majalah santri gusdur edisi 1 (pribumisasi islam)

Upload: muhaimin

Post on 25-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    1/40

    E di

    i 1/J

    i 2016

    INDONESIA-INGGRIS

    MAJALAH DWI BAHASA

    Kolom Gus Dur:

    Pribumisasi IslamTemu Muka:

    Alissa WahidArtikel Utama

    Islam Nusantaradi Simpang Jalan

    Pribumisasi Islam

    santri

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    2/40

    abik! Kesempatan tersebut menimbulkanAwalnya, ide untuk menerbitkan ketegangan antara Islam dengan budayamajalah bukanlah prioritas utama dalam serta adat lokal yang lebih dulu membumi dikegiatan komunitas ini. Maklum, kerja negeri ini. Mereka yang menyuarakan ide-ide

    komunitas seringkali terhalangi oleh jumlah puritan mengabaikan kearifan lokal dantenaga yang mengurusnya. Sebenarnya ide membuat pagar batas besar atas Islambanyak bermunculan dan bertumpah ruah ketika terhadap budaya.kegiatan diskusi berlangsung. Namun selalu saja Gus Dur melihat itu sebagai bencanaada halangan dari komunitas yang berisikan yang dapat menggerogoti bangsa dari dalam.manusia-manusia fleksibel ini untuk Mental semacam itu tidak baik bagimengeksekusi ide tersebut. Hingga pada kemajuan bangsa Indonesia. Maka Gus Durakhirnya, kebulatan tekad dalam menyuarakan menawarkan kacamata Pribumisasi Islamgagasan perdamaian dan toleransi mampu untuk melihat bagaimana agama bisamenggerus kemalasan tersebut. bergandengan tangan dengan budaya.

    Ditambah lagi belum ada satu majalah pun Sementara itu, belakangan ini hadir pulayang membahas gagasan seorang tokoh, pewacanaan Islam nusantara. Seolahkhususnya Gus Dur, secara utuh. Namun kalau merespon hegemoni budaya Arab terhadappun ada, majalah seperti itu hanya sebatas edisi Islam. Persaingan budaya dan agama ini punkhusus yang membahas satu tokoh saja. Di mana berkelindan dalam seteru yang seolah tiadapada edisi berikutnya akan terputus karena akhir. Dua isu ini, Pribumisasi Islam dantuntutan untuk membahas tokoh lain yang Islam Nusantara menjadi sajian utamaberbeda. dalam majalah perdana ini.

    Kami berkomitmen untuk terus Harapannya majalah ini bisa menjadimenerbitkan majalah yang benar-benar khusus pemancar gagasan Gus Dur danmenyuarakan gagasan Gus Dur sebagai tema menandingkannya dengan gagasanutama. Manusia kosmopolit ini benar-benar cendekiawan lain. Tidak hanya sebatasmayapada yang tak ada habisnya untuk dibedah. mengonsumsi gagasan Gus Dur, semangat

    Mulai dari gagasan tentang kemanusiaan, untuk mereproduksi gagasannya jugakeilmuan, aktivisme, politik, hingga keislaman menjadi semangat kami dalam menerbitkanyang diperjuangkan Bapak Pluralisme ini selalu majalah ini. Kita tahu bahwa banyak tulisanmenarik untuk dikaji. Untuk itu, majalah digital Gus Dur bertebaran di berbagai media, danyang terbit perdana ini mengangkat tema besar posisi majalah ini hanyalah sebagai satudari gagasan Gus Dur yang berasal dari wadah yang menampung serta menyuarakantulisannya, Pribumisasi Islam. gagasan-gagasan tersebut. Demi

    Di tengah melajunya modernitas ini, penyebarluasan ide-ide soal kemanusiaan,gagasan Pribumisasi Islam menjadi menarik perdamaian dan toleransi yang telahuntuk ditampilkan kembali. Saat ini, masyarakat diteladani oleh Gus Dur ke seluruh dunia.modern mulai menampakkan karakter Sekaligus menjadi tempat Komunitasmaterialistiknya. Jiwa konsumtif dan praksis Gusdurian berdialektika dan mengabadikanmelanda orang-orang yang dikerubungi oleh gagasannya ke ruang publik. Meski begitu,kemajuan teknologi. Di tengah kebisingan yang kami tidak menolak sumbangan tulisan darimerajalela itu, manusia-manusia ini merasa sepi siapa saja.dan kosong. Lantas kebanyakan dari mereka Untuk itu kami hadir dalam dua bahasa:mencari pelarian. Salah satu pelarian itu ialah versi Bahasa Indonesia dan English. Sengajapencarian pencerahan dan penyegaran lewat tidak berwujud cetak, karena kami meyakiniagama. Agama dianggap mampu mengisi zaman kian berubah dan era baru telahkekosongan jiwa manusia yang tidak pernah dimulai, yakni era digital. Majalah ini jugapuas dan selalu mempertanyakan apa tujuan gratis, tanpa embel-embel biaya untukhidup. mengunduhnya. Anggap saja sedekah

    Dari kecenderungan yang praktis tersebut, intelektual dari kami. Semoga apa yang kamimereka kemudian memaknai agama secara usahakan ini bermanfaat bagi semesta.terbatas. Maka masuklah semangat mengaji Gus Dur telah meneladankan, saatnyaIslam secara tekstual. Tak jarang hal itu kita yang melanjutkan.digunakan oleh beberapa pihak untuk Akhir kata, selamat membaca![]

    mempenetrasi ide-ide puritan dan radikal. -Redaksi

    Majalah Santri Gus Dur

    2

    T

    Teras

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    3/40

    Majelis Redaksi MajalahSantri Gus DurPemimpin Redaksi:AgungHidayat AzizTim Redaksi:MuhammadAutad An Nasher,

    Mohammad Pandu,Laelatul Badriyah, AhmadSarjokoDesign & Layouter:Joko Jejak,Muhammad AzizDharmawanArtistik:Latif AminTim Alih Bahasa:

    Rifqi Fairuz,Mujiburohman,Mukhammad Faisol Amir,Nurul Huda, Dahlia ArikhaS, Laela Badra, RifqiyaHidayatul Mufidah, AndiTriswoyo.

    Majalah ini diterbitkanoleh Komunitas Santri GusDur-GUSDURian Jogja.

    3Pribumisasi IslamAgama (Islam) dan budaya mempunyaiindependensi masing-masing, tetapikeduanya mempunyai wilayah tumpangtindih.....

    halIslam Nusantaradi Simpang Jalan

    Kedatangan Islam di Nusantaramemulai babak baru dalamsejarah peradaban Asia Tenggara.Islam memengaruhi bentukperadaban mapan di Nusantarayang semulanya bercorak Hindu-Budha. Selengkapnya hal....14Pribumisasi Islam

    vis a visArabisasi

    DAFTAR ISI

    hal...19

    Inspirasi dariGus Dur

    Artikel Utama

    Artikel UtamaKolom Gus Dur

    Artikel Lepas

    Tamu Muka:

    Alissa Wahid

    Gusdurian adakarena ada Gus Dur

    Review Buku:

    Dongeng tentangLegenda Gus Dur

    Review Buku:

    Dongeng tentangLegenda Gus Dur

    Ngopi yuk, Gus! :

    Tidak Boleh AdaPemaksaan dalamPenafsiran

    Sastra:

    Puisi

    Kita

    ButuhIslam

    Ramah

    Bukan

    IslamMarah

    Gus Dur

    Majalah Santri Gus Dur

    3

    hal...24

    29hal

    32hal

    37hal 34

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    4/40

    gama (Islam) dan keagamaan tetapi sangat boleh sebuah contoh yang konkretbudaya mempunyai jadi karena alasan-alasan dari upaya rekonsiliasi atauindependensi masing- budaya, misalnya ketaatan akomodasi itu. Ranggon ataumasing, tetapi kepada kyai atau orang tua. atap yang berlapis pada masjid

    keduanya mempunyai wilayah Tumpang tindih antara tersebut diambilkan daritumpang tindih. Bisa agama dan budaya akan terjadi konsep 'Meru' dari masa pra-

    dibandingkan dengan terus-menerus sebagai suatu Islam (Hindu-Budha) yangindependensi antara filsafat proses yang akan memperkaya terdiri dari sembilan susun.dan ilmu pengetahuan. Orang kehidupan dan membuatnya Sunan Kalijaga memotongnyatidak bisa berfilsafat tanpa tidak gersang. Kekayaan variasi menjadi tiga susun saja,ilmu pengetahuan, tetapi tidak budaya akan memungkinkan melambangkan tiga tahapbisa dikatakan bahwa ilmu adanya persambungan antara keberagamaan seorang muslim,pengetahuan adalah filsafat. Di berbagai kelompok atas dasar iman, islam dan ihsan. Padaantara keduanya terjadi persamaan-persamaan, baik mulanya orang baru berimantumpang tindih dan sekaligus persamaan agama maupun saja, kemudian iaperbedaan-perbedaan. budaya. Upaya rekonsiliasi melaksanakan islam

    Agama (Islam) antara budaya dan agama ketika telah menyadaribersumberkan wahyu dan bukan karena kekhawatiran pentingnya syari'at.

    memiliki norma-normanya terjadinya ketegangan antara Barulah ia mamasukisendiri. Karena bersifat keduanya, sebab kalau manusia tingkat yang lebihnormatif, maka ia cenderung dibiarkan pada fitrah tinggi lagi (ihsan)menjadi permanen. Sedangkan rasionalnya, ketegangan seperti denganbudaya adalah buatan manusia, itu akan reda dengan mendalamikarenanya ia berkembang sendirinya. tasawuf, hakekatsesuai dengan perkembangan Sebagai contoh adalah redanya dan ma'rifat.zaman dan cenderung untuk semangat ulama dalam Padaselalu berubah. Perbedaan ini mempersoalkan rambuttidak menghalangi gondrong. Jika sebuah stadionkemungkinan manifestasi sebaiknya mempunyaikehidupan beragama dalam mushalla, meskipun kecil,

    bentuk budaya. Maka bukan berarti untuk mencegahmuncullah tari 'seudati', cara tabrakan antara shalat denganhidup santri, budaya sepak bola, akan tetapi karenamenghormati kyai dan pada kenyataannyasebagainya, dengan wawasan pertandingan sepak bolabudaya dari agama secara hampir selalu diadakan ketikalangsung diterima dan waktu shalat Asar masuk. Jadidilaksanakan oleh masyarakat akomodasi ini bukan dilakukantanpa mempersoalkan dalilnya. karena terpaksa akan tetapiUmat Islam abangan yang adalah sesuatu yang timbulmenjauhi 'ma lima' (mabuk, secara alami, menandaiberjudi, mencuri, berbuat terjadinya proses

    amoral, mengisap ganja) belum pribumisasi.tentu dengan alasan Masjid Demak adalah

    Majalah Santri Gus Dur

    4

    A

    Pribumisasi IslamOleh: KH. Abdurrahman Wahid

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    5/40

    tingkat ini mulai disadari Islamnya. Al-Qur'an adalah di negeri asalnya maupun dibahwa keyakinan tauhid dan harus tetap dalam bahasa Arab, negeri lain, termasukketaatan kepada syari'at mesti terutama dalam shalat, sebab Indonesia. Kedua sejarah iniberwujud kecintaan kepada hal ini telah merupakan norma. membentuk sebuah sungai

    sesama manusia. Mengasihi diri Sedang terjemahan al-Qur'an besar yang terus mengalir dansendiri dengan melepaskan hanyalah dimaksudkan untuk kemudian dimasuki lagi olehkecintaan kepada materi dan mempermudah pemahaman, kali cabangan sehingga sungaimenggantinya dengan bukan menggantikan al-Qur'an ini semakin membesar.kecintaan kepada Allah adalah sendiri. Bergabungnya kali baru, berartibentuk rasa kasih yang Pribumisasi Islam bukanlah masuknya air baru yangtertinggi. Pada tahap 'jawanisasi' atau sinkretisme, menambah warna air yangberikutnya, datanglah bentuk sebab pribumisasi Islam hanya telah ada. Bahkan pada tahapmasjid ala Timur Tengah, mempertimbangkan kebutuhan- berikutnya, aliran sungai inidengan bentuk kubah dan kebutuhan lokal di dalam mungkin terkena 'limbahsegala ornamennya. Terjadilah merumuskan hukum-hukum industri' yang sangat kotor. Tapikemudian proses arabisasi, agama, tanpa menambah toh, tetap merupakan sungai

    meskipun pada mulanya bentuk hukum itu sendiri. Juga yang sama dan air yang lama.masjid baru ini ditolak oleh bukannya upaya meninggalkan Maksud dari perumpamaan iniMasjid Ngampel dan Pakojan. norma demi budaya, tetapi adalah bahwa prosesBentuk kubah lambat laun agar norma-norma itu pergulatan dengan kenyataanmenjadi sesuatu yang normatif menampung kebutuhan- sejarah tidaklah merubahdan harus. Sedangkan semangat kebutuhan dari budaya dengan Islam, melainkan hanyapribumisasi menganggap kedua mempergunakan peluang yang merubah manifestasi darimodel ini sama saja. disediakan oleh variasi kehidupan agama Islam.

    Bahaya dari proses Arabisasi pemahaman nash, dengan Sebagai contoh, padaatau proses mengidentifikasi- tetap memberikan peranan mulanya ditetapkan haramnyakan diri dengan budaya Timur kepada Ushul Fiqh dan Qaidah berjabatan tangan antara laki-Tengah adalah tercabutnya kita Fiqh. Sedangkan sinkretisme laki dan perempuan yang

    dari akar budaya kita sendiri. adalah usaha memadukan ajnabi. Ketentuan iniLebih dari itu, arabisasi belum teologia atau sistem merupakan bagian daritentu cocok dengan kebutuhan. kepercayaan lama tentang keseluruhan perilaku atauPribumisasi bukan upaya sekian banyakhal yang diyakini akhlak orang Islam. Ketikamenghindarkan timbulnya sebagai kekuatan gaib berikut ketentuan ini masuk keperlawanan dari kekuatan- dimensi eskatologisnya dengan Indonesia, masyarakatnya telahkekuatan budaya setempat, Islam, yang lalu membuat memiliki berbagai kebudayaan.akan tetapi justru agar budaya bentuk panteisme. Sinkretisme Misalnya, adat Sundaini tidak hilang. Inti pribumisasi hal ini bisa dicontohkan dengan mempunyai jabatan tanganIslam adalah kebutuhan, bukan kuil 1000 dewa di India, Iran 'ujung jari'. Setelah berjalanuntuk menghindari polarisasi dan Timur Tengah zaman sekian abad, masuk pulaantara agama dengan budaya, dahulu. Setiap penjajah yang budaya Barat dengan jabatan

    sebab polarisasi demikian masuk menambahkan tuhan tangannya yang tegas dan takmemang tak terhindarkan. yang baru untuk disembah pilih-pilih. Hasilnya di

    Sebagai titik tolak dari bersama-sama dengan tuhan- masyarakat Islam saat iniupaya rekonsiliasi ini adalah tuhan yang lama. Pada suatu adalah sebagian mereka,meminta agar wahyu difahami tahap akhirnya manusia pun termasuk para birokrat dalamdengan mempertimbangkan dipertuhan dan bahkan pula bidang agama dan parafaktor-faktor kontekstual, malaikat (seperti pada agama pemimpin organisasi,termasuk kesadaran hukum dan Kong Hu cu). Malaikat bisa melakukan jabatan tanganrasa keadilannya. Dalam proses didekati agar melakukan dengan lawan jenis, sedangini pembauran Islam dengan intervensi terhadap kekuasaan para Kyai yang hidup denganbudaya tidak boleh terjadi, tuhan, sehingga ia pun lebih fiqh secara tuntas tetapsebab berbaur berarti berkuasa dari tuhan sendiri. bertahan untuk tidak

    hilangnya sifat-sifat asli. Islam Pribumisasi Islam adalah melakukannya.harus tetap pada sifat bagian dari sejarah Islam, baik Lalu apakah dengan

    Majalah Santri Gus Dur

    5

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    6/40

    demikian bisa disimpulkan demikian adalah perubahan pengantin Jawa menampakkanbahwa Islam telah mengalami mendasar terhadap hukum bagian bahu mempelai wanita,erosi di Indonesia? Jawabnya waris, dan bentuk-bentuk orang Islam tidak memandangadalah 'tidak', sebab Islam penyesuaian seperti ini hal itu sama rusaknya dengan

    sebagai sebuah totalitas tetap berjalan sementara para ulama zina, durhaka kepada orang tuaberjalan seperti sedia kala. merestuinya, walaupun dan kejahatan-kejahatan beratKarena para pemeluknya tetap (seraya) tidak menganggapnya lainnya. Kekurangan seperti itumelakukan shalat, pergi ke sebagai cara pemecahan umumnya bisa dimaklumimasjid, membayar zakat, pergi utama. Sebab pemecahan sebagai bagian dari adat,ke madrasah dan sebagainya. utama justru adalah yang selama syarat-syaratDengan kata lain, secara seperti ditentukan oleh syara' keagamaan dari nikah dankultural kita melihat adanya secara apa adanya. Letak pengaturan hubunganperubahan pada partikel- kemajuannya adalah bahwa selanjutnya, seperti soalpartikel dan tidak pada aliran penyesuaian-penyesuaian nafkah dan kewajiban-besarnya. Umat Islam tetap seperti ini bukan hanya tidak kewajiban rumah tangga; masihmelihat berpacaran bebas diharamkan tetapi bahkan datur secara Islam Sedangkan

    model Barat sebagai tidak dianggap sebagai adnal qaulaini manifestasi kulturalnyaIslami dan berusaha agar anak- (pendapat dengan mutu nomor diserahkan kepada adat. Hal inianak mereka tidak dua) dan tidak dipersoalkan sudah berjalan beberapa abadmelakukannya. sebagai sesuatu yang dan memang selalu adaFiqh dan Adat mengganggu prinsip. perubahan-perubahan tanpa

    Di dalam Ilmu Ushul Fiqh banyak menimbulkan reaksidikenal kaidah al 'adah karena berjalan secara sendiri-muhakkamah(adat istiadat sendiri. Pola hubungan inibisa menjadi hukum). Di ditampung dalam al 'adahIndonesia telah lama terjadi muhakkamah, sehingga adatbahwa pembagian waris antara istiadat bisa disantuni tanpasuami-istri mendapatkan mengurangi sahnya

    masukan berupa dua model perkawinan.yang berasal dari adat, yaitu Akan tetapi harus disadariadat perpantangan di bahwa penyesuaian ajaranBanjarmasin dan gono gini di Islam dengan kenyataan hidupYogyakarta-Solo yang pada hanya diperkenankanperkembangannya juga sepanjang menyangkut sisimenyebar di Jawa Timur. budaya. Dalam soal wali nikah,Keduanya adalah respon ayah angkat tetap bukan walimasyarakat adat yang berada nikah untuk anak angkatnya.di luar lingkup pengaruh kyai Ketentuan ini adalah norma

    Dalam kaitannya denganterhadap ketentuan nash agama, bukan kebiasaan. Inipernikahan misalnya,dengan pemahaman lama yang jelas berbeda dengan carasebenarnya rukun bagi sahnya

    merupakan pegangan para kyai penempatan siswa di sekolah-hubungan suami istri sangatitu. Harta rumah tangga sekolah Timur Tengah. Di sana,sedikit, yaitu ijab, qabul, saksi

    dianggap sebagai perolehan siswa laki-laki dan perempuandan wali. Sedang selebihnyasuami-istri secara bersama- tingkat SD, SMP dan SMAdiserahkan kepada adat,

    sama, yang karenanya mesti ditempatkan di ruanganmisalnya tentang pelaksanaandipisahkan dulu sebelum terpisah dan baru bolehupacara peresmiannya. Di sinidiwariskan, ketika salah satu disatukan di tingkat perguruanadat berperan sebagaisuami/istri meninggal. tinggi. Keputusan inipenghubung pola-pola perilakuSeparoh dari harta itulah didasarkan atas anggapanbaru dengan tetap berpijakyang dibagi kepada para ahli bahwa para remaja umumnyakepada aturah normatif dariwaris menurut hukum waris kurang memiliki pertimbanganagama. Pola hubungan agamaIslam, sedang separoh lainnya dan sangat dipengaruhi nafsu.

    dan adat seperti ini sehatadalah milik dari suami/istri Kelemahan-kelemahansekali. Bahwa pakaianyang masih hidup. Teknik ini telah bisa diatasi oleh

    Majalah Santri Gus Dur

    6

    Akan tetapi harusdisadari bahwa

    penyesuaian ajaranIslam dengan

    kenyataan hiduphanya diperkenankan

    sepanjangmenyangkut sisi

    budaya.

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    7/40

    mereka yang telah mengalamikedewasaan dan kematangan,yaitu pada usia memasukiperguruan tinggi.

    Cara ini bukanlah ketentuanagama, tapi logika agama,yaitu campuran hukum agamadan logika. Dari sini bisamuncul adat istiadat, dan adatpengaturan penempatan siswaseperti itu memang lalumengeras di Timur Tengah.Sebaliknya di Indohesia, ulamamelihat dari sudut Iain, yaitubahwa tidak ada tempat yanglebih aman daripada sekolah,

    meskipun belum sama sekalimemadai. Sehingga para ulamamemperbolehkan dimasukinya

    berarti hak menambah jumlah perkawinan kedua dansekolah, meskipun siswa danistri adalah mutlak di tangan seterusnya hanya bisasiswi duduk dalam satu kelassuami. Akan tetapi sekarang dilaksanakan jika ada(ko edukasi).sudah terasa perlunya keperluan yang bisa disetujuimempertanyakan "mengapa oleh istri". Dan inilah yangMengembangkan Aplikasi Nashbegitu simplistiknya konsep telah dirumuskan di dalamKarena adanya prinsip-keadilan itu, bagaikan Islam Undang-undang Perkawinanprinsip yang keras dari Hukummenghargai wanita hanya Indonesia No. 1 tahun 1974.Islam, maka adat tidak bisadengan ukuran-ukuran biologis. Tampaklah dalam kasus ini,merubah nash itu sendiri

    Semakin terdengar kebutuhan perubahan pemahamanmelainkan hanya merubah atau untuk mengembangkan menjadi sesuatu yang takmengembangkan aplikasinyapemahaman terhadap nash itu terelakkan, dengan melihatsaja, dan memang aplikasi itumenjadi keadilan yang bahwa para ulama menerimaakan berubah dengandirasakan oleh obyek dari penyantuman pemahamansendirinya. Misalnya, Nabi tidaktindakan poligini (permaduan) seperti itu di dalam Undang-pernah menetapkan berasitu, di mana laki-laki dan undang.sebagai benda zakat,wanita sama-sama didudukkan Masalahnya sekarang adalahmelainkan gandum. Lalu ulamasebagai subyek hukum. Sebab bagaimana mempercepatyang mendefinisikan gandumpelaksanaan poligini saat ini pengembangan pemahamansebagai qutul balad, makananselalu dirasakan oleh kaum nash seperti itu dan agarpokok. Dan karena definisiwanita sebagai tidak adil, berjalan lebih sistematik lagi,itulah, gandum berubah

    kecuali dalam keadaan yang dengan cakupan yang lebih luasmenjadi beras untuk Indonesia.ekstrim dan langka. dan argumentasi yang lebihKasus lain yang kontemporer

    Dengan demikian, jika matang. Kalau keinginan inidari pengembangan aplikasitadinya wanita hanya menjadi terlaksana, maka inilah yangnash ini adalah pemahamanobyek pasif yang tidak ikut dimaksudkan denganayaf al-Qur'an tentangmenentukan, sehingga secara pribumisasi Islam, yaitubolehnya menikah denganumum dihukumi menerima pemahaman terhadap nashmaksimal empat wanita danpermaduan, maka dengan dikaitkan dengan masalah-kalau tidak bisa menegakkantampilnya wanita sebagai masalah di negeri kita.keadilan, wajib hanya menikahsubyek, secara umum mereka Sebuah kasus di Mesir padadengan seorang wanita sajadihukun menolak. Dengan tahun 1930-an, ketika Dewan(Q.S. 4:3). Pada mulanyarumusan singkat, pemahaman Ulama Tertinggi al- Azharkeadilan ini diukur dengan

    nash itu menjadi "kawini' memutuskan bahwa gunakeseimbangan jatah giliranseorang wanita saja, dan menghilangkan selisih yangmenginap dan nafkah. yang

    Majalah Santri Gus Dur

    7

    Gus Dur semasa muda bersama Sayyid Muhammad binAlawy Al-Malikiy (sebelah kiri Gus Dur) dan KH. Said

    Aqil Siradj (dua dari kanan Gus Dur) di Makkah, ArabSaudi.

    Kolom Gus Dur

    pustakamuhibbin.b

    logspot.com

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    8/40

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    9/40

    undang Perkawinan pun Musyawarah ulama terbatas menutup kemungkinanmenetapkan umur 18 tahun tadi menyimpulkan adanya produktivitas akibat bebanuntuk laki-laki dan 16 tahuh kebutuhan meningkatkan batas bunga hutang, sebagaimanauntuk wanita, sambil tidak usia terendah bagi perkawinan, praktek rentenir. Adapun bunga

    menutup kemungkinan bahwa mencegah kelahiran dini dan bank (interest) yangbatas usia terendah ini bisa secara makro mengatur dimaksudkan sebagai biayadinaikkan, menurut keperluan. keseimbangan antara penduduk administrasi dan sekedar untukBatas ini ternyata tidak dengan sumberdaya alam. Yang pengembalian modal kepadaditentang ulama. dibutuhkan bukanlah asal penanam uang bisa ditolerir

    Sejumlah kaidah fiqh pun kelangsungan hidup masyarakat selama tidak menggangguikut terlibat. Dalam kasus terjamin tapi dengan produksi. Dengan kata lain,tersebut jelas telah mengorbankan banyak hal, keuntungan yang diperkirakandipergunakan kaidah darul termasuk soal pendidikan, dari pengusahaan uangmafasid muqaddam 'ala jalbil- ketika misalnya semua biaya pinjaman itu lebih besarmashalih (menutup dicurahkan untuk penyediaan daripada tingkat suku bungakemungkinan bahaya harus lapangan kerja. yang harus dibayarkan,

    didahulukan sebelum upaya Dengan kata lain, ledakan sehingga tidak ada unsurmemperoleh kemaslahatan). penduduk menimbulkan hajah. eksploitasi.Memang lebih baik seorang Kalau demikian timbulahpemuda segera menikah pertanyaan tentang wewenang Pendekatan Sosio-Kulturaldaripada terjerumus kepada merumuskan hajah tersebut Ada sebuah soal yang sangatperbuatan a-moral. Perkawinan ketika menyangkut soal-soal penting setelah pembicaraanakan membuat dirinya sadar makro. Ternyata musyawarah seputar soal pemahaman nashtentang arti hidup. Akan tetapi terbatas tersebut memutuskan di atas, yaitu pendekatan sosio-perkawinan pada usia ini juga bahwa kebolehan sterilisasi kultural. Sosial-budaya adalahmengandung bahaya yang yang bisa dipulihkan kembali perkembangan budaya dalambesar, karena penanggung bisa diputuskan oleh tim yang konteks kemasyarakatan. Saatjawab anak hasil perkawinan terdiri dari para ahli dari ini masyarakat Indonesia

    akan tidak jelas, di saat lingkup berbagai bidang: ahli sedang mengalami transisi daritanggung jawab keluarga demografi, ekonomi, fiqh, masyarakat feodal/agrarismodern akan semakin kecil. psikologi dan dokter medis. menuju masyarakat modern.Misalnya tak ada lagi kepala Rumusan ini jelaslah Perkembangan yang terjadisuku atau kepala klan yang merupakan perubahan besar ternyata bersifat dualistik; dimengurusi soal-soal bersama. dalam konsep-konsep dasar satu pihak telah tercapaiBahaya inilah yang harus fiqh. Hal-hal seperti ini harus modernitas, termasuk upayadicegah terlebih dahulu disadari sebagai proses budaya menciptakan infra-struktursebelum upaya menuju menuju pengembangan ekonomi, dan perilaku di segaiakebaikan, yaitu maslahat implikasi atau konotasi hukum bidang telah lebih rasional,berkeluarga. dan nash untuk membentuk sampai terkadang dengan

    Lebih jauh lagi adalah dalil hukum baru, suatu kebutuhan mengorbankan norma-norma

    al-hajah tanzilu manzilah al- untuk menghadapi agama, tetapi di pihak laindlarurah(ke-butuhan setara kemungkinan munculnya perilaku feodal masihdengan keadaan darurat), pertimbangan-pertimbangan dipergunakan sebagai alatsedangkan dalil lain berbunyi terbaru yang tampak untuk mencari akar ke masaadl-dlarurah tubihul- menggugat pemahaman lama. lampau. Dalam situasimahdhurah(keadaan darurat Dalam soal bank misalnya, perkembangan dualistikmemungkinkan dihalalkannya tidak kurang dari seorang alim menuju modernitas (keadaandilarang). Dengan demikian, semacam Dr Yusuf Al Qardlawi sarwa-modern) ini, makagabungan dari dua dalil ini akan menempatkan bahwa larangan hukum Islam akan berfungsimembentuk kesimpulan bahwa terhadap riba disebabkan oleh dengan baik apabila iahajah(keadaan membutuhkan) berlebihannya pengembalian dikaitkan dengan perubahanbisa menghalalkan yang haram; hutang (adl'afan mudla'afah) pada struktur masyarakat itu

    karena faktor kebutuhan setara dalam jumlah yang merugikan sendiri.dengan keadaan darurat. peminjam. Kerugian ini sampai Dengan demikian, sasaran

    Majalah Santri Gus Dur

    9

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    10/40

    perubahan itu bukanlah pada Di antara contoh konkret menyesatkan. Pendekatansistem pemerintahan atau yang bisa disebut adalah apa politik selalu mempersoalkansistem politik, akan tetapi pada yang terjadi dalam tubuh segi kelembagaan, Sedangkansub-sub sistemnya. Misalnya, Nahdlatul Ulama (NU). NU yang pendekatan kultural berbicara

    tanpa mempersoalkan 'sistem' ada sekarang adalah NU tahun tentang perilaku masyarakatekonomi Indonesia yang tak 1926 dengan perangkatnya: dan usaha pencerahan.jelas bentuknya ini, diambillah Tanfidziyah dan Syuriyah, Kemudian persoalannyalangkah-langkah untuk mencari bahkan lebih keras lagi dengan mengaitkan lembaga denganmodel-model ideal dari adanya sistem Mustasyar Akan perilaku masyarakat adalahpengorganisasian koperasi, tetapi sekaligus NU sekarang persoalan mempengaruhisuatu bentuk usaha yang ide bukanlah NU yang dulu. Karena perilaku lembaga. Di sinilahdasarnya dipercayai bisa di dalam tubuhnya telah letak peranan dari pendekatanmenjembatani antara sistem berkembang pemikiran- sosio-kultural. Sementara itu

    kalangan yang tampakmenggebu-gebu denganpendekatan struktural sering

    terjerumus dalam pembicaraantentang perilaku budaya suatulembaga, bukan bagaimanamerombaknya. Apalagiperincian yang dikemukakandalam rangka pendekatanstruktural itu ternyata adalahcara-cara sosial budaya. Dus,sebenarnya telah terjadi

    kapitalis dan sistem sosialis. pemikiran makro, cakrawala kerancuan semantik.Misalnya dengan mencobakan pandang yang lebih luas, Pendekatan sosio-kulturalbentuk-bentuk usaha bersama pemikiran yang jauh ke depan menyangkut kemampuan orangyang pada masa lalu dan cara kerja yang lebih

    Islam untuk memahamisebenarnya-banyak dilakukan. administrates. Perubahan- masalah-masalah dasar yangSementara itu, perubahan perubahan dalam kultur ini dihadapi bangsa, dan bukanpolitik memang suatu masih dalam konteks berusaha memaksakankeharusan, tetapi untuk kelembagaannya semula. agendanya sendiri. Kalau yangkeperluan itu sistem kepartaian Karena terjadi perubahan terakhir ini terjadi, maka yangyang adatermasuk hadirnya pada segi budaya, maka berlangsung sebenarnyafraksi ABRImasih tetap bisa berubah pulalah konteks hanyalah proses pelariandipergunakan. Persoalannya masyarakatnya. Dengan (eskapisme). Umat Islamkemudian bagaimana sub-sub demikian, untuk konteks menuntut syarat-syarat yangsistem yang ada bisa menjadi Indonesia secara umum, terlalu idealistik untuk menjadidemokratis, mandiri dan tantangan umat Islam muslim yang baik. Lalu tidaksebagainya. Misalnya sebenarnya adalah bagaimana

    diakuilah kemusliman orangmengusahakan kemandirian mengisi Pancasila. Negara yang tidak mampu memenuhiGolkar mesti dimulai dengan Kesatuan RI dan sistem syarat-syarat itu, seperti orang-menyadari kenyataan bahwa politiknya dengan wawasan orang yang baru bisaketidak mandirian itu terletak Islam yang secara kultural bisa melaksanakan ibadah haji danpada dominasi orang-orang merubah wawasan hidup orang zakat sementara belum mampubirokrasi pemerintahan di banyak dengan memperhatikan melaksanakan shalat dan puasadalamnya. Di sini pendekatan konteks kelembagaan dengan baik. Kecenderungansosio-kultural mengambil masyarakat tadi. formalisasi ajaran Islam dalamperanan penting dalam Pendekatan sosio-kultural kehidupan masyarakat danmerubah perilaku tanpa terkadang disalah pahami Islamisasi dalam bentukmerubah bentuk-bentuk sebagai hanya bersudut manifestasi simbolik ini jelas

    lahiriah Iembaga pemerintahan pandang budaya atau politik tidak menguntungkan karenaitu sendiri. saja, suatu pandangan yang hanya akan menimbulkan

    Majalah Santri Gus Dur

    10

    Kecenderungan formalisasi ajaran Islam

    dalam kehidupan masyarakat danIslamisasi dalam bentuk manifestasisimbolik ini jelas tidak menguntungkankarena hanya akan menimbulkankekeringan substitusi.

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    11/40

    kekeringan substitusi. Karena pada tahap membuat shalat. Dan 'langgar' punitu patut diusulkan agar komponen-komponen dirubah menjadi 'mushalla'.terlebih dahulu Islam WeltanschauungsIslam sendiri. Hal-hal yang bersifat 'embel-menekankan pembicaraan Proses yang terbalik ini embel malahan menjadi

    tentaing keadilan, demokrasi menyebabkan kesalahan dalam perhatian pokok.dan persamaan. Dengan penyusunan skala prioritas Kecenderungan ini akandemikian, peran umat Islam kepedulian. Pada ujungnya, berlanjut terus selama prosesdalam kehidupan berbangsa ini muncullah keruwetan- identifikasi diri kaum musliminakan lebih efektif dan perilaku keruwetan seperti dalam soal belum terselesaikan denganmereka akan lebih demokratis. ada tidaknya negara Islam, baik.

    masyarakat bersyariat ataupun Di hadapan itu semuaWeltanschauungIslam masyarakat berhukum sekular, tampak ada semacam quasi

    Ajaran Islam bisa dibedakan bahkan masih ditambah lagi weltanschauung(syibh nadha-antara yang merupakan nilai dengan soal-soal kecil seperti riyyah anil haryah), yang laludasar dan kerangka apakah sebuah Undang- undang menjadi ideologi semu.operasionalisasinya. Nilai dasar Pendidikan Nasional harus Misalnya munculnya ideologi

    adalah nilai-nilai yang menyebutkan pendidikan tertentu. Padahal ujung darimendasari kehidupan agama dalam pasal-pasalnya ungkapan Islam sebagaimasyarakat, yang intinya ataukah tidak. Upaya sejumlah alternatif yang seakanadalah (menurut Dr. intelektual muslim, seperti merupakan manifestasi dariMuhammad Abu Zahrah dan Syaikh Muhammad Abu Zahrah, suatu ideologi tertentu.diperkuat oleh ahli-ahli lain) Syaikh Yusuf Qardlawi dan Padahal ujung dari ungkapankeadilan, persamaan dan intelektual lainnya untuk ini juga masih mempersilahkandemokrasi (syura). Prinsip menyusun prioritas yang benar, masing-masing negara untukoperasionalisasi nilai-nilai dasar ternyata tidak mendapatkan menentukan corak ideologinyaini sudah dirumuskan dalam sambutan, karena kaum sendiri.kaidah fiqh 'tasharruful imam muslimin sedang mengalami Dengan sikap demikian,'ala ra 'iyyatihi manuthun bil krisis identitas yang ditandai sebenarnya yang ditawarkan

    mashlahah'(tindakan oleh kegairahan bukanlah alternatif, karena tohpemegang kekuasaan rakyat mempersoalkan manifestasi tetap berpendirian bahwa tidakditentukan oleh kemaslahatan simbolik dari Islam. Identitas ada alternatif yang universal.dan kesejahteraan mereka). diri mesti tampil secara visual. Terus terang satu-satunyaDengan bahasa sekarang, harus Inilah yang mempakan sebab penulis yang secara konsistendijunjung tinggi nilai-nilai mengapa umat Islam sibuk tetap mendambakan Islamdemokrasi, keadilan sosial dan dengan masalah-masalah semu sebagai alternatif adalah Abulpersamaan di muka undang- atau hanya bersifat pinggiran Ala al Maududi. Semua ahliundang. Jadi Weltanschauung (periferal). lain, bahkan Abul Hasan AnIslam sudah jelas, yaitu bahwa Apa yang disebut dengan Nadawi apalagi Sayyid Quthb,Islam mengakomodasi islamisasi pada umumnya telah merubah pendiriankenyataan-kenyataan yang ada barulah pada arabisasi budaya, mereka. Terlihat jelas pula

    sepanjang membantu atau yaitu semakin banyaknya bahwa jawaban-jawaban yangmendukung kemaslahatan dipakai terminologi Arab yang diberikan, baik oleh Khomeinirakyat. Prinsip ini harus berasal dari nash. Sebutan maupun Ziaul-Haq, masihmewarnai segala wujud, baik 'saudara-saudara', 'kelompok' bersifat semu. Idealismebentuk kelembagaan maupun atau 'kolega' diganti dengan mereka begitu tinggi, sehinggaproduk hukum. 'ikhwan'. Istilah 'sembahyang' tidak bisa mendarat dalam

    Andaikan telah terjadi yang telah berabad-abad kehidupan; gagal menemukankesepakatan (sekurang- dipakai di negeri ini yang prinsip-prinsip operasional darikurangnya oleh mayoritas) sebenarnya telah berkonotasi nilai-nilai dasar kehidupantentang WeltanschauungIslam, Islam, walaupun kata itu masyarakat. Seringakaliniscaya pekerjaan telah sendiri berasal dari 'nyembah percobaan-percobaan untukselesai. Sayangnya, Sang Hyang', diganti dengan keperluan itu berujung pada

    kesepakatan ini belum pernah 'shalat', sambil berpendirian bentuk-bentuk kekuasaanterjadi, sebab orang Islam baru bahwa sembahyang bukanlah Imam. Padahal prinsip-prinsip

    Majalah Santri Gus Dur

    11

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    12/40

    operasional itu semestinya kerangka operasioanal dari masyarakat yang baru.senafas dengan yang telah WeltanschauungIslam Hubungan yang lebih egaliter,disebutkan, yaitu tasharruful- tersebut. Di sinilah kultur Islam kebebasan berpendapat danimamala raiyatih manuthun hendaknya diisikan. ketundukan kepada hukumbil-mashlahah, laa dlarara wa adalah inti keadilan, yang akanlaa dlirar(tidak dibenarkan Agenda Prioritas membentuk perilakuterjadinya segala bentuk Apa yang harus dikerjakan masyarakat secara berangsur-perbuatan yang merugikan) pertama kali adalah angsur menuju budaya baru.dan sebagainya. menciptakan kesadaran Prioritas ini dibarengi dengan

    Selama problem krisis masyarakat tentang apa yang prioritas transformasi budaya-identitas kaum muslimin belum harus dilakukan oleh Islam. budaya yang ada, sepertiterpecahkan, maka langkah- Dari sini kemudian tersedia penertiban kehidupan koperasilangkah belum bisa diambil lahan bagi masuknya dan budaya politik. Budayauntuk membentuk pendekatan sosiokultural yang politik orang Jawa yang pasifWeltanschauung Islam. Dan sifatnya mampu menampung (menunggu dawuh dari atas)selama masih dalam keadaan kebutuhan-kebutuhan harus diubah menjadi budayademikian, yang ada barulah pengembangan dan perubahan. kreatif yang serba berinisiatif.weltanschauung Islam yang Tapi kerja ini tidak bisa begitu Ini penting sekali, karenasemu dan baru pada tahap saja dilakukan. Dengan kata Pancasila sendiri masih dalamsemangat keislaman saja atau lain, betapapun pentingnya taraf mencari bentuk atausekadar slogan-slogan islami perubahan-perubahan masukan, untukkosong. Jalan yang terbaik formalistik hukum fiqh, mengoperasionalkan nilai-nilaiadalah melakukan upaya ternyata masyarakat tidak dasar bangsa. Di sini Islam bisarekonstruksi hukum agama menunggu rumusan-rumusan masuk tanpa perlu formalisasi,secara parsial sesuai dengan formal itu dalam menentukan tetapi lebih dengan membawakebutuhan atau bersifat ad- apa yang hendak mereka Weltanschauungyang khas darihock sejalan dengan situasi ad- lakukan. Jika demikian, dirinya.hock yang tengah berlangsung. seharusnya masyarakat Tidak perlu adaTentu saja tawaran ini datang dirangsang untuk tidak terlalu kekhawatiran bahwa dengandari cara pandang sarwa-fiqh. memikirkan manifestasi kesediaan meninggalkanFiqh adalah alat yang paling simbolik dari Islam dalam formalitas itu Islam akan larutefektif untuk mengatur kultur kehidupan, akan tetapi lebih dan kalah. Karena, meskipun

    umat Islam dan bisa dikatakan mementingkan esensinya. nilai-nilai keadilan, persamaansebagai kunci kemajuan atau Hal ini berarti penciptaan dan demokrasi sebenarnyakemunduran mereka. Weltanschauung dengan bukan hanya milik Islam tetapi

    Tiga pilar dasar; keadilan, pembinaan atau pembentukan juga adalah milik dari ke-persamaan, dan demokrasi tiga nilai dasar tadi, lalu manusiaan, tetapi wawasan,(weltanschauung) itu mencari prinsip lingkup, watak, sasaran dandiejawantahkan kedalam sikap operasionalisasinya dan tujuannya tetap berbeda.hidup yang mengutamakan penjabaran prinsip itu ke Perbedaan ini segera bisaIslam, kebangsaan dan dalam kerangka dikenali manakala rincian dankemanusiaan. Prinsip operasionalisasi, dan baru nilai-nilai dasar itu diungkapoperasional tasharruful imam sesudah itu prioritas lainnya kembali dari perbendaharaanala raiyyatihi manuthun bil- akan muncul dengan keilmuan Islam yang sangat

    mashlahah dirinci dalam sub- sendirinya. Inti persoalannya kaya itu.sub prinsip hingga menjadi adalah membangun etika Dalam soal keadilan

    Majalah Santri Gus Dur

    12

    Tiga pilar dasar; keadilan, persamaan, dan demokrasi(weltanschauung) itu diejawantahkan kedalam sikap hidupyang mengutamakan Islam, kebangsaan dan kemanusiaan.

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    13/40

    misalnya, Islam mengenal apa Jembatan Baru sedangkan al-Qur'an telahyang dinamakan al-kulliyyat al- Salah satu persoalan yang memberikan petunjuknya (Q.S.khams(lima jaminan dasar); sangat perlu pemecahan adalah 2:177). Ayat ini menerangkanjaminan atas keselamatan keterpisahan antara dua bahwa struktur masyarakat

    fisik/pribadi, jaminan atas komponen dalam sistem yang adil harus ditandai dengankeselamatan keyakinan agama, keyakinan Islam yaitu perhatian yang cukup terhadapjaminan atas kesucian keyakinan akan keimanan yang kesejahteraan orang-orangkeluarga, jaminan atas sangat pribadi, sebagaimana yang menderita dankeselamatan hak milik dan yang tercantum dalam Rukum pengerahan dana untukjaminan atas keselamatan Iman dan dimensi sosialnya membela kaum lemah. Secaraprofesi. Di luar Islam tentu saja sebagaimana tercantum dalam epistemologis, konsep initerdapat juga konsep tentang Rukun Islam. Pada dimensi belum pernah dirumuskan danjaminan-jaminan dasar seperti individu ukuran keimanan disepakati sebagai soal teologi,ini, akan tetapi kuantitas dan bersifat sangat pribadi dan melainkan dianggap sebagaikualitasnya pasti berbeda. merupakan urusan seseorang soal politik.Dalam bidang ekonomi akan dengan Allah sendiri (hablun Dengan demikian yang masih

    terlihat perbedaan nyata minallah). Sedang pada diperlukan adalah,antara Islam dengan Kristen. dimensi sosialnya syahadat pengembangan akidahSeorang muslim yang baik yang tampak bersifat sangat Islamiyyahyang mempunyaidengan sendirinya adalah anti pribadi itu ternyata komponen rukun iman dankapitalisme karena salah satu berwawasan sosial, arena sekaligus rukun islam dalamkewajiban yang harus pengucapannya harus dilakukan bentuk yang terjembatani.ditunaikannya yaitu zakat pada di muka orang banyak, seperti Usaha menjembatani inihakekatnya memang bersifat dalam persaksian perkawinan. mempakan pekerjaan besaranti-kapitalistik. Prinsip zakat Apalagi tentang Rukun Islam yang harus ditempuh melaluiadalah bahwa di dalam harta yang lain. Shalat, apalagi dialog dengan semua pihak.yang dimiliki seseorang, berjamaah, berfungsi Apa yang ada tetapterdapat sebagian yang bukan mencegah perbuatan keji dan dipertahankan tetapi mesti

    miliknya sendiri. Terlepas dan munkar, yang berarti ditambah dan diperjelassoal besar dan kecilnya, tetapi berorientasi menjaga dengan wawasan-wawasanzakat mengisyaratkan prinsip ketertiban masyarakat. baru. Dengan kata lain semuamembersihkan harta dan anti Sementara zakat telah jelas kelompok masyarakatpenumpukan harta serta sebagai ibadah sosial, puasa bertanggung jawab terhadapkebebasan individu yang adalah keprihatinan sosial dan proses pribumisasi Islam dalamberlebihan. ibadah haji adalah saat arti mengokohkan kembali akar

    Begitu pun dalam bidang- berkumpulnya kaum muslimin budaya kita, dengan tetapbidang lain, Islam tetap dari segala penjuru dengan berusaha menciptakanmemiliki kekhasannya. Bahwa berbaju ihram yang sama tanpa masyarakat yang taatia bisa dikembangkan menjadi memandang pangkat dan beragama.[]sistem alternatif adalah soal kedudukan.

    lain. Dengan melihat Persoalannya kini adalah Tulisan ini pernah dimuat dikenyataan bahwa Islam tidak bagaimana dimensi pribadi ini Islam Indonesia Menatap Masasistemik, maka agaknya bisa diterjemahkan secara Depan, (Jakarta: P3M, 1989).kemungkinan Itu tak ada. sosial. Karena di dalam Islam Bisa juga dibaca di BukuSebab Islam 'hanya' ternyata mungkin untuk Pergulatan Negara, Agama danmengandung wawasan- menjadi mukmin yang baik dan Kebudayaan, Depok:wawasan yang bisa diterapkan sekaligus menjadi makhluk Desantara, 2001.pada sistem apa pun, kecuali asosial dan sebaliknya bisasistem thaghut (tiranik), yaitu terbentuk pula sikap hidupsistem yang bertentangan yang begitu sosial tetapi tanpadengan unsur-unsur utama keimanan. UsahaWeltanschauung Islam sendiri menjembatani kedua bentuk

    yaitu persamaan, keadilan dan keberagamaan yang ekstrem inidemokrasi. adalah sebuah keharusan,

    Majalah Santri Gus Dur

    13

    Kolom Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    14/40

    edatangan Islam kerajaan Islam. Konteksdi Nusantara pada masa itu diwarnaimemulai babak dengan meredupnyabaru dalam pengaruh Hindu-Budha.

    sejarah peradaban Asia Kerajaan adikuasa diTenggara. Islam Nusantara, Majapahit,memengaruhi bentuk mulai goyah sementaraperadaban mapan di pemberontakan diNusantara yang daerah semakinsemulanya bercorak kencang. KemungkinanHindu-Budha. hal ini dimanfaatkanPerubahan ini oleh penguasa-penguasaberlangsung dari kecil daerah yangberbagai aspek mulai berkongsi denganekonomi, politik hingga kekuatan luar (dalamsosial masyarakatnya. hal ini Islam), yang

    Pengaruh Islam ini ditawarkan dalammenarik banyak peneliti pergaulan internasionaluntuk menelusuri jejak kala itu.kedatangan Islam di Situasi perdaganganIndonesia. Penelitian- di Selat Malaka saat itupenelitian tersebut semakin ramai. Kontakmenghasilkan banyak dagang yang dimulaiteori tentang awal mula bangsa Eropa di AsiaIslam di Indonesia. Tenggara punBeragam gagasan memengaruhi koalisitersebut membuat para pemilik bandar.simpul rumit yang Jika hanya bertahan

    terkadang tidak mampu dengan institusi klasikabad 11 atau 13 adalah masa dimenggambarkan secara jelas keraton Hindu-Budha, di manamana Islam mengawalikapan dan di mana Islam di orientasi pembangunan beradajejaknya di Nusantara.Nusantara ini bermula. di pedalaman dengan corakKesultanan Samudera Pasai,Sebagian dari penelitian hanya agraris, tentu tidak akanyang saat ini menjadi bagianmengandalkan fakta yang baur memberikan perkembangandari Provinsi Daerah Istimewaserta interpretasi dari dan jaminan keamanan. HarusAceh, menjadi tempat berlabuhpenemuan bukti-bukti berupa ada institusi politik yangpara pelintas dan pedagangmakam, tempat ibadah, memberikan keamanan dagangIslam yang banyak berasal darimaupun surat-surat yang demi kepentingan duniaTimur Tengah serta India.bercerita soal Islam telah perdagangan internasional ini.Tampaknya teori ini berpakumasuk ke Indonesia. Sementara itu beberapapada kehadiran institusi politik

    Salah satu teori paling teori melihat kedatangan IslamIslam yang ada di Nusantara,populer menyebutkan, paruh ke Nusantara jauh sebelumyakni telah berdirinya sebuah

    Majalah Santri Gus Dur

    14

    K

    Islam Nusantaradi Simpang JalanOleh: Agung Hidayat Aziz

    Artikel Utama

    latief

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    15/40

    Majalah Santri Gus Dur

    15

    institusi politik Islam, yakni kondisi geografis alamnya. tersebut di ranahkerajaan, berkedudukan di Sebagai pemasok rempah- persinggungan dua peradabansana. Dugaan bahwa Islam rempah dan bandar dagang besar. Islam bersanding denganmasuk pada abad 7 atau 8 untuk kawasan Asia yang ramai, rasionalitas ala Barat yang

    Masehi pun muncul. Tampaknya maka terasa wajar jika diwarisi Byzantium dan Romaini sebagai reaksi dari banyak memiliki kontak dengan banyak dari Yunani kuno. Serta adabteori sebelumnya, Islam tidak peradaban Islam yang sedang ketimuran dan kejayaanmelulu datang karena ingin pada masa-masa emasnya. Hal spiritualisme di Timur olehmendirikan semangat ini mengindikasikan bahwa Persia dan Hindustan. Islamberinstitusi seperti yang di Islam yang dibawa berasal dari sukses menggarap semua hasilatas. Serta keyakinan akan ragam budaya, intelektual, kebudayaan dari peradabankontak antara Nusantara tafsir dan wujud keislaman itu tersebut dan menciptakandengan peradaban Islam sudah sendiri, sehingga sangat sulit suatu peradaban baru yangterjadi sejak permulaan dinasti untuk menolak keragaman ini. kaya intelektualitas,kekhalifahan Umayyah. Selain itu, menjadi buta mata menyegarkan dan penuh

    Ragam teori juga jika mengklaim hanya ada satu diskursus ilmu pengetahuan.

    mengatakan dari manakah bentuk Islam saja yang Islam pada masa keemasanawalnya pengaruh Islam di berkembang di Nusantara. Hal peradabannya ialah salah satuNusantara ini berasal. Mulai ini disebabkan oleh kontak pencapaian terbaik peradabandari teori Persia, Hadramaut, budaya yang tidak terwujud umat manusia dari berbagaiIndia maupun Cina hingga Arab. dalam sekali jadi. Namun, ada segi, mulai dari filsafat,Pemahaman dari manakah banyak proses atau fase yang teknologi, medis, sains danIslam berawal juga akan disertai banyak gelombang astronomi.memberikan konsekuensi Islam perkembangan Islam di Karena begitumanakah yang dominan Nusantara. komprehensif, Islam mengalaminantinya atau berkontribusi kontak dengan Nusantarabesar bagi penyebaran Islam di Mencari Bentuk Islam dengan berbagai aspekNusantara. Jika menilik asalnya Nusantara pendekatan. Hal ini

    dari India misalnya atau Arab, Masuknya Islam ke dikarenakan pula beragamnyamaka besar kemungkinan Nusantara kita pahami sebagai aktor yang bermain membuattradisi Sunni sudah masuk. suatu pengaruh dari luar. Islam Islam dapat masuk denganSementara jika melihat teori muncul dalam wujud asing dan cukup mudah. Mulai dariPersia, Islam yang masuk ke mengawali karir perubahannya pedagang, sarjana atautanah air pastilah terpengaruh sebagai seorang liyan di tengah cendekiawan maupun hubunganbudaya Syiah. Gagasan kemajemukan bangsa bilateral institusi politik Islamsemacam ini tampaknya Nusantara, yang mana di luar Nusantara. Islammengandung muatan agenda sebelumnya didominasi budaya melakukan kontak denganpengaruh akan suatu budaya Hindu-Budha. Maka agar dapat Nusantara sebagai peradabanluar terhadap Islam di diterima kehadirannya oleh baru yang maju pada saat itu.Nusantara. khalayak umum, Islam Masyarakat dalam peradaban

    Namun, kita tidak perlu kemudian mengalami Islam yang berbudaya tinggiambil pusing atau berdebat transformasi. Islam pun dan berselera kekinian,kusir soal siapa yang mula-mula menawarkan kecanggihan sehingga muncul tawaran,mengawali dakwah Islam di peradaban yang telah apakah masyarakat Nusantarakepulauan Asia Tenggara ini. dihasilkannya mulai dari bentuk mau menjadi bagian dariBukti-bukti memang instusi keagamaan, politik, peradaban ini?menampakkan banyak saluran sistem dagang hingga seni. Namun apakah sebegitupenyebaran gagasan Islam di Islam sebagai agama pasifnya Nusantara ini,Nusantara. Mulai dari saluran terbaru (kontemporer) pada sehingga harus takluk padaperdagangan, perkawinan, masa itu, terhitung sangat banyak kebudayaan daripendidikan, maupun pengaruh komprehensif. Hal ini peradaban Islam tersebut?politik. Nusantara ialah disebabkan oleh tumbuh dan Tentu tidak. Perubahan yang

    kawasan yang diuntungkan dari berkembangnya agama samawi dibawa oleh Islam dan

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    16/40

    Majalah Santri Gus Dur

    16

    penyebarannya seperti yang Nusantara, yang artinya sebagaimana yang telah lamakita ketahui tidak sekali jadi. mengakomodir nilai-nilai dan kita nikmati di media massa.Namun berulang-ulang, kearifan lokal. Meskipun Sandiwara itu tampaknya tidakbergelombang dan mempunyai nantinya akan menimbulkan pernah berakhir, bahkan

    fase. Bentuknya pun tidak pertanyaan, Nusantara mana merembes hingga ke ranah geo-linear, melainkan timbal-balik yang menjadi perwakilan untuk politik komunitas muslim didan berkelanjutan antara menyebut frasa tersebut? Hal negara-negara Asia Tengah danNusantara dan peradaban Islam ini menjadi penting, sebab bekas koloni Uni Soviet lainnya.itu sendiri. Nusantara tidak dapat Sedangkan kekuatan Eropa baru

    Bentuk-bentuk kontak itu dipahami sebagai suatu entitas bernama Turki, menampilkanberimplikasi pada berbagai yang tunggal. Ia merupakan diri dengan romantismeperubahan yang diterima kawasan dengan banyak kejayaan kekhalifahan terakhirmasyarakat Nusantara, sadar gugusan pulau yang Islam yang sebenarnyamaupun tidak. Akulturasi menyebabkan diversifikasi hanyalah sebuah dinastihingga asimilasi budaya terjadi,tergantung dari penyesuaian

    suatu daerah terhadappenyerapannya terhadap Islam,sebagai agama yangmenawarkan nilai-nilai yangmenyegarkan. Kondisipenyesuaian tersebutdipengaruhi oleh bagaimanasuatu daerah di Nusantaraberkontak awal dengan Islam,pendekatan yang hadir, kondisigeografis, kedekatan denganpusat peradaban dan

    perdagangan internasional, kebudayaan yang luas. kekaisaran ottoman. Denganserta lama hubungan kontak Apakah agenda Islam cerita heroisme Al-Fatihtersebut. Dengan kata lain, kita Nusantara merupakan Islam penakluk Barat Konstantinopel,mungkin akan melihat tandingan dalam kancah Turki mendongengkan ke duniaperbedaan antara penyerapan internasional? Di mana banyak muslim siapa pelanjut kejayaanbudaya Islam masyarakat negara sudah mulai Islam era global kini. Apakahpesisir dan pedalaman di mengondisikan taktik permainan hegemonik dariNusantara ini. Islam hadir diplomasinya, baik secara negara-negara Islam di atassebagai wujud kontemporer formal maupun tidak. Kita bisa mencerminkan nilai-nilaidan komprehensif yang lihat arogansi Arab Saudi yang humanisme universal yangmemberikan perspektif merasa mewakili kepentingan diajarkan Rasulullahmenyegarkan dari berbagai Ahlussunnah wal-jamaah Muhammad SAW? Jawabnya

    aspek, salah satunya aspek sedunia. Dengan dananya yang adalah tidak.budaya di Nusantara. kencang, negara minyak Lantas di manakan posisi

    Sehingga baru-baru ini saja tersebut merasa perlu Islam Nusantara ini? Karenaterdapat wacana akan Islam mengembangkan Islam sunni wacana ini digalakkan ormasNusantara di Indonesia. dengan paham dari Abdul Islam besar Nahdlatul Ulama,Penggunaan frasa tersebut Wahabnya. Sementara Iran dan lantas ditanggapi pula olehtampaknya belum jelas, apakah kepentingan sayap syiahnya banyak cendekiawan,akan digunakan sebagai terus memengaruhi rezim- budayawan serta akademisi dikonsep, alat pengkaji persoalan rezim syiah lainnya. Indonesia, maka respon publikatau lebih jauh lagi sebagai Ketegangan antara kedua pun menjadi beragam. Darisuatu ideologi. Apakah negara Islam besar inipewacanaan Islam Nusantara menampilkan sandiwara yangdipahami sebagai Islam khas besar pula di Timur Tengah,

    respon tersebut sempat terjadidiskursus menarik soal bentukdan arah Islam Nusantara.

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    17/40

    Majalah Santri Gus Dur

    17

    Apakah ide Islam Nusantarayang digelontorkan NU akanidentik dengan tradisi pondok

    bersusah-susah memakai gamis,jika ada banyak alternatif

    yang tegak di Nusantara, maka manapun, di belahan bumi ini.Pribumisasi Islam menawarkan Ia dapat pula menjadi carakacamata bagaimana Islam membuat konsensus di tengah

    pesantren dan wujud mampu mengambil peran pada publik yang menentukan arah

    kesantrian? Mengingat bentuk konteks wilayah dan adat kebijakan. Ia bisa melakukanIslam di Nusantara ini sangat istiadat manapun. Gagasan Gus pendamaian sistem sosialberagam. Bagaimana pula Dur ini berusaha menepis bahkan politik suatupromosi penyebaran Islam ala arogansi, baik agama maupun masyarakat.Wali Songo yang sangat Jawa budaya dalam penanaman nilai Gagasan ini menolakitu ditaruh dalam konsepsi ide dan norma di masyarakat. dominasi monolitik dariini? Gagasan ini bukanlah kebudayaan Islam itu sendiri.

    Bagaimana pula kacamata sinkretisme seperti yang Pribumisasi Islam jugaNU melihat perkembangan dituduh beberapa kalangan berangkat dari keresahanIslam di berbagai daerah yang kurang paham. Melainkan terhadap kesalahpahamanseperti sejarah dialektika dan suatu alat untuk mendamaikan masyakat yang menganggapsufisme di Aceh, khazanah agama dan budaya: dua motor Islam sama dengan Arab.

    tarekat di bagian Barat penggerak peradaban, agar Dengan dalih sunnah rasul,Sumatera, komunitas Islam di bisa diserap dan diberdayakan yang mana wahyu turun padaLombok, budaya masyarakat untuk kepentingan masyarakat Nabi Muhammad yangMelayu dan Islam, serta entitas tanpa pertentangan yang tidak berdomisili di Jazirah Arab,Islam di Timur Nusantara yang perlu. banyak para elit membenarkanjarang dijangkau dalam Pribumisasi Islam tidak sesat pikir ini. Bahwa Arabdiskursus Islam Nusantara ini? hanya dapat diterapkan di dipahami sebagai suatuBagaimana merangkai yang Indonesia saja. Sebagai sebuah kebudayaan yang Islami,demikian untuk dapat metode, ia berpotensi menjadi sehingga saat ini marakmenentukan arah Islam alternatif bagi siapa saja yang masyarakat mengonsumsiNusantara? Jangan-jangan Islam merasa perlu mengembangkan simbol-simbol agama yangNusantara hanya agenda reaktif ajaran Islam, tanpa harus sebenarnya tidak memiliki

    saja. Yakni sebagai tindakan menghancurkan budaya esensi sama sekali dengan nilaipreventif terhadap Islam setempat yang lebih dulu ada. ibadah. Dalam hal ini, Gus Durradikal yang tidak sesuai Penanaman Islam tidak dilalui memberikan contoh sepertidengan cita rasa dan norma dengan jalan kekerasan berpakaian yang ke arab-adat tanah air yang mulai melainkan kompromistis. Niat araban (berjubah). Meskipunmeresahkan, sehingga perlu baik yang ditawarkan ialah itu hak individu, namun dalamkonsepsi besar yang mampu keinginan memajukan kearifan stigma masyarakat dan alimmerangkul sebagal jenis Islam lokal yang ada, sehingga tidak ulama yang hadir dikhalayak,di Bumi Indonesia ini. menimbulkan ketersinggungan hal tersebut dijadikan simbol

    dan ketegangan dengan Islam religiusitas. Padahal sejatinyaPribumisasi Islam, antara jalan karena dianggap sebagai suatu yang menjadi esensi ialahAgama dan Budaya yang asing dan berbeda. menutup aurat. Mengapa harus

    Jika Islam Nusantara Pribumisasi Islam bisa sajamelihat entitas keunikan Islam menjadi metode dakwah di

    Bahwa Arab dipahami sebagai suatu kebudayaanyang Islami, sehingga saat ini marak masyarakat

    mengonsumsi simbol-simbol agama yang sebenarnyatidak memiliki esensi sama sekali dengan nilai

    ibadah.

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    18/40

    Majalah Santri Gus Dur

    18

    berpakaian di Nusantara iniyang juga menutup aurat sepetimemakai sarung misalnya.

    menghargai perbedaan dan adalah makhluk yang penuhselalu mendorong kemajuan di dengan simbol dan perlumasyarakat. banyak ekspresi untuk

    Contoh kecil inilah salah satu Sayangnya, banyak mengungkapkan ketaatannya.

    semangat yang ditawarkan masyarakat di Nusantara ini Maka dari argumen tersebut,pribumisasi Islam. pada praktiknya tidak dapat saya meyakini bahwa agama

    Suatu alat dan cara membedakan mana yang ranah memiliki dua sisi, baik sebagaimemandang Islam ini juga agama dan mana pula yang jalan menuju Tuhan maupundapat ditawarkan dan perilaku budaya. Terkadang hal bagian dari ekspresi manusiadikembangkan di mana saja di ini dikarenakan agama telah menuju Tuhannya itu sendiri.seluruh belahan bumi ini. melekat, tanpa disadari, pada Sebagai suatu susunanPribumisasi Islam tidak budaya setempat dan berkawin masyarakat yang telah beradabmengenal kata final, ia adalah dengan baik serta harmonis. dan membuat peradaban,suatu proses di mana Islam Bentuk agama dan budaya kebudayaan ialah akibat mutlaktengah tumbuh dan selalu saja melenceng dalam dari menanggung bebanberkembang di berbagai memahaminya. Agama tersebut. Produk kebudayaan

    daerah. Sebagai sebuah dianggap sebagai suatu yang meliputi banyak hal, mulai darimetode, nantinya diharapkan final dan berhubungan secara seni, agama, filsafat, sains dandapat menjadi Islam dengan spiritual-transeden. Sementara teknologi maupun politik.berbagai wajah. Ia dapat itu budaya identik dengan seni Diskursus semacam ini cukupmenjadi Islam Afrika, Islam dan kesusasteraan yang sulit karena masih memandangAmerika, Islam Latin, Islam berbuah dari pikiran manusia. agama layaknya teks yang suciTionghoa, Islam Malaysia dan Sehingga jika kita dan budaya dikhawatirkanIslam lainnya. Hal ini sebagai mengadukkan keduanya, maka mengotorinya. Padahalkonsekuensi dari Islam sebagai semangat kesucian dari agama keduanya lekat dan terkadangagama yang rahmatan menjadi tidak relevan lagi. Pola berjalan beriringan. Namun,lilalamin dengan nilainya yang pikir seperti ini adalah momok tampaknya beberapa pihakuniversal. Sehingga nilai besar bagi diskursus masih menganggap keduanya

    universal itu akan mengisi masyarakat. Karena dinilai berada pada persimpanganbanyak ruang parsial dan akan menimbulkan ketegangan yang memiliki jalannya masing-menciptakan beragam wajah. dalam memahami keduanya. masing.[]Di samping itu, juga mampu Benar adanya bahwa agamamengakomodir gagasan dan ialah suatu jalan atau langkah Agung Hidayat Aziz. Penuliskearifan lokal yang telah menuju Tuhan, sedangkan adalah mahasiswa Fakultastumbuh di masyarakat. Namun budaya adalah ekspresi Ilmu Sosial dan Politik UGMtetap mengimani nilai dan manusia. Namun bagi agama, jurusan Ilmu Komunikasi. Aktifsemangat Islam yang sama. suatu jalan bukankah juga tak sebagai pegiat di komunitasIslam yang mengutamakan mungkin mangkir dari suatu Santri Gus Dur Jogja.perdamaian, persatuan, ekspresi? Karena manusia

    Klik website kami

    www.santrigusdur.com

    Artikel Utama

    Guru spiritual saya adalah realitasguru realitas saya adalah spiritualitas

    KH. Abdurrahman Wahid

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    19/40

    Majalah Santri Gus Dur

    19

    rabisasi Islam atau percakapannya dengan bahasa Arabsangat baik diterapkan diIslamisasi Arab? Arab, misalnya saja mengganti mana pun. Kaum ini cenderung

    Pertanyaan ini muncul ucapan teman atau saudara ingin mengikuti segala tindakdalam sebuah diskusi dengan akhi dan ukhti, tanduk Nabi Muhammad SAWkecil yang diikuti penulis perkumpulan dengan halaqah sampai ke hal paling kecil.beberapa waktu yang lalu. dan lain sebagainya. Di samping Misalnya saja memeliharaKedua pertanyaan itu memakai itu, pakaian yang mereka jenggot dan mencukur kumisbabon kata yang sama, yaitu kenakan juga mengalami karena dianggap kumis adalahkata Islam dan Arab, tetapi evolusi yang amat signifikan. Di tampilan orang Yahudi. Adamemiliki makna yang sangat kalangan artis pria, yang pula yang menerapkan tradisijauh berbeda. Arabisasi Islam awalnya tampil sewajarnya, cadar (burqa) yang sebenarnyaberkonotasi meletakkan segala setelah mengaku berhijrah merupakan tradisi berpakaiansesuatu yang terkait dengan muncul dengan tampilan yang orang padang pasir, dianggapArab pada Islam. Sementara baru yaitu berjenggot tebal dan relevan dengan kondisi

    Islamisasi Arab bisa dimaknai mengenakan celana cingkrang Indonesia yang beriklim tropis.sebagai proses peletakan dasar atau isbal. Tampilan yang Sebaliknya, kaum arabfobiaIslam pada sebuah wilayah atau demikian setidaknya memandang bahwa budayanegara bernama Arab. menumbuhkan dua sikap di Arab bukanlah budaya Islam,

    Salah satu poin yang tengah masyarakat muslim, sehingga tidak perludiangkat dalam diskusi kecil yaitu arabfobiadan arabfilia. mengimpor budaya Timurtersebut adalah maraknya artis Arabfilia adalah gejala Tengah itu untukyang berhijrah dan kini masyarakat yang selalu melihat mengaplikasikan Islam di satumengisi berbagai kajian Islam budaya Arab sebagai budaya wilayah. Dalam tahap palingdi berbagai kesempatan. Salah yang paling unggul dalam radikal, kaum ini menuntutsatu ciri orang berhijrah, merepresentasikan Islam. adanya relevansi agama dengansebagaimana dilakukan para Baginya, semua ajaran Nabi budaya lokal secara penuh,

    artis, adalah dengan menyisipi pada masa Islam awalwalau misalnya mengganti azan danbeberapa kosakata yang bersifat konteks bacaan salat dengan bahasa

    Pribumisasi Islamvia a visArabisasiOleh: Sarjoko

    Artikel Utama

    A

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    20/40

    Majalah Santri Gus Dur

    20

    lokal yang lebih dimengerti. menjadi tempat ibadah terjebak pada arabisasi.Kedua sikap ini bisa memicu masyarakat Hindu. Para juru Arabisasi yang berkedok

    terjadinyaxenosentrimsedan syiar yang dikenal sebagai islamisasi perlu dikritik karenachauvinismeradikal, yang Walisongo tidak serta merta membawa ketegangan danjustru mencederai semangat mengubah secara radikal membuat agama seolah-olahagama Islam sebagai rahmat bentuk rumah ibadah yang ada, hanya mengakomodirbagi semesta. Pemaksaan melainkan memberi pemaknaan kepentingan satu kebudayaan

    penerapan atau penolakan yang lain. Misalnya saja tiga tertentu, dalam hal ini budayabudaya tertentu dalam atap susun di masjid diartikan Arab. Para arabfilia selaluberagama membuat citra sebagai simbol kesempurnaan menggunakan argumentasiagama sebagai institusi yang manusia (insan kamil) jika bahwa ajaran Islam adalahpenuh kasih dan sayang patut sudah mencapai tiga hal, yaitu ajaran yang sudah sempurna.dipertanyakan. iman, islam, dan ihsan. Ajaran itu sudah tertuang

    Dua contoh kasus di atas dalam Alquran dan hadis yanghanyalah contoh kecil dari sudah paten dan tidak bisaPergulatan Agama dansekian banyak contoh diganggu gugat. Jika adaBudayaperjumpaan agama dan budaya sebuah tradisi yang tidak adaSaat Islam mulai dikenalyang bisa disiasati secara bijak dalilnya di dalam Alquran atauluas dan dijadikan agama oleholeh juru dakwah. Di wilayah pun hadis, maka disebut bidahorang-orang di luar Madinah

    manapun, Islam akan yang harus dibuang.dan Mekah, Islam bertemu dihadapkan pada realitas Konsekuensinya adalah tradisidengan pelbagai budaya yangbudaya setempat dan hal seperti tahlilan, halal bi halal,beragam. Misalnya saja daritersebut kemudian menjadi nyadran dan beberapa tradisibentuk rumah ibadah kaumrealitas budaya Islam. Realitas lain yang menjadi khas Islam dimuslimin, yaitu masjid. Jikabudaya Islam antara satu nusantara dan tidak pernah adabentuk masjid pada mulanyawilayah dengan lainnya pasti dalam tradisi di awal Islam dihanya berupa bangunan persegimemiliki keragaman dan Arab adalah bidah.beratap pelepah pohon kurma,keunikan masing-masing. Pemahaman semacam iniketika masuk ke negara lainPerbedaan ini seharusnya tidak tentu sangat meresahkan,(misalnya Persia) yang memilikimenjadi persoalan jika kita apalagi dengan kedokcita arsitektur megah, bentukmemahami ajaran agama pemurnian agama. Jika inginmasjid mulai berubah.

    secara substantif tanpa membatasi agama denganBangunan masjid mulai dihiasimemaksakan budaya lain budaya, maka jangan pernaholeh kubah dengan berbagaisebagai budaya yang lebih membawa agama tersebut keornamen-ornamen dan hiasanunggul. Namun jika wilayah yang memilikikaligrafi yang sekarang justrumenganggap bahwa tradisi keragaman budaya. Agamamenjadi simbol bangunan danIslam harus sama dengan tradisi seharusnya mampubudaya Islam.Islam awal yang ada di Arab, mengakomodir budayaDi wilayah nusantara yangmaka hal ini yang menjadi sebagaimana prinsip ajarannya;didominasi pemeluk Hindu danmasalah. Karena rahmatan lilalamin, rahmatBuddha, bentuk masjid jugamengidentikkan tradisi bagi semesta. Karenasangat dipengaruhi bentuk(budaya) Arab dengan Islam bagaimana pun persinggunganbangunan pra-Islam. Atap susunadalah bentuk dari arabisasi. antara agama dan budaya akanmerupakan adaptasi dari

    Alih-alih melakukan islamisasi, menghasilkan sebuah tradisibentuk bangunan Pura yangseseorang malah justru yang baru. Tinggal bagaimana

    Arabisasi yang berkedok islamisasi perlu dikritikkarena membawa ketegangan dan membuat agama

    seolah-olah hanya mengakomodir kepentingan satukebudayaan tertentu, dalam hal ini budaya Arab.

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    21/40

    Majalah Santri Gus Dur

    21

    agama memberikan ruhnya di ketika seseorang memilih untuk hanya muncul karena ketidak-dalam tradisi tersebut. mengenakan batik atau baju tahuan dan kurangnya pema-

    Selama ini orang terjebak Koko, menunggangi sepeda haman terkait pribumisasidalam dalil naqli(tekstual) motor, dan memilih untuk Islam. Seperti pribumisasi Islam

    tanpa melihat konteks dalam makan jagung. Sekali lagi, ini yang dilakukan Walisongomemahami ajaran Islam. Dalam bukan persoalan benar atau misalnya, adakah satu catatanmemahami sunah Rasul salah. Namun mengatakan yang menjelaskan para jurumisalnya, orang hanya bahwa berjubah, berjenggot, syiar saat itu mengajarimembaca teks dalam hadis, berkuda dan memakan gandum masyarakat untuk menggantikemudian memahaminya atau kurma sebagai bagian dari bacaan salat dan lafal azansebagai ajaran Islam. Padahal ajaran Islam tentu perlu untuk dengan bahasa selain Arab?tidak semua yang disampaikan diluruskan dan dikritisi. Entitas Arab sebagai sebuahRasulullah kepada para sahabat wilayah memang sangat eratwaktu itu relevan dengan berkaitan dengan Islam, begituPribumisasi sebagaibudaya di luar Arab. Akibatnya, pula Islam sebagai sebuahRekonsiliasibanyak di antara kita, bahkan institusi tidak bisa dilepaskanMasuknya Islam ke semua

    sebagian juru dakwah yang dengan Arab sebagai tempatlini kehidupan harus ditunjangpopuler saat ini, menganggap kemunculannya. Namun Islamdengan semangat pribumisasitradisi berjenggot, berjubah, bukanlah Arab, sehingga harusyang telah sekian lamanyabahkan menunggang kuda dibedakan agar syiar Islam atauditerapkan oleh para juru syiaradalah sunah Rasul yang islamisasi tidak identik denganIslam di negara ini. Pribumisasimempunyai sisi keharusan arabisasi. Bagi penulis,Islam bukan berarti menolakuntuk ditiru. Pada tahap yang arabisasi merupakan prosesatribut Arab untuk berislam,paling radikal adalah identifikasi budaya Arabmalahan pribumisasi Islammenganggap gandum serta sebagai budaya Islam yangmerupakan sikap dewasakurma sebagai sunah Rasul dianggap harus diterapkanseseorang dalam beragama.karena kedua jenis makanan secara penuh di setiap wilayahMemahami Islam dari kacamatatersebut setiap hari dikonsumsi tanpa memandang kearifanpribumisasi Islam ialah melihat

    oleh Nabi Muhammad SAW. lokal setempat. Hasil dariIslam sebagai bagian yangPadahal, beberapa tradisi yang arabisasi adalah pelabelanterpisah dari budaya setempatdisebutkan adalah bagian dari berbagai budaya Arab sebagaiawal di mana Islam lahir. Islamkultur masyarakat Arab yang ajaran Islam, sementaraadalah sebuah nilai yang dapattidak ada sangkut pautnya budaya lainnya dianggap lebihdiaplikasikan pada seluruhdengan ajaran atau substansi rendah dari budaya Arab.kebudayaan yang ada di duniadari agama Islam. Meniru Semangat pribumisasi Islamini, dengan berbagai penyesu-tradisi tersebut karena pilihan yang digaungkan Gus Duraian-penyesuaian yang perludalam berpenampilan dan bukanlah sebuah upayauntuk dilakukan, tanpa mena-pilihan menu konsumsi adalah menghindarkan timbulnyafikan ajaran-ajaran fundamen-hak seseorang, sama seperti perlawanan dari kekuatantal yang tak bisa diganggu

    budaya-budaya setempat, akangugat.

    tetapi justru agar budaya ituMaka tidak perlu adatidak hilang. Inti pribumisasiketakutan jika pribumisasiIslam adalah kebutuhan, bukanIslam adalah upaya dearabisasiuntuk menghindari polarisasisecara total sebagaimanaantara agama dengan budaya,dituduhkan oleh beberapasebab polarisasi demikiankalangan. Sampai-sampai adamemang tidak terhindarkantuduhan jika Islam Nusantara(Abdurrahman Wahid:sebagai salah satu bentuk dari2003:119).pribumisasi Islam akan

    Dalam berinteraksi denganmengganti kain kafan denganlokalitas, Islam sebenarnyakain batik, bacaan salat dengantelah memiliki sikap yangbahasa Jawa dan lain sebagai-

    sangat jelas sebagaimananya. Kekhawatiran semacam itudilakukannya pada awal

    Namun mengatakanbahwa berjubah,berjenggot, berkudadan memakan gandumatau kurma sebagaibagian dari ajaranIslam tentu perluuntuk diluruskan dan

    dikritisi.

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    22/40

    Majalah Santri Gus Dur

    22

    kemunculannya. Sikap Islam proses ekspansi dandalam berinteraksi dengan kolonialisasi sebagaimanabudaya lokal ini seharusnya terjadi di wilayah lainnya,menjadi rujukan bagi penga- terutama di kawasan Eropa.

    nutnya, terutama bagi mereka Munculnya tradisiyang menamakan diri sebagai tahlilansebuah forum doajuru syiar, agar melakukan hal bersama kepada orang yangyang sama. Bukan justru telah meninggalyangmelakukan pemaksaan tradisi awalnya merupakan tradisiyang membuat citra Islam perayaan terhadapsebagai agama rahmat bagi kematian seseorang, adalahsemesta menjadi kabur. salah satu bentuk modifikasi

    Sikap Islam dalam positif oleh para juru syiarberinteraksi dengan budaya Islam di masa lampau yangsetidaknya memiliki tigapola masih dilestarikan hingga(Ali Sodiqin dalam Khoiro saat ini. Walau tidak

    Ummatin: 2014). Pertama ditemui satu nash punadalah dengan menyempurna- mengenai tradisi ini, punkan budaya lokal tersebut tidak ditemui dalam tradisi(tahmil). Islam tidak melarang Arab, tetapi jika melihatbudaya Arab pra Islam yang berbagai nilai yangmasih dilestarikan, akan tetapi terkandung di dalamnya,mengambilnya sebagai bagian akan sangat mudahdari ajaran agama Islam. menyebut tahlilan sebagaiMisalnya adalah tradisi penang- ritual yang sangat islami. dalam memandang sebuahgalan kalender kamariah atau Dengan menerapkan tiga interaksi agama dan budaya,hijriah. Kedua adalah dengan prinsip utama di atas, tidak akan ada lagi klaimmemodifikasi budaya setempat pertemuan antara agama dan bidahdari golongan tertentu

    (taghyir) seperti pada ritual budaya bukan menjadi hal yang yang mencederai semangathaji. Haji yang mulanya perlu dipermasalahkan apalagi Islam sebagai agama universal.digunakan bangsa Arab pra dipertentangkan. Selama tidak Bidah adalah klaim yangIslam untuk menyembah mencederai nilai-nilai membenturkan pertemuanberhala-berhala diubah fundamental agama, sebuah agama dan budaya, yangmenjadi ritual untuk mende- tradisi sangat baik untuk seakan-akan membuat agamakatkan diri pada Allah dan dipelihara. Dalam konteks sama sekali menolak adanyamenjadi salah satu rukun Islam. masyarakat Jawa, orang tidak budaya di luar ajaran IslamSikap yang terakhir adalah harus merasa kurang islami jika awal. Sebaliknya, perjumpaandengan menghapus tradisi mengenakan batik atau kain agama dengan budayatersebut (tahrim) karena tidak lurik yang menjadi budaya setempat bisa menjadisesuai dengan prinsip-prinsip lokal. Pun dalam melakukan alternatif dalam menanamkan

    fundamentalisme agama, pergaulan, orang tidak perlu prinsip-prinsip agama di dalammisalnya adalah tradisi ragu untuk mengucapkan salam masyarakat, sekaliguspenguburan hidup-hidup anak sesuai adat yang berlaku. Bagi menambah khazanah kekayaanperempuan. masyarakat Sunda misalnya, budaya dalam Islam.[]

    Ketiga prinsip tersebut mengucapkan sampurasunsejatinya telah dipraktekkan dapat dikatakan sangat islami, Sarjoko.Penulis adalaholeh para juru syiar Islam di melihat substansi dari sebuah mahasiswa Komunikasi danmasa lampau. Beberapa juru salam sebagai ajaran Penyiaran Islam UIN Sunansyiar yang dikenal sebagai silaturahmi. Teks hanyalah Kalijaga dan pegiat Komunitaswalisanga menerapkan ajaran sebuah pengantar untuk Santri Gus Dur.Ngeksis di akunIslam yang ramah terhadap menuju tujuan dari sebuah Instagram @sarjokooolokalitas, sehingga agama Islam ajaran.

    dapat diterima oleh sebagian Jika pribumisasi Islam bisabesar masyarakat tanpa melalui menjadi nilai dasar seseorang

    Jika pribumisasiIslam bisa menjadi

    nilai dasar seseorangdalam memandangsebuah interaksiagama dan budaya,tidak akan ada lagiklaim bidahdarigolongan tertentu

    yang mencederaisemangat Islamsebagai agamauniversal.

    Artikel Utama

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    23/40

    Dahaga bacaanyang ramah?

    Ramah kantong,

    Unduh versihttps://goo.gl/Vp8WWB

    GRATIS! Scan it!Pindai ini

    ramah pikir

    pdf-nya

    Bacaan Hari Jumat

    BuletinSANTRI

    Meneguhkan Islam Indonesia

    08995178392Berlangganan hubungi:

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    24/40

    Artikel

    Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    24

    Haul adalah ajaranbudaya untuk mempe-ringati, mengenang,dan meneladani

    kebaikan, serta mendoakanorang yang sudah meninggal

    dunia. Aku hanya pulang, bukanpergi, kata Gus Dur suatuwaktu. Benar adanya, semangat,gagasan, dan gerakan Gus Durtidak pergi, masih terus hadirhingga hari ini. Satu di antaranyaadalah gagasan menjadi muslimIndonesia yang hendak diung-kap dalam tulisan ini.

    Islam-Arab versus

    Islam-IndonesiaTiga dekade yang lalu,AlmaghfurlahGus Dur pernahmelontarkan satu pertanyaanmenggelitik, Kita ini sebetulnyaorang Islam yang (kebetulan)hidup di Indonesia ataukah orangIndonesia yang (kebetulan)beragama Islam? Pertanyaanini sepintas tidak problematik,tetapi jika dibaca pelan-pelandengan kecermatan yang tajam,

    maka termuat dua paradigmayang bertolak belakang dalammengimplementasikan Islam dibumi Nusantara ini.

    Mencermati model per-tanyaannya, tentu saja asumsidasar pertanyaan ini membeda-kan keislaman dan keindone-siaan sebagai dua entitas yangindependen, tak berhubungansatu sama lain: originalitas Indo-

    nesia menurut Agus Sunyoto ada-lah Kapitayanbukan animisme

    dan dinamismedengan ragamkebudayaan yang melingkupin-ya. Sementara originalitas Islamadalah Arab dengan ragam kebu-dayaan yang menyertainya.

    Pertanyaan ini dilontarkan

    Gus Dur ketika sebagian orangIslam di Indonesia marak meng-gunakan identitas ke-Arab-anuntuk meneguhkan identitasdirinya sebagai orang Islam. Den-gan identitas itu, dalam benakmereka, seolah-olah Islam ituArab dan Arab itu Islam. Untukmenjadi Muslim, seseorang harusmenggunakan identitas Arabatau melebur seperti orang Arab,mulai dari cara berbicara yangke-arab-arab-an, berjenggot danberjambang lebat, berpakaianjubah, abaya hitam-hitam berca-dar, atau seperti pakaian orangAfghanistan, hingga cara makandan apa yang dimakan olehorang Arab pun dijadikan modelkeislaman.

    Muslim yang berblangkon(peci khas Jawa, Cirebon),bersarung, masih menggunakan

    kemenyan dan dupa dalamsebagian aktivitasnya, senangberziarah kubur, memperingatitujuh hari, empat puluh hari,seratus hari atau setahun (haul)dari kematian leluhurnya diang-gap tidak lebihsaleh dan tidaklebihIslam ketimbang merekayang serba-Arab itu. Karenasemua itu dianggap bukan Islam,tapi tahayul, bidah, dan chura-fat(dulu dikenal TBC). Keisla-

    man kelompok ini disebut Islam

    sinkretis, yakni Islam campuranantara Islam-murni denganbudaya lokal setempat.

    Islam-murni (puritan) bagimereka adalah Islam sebagaima-na dijalankan Rasulullah SAW se-

    lama hidupnya di Arab pada abadketujuh Masehi di padang pasir,yang belum mengenal teknologisecanggih hari ini. Demi menjagakemurnian ajaran Islam, pen-ganut Islam di manapun beradadiharuskan meniru dan mengikutiIslam masa Rasulullah dengankeseluruhan budaya dan tradisikearabannya.

    Jika model Islam ini yangdiikuti, maka yang terjadi adalaharabisasi, pengaraban dunia.Jika Islam adalah arabisasi,maka Islam tentu bersifat lokal,temporal, dan bernuansa politis(sebab kata Arab adalah kon-sep politik). Jika Islam bersifatlokal, temporal, dan bernuansapolitis, maka tentu bertentangandengan misi utama Islam sendirisebagai rahmatan lil alamin,menebarkan cinta kasih kepada

    seluruh umat manusia di duniadan segala ciptaan Tuhan di alamsemesta.

    Selain itu, adalah imposiblemempraktikkan Islam-murnipada saat sekarang dan di tem-pat yang sama sekali berbedadengan budaya Arab. Kebu-dayaan Arab sendiri dan sejum-lah tempat ibadah yang yangdisucikan umat Islam di Arab,seperti Kabah, Masjidil Haram,

    tempat Sai, Padang Arafah,

    Inspirasi dari

    Pemikiran Gus DurOleh: Marzuki Wahid

    H

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    25/40

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    25

    Mina, Muzdalifah, dan lain-lainkini telah mengalami perubah-an secara signikan ketimbang

    masa Rasulullah dulu karenaperkembangan teknologi dankebutuhan manusia sekarang.Inilah keresahan Gus Dur melaluipertanyaan kritisnya yang sayakutip di atas.

    Islam-serba Arab itulahparadigma orang Islam yang(kebetulan) hidup di Indone-sia. Identitas dasarnya adalahIslam (yang dalam pandanganmereka adalah Arabisme). Untukmenjadi Islam, Indonesia dengan

    seluruh kebudayaannya harusdi-arab-kan. Jika Indonesia tidakbisa diarabkan, maka merekamembuat identitas keislamansendiri secara eksklusif di dalamsistem kebudayaan Indonesia.Kebudayaan Indonesia disebut-nya bidah (bukan bagian dariajaran Islam) dan semua bidahadalah menyimpang dan sesat.Paradigma ini tentu cenderungeksklusif dalam kebudayaanIndonesia, bahkan dalam banyakhal terjadi konik kebudayaan.

    Kebalikan dari cara pandangdi atas adalah paradigma orangIndonesia yang (kebetulan)beragama Islam. Paradigmaini memandang Islam bukanArab, melainkan nilai-nilai danajaran-ajaran universal kemanu-siaan, keadilan, kemaslahatan,kerahmatan, kesetaraan, danpersaudaraan yang dilandasi

    wahyu ketuhanan dan tauhid.Ajaran-ajaran dan nilai-nilaiini dapat diterapkan di manadan kapan saja. Selain ibadah,semuanya dapat dilakukan sesuaidengan budaya setempat. Islamdalam paradigma ini sangatmengapresiasi kebudayaan lokal,bahkan berpendapat bahwaal-datu muhakkamah (adat/tradisi dapat dijadikan hukum).Menjadi Muslim, tidak harusArab. Dengan budaya lokal seka-lipun, seseorang bisa menjadiMuslim sejati.

    Di Bayan Lombok Barat,

    misalnya, terdapat pergumulanyang intensif antara Islam den-gan kebudayaan setempat, yangtercermin dalam komunitas WetuTelu. Tanpa harus menjadi Arabdan tanpa meninggalkan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islamyang universal itu, seseorangbisa mengamalkan ajaran Islamdengan baik. Islam Wetu Teluadalah potret Islam lokal yangbertahan dengan keaslian dankejujurannya.

    Keberadaannya bukan tanpa

    hambatan dan ancaman. Cer-caan dan stigma sesat, meny-impang, sinkretis, belumsempurna, dan sejenisnya biasadilekatkan oleh kelompok Islamlain yang merasa sempurna danlebih benar, Islam Waktu Lima.Lagi-lagi, ini adalah pergulatanklaim kebenaran yang biasaterjadi sepanjang sejarah antara

    kalangan tekstualis dengan kon-tekstualis, konservatif denganinovatif, arabis dengan kultural,dan varian-varian Islam lain.

    Dengan demikian, Islam me-mang universal. Dalam universal-itasnya, Islam dapat dipraktikkandan diwujudkan dalam setiapkebudayaan di belahan dunia.Universalitas Islam terletakkepada nilai-nilai dasar ketu-hanan, kenabian, kemanusiaan,keadilan, kerahmatan, kebaikan,dan kasih sayang, besertaprinsip-prinsip dasar pengem-bangannya. Ekspresi Islam dalam

    kehidupan nyata tentu bergan-tung pada lanskap sosiologis dankultural di mana Islam dipraktik-kan. Indonesiadengan segalakarakteristik kebudayaan dankeberislamannyasesungguhnyatelah dapat menjadi varian Islamsendiri di dunia, yakni Islam-In-donesia, tanpa harus menjadiArab, Timur Tengah, Barat, atauEropa.

    Realitas yang lainIndonesia adalah negeri

    berpenduduk muslim terbesar didunia. Dengan jumlah pen-duduk yang banyak dan wilayahyang luas, Indonesia juga bisajadi negeri pemilik mesjid danpendidikan Islam terbanyak diduniamulai dari pendidikananak usia dini, pesantren, hinggapendidikan tinggi. Setiap tahun,

    Indonesia adalah penyumbangjamaah haji dan umrah terban-yak di negeri kelahiran Rasu-lullah Saw. Meski tidak secaraterang-terangan menyebut dirinegara Islam, tetapi dalamsetiap perhelatan negara-negaraIslam di dunia, suara Indonesiaselalu diperhitungkan.

    Dengan sejumlah catatanburuk kasus-kasus kekerasan atas

    nama agama yang terjadi akh-

    Kebudayaan Indonesia disebutnya bidah(bukan bagian dari ajaran Islam) dan semua

    bidah adalah menyimpang dan sesat.Paradigma ini tentu cenderung eksklusif

    dalam kebudayaan Indonesia, bahkan dalam

    banyak hal terjadi konik kebudayaan.

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    26/40

    Artikel

    Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    26

    ir-akhir ini, terutama menyang-kut pembatasan hak, pelaran-gan, pengusiran, pembakaran,hingga pembunuhan atas JemaatAhmadiyah Indonesia (JAI),aliran-aliran yang dituduh sesat,dan Gereja-gereja di berbagaidaerah, Indonesia masih dikenalsebagai negara yang mampumenerapkan toleransi beragamadan kerukunan kehidupan umatberagama terbaik dibandingdengan negara-negara muslimlainnya. Muslim Indonesia punkonon memiliki karakter yangkhas, terutama dalam pergumu-

    lannya dengan kebudayaan lokalNusantara. Meski Islam lahir diArab, tetapi dalam kenyataann-ya Islam dapat tumbuh kembangdan bahkan sangat berpengaruhdi bumi Nusantara yang sebel-umnya diwarnai animisme dandinamisme.

    Indonesia pun secara sadartidak menggunakan label Islamdalam struktur dan sistem ken-egaraannya. Meskipun dengandasar Pancasila dan UUD 1945,tetapi aturan-aturan kenegaraandan peraturan perundang-un-dangannya tidak bertentangandengan Islam, bahkan sejalandengan misi Islam untuk mewu-judkan keadilan, kedamaian, dankemaslahatan. Di dalam IstanaPresiden Indonesia di Jakartaterdapat Masjid Baiturrahim, disampingnya ada Masjid Istiqlal,

    masjid nasional yang dikelolaoleh Pemerintah. Begitu juga dihampir seluruh Kantor Guber-nur dan Bupati se-Indonesia, didepan atau di sampingnya selaluterdapat Masjid Agung yang dike-lola oleh Pemerintah.

    Itulah Islam Indonesia,Islam ala Indonesia yang seringGus Dur jelaskan. Saya memilahdan membedakan term IslamIndonesia dan Islam di Indo-nesia. Sekilas tidak terdapat

    perbedaan, tetapi secara para-digmatik memiliki implikasi yangjauh. Yang digambarkan di atasadalah Islam Indonesia, Islamkhas Indonesia, Islam berkarak-ter Indonesia, dan Islam yangmenyatu dengan kebudayaanmasyarakat Indonesia, tanpabermaksud menundukkan danmenggantikannya menjadi Islamversi Arab. Islam Indonesiaadalah Islam berbaju kebu-dayaan Indonesia, Islam bernalarNusantara, Islam yang menghar-gai pluralitas, Islam yang ramahkebudayaan lokal, dan sejenisn-

    ya. Islam Indonesia bukan fotocopy Islam Arab, bukan kloningIslam Timur Tengah, bukanplagiat Islam Barat, dan bukanpula duplikasi Islam Eropa.Islam Indonesia adalah semuaIslam itu yang tersaring ke dalamkeindonesiaan.

    Berbeda dengan itu, Islam diIndonesia memberikan pen-gertian bahwa Indonesia hanyasebagai lokus persinggahan dariIslam. Filoso, logika, nalar,

    budaya, simbol, bahasa, dantata cara pergaulan semuanyadiadopsi, difotocopy, dicang-

    Latif|Santri Gus Dur

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    27/40

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    27

    kok, diduplikasi, dan diplagiatsecara sempurna dari Islam Arab.Asumsi paradigma Islam diIndonesia adalah bahwa Islamitu Arab dengan seluruh darahdaging kebudayaannya, sejakkelahiran hingga perkembangandewasa ini. Di Indonesia, Islamhanya menumpang, singgah,dan menjadi orang lainyang--apabila bisa akan--men-guasai Indonesia. Indonesia harusdiislamkan, artinya diubah dandiganti dengan Islam Arab ataupseudo-Arab: menjadi negaraIslam, secara simbolik menyebut

    Syariat Islam, berbahasa Arabatau kearab-araban, pakaiankearab-araban, dan sejenisnya.Islam model ini tidak ramahdengan kebudayaan lokal, malahcenderung memusuhinya.

    Pilar Islam IndonesiaDi balik Islam Indonesia

    atau Islam di Indonesiaterdapat pilar keislaman yang

    sangat kuat di Indonesia. Tanpapilar ini, Islam tidak akanberkembang di bumi Indonesia.Pilar-pilar itu adalah organisa-si-organisasi Islam yang sejak ke-lahirannya hingga sekarang terusberjuang dengan caranya sendiriuntuk mewujudkan Islam di bumiNusantara. Organisasi-organi-sasi ini memiliki akarjamaahyang sangat kuat di bawah,yang secara sosiologis berbeda

    satu sama lain. Mereka jugamemiliki rasion detresendiriatas kehadirannya di Indonesia,mempunyai aset keagamaan,memiliki infrastruktur sampaike desa, dan yang terpentingmereka menggunakan nalar yangberbeda satu sama lain dalammemahami sumber ajaran Islam,al-Quran dan Hadis.

    Organisasi-organisasi Islam

    sejenis ini di Indonesia sangat

    banyak. Di antaranya adalahPersyarikatan Muhamadiyyah, AlIrsyad, Persis, Nahdlatul Ula-ma, al-Washliyyah, Perti, DarudDawah wal Irsyad, NahdlatulWathan, Mathlaul Anwar, danlain-lain. Organisasi-organisa-si Islam ini adalah bagian dariperadaban dan kekayaan intelek-tual Islam Indonesia. InilahIslam Nusantara yang memben-tuk kepribadian masyarakatIndonesia yang secara umumsangat toleran, dapat hiduprukun dengan agama-agama lain,menerima dasar negara Pancasi-

    la, menghargai kebudayaan lokaldan kebhinekaan, dan memilikiikatan sosial yang sangat kuat.

    Munculnya isu terorisme,Islam garis keras, Islamekstrim, dan Islam fundamen-talis, yang merongrong dasarnegara Pancasila, menggunakankekerasan dalam menegakkanSyariat Islam, menyuarakannegara Islam dan khilafah Islami-yah secara simbolik, sesungguhn-ya bukan produksi asli Islam-In-donesia. Itu adalah gerakanIslam transnasional yang diimpordari negara-negara Timur Ten-gah. Gejala ini muncul sepuluhtahun terakhir saja, setelahrezim Orde Baru tumbang.

    Gerakan Islam transnasionalini sesungguhnya tidak memper-oleh dukungan kuat dari may-oritas Muslim Indonesia. Hanya

    saja, karena suara mereka nyar-ing dan keras, sehingga memper-oleh perhatian media massa danmembuat ketakutan sebagianpemerintah, politisi, dan aparatnegara lainnya. Atas ketakutanini, seolah-olah mereka memper-oleh dukungan politik.

    Negara PancasilaGus Dur adalah tokoh Mus-

    lim terdepan yang menentang

    negara Islam simbolik di Indone-sia. Gus Dur memandang bahwaPancasila adalah kompromi poli-tik yang memungkinkan semuaorang Indonesia hidup bersa-ma-sama dalam sebuah negarakesatuan nasional Indonesia.Menurutnya, tanpa Pancasila,Indonesia akan berhenti sebagainegara. Douglas E. Ramagemencatat bahwa penafsiran GusDur dan rujukannya yang seringpada Pancasila erat kaitannyadengan peranannya sebagaiulama-pesantren, yang memilikikomitmen kuat pada pluralisme

    dan nilai-nilai inti demokrasi.Telah lama ia berpendapat

    bahwa umat Islam harus ber-pegang pada Pancasila. Ia mema-hami Pancasila sebagai syaratbagi demokratisasi dan perkem-bangan Islam spiritual yangsehat dalam konteks nasional.Di matanya, Indonesia adalahsebuah negara yang didasarkanpada konsensus dan kompro-mi dan kompromi itu inherendalam Pancasila. Dengan penuhkeyakinan, Gus Dur berpendapatbahwa pemerintahan yangberideologi Pancasila, termasuknegara damai (dar al-shulh) yangharus dipertahankan. Menurut-nya, hal ini adalah cara yangpaling realistik secara politikjika dilihat dari pluralitas agamadi Indonesia.

    Lebih jauh, bagi Gus Dur, hal

    ini sepenuhnya konsisten dengandoktrin keagamaan Islam yangtidak memiliki perintah mutlakuntuk mendirikan negara Islam.Islam tandas Gus Dur tidak men-genal sistem pemerintahan yangdenitif dan baku. Dalam perso-alan yang paling pokok, misalnyasuksesi kekuasaan, ternyataIslam tidak memiliki sistemyang baku; terkadang memakaiistikhlf, baiatdan ahl al-hallwa al-aqdi(sistem formatur).

  • 7/25/2019 Majalah Santri Gusdur Edisi 1 (Pribumisasi Islam)

    28/40

    Artikel

    Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    Artikel Lepas

    Majalah Santri Gus Dur

    28

    Padahal,dalam pan-dangan GusDur, soal suksesiadalah soal yangcukup urgen dalam m