbonat hanya terdiri dari beberapa mineral utama (aragonit,

kalsit dan dolomit) yang lebih mudah mengalami perubahan dalam proses diagenesa,

lebih mudah dirusak oleh proses fisika ataupun oleh organisme.

Pengontrol utama dari proses diagenesa adalah komposisi dan mineralogi

sedimen asal, komposisi cairan pori serta kecepatan aliran fluida. Selain itu, faktor

sejarah geologi sedimen tersebut seperti pengangkatan dan perubahan muka air laut

 juga akan mempengaruhi proses diagenesa. Proses diagenesa tahap dini bila batuan

Foto IV.7 Proses pelarutan sebagai salah satu proses diagenesa