materi bab v arif revisi1

Upload: mohdyunus

Post on 07-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    1/31

    BAB V

    AKTIFITAS PENDAMPINGAN OLEH MAHASISWA

    DAN PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT DESA DALAMPENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

    GAMBUT

    5.1 PENDAHULUAN

    Kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), khususnya pada

    lahan gambut yang menghasilkan asap, menjadi persoalan yang sangat

    menghawatirkan ditinjau dari semua aspek: kesehatan; ekonomi;

    pendidikan; dan hubungan internasional. Salah satu upaya yang

    dilakukan untuk menyelesaikan persoalan ini adalah melalui gerakan

    masyarakat yang dilakukan secara massif dan sistematif. Masyarakat yang

    tinggal pada lahan gambut dapat berperan aktif melalui serangkaian

    aktifitas yang bertujuan memperkuat kapasitas masyarakat dalam

    mencegah terjadinya kejadian Karhutla.

    Terpenuhinya kapasitas masyarakat dapat dilakukan melalui

    Pendampingan oleh pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut, dapat berasal

    dari berbagai pihak yang memiliki kemampuan untuk melakukan

    Pendampingan kepada masyarakat. Universitas Riau memiliki

    kemampuan dalam melakukan kegiatan Pendampingan, dengan

    menempatkan program kuliah kerja nyata (Kukerta) tematik pencegahan

    Karhutla. Dimana mahasiswa menjadi orang ketiga yang berfungsi

    sebagai pendamping masyarakat. Dalam kontek ini, masyarakat adalah

    subjek yang merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan,

    mengevaluasi kegiatan, dan merasakan manfaat dari kegiatan yang

    dilakukan. Sedangkan mahasiswa itu sendiri sebagai pendamping

    masyarakat yang menjalankan peran fasilitator kegiatan pencegahan

    karhutla.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    2/31

    Berikut disajikan beberapa aktifitas pendampingan dalam kegiatan

    pencegahan Karhutla dilahan gambut yang meliputi beberapa kegiatan:

    (1) Penguatan Kelembagan Penanggulangan Karhutla di Desa ; (2)

    Pembentukan Desa dan Sekolah Siaga Bencana; (3) Pembuatan Informasi

    Peringatan Dini;(4) Penyusunan Rencana Strategis Desa; (5) Penyusunan

    Peraturan Desa;(6) Diversifikasi Mata Pencaharian Masyarakat; (7) dan

    Pemberdayaan Masyarakat Peduli Api. Sebagian besar materi dari konsep

    yang digunakan dalam pencegahan Karhutla ini, diadopsi dari buku yang

    berjudul Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Desa di

    Areal Gambut, Edisi ke-2 (2014), yang disusun bersama oleh AnnaSylviana Kartika (Kemenhut RI), Isbanu (BBKSDA Riau), Besri Nasrul

    (Unri), Arifudin (Unri), Robinson (Unila/Kementrian Pertanian), dan

    Maswadi (UNTAN) yang diterbitkan oleh Kementrian Kehutanan c.q

    Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan bekerjasama dengan Japan

    Internasional Corporate Agency (JICA).

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    3/31

    5.2. PENGUATAN KELEMBAGAAN DESA1

    5.2.1. Latar Belakang

    Potensi kelembagaan desa, dapat dimanfaatkan sebagai modal sosial

    dalam pendampingan kelembagaan yang terkait dengan tujuan

    pencegahan Karhutla. Cara untuk mengetahui potensi kelembagaan

    dalam pelaksanaan pendampingan desa adalah dengan inventarisasi

    keberadaan kelompok dan sumber daya manusia kelompok tersebut.

    Inventarisasi kelompok desa merupakan kegiatan pengumpulan data

    terkait dengan potensi kelompok, kelompok, dan permasalahan kelompok

    desa yang sudah ada. Setelah dilakukan inventarisasi kelompok dan

    sumberdaya manusia yang ada di desa, dapat dilanjutkan dengan

    pengembangan kelembagaan desa sesuai dengan potensi setiap lembaga.

    Kegiatan ini menjadi kegiatan awal yang dapat dilakukan oleh

    mahasiswa.

    5.2.2. Tujuan

    Tujuan inventarisasi kelompok desa adalah untuk melihat keadaan

    dari kelembagaan yang sudah terbentuk di masyarakat dan peluang

    untuk pengembangannya.

    5.2.3. Manfaat

    Memudahkan mahasiswa untuk menentukan langkah-langkah dalam

    kegiatan Pendampingan melalui pengaktifan kelompok-kelompok yang

    terdapat di desa.

    1

    diadopsi dari buku Panduan Pencegahan Kebakarakan Hutan Dan Lahan Berbasis Desa di ArelaGambut , Seri-5:Rencana Pencegahan Kebakaran Melalui Pengaktifan Kelompok

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    4/31

    5.2.4. Pelaksanaan Pendampingan

    Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pemdapingan penguatan

    kelembagaan adalah, sbb:

    a) Menentukan informan kunci seperti Kades, Sekdes, BPD, tokohpemuda.

    b) Mengindentifikasi dan menganalisis kelompok desa yang formal atauinformal berdasarkan profil desa atau sumber lainnya bersama Aparat

    Desa, BPD, dan LPM:

    Nama-nama kelompok desa dan bidangnya (bidang ekonomi,sosial, agama dll)

    Alamat kelompok desa (RW, RT) Daftar nama ketua/pengurus masing-masing kelompok desa.

    c) Setelah mendapatkan profil kelompok desa, kelompokkanlah sesuaidengan tujuan program Pendampingan pada tabel xx:

    Tabel.xx. Jenis Kelompok berdasarkan aktifitas

    JENIS KELOMPOK BERDASARKANAKTIFITAS

    CONTOH KELOMPOK

    Formal Aparat Pemerintahan Desa, BadanPermusyawaratan Desa (BPD), LembagaPemberdayaan Masyarakat (LPM)

    Ekonomi dan Pertanian Koperasi Unit Desa (KUD), Arisan,Lembaga Keuangan Mikro Pedesaan(LKMP), Kelompok Usaha Bersama(KUB), Simpan Pinjam Perempuan(SPP), Kelompok Tani, GabunganKelompok Tani (Gapoktan)

    Adat dan Suku Lembaga Adat Melayu (LAM), LaskarMelayu Riau, Ikatan Masyarakat Sunda,Ikatan Masyarakat Jawa

    Keagamaan Wirid, Yasinan, Ikatan Remaja Masjid.

    Sosial dan lingkungan Siskamling, Masyarakat Peduli Api(MPA)

    d) Setelah tersusun profil kelompok, lakukan kunjungan rumahberdasarkan nama-nama pengurus kelompok tersebut.

    e) Saat wawancara dengan pengurus kelompok sampaikan bahwa akandilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama pengurus tersebut

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    5/31

    mengatur topik, waktu, tempat, dan calon peserta. Setelah wawancara

    dilaksanakan, tim mahasiswa menyusun:

    Evaluasi kegiatan wawancara dan hasil wawancara Tugas dan peran dalam FGD (fasilitator, notulen, motivator, nara

    sumber)

    Materi FGD berdasarkan Potensi, masalah, dan harapanmasyarakat.

    Jadwal Kegiatan Wawancara dan FGD Peralatan dalam pelaksanaan (plano, spidol, kertas, dll)

    f) Lakukanlah FGD setelah melakukan wawancara terhadap masing-masing pengurus kelompok, masyarakat dan aparat desa, sehingga

    waktu dan topik bahasan tidak tumpang tindih. Libatkan pengurus

    kelompok, masyarakat, dan aparat desa dalam menyusun tema FGD.

    Tabel.xx. Topik Wawancara dan FGD Kelembagaan yang ada di Desa.

    Topik Wawancara Topik FGD

    Kelompok (ketua, sekretaris, bendahara,anggota) dan tahun berdirinya

    Jadwal keseharian

    Aktif atau tidak pengurus kelompok desa Bagaimana hubungan kelompok desa dengan

    masyarakat Manfaat Kelompok untuk masyarakat Potensi pengembangan kelompok desa menurut

    masyarakat Masalah yang dihadapi kelompok desa

    menurut masyarakat Kegiatan yang dilakukan kelompok (rencana

    kerja) Aturan main kelompok (AD/ART, peraturan

    kelompok), Harapan dan masukan tentang aktivitas

    kelompok desa oleh pengurus kelompok,masyarakat, tokoh masyarakat, aparat desa(RW, RT, Kadus)

    Asumsi/tanggapan pengurus kelompok,masyarakat, tokoh masyarakat, aparat desa(RW, RT, Kadus) tentang hubungan aktivitaskelompok desa dengan tujuan kegiatanPendampingan misalnya PLTB.

    Jenis-jenis lembaga yang ada didesa.

    Aktif atau tidak penguruskelompok desa

    Manfaat kelompok desa untukmasyarakat

    Rencana kerja kelompok Aturan main kelompok

    desa(AD/ART) Potensi pengembangan kelompok

    desa menurut masyarakat, aparatdesa

    Masalah yang dihadapi kelompokdesa menurut masyarakat, aparat

    desa Harapan dan masukan tentang

    aktivitas kelompok desa olehaparat desa

    Koordinasi kegiatan kelompokdesa dengan aparat desa

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    6/31

    5.3. PEMBENTUKAN DESA DAN SEKOLAH SIAGA BENCANA5.3.1. Latar Belakang

    Kemampuan Desa dalam manajemen bencana pada umumnya

    masih lemah, khususnya dalam pengendalian Karhutla. Hal ini

    disebabkan oleh lemahnya kelembagaan desa, sumberdaya manusia dan

    sarana dan prasarana dalam pengendalian karhutla. Pada umumnya

    masyarakat menuntut ketersediaan alat pemadam kebakaran hutan dan

    lahan yang lebih memfokuskan pada pemadaman. Padahal dalam

    kejadian bencana asap, kegiatan pencegahan kebakaran karhutla lebih

    penting daripada pemadaman itu sendiri. Oleh sebab itu perlu

    membentuk desa yang siap bencana dan juga penyiapan kesadaran dini

    melalui kegiatan pendidikan disekolah-sekolah melalui kurikulum mulai

    sejak dini (PAUD), hingga sekolah menengah atas (SMA).

    5.3.2. TujuanMenyiapkan kapasitas desa dan sekolah (PAUD, SD, SMP dan

    SMA) dalam menghadapi bencana asap yang disebabkan oleh karhutla

    5.3.3. ManfaatKesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana asap.

    5.3.4. Pembentukan Desa Siaga BencanaPembentukan desa siaga bencana dapat dilakukan sinergis dengan

    penguatan kelembagaan Desa. Setelah didapatkan data potensi lembaga,

    maka mahasiswa dapat melakukan pendampingan Desa dalam

    mengahadapi bencana. Hal ini dapat dilakukan dengan tahapan

    pelaksanaan, sbb:

    1. Mahasiswa dapat melakukan sosialisasi dampak bencana dariberbagai aspek yang meliputi, dampak terhadap

    kesehatan,pendidikan, ekonomi, dan hubungan internasional.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    7/31

    2. Mahasiswa mendampingi kegiatan identifikasi peran masing-masing lembaga untuk menghadapi bencana. Sebagai contoh,

    peran pemerintah desa dan BPD dalam menyusun rencana

    strategis dan peraturan desa dan Peran kelompok tani sebagai

    Masyarakat Peduli Api.

    3. Mahasiswa dapat membantu daftar kebutuhan desa daripencegahan, peringatan dini karhutla, dan kebutuhan jika

    terjadi karhutla.

    4. Mahasiswa dapat membantu penyiapan lokakarya peran Desadalam mengahadapi bencana dengan mendatangkan pembicara

    dari ahli, baik dari dinas terkait, maupun perguruan tinggi.

    5.3.5. Pembentukan Sekolah Siaga BencanaKesadaran akan bahaya bencana karhutla dapat ditanamkan

    melalui pendidikan sekolah. Sekolah adalah lembaga strategis yang

    menjadi sasaran bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan

    pemberian pemahaman tentang dampak kesalahan dalam

    mengelola lingkungan. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh

    mahasiswa pada setiap sekolah adalah, sbb:

    1. Mahasiswa dapat melakukan sosialisasi dampak bencana asapyang disebabkan oleh karhutla bersama guru-guru yang ada

    pada setiap tingkatan sekolah (PAUD, TK, SD, SMP, dan SMA)

    2. Membuat semacam game-game menarik dan kreatif yang dapatmenumbuhkan kesadaran akan lingkungan

    3. Membuat perlombaan dalam bentuk kompetisi yang kreatifdengan tema-tema lingkungan. Sebagai contoh lomba pidato,

    lomba poster dengan tema Karhutla.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    8/31

    4. Mahasiswa dapat mendampingi guru-guru bidang ilmupengetahuan alam untuk memasukkan materi karhutla kedalam

    kurikulum yang akan diajarkan.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    9/31

    5.4. SISTEM PELAPORAN DINI KEBAKARAN25.4.1. Latar Belakang

    Sistem Pelaporan Dini Kebakaran (SPDK), yaitu sistem pelaporan yangrelevan dengan pencegahan kebakaran secara terpadu. Diharapkan

    keluaran SPDK dapat dipergunakan oleh pranata (masyarakat, aparat

    desa, pemerintah daerah, dan pusat) untuk mendukung dan

    merencanakan upaya pencegahan kebakaran yang efektif, efisien,

    memadai dan tepat sasaran. Mekanisme pelaksanaan SPDK dapat dibagi

    menjadi dua bagian yaitu:

    a) SPDK menggunakan kearifan lokal misalnya melalui media pengerassuara, kentongan, tiang listrik, kepada seluruh masyarakat yang

    berada di sekitar lokasi kejadian kebakaran.

    b) SPDK menggunakan media misalnya pesan elektronik (short messageservice)atau menelepon (on call)kepada nomor terpusat, pembentukan

    sekretariat bersama, penjagaan pintu masuk lokasi rawan kebakaran,

    dll.

    5.4.2. TujuanAdapun tujuan dari SPDK adalah: (1) Untuk memberikan

    pelaporan yang efektif dan cepat kepada elemen

    desa/kecamatan/kabupaten melalui SPDK; (2) Untuk memberikan

    pelaporan yang efektif dan cepat kepada seluruh masyarakat

    5.4.4. SPDK dengan Siskamling

    SPDK dengan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling)

    merupakan upaya memadamkan kejadian kebakaran kecil di tingkat desa.

    Sistem ini menggunakan kearifan lokal melalui media sarana yang

    tersedia di tingkat desa misalnya kentongan, bendera, tiang listrik, dan

    2

    Diadopsi dari buku pencegahan kebakaran hutan dan lahan berbasis Desa di Areal Gambut, Seri4: Pelaksanaan Pencegahan kebakaran melalui Tata Kelola Lahan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    10/31

    media lainnya untuk pemberitahuan kepada seluruh masyarakat yang

    berada disekitar daerah kebakaran.

    Gambar.xx. Mekanisme dan Alur Bagan SPDK dengan Siskamling

    Masyarakat yang lahannya terbakar atau melihat kebakaran

    hutan/lahan langsung memadamkan dengan alat yang ada dan segera

    membunyikan kentongan atau alat lainnya untuk mendapatkan bantuan

    tenaga pemadaman dari masyarakat sekitarnya.

    a) Pengeras suara. Pengeras suara merupakan pilihan untukmengkomunikasikan kondisi kerawanan atau bahaya kebakaran

    dalam wilayah sangat terbatas. Dengan pengeras suara, pesan

    kesiagaan dapat diulang-ulang serta isi pesan diperkuat lewat media

    lain (bendera). Sebagai sebuah pilihan, cara komunikasi ini hendaklah

    memanfaatkan prasarana yang sudah ada sehingga tidak perlu

    disediakan khusus. Di tingkat desa mungkin dapat dipergunakan

    pengeras suara yang ada di masjid, di sekolah atau di kantor desa,

    atau tiang listrik.

    b) Kentongan. Kentongan adalah alat komunikasi tradisional yang cukupakrab dengan kehidupan masyarakat di Indonesia baik di perkotaan

    maupun pedesaan. Kesesi pesan yang disampaikan lewat kentongan

    hendaknya tidak terlalu banyak, misalnya cukup hanya

    mengingatkan jika bahaya kebakaran semakin dekat dan mengancam

    pemukiman sehingga tindakan penanggulangan dapat dilaksanakan

    saat itu juga.

    5.4.5. SPDK dengan Sistem Nomor Terpusat

    Masyarakat atau

    Kelompok

    Masyarakat

    Kentongan, Bendera,

    Tanda lainnya

    Seluruh

    Masyarakat Desa

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    11/31

    Nomor Terpusat

    Desa

    Nomor Terpusat

    Kecamatan

    Nomor Terpusat Nomor Terpusat

    Provinsi

    Nomor Terpusat

    Nasional

    Masyarakat

    Camat Bupati Gubernur Menko Kesra/

    Kemenhut

    Kepala Desa

    SPDK dengan Sistem Nomor Terpusat dilakukan menggunakan

    media telepon. Telepon dapat dikatakan merupakan sarana

    telekomunikasi paling dasar dan tersedia hampir pada semua masyarakat.

    Lewat jaringan telepon berbagai informasi dapat dikomunikasikan

    dengan mudah. Informasi yang berisi saran tindak juga dengan mudah

    disampaikan. Kategori telepon mencakup telepon genggam dan telepon

    satelit (Inmarsat), yang walaupun mobilitasnya tinggi, tapi manfaatnya

    terbatas akibat mahalnya biaya koneksi.

    Masyarakat atau kelompok masyarakat yang mengetahui langsung

    terjadinya kebakaran hutan dan atau lahan menggirim pesan (SMS) atau

    menelepon ke nomor khusus. Nomor ini merupakan milik publik

    sehingga nomornya singkat, mudah diingat, dan bebas biaya. Untuk

    mencegah penyalahgunaan maka mekanisme SPDK mengikuti alur

    pemadaman kebakaran di Indonesia, yaitu tingkat desa, kecamatan,

    kabupaten, provinsi, dan pusat. Masing-masing tingkatan mempunyai

    sistem nomor terpusat sesuai dengan otoritas wilayahnya (Gambar 3).

    Gambar xx. Mekanisme dan Alur Bagan SPDK dengan Nomor Terpusat

    Masyarakat yang lahannya terbakar atau melihat kebakaran secara

    langsung dapat memadamkan dengan alat yang ada dan segera mengirim

    pesan atau menelepon kepada Kepala Desa melalui nomor terpusat desa.

    Kepala Desa memerintahkan MPA memadamkan kejadian kebakaran.

    Apabila kebakaran tidak dapat dipadamkan, Kepala Desa mengirim pesan

    atau menelepon kepada Camat melalui nomor terpusat kecamatan dan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    12/31

    Camat memerintahkan seluruh Regu Pemadam Kecamatan (RPK) dengan

    dibantu MPA dari desa lain pemadaman. Apabila kebakaran tidak dapat

    dipadamkan, Camat mengirim pesan atau menelepon kepada Bupati

    (Satlakdarkarhutla) melalui nomor terpusat kabupaten. Bupati mengirim

    pesan atau menelepon kepada kepada Gubernur (Pusdarkarhutla) melalui

    nomor terpusat provinsi. Gubernur mengirim pesan atau menelepon kepada

    Menteri melalui nomor terpusat nasional.

    5.4.6. SPDK Sistem Ronda Anti Api

    SPDK dengan Sistem Ronda Anti Api merupakan gerakan sosial

    penanggulangan bersama terhadap kebakaran hutan dan lahan.

    Komunitas masyarakat desa dapat dikelompokan menjadi penduduk asli

    dan pendatang. Komunitas ini perlu dipertimbangkan sebagai unit

    komunitas yang berhak mendapatkan operasional dan keuntungan dari

    upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan dalam rencana

    pembangunan desa.

    Rangkaian kegiatan inovasi pengembangan sistem ronda anti api:

    a) Pengembangan partisipasi masyarakatb) Pengembangan partisipasi kebijakan politik pembangunanc) Pengembangan kapasitas MPA.Tugas masyarakat sebagai tim ronda anti api:

    a) Isi absenb) Ronda di sekitar pemukiman, ladang, kebun, dan lahan tidurc) Isi buku catatan ronda

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    13/31

    5.5. PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DESA3

    5.5.1. Latar Belakang

    Penyusunan rencana strategis (Renstra) desa merupakan bagian tidakterpisahkan dari pembangunan desa. Dalam pembangunan desa

    dibutuhkan perencanaan yang terukur dan sistematis. Renstra ini

    memberikan arahan yang jelas tentang pembangunan yang akan

    dilakukan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Penyusunan Renstra juga

    memudahkan pemerintah desa dalam menyusun program tahunan,

    jangka menengah dan jangka panjang. Khusus untuk desa-desa yang

    tergolong rawan kebakaran, Renstra yang disusun harus memuat arahan

    tentang permasalahan, potensi, dan pemecahan kebakaran hutan dan

    lahan

    5.5.2. Tujuan

    Kegiatan ini bertujuan agar desa mempunyai Renstra dengan

    memperhatikan permasalahan kebakaran lahan dan hutan.

    5.5.3. Manfaat

    Dengan adanya Renstra, pemerintah desa/kelompok mempuyai

    arahan yang jelas tentang kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan

    berdasarkan potensi yang dimiliki.

    5.5.4. Tahapan Pelaksanaan

    Berikut tahapan pelaksanaan pendampingan penyusunan Renstra

    yang dapat dilakukan oleh mahasiswa

    1. Pembentukan Tim Renstra

    Pembentukan tim renstra dilaksankan berdasarkan surat keputusan

    (SK) kepala desa. Pihak-pihak yang terlibat adalah sbb:

    a) Ketua Tim : Kepala Desab) Anggota :

    3

    Diadopsi dari buku pencegahan kebakaran hutan dan lahan berbasis Desa di Areal Gambut Seri-5:Rencana Pencegahan kebakaran melalui Pengaktifan Kelompok

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    14/31

    Ketua Badan Permusyawaratan Desa dan anggota Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kepala Dusun/Ketua Rukun Warga/Ketua Rukun

    Tetangga

    Tokoh Agama/Tokoh Adat Tokoh Pemuda

    2. Pengarahan dan Pemberian Pemahaman tentang Renstra oleh

    Mahasiswa

    Bagaimana cara melakukannya?

    c) Mahasiswa dapat membawa contoh renstra desa ditempat lainyang sudah memasukkan pentingnya pencegahan kebakaran hutan

    dan lahan.

    d) Mahasiswa dapat mendatangkan nara sumber dari perguruantinggi, kecamatan, ataupun orang yang mengerti dan meberikan

    pemahaman tentang Renstra

    e) Mahasiswa menjelaskan pengertian dan bagaimana cara menyusunrenstra yang baik.

    3. Pembagian Tugas Tim Renstra

    Bagaimana dan apa saja tugasnya?

    a) Mahasiswa dapat mengarahkan pembagian tugas bidang timRenstra sesuai dengan minat dan keahlian dari Tim Renstra

    b) Setiap Bidang diarahkan untuk menyusun Isu-isu (masalah) strategis Desa, adalah masalah utama yang

    menjadi penghambat pembangunan seperti kebakaran lahan

    gambut (dapat digunakan data penggalian informasi dan

    potensi yang telah diidentifikasi dan dilokakaryakan pada

    tahap awal kegiatan)

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    15/31

    Tujuan Strategis, adalah upaya-upaya pemecahan masalah yangyang akan dicapai dari kegiatan yang dilakukan

    Kegiatan Utama, aktifitas untuk memecahkan masalah yangdapat dilakukan.

    Indikator Keberhasilan, adalah hal-hal yang digunakan bahwaupaya yang telah dilakukan sudah untuk menunjukkan

    keberhasilan

    4. Rapat Pleno Pertama

    Pleno pertama adalah pendampingan terhadap Penyusunan Visi dan

    Misi Desa sebagai acuan Tim Renstra

    Apa itu visi dan misi?

    Visi Desa adalah pernyataan yang berorientasi ke masa depan tentang apa

    yang diharapkan oleh Desa, sedangkan Misi Desa adalah deskripsi

    mengenai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan rencana tindakan yang

    dirumuskan sesuai dengan visi yang harus digunakan untuk

    pembangunan Desa. Dalam kegiatan ini, Mahasiswa membantu

    menjelaskan apa yang dimaksud dengan visi dan misi.

    Box.xx. Contoh visi dan misi desa

    Visi :Terwujudnya dayun sebagai desa sejahtera di kabupaten siak dengan sumber daya manusia

    yang berilmu pengetahuan, menguasai teknologi, beriman, dan bertaqwa.

    Misi:

    (a) Meningkatkan mutu pendidikan formal dan informal yang didukung sarana prasarana yangmemadai.

    (b) Mendorong ekonomi masyarakat dengan pemanfaatan lahan tidur untuk usahatani perkebunan,pertanian pangan, hortikultura, perternakan, dan perkebunan dengan skala usaha agribisnis

    secara berkelanjutan serta memperhatikan infrastruktur menuju lahan masyarakat.

    (c) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan sesuai agama kepercayaan masing-masing.(d) Meningkatkan kerukunan antar suku, agama, dan menghormati adat istiadat yang berlaku di

    desa dayun.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    16/31

    5. Rapat Komisi

    Bagaimana cara melakukannya?

    Rapat komisi dilakukan per bidang sesuai dengan tim yang telah

    dibentuk. Apa saja komisinya? Komisi yang dibentuk sesuai dengan

    kebutuhan dan kepentingan desa. Seperti apa contohnya?

    c) Komisi A: Bidang Pendidikan, Kesehatan, Sosial, Budaya danPerempuan

    d) Komisi B: Bidang Keamanan dan Kebakaran Lahan dan Hutane) Komisi C: Bidang Ekonomif) Komisi D: Bidang Keagamaan, dll.Diskusi Setiap komisi dapat dilakukan secara terpisah di waktu yang

    berbeda jika Mahasiswa harus mendampingi setiap diskusi dari setiap

    komisi. Jika tidak bisa membagi waktu Mahasiswa harus dapat

    memberikan pengarahan dan maksud dari komponen renstra yang

    disusun.

    6. Rapat Pleno kedua

    Hasil dari setiap pembahasan komisi-komisi yang ada harus

    disampaikan dalam rapat pleno untuk koordinasi dari setiap rencana

    strategis yang akan dilakukan.

    7. Menetapkan Renstra

    Menetapkan Renstra sebagai peraturan desa yang harus dipedomani

    dalam penyusunan usulan program tahunan yang akan dilaksanakan.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    17/31

    Tabel xx. Contoh Renstra Bidang Kebakaran Lahan dan Hutan, DesaDayun, Siak

    NoMasalah

    (isu strategis)Tujuan strategis

    IndikatorKeberhasilan

    Kegiatan Utama

    1-Tidak adanya

    alat pemadamkebakaran

    -Terbatasnyasumber air

    Menyediakan danpengadaanperalatanpemadamkebakaran

    Tahun 2009-2010ada mesin airkapasitas 150 rpmdan penambahanselang 500 m

    Permohonan bantuan alatmelalui pembuatanproposal ke instansipemerintah daerah,perusahaan swasta danBUMN

    2 Kurangnyakesadaran danpemahamantentang bahayadan dampaknegatif kebakaran

    Mengajakmasyarakat untuksadar akan bahayadan dampaknegatif darikebakaran

    Masyarakat desakhususnya yangmemiliki lahansadar akan bahayakebakaran

    -Sosialisasi danPendampingan dalambentuk leaflet/ poster

    -Usaha ekonomi alternatif-PLTB-Pendataan lahan tidur

    3 Kurangnyaperhatian dariperusahaan yangada di DesaDayun terhadapkebakaran

    Mengajak pihakperusahaanberpartisipasi

    Pihak swasta (BOBdan kontraktornya)ikut dalam upayapencegahankebakaran

    -Penandatanganan MOUkerja sama perusahaandengan desa untukpencegahan kebakaran

    5 Belumterbentuknyaorganisasi MPA

    Membentukorganisasimasyarakat peduliapi di tingkat desa

    Terbentuknyamasyarakat peduliapi

    Pembentukan MPA dariunsur petani yangtergabung dalamkelompok tani, danpemilik lahankosong/tidur

    6 Belum tersediastandaroperasionalprosedurkebakaran

    Pembuatanstandaroperasionalprosedurkebakaran

    Adanya Standaroperasionalprosedur dan telahdisosialisasikan

    Pembuatan standaroperasional prosedur dandi-SK-kan oleh kepaladesa Dayun

    4 Kurangnyasosialisasi danperanan dariinstansipemerintah terkaittentang

    pencegahandampakkebakaran

    Memintapihak/dinasterkait untukproaktif danberperan serta(peduli) dalam

    pencegahankebakaran

    Pihak/instansipemerintahmemberikankontribusi dalampencegahandampak kebakaran

    -Sosialisasi dinas terkaitterhadap dampakkebakaran

    -Pemanfaatan lahan tidurdenganpangan/perkebunan/

    kehutanan-Pengembangan usaha

    perikanan, peternakan,atau usaha non lahan

    -Pemanfaatan hasil danlimbah pertanian menjadiproduk yang bernilaiekonomi

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    18/31

    5.6. PENYUSUNAN PERATURAN DESA45.6.1.Latar Belakang

    Peraturan desa tentang tata kelola lahan merupakan salah satu

    upaya efektif dalam pencegahan Karhutla. Pada umumnya masyarakat

    tidak tahu dan tidak paham tentang peraturan perundang-undangan

    terkait kebakaran baik berbentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

    maupun Peraturan Daerah. Untuk itu, dalam pelaksanaan pedampingan

    dibutuhkan sebuah aturan yang mudah dipahami oleh masyarakat desa

    dan mengikat dimana peraturan desa tersebut dibuat (pemilik lahan dari

    dalam dan luar desa). Peraturan tersebut tidak boleh bertentangan denganperaturan perundangan yang ada di atasnya.

    Penyusunan peraturan desa harus melibatkan seluruh unsur

    masyarakat: aparat pemerintah desa, tokoh-tokoh adat, tokoh-tokoh

    agama, kelompok masyarakat (kelompok tani), dan masyarakat. Dengan

    cara seperti itu diharapkan masyarakat paham, merasa memiliki, dan

    patuh pada perdes yang telah disusun dan ditetapkan.

    5.6.2. TujuanTujuan penyusunan aturan desa adalah agar desa-desa rawan

    kebakaran memiliki aturan tentang pencegahan kebakaran desa

    5.6.3. ManfaatTerdapatnya aturan desa yang jelas dan tertulis tentang pencegahan

    kebakaran hutan dan lahan.

    5.6.4.

    Tahapan PelaksanaanBerikut adalah tahapan pelaksanaan yang dapat dijalankan oleh

    mahasiswa dalam pendampingan penyusunan peraturan desa tentang

    tata kelola lahan dan larangan pembukaan lahan dengan cara membakar,

    sbb:

    1. Pendekatan Kepada Tokoh-Tokoh Masyarakat

    4

    Diadopsi dari buku pencegahan kebakaran hutan dan lahan berbasis Desa di Arela Gambut,Seri-3: Rencana Pencegahan Kebakaran melalui Tata kelola Lahan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    19/31

    Pendekatan kepada Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT, dan tokoh-

    tokoh kunci masyarakat dengan membawa bahan-bahan untuk

    membantu penyusunan aturan desa. Lakukan juga wawancara mendalam

    untuk menggali informasi tentang aturan adat, kearifan lokal masyarakat

    yang pernah ada.

    2. Diskusi Kelompok Terarah

    Melakukan diskusi kelompok terarah dengan tokoh-tokoh masyarakat

    tentang pentingnya aturan desa, kearifan lokal dalam upaya

    penyelamatan lingkungan hidup.

    3. Membuat Kesepakatan Waktu

    Membuat pendekatan dengan Kepala Desa dan BPD untuk membahas

    aturan desa. Mahasiswa membantu menyusun tahapan yang dapat

    melibatkan masyarakat dengan keterwakilannya di BPD. Kesepakatan

    waktu ini bermanfaat agar mempunyai target waktu penyelesaian

    penyusunan aturan desa.

    4. Menetapkan Tim Aturan Desa

    Menurut aturan yang berlaku, penyusunan aturan desa merupakan

    tugas dari BPD. Sehingga Tim Peraturan Desa sangat diutamakan dari

    unsur BPD bersama dengan perangkat desa. Namun untuk memunculkan

    rasa memiliki bagi masyarakat terutama dalam tata kelola lahan,

    sebaiknya melibatkan tokoh masyarakat tani yang biasanya terwadahi

    dalam kelompok tani. Keterlibatan tokoh tani, sebaiknya sebagai nara

    sumber.

    5. Pendampingan Penyusunan Draf Aturan Desa

    Biasanya masyarakat desa mengalami kendala dalam menyusun kata-

    kata, struktur bahasa. Oleh sebab itu Mahasiswa dapat melakukan

    Pendampingan dalam penyusunan kata-kata, struktur dan substansi yang

    ada dalam aturan desa. Perhatikan semua pendapat, saran dan masukan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    20/31

    dari tim peraturan desa. Mahasiswa membantu merumuskan dalam

    bentuk kata-kata yang mereka pahami. Kemudian sampaikan kembali

    kepada mereka, apakah yang dimaksud sesuai dengan apa yang ditulis.

    Lakukan cek silang kepada semua anggota tim, hingga terjadi

    kesepakatan isi dari aturan desa.

    Isi Aturan Desa:

    a) Cara-cara membuka lahan gambut yang harus dilakukanb) Larangan pembukaan lahan gambut dengan cara membakar

    Box. Xx. Contoh isi aturan desa:

    a) Setiap orang dapat membuka lahan dan pekarangan pada lokasi baru baik didalam wilayah desa Dayun sesuai dengan hukum yang berlaku dengan

    memperhatikan Rencana Tata Ruang Desa.

    b) Setiap orang dapat membuka lahan dan pekarangan pada lahan yang pernahdigarap sebelumnya yang dibuktikan surat penguasaan tanah atau hak-hak

    lainnya yang diakui oleh masyarakat setempat

    c) Pembukaan lahan dan pekarangan dilakukan dengan cara PLTB.d) Setiap pemilik dan pengelola lahan yang memiliki lahan 0-2 ha, apabila melakukan

    lahan memiliki ijin tertulis dari kepala desa

    e) PLTB dapat dilakukan dengan beberapa cara: pembukaan lahan dengan melakukan penebangan atau pembabatan belukar

    atau pohon-pohon kecil secara manual dan hasilnya dimasukkan dalam alat

    Blower (mesin pencacah) untuk dijadikan sebagai pupuk organik

    pembukaan lahan dengan sistem penumbangan menggunakan sistem pancangdan tanam (menggunakan alat beko). Pembukaan lahan dengan cara ini disebut

    juga dengan sistem pancang tanam

    Bertahap dalam membuka lahan baik secara pribadi maupun bersama-samadengan sistem gotong royong/arisan.

    Dalam pembukaan lahan 0-2 ha wajib melakukan penumpukan gulma sisapembukaan lahan dengan sistem lajur dan tidak boleh dibakar

    Lahan gambut yang memiliki kedalaman > 3 m tidak boleh diusahakan ataudikelola karena tidak ekonomis dan termasuk kawasan lindung gambut.

    Sanksi bagi yang melanggar:

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    21/31

    Contoh sanksi perdes Desa Dayun:

    a) Dikenakan denda ganti rugi tanaman sesuai banyaknya tanaman atau pohon yangada dilahan lokasi kebakaran yang disesuaikan dengan luasnya.

    b) Pihak Desa melaporkan kepada pihak yang berwajib untuk diproses sesuai denganhukum yang berlaku.

    6. Lokakarya Desa Untuk Menetapkan Peraturan Desa

    Untuk menetapkan sekaligus memperkenalkan aturan desa kepada

    seluruh masyarakat desa, maka harus dilakukan pertemuan tingkat desa

    dalam bentuk lokakarya. Lokakarya ini mengundang tokoh-tokoh

    masyarakat, seperti Ketua-Ketua RT dan RW, Kepala Dusun, Kontak Tani.

    Lokakarya bermanfaat dalam memperkenalkan, mendapatkan masukan

    agar aturan desa yang telah dibuat dipahami dan diketahui oleh

    masyarakat. Setelah itu BPD mengesahkan aturan desa dengan

    persetujuan dari Kepala Desa.

    7. Sosialisasi Aturan Desa

    Banyak bentuk sosialiasi yang dapat dilakukan di dalam aturan desa

    seperti ditingkat Desa, Dusun, Rukun Warga, hingga Rukun Tetangga.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    22/31

    5.7.FASILITASI PENGEMBANGAN RAGAM KOMODITI DANUSAHA EKONOMI5

    5.7.1. Latar BelakangFasilitasi pengembangan ragam komoditi dan usaha ekonomi

    (pertanian ramah lingkungan) merupakan kegiatan membantu

    masyarakat agar dapat memberdayakan diri mereka sendiri,

    mendengarkan dan menjawab kebutuhannya, atau memberikan

    dukungan kepada masyarakat dan kelompok masyarakat. Kaitannya

    dengan fasilitasi pengembangan ragam komoditi dan usaha ekonomi

    yaitu membantu petani/masyarakat dalam memilih komoditi yang tepat

    untuk menunjang usaha ekonominya.

    Bertani di lahan gambut menghadapi banyak kendala antara lain

    ketebalan gambut, rendahnya kesuburan tanah, PH tanah yang sangat

    masam, tergenang pada musim hujan dan kekeringan saat kemarau, serta

    rawan kebakaran. Kunci keberhasilan pertanian di lahan gambut adalah

    bertani secara bijak atau yang dinamakan pertanian ramah lingkungan

    dengan memperhatikan faktor-faktor pembatas yang dimikinya. Ada 10

    langkah bijak pertanian ramah lingkungan di lahan gambut, yaitu :

    1) Mengenali dan memahami tipe dan perilaku lahan (menggunakanteknik peta desa atau kalender musim);

    2) Memanfaatkan dan menata lahan sesuai dengan tipologinya dengantidak merubah lingkungan secara drastis;

    3) Menerapkan sistem tata air yang dapat menjamin kelembabantanah/mencegah kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim

    hujan;

    5

    Diadopsi dari buku Pencegahan Kebakaran Hutan Dan Lahan Berbasis Desa di Areal Gambut,seri 6 Pelaksanaan Pencegahan Kebakaran Melalui Pengaktifan Kelompok

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    23/31

    4) Tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara bakar.5) Bertani secara terpadu dengan mengkombinasikan tanaman

    semusim dan tanaman tahunan, ternak, dan ikan;

    6) Memilih varietas yang toleran dan sesuai permintaan pasar;7) Menggunakan bahan amelioran seperti kompos dan pupuk kandang

    untuk memperbaiki kualitas lahan;

    8) Mengolah tanah secara minimum dalam kondisi tanah yang berairatau lembab;

    9) Menggunakan pupuk mikro bagi budidaya tanaman semusim;10) Melakukan penanaman tanaman tahunan di lahan gambut tebal

    didahului dengan pemadatan dan penanaman tanaman semusim

    untuk meningkatkan daya dukung tanah.

    5.7.2. TujuanKegiatan fasilitasi pengembangan ragam komoditi dan usaha

    ekonomi bertujuan membantu sebuah masyarakat ataupun kelompok

    masyarakat sehingga dapat berhasil melaksanakan usahatani yang lebih

    beragam dengan tetap mempertahankan kearifan lokal sebagai jaminan

    pencegahan kebakaran.

    5.7.3. Manfaat1. Bertambahnya wawasan masyarakat tentang komoditas yang

    bisa diusahakan

    2. Membantu solusi alternatif mengembangkan potensi pertanianramah lingkungan di lahan gambut.

    3. Meningkatnya pendapatan petani dari kegiatan pertanianramah lingkungan dilahan gambut

    4. Pelaksanaan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    24/31

    Langkah-langkah kegiatan fasilitasi pengembangan ragam komoditi

    dan usaha ekonomi (pertanian ramah lingkungan) melalui:

    1. Lakukan diskusi baik secara perorangan mapun berkelompokdengan FGD terkait dengan pemilihan komoditi yang tepat pada

    lahan gambut

    2. Mendampingi petani untuk menentukan komoditi yang sesuaiuntuk lahan gambut baik itu tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan

    3. Membatu petani dalam penentuan komoditi yang mempunyainilai ekonomi yang tinggi dan pemasaran yang baik dan komodititersebut bisa diolah menjadi produk

    4. Mendampingi dalam penentuan jenis tanaman untuk tiapkelompok dalam upaya mengurangi tingkat persaingan antara

    kelompok tani, disamping itu pula dapat menjaga harga agar tetap

    tinggi utamanya pada saat panen raya.

    5. Mendampingi petani untuk menentukan jadwal tanam secarabersama untuk menghindari terjadinya surplus dan menjatuhkan

    harga dan kompetisi tidak sehat antara petani.

    6. Mengembangkan pola tanam yang disesuaikan denganpengaturan tata letak tanaman berdasarkan rancangan teknis

    pengelolaan lahan petani setempat

    7. Mendampingi petani menyusun rencana kegiatan usahatani yangakan diusahakan;

    8. Mendampingi petani merencanakan kebutuhan sarana danprasarana pertanian;

    9. Membantu petani menyusun rencana pembiayaan meliputi antaralain: sarana produksi pertanian untuk usaha budidaya (tanaman

    pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan) bagi anggota

    tani;

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    25/31

    10.Mendorong petani untuk dapat menjalin kerjasama/kemitraanusaha dengan pengusaha pengolahan/ perdagangan hasil

    pertanian, dan penyedia peralatan;

    11.Membantu petani dalam mengembangkan kemampuan anggotatani dalam pengolahan produk pertanian seperti pembuatan dodol

    nanas, nata de pina dari olahan nanas.

    Salah satu konsep yang dapat diterapkan pada kegiatan

    Pendampingan fasilitasi pengembangan variasi ekonomi adalah melalui

    pertanian terpadu dan ramah lingkungan. Konsep ini mengntegrasikanantara kegiatan pertanian, perikanan dan peternakan, dan pengolah hasil.

    Dengan demikian tidak ada materi yang terbuang dalam alur kegiatan

    pertanian seperti yang tergambarkan pada Gambar

    Gambar. Konsep sistem pertanian terpadu tanpa limbah

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    26/31

    5.8.PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEDULI API (MPA)65.8.1.Latar belakang

    Pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan penguatankelembagaan sosial di masyarakat dapat dilakukan melalui pembentukan

    MPA, yang pada dasarnya dapat berfungsi sebagai lembaga sosial dan

    menjadi penghalang sosial (social barrier) melalui pencegahan dini

    kebakaran. Secara sadar dan terprogram lembaga sosial ini melakukan

    upaya-upaya pencegahan kebakaran lahan dan hutan. Penekanan

    kegiatan MPA sebagai lembaga sosial terfokus pada upaya-upaya

    pencegahan, seperti sosialisasi bahaya kebakaran, peningkatan wawasan

    upaya dini pencegahan kebakaran hutan, pelatihan Pengelolaan Lahan

    Tanpa Bakar.

    Box.xx. Pemahaman tentang MPAMasyarakat Peduli Api (MPA) merupakan relawan (masyarakat) yang sukarela danikhlasmembantu menjaga lingkungan dari bahaya kebakaran (bukan dibayar atauhonor).

    Tugas MPA:1) Menjadi mitra dalam upaya pencegahan (penyuluhan dilingkungan tempat tinggal,

    keluarga, kerabat)2) Melakukan patroli swadaya dilingkungan tempat tinggal (ronda)3) Membantu MA dalam pemadaman kebakaran4) Melaporkan kejadian kebakaran hutan dan lahan melalui ketua regu, RT, RW

    kepada Pemerintah Daerah dan BKSDA/MA.

    Sesuai dengan mandat dari permenhut: P 12/MENHUT-II/2009 pasal 5, 6 (kegiatankemitraan dan masyarakat), maka Kementerian Kehutanan sejak 2006-2011 telahmembentuk MPA sebanyak 9.550 orang, yang tersebar di beberapa provinsi (yaituSumatera Utara, Sumatera Barat, Riau Dan Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan,Lampung, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali,Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, SulawesiSelatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat). Pembentukan MPA disesuai kebutuhan

    lokal/daerah.

    6

    Diadopsi dari buku pencegahan kebakaran hutan dan lahan berbasis Desa di Arela Gambut Seri-7, Rencana dan Pelaksanaan Pencegahan Kebakaran Tahap Lanjutan

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    27/31

    Pembentukan lembaga MPA masih memiliki kendala. Hal ini dapat

    dilihat dari kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa anggota MPA

    tidak mempunyai ikatan emosional dengan lahan yang rawan kebakaran.

    Tidak adanya Pendampingan secara berkelanjutan terhadap lembaga ini

    juga menjadi kendala utama terjadi kevakuman kegiatan dan

    ketidakpedulian MPA terhadap kebakaran. Sehingga dibutuhkan solusi

    yang tepat untuk menjadikan MPA yang mempunyai ikatan emosional

    dengan lahan yang rawan kebakakaran, didampingi oleh tenaga penyuluh

    sebagai perpanjangan tangan pemerintah, dan mandiri dalam hal

    anggaran. Pengalaman lapangan program Pendampingan pencegahan

    kebakaran hutan dan lahan (PHKA Kemenhut-JICA) menunjukkan bahwa

    kelompok yang paling tepat menjadi MPA adalaha kelompok tani.

    5.8.2. Pendampingan Kelompok TaniDari beberapa lembaga yang ada di masyarakat, kelompok tani

    merupakan lembaga yang paling tepat sebagai MPA. Kelompok tani

    adalah kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan

    keserasian, serta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber

    daya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas

    usahatani dan kesejahteraan anggotanya.

    Kelompok Tani dapat berkumpul secara bebas sesuai dengan

    kebutuhan dan kondisi anggotanya, misal berdasarkan komoditi

    pertanian seperti kelompok tanaman sawit, berdasarkan kepemilikan

    lahan usaha tani yang berdekatan, atau berdasarkan atas dasar

    kepentingan yang sama seperti kelompok tani pertanian organik.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    28/31

    Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 273/KPTS/OT.160/4/2007

    tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Tani, Kelompok Tani dapat

    berfungsi sebagai media belajar, unit produksi dan unit ekonomi. Sebagai

    media belajar, inovasi-inovasi dari luar yang ingin diperoleh petani akan

    lebih mudah difasilitasi, secara bersama-sama, teroganisir dan terencana

    kelompok tani mengadakan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan.

    Sebagai unit produksi, petani secara berkelompok dapat mengusahakan

    secara bersama-sama usaha taninya, sesuai peran dan keahlian anggota

    kelompok tani, sehingga dihasilkan produksi yang jauh lebih baik. Sebagi

    unit ekonomi, kelompok tani memutar modal yang dimiliki anggotakelompok melalui pengelolaan koperasi kelompok tani, sehingga

    keuntungan yang diperolah menjadi keuntungan bersama.

    Kelompok tani dapat bergabung kedalam organisasai yang lebih besar

    yang biasa disebut dengan Gabungan Kelompok Tani (GaPokTan).

    Biasanya dalam 1 Desa akan terdapat beberapa kelompok tani dan 1

    GaPokTan, setiap tokoh dari Kelompok Tani dapat menjadi Kontak Tani,

    yang berkumpul dalam wadah Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).

    Saat ini KTNA sudah mempunyai struktur hirarkis dari tingkat Desa,

    Kecamatan, Kabupaten, Propinsi, dan Nasional. Kondisi ini

    menguntungkan bagi pemerintah untuk mengorganisir kelompok tani.

    5.8.3. TujuanAdapun tujuan dari Pendampingan kelompok tani adalah sbb:

    a) Membentuk kelompok tani yang beraktiftas atas dasar kebutuhankelompok

    b) Menjadikan kelompok tani sebagai Masyarakat Peduli Apic) Keberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelompok tani.

    5.8.4. Manfaat

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    29/31

    Kelompok tani berfungsi sebagai kontrol sosial yang kuat terhadap

    kejadian kebakaran hutan dan lahan.

    5.8.5. Tahapan Pelaksanaan

    Berikut disajikan tahapan pelaksanaan pendampingan kelompok tani

    yang dapat dilakukan oleh mahasiswa, sbb:

    1.Penelusuran keberadaan kelompok tani yang adaBiasanya pada masyarakat pertanian sudah banyak dibentuk

    kelompok tani. Mahasiswa dapat menelusuri kelompok tani yang telah

    ada dengan menemui tokoh-tokoh tani desa. Untuk wilayah yang cukup

    luas dapat melakukan penelusuran per dusun. Biasanya pembentukan

    kelompok tani, terkait dengan bantuan yang pernah ada kepada petani.

    Baik bantuan dari pemerintah maupun dari pihak swasta. Adapun

    kegiatan yang harus dilakukan:

    Mencatat nama kelompok tani dan pastikan seperti apa bentukkelompok tani yang ada tersebut.

    Jika belum ada, dorong masyarakat untuk membentuk kelompoktani.

    Fokuskan pada kelompok tani-kelompok tani yang lokasinyaberdekatan dengan wilayah rawan kebakaran lahan dan berpotensi

    untuk dikembangkan.

    2.Identifikasi permasalahan Kelompok TaniSetelah memastikan kelompok tani yang ada, identifikasi permasalahan

    kelompok tani dengan melakukan wawancara mendalam dan diskusi

    kelompok terah dengan pengurus kelompok. Kegiatan ini dapat

    dilakukan pada setiap kelompok masyarakat pertanian yang ada.

    Biasanya untuk petani dilahan gambut lebih senang berkelompok pada

    lahan yang berdekatan.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    30/31

    3.Pendampingan penguatan kelompok taniPenyusunan struktur pengurus kelompok tani dan Anggaran

    Dasar/Anggaran Rumah Tangga. Pembentukan pengurus dapatdiserahkan sepenuhnya kepada anggota kelompok tani. Mahasiswa

    memberikan komposisi kepengurusan kelompok tani yang ideal.

    Keanggotaan kelompok tani yang ideal berjumlah 15-25 orang. Kelompok

    tani yang ada dapat berkumpul lagi ke dalam Gapoktan.

    4.Penyusunan program-program kelompok taniPenyusunan program kelompok tani dilakukan oleh pengurus

    kelompok tani dengan melibatkan seluruh anggota. Mahasiswa dapat

    memberikan masukan-masukan terkait dengan program kerja secara

    umum. Kegiatan penyusunan program dapat ditekankan pada penentuan

    pola tanam dan pemasaran hasil secara kolektif. Mahasiswa

    memperhatikan pola kebiasan-kebiasaan petani dalam membuka lahan,

    sehingga bisa diarahkan pada PLTB

    5.Pelatihan-pelatihan teknis pertanianKegiatan-kegiatan pelatihan yang menunjang peningkatan

    produktivitas hasil pertanian. Kegiatan pelatihan pertanian merupakan

    salah satu uapaya dalam memecahkan persoalan yang dihdapi petani.

    Mahasiswa bersama-sama dengan penyuluh pertanian dapat

    mendatangkan ahli dari dinas terkait dan perguruan tinggi untuk

    memberikan pelatihan.

  • 7/21/2019 Materi Bab v Arif Revisi1

    31/31

    Daftar Pustaka

    Kartika AS, Isbanu, Nasrul B, Arifudin, Maswadi, Robinson. 2014.Panduan Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan BerbasisDesa di Arela Gambut. Seri 1-8. Edisi ke-2. KementrianKehututanan dan JICA. Jakarta