referat-peritonitis2
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
1/18
PERITONITIS
I. Definisi
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi pada selaput organ perut
(peritonieum). Peritonieum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam. Lokasi peritonitis bisa terlokalisir atau difuse, riwayat akut atau
kronik dan patogenesis disebabkan oleh infeksi atau aseptik. Peritonitis merupakan suatu
kegawat daruratan yang biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis. Akut peritonitis sering
menular dan sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila tidak
ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis diketagori sebagaiprimary
peritonitis.
II. Anatomi dan Fisiologi
Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Perdarahan dinding
perut berasal dari beberapa arah. Dari kranikaudal diperoleh pendarahan dari abang
aa.interkostales !" s#d $"" dan a.epigastrika superior. Dari kaudal, a.iliaka sirkumfleksa
superfisialis, a.pudenda eksterna, dan a.epigastria inferior. %ekayaan vaskularisasi ini
memungkinkan sayatan perut hori&ontal maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan
pendarahan. Persarafan dinding perut dilayani seara segmental oleh n.torakalis !" s#d $"" dann.lumbalis.
1
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
2/18
'ongga perut (avitas abdominalis) dibatasi oleh membran serosa yang tipis mengkilap yang
juga melipat untuk meliputi organorgan di dalam rongga abdominal. Lapisan membran yang
membatasi dinding abdomen dinamakan peritoneum parietale, sedangkan bagian yang meliputi
organ dinamakan peritoneum viserale. Di sekitar dan sekeliling organ ada lapisan ganda
peritoneum yang membatasi dan menyangga organ, menjaganya agar tetap berada di tempatnya,
serta membawa pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Peritoneum merupakan membran yang terdiri dari satu lapis sel mesothel yang dipisah dari
jaringan ikat vaskuler dibawahnya oleh membrane basalis. "a membentuk kantong tertutup
dimana visera dapat bergerak bebas didalamnya. Peritoneum meliputi rongga abdomen sebagai
peritoneum parietalis dan melekuk ke organ sebagai peritoneum viseralis
Luas permukaannya mendekati luas permukaan tubuh yang pada orang dewasa menapai
,*m+. "a berfungsi sebagai membrane semipermeabel untuk difusi + arah untuk airan dan
partikel. Luas permukaan untuk difusi seluas m+.
Pada rongga peritoneum dewasa sehat terdapat -- airan peritoneal yang
mengandung protein g#dl. /ebagian besar berupa albumin. 0umlah sel normal adalah#mm yang terdiri dari 123 makrofag, 123 sel 4, 53 sisanya terdiri dari 6%, sel 7, eosinofil,
dan sel mast serta sekretnya terutama prostasiklin dan P89+. 7ila terjadi peradangan jumlah
P:6 dapat meningkat sampai ; ---#mm.
Dalam keadaan normal, # airan dalam peritoneum di drainase melalui limfe diafragma
sedang sisanya melalui peritoneum parietalis.
2
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
3/18
'elaksasi diafragma menimbulkan tekanan negatif sehingga airan dan partikel termasuk
bakteri akan tersedot ke stomata yaitu elah di mesothel difragma yang berhubungan dengan
launa limfe untuk bergerak le limfe substernal. %ontraksi diafragma menutup stomata dan
mendorong limfe ke mediastinum.
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
4/18
keduanya sekaligus meningkat hebat diluar kebutuhan penderita. Dalam keadaan ini kedua
mediator yang bertentangan dapat menimbulkan kerusakan organ hebat sehingga terjadi
kegagalan organ.
. Lokalisasi infeksi sebagai abses
Pada peningkatan permeabilitas venula terjadi eksudasi airan kaya protein yang
mengandung fibrinogen. /el rusak mengeluarkan tromboplastin yang mengubah protrombin
menjadi thrombin dan fibrinogen menjadi fibrin. ?ibrin akan menangkap bakteri dan
memprosesnya hingga terbentuk abses. >al ini dimaksud untuk menghentikan penyebaran
bakteri dalam peritoneum dan menegah masuknya ke sistemik. Dalam keadaan normal fibrin
dapat dihanurkan antifibrinolitik, tetapi pada inflamasi mekanisme ini tak berfungsi.
III. Etiologi
"nfeksi peritoneal dapat diklasifikasikan sebagai bentuk=
Peritonitis primer (Spontaneus)
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang langsung dari rongga
peritoneum. Penyebab paling sering dari peritonitis primer adalahspontaneous bacterial
peritonitis(/7P) akibat penyakit hepar kronis. %irakira --3 pasien dengan sirosis
hepatis dengan asites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.
Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendiitis, perforasi
gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid)
akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi usus halus.
Tabel 1. Penyebab Peritonitis Sekunder
Regio Asal Penyebab
9sophagus
7oerhaave syndrome
:alignany
4rauma (mostly penetrating)
"atrogeni@
/tomah Pepti uler perforation
:alignany (eg, adenoarinoma, lymphoma, gastrointestinal
4
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
5/18
stromal tumor)
4rauma (mostly penetrating)
"atrogeni@
Duodenum
Pepti uler perforation
4rauma (blunt and penetrating)
"atrogeni@
7iliary
trat
holeystitis
/tone perforation from gallbladder (ie, gallstone ileus) or
ommon dut
:alignany
holedohal yst (rare)
4rauma (mostly penetrating)"atrogeni@
Panreas
Panreatitis (eg, alohol, drugs, gallstones)
4rauma (blunt and penetrating)
"atrogeni@
/mall
bowel
"shemi bowel
"narerated hernia (internal and eBternal)
losed loop obstrution
rohn disease
:alignany (rare)
:ekel divertiulum
4rauma (mostly penetrating)
Large
bowel and
appendiB
"shemi bowel
Divertiulitis
:alignany
Clerative olitis and rohn disease
Appendiitis
oloni volvulus
4rauma (mostly penetrating)
"atrogeni
Cterus, Pelvi inflammatory disease (eg, salpingooophoritis, tubo
5
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
6/18
salpinB,
and ovaries
ovarian absess, ovarian yst)
:alignany (rare)
4rauma (unommon)
Peritonitis tertier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman, dan akibat tindakan
operasi sebelumnya
/edangkan infeksi intraabdomen biasanya dibagi menjadigeneralized (peritonitis)
dan localized(abses intra abdomen).
I. Patofisiologi
'eaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
%antongkantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pitapita fibrosa, yang kelak
dapat mengakibatkan obstuksi usus.
Peradangan menimbulkan akumulasi airan karena kapiler dan membran mengalami
kebooran. 0ika defisit airan tidak dikoreksi seara epat dan agresif, maka dapatmenimbulkan
kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon
6
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
7/18
hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak
organ. %arena tubuh menoba untuk mengkompensasi dengan ara retensi airan dan elektrolit
oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. 4akikardi awalnya meningkatkan urah
jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia.
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
8/18
batuk dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defansmuskuler, dan keadaan
umum yang merosot karena toksemia.
Perforasi tukak peptik khas ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di
epigastrium dan meluas keseluruh peritonium akibat peritonitis generalisata. Perforasi lambung
dan duodenum bagian depan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi
ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam di perut. 6yeri ini timbul mendadak terutama
dirasakan di daerah epigastrium karena rangsangan peritonium oleh asam lambung, empedu
dan atau en&im pankreas. %emudian menyebar keseluruh perutmenimbulkan nyeri seluruh perut
pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis
kimia, adanya nyeri di bahu menunjukkan rangsanganperitoneum berupa mengeneran &at asam
garam yang merangsang, ini akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian
terjadi peritonitis bateria.
Pada apendisitis biasanya biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis dan neoplasma.
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
9/18
. !anifestasi "linis
8ejala dan tanda biasanya berhubungan dengan proses penyebaran di dalam rongga
abdomen. 7ertanya gejala berhubungan dengan beberapa faktor yaitu= lamanya penyakit,
perluasan dari kontaminasi avum peritoneum dan kemampuan tubuh untuk melawan, usia serta
tingkat kesehatan penderita seara umum.
:anifestasi klinis dapat dibagi menjadi () tanda abdomen yang berasal dari awal
peradangan dan (+) manifestasi dari infeksi sistemik. Penemuan lokal meliputi nyeri abdomen,
nyeri tekan, kekakuan dari dinding abdomen, distensi, adanya udara bebas pada avum
peritoneum dan menurunnya bising usus yang merupakan tanda iritasi dari peritoneum parietalis
dan menyebabkan ileus. Penemuan sistemik meliputi demam, menggigil, takikardi, berkeringat,
takipneu, gelisah, dehidrasi, oliguria, disorientasi dan pada akhirnya dapat menjadi syok.
Gejala
F Nyeri abdomen
6yeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis. 6yeri
biasanya datang dengan onset yang tibatiba, hebat dan pada penderita dengan perforasi
nyerinya didapatkan pada seluruh bagian abdomen.
/eiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terusmenerus, tidak ada
hentihentinya, rasa seperti terbakar dan timbul dengan berbagai gerakan. 6yeri biasanya
lebih terasa pada daerah dimana terjadi peradangan peritoneum. :enurunnya intensitas
dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya lokalisasi dari proses peradangan, ketika
intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan perluasan daerah nyeri menandakan
penyebaran dari peritonitis.
F Anoreksia, mual, muntah dan demam
Pada penderita juga sering didapatkan anoreksia, mual dan dapat diikuti dengan
muntah. Penderita biasanya juga mengeluh haus dan badan terasa seperti demam sering
diikuti dengan menggigil yang hilang timbul. :eningkatnya suhu tubuh biasanya sekitar
5
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
10/18
Pada peritonitis berat dapat ditemukan fasies >iporates. 8ejala ini termasuk
ekspresi yang tampak gelisah, pandangan kosong, mata owong, kedua telinga menjadi
dingin, dan muka yang tampak puat.
Penderita dengan peritonitis lanjut dengan fasies >iporates biasanya berada
pada stadium pre terminal. >al ini ditandai dengan posisi mereka berbaring dengan lutut
di fleksikan dan respirasi interkosta yang terbatas karena setiap gerakan dapat
menyebabkan nyeri pada abdomen.
4anda ini merupakan patognomonis untuk peritonitis berat dengan tingkat
kematian yang tinggi, akan tetapi dengan mengetahui lebih awal diagnosis dan perawatan
yang lebih baik, angka kematian dapat lebih banyak berkurang.
F Syok
Pada beberapa kasus berat, syok dapat terjadi oleh karena dua fator. Pertama
akibat perpindahan airan intravaskuler ke avum peritoneum atau ke lumen dari
intestinal. Gang kedua dikarenakan terjadinya sepsis generalisata.
Gang utama dari septiemia pada peritonitis generalisata melibatkan kuman gram
negative diman dapat menyebabkan terjadinya tahap yang menyerupai syok. :ekanisme
dari fenomena ini belum jelas, akan tetapi dari penelitian diketahui bahwa efek dari
endotoksin pada binatang dapat memperlihatkan sindrom atau gejalagejala yang mirip
seperti gambaran yang terlihat pada manusia.
Tanda
F anda !ital
4anda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau komplikasi yang
timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metaboli dapat dilihat dari frekuensi
pernafasan yang lebih epat daripada normal sebagai mekanisme kompensasi untuk
mengembalikan ke keadaan normal. 4akikardi, berkurangnya volume nadi perifer dan
tekanan nadi yang menyempit dapat menandakan adanya syok hipovolemik. >alhal
seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih lengkap harus dilakukan
dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk menegah keadaan yang lebih
buruk.
10
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
11/18
F "nspeksi
4anda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah adanya distensi dari
abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi abdomen tidak menyingkirkan
diagnosis peritonitis, terutama jika penderita diperiksa pada awal dari perjalanan
penyakit, karena dalam + hari baru terdapat tandatanda distensi abdomen. >al ini
terjadi akibat penumpukan dari airan eksudat tapi kebanyakan distensi abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.
F Auskultasi
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian. /uara usus dapat
bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti obstruksi intestinal sampai hampir tidak
terdengar suara bising usus pada peritonitis berat dengan ileus. Adanya
suara borborygmidan peristalti yang terdengar tanpa stetoskop lebih baik daripada suara
perut yang tenang. %etika suara bernada tinggi tibatiba hilang pada abdomen akut,
penyebabnya kemungkinan adalah perforasi dari usus yang mengalami strangulasi.
F #erkusi
Penilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman pemeriksa.
>ilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya perforasi intestinal, hal ini
menandakan adanya udara bebas dalam avum peritoneum yang berasal dari intestinal
yang mengalami perforasi. 7iasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis.
0ika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ berongga, udara akan
menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah diafragma, sehingga akan ditemukan
pekak hepar yang menghilang.
F #alpasi
Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen pada kondisi
ini. %aidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan palpasi daerah yang kurang terdapat
nyeri tekan sebelum berpindah pada daerah yang diurigai terdapat nyeri tekan. "ni
11
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
12/18
terutama dilakukan pada anak dengan palpasi yang kuat langsung pada daerah yang nyeri
membuat semua pemeriksaan tidak berguna. %elompok orang dengan kelemahan dinding
abdomen seperti pada wanita yang sudah sering melahirkan banyak anak dan orang yang
sudah tua, sulit untuk menilai adanya kekakuan atau spasme dari otot dinding abdomen.
Penemuan yang paling penting adalah adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari satu
titik. Pada stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan biasanya didapatkan
spasme otot abdomen seara involunter.
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
13/18
Pemeriksaan radiologi pada kebanyakan kasus peritonitis hanya menakup foto thorak PA
dan lateral serta foto polos abdomen. Pada foto thorak dapat memperlihatkan proses pengisian
udara di lobus inferior yang menunjukkan proses intraabdomen. Dengan menggunakan foto
polos thorak difragma dapat terlihat terangkat pada satu sisi atau keduanya akibat adanya udara
bebas dalam avum peritoneum daripada dengan menggunakan foto polos abdomen.
"leus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar
mengalami dilatasi, udara bebas dapat terlihat pada kasus perforasi. ?oto polos abdomen paling
tidak dilakukan dengan dua posisi, yaitu posisi berdiri#tegak lurus atau lateral deubitus atau
keduanya. ?oto harus dilihat ada tidaknya udara bebas. 8as harus dievaluasi dengan
memperhatikan pola, lokasi dan jumlah udara di usus besar dan usus halus.
II. Tata $aksana
4atalaksana utama pada peritonitis antara lain pemberian airan dan elektrolit, kontrol
operatif terhadap sepsis dan pemberian antibiotik sistemik.
Penanganan Preo%eratif
Resusitasi Cairan
Peradangan yang menyeluruh pada membran peritoneum menyebabkan perpindahan
airan ekstraseluler ke dalam avum peritoneum dan ruang intersisial. Pengembalian volume dalam jumlah yang ukup besar melalui intravaskular sangat
diperlukan untuk menjaga produksi urin tetap baik dan status hemodinamik tubuh. 0ika terdapat
anemia dan terdapat penurunan dari hematokrit dapat diberikan transfusi P' (#acked $ed
Cells)atau H7 (%hole &lood). Larutan kristaloid dan koloid harus diberikan untuk mengganti
airan yang hilang.
/eara teori, airan koloid lebih efektif untuk mengatasi kehilangan airan intravaskuler,
tapi airan ini lebih mahal. /edangkan airan kristaloid lebih murah, mudah didapat tetapi
membutuhkan jumlah yang lebih besar karena kemudian akan dikeluarkan lewat ginjal.
/uplemen kalium sebaiknya tidak diberikan hingga perfusi dari jaringan dan ginjal telah
adekuat dan urin telah diprodukasi.
Antibiotik
13
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
14/18
7akteri penyebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadi bakteri aerob
yaitu' Coli, golongan'nterobacteriaceae dan Streptococcus, sedangkan bakteri anaerob yang
tersering adalah&acteriodes spp, Clostridium, #eptostreptococciAntibiotik berperan penting
dalam terpai peritonitis, pemberian antibiotik seara empiris harus dapat melawan kuman aerob
atau anaerob yang menginfeksi peritoneum.
Pemberian antibiotik seara empiris dilakukan sebelum didapatkan hasil kultur dan dapat
diubah sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas jika masih terdapat tanda infeksi. 0ika
penderita baik seara klinis yang ditandai dengan penurunan demam dan menurunnya hitung sel
darah putih, perubahan antibiotik harus dilakukan dengan hatihati meskipun sudah didapatkan
hasil dari uji sensitivitas.
9fek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisikondisi seperti= () besar
keilnya kontaminasi bakteri, (+) penyebab dari peritonitis trauma atau nontrauma, () ada
tidaknya kuman oportunistik seperti andida. Agar terapi menjadi lebih efektif, terpai antibiotik
harus diberikan lebih dulu, selama dan setelah operasi.
Pada umumnya Peniillin 8 .---.--- "C dan streptomyin gram harus segera
diberikan. %edua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam dosis tinggi dalam
plasma. %ombinasi dari peniillin dan streptomyin juga memberikan akupan dari bakteri gram
negatif. Penggunaan beberapa juta unit dari peniillin dan + gram streptomyin sehari sampai
didapatkan hasil kultur merupakan regimen terpai yang logis. Pada penderita yang sensitif
terhadap peniillin, tetrayline dosis tinggi yang diberikan seara parenteral lebih baik daripada
hlorampheniol pada stadium awal infeksi.
Pemberian lindamyin atau metronida&ole yang dikombinasi dengan aminoglikosida
sama baiknya jika memberikan ephalosporin generasi kedua.
Antibiotik awal yang digunakan ephalosporin generasi ketiga untuk gram negatif,
metronida&ole dan lindamyin untuk organisme anaerob.
Daya akupan dari mikroorganisme aerob dan anerob lebih penting daripada pemilihan
terapi tunggal atau kombinasi. Pemberian dosis antibiotikal awal yang kurang adekuat berperan
dalam kegagalan terapi. Penggunaan aminoglikosida harus diberikan dengan hatihati, karena
gangguan ginjal merupakan salah satu gambaran klinis dari peritonitis dan penurunan p>
intraperitoneum dapat mengganggu aktivitas obat dalam sel. Pemberian antibiotik diberikan
sampai penderita tidak didapatkan demam, dengan hitung sel darah putih yang normal.
14
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
15/18
ksigen dan !entilator
Pemberian oksigen pada hipoksemia ringan yang timbul pada peritonitis ukup
diperlukan, karena pada peritonitis terjadi peningkatan dari metabolism tubuh akibat adanya
infeksi, adanya gangguan pada ventilasi paruparu. !entilator dapat diberikan jika terdapat
kondisikondisi seperti () ketidakmampuan untuk menjaga ventilasi alveolar yang dapat
ditandai dengan meningkatnya Pag atau lebih tinggi lagi, (+) hipoksemia yang
ditandai dengan Pag, () adanya nafas yang epat dan dangkal.
"ntubasi# Pemasangan $ateter %rin dan &onitoring 'emodinamik
Pemasangan nasogastric tube dilakukan untuk dekompresi dari abdomen, menegah
muntah, aspirasi dan yang lebih penting mengurangi jumlah udara pada usus. Pemasangan
kateter untuk mengetahui fungsi dari kandung kemih dan pengeluaran urin. 4anda vital
(temperature, tekanan darah, nadi dan respiration rate) diatat paling tidak tiap 1 jam. 9valuasi
biokimia preoperative termasuk serum elektrolit, kratinin, glukosa darah, bilirubin, alkali
fosfatase dan urinalisis.
Penanganan O%eratif
4erapi primer dari peritonitis adalah tindakan operasi.
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
16/18
dan jaringan yang terinfeksi baik aerob maupun anaerob segera dilakukan setelah memasuki
kavum peritoneum.
Peritoneal Laage
Pada peritonitis difus, laagedengan airan kristaloid isotonik (; liter) dapat menghilangkan
materialmaterial seperti darah, gumpalan fibrin, serta bakteri. Penambahan antiseptik atau
antibiotik pada airan irigasi tidak berguna bahkan berbahaya karena dapat memiu adhesi
(misal= tetrasiklin, povidoneiodine). Antibiotik yang diberikan eara parenteral akan menapai
level bakterisidal pada airan peritoneum dan tidak ada efek tambahan pada pemberian
bersama laage. 4erlebih lagi, laagedengan menggunakan aminoglikosida dapat menyebabkan
depresi nafas dan komplikasi anestesi karena kelompok obat ini menghambat kerja dari
neuromusular juntion. /etelah dilakukan laage, semua airan di kavum peritoneum harus
diaspirasi karena dapat menghambat mekanisme pertahanan lokal dengan melarutkan benda
asing dan membuang permukaan dimana fagosit menghanurkan bakteri.
Peritoneal rainage
Penggunaan drain sangat penting untuk abses intra abdominal dan peritonitis lokal dengan airan
yang ukup banyak. Drainase dari kavum peritoneal bebas tidak efektif dan tidak sering
dilakukan, karena drainase yang terpasang merupakan penghubung dengan udara luar yang dapat
menyebabkan kontaminasi. Drainase profilaksis pada peritonitis difus tidak dapat menegah
pembentukan abses, bahkan dapat memiu terbentuknya abses atau fistula. Drainase berguna
pada infeksi fokal residual atau pada kontaminasi lanjutan. Drainase diindikasikan untuk
peradangan massa terlokalisasi atau kavitas yang tidak dapat direseksi.
Pengananan Posto%eratif
:onitor intensif, bantuan ventilator, mutlak dilakukan pada pasien yang tidak stabil.
4ujuan utama adalah untuk menapai stabilitas hemodinamik untuk perfusi organorgan vital.,
dan mungkin dibutuhkan agen inotropik disamping pemberian airan. Antibiotik diberikan
selama -1 hari, bergantung pada keparahan peritonitis. 'espon klinis yang baik ditandai
dengan produksi urin yang normal, penurunan demam dan leukositosis, ileus menurun, dan
keadaan umum membaik. 4ingkat kesembuhan bervariasi tergantung pada durasi dan keparahan
peritonitis. Pelepasan kateter (arterial, !P, urin, nasogastri) lebih awal dapat menurunkan
resiko infeksi sekunder.
16
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
17/18
III. "om%likasi
%omplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi komplikasi lokal dan
sistemik. "nfeksi pada luka dalam, abses residual dan sepsis intraperitoneal, pembentukan fistula
biasanya munul pada akhir minggu pertama postoperasi. Demam tinggi yang persisten, edema
generalisata, peningkatan distensi abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator
adanya infeksi abdomen residual. >al ini membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut misalnya 4
/an abdomen. /epsis yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kegagalan organ yang multipel
yaitu organ respirasi, ginjal, hepar, perdarahan, dan sistem imun.
I&. Prognosis
4ingkat mortalitas dari peritonitis generalisata adalah sekitar 1-3. ?aktorfaktor yang
mempengaruhi prognosis, antara lain=
a. jenis infeksinya#penyakit primer
b. durasi#lama sakit sebelum infeksi
. keganasand. gagal organ sebelum terapi
e. gangguan imunologis
f. usia dan keadaan umum penderita
4ingkat mortalitas sekitar -3 pada pasien dengan ulkus perforata atau apendisitis, pada usia
muda, pada pasien dengan sedikit kontaminasi bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih
awal.
%eterlambatan penanganan I jam meningkatkan angka mortalitas sebanyak --3. Pasien
dengan multipel trauma 5-3 pasien berakhir dengan kematian. Peritonitis yang berlanjut, abses
abdomen yang persisten, anstomosis yang boor, fistula intestinal mengakibatkan prognosis yang
jelek.
DAFTAR P'STA"A
?aui et al, +--5,Harrison*s #rincipal + "nternal edicine !olume .. :8raw >ill
Prie, /ylvia Anderson. JJ1. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. 9disi 1.
0akarta= 98
'. /jamsuhidajat, Him de 0ong. +--1. 7ukuajar ilmu bedah 9disi +. 0akarta= 98
17
-
7/23/2019 Referat-Peritonitis2
18/18
'eksoprodjo, /oelarto. JJ2. %umpulan %uliah "lmu 7edah. 0akarta = ?akultas %edokteran
Cniversitas "ndonesia.
18