case report session anestesi

Upload: chika

Post on 24-Feb-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    1/33

    Case Report Session

    Chronic Kidney Desease

    Oleh

    Rendi Dwi Prasetyo

    Chika Aulia Husna 111031211

    Preseptor !

    dr" #ose $i%ano& SpAn

    'A()A* A*+S,+S)O-O() DA* R+A*).AS)

    RS/P DR" ." DA.)- PADA*(

    AK/-,AS K+DOK,+RA* /*)+RS),AS A*DA-AS201

    'A' )

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    2/33

    P+*DAH/-/A*

    1"1 -atar 'elakan4

    1"2 ,u5uan Penulisan

    Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tindakan anastesi pada tindakan aff

    CAPD"

    1"3 .an6aat Penulisan

    Manfaat penulisan ini adalah menambah pengetahuan pembaca umumnya dan penulis pada

    khususnya mengenai CKD (Chronic Kidney Desease ) dan tatalaksananya.

    1"7 .etode Penulisan

    Penulisan ini merujuk pada studi kepustakaan berdasarkan berbagai literature.

    'A' ))

    1

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    3/33

    ,)*A/A* P/S,AKA

    2"1 De6inisi

    Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap akhir. CKD

    merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh

    gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang

    menyebabkan uremia atau retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah (melt!er dan

    "are# $%%&).

    2"2 Anato8i

    "erikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Pearce dan 'ilson ($%%)

    *injal terletak pada dinding posterior abdomen terutama didaerah lumbal# disebelah kanan dan

    kiri tulang belakang# dibungkus lapisan lemak yang tebal dibelakang pritonium. Kedudukan

    ginjal dapat diperkirakan dari belakang# mulai dari ketinggian vertebra torakalis terakhir sampai

    vertebra lumbalis ketiga. Dan ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena tertekan

    oleh hati.

    etiap ginjal panjangnya antara &$ cm sampai &+ cm# lebarnya cm dan tebalnya antara ,

    sampai $#, cm# pada orang de-asa berat ginjal antara &% sampai &,% gram. "entuk ginjal

    seperti kacang dan sisi dalamnya atau hilus menghadap ketulang belakang# serta sisi luarnya

    berbentuk cembung. Pembuluh darah ginjal semuanya masuk dan keluar melalui hilus. Diatassetiap ginjal menjulang kelenjar suprarenal.

    etiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang membungkusnya# dan membentuk

    pembungkus yang halus serta didalamnya terdapat struktur/struktur ginjal. truktur ginjal

    -arnanya ungu tua dan terdiri dari bagian kapiler disebelah luar# dan medulla disebelah dalam.

    "agian medulla tersusun atas &, sampai & bagian yang berbentuk piramid# yang disebut sebagai

    piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilus dan berakhir di kalies# kalies akan menghubungkan

    dengan pelvis ginjal.

    truktur mikroskopik ginjal tersusun atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsionalginjal# dan diperkirakan ada &.%%%.%%% nefron dalam setiap ginjal. etiap nefron mulai

    membentuk sebagai berkas kapiler ("adan Malpighi 0 *lomerulus) yang erat tertanam dalam

    ujung atas yang lebar pada unineferus. 1ubulus ada yang berkelok dan ada yang lurus. "agian

    pertama tubulus berkelok/kelok dan kelokan pertama disebut tubulus proksimal# sesudah itu

    terdapat sebuah simpai yang disebut simpai henle. Kemudian tubulus tersebut berkelok lagi yaitu

    2

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    4/33

    kelokan kedua yang disebut tubulus distal# yang bergabung dengan tubulus penampung yang

    berjalan melintasi kortek dan medulla# dan berakhir dipuncak salah satu piramid ginjal.

    elain tubulus urineferus# setruktur ginjal juga berisi pembuluh darah yaitu arteri renalis yang

    memba-a darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal dan bercabang/cabang di ginjal dan

    membentuk arteriola aferen (arteriola aferentes)# serta masing/masing membentuk simpul

    didalam salah satu glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil sebagai arteriola eferen

    (arteriola eferentes)# yang bercabang/cabang membentuk jaring kapiler disekeliling tubulus

    uriniferus. Kapiler/kapiler ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis# yang

    memba-a darah kevena kava inferior. Maka darah yang beredar dalam ginjal mempunyai dua

    kelompok kapiler# yang bertujuan agar darah lebih lama disekeliling tubulus urineferus# karena

    fungsi ginjal tergantung pada hal tersebut.

    2"3 isiolo4i

    Diba-ah ini akan disebutkan tentang fungsi ginjal dan proses pembentukan urin menurut

    yaeifudin ($%%).

    a.2ungsi ginjal

    *injal adalah organ tubuh yang mempunyai peranan penting dalam sistem organ tubuh.

    Kerusakan ginjal akan mempengaruhi kerja organ lain dan sistem lain dalam tubuh. *injal punya

    dua peranan penting yaitu sebagi organ ekresi dan non ekresi. ebagai sistem ekresi ginjal

    bekerja sebagai filtran senya-a yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh seperti urea#natrium dan lain/lain dalam bentuk urin# maka ginjal juga berfungsi sebagai pembentuk urin.

    elain sebagai sistem ekresi ginjal juga sebagai sistem non ekresi dan bekerja sebagai

    penyeimbang asam basa# cairan dan elektrolit tubuh serta fungsi hormonal. *injal mengekresi

    hormon renin yang mempunyai peran dalam mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin

    aldosteron)# pengatur hormon eritropoesis sebagai hormon pengaktif sumsum tulang untuk

    menghasilkan eritrosit. Disamping itu ginjal juga menyalurkan hormon dihidroksi kolekalsi feron

    (vitamin D aktif)# yang dibutuhkan dalam absorsi ion kalsium dalam usus.

    b.Proses pembentukan urin

    3

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    5/33

    3rin berasal dari darah yang diba-a arteri renalis masuk kedalam ginjal. Darah ini terdiri dari

    bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah# kemudian akan disaring dalam tiga

    tahap yaitu filtrasi# reabsorsi dan ekresi (yaefudin# $%%)

    &. Proses filtrasi

    Pada proses ini terjadi di glomerulus# proses ini terjadi karena proses aferen lebih besar dari

    permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. edangkan sebagian yang tersaring adalah

    bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang disaring disimpan dalam simpay bo-man yang

    terdiri dari glukosa# air# natrium# klorida sulfat# bikarbonat dll# yang diteruskan ke tubulus ginjal.

    $. Proses reabsorsi

    Pada peroses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa# natrium# klorida# fosfat#

    dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan proses obligator.

    4eabsorsi terjadi pada tubulus proksimal. edangkan pada tubulus distal terjadi penyerapan

    kembali natrium dan ion bikarbonat bila diperlukan. Penyerapannya terjadi secara aktif# dikenal

    dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.

    +. Proses ekresi

    isa dari penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan pada piala ginjal

    selanjutnya diteruskan ke ureter dan masuk ke fesika urinaria

    2"7 +tiolo4i

    Diba-ah ini ada beberapa penyebab CKD menurut Price dan 'ilson ($%%) diantaranya

    adalah tubula intestinal# penyakit peradangan# penyakit vaskuler hipertensif# gangguan jaringan

    ikat# gangguan kongenital dan herediter# penyakit metabolik# nefropati toksik# nefropati

    obsruktif. "eberapa contoh dari golongan penyakit tersebut adalah

    &. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronik dan refluks nefropati.

    $. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.

    +. Penyakit vaskular seperti hipertensi# nefrosklerosis benigna# nefrosklerosis maligna# dan

    stenosis arteria renalis.

    . *angguan jaringan ikat seperti 5upus eritematosus sistemik# poliarteritis nodosa# dan

    seklerosis sistemik progresif.

    4

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    6/33

    ,. *angguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus

    ginjal.

    . Penyakit metabolik seperti diabetes militus# gout# dan hiperparatiroidisme# serta amiloidosis.

    6. 7efropati toksik seperti penyalahgunaan analgetik# dan nefropati timah.

    8. 7efropati obstruktif seperti traktus urinarius bagian atas yang terdiri dari batu# neoplasma#

    fibrosis retroperitoneal. 1raktus urinarius bagian ba-ah yang terdiri dari hipertropi prostat#

    setriktur uretra# anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra.

    2" Pato6isisolo4i

    Penurunan laju filtrasi glomerulus (52*) juga berpengaruh pada retensi cairan dan natrium.4etensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan ginjal tidak mampu untuk

    mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir#

    respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari / hari tidak

    terjadi. 7atrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya

    oedema# gagal jantung kongesti# dan hipertensi. 9ipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis

    renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain

    mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam# mencetuskan resiko hipotensi dan

    hipovolemia. :pisode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium# yang semakin

    memperburuk status uremik.

    ;sidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (9

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    7/33

    peningkatan sekresi parathormon# dan akibatnya kalsium di tulang menurun# menyebabkan

    perubahan pada tulang dan menyebabkan penyakit tulang# selain itu metabolik aktif vitamin

    dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di dalam ginjal menurun# seiring dengan

    berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang uremik dan sering disebut =steodistrofienal .

    =steodistrofienal terjadi dari perubahan komplek kalsium# fosfat dan keseimbangan

    parathormon. 5aju penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang mendasari

    ekresi protein dan urin# dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan secara signifikan

    sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan darah cenderung akan cepat memburuk

    dari pada mereka yang tidak mengaliami kondisi ini.

    2"9 (e5ala dan tanda

    2": Pe8eriksaan 6isik

    2": Pe8eriksaan penun5an4

    2"; Penatalaksanaan

    'A' )))

    P+.'AHASA*

    A*+S,+S) /./.

    De6inisi

    ;nestesi umum adalah suatu keadaan meniadakan nyeri secara sentral yang dihasilkan ketika

    pasien diberikan obat/obatan untuk amnesia# analgesia# kelumpuhan otot# dan sedasi. Pada pasien

    6

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    8/33

    yang dilakukan anestesi dapat dianggap berada dalam keadaan ketidaksadaran yang terkontrol

    dan reversibel. ;nestesi memungkinkan pasien untuk mentolerir tindakan pembedahan yang

    dapat menimbulkan rasa sakit tak tertahankan# yang berpotensi menyebabkan perubahan

    fisiologis tubuh yang ekstrim# dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan.

    Komponen anestesi yang ideal terdiri dari &. 9ipnotik# $. ;nalgetik# +. 4elaksasi otot &%

    ;nestesi umum menggunakan cara melalui intravena dan secara inhalasi untuk

    memungkinkan akses bedah yang memadai ke tempat dimana akan dilakukan operasi. atu hal

    yang perlu dicatat adalah bah-a anestesi umum mungkin tidak selalu menjadi pilihan terbaik#

    tergantung pada presentasi klinis pasien# anestesi lokal atau regional mungkin lebih tepat.&%

    Metode pemberian anestesi umum dapat dulihat dari cara pemberian obat# terdapat + cara

    pemberian obat pada anestesi umum&%

    &. Parenteral

    ;nestesi umum yang diberikan secara parentral baik intravena maupun intramuskuler

    biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat atau untuk induksi anestesi.

    =bat anestesi yang sering digunakan adalah

    Pentothal

    Dipergunakan dalam larutan $#,> atau ,> dengan dosis permulaan / mg0kg ""

    danselanjutnya dapat ditambah sampai & gram.

    Penggunaan

    / 3ntuk induksi# selanjutnya diteruskan dengan inhalasi.

    / =perasi/operasi yang singkat seperti curettage# reposisi# insisi abses.

    Cara Pemberian

    7

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    9/33

    5arutan $#,> dimasukkan ?@ pelan/pelan /8 CC sampai penderita tidur#

    pernapasan lambat dan dalam. ;pabila penderita dicubit tidak bereaksi# operasi dapat

    dimulai. elanjutnya suntikan dapat ditambah secukupnya apabila perlu sampai & gram.

    Kontra ?ndikasi

    &.;nak/anak di ba-ah tahun

    $.hock # anemia# uremia dan penderita/penderita yang lemah

    +.*angguan pernafasan asthma# sesak nafas# infeksi mulut dan saluran nafas

    .Penyakit jantung

    ,.Penyakit hati

    .Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan vena yang baik.

    Ketalar (Ketamine)

    Diberikan ?@ atau ?M berbentuk larutan &% mg0cc dan ,% mg0cc.Dosis ?@ &/+

    mg0kg""#?M 8/&+ mg0kg""&/+ menit setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.

    Penggunaan

    &. =perasi/operasi yang singkat

    $. 3ntuk indikasi penderita tekanan darah rendah

    Kontra ?ndikasi

    Penyakit jantung# kelainan pembuluh darah otak dan hypertensi.

    =leh karena komplikasi utama dari anestesi secara parenteral adalah menekan

    pusat pernafasan# maka kita harus siap dengan peralatan dan tindakan pernafasan buatan

    terutama bila ada sianosis.

    $. Perektal

    8

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    10/33

    =bat anestesi diserap le-at mukosa rectum kedalam darah dan selanjutnya sampai

    ke otak. Dipergunakan untuk tindakan diagnostic (katerisasi jantung# roentgen foto#

    pemeriksaanmata# telinga# oesophagoscopi# penyinaran dsb) terutama pada bayi/bayi dan

    anak kecil. Auga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak/

    anak. yaratnya adalah

    &.4ectum betul/betul kosong

    $.1ak ada infeksi di dalam rectum. 5ama narkose $%/+% menit.

    =bat/obat yang digunakan

    / Pentothal &%> dosis % mg0kg""

    / 1ribromentothal (avertin) 8% mg0kg""

    +. Perinhalasi

    =bat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru/paru# masuk ke darah

    dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

    =bat/obat yang dipakai

    &. ?nduksi halotan

    ?nduksi halotan memerlukan gas pendorong =$ atau campuran 7$= dan =$.

    ?nduksidimulai dengan aliran =$ B ltr0mnt atau campuran 7$==$ +&. ;liran B

    ltr0mnt.Kalau pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan# untuk kemudian kalau

    sudah tenang dinaikan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.

    $. ?nduksi sevofluran

    ?nduksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk -alaupun

    langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol >. eperti dengan

    halotankonsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.

    9

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    11/33

    +. ?nduksi dengan enfluran (ethran)# isofluran ( foran# aeran ) atau desfluran jarang

    dilakukan karena pasien sering batuk dan -aktu induksi menjadi lama.

    ;pabila obat anestesi inhalasi# dihirup bersama/sama udara inspirasi masuk ke dalam

    saluran pernafasan# di dalam alveoli paru akan berdifusi masuk ke dalam sirkulasi darah.

    Demikian pula yang disuntikkan secara intramuskuler# obat tersebut akan diabsorbsi masuk ke

    dalam sirkulasi darah. etelah masuk ke dalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar

    kedalam jaringan. Dengan sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak atau organ

    vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang pembuluh darahnya sedikit

    seperti tulang atau jaringan lemak. 1ergantung obatnya# di dalam jaringan sebagian akan

    mengalami metabolisme# ada yang terjadi di hepar# ginjal atau jaringan lain.

    :kskresi bisa melalui ginjal# hepar# kulit atau paruparu. :kskresi bisa dalam bentuk asli

    atau hasil metabolismenya. 7$= diekskresi dalam bentuk asli le-at paru. 2aktor yang

    mempengaruhi anestesi antara lain

    / 2aktor respirasi (untuk obat inhalasi).

    / 2aktor sirkulasi

    / 2aktor jaringan.

    / 2aktor obat anestesi.

    2aktor respirasi

    esudah obat anestesi inhalasi sampai di alveoli# maka akan mencapai tekanan parsiel

    tertentu# makin tinggi konsentrasi !at yang dihirup tekanan parsielnya makin tinggi. Perbedaan

    tekanan parsiel !at anestesi dalam alveoli dan di dalam darah menyebabkan terjadinya difusi.

    "ila tekanan di dalam alveoli lebih tinggi maka difusi terjadi dari alveoli ke dalam sirkulasi dan

    sebaliknya difusi terjadi dari sirkulasi ke dalam alveoli bila tekanan parsiel di dalam alveoli lebih

    rendah (keadaan ini terjadi bila pemberian obat anestesi dihentikan.

    Makin tinggi perbedaan tekanan parsiel makin cepat terjadinya difusi. Proses difusi akan

    terganggu bila terdapat penghalang antara alveoli dan sirkulasi darah misalnya pada udem paru

    10

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    12/33

    dan fibrosis paru. Pada keadaan ventilasi alveoler meningkat atau keadaan ventilasi yang

    menurun misalnya pada depresi respirasi atau obstruksi respirasi.

    2aktor sirkulasi

    ;liran darah paru menentukan pengangkutan gas anestesi dari paru ke jaringan dan

    sebaliknya. Pada gangguan pembuluh darah paru makin sedikit obat yang dapat diangkut

    demikian juga pada keadaan cardiac output yang menurun.

    Blood gas partition coefisienadalah rasio konsentrasi !at anestesi dalam darah dan dalam

    gas bila keduanya dalam keadaan keseimbangan. "ila kelarutan !at anestesi dalam darah

    tinggi0"* koefisien tinggi maka obat yang berdifusi cepat larut di dalam darah# sebaliknya obat

    dengan "* koefisien rendah# maka cepat terjadi keseimbangan antara alveoli dan sirkulasi darah#

    akibatnya penderita mudah tertidur -aktu induksi dan mudah bangun -aktu anestesi diakhiri.

    2aktor jaringan

    Eang menentukan antara lain

    / Perbedaan tekanan parsiel obat anestesi di dalam sirkulasi darah dan di dalam jaringan.

    / Kecepatan metabolisme obat.

    / ;liran darah dalam jaringan.

    / Tissue/blood partition coefisien

    .2aktor !at anestesi

    1iap/tiap !at anestesi mempunyai potensi yang berbeda. 3ntuk mengukur potensi obat

    anestesi inhalasi dikenal adanya M;C (minimal alveolar concentration). Menurut Merkel dan

    :ger (&F+)# M;C adalah konsentrasi obat anestesi inhalasi minimal pada tekanan udara & atm

    yang dapat mencegah gerakan otot skelet sebagai respon rangsang sakit supramaksimal pada

    ,%> pasien. Makin rendah M;C makin tinggi potensi obat anestesi tersebut.

    Stadiu8 anestesi&%

    11

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    13/33

    Kedalaman anestesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi anestesi# agar tidak terlalu

    dalam sehingga membahayakan ji-a penderita# tetapi cukup adekuat untuk melakukan operasi.

    Kedalaman anestesi dinilai berdasarkan tanda klinik yang didapat. *uedel membagi kedalaman

    anestesi menjadi stadium dengan melihat pernafasan# gerakan bola mata# tanda pada pupil#

    tonus otot dan refleks pada penderita yang mendapat anestesi ether.

    &. tadium ?

    Disebut juga stadium analgesi atau stadium disorientasi. Dimulai sejak diberikan anestesi

    sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi kecil bisa dilakukan.

    $. tadium ??

    Disebut juga stadium delirium atau stadium eGitasi. Dimulai dari hilangnya kesadaran

    sampai nafas teratur. Dalam stadium ini penderita bisa meronta ronta# pernafasan

    irregular# pupil melebar# refleks cahaya positif gerakan bola mata tidak teratur# lakrimasi

    (

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    14/33

    / Plane ?? Dari berhentinya gerakan bola mata sampai permulaan paralisa otot

    interkostal. Ditandai dengan pernafasan teratur# volume tidak menurun dan frekuensi

    nafas meningkat# mulai terjadi depresi nafas torakal# bola mata berhenti# pupil mulai

    melebar dan refleks cahaya menurun# refleks kornea menghilang dan tonus otot

    makin menurun.

    / Plane ??? Dari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise seluruh otot

    ?nterkostal. Ditandai dengan pernafasan abdominal lebih dorninan dari torakal karena

    terjadi paralisis otot interkostal# pupil makin melebar dan refleG cahaya menjadi

    hilang# lakrimasi negafif# refleG laring dan peritoneal menghilang# tonus otot makin

    menurun.

    / Plane ?@ Dari paralise semua otot interkostal sampai paralise diafragma. Ditandai

    dengan paralise otot interkostal# pernafasan lambat# iregular dan tidak adekuat# terjadi

    jerky karena terjadi paralise diafragma. 1onus otot makin menurun sehingga terjadi

    flaccid# pupil melebar# refleks cahaya negatif refleks spincter ani negative.

    . tadium ?@

    Dari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. Auga disebut stadium over dosis

    atau stadium paralysis. Ditandai dengan hilangnya semua refleks# pupil dilatasi# terjadi

    respiratory failuredan dikuti dengan circulatory failure.

    Persiapan Anestesia /8u8&%

    Praktek anesesi yang aman dan efisien memerlukan personil bersertifikat# obat/obatan

    dan peralatan yang tepat# serta keadaan pasien yang optimal. Persyaratan minimum untuk anestesi umum

    Kebutuhan infrastruktur minimum untuk anestesi umum termasuk ruang yang cukup

    terang dengan ukuran yang memadai# sebuah sumber oksigen bertekanan (paling sering di

    pipa)H perangkat hisap yang efektifH monitor yang sesuai dengan standar ;; (AmericanSociety of Anesthesiologist) # termasuk denyut jantung# tekanan darah# :K*# denyut nadi

    oksimetri# kapnografi# suhu# dan konsentrasi oksigen terinspirasi dan dihembuskan dan !at

    anestesi yang diaplikasikan.

    elain ini# beberapa peralatan dibutuhkan untuk memasukkan !at anestesi. ;lat yang

    sederhana seperti jarum dan jarum suntik# jika obat harus diberikan sepenuhnya intravena.

    13

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    15/33

    Dalam sebagian besar keadaan# ini berarti membutuhkan tersedianya sebuah mesin yang

    memungkinkan untuk mengetahui pemasukkan gas dan memelihara anestesi tetap berjalan Menyiapkan pasien

    Kondisi pasien harus cukup dipersiapkan. Metode yang paling efisien adalah pasien

    ditinjau oleh orang yang bertanggung ja-ab untuk memberikan anestesi dengan baiksebelum tanggal operasi.

    :valuasi praoperasi memungkinkan pemantauan laboratorium yang tepat# perhatian

    terhadap kondisi medis pasien yang terbaru atau yang sedang berlangsung# diskusi dari setiap

    reaksi sebelumnya yang merugikan pribadi atau keluarga untuk anestesi umum# penilaian

    status fungsional jantung dan paru# dan rencana anestesi yang efektif dan aman. 9al ini juga

    berfungsi untuk meredakan kecemasan dari pembedahan yang tidak diketahui oleh pasien

    dan keluarga mereka. ecara keseluruhan# proses ini memungkinkan untuk optimasi pasien

    pada -aktu perioperatif.Pemeriksaan fisik yang terkait dengan evaluasi praoperasi memungkinkan pelaksana

    anestesi untuk fokus secara khusus pada kondisi saluran napas yang diharapkan# termasuk

    membuka mulut# gigi longgar atau bermasalah# keterbatasan dalam rentang gerak leher#

    anatomi leher# dan presentasi Mallampati (lihat di ba-ah). Dengan menggabungkan semua

    faktor# rencana yang sesuai untuk intubasi dapat diuraikan dan langkah tambahan# jika perlu#

    dapat diambil untuk mempersiapkan bronkoskopi serat optik# laringoskopi video# atau

    berbagai intervensi sulit terhadap saluran napas lainnya.

    Manajemen jalan napas

    Kesulitan yang mungkin dihadaapi dalam manajemen jalan napas# meliputi kondisi

    diba-ah ini

    4ahang yang kecil atau mundur

    *igi rahang atas yang menonjol 5eher yang pendek

    :kstensi leher terbatas

    Pertumbuhan gigi yang buruk

    1umor di -ajah# mulut# leher# atau tenggorokan 1rauma pada -ajah

    2iksasi antar/gigi

    Penggunaan cervical collaryang keras"erbagai sistem penilaian telah dibuat menggunakan pengukuran orofacial untuk

    memprediksi intubasi sulit. Eang paling banyak digunakan adalah skor Mallampati# yang

    14

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    16/33

    mengidentifikasi pasien dengan faring yang kurang jelas divisualisasikan melalui mulut

    terbuka.Penilaian Mallampati idealnya dilakukan saat pasien duduk dengan mulut terbuka dan

    lidah yang menonjol tanpaphonating. Pada banyak pasien yang diintubasi karena indikasi

    emergensi# jenis penilaian seperti ini tidak mungkin. ebuah penilaian sederhana dapat

    dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang untuk mendapatkan gambaran dari ukuran

    bukaan mulut dan perkiraan lidah dan orofaring sebagai faktor dalam keberhasilan intubasi

    (lihat gambar di ba-ah)

    kor Mallampati yang tinggi telah terbukti menjadi prediksi intubasi sulit. 7amun# tidak

    ada sistem penilaian yang sensitive &%%> atau spesifik &%%> . ;kibatnya# praktisi

    mengandalkan beberapa kriteria dan pengalaman mereka untuk menilai jalan napas.

    Pelaksana anestesi bertanggung ja-ab untuk menilai semua faktor yang mempengaruhi

    kondisi medis pasien dan memilih teknik anestesi yang optimal sesuai kondisi pasien. "eberapa

    pertimbangan dalam melakukan anestesi umum meliputi

    Keuntungan

    / Menurunkan kesadaran dan ingatan pasien selama operasi

    / Memungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk jangka -aktu yang lama

    / Memfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan napas# pernapasan# dan sirkulasi

    / Dapat digunakan dalam kasus/kasus yang sensitif terhadap !at anestesi local

    / Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi terlentang

    15

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    17/33

    / Dapat disesuaikan dengan mudah untuk prosedur operasi dengan durasi -aktu yang

    tak dapat diprediksi atau pada keadaan penambahan -aktu operasi

    / Dapat diberikan dengan cepat dan reversibel

    Kekurangan

    / Membutuhkan peningkatan kompleksitas pera-atan dan biaya yang terkait

    / Membutuhkan persiapan pasien praoperasi

    / Dapat menyebabkan fluktuasi perubahan fisiologis yang memerlukan intervensi

    aktif

    / 1erkait dengan komplikasi kurang serius seperti mual atau muntah# sakit

    tenggorokan# sakit kepala# menggigil# dan dibutuhkan -aktu dalam pengembalian

    fungsi mental yang normal

    / 1erkait dengan kondisi hipertermia yang ga-at# sebuah kondisi yang jarang# terkait

    dengan kondisi otot yang terkena paparan beberapa (tidak semua) !at anestesi

    umum yang dapat menyebabkan kenaikan suhu akut dan berpotensi mematikan#

    hiperkarbia# asidosis metabolik# dan hyperkalemia.

    Cara 8e8

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    18/33

    sehingga bila kurang relaksasi salah satu usaha untuk membuat lebih relaksasi adalah

    dengan mendalamkan anestesi# yaitu dengan cara menambah dosis obat.

    Pada umumnya keadaan relaksasi dapat tercapai setelah dosis obat anestesi yang

    diberikan sedemikian tinggi# sehingga menimbulkan gangguan pada organ vital. Dengan

    demikian keadaan ini akan mengancam ji-a penderita# lebih/lebih pada penderita yang

    sensitif atau memang sudah ada gangguan pada organ vital sebelumnya. 3ntuk mengatasi

    hal ini maka ada tehnik tertentu agar tercapai trias anestesi pada kedalaman yang ringan#

    yaitu penderita dibuat tidur dengan obat hipnotik# analgesinya menggunakan analgetik

    kuat# relaksasinya menggunakan pelemas otot (muscle relaxant) tehnik ini disebut

    balance anestesi.

    Pada balance anestesi karena menggunakan muscle relaxant# maka otot

    mengalami relaksasi# jadi tidak bisa berkontraksi atau mengalami kelumpuhan# termasuk

    otot respirasi# jadi penderita tidak dapat bernafas. Karena itu harus dilakukan nafas

    buatan (dipompa)# tanpa dilakukan nafas buatan# penderita akan mengalami kematian#

    karena hipoksia. Aadi nafas penderita sepenuhnya tergantung dari pengendalian pelaksana

    anestesi# karena itu balance anestesi juga disebut dengan tehnik respirasi kendali atau

    control respiration.

    3ntuk mempermudah respirasi kendali penderita harus dalam keadaan terintubasi.

    Dengan menggunakan balance anestesi maka ada beberapa keuntungan antara lain

    / Dosis obatnya minimal# sehingga gangguan pada organ vital dapat dikurangi. Polusi

    kamar operasi yang ditimbulkan obat anestesi inhalasi dapat dikurangi. elesai operasi

    penderita cepat bangun sehingga mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh penderita

    yang tidak sadar.

    / Dengan dapat diaturnya pernafasan maka dengan mudah kita bisa melakukanhiperventilasi# untuk menurunkan kadar C=$ dalam darah sampai pada titik tertentu

    misalnya pada operasi otak. Dengan hiperventilasi kita juga dapat menurunkan tekanan

    darah untuk operasi yang memerlukan tehnik hipotensi kendali.

    17

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    19/33

    / Karena pernafasan bisa dilumpuhkan secara total maka mempermudah tindakan operasi

    pada rongga dada (thoracotomy) tanpa terganggu oleh gerakan pernafasan. Kita juga

    dapat mengembangkan dan mengempiskan paru dengan sekehendak kita tergantung

    keperluan. Dengan demikian berdasar respirasinya# anestesi umum dibedakan dalam +

    macam yaitu

    / 4espirasi spontan yaitu penderita bernafas sendiri secara spontan.

    / 4espirasi kendali0respirasi terkontrol 0balance anestesi pernafasanpenderita

    sepenuhnya tergantung bantuan kita.

    / ;ssisted 4espirasi penderita bernafas spontan tetapi masih kita berikan sedikit

    bantuan.

    "erdasar sistim aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi# anestesi

    dibedakan menjadi sistem# yaitu =pen# semi open# closed# dan semi closed.

    &. istem open adalah sistem yang paling sederhana. Di sini tidak ada hubungan

    fisik secara langsung antara jalan napas penderita dengan alat anestesi. Karena itu

    tidak menimbulkan peningkatan tahanan respirasi. Di sini udara ekspirasi babas

    keluar menuju udara bebas. Kekurangan sistem ini adalah boros obat anestesi#

    menimbulkan polusi obat anestesi di kamar operasi# bila memakai obat yang

    mudah terbakar maka akan meningkatkan resiko terjadinya kebakaran di kamar

    operasi# hilangnya kelembaban respirasi# kedalaman anestesi tidak stabil dan tidak

    dapat dilakukan respirasi kendali.

    $. Dalam system semi open alat anestesi dilengkapi dengan reservoir bag selain

    reservoir bag# ada pula yang masih ditambah dengan klep & arah# yang

    mengarahkan udara ekspirasi keluar# klep ini disebut non rebreating valve. Dalam

    sistem ini tingkat keborosan dan polusi kamar operasi lebih rendah dibanding

    system open.

    18

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    20/33

    +. Dalam sistem semi closed# udara ekspirasi yang mengandung gas anestesi dan

    oksigen lebih sedikit dibanding udara inspirasi# tetapi mengandung C= $ yang

    lebih tinggi# dialirkan menuju tabung yang berisi sodalime# disini C= $akan diikat

    oleh sodalime. elanjutnya udara ini digabungkan dengan campuran gas anestesi

    dan oksigen dari sumber gas ( 2*2 0resh !as lo") untuk diinspirasi kembali.

    Kelebihan aliran gas dikeluarkan melalui klep overflo". Karena udara ekspirasi

    diinspirasi lagi# maka pemakaian obat anestesi dan oksigen dapat dihemat dan

    kurang menimbulkan polusi kamar operasi.

    . Dalam system closed prinsip sama dengan semi closed# tetapi disini tidak ada

    udara yang keluar dari sistem anestesi menuju udara bebas. Penambahan oksigen

    dan gas anestesi harus diperhitungkan# agar tidak kurang sehingga menimbulkan

    hipoksia dan anestesi kurang adekuat# tetapi juga tidak berlebihan# karena

    pemberian yang berlebihan bisa berakibat tekanan makin meninggi sehingga.

    menimbulkan pecahnya alveoli paru. istem ini adalah sistem yang paling hemat

    obat anestesi dan tidak menimbulkan polusi. Pada system closed dan semiclosed

    juga disebut system rebreathing# karena udara ekspirasi diinspirasi kembali#

    sistem ini juga perlu sodalime untuk membersihkan C=$. Pada system open dan

    semi open juga disebut system nonrebreathing karena tidak ada udara ekspirasi

    yang diinspirasi kembali# system ini tidak perlu sodalime. 3ntuk menjaga agar

    pada system semi open tidak terjadi rebreathing# aliran campuran gas anestesi dan

    oksigen harus cepat# biasanya diberikan antara $ + kali menit volume respirasi

    penderita.

    ystem 4ebreathin

    g

    4eservoir bag odalime 1ingkat polusi

    kamar operasi

    1ingkat

    keborosan obat

    =pen / / /

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    21/33

    "ila obat anestesi seluruhnya menggunakan obat intravena# maka disebut anestesi

    intravena total (total intravenous anesthesia01?@;). "ila induksi dan maintenance anestesi

    menggunakan obat inhalasi maka disebut @?M; (@olatile ?nhalation and Maintenance

    ;nesthesia)

    Pemulihan anestesiPada akhir operasi atau setelah operasi selesai# maka anestesi diakhiri dengan

    menghentikan pemberian obat anestesi. Pada anestesi inhalasi bersamaan dengan penghentian

    obat anestesi aliran oksigen dinaikkan# hal ini disebut oksigenisasi. Dengan oksigenisasi maka

    oksigen akan mengisi tempat yang sebelumnya ditempati oleh obat anestesi inhalasi diaveoliyang berangsur/angsur keluar mengikuti udara ekspirasi.

    Dengan demikian tekanan parsiel obat anestesi di alveoli juga berangsur/angsur turun#

    sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan parsiel obat anestesi inhalasi didalamdarah.

    Maka terjadilah difusi obat anestesi inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli. emakin tinggi

    perbedaan tekanan parsiel tersebut kecepatan difusi makin meningkat. ementara itu oksigen dari

    alveoli akan berdifusi ke dalam darah.

    emakin tinggi tekanan parsiel oksigen di alveoli (akibat oksigenisasi) difusi kedalam

    darah semakin cepat# sehingga kadar oksigen di dalam darah meningkat# menggantikan posisiobat anestesi yang berdifusi menuju ke alveoli. ;kibat terjadinya difusi obat anestesi inhalasi

    dari dalam darah menuju ke alveoli# maka kadarnya di dalam darah makin menurun.1urunnya kadar obat anestesi inhalasi tertentu di dalam darah# selain akibat difusi di

    alveoli juga akibat sebagian mengalami metabolisme dan ekskresi le-at hati# ginjal# dan

    keringat. Kesadaran penderita juga berangsur/angsur pulih sesuai dengan turunnya kadar

    obatanestesi di dalam darah. "agi penderita yang mendapat anestesi intravena# maka

    kesadarannya# berangsur/angsur pulih dengan turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme

    atau ekskresi setelah pemberinya dihentikan.elanjutnya pada penderita yang dianestesi dengan respirasi spontan tanpa menggunakan

    pipa endotrakheal maka tinggal menunggu sadarnya penderita# sedangkan bagi penderita yang

    menggunakan pipa endotrakheal maka perlu dilakukan ekstubasi(melepas pipa :1). :kstubasi

    bisa dilakukan pada -aktu penderita masih teranestesi dalam dan dapat juga dilakukan setelah

    penderita sadar. :kstubasi pada keadaan setengah sadar membahayakan penderita# karena dapat

    20

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    22/33

    terjadi spasme jalan napas# batuk# muntah# gangguan kardiovaskuler# naiknya tekanan intra okuli

    dan naiknya tekanan intra cranial. :kstubasi pada -aktu penderita masih teranestesi dalam mempunyai resiko tidak

    terjaganya jalan nafas# dalam kurun -aktu antara tidak sadar sampai sadar. 1etapi ada operasi

    tertentu ekstubasi dilakukan pada -aktu penderita masih teranestesi dalam. Pada penderita yang

    mendapat balance anestesi maka ekstubasi dilakukan setelah napas penderita adekuat. 3ntuk

    mempercepat pulihnya penderita dari pengaruh muscle relaGant maka dilakukan reverse# yaitu

    memberikan obat antikolinesterase.

    ebagian ahli anestesi tetap memberikan reverse -alaupun napas sudah adekuat bagi

    penderita yang sebelumnya mendapat muscle relaGant. ebagian ahli anestesi melakukan

    ekstubasi setelah penderita sadar# bisa diperintah menarik napas dalam# batuk# menggelengkan

    kepala dan menggerakkan ekstremitas. Penilaian yang lebih obyektif tentang seberapa besar

    pengaruh muscle relaGant adalah dengan menggunakan alat nerve stimulator.

    ;dapun setelah prosedur diatas selesai# pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan terus

    diobservasi dengan cara menilai ;ldretteIs score nya# nilai 8/&% bisa dipindahkan ke ruang

    pera-atan# ,/8 observasi secara ketat# kurang dari , pindahkan ke ?C3# penilaian meliputi

    9al yang dinilai 7ilai

    &. Kesadaranadar penuh

    "angun bila dipanggil1idak ada respon

    $

    &%

    $. 4espirasi

    Dapat melakukan nafas dalam# bebas# dan dapat batuk

    esak nafas# nafas dangkal atau ada hambatan;pnoe

    $

    &%

    +. irkulasi perbedaan dengan tekanan preanestesiPerbedaan

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    23/33

    ,. 'arna kulit

    7ormalPucat# gelap# kuning atau berbintik/bintik

    Cyanotic

    $&

    %

    'A' )

    22

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    24/33

    -APORA* KAS/S

    7ama ?5

    Aenis Kelamin 5aki/laki

    3sia &% tahun

    M4 8F.+&.%8

    Ana8nesis

    Keluhan /ta8a !

    eorang pasien laki/laki usia &% tahun dira-at di bangsal bedah anak (C;;) 43P Dr.M.Djamil

    Padang pada tanggal $%&, dengan keluhan

    Riwayat Penyakit Sekaran4 !

    ;-alnya pasien sedang buang air besar# lalu keluar usus dari anus sejak lebih kurang

    jam smrs# lalu dilakukan pengembalian posisi anus secara manual.

    4i-ayat sakit yang sama satu bulan yang lalu

    4i-ayat hemorroid ada

    4i-ayat ";" keras ada

    Riwayat Penyakit Dahulu!

    4i-ayat sakit yang sama satu bulan yang lalu

    4i-ayat alergi obat (/)

    Riwayat Penyakit Keluar4a !

    23

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    25/33

    1idak ada keluarga dengan ri-ayat penyakit keturunan# penyakit menular# dan penyakit

    keji-aan.

    ;namnesis Penyulit ;nestesi

    ;sma (/)

    DM (/)

    ;lergi (/)

    ;ngina Pectoris (/)

    9ipertensi (/)

    Penyakit hati (/)

    Penyakit ginjal (/)

    *igi palsu (/)

    Kejang (/)

    "atuk (/)

    Pilek (/)

    Demam (/)

    Kelainan Kardiovaskular (/)

    4i-ayat =bat yang sedang0telah digunakan

    ;nti 9ipertensi (/)

    ;nti 4eumatik (/)

    ;nti Diabetik (/)

    =bat jantung (/)

    4i-ayat operasi sebelumnya reposisi manual a.i prolaps recti

    24

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    26/33

    4i-ayat anestesi sebelumnya anestesi spinal

    Ke

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    27/33

    :kstremitas edema /0/# akral hangat# perfusi baik

    7eurologis defisit neurologis (/)# hemiparesis (/)

    Hasil -a

    5eukosit &%.8%%0mm+

    1rombosit $,+.%%%0mm+

    P1 &%#6 s

    ;P11 +#F s

    Cl &%8 mmol0l

    K +#, mmol05

    7a && mmol0l

    9asil rontgen

    1idak ditemukan adanya pembesaran jantung dan paru

    9asil :K*

    Aantung dalam batas normal

    Diagnosa

    Prolaps recti

    Plan

    4epair Prolaps

    26

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    28/33

    $. 5aporan ?ntraoperatif

    =bat premedikasi

    4anitidin ,% mg

    =ndansentron mg

    2ortanest $ mg

    =bat medikasi

    / ;nestesi ?ntravena

    Propofol &%% mg

    4oculaG $% mg

    2entanyl &%% Jg

    / ;nestesi ?nhalasi

    =ksigen $ liter

    7$= $ liter

    evofluran

    1eknik ;nestesi

    ?ntubasi dengan :11 no 8#%# cuff (

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    29/33

    .onitorin4 yan4 dilakukan !

    ,a

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    30/33

    Penggantian cairan #$ristaloid%

    Pada jam ? +8% < F, < % F&, cc

    Pada jam ?? &F% < F, < % 6$, cc

    Pada jam ??? &F% < F, < % 6$, cc

    Pada jam ?@ F, < % ,+, cc

    ,otal B 200 cc

    Perdarahan

    :stimated blood volume 6%G,, +8,% cc

    Perdarahan ,%% cc;"@ &%/$% >penggantian dengan koloid 00cc

    .onitorin4 Post Operati6

    )nstruksi dokter !

    "ila Kesakitan Ketorolac +% mg ?@

    ?nfus 4l < 1ramadol &%% mg&$ tetes0menit

    Pukul >$)'? ,ekanan darah >88H4? *adi >@8enit?

    &.%% &+,08, F$

    &.&, &+$08% F%&.+% &+%08% F$

    (ra6ik .onitorin4 !

    29

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    31/33

    'A'

    D)SK/S)

    30

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    32/33

    1elah dilaporkan seorang pasien laki/laki berusia ,F tahun dira-at di bangsal bedah pria

    43P M. Djamil Padang pada tanggal 8 ;gustus $%& dengan diagnosis prolaps rekti diagnosis

    itegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik# serta dibantu dengan pemeriksaanpenunjang.

    Dari anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan utama usus keluar saat buang

    air besar sejak jam sebelum masuk rumah sakit. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan

    kelainan yang dapat mempersulit tindakan anastesi. Klasifikasi status fisik pasien adalah ;; &.

    ebelumnya terhadap pasien telah dilakukan tindakan reposisi manual atas indikasi prolaps rekti

    dengan teknik ansatesi spinal pada tanggal F agustus $%&. Kemudian dilakukan tindakan repair

    prolaps rekti transabdominal dengan menggunakan general anastesi. Premedikasi yang

    digunakan antara lain 4anitidin ,% mg# =ndansetron mg dan fortanest $ mg. Medikasi yang

    digunakan antara lain propofol &%% mg# roculaG +% mg dan fentanyl &%% ug.

    elama operasi pola respirasi pasien adalah kontrol respirasi# posisi supine# dan terpasang infus 4inger

    5actat. Kemudian obat analgetik yang diberikan post operatif adalah Ketorolac +% mg dan drip tramadol

    &%% mg dalam 45 ,%% cc. Ketorolac +% mg diberikan sesaat sebelum operasi selesai. Ketorolac

    adalah golongan 7;?D (7on steroidal anti/inflammatory drug) yang bekerja menghambat

    sintesis prostaglandin. Ketorolac diberikan untuk mengatasi nyeri akut jangka pendek post

    operasi# dengan durasi kerja /8. 1ramadol merupakan obat analgetik opioid yang juga dapat

    digunakan untuk mengurangi nyeri. Kombinasi antara ketorolac dan tramadol akan

    meningkatkan efek analgetik post operasi. Pasien kemudian dira-at di ruang 9C3 "edah 43P

    Dr.M.Djamil Padang pada tanggal $F ;gustus $%&.

    D;21;4 P31;K;

    31

  • 7/25/2019 Case Report Session Anestesi

    33/33

    &. jamsuhidajat 4. dan 'im de Aong. $%&%. 3sus 9alus# ;pendiks# kolon# dan ;norektum.

    "uku ;jar ?lmu "edah. Aakarta :*C. 9lm 6F,/6F.

    $. *erard M.D. $%&%. ;norectum. Current Diagnosis 1treatment urgery &+th ?nternational

    :dition. Mc*ra- 9ill. 9lm 6%/6%6

    +. Aan 4.# Aohn *.# 4ectal Prolapse. $%&&. http00emedicine.medscape. com0article0$%$%/

    overvie- (;kses % =ktober $%&$)

    . 4anda M.M.# 4ectal prolapse Diagnosis and Clinical Management 'orld A *astroenterol

    $%&% May 6H&(&6) $&F+/$&F

    ,. P ivalingam. "est ;pproach for Management of 4ectal Prolapse "ombay 9ospital Aournal#

    @ol. ,%# 7o. +# $%%8. 9lm &/&$

    . Madhulika @.# Aanice 4.# Donald ".# Practice Parameters for the Management of 4ectal

    Prolapse. Disease of Colon 4ectum $%&&H , &++F&+

    6. :ung A.. urgical 1reatment of 4ectal Prolaps. Aournal of Korean ociety of Coloproctol

    $%&&H $6(&)H,/&$

    8. e-efy ;.M# ;bobeeh 9.M# aleh M.*# Mohammed 4.;# 'agdy M ; dan Kamal ;.

    5aparoscopic 4ectopeGy for Complete 4ectal Prolapse. :l/Minia Med. "ul.$%&%. $& (&) &/8

    F. 9et!er 29# 4oushan ;9# 'olf K# "eutner 3# "orovicka A# 5ange A# et al. 2unctional

    outcome after perineal stapled prolapse resection for eGternal rectal prolapse. "MC urg.

    Mar 8 $%&%H&%F. $

    &%. 5atief ;# uryadi K;# Dachlan M4. Petunjuk Praktis ;nestesiologi. :disi kedua. Aakarta

    2K3?.$%&&