referat-peritonitis2

Upload: lanny-ardianny-omorfi

Post on 19-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    1/18

    PERITONITIS

    I. Definisi

    Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut

    (peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan

    dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau

    kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu

    kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis. Akut peritonitis sering

    menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila tidak

    ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagaiprimary

    peritonitis.

    II. Anatomi dan Fisiologi

    Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan dinding

    perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari abang

    aa.interkostales !" s#d $"" dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa

    superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastria inferior. %ekayaan vaskularisasi ini

    memungkinkan sayatan perut hori&ontal maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan

    pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani seara segmental oleh n.torakalis !" s#d $"" dann.lumbalis.

    1

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    2/18

    'ongga perut (avitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis mengkilap yang

    juga melipat untuk meliputi organorgan di dalam rongga abdominal. Lapisan membran yang

    membatasi dinding abdomen dinamakan peritoneum parietale, sedangkan bagian yang meliputi

    organ dinamakan peritoneum viserale. Di sekitar dan sekeliling organ ada lapisan ganda

    peritoneum yang membatasi dan menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di tempatnya,

    serta membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.

    Peritoneum merupakan membran yang terdiri dari satu lapis sel mesothel yang dipisah dari

    jaringan ikat vaskuler dibawahnya oleh membrane basalis. "a membentuk kantong tertutup

    dimana visera dapat bergerak bebas didalamnya. Peritoneum meliputi rongga abdomen sebagai

    peritoneum parietalis dan melekuk ke organ sebagai peritoneum viseralis

    Luas permukaannya mendekati luas permukaan tubuh yang pada orang dewasa menapai

    ,*m+. "a berfungsi sebagai membrane semipermeabel untuk difusi + arah untuk airan dan

    partikel. Luas permukaan untuk difusi seluas m+.

    Pada rongga peritoneum dewasa sehat terdapat -- airan peritoneal yang

    mengandung protein g#dl. /ebagian besar berupa albumin. 0umlah sel normal adalah#mm yang terdiri dari 123 makrofag, 123 sel 4, 53 sisanya terdiri dari 6%, sel 7, eosinofil,

    dan sel mast serta sekretnya terutama prostasiklin dan P89+. 7ila terjadi peradangan jumlah

    P:6 dapat meningkat sampai ; ---#mm.

    Dalam keadaan normal, # airan dalam peritoneum di drainase melalui limfe diafragma

    sedang sisanya melalui peritoneum parietalis.

    2

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    3/18

    'elaksasi diafragma menimbulkan tekanan negatif sehingga airan dan partikel termasuk

    bakteri akan tersedot ke stomata yaitu elah di mesothel difragma yang berhubungan dengan

    launa limfe untuk bergerak le limfe substernal. %ontraksi diafragma menutup stomata dan

    mendorong limfe ke mediastinum.

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    4/18

    keduanya sekaligus meningkat hebat diluar kebutuhan penderita. Dalam keadaan ini kedua

    mediator yang bertentangan dapat menimbulkan kerusakan organ hebat sehingga terjadi

    kegagalan organ.

    . Lokalisasi infeksi sebagai abses

    Pada peningkatan permeabilitas venula terjadi eksudasi airan kaya protein yang

    mengandung fibrinogen. /el rusak mengeluarkan tromboplastin yang mengubah protrombin

    menjadi thrombin dan fibrinogen menjadi fibrin. ?ibrin akan menangkap bakteri dan

    memprosesnya hingga terbentuk abses. >al ini dimaksud untuk menghentikan penyebaran

    bakteri dalam peritoneum dan menegah masuknya ke sistemik. Dalam keadaan normal fibrin

    dapat dihanurkan antifibrinolitik, tetapi pada inflamasi mekanisme ini tak berfungsi.

    III. Etiologi

    "nfeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bentuk=

    Peritonitis primer (Spontaneus)

    Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga

    peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer adalahspontaneous bacterial

    peritonitis(/7P) akibat penyakit hepar kronis. %irakira --3 pasien dengan sirosis

    hepatis dengan asites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.

    Peritonitis sekunder

    Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendiitis, perforasi

    gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid)

    akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus.

    Tabel 1. Penyebab Peritonitis Sekunder

    Regio Asal Penyebab

    9sophagus

    7oerhaave syndrome

    :alignany

    4rauma (mostly penetrating)

    "atrogeni@

    /tomah Pepti uler perforation

    :alignany (eg, adenoarinoma, lymphoma, gastrointestinal

    4

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    5/18

    stromal tumor)

    4rauma (mostly penetrating)

    "atrogeni@

    Duodenum

    Pepti uler perforation

    4rauma (blunt and penetrating)

    "atrogeni@

    7iliary

    trat

    holeystitis

    /tone perforation from gallbladder (ie, gallstone ileus) or

    ommon dut

    :alignany

    holedohal yst (rare)

    4rauma (mostly penetrating)"atrogeni@

    Panreas

    Panreatitis (eg, alohol, drugs, gallstones)

    4rauma (blunt and penetrating)

    "atrogeni@

    /mall

    bowel

    "shemi bowel

    "narerated hernia (internal and eBternal)

    losed loop obstrution

    rohn disease

    :alignany (rare)

    :ekel divertiulum

    4rauma (mostly penetrating)

    Large

    bowel and

    appendiB

    "shemi bowel

    Divertiulitis

    :alignany

    Clerative olitis and rohn disease

    Appendiitis

    oloni volvulus

    4rauma (mostly penetrating)

    "atrogeni

    Cterus, Pelvi inflammatory disease (eg, salpingooophoritis, tubo

    5

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    6/18

    salpinB,

    and ovaries

    ovarian absess, ovarian yst)

    :alignany (rare)

    4rauma (unommon)

    Peritonitis tertier

    Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat tindakan

    operasi sebelumnya

    /edangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadigeneralized (peritonitis)

    dan localized(abses intra abdomen).

    I. Patofisiologi

    'eaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.

    %antongkantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel

    menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya

    menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pitapita fibrosa, yang kelak

    dapat mengakibatkan obstuksi usus.

    Peradangan menimbulkan akumulasi airan karena kapiler dan membran mengalami

    kebooran. 0ika defisit airan tidak dikoreksi seara epat dan agresif, maka dapatmenimbulkan

    kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon

    6

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    7/18

    hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak

    organ. %arena tubuh menoba untuk mengkompensasi dengan ara retensi airan dan elektrolit

    oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. 4akikardi awalnya meningkatkan urah

    jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    8/18

    batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan

    umum yang merosot karena toksemia.

    Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di

    epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi lambung

    dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi

    ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. 6yeri ini timbul mendadak terutama

    dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu

    dan atau en&im pankreas. %emudian menyebar keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh perut

    pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis

    kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsanganperitoneum berupa mengeneran &at asam

    garam yang merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian

    terjadi peritonitis bateria.

    Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

    hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma.

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    9/18

    . !anifestasi "linis

    8ejala dan tanda biasanya berhubungan dengan proses penyebaran di dalam rongga

    abdomen. 7ertanya gejala berhubungan dengan beberapa faktor yaitu= lamanya penyakit,

    perluasan dari kontaminasi avum peritoneum dan kemampuan tubuh untuk melawan, usia serta

    tingkat kesehatan penderita seara umum.

    :anifestasi klinis dapat dibagi menjadi () tanda abdomen yang berasal dari awal

    peradangan dan (+) manifestasi dari infeksi sistemik. Penemuan lokal meliputi nyeri abdomen,

    nyeri tekan, kekakuan dari dinding abdomen, distensi, adanya udara bebas pada avum

    peritoneum dan menurunnya bising usus yang merupakan tanda iritasi dari peritoneum parietalis

    dan menyebabkan ileus. Penemuan sistemik meliputi demam, menggigil, takikardi, berkeringat,

    takipneu, gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi dan pada akhirnya dapat menjadi syok.

    Gejala

    F Nyeri abdomen

    6yeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis. 6yeri

    biasanya datang dengan onset yang tibatiba, hebat dan pada penderita dengan perforasi

    nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen.

    /eiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terusmenerus, tidak ada

    hentihentinya, rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan. 6yeri biasanya

    lebih terasa pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum. :enurunnya intensitas

    dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya lokalisasi dari proses peradangan, ketika

    intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan perluasan daerah nyeri menandakan

    penyebaran dari peritonitis.

    F Anoreksia, mual, muntah dan demam

    Pada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan

    muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti demam sering

    diikuti dengan menggigil yang hilang timbul. :eningkatnya suhu tubuh biasanya sekitar

    5

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    10/18

    Pada peritonitis berat dapat ditemukan fasies >iporates. 8ejala ini termasuk

    ekspresi yang tampak gelisah, pandangan kosong, mata owong, kedua telinga menjadi

    dingin, dan muka yang tampak puat.

    Penderita dengan peritonitis lanjut dengan fasies >iporates biasanya berada

    pada stadium pre terminal. >al ini ditandai dengan posisi mereka berbaring dengan lutut

    di fleksikan dan respirasi interkosta yang terbatas karena setiap gerakan dapat

    menyebabkan nyeri pada abdomen.

    4anda ini merupakan patognomonis untuk peritonitis berat dengan tingkat

    kematian yang tinggi, akan tetapi dengan mengetahui lebih awal diagnosis dan perawatan

    yang lebih baik, angka kematian dapat lebih banyak berkurang.

    F Syok

    Pada beberapa kasus berat, syok dapat terjadi oleh karena dua fator. Pertama

    akibat perpindahan airan intravaskuler ke avum peritoneum atau ke lumen dari

    intestinal. Gang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalisata.

    Gang utama dari septiemia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman gram

    negative diman dapat menyebabkan terjadinya tahap yang menyerupai syok. :ekanisme

    dari fenomena ini belum jelas, akan tetapi dari penelitian diketahui bahwa efek dari

    endotoksin pada binatang dapat memperlihatkan sindrom atau gejalagejala yang mirip

    seperti gambaran yang terlihat pada manusia.

    Tanda

    F anda !ital

    4anda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau komplikasi yang

    timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metaboli dapat dilihat dari frekuensi

    pernafasan yang lebih epat daripada normal sebagai mekanisme kompensasi untuk

    mengembalikan ke keadaan normal. 4akikardi, berkurangnya volume nadi perifer dan

    tekanan nadi yang menyempit dapat menandakan adanya syok hipovolemik. >alhal

    seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih lengkap harus dilakukan

    dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk menegah keadaan yang lebih

    buruk.

    10

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    11/18

    F "nspeksi

    4anda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi dari

    abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak menyingkirkan

    diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal dari perjalanan

    penyakit, karena dalam + hari baru terdapat tandatanda distensi abdomen. >al ini

    terjadi akibat penumpukan dari airan eksudat tapi kebanyakan distensi abdomen terjadi

    akibat ileus paralitik.

    F Auskultasi

    Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. /uara usus dapat

    bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai hampir tidak

    terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus. Adanya

    suara borborygmidan peristalti yang terdengar tanpa stetoskop lebih baik daripada suara

    perut yang tenang. %etika suara bernada tinggi tibatiba hilang pada abdomen akut,

    penyebabnya kemungkinan adalah perforasi dari usus yang mengalami strangulasi.

    F #erkusi

    Penilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman pemeriksa.

    >ilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi intestinal, hal ini

    menandakan adanya udara bebas dalam avum peritoneum yang berasal dari intestinal

    yang mengalami perforasi. 7iasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis.

    0ika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ berongga, udara akan

    menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah diafragma, sehingga akan ditemukan

    pekak hepar yang menghilang.

    F #alpasi

    Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada kondisi

    ini. %aidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan palpasi daerah yang kurang terdapat

    nyeri tekan sebelum berpindah pada daerah yang diurigai terdapat nyeri tekan. "ni

    11

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    12/18

    terutama dilakukan pada anak dengan palpasi yang kuat langsung pada daerah yang nyeri

    membuat semua pemeriksaan tidak berguna. %elompok orang dengan kelemahan dinding

    abdomen seperti pada wanita yang sudah sering melahirkan banyak anak dan orang yang

    sudah tua, sulit untuk menilai adanya kekakuan atau spasme dari otot dinding abdomen.

    Penemuan yang paling penting adalah adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari satu

    titik. Pada stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan

    spasme otot abdomen seara involunter.

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    13/18

    Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya menakup foto thorak PA

    dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thorak dapat memperlihatkan proses pengisian

    udara di lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen. Dengan menggunakan foto

    polos thorak difragma dapat terlihat terangkat pada satu sisi atau keduanya akibat adanya udara

    bebas dalam avum peritoneum daripada dengan menggunakan foto polos abdomen.

    "leus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar

    mengalami dilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus perforasi. ?oto polos abdomen paling

    tidak dilakukan dengan dua posisi, yaitu posisi berdiri#tegak lurus atau lateral deubitus atau

    keduanya. ?oto harus dilihat ada tidaknya udara bebas. 8as harus dievaluasi dengan

    memperhatikan pola, lokasi dan jumlah udara di usus besar dan usus halus.

    II. Tata $aksana

    4atalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian airan dan elektrolit, kontrol

    operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik.

    Penanganan Preo%eratif

    Resusitasi Cairan

    Peradangan yang menyeluruh pada membran peritoneum menyebabkan perpindahan

    airan ekstraseluler ke dalam avum peritoneum dan ruang intersisial. Pengembalian volume dalam jumlah yang ukup besar melalui intravaskular sangat

    diperlukan untuk menjaga produksi urin tetap baik dan status hemodinamik tubuh. 0ika terdapat

    anemia dan terdapat penurunan dari hematokrit dapat diberikan transfusi P' (#acked $ed

    Cells)atau H7 (%hole &lood). Larutan kristaloid dan koloid harus diberikan untuk mengganti

    airan yang hilang.

    /eara teori, airan koloid lebih efektif untuk mengatasi kehilangan airan intravaskuler,

    tapi airan ini lebih mahal. /edangkan airan kristaloid lebih murah, mudah didapat tetapi

    membutuhkan jumlah yang lebih besar karena kemudian akan dikeluarkan lewat ginjal.

    /uplemen kalium sebaiknya tidak diberikan hingga perfusi dari jaringan dan ginjal telah

    adekuat dan urin telah diprodukasi.

    Antibiotik

    13

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    14/18

    7akteri penyebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadi bakteri aerob

    yaitu' Coli, golongan'nterobacteriaceae dan Streptococcus, sedangkan bakteri anaerob yang

    tersering adalah&acteriodes spp, Clostridium, #eptostreptococciAntibiotik berperan penting

    dalam terpai peritonitis, pemberian antibiotik seara empiris harus dapat melawan kuman aerob

    atau anaerob yang menginfeksi peritoneum.

    Pemberian antibiotik seara empiris dilakukan sebelum didapatkan hasil kultur dan dapat

    diubah sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas jika masih terdapat tanda infeksi. 0ika

    penderita baik seara klinis yang ditandai dengan penurunan demam dan menurunnya hitung sel

    darah putih, perubahan antibiotik harus dilakukan dengan hatihati meskipun sudah didapatkan

    hasil dari uji sensitivitas.

    9fek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisikondisi seperti= () besar

    keilnya kontaminasi bakteri, (+) penyebab dari peritonitis trauma atau nontrauma, () ada

    tidaknya kuman oportunistik seperti andida. Agar terapi menjadi lebih efektif, terpai antibiotik

    harus diberikan lebih dulu, selama dan setelah operasi.

    Pada umumnya Peniillin 8 .---.--- "C dan streptomyin gram harus segera

    diberikan. %edua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam dosis tinggi dalam

    plasma. %ombinasi dari peniillin dan streptomyin juga memberikan akupan dari bakteri gram

    negatif. Penggunaan beberapa juta unit dari peniillin dan + gram streptomyin sehari sampai

    didapatkan hasil kultur merupakan regimen terpai yang logis. Pada penderita yang sensitif

    terhadap peniillin, tetrayline dosis tinggi yang diberikan seara parenteral lebih baik daripada

    hlorampheniol pada stadium awal infeksi.

    Pemberian lindamyin atau metronida&ole yang dikombinasi dengan aminoglikosida

    sama baiknya jika memberikan ephalosporin generasi kedua.

    Antibiotik awal yang digunakan ephalosporin generasi ketiga untuk gram negatif,

    metronida&ole dan lindamyin untuk organisme anaerob.

    Daya akupan dari mikroorganisme aerob dan anerob lebih penting daripada pemilihan

    terapi tunggal atau kombinasi. Pemberian dosis antibiotikal awal yang kurang adekuat berperan

    dalam kegagalan terapi. Penggunaan aminoglikosida harus diberikan dengan hatihati, karena

    gangguan ginjal merupakan salah satu gambaran klinis dari peritonitis dan penurunan p>

    intraperitoneum dapat mengganggu aktivitas obat dalam sel. Pemberian antibiotik diberikan

    sampai penderita tidak didapatkan demam, dengan hitung sel darah putih yang normal.

    14

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    15/18

    ksigen dan !entilator

    Pemberian oksigen pada hipoksemia ringan yang timbul pada peritonitis ukup

    diperlukan, karena pada peritonitis terjadi peningkatan dari metabolism tubuh akibat adanya

    infeksi, adanya gangguan pada ventilasi paruparu. !entilator dapat diberikan jika terdapat

    kondisikondisi seperti () ketidakmampuan untuk menjaga ventilasi alveolar yang dapat

    ditandai dengan meningkatnya Pag atau lebih tinggi lagi, (+) hipoksemia yang

    ditandai dengan Pag, () adanya nafas yang epat dan dangkal.

    "ntubasi# Pemasangan $ateter %rin dan &onitoring 'emodinamik

    Pemasangan nasogastric tube dilakukan untuk dekompresi dari abdomen, menegah

    muntah, aspirasi dan yang lebih penting mengurangi jumlah udara pada usus. Pemasangan

    kateter untuk mengetahui fungsi dari kandung kemih dan pengeluaran urin. 4anda vital

    (temperature, tekanan darah, nadi dan respiration rate) diatat paling tidak tiap 1 jam. 9valuasi

    biokimia preoperative termasuk serum elektrolit, kratinin, glukosa darah, bilirubin, alkali

    fosfatase dan urinalisis.

    Penanganan O%eratif

    4erapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi.

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    16/18

    dan jaringan yang terinfeksi baik aerob maupun anaerob segera dilakukan setelah memasuki

    kavum peritoneum.

    Peritoneal Laage

    Pada peritonitis difus, laagedengan airan kristaloid isotonik (; liter) dapat menghilangkan

    materialmaterial seperti darah, gumpalan fibrin, serta bakteri. Penambahan antiseptik atau

    antibiotik pada airan irigasi tidak berguna bahkan berbahaya karena dapat memiu adhesi

    (misal= tetrasiklin, povidoneiodine). Antibiotik yang diberikan eara parenteral akan menapai

    level bakterisidal pada airan peritoneum dan tidak ada efek tambahan pada pemberian

    bersama laage. 4erlebih lagi, laagedengan menggunakan aminoglikosida dapat menyebabkan

    depresi nafas dan komplikasi anestesi karena kelompok obat ini menghambat kerja dari

    neuromusular juntion. /etelah dilakukan laage, semua airan di kavum peritoneum harus

    diaspirasi karena dapat menghambat mekanisme pertahanan lokal dengan melarutkan benda

    asing dan membuang permukaan dimana fagosit menghanurkan bakteri.

    Peritoneal rainage

    Penggunaan drain sangat penting untuk abses intra abdominal dan peritonitis lokal dengan airan

    yang ukup banyak. Drainase dari kavum peritoneal bebas tidak efektif dan tidak sering

    dilakukan, karena drainase yang terpasang merupakan penghubung dengan udara luar yang dapat

    menyebabkan kontaminasi. Drainase profilaksis pada peritonitis difus tidak dapat menegah

    pembentukan abses, bahkan dapat memiu terbentuknya abses atau fistula. Drainase berguna

    pada infeksi fokal residual atau pada kontaminasi lanjutan. Drainase diindikasikan untuk

    peradangan massa terlokalisasi atau kavitas yang tidak dapat direseksi.

    Pengananan Posto%eratif

    :onitor intensif, bantuan ventilator, mutlak dilakukan pada pasien yang tidak stabil.

    4ujuan utama adalah untuk menapai stabilitas hemodinamik untuk perfusi organorgan vital.,

    dan mungkin dibutuhkan agen inotropik disamping pemberian airan. Antibiotik diberikan

    selama -1 hari, bergantung pada keparahan peritonitis. 'espon klinis yang baik ditandai

    dengan produksi urin yang normal, penurunan demam dan leukositosis, ileus menurun, dan

    keadaan umum membaik. 4ingkat kesembuhan bervariasi tergantung pada durasi dan keparahan

    peritonitis. Pelepasan kateter (arterial, !P, urin, nasogastri) lebih awal dapat menurunkan

    resiko infeksi sekunder.

    16

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    17/18

    III. "om%likasi

    %omplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi komplikasi lokal dan

    sistemik. "nfeksi pada luka dalam, abses residual dan sepsis intraperitoneal, pembentukan fistula

    biasanya munul pada akhir minggu pertama postoperasi. Demam tinggi yang persisten, edema

    generalisata, peningkatan distensi abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator

    adanya infeksi abdomen residual. >al ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut misalnya 4

    /an abdomen. /epsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kegagalan organ yang multipel

    yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun.

    I&. Prognosis

    4ingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 1-3. ?aktorfaktor yang

    mempengaruhi prognosis, antara lain=

    a. jenis infeksinya#penyakit primer

    b. durasi#lama sakit sebelum infeksi

    . keganasand. gagal organ sebelum terapi

    e. gangguan imunologis

    f. usia dan keadaan umum penderita

    4ingkat mortalitas sekitar -3 pada pasien dengan ulkus perforata atau apendisitis, pada usia

    muda, pada pasien dengan sedikit kontaminasi bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih

    awal.

    %eterlambatan penanganan I jam meningkatkan angka mortalitas sebanyak --3. Pasien

    dengan multipel trauma 5-3 pasien berakhir dengan kematian. Peritonitis yang berlanjut, abses

    abdomen yang persisten, anstomosis yang boor, fistula intestinal mengakibatkan prognosis yang

    jelek.

    DAFTAR P'STA"A

    ?aui et al, +--5,Harrison*s #rincipal + "nternal edicine !olume .. :8raw >ill

    Prie, /ylvia Anderson. JJ1. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. 9disi 1.

    0akarta= 98

    '. /jamsuhidajat, Him de 0ong. +--1. 7ukuajar ilmu bedah 9disi +. 0akarta= 98

    17

  • 7/23/2019 Referat-Peritonitis2

    18/18

    'eksoprodjo, /oelarto. JJ2. %umpulan %uliah "lmu 7edah. 0akarta = ?akultas %edokteran

    Cniversitas "ndonesia.

    18