jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-bab4_110-3
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
1/30
80
BAB IV
ANALISIS PEMIKIRAN AL-GHAZALI TENTANG TAUBAT DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP KESEHATAN MENTAL
A. Implikasi Pemikiran Al-Ghazali tentang Taubat Terhadap Kesehatan
Mental
Perilaku seseorang sebenarnya ditentukan oleh sifat tabiat yang apabila
dilacak sifat tabiatnya tersebut ditentukan oleh pembawaan (heredity) sejak
dilahirkan oleh lingkungan (environment) tempat ia hidup.
Sifat-sifat pembawan itu terpengaruh oleh lingkungan tempat ia
kemudian dibesarkan. Lingkungan itu akan berkembang atau tertahan
(Effendy, 1988: 30). Sehingga lingkungan sangat perpengaruh pada diri
manusia dalam melakukan suatu perbuatannya. Oleh karena manusia harus
dapat membina mentalnya agar tidak terpengaruh dan tidak mencegahnya,
maka jika suatu saat jiwanya tergoncang, salah satu cara pengobatannya
adalah melalui bertaubat.
Al-Ghazali memberikan makna tentang hakikat taubat itu terdiri dari 3
(tiga) perkara, ilmu, keadaan, dan perbuatan. Jika dipahami bahwa ketiga-
tiganya memang saling berkaitan, karena orang yang dalam keadaan stress,
cemas, takut dan gejala gangguna jiwa lainnya itu merupakan keadaan yang
akan mengantarkan kepada kehancuran jiwanya, dan jika jiwanya hancur
maka seseorang tentu akan jauh dengan Allah. Keadaan seperti inilah
seseorang perlu memikirkan bahwa di dalam dirinya memiliki kekuatan yang
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
2/30
81
lebih dahsyat untuk mengubah dirinya dari kejahatan, kekuatan itu adalah
kebenaran dari hati nurani, karena hati nurani selalu mengatakan mana yang
benar dan mana yang salah. Jika selama ini yang ia lakukan selalu melanggar
ketentuan Allah itu bukanlah berasal dari hati nurani, sehingga dari hati nurani
itulah kekuatan iman dan yakin akan timbul dari dirinya. Kemudian seseorang
telah tahu bahwa ternyata yang selama ini ia lakukan adalah salah dan
melanggar perintah Allah maka dengan diingatkan hati nurani ia akan sadar
dan menyesal atas segala kejahatan yang telah dilakukannya, sehingga mulai
saat itu akan melakukan perubahan untuk kembali kepada jalan yang Allah
ridhai.
Al-Ghazali menerangkan, bahwa bertaubat hendaklah jangan ditunda-
tunda, namun harus dikerjakan dengan segera, hal ini karena manusia tidak
mengetahui kapan mereka akan mati, dan tidak ada satupun yang
mengetahuinya kecuali Allah SWT, maka kewajiban bertaubat begitu sangat
ditekankan. Oleh karena itu seseorang dikatakan telah melaksanakan
kewajiban bertaubat, apabila telah mengetahui dan menyadari, yang kemudian
dengan kesadarannya itu menyebabkan dirinya menghindarkan sesuatu yang
dilarang oleh Allah SWT. Karena jika seseorang melalaikan kewajibannya
untuk bertaubat maka mudah sekali seseorang terkena gangguan kejiwaan.1
Gangguan kejiwaan yang ada pada diri seseorang timbul karena
jauhnya dengan sang Maha Pencipta. Mereka lalai bahwa tugas mereka
diciptakan Allah dimuka bumi ini adalah untuk mengabdi dan tunduk atas
1Keterangan tentang gangguan kejiwaan dapat dilihat pada bab III, hal
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
3/30
82
segala perintah-Nya, sehingga dalam hal ini al-Ghazali mengatakan jika
seseorang jauh dari Tuhannya maka ia akan merasa cemas dan terganggu
jiwanya.
Sebenarnya, manusia bukan semata-mata fisik-material, tetapi di balik
itu ia memiliki dimensi lain, yang dipandang sebagai hakekat manusia, yakni
dimensi rohaniah (spiritual). Dimensi fisik-material dan dimensi mental-
spiritual saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Oleh sebab itu,
manusia tidak mungkin mampu menjalani hidup tanpa membekali kedua
unsur yang ada pada dirinya itu. Rohaniah manusia yang menopang
kehidupan jasmaniahnya tidak boleh diabaikan didalam kehidupan. Kalau
dimensi fisik dapat hidup dan merasa senang dengan makanan yang bersifat
material, maka rohaniah manusia akan hidup dan merasa tenteram dengan
makanan yang bersifat spiritual. Iman dan keyakinan adalah makanan
rohaniah manusia.
Pendapat al-Ghazali tentang manusia sebagaimana yang telah
diterangkan pada bab sebelumnya, bahwa pada hakekatnya manusia itu
tersusun dari unsur materi dan immateri yaitu jasmani dan rohani yang
berfungsi sebagai abdi dan khalifah di bumi. Jika dipandang dari segi jasmani
telah jelas bahwa manusia membutuhkan sesuatu yang bisa membuat badanya
tetap sehat dan kuat, seperti makanan, minuman dan lain sebagainya.
Sedangkan dipandang dari segi rohani tentu manusia membutuhkan suatu
ketenangan jiwa, sehingga manusia hidup membutuhkan keimanan dan
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
4/30
83
ketaqwaan untuk mencapai keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi
jiwa (rohani) dengan jasmani.
Sejalan dengan karakteristik manusia yang berbeda-beda, ada yang
memiliki sifak baik dan ada juga yang memiliki sifat jelek. Hal inilah yang
membedakan bahwa manusia membutuhkan pendorong yang bisa menuntun
kepada asalnya yaitu dalam kondisi fitrah (suci) berserah diri pada Tuhannya.
Al-Ghazali mengatakan bahwa struktur kejiwaan manusia terdiri dari
kalbu, ruh, akal dan nafsu. Dari keempat unsur tersebut, nafsulah yang sangat
mempengaruhi seseorang mempunyai akhlak tercela maupun baik, karena
dalam diri manusia terdapat al-Nafs ammarah, yaitu jiwa yang selalu
menginginkan kepada pemenuhan kebutuhan badan yang selalu menjurus
kepada kesenangan yang dapat menyesatkan manusia berbuat kejahatan. Al-
Nafs lawwamah, nafsu yang mencela kepada kemaksiatan, artinya tidak
cenderung kepadanya dan tidak pula senang kepadanya. Al-Nafs
muthmainnah, nafsu yang memiliki ketenangan dan ketentraman dalam
mengemban amanat Allah SWT. dan tidak mengalami kegoncangan
disebabkan tantangan yang ditimbulkan oleh hawa nafsu. Ketiga nafsu
tersebut nampakknya nampak al-Nafsu ammarahlah yang selalu menjurus
kepada kesenangan yang dapat menyesatkan manusia berbuat kejahatan. Dari
perbuatan jahat yang mereka lakukan maka al-Ghazali menyatakan bahwa
orang tersebut hendaknya bersegera untuk melakukan taubat, yaitu kembali
dari perbuatan jahat kepada jalan yang Allah ridhai.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
5/30
84
Kewajiban bertaubat sebagaimana dinyatakan al-Ghazali bukanlah
sesuatu yang diucapkan lewat bibir saja, namun seseorang yang telah yakin
dan mantap untuk bertaubat hendaklah istiqomah dari taubatnya itu, hal ini
karena taubat bukanlah hal permainan yang bisa dimainkan begitu saja,
namun taubat merupakan tuntutan dan kewajiban dari Allah kepada semua
umat-Nya untuk tunduk dan patuh atas segala perintah-Nya. Oleh karena itu
jika seseorang bertaubat maka sudah semestinya ia menjalankan syarat-syarat
bertaubat. Karena jika syarat-syaratnya telah dilakukan maka sebagaimana
yang dijelaskan pada bab sebelumnya, pasti Allah SWT. akan menerima
taubatnya.
Kaitannya dengan masalah dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar
yang pernah dilakukan manusia tentu memiliki kadar ukuran tertentu. Artinya
Allah memberikan pahala kepada umatnya juga sesuai dengan sampai tingkat
berapa amal yang dilaksanakannya, jika amalnya banyak sudah barang tentu
pahalanya banyak dan jika amalnya sedikit pahalanyapun akan sedikit. Begitu
pula masalah dosa, semakin besar dosa yang diperbuat manusia maka akan
semakin berat pula siksaan yang Allah berikan kepadanya nanti.
Begitu tersusun rapi manajemen yang Allah buat terhadap orang yang
berbuat kebajikan maupun kemungkaran, namun dari situ pula betapa
kemurahan yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang melakukan perbuatan
dosa untuk mau bertaubat. Maka dari itu betapa bodohnya orang yang tidak
mau diberikan jalan oleh Allah untuk bertaubat dari segala dosa yang
diperbuatnya, serta bisa mengembalikan manusia yang pada mulanya berada
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
6/30
85
dalam kondisi ketidaktenangan jiwa menjadi jiwa yang di ridhai oleh Allah.
Sehingga menjadikan taubatnya bisa sempurna dan diterima oleh Allah SWT.
Taubat yang sempurna sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab
III adalah hendaklah memenuhi syarat-syarat taubat. Jika seseorang telah
benar-benar bertaubat maka jauhlah ia dari penyakit-penyakit mental yang
menyebabkan terganggu kondisi jiwanya.
Mengobati penyakit yang disebabkan karena gangguan mental, para
ahli biasanya menggunakan tehnik-tehnik tertentu untuk mencari sebab-sebab
gangguan tersebut. Misalnya tehnik hipnotis, sugesti, psikoanalisa dan lain-
lain. Selain itu ada pula yang menggunakan cara self sugesti tanpa bantuan
orang lain, sebagaimana dalam teori al-Ghazali dalam memberikan alternatif
dalam mengobati diri sendiri dari gangguan kejiwaan.
Pertama kali yang harus dilakukan adalah muhasabah. Yang dimaksud
dengan muhasabah adalah meneliti perbuatan tingkah lakunya sendiri sehari-
hari yang menjadi sebab dan sumber kecemasan. Yang kedua, setelah
mengadakan muhasabah, penderita harus muraqabah. Artinya melakukan
pekerjaan apa saja yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Muraqabah
disini juga dapat berarti penyerahan diri kepada Allah, atas segala kuasa-Nya
(menerima kodrat dan irodat-Nya). Muraqabah juga bisa berarti tobat kepada
Allah
2
.
2 Al-Ghazali pernah menderita gangguan kejiwaan akibat konflik yang muncul dalam
pikirannya, yakni ketika ia diangkat menjadi guru besar Islam pada Universitas Nidzamiyah tahun484 H. disamping itu ia juga menjabat sebagai staf ahli perdana menteri. Pergolakan bathin itu
disebabkan karena ia dihadapkan pada dua pilihan, antara kedudukan dan kemewahan yang
diterimanya dengan ajaran sufi yang ditekuninya. Para dokter pada waktu itu tidak mampu
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
7/30
86
Jika diteliti lebih jauh mengenai timbulnya gangguan kejiwaan,
sesungguhnya berpangkal pada ketidaksadaran diri, bahwa dirinya itu tidak
mampu mengejar apa yang dicita-citakan. Mereka tetap memforsir segala
potensi akal budinya sehingga kelelahan. Menurut anggapannya, segala
keinginan jika diusahakan dengan pengerahan segenap potensi tenaga dan
pikiran mesti akan tercapai. Tidak disadari bahwa kemampuan manusia itu
terbatas dan ada kelemahan, sehingga jika kegagalan menimpanya, terjadilah
shock, stress, depresi, frustasidan berbagai macam kekalutan mental lainnya.
Pentingnya kesadaran diri dalam menghadapi berbagai macam tantangan
hidup ini, karena mampu meningkatkan seseorang akan jati dirinya dan
mampu menjadikan seseorang patuh dan tunduk kepada Allah SWT.
Salah satu fungsi kesadardirian akan segala kelebihan dan
kekurangannya, orang akan sampai kepada Tuhan. Ia akan merasakan betapa
kecilnya diri ini dihadapan Yang Maha Kuasa, sehingga semua aktifitas
pikiran maupun perbuatan akan senantiasa digantungkan kepada-Nya. Hal
yang demikian inilah yuag senantiasa disinggung oleh Nabi Muhammad saw
dalam sebuah term ,, barangsiapa mengenal dirinya sendiri
maka dia akan mengenal Tuhannya.
Memang, jika dilihat kebanyakan orang-orang yang terkena kekalutan
mental (mental disorder), karena mereka jauh dari norma-norma religius.
Sebaliknya, orang yang bertaubat senantiasa ingat kepada Tuhannya (dzikir)
akan mampu mengontrol dan mengendalikan segala pikiran, emosi dan
memahami penyakitnya, akhirnya ia berusaha mengobati sendiri penyakitnya dengan jalan
muhasabah dan muraqabah pada Allah, dan ternyata berhasil.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
8/30
87
perbuatannya, sehingga apabila tidak bisa meraih apa yang diinginkan tidak
akan terganggu jiwanya. Jika dilihat secara psikologis, orang yang bertaubat
adalah orang yang jauh dari ambivalen (kegoncangan jiwa) akibat derita
ataupun kecukupan.
Dalam hal yang demikian, pengaruh super ego (alam moral tidak
berperan sama sekali). Salah satu contoh, karena lapar, perut menuntut untuk
diberi makan. Otak memerintahkan tangan untuk mengambil makanan,
mulutpun siap mengunyah apa saja yang masuk. Di sini tidak perlu kesadaran
apakah makanan itu halal atau haram, melanggar hak orang lain atau tidak.
Semua itu sama saja bagi ego manusia. Di sinilah pentingnya bertaubat dalam
membentuk kepribadian manusia, dengan menyesal dan ingat akan keburukan
yang dilakukan dan selalu kembali ke jalan Allah dengan selalu ingat
(berdzikir) kepada Allah, super ego akan selalu mendapat makanan. Super
ego akan berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku manusia secara baik.
Maka dari itu dengan bertaubat akan membentuk manusia sejahtera jiwanya,
sehingga sejahtera pula tingkah laku individu dan sosialnya. Mereka akan
mampu menerima kenyatan yang ada, dan dapat meletakkan hakekat
kemanusiaan yang betul-betul insani.
Bagi sementara orang, ketika dihadapkan kepada problema-problema
berat yang mengakibatkan timbulnya frustasi kekalutan mental, stress, shock
dan lain-lain, justru mencari pelarian (escape) kepada hal-hal yang dapat
melupakan untuk sementara. Seperti perjudian, mabuk, narkotika, pelacuran
dan sebagainya. Di saat lain, ketika semua pelampiasan telah berlalu, ia
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
9/30
88
kembali menghadapi berbagai persoalan yang mengelisahkan. Menurut
anggapan mereka, dengan melakukan perbuatan-perbuatan di atas tadi semua
problema akan terlupakan, setidaknya untuk sementara waktu.
Sebaliknya, bagi orang yang semangat beragamanya tinggi, ia akan
selalu berusaha mengadukan semua persoalannya kepada Tuhan, dengan
melalui shalat, doa dan dzikir, sebagaimana telah disinyalir oleh al-Quran
bahwa mencari pelarian dengan perjudian dan minuman keras itu, justru tidak
akan menyelesaikan persoalan, malahan akan semakin menjauhkan diri dari
Tuhan.
)91(
Artinya : Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum
khamr dan berjudi itu), dan menghalangi kamu dari mengingat
Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (darimengerjakan pekerjaan itu). (Q.S. Al Maidah,5: 91).
Dengan bertaubat seseorang akan terhindar dari penyakit mental yang
bisa menyebabkan seseorang terkena gangguan kejiwaan. Penyakit mental
dalam Islam telah disebutkan sebagaimana Rasulullah SAW. mengajarkan
doa untuk memohon kepada Allah agar terhindar dari penyakit mental. Doa
yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud itu adalah :
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
10/30
89
Artinya : Ya allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebimbangan dan
kesedihan, aku berlidung kepada-Mu dari kehinaan dan
kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat sombong dan
bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dantekanan manusia. (HR. Abu Daud)
Terlindungnya manusia dari delapan penyakit mental yang terdapat
dalam doa tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting, pertama
berlindung dari rasa bimbang atau was-was, ini merupakan penyakit mental
yang termasuk berat. Orang yang menderita penyakit bimbang diumpamakan
seperti orang menempuh perjalanan dengan arah yang tidak jelas sehingga ia
hanya asal jalan, sedang bila ia bekerja disebut asal-asalan. Akibatnya ibarat
orang yang kalah sebelum bertanding, orang yang bimbang disebut sebagai
orang kalah sebelum bertanding. Kebimbangan membuat orang tidak cepat
mengambil keputusan dan keputusan yang diambilpun tanpa keyakinan, ini
membuat pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Tegasnya tak
ada nilai positif dari kebimbangan terhadap sesuatu yang baik.
Penyakit mental yang kedua adalah selalu merasa sedih, dalam hidup
ini sedih dan gembira memang ada, keduanya merupakan sesuatu yang wajar
pada jiwa manusia, tapi ia menjadi tidak wajar apabila ia selalu diselimuti
dengan kesedihan. Hal ini karena orang yang selalu dilanda kesedihan akan
memandang hidup dengan kacamata negatif, akibatnya tidak ada gairah dalam
hidupnya dan amat membahayakan dalam perjalanan hidup manusia. Oleh
karena itu kesedihan pada seseorang bisa hilang jika ia mau bertaubat, karena
esensi taubat adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa. Jika
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
11/30
90
seseorang memiliki keimanan dan ketaqwaan yang tinggi maka segala
persoalan dalam hidupnya dapat dihadapi dengan mudah.
Penyakit mental yang ketiga adalah kehinaan, ini merupakan
gambaran dari derajat yang rendah yang dimiliki manusia, derajat yang rendah
itu membuat orang suka menghinakan dirinya dan merupakan sesuatu yang
tidak menyenangkan, namun yang perlu diingat bahwa kehinaan itu tidaklah
bisa diukur dengan kemiskinan dan kemelaratan, meskipun kadangkala orang
yang menyombongkan diri karena harta yang dimilikinya suka menghina
orang yang melarat. Orang yang kaya bisa dilanda kehinaan manakala
kekayaan yang berlimpah itu diperoleh dengan cara yang tidak halal. Orang
yang berilmu juga bisa dilanda kehinaan bila dengan ilmu yang ia miliki
diselewengkan kebenaran guna membodohi orang yang memang sudah
bodoh, begitu juga orang yang berkuasa bisa ditimpa kehinaan manakala
kekuasaan digunakan hanya untuk memperkaya diri, bukan untuk
menegakkan kebenaran. Oleh karena itu bertaubat dari kehinaan dan selalu
berlindung kepada Allah dari kehinaan merupakan sesuatu yang sangat
penting, setelah itu berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga kehormatan
atau martabat pribadi sebagai seorang muslim.
Penyakit mental yangkeempatadalah sifat malas, hal ini karena Islam
adalah agama yang sangat menbenci segala macam bentuk kemalasan pada
manusia. Islam menghendaki agar manusia bersungguh-sungguh atau
mujahadah dalam hidupnya, apalagi ajaran Islam itu memang tidak bisa
dilaksanakan tanpa kesungguhan. Oleh karena itu bertaubat dari kemalasan
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
12/30
91
untuk kembali dengan sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah seperti
shalat, puasa, zakat, haji dan seluruh perintah dalam Islam kesemuanya hanya
bisa dilaksanakan dengan baik dan akan membawa hasil yang baik manakala
dengan kesungguhan.
Penyakit mental yang kelima adalah sombong, hal ini merupakan
penghalang bagi manusia untuk bisa masuk ke dalam surga. Hal ini karena
sifat sombong dimiliki oleh iblis, padahal Allah sudah memvonisnya akan
masuk neraka. Sombong itu tidak hanya dalam bentuk merendahkan orang
lain, tapi sombong itu juga menolak kebenaran yang datang dari Allah dan
menghina makhluk yang diciptakan-Nya. Oleh karena itu bertaubat dari sifat
sombong akan menjadikan seseorang menjadi mukmin yang benar-benar
patuh dan taat dan selalu merendahkan diri pada Allah SWT.
Penyakit mental yang keenam adalah bakhil atau kikir. Orang yang
penyakit bakhil maka ia tidak bisa berjuang di dalam kebenaran bahkan
menjadi pendukung perjuangan juga tidak bisa, padahal perjuangan itu
menuntut adanya pengorbanan, baik harta, jiwa, waktu, dan segala hal yang
dimilikinya. Sementara orang yang bakhil itu tidak mau berkorban, jangankan
dengan harta, dengan waktu saja tidak mau. Oleh karena itu kewajiban untuk
segera bertaubat dari kebakhilan adalah jalan yang sangat terbaik untuk
menyelamatkan murka Allah yang akan mengambil semua harta bendanya.
Jika memang ia telah bertaubat dari kebakhilan maka ia akan memiliki
ketenangan hati dan ia akan selalu ikhlas memberikan hartanya demi
perjuangan di jalan Allah SWT.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
13/30
92
Penyakit mental yang ketujuh adalah terkena lilitan hutang. Jika hidup
selalu dikejar-kejar hutang maka akan membuat hidup menjadi tidak tenang,
bahkan hidup sepertinya tidak punya harapan. Kebanyakan dari orang yang
berhutang pada zaman sekarang ini tidak bisa dikelompokkan dalam
mustahiq, karena dia hutang sudah mengikuti mode, bukan kebutuhan yang
sifatnya konsumtif. Utang mobil mewah, rumah mewah, perabot rumah
tangga mewah dan segala yang serba mewah lainnya. Oleh karena itu
bertaubat dari hutang artinya menghindari berhutang dari kebutuhan yang
tidak terlalu mendesak, karena bagi seorang muslim sebaiknya jangan
dipaksakan memiliki kebutuhan-kebutuhan itu dengan cara hutang.
Penyakit mental yang kedelapan adalah tekanan manusia. Artinya
hidup yang tertekan tentu tidak enak rasanya, hati tidak tenang, selalu ada
perasaan takut dan akibatnya orang yang tertekan itu menjadi gampang marah
dan tersinggung serta gampang sedih. Wajahnya nampak gembira dan
penampilannya bisa rapi, tapi sebenarnya jiwanya sangat sedih dan gelisah.
Kehidupan manusia sebenarnya selalu tertekan, tetapi dengan bertaubat maka
tekanan-tekanan itu tidak terlalu dipermasalahkan, karena orang yang
bertaubat akan memiliki kekuatan iman, dan iman akan membuat orang
menjadi merdeka, tenteram, dan kuat jiwanya. Karena itu berlindung kepada
Allah dari hidup tertekan menjadi sangat penting, dan resep menghilangkan
jiwa yang tekan hanyalah dengan iman dan mantap kepada Allah SWT.
Dengan demikian peranan taubat dalam membentuk mental yang sehat
dapat digambarkan sebagai berikut :
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
14/30
93
1. Peranan taubat dalam mengobati gangguan kejiwaan
Melanggar larangan Tuhan atau melalaikan apa yang diwajibkan
Tuhan adalah dosa, karena itu akan menerima siksaan. Pada suatu ketika
manusia tersebut akan sadar atas perbuatannya dengan janjinya terhadap
Allah SWT. ketika akan dilahirkan di muka bumi ini. Dengan demikian
timbul perasaan berdosa dan bersalah yang menyebabkan manusia merasa
gelisah. Akibatnya akan timbul berbagai penyakit jiwa yang dapat
merusak dirinya sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.
Untuk itu al-Quran membekali dengan suatu metode yang unik
dalam menyembuhkan perasaan berdosa dan bersalah, yaitu metode
taubat. Sebab taubat kepada Allah akan membuat diampuninya berbagai
dosa dan kesalahan serta menguatkan dalam diri manusia harapan akan
ridho Allah, sehingga akan meredakan kegelisahan. Kemudian taubat
biasanya mendorong manusia untuk memperbaiki dirinya dan
meluruskannya, agar tidak terjerumus dalam kesalahan dan dosa-dosa. Ini
akan membuat meningkatnya penghargaan dan kepercayaan terhadap diri
sendiri, penerimaan diri akan menimbulkan perasaan tenang dan tenteram
dalam jiwa (Najati, 1985: 328).
Dengan demikian, orang yang bertaubat akan meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. dalam hidup bermasyarakat.
Dan perbuatannya akan menjadi lebih baik dalam berhubungan dengan
Tuhan, sesama manusia, alam semesta, dan dirinya sendiri. Sehingga
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
15/30
94
keimanan dan ketaqwaan menjadi pengontrol dan mengendalikan sikap
dalam bertingkah laku di masyarakat.
Selain hal tersebut di atas, ketenangan jiwa yang bisa diperoleh
dari orang yang bertaubat adalah dengan selalu berzikir (ingat kepada
Allah). karena dengan zikir akan menimbulkan perasaan adanya kebesaran
Allah, kekuasaan-Nya, kehebatan-Nya, dan kebaikan-Nya. Oleh karena itu
kemuliaan dengan mengingat Allah akan menambah memikirkan (tafakur)
ciptaan Allah dan menimbulkan rasa hormat kepada-Nya.
Jadi dengan ketenangan jiwa, manusia dapat hidup bahagia dalam
dunia dan kelak di akhirat, serta akan mendapatkan panggilan Allah
dengan panggilan yang penuh kasih dan sayang.
2.
Peranan taubat dalam mencegah timbulnya gangguan kejiwaan
Setelah manusia terobati dari gangguan jiwa, maka langkah
selanjutnya hendaklah bisa mencegahnya dari gangguan kejiwaan di masa
lalu, yaitu dengan mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke dalam
perbuatan dosa dan maksiat lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan
menerapkan sikap sabar pada diri sendiri. Bersabar tidak mudah kecuali
dengan adanya perasaan takut, dan rasa takut tidak akan menjadi
kenyataan kecuali dengan mengetahui adanya bahaya besar terhadap dosa
itu. Dan dosa itu juga tidak akan berhasil, kecuali dengan membenarkan
Allah beserta Rasul-Nya (Shonhaji, t.th: 69).
Untuk itulah agar tidak kembali lagi ke perbuatan dosa dan maksiat
dalam perbuatannya, hendaklah menjadikan Allah SWT. sebagai
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
16/30
95
pengawas dan pengontrol pada dirinya. Keberhasilan orang yang bertaubat
akan selalu ingat kepada Allah. Dengan ingat kepada Allah akan
membawa kepada kesegaran pada jiwanya sekalipun tidak diusahakannya,
karena kalau cinta tentu akan senantiasa ingat kepada-Nya, dan kalau
cintanya itu sempurna maka ia tidak akan lupa kepada Allah SWT.
demikian juga kecintaan Allah kepada seseorang menyebabkan dosa-
dosanya dapat diampuni. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah apabila
ingin dicintai dan selalu mendapatkan kasih sayang-Nya, kuncinya adalah
patuh dan taat menjalankan semua perintah-Nya secara ihlas dan menjauhi
segala larangan-Nya. Dari sini dapat diketahui, bahwa bertaubat tidak
hanya dilakukan sekali saja namun sekali bertaubat hendaklah dilakukan
secara terus menerus, karena hakikat taubat adalah menyesali atas
kejahatan yang telah dilakukan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Dengan bertaubat, maka hati nurani manusia itu menjadi tegak
pada pendiriannya sendiri, tidak bimbang dalam melakukan suatu
perbuatan yang baik, tidak berbuat dosa lagi bahkan menceritakanpun
tidak, sehingga setan dan iblis dapat dilawannya dalam mempengaruhi
jiwanya.
Akhirnya tugas dan kewajiban manusia dalam mencegah
timbulnya kejiwaan adalah dengan menyerah sepenuhnya kepada Allah
SWT. mencari karunia dan berjuang di jalan-Nya, sehingga kehendak-Nya
itu berlaku di dunia. Dan orang tidak akan berputus asa atau menjadi
lemah hati, juga tidak boleh menyesali apa-apa. Sebab segala usahanya
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
17/30
96
dicatat semua dan bila sampai waktunya nanti akan dibalas oleh Allah
SWT.
3. Peranan taubat dalam membina kesehatan mental
Orang yang pernah mendapatkan pendidikan agama akan
mengetahui nilai moral yang perlu dipatuhinya dengan sukarela, dan akan
merasakan pentingnya mematuhi nilai moral dengan ikhlas. Sehingga
kehidupan manusia itu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
yang sesuai dengan norma aturan yang berlaku, baik dalam agama maupun
masyarakat. Dengan demikian agama masuk dalam pembinaan manusia
tersebut, maka sendirinya segala sikap, tindakan, perbuatan, dan
perkataannya akan dikendalikan oleh pribadi yang terbina di dalam nilai
agama yang akan menjadi pengendali bagi moralnya.
Sebenarnya tugas dan kewajiban manusia adalah menyerah
sepenuhnya kepada Allah, mencari karunia dan berjuang di jalan Allah.
sehingga kehendak-Nya itu berlaku di dunia ini. Manusia tidak boleh
berputus asa atau menjadi lemah hati, juga tidak boleh menyesali apapun
yang telah terjadi, sebab segala usahanya di catat semua oleh Allah, dan
bila sampai pada waktunya nanti akan dibalas oleh Allah SWT. sehingga
orang yang bertaubat akan selalu percaya bahwa setiap apa yang
diperintahkan Allah kepada manusia pasti mendatangkan manfaat, dan
sebaliknya apa yang dilarang oleh Allah pasti akan mendatangkan
madharat. Seterusnya segala sesuatu yang berhubungan dengan
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
18/30
97
pelanggaran hak manusia diselesaikannya secara wajar dan baik. Bagi
manusia seperti itu terbuka pintu taubat dan diterima taubatnya.
Jadi pandangan Islam tentang kehidupan prinsip-prinsip pendorong
serta hukum-hukum kebutuhan rohani dan jasmani bukan saja merupakan
perlengkapan agama manusia muslim, tetapi juga merupakan petunjuk
dalam melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. Islam
adalah agama Allah Yang Maha Esa dan ditujukan kepada seluruh
manusia di muka bumi ini. Untuk mencapai tujuan ini, Islam meyakinkan
pengikutnya bahwa Allah memang sanggup menjamin keselamatan bagi
mereka yang bertaubat. Dengan demikian mereka bisa hidup dalam
suasana damai, makmur, dan bahagia, baik di dunia maupun di akhirat.
Dari penjelasan di atas, maka dengan bertaubat seseorang akan
memiliki stabilitas emosional yang tinggi dan tidak mudah mengalami stress,
depresi dan frustasi. Ia akan memiliki jiwa muthmainnahdan kembali kepada
fitrah Ilahiyah Tuhannya.3 Serta orang yang bertaubat akan memiliki jiwa
radhiyah, yaitu jiwa yang tulus, bening dan lapang dada terhadap Allah,
terhadap kebijaksanaan Qudrat dan Iradat-Nya.4 Dan bagi orang yang
3Indikasi hadirnya jiwaMuthmainnahpada diri seseorang biasanya terlihat prilaku, sikap
dan gerak geriknya yang tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang
matang, tepat dan benar. Ia tidak terburu-buru untuk bersikap apriori (bersikap masa bodoh) danberprasangka negatif. Akan tetapi di tengah-tengah sikap itu, secara diam-diam ia menelusurihikmah-hikmah yang terkandung dari setiap peristiwa, kejadian dan eksistensi yang terjadi. Seperti
ketika dihadapkan oleh suatu keadaan yang menyakitkan atau menyenangkan, secara otomatis ia
dapat merasakan bahwa esensi peristiwa itu adalah belaian cinta dan tajallinya Allah Swt (Adz
Dzaky, 2004: 558).4Jiwa inilah yang mendorong diri bersikap lapang dada, tawakal, tulus ikhlas dan sabar
dalam mengaplikasikan seluruh perintah-Nya, menjauhi seluruh larangan-Nya dan menerima
dengan lapang dada segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidup dan kehidupannya.
Biasanya dalam diri seorang hamba yang telah mencapai tingat kejiwaan atau mental radhiyah,
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
19/30
98
bertaubat tentu memiliki jiwa mardhiyah, yaitu jiwa yang telah memperoleh
gelar kehormatan dari Allah.5
Dengan demikian, melalui bertaubat seseorang akan memperoleh
kesempurnaan jiwa yang menjadikan jiwa (mental) yang sehat, yakni
menyatunya jiwa yang selalu ingin kembali kepada fitrah Tuhannya dengan
penuh kemampuan bersikap tulus dan lapang dada.
B.
Pendekatan Dakwah Islamiyah dan Bimbingan Konseling Islam Dalam
Membimbing Manusia Untuk Bertaubat
Dalam menetapkan hukum Islam harus senantiasa berpijak pada nilai-
nilai syariat secara universal. Kepastian hukum Islam terhadap dakwah adalah
wajib, baik bagi setiap manusia secara individu maupun secara kolektif. Hal
ini ditegaskan dalam al-Quran :
)110(
Artinya : Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
fasik. (QS. Ali Imran, 3: 110).
hampir-hampir ia tidak pernah mengeluh, merasa susah, sedih dan takut dalam menjalani
kehidupan ini (Adz Dzaky, 2004: 458).5Dengan gelar itu keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidannya tidak akan pernah
mengalami erosi, dekadensi dan distorsi. Akan tetapi jiwa terus mendaki dan miraj ke hadirat
Allah Swt. dalam ruang dan waktu yang tiada berwaktu dan tiada ber-ruang.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
20/30
99
Islam adalah risalah diperuntukkan bagi seluruh umat manusia. Umat
Islam adalah pendukung amanah, untuk meneruskan risalah dengan dakwah,
baik sebagai umat kepada umat-umat lain maupun selaku perorangan
dimanapun mereka berada dan menurut kemampuan masing-masing, dengan
demikian dasar hukum berdakwah adalah wajib bagi setiap pribadi yang telah
mengikrarkan dirinya sebagai seorang muslim.
Sejalan dengan konsep taubat yang dikemukakan al-Ghazali dengan
dakwah, bahwa taubat merupakan salah satu materi wajib yang perlu
diberikan oleh para juru dakwah (dai) kepada para madunya. Hal ini karena
seiring dengan tujuan utama dakwah yaitu terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat yang diridhai Allah SWT. maka
dakwah mendapatkan tempat yang terpenting demi mewujudkan manusia
yang ingin kembali kejalan lurus kepada Allah SWT.
Dai dalam hal ini menurut al-Ghazali adalah para alim ulama,
karena ulama merupakan pewaris para Nabi. Para ulamaklah yang
seharusnya bisa memperjuangkan tegaknya ukhuwah islamiyah dan tegaknya
ajaran Islam tanpa menyelewengkan ajaran kebenaran yang disampaikan
Rasulullah SAW. Oleh karena itu hendaklah para ulama selalu siap
memberikan nasehat dan ajaran Islam dimanapun berada.
Dengan demikian seorang pelaku maksiat yang menyadari
kemaksiatannya. Wajiblah baginya mencari seorang alim agama. Andaikata
ia tidak menyadari bahwa perbuatannya itu adalah berdosa, maka orang alim
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
21/30
100
itulah yang harus memberitahukan hal itu kepadanya. Hal ini dibenarkan,
karena ulama adalah pewarisnya para Nabi, maka sudah sepantasnya jika
para ulama menyeru kepada kebajikan dan mencegah setiap adanya
kemungkaran.
Sikap orang alim, baik di desa, kota, masjid ataupun dimanapun
mereka berada, ia harus mengajarkan agama kepada penghuni tempat-tempat
itu, menunjukkan perbedaan antara yang bermanfaat bagi mereka, serta
menerangkan mana yang membahayakan dan mana pula yang
membahagiakan mereka.
Dakwah bertujuan untuk membentuk seorang muslim yang mampu
memahami Islamnya secara kaffah, artinya menjadi muslim tidaklah cukup
hanya sekedar pengakuan, tapi setelah itu hendaknya berusaha membuktikan
keislamannya dalam bentuk sikap dan perilaku yang islami agar diakui
keislamannya oleh Allah SWT. Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh
mana bisa membuktikan keislaman, Allah telah menyatakan bahwa setiap
orang yang mengaku beriman pasti akan diuji, baik ujian itu dalam bentuk
hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang menyengsarakan. Jika
keimanan tertanam pada jiwa manusia maka kesenangan tidak akan membuat
ia menjadi lupa diri. Dari sinilah pentingnya merubah mental manusia yang
kurang beriman.
Hal-hal yang sebaiknya diberikan oleh para dai dalam memberikan
dakwahnya menurut al-Ghazali hendaklah menguraikan dalil-dalil yang
mengandung pengharapan atau mengandung ancaman, adalah dua macam
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
22/30
101
obat yang pemakaiannya berbeda-beda. Misalnya seseorang yang sudah
demikian dikuasai rasa takut sehingga dia menjauhkan diri dari dunia
samasekali. Dan membebani dirinya dengan beban yang tak terpikul serta
menyempitkan penghidupan diri sendiri, maka memberantas ketakutan yang
berlebih-lebihan itu adalah tepat sekali dengan menguraikan dalil-dalil yang
mengandung pengharapan.
Sejalan dengan materi dakwah, taubat merupakan salah satu materi
dakwah yang berpangkal pada masalah aqidah, mengingat pentingnya materi
ini dan sebagai dasar bagi materi yang lainnya. Aqidah atau keimanan, dalam
Islam merupakan hakekat yang meresap ke dalam hati dan akal manusia,
bukan sekedar semboyan yang diucapkan. Maka barangsiapa yang mengaku
dirinya muslim, terlebih dahulu harus tumbuh dalam dirinya keimanan
terhadap Allah dan segala ketentuan-Nya. Oleh karena itu sebagaimana dalam
tradisi tasawuf, sebagai awal dari perjalanan yang harus dilakukan oleh
seorang sufi ialah maqam taubah sebelum masuk dalam tingkatan wara,
zuhud, faqr, shabr, ridha. Dengan demikian taubat yakni upaya pengosongan
diri dari segala tindakan yang tidak baik dan mengisi dengan yang baik,
menyesali perilaku jahat yang pernah dilakukannya serta dituntut untuk
menjauhkan diri dari segala tindakan maksiat dan melenyapkan semua
dorongan nafsu ammarah yang dapat mengarahkan seseorang kepada tindakan
kejahatan.
Jika pemikiran al-Ghazali tentang taubat dikaitkan dengan bimbingan
dan konseling Islam, maka dapat digambarkan bahwa taubat dengan
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
23/30
102
bimbingan dan konseling Islam jelas berbeda dari sifatnya, namun mempunyai
kesamaan dalam tujuannya. Artinya taubat merupakan salah satu materi dalam
berdakwah sedangkan bimbingan dan konseling Islam merupakan salah satu
metode yang digunakan untuk berdakwah. Jadi dengan demikian satu dengan
yang lain sangatlah berkaitan erat karena esensi dari tujuan bimbingan
konseling Islam dan taubat yakni mewujudkan individu menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Berkaitan dengan optimalisasi fungsi bimbingan konseling Islam
dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan seseorang, maka
penulis akan mencoba melihat bagaimana hubungan antara optimalisasi fungsi
bimbingan konseling Islam dengan permasalahan yang dihadapi seseorang,
yang dalam hal ini berkaitan dengan kesehatan mental seseorang.
Oleh karena itu, pendekatan bimbingan konseling Islam dalam
membentuk manusia untuk bertaubat dalam skala proses, perlu diberikan
pemahaman kepada individu tentang esensi pertaubatan, yakni
mengembalikan seseorang kepada fitrah, menggiring dan mengantarkan
rohaninya untuk tunduk dan bersimpuh sujud di hadapan Rabbnya. Di
jelaskan pula fungsi dari pertaubatan yakni ia merupakan media melakukan
takhalli, yaitu upaya melepaskan, mengosongkan, membersihkan dan
menyucikan diri dari kotoran, dan karat yang bernajis sebagai akibat dari telah
terlalu banyaknya melakukan perbuatan kedurhakaan (maksiat) dan
pengingkaran terhadapRabbnya.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
24/30
103
Proses terapi terhadap gangguan-gangguan kejiwaan dan atau
rohaniayah yang menggunakan tazkiyah nafsiyah (penyucian jiwa), adalah
sebuah metode yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang terapis yang
memahami, mengamalkan dan mengalami pertaubatan dengan baik dan benar;
dan iapun telah memiliki kemampuan dalam menggunakan metode propetik.
Jika tidak maka pengawasan dan evaluasi terhadap perkembangan dari esensi
pertaubatan itu tidak dapat diketahui secara tepat dan benar.
Proses bimbingan pertaubatan juga harus sejalan pada prinsip-prinsip
yang utama dalam bertaubat, yaitu :
1.
Niat, yaitu semata-mata pertaubatan dilakukan adalah mengharapkan
ridha, cinta dan perjumpaan dengan-Nya.
2.
Itikaf, yaitu adanya prasangka dan keyakinan yang baik terhadap Allah,
bahwa Dia pasti akan menerima pertaubatan hamba-Nya.
3.
Maksud dan Tujuan, yaitu pertaubatan dilakukan dalam rangka
melepaskan diri dari gangguan syaitan, serta jin dan iblis, serta
melenyapkan kotoran dan najis yang melekat dalam diri, hati, akal, fikiran,
jiwa, inderawi dan jasad.
4. Berazam, yaitu mengokohkan diri dengan sekuat tenaga dan pendirian,
bahwa ia tidak akan pernah lagi mengulangi suatu perbuatan apapun yang
dapat mengotori jiwa dan rohaninya.
5. Uzlah, yaitu mengasingkan diri untuk sementara waktu dari keramaian
manusia dan dunia, dengan maksud agar proses pertaubatan itu tidak akan
terganggu, dan agar supaya pertaubatan itu dapat berhasil dengan baik.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
25/30
104
6. Adab, yaitu sikap sopan santun di hadapan Allah dalam melakukan
pertaubatan. hendaknya proses pertaubatan dibuka dengan shalat taubat
dua rakaat, empat rakaat atau lebih, dan selalu memlihara kesucian diri
dari hadats atau segala sesuatu yang dapat membatalkannya dalam
keadaan berdzikir dan istighfar.
7. Dalam bimbingan dan pengawasan seorang ahli, proses pertaubatan yang
dilakukan oleh seseorang harus di bawah bimbingan dan pengawasan
ahlinya, karena jika tidak, dikhawatirkan akan dapat membahayakan
proses pertaubatan itu, karena saat iu syaitan, jin, iblis, dan manusia yang
berjiwa ketiganya tidak merasa senang, dan mereka sewaktu-waktu dapat
mengacaukan proses itu, bahkan dapat menyesatkannya. Seperti sering
terjadi, seseorang melakukan pertaubatan seorang diri tanpa pembimbing,
padahal ia belum emmiliki referensi eksistensi taubat dan
permasalahannya. Apa yang terjadi? Atas tipu daya syaitan, orang itu
merasa taubatnya telah diterima oleh allah, dan ia dapat merasakan dan
menyaksikan alam-alam kegaiban, dan akhirnya, ada suatu peristiwa yang
sangat membahayakan; orang itu berada dalam kendali yaitan dan jin, dan
ironisnya ia tidak dapat mengelak kan keingnan dan kemampuan syaitan
dan jin. Jika ia menolak maka seluruh badanya digerakkan oleh syaitan itu,
atau seluruh badanya terasa sakit, jiwanya kacau akal fikirannya menjadi
bingung dan akhirnya bersikap seperti orang kehilangan kesadaran,
sehingga pada akhirnya ia meninggalkan syariat Allah dan Rasul-Nya
Muhammad SAW.;Naudzu billahi min dzalik.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
26/30
105
8. Evaluasi, tugas dan tanggung jawab terapis dalam melakukan tazkiyah
nafsiyah ini adalah di samping membimbing dan mengarahkan proses
pemahaman dan aplikasi pertaubatan, juga melakukan evaluasi. Obyek
evaluasi adalah kualitas dari pertaubatan itu, apakah telah masuk ke dalam
kondisi taubah, inaabahatau awbah.
Indikasi keberhasilan awal dari pertaubatan biasanya adalah
munculnya rasa ketenanagn dan kedamaian dalam jiwa. Hati merasa terasa
halus dan lembut, sehingga sangat mudah tersentuh dan menangis, wajah dan
kulit tampak mulai cerah dan bersih, jiwa dan rohani mulai merasakan dahaga
dan lapar terhadap makanan dan minuman rohani. Maka kondisi itulah
seseorang dapat mengembangkan tazkiyah nafsiyahnya dengan tahalli, yaitu
mengisi diri dengan ketaatan-ketaatan dan ahklak yang terpuji, seperti
memperbanyak mengerjakan ibadah shalat sunnat di samping yang fardhu,
melakukan puasa sunnat, mengembangkan zikir dan doa serta memperbanyak
berwirid dengan membaca al-Quran.
Dari hal di atas, bahwa setelah melakukan tahapan terapi pertaubatan akan
dapat diketahui adanya empat fungsi dalam bimbingan konseling Islam, yaitu:
preventif, kuratif, preservatif, dan development. Dalam kerangka fungsi
preventif, yang memiliki arti membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah adalah dengan cara pemberian bantuan meliputi
pengembangan strategi dan program-program pengaktualisasian diri bagi
seorang klien. Pengembangan program-program dan strategi-strategi ini dapat
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
27/30
106
digunakan sebagai sarana mengantisipasi dan mengelakkan resiko-resiko yang
tidak perlu terjadi.
Berkaitan dengan proses pertaubatan, bahwa taubat harus tetap
dipertahankan (istiqomah) untuk mencapai mental yang sehat, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan arahan maupun pijakan kepada individu
dalam upaya penemuan integritas dirinya. Upaya penemuan integritas diri
dapat dilakukan oleh diri sendiri ataupun dengan bantuan orang lain, yang
dalam hal ini adalah para alim ulama, kiyai, mubaligh, dan agamawan.
Mereka bisa bertindak sebagai konselor dalam membantu seseorang
menemukan identitas diri dan integritas dirinya.
Fungsi kuratif atau pengentasan. Fungsi kuratif diartikan membantu
individu memecahkan masalah yang dihadapinya, misalnya gangguan
psikoneurotik6 pada umumnya merupakan masalah yang sering dihadapi
seseorang. Oleh karena itu taubat perlu dikembangkan dan dipupuk secara
optimal. Dengan taubat nasuha dapat membangkitkan rasa percaya diri dan
dapat menentramkan hati yang gelisah.
Fungsi preservatif. Fungsi ini bertujuan untuk membantu individu
menjaga situasi dan kondisi semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Dalam hal ini berorientasi
6 JP.Chaplin memberikan pengertian mengenai psikoneurotik atau psikoneurosis dan
orang sering menyebut neurosa, menurutnya ; Neurosa adalah bentuk kekacauan atau gangguan
mental yang lunak atau tidak berbahaya. Ditandai oleh (1) penglihatan diri yang tidak lengkap
terhadap kesulitan pribadi. (2) memendam banyak konflik, (3) disertai reaksi-reaksi kecemasan,(4) melemah atau memburuknya kerusakan parsial sebagian dari struktur kepribadian, (5) sering
dihinggapi, namun tidak selalu fobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-kompulsif
(Kartono, 2000: 94)
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
28/30
107
pada pemahaman individu mengenai keadaan dirinya, baik kelebihan atau
kekurangan situasi dan kondisi yang dialaminya saat ini.
Oleh karena itu fungsi preservatif sangat dibutuhkan dalam mambantu
individu memahami keadaan yang dihadapi, memahami sumber masalah dan
individu akan mampu secara mandiri menghadapi masalah yang dihadapinya.
Dengan bertaubat secara sunguh-sungguh maka akan menimbulkan rasa
dekat kepada Allah, selain itu dapat memahami diri sendiri, baik kelebihan
atau kekurangan serta situasi dan kondisi yang sedang dialaminya. Sehingga
individu dapat mamperbaiki dirinya yang kurang baik menjadi lebih baik.
Fungsi development,merupakan fungsi bimbingan konseling Islam yang
terfokus pada upaya pemberian bantuan berupa pemeliharaan dan
pengembangan situasi dan kondisi yang baik agar tetap menjadi baik atau
bahkan menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah.
Dengan bertaubat secara istiqomah, maka emosional dan spiritual akan
tumbuh dan berkembang sehingga dapat memperbaiki dan mengembangkan
apa yang ada pada diri kita barupa potensi-potensi dan kemampuan-
kemampuan yang kita miliki.
Fungsi bimbingan konseling pengembangan, berorientasi pada upaya
pengembangan fitrah manusia, yaitu sebagai makhluk Tuhan, individu, sosial/
kesusilaan, dan berbudaya. Sebagai makhluk beragama, individu harus taat
kepada Allah, beribadah dan sujud kepadanya. Sebagai makhluk sosial
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
29/30
108
mempunyai pengertian bahwa mereka hidup di dunia ini pastilah memerlukan
bantuan dari orang lain.
Sebagai makhluk berbudaya mereka dituntut untuk dapat
mengembangkanm cipta, rasa, dan karsanya dalam memanfaatkan alam
semesta dengan sebaik-baiknya. Manusia yang hidup dalam tataran kehidupan
yang berorientasi pada kehidupan teknologi umumnya juga mengarah pada
berbagai penyimpangan fitrah tersebut. Dalam kondisi penyimpangan
terhadap nilai dan fitrah keberagamaan tersebut upaya bimbingan konseling
Islam sangat dibutuhkan terutama dalam pengembangan fitrah kemanusiaan
dan keberagamaannya. Sehingga dengan upaya pengembangan dan
pemahaman kembali atas fitrah manusia, mereka mampu mencapai
kebahagiaan yang diidam-idamkan, yakni kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Akhirnya dari uraian di atas dapat dicermati bahwa layanan bimbingan
konseling Islam mempunyai peranan penting dalam upaya pengembangan
kesehatan jiwa, terutama fungsi developmental atau pengembangan. Dengan
demikian fungsi taubat bisa dijadikan sebagai salah satu metode bimbingan
dan konseling Islam.
-
7/23/2019 jtptiain-gdl-s1-2005-mohsulkhan-604-Bab4_110-3
30/30
109