referat thtaa

21
BAB I PENDAHULUAN Hidung merupakan bagian dari saluran pernapasan atas dan memiliki organ  perifer penciuman. Hidung terdiri dari hidung eksternal dan rongga hidung dimana terbagi atas rongga kanan dan rongga kiri yang dipisahkan oleh septum na si. Masi ng -masin g ro ng ga di ba gi ke dalam area pe nc iu ma n dan ar ea  pernapasan. Adapun fungsi hidung antara lain sebagai penciuman, pernapasan , menyaring debu, menghangatkan udara pernapasan, menerima dan membuang sekret dari mukosa hidung, sinus paranasal dan kelenjar nasolakrimal. Indera  penciuman menentukan rasa yang enak dari makanan dan minuman. Seiring dengan sistem trigeminal, ia berfungsi sebagai monitor bahan kimia yang dihirup, te rmasuk za t berbah ay a se pe rt i ga s alam dan as ap , dan ba u umum un tu k ke hi du pa n se ha ri- ha ri. Hi la ng ny a ba u atau pe nu runan kemampuan un tuk mencium mempengaruhi sekitar ! dari orang di ba"ah usia #$ dan lebih dari setengah penduduk di luar usia ini. %,&'  (ap oran da ri )an el pa da *an ggu an +om uni kat if a sio nal )e nas eh at  eurological dan *angguan +omunikatif dan Stroke ouncil memperkirakan  bah"a sekitar & juta orang de"asa Amerika memiliki gangguan rasa dan bau. (iteratur telah menyusun lebih dari &$$ kondisi yang dikaitkan dengan perubahan dalam kemampuan kemosensori. engan menggunakan anamnesa yang cermat,  pemeriksaan fisik, tes kemosensori, dan studi pencitraan, beberapa pusat kemo sensori telah meng elomp okka n pasi en dengan gang guan penc iuma n ke dalam beberapa kategori etiologi diantaranya gangguan obstruksi hidung dan sinus, pasca infeksi saluran pernapasan atas, cedera kepala, penuaan, kongenital, toksin, penyebab lain dan idiopatik.  %/' )re0alensi sebenarnya dari gangguan rasa dan bau pada populasi umum tid ak diketahui. at a ter bai k yan g ter sedia be ras al dari sur0ei 112, ya ng meng ungka pkan bah"a &,3 juta oran g de"asa Amerika mela porka n masa lah  penciuman. Hal ini juga diketahui bah"a disfungsi kemosensori memburuk dengan usia. Sebuah studi &$$& menunjukkan pre0alensi gangguan penciuman obyektif pada orang de"asa yang lebih tua dari 4/ tahun adalah &2,4 ! menjadi #&,4 ! pada mereka yang berusia 5$-13 tahun.  i Austria, S"itzerland, dan 6erman sekitar 5$.$$$ penduduk pertahun berobat ke bagian 7H7 dengan keluhan 1

Upload: aldilla-pradistha

Post on 13-Apr-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 1/21

BAB I PENDAHULUAN

Hidung merupakan bagian dari saluran pernapasan atas dan memiliki organ

 perifer penciuman. Hidung terdiri dari hidung eksternal dan rongga hidungdimana terbagi atas rongga kanan dan rongga kiri yang dipisahkan oleh septum

nasi. Masing-masing rongga dibagi ke dalam area penciuman dan area

 pernapasan. Adapun fungsi hidung antara lain sebagai penciuman, pernapasan,

menyaring debu, menghangatkan udara pernapasan, menerima dan membuang

sekret dari mukosa hidung, sinus paranasal dan kelenjar nasolakrimal. Indera

 penciuman menentukan rasa yang enak dari makanan dan minuman. Seiring

dengan sistem trigeminal, ia berfungsi sebagai monitor bahan kimia yang dihirup,

termasuk zat berbahaya seperti gas alam dan asap, dan bau umum untuk 

kehidupan sehari-hari. Hilangnya bau atau penurunan kemampuan untuk 

mencium mempengaruhi sekitar ! dari orang di ba"ah usia #$ dan lebih dari

setengah penduduk di luar usia ini. %,&' 

(aporan dari )anel pada *angguan +omunikatif asional )enasehat

 eurological dan *angguan +omunikatif dan Stroke ouncil memperkirakan

 bah"a sekitar & juta orang de"asa Amerika memiliki gangguan rasa dan bau.

(iteratur telah menyusun lebih dari &$$ kondisi yang dikaitkan dengan perubahan

dalam kemampuan kemosensori. engan menggunakan anamnesa yang cermat,

 pemeriksaan fisik, tes kemosensori, dan studi pencitraan, beberapa pusat

kemosensori telah mengelompokkan pasien dengan gangguan penciuman ke

dalam beberapa kategori etiologi diantaranya gangguan obstruksi hidung dan

sinus, pasca infeksi saluran pernapasan atas, cedera kepala, penuaan, kongenital,

toksin, penyebab lain dan idiopatik. %/'

)re0alensi sebenarnya dari gangguan rasa dan bau pada populasi umum

tidak diketahui. ata terbaik yang tersedia berasal dari sur0ei 112, yang

mengungkapkan bah"a &,3 juta orang de"asa Amerika melaporkan masalah

 penciuman. Hal ini juga diketahui bah"a disfungsi kemosensori memburuk 

dengan usia. Sebuah studi &$$& menunjukkan pre0alensi gangguan penciuman

obyektif pada orang de"asa yang lebih tua dari 4/ tahun adalah &2,4 ! menjadi

#&,4 ! pada mereka yang berusia 5$-13 tahun.  i Austria, S"itzerland, dan

6erman sekitar 5$.$$$ penduduk pertahun berobat ke bagian 7H7 dengan keluhan

1

Page 2: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 2/21

gangguan penghidu. +ehilangan bau dan 8 atau rasa telah dikaitkan dengan asupan

gizi yang tidak memadai, mengurangi kesenangan sosial, dan penurunan

kesejahteraan psikologis. Ini bahkan mungkin mengancam nya"a, merusak 

deteksi asap kebakaran atau kemampuan untuk mengidentifikasi makanan basi.

)enyebab tersering gangguan penghidu adalah trauma kepala, penyakit sinonasal

dan infeksi saluran nafas atas. %2,4'

2

Page 3: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 3/21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

&. Anatomi Hidung

Secara umum anatomi hidung terbagi atas dua yaitu hidung eksterna danrongga hidung. Hidung eksternal berbentuk piramid disertai dengan suatu akar 

dan dasar. 9agian ini tersusun atas kerja tulang, kartilago hialin dan jaringan

fibroareolar. Hidung eksternal memiliki ukuran dan bentuk yang ber0ariasi,

terutama karena perbedaan dalam kartilago hidung. orsum nasi memanjang dari

sudut superior sebagai akar sampai ke puncak dari hidung. )ermukaan ba"ah

hidung ditembus oleh dua piriform yang membentuk lubang hidung %nostril,

lubang hidung anterior' yang mana dibatasi di lateral oleh sayap dan dipisahkan

oleh septum nasi. 7ulang hidung terdiri atas tulang hidung %os nasal' yang

membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung, prosssus frontalis os

maksila, prosessus nasalis os frontal dan tulang belakang hidung serta bagian

tulang dari septum nasi. Sedangkan tulang ra"an hidung terdiri atas lima kartilago

utama yaitu sepasang kartilago lateral, sepasang kartilago sayap dan satu kartilago

septum. +artilago sayap yang berbentuk : merupakan kartilago yang bebas dan

mudah bergerak, dimana berfungsi untuk melebarkan dan menyempitkan lubang

hidung ketika otot-otot hidung berkontraksi. %,#'

*ambar &. Anatomi Hidung ;ksterna %3'

3

Page 4: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 4/21

*ambar &.& Struktur tulang dan kartilago hidung %5'

<ongga hidung atau ca0um nasi dibagi menjadi dua yaitu kanan dan kiri

yang dipisahkan ole septum nasi yang dibentuk oleh lempeng perpendikularis

tulang ethmoid, kartilago septum dan 0omer. Masing-masing lubang hidung

memanjang dari nostril %lubang hidung anterior' di depan hingga ke belakang

yaitu lubang hidung posterior yang berhubungan dengan dengan nasofaring.

inding lateralnya sangat tidak rata karena penonjolan oleh / konka %superior,

media, inferior' dan didasari oleh meatus. %#,1'

*ambar &./ Anatomi a0um asi %$'

4

Page 5: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 5/21

<ongga hidung dibatasi oleh bagian atap yang bengkok dan sempit, kecuali

 pada akir posterior. 9agian atap dibagi menjadi / bagian yaitu anterior 

frontonasal, lempeng kribiformis ethmoidal dan posterior sphenoidal. (antai dari

ca0um nasi lebih lebar dari atap yang dibentuk oleh prosessus palatina maksila

dan lempeng horizontal tulang palatum. inding media ca0um nasi dibentuk oleh

septum nasi yang terdiri atas lempeng perpendikularis os ethmoid, 0omer,

kartilago septum dan puncak os maksila dan os palatum. Sedangkan bagian

dinding lateral tidak rata karena penonjolan / konka nasi %superior, media dan

inferior' seperti gulungan kertas. +onka membelok ke inferomedia yang masing-

masing membentuk atap dari meatus. %,1'

iantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit

yang disebut meatus. Meatus nasi terbagi atas tiga tergantung letaknya yaitu

meatus superior, meatus media dan meatus inferior. Meatus superior merupakan

ruang diantara konka superior dan konka media dan terdapat muara sinus ethmoid

 posterior dan sinus spenoid. Meatus media terletak diantara konka media dan

konka inferior terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus ethmoid

anterior. Sedangkan pada meatus inferor terletak diantara konka inferior dengan

dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung dan terdapat muara %ostium'duktus nasolakrimalis. %'

Sinus berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan

tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang

masuk, memproduksi mukus dan memberi efek resonansi dalam produksi "icara.

7erdapat empat pasang sinus paranasal yaitu sinus frontal, ethmoid, maksila dan

sphenoid. Sinus ini dilapisi membran mukosa. Sinus paranasal ini mengalirkan

cairanyya ke meatus rongga nasal melalui duktus kecil yang terletak di area tubuhyang lebih tinggi dari area lantai sinus. )ada posisi tegak, aliran mukus ke dalam

rongga nasal mungkin terhambat, terumata pada kasus infeksi sinus. %#'

Mukosa hidung terikat pada periosteum dan perichondrium tulang

 pendukung dan tulang ra"an hidung. Mukosa secara terus menerus melapisi

semua rongga dimana rongga hidung berhubungan dengan= nasofaring posterior,

sinus paranasal superior dan lateral, dan kantung air mata dan konjungti0a

superior. ua pertiga inferior dari mukosa hidung adalah daerah pernapasan, dan

5

Page 6: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 6/21

sepertiga superior adalah area penciuman. :dara yang le"at di atas "ilayah

 pernapasan dihangatkan dan dilembabkan sebelum mele"ati sisa saluran

 pernapasan bagian atas ke paru-paru. aerah penciuman adalah mukosa khusus

yang mengandung organ penciuman> penciuman menarik udara ke daerah ini.

)roses sentral dari neuron reseptor penciuman di epitel penciuman bersatu untuk 

membentuk berkas saraf yang mele"ati lempeng kribiformis membentul bulbus

olfaktorius. Mukosa pernapasan dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis semu

 bersilia sedangkan mukosa penghidu dilapisi ole epitel kolumnar berlapis semu

tidak bersilia. %,'

*ambar &.2 Struktur Mukosa ?lfaktorius %&'

Membran penciuman secara histologi terletak di bagian superior dari

masing-masing lubang hidung. Secara medial, membran penciuman berlipat ke

 ba"ah sepanjang permukaan superior septum> secara lateral, ia berlipat mele"ati

konka superior dan bahkan lebih dari sebagian kecil dari permukaan atas konka

media. alam setiap lubang hidung, membran penciuman memiliki luas permukaan sekitar &,2 sentimeter persegi. Sel-sel reseptor untuk sensasi bau

adalah sel olfaktorius, yang sebenarnya sel-sel saraf bipolar berasal berasal dari

sistem saraf pusat itu sendiri. Ada sekitar $$ juta sel-sel ini dalam epitel

 penciuman diselingi antara sel-sel sustentacular. Akhir mukosa sel penciuman

membentuk tombol yang terdiri atas 2-&4 rambut penciuman %juga disebut silia

 penciuman', berukuran diameter $,/ mikrometer dan panjang hingga &$$

mikrometer, yang mengasilkan lendir yang melapisi permukaan bagian dalam

6

Page 7: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 7/21

rongga hidung. Hasil produksi silia penciuman ini membentuk tikar padat dalam

mukosa, dan bereaksi terhadap bau di udara dan merangsang sel-sel penciuman.

6arak antara sel-sel penciuman dalam membran penciuman banyak terdapat

kelenjar 9o"man kecil yang mengeluarkan lendir ke permukaan membran

 penciuman. %/'

&.& @isiologi Hidung@ungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah sebagai fungsi respirasi

untuk mengatur kondisi udara %air conditioning', penyaring udara, humidifikasi,

 penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan imunologik lokal> sebagai fungsi

 penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reser0oir udara untuk 

menampung stimulus penghidu. Sebagai fungsi fonetik yang berguna untuk 

resonansi suara, membantu proses bicara dan mencegah hantaran suara sendiri

melalui konduksi tulang. Sebagai fungsi statik dan mekanik untuk meringankan

 beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas serta sebagai refleks

nasal seperti refleks bersin dan napas berhenti jika terjadi iritasi mukosa hidung %'

<eseptor penciuman hanya memberikan respon terhadap zat yang

 berhubungan dengan epitel penciuman dan dilarutkan dalam lapisan lendir tipisyang menutupinya. Ambang batas untuk zat penciuman ditunjukkan pada tabel

., menggambarkan sensiti0itas reseptor penciuman terhadap beberapa zat. %2'

7abel . Ambang 9atas )enciuman %2'

Senya"a Mg8( :dara;til ;ter 4,5/+loroform /,/$)iridin $,$/Minyak )ermen $,$&

odoform $,$&Asam 9utirat $,$$1)ropil merkaptan $,$$#BArtificial muskC $,$$$$2Metil merkaptan $,$$$$$$2

<eseptor untuk bau %penciuman' adalah kemoreseptor yang mendeteksi uap

kimia yang telah terhirup ke dalam rongga hidung bagian atas. Sama seperti

adanya reseptor rasa spesifik, pada hidung juga terdapat reseptor aroma tertentu,

dan penelitian menunjukkan bah"a manusia memiliki beberapa ratus reseptor 

yang berbeda. +etika dirangsang oleh molekul uap, reseptor penciuman

7

Page 8: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 8/21

menghasilkan impuls yang diba"a oleh saraf penciuman %ner0us kranial '

melalui tulang ethmoid sampai ke bulbus olfaktorius. )erjalanan impuls ini

 berakhir di area penciuman lobus temporal. :ap dapat merangsang banyak 

kombinasi reseptor, dan telah diperkirakan bah"a otak manusia mampu

membedakan antara $.$$$ aroma yang berbeda. %4'

&./ *angguan )enghidu&./. efinisi

*angguan penghidu disebut dengan DosmiaE yang mencakup anosmia,

hiposmia, disosmia serta agnosia. Anosmia adalah tidak bisa mendeteksi bau,

hiposmia adalah penurunan kemampuan dalam mendeteksi bau, disosmia adalahdistorsi identifikasi bau. isosmia dibagi menjadi parosmia dan panthosmia.

)arosmia adalah perubahan persepsi pembauan meskipun terdapat sumber bau,

 biasanya bau tidak enak sedangkan phantosmia adalah persepsi bau tanpa adanya

sumber bau. Agnosia adalah tidak bisa menyebutkan atau membedakan bau,

"alaupun penderita dapat mendeteksi bau. *angguan penghidu dapat bersifat total

%seluruh bau', parsial %hanya sejumlah bau', atau spesifik %hanya satu atau

sejumlah kecil bau'. %4'

&./.& ;tiologiSecara umum kelainan penciuman dikelompokkan menjadi / yaitu kelainan

transpor %konduktif', kelainan sensoris dan gangguan saraf. *angguan transpor 

disebabkan pengurangan stimulus yang sampai ke epitelium olfaktorius, misalnya

inflamasi kronik di hidung. *angguan sensoris disebabkan kerusakan langsung

 pada neuroepitelium olfaktorius misalnya pada infeksi saluran pernapasan atas

atau polusi udara toksik. Sedangkan gangguan saraf disebabkan gangguan pada

 bulbus olfaktorius dan jalur sentra olfaktorius misalnya pada penyakit

neurodegeneratif atau tumor intrakranial. 9eberapa penyakit yang disebabkan

karena gangguan transpor bau adalah rinitis alergi, rinosinusitis bakteri, kelainan

kongenital, neoplasma hidung, polip, de0iasi septum nasi, operasi hidung dan

infeksi 0irus. :ntuk kelainan yang disebabkan oleh gangguan sensoris yaitu obat-

obatan, neoplasma, terapi radiasi, paparan kimia toksik, infeksi 0irus. :ntuk 

8

Page 9: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 9/21

gangguan yang disebabkan oleh kelainan saraf adalah AIS, alkohol, penyakit

alzheimer, toksin kimia, asap rokok, diabetes mellitus, depresi, obat-obatan,

huntington’s chorea, hipotiroid, sindrom kallmann, malnutrisi, neoplasma,

neurosurgery,  penyakit parkinson, trauma, defisiensi 0itamin 9& dan defiensi zat

 besi. 9erdasarkan hasil penelitian Hey"ood et al.  %11$' penyebab terjadinya

gangguan penghidu dikelompokkan atas gangguan obstruksi hidung dan sinus

%&$!', pasca infeksi saluran pernapasan atas %3!', cedera kepala %/&!',

 penuaan %#!', penyebab lain %#!' dan idiopatik %$!'. )enelian lainnya juga

menambahkan penyebab terjadinya gangguan penghidu adalah kongenital dan

toksin. %&,/,2,#'

&.2 )emeriksaan )enciuman&.2.. Anamnesis

Anamnesa sangat penting dalam menegakkan diagnosa pasien, terutama

"aktu terjadinya gangguan. Apakah kelainan terjadi secara tiba-tiba atau

 perlahan-lahan dalam "aktu yang lama. alam hal ini harus diingat untuk 

meminta pasien mengingat kejadian yang berhubungan dengan temporal,

misalnya kecelakaan, pemakaian obat-obatan, atau infeksi akut seperti rinitis atau

rinosinusitis. 7etapi, pemeriksa juga harus berhati-hati agar tidak menginterpretasikan secara berlebihan kemungkinann penyebab kausatif yang

disampaikan oleh pasien. 6uga perlu ditanyakan apakah pasien sudah pernah

mengalami gejala seperti iniF apakah disertai dengan gejala lain misalnya keluar 

sekret, hidung berair, hidung tersumbat, pernaasan hidung atau penyakit lain yang

 bersamaan seperti tiroid, kardiopulmonari, hepatik, penyakit ginjal atau alergi.

<i"ayat gangguan pergerakan %tremor' atau gangguan dalam ingatan juga

ditanyakan. Apakah keluarga mempunyai ri"ayat parkinson atau alzeimer jugaharus die0aluasi. pertanyaan penting adalah apakah gangguan ini terus menerus

hadir atau hilang timbul. 6ika hilang timbul kemungkinan gangguan ini mengarah

ke gangguan sinonasal %konduktif'. *angguan penciuman paling sering terdapat

 pada "anita dekade kedua sampai kelima. 6ika gangguan terjadi pada remaja atau

dua puluhan, gangguan metabolisme harus dicurigai. )enting juga ditanyakan

apakah gangguan yang dialami selama inhalasi atau ekshalasi dan apakah

memblokir satu atau kedua lubang hidung juga harus die0aluasi. )ada parosmia

9

Page 10: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 10/21

dan panthosmia perlu dijelaskan baunya bagaimana. Selain itu juga perlu

ditanyakan apakah ada kelainan sensoris lain seperti pengecap dan penglihatan.

%,3'

&.2.&. )emeriksaan @isik )emeriksaan fisik 7H7 meliputi pemeriksaan hidung dengan rinoskopi

anterior, posterior dan nasoendoskopi untuk menilai ada atau tidaknya sumbatan

di hidung, seperti inflamasi, polip, hipertrofi konka, septum de0iasi, penebalan

mukosa, dan massa tumor akan mempengaruhi proses transport bau ke area

olfaktorius. %2'

&.2./. )emeriksaan )sikofisikal penciuman orthonasala. 7est penciuman sederhana9eberapa tes didasarkan pada beberapa bau atau odoran, karena mudah dan

komprehensif. amun, karena sebagian besar pemeriksaan ini termasuk 

komponen 0erbal, kita harus mempertimbangkan pengaruh kognitif dan bahasa

 pada tes tersebut. alam tes ini pasien diminta untuk menghidu alkohol, kopi,

minyak "angi dan skatol %feses'. Setelah itu pasien dicoba untuk menghidu

amoniak. Amoniak akan merangsang n. 7rigeminus bukan n. ?lfaktorius. 7es

sederhana ini mampu membedakan antara normosmia dan hiposmia 8 anosmia.

+euntungan pemeriksaan ini adalah durasi yang singkat> kerugiannya adalah

0aliditasnya relatif rendah sehubungan dengan hasil yang lebih rinci, sehingga

menyebabkan tes ini tidak cocok untuk konteks medikolegal dan setidaknya pada

e0aluasi secara indi0idual dan e0aluasi untuk terapi. %,1'

 b. 7es Sniffin Sticks

7es ini untuk menilai kemosensoris dari penghidu dengan alat yang berupa pena. 7es ini dipelopori working group olfaction and gustation  di 6eman dan

 pertama kali oleh Hummel dan ka"an-ka"an. )anjang pena 2 cm dengan

diameter ,/ cm yang berisi 2 ml odoran dalam bentuk tampon dengan pelarutnya

 propylene glycol. Alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ini adalah tutup mata

dan sarung tangan yang bebas dari odoran. 7es dilakukan dengan cara membuka

tutup pena selama / detik dan diletakkan & cm di depan hidung, tergantung yang

diuji hidung sebelah kiri atau sebelah kanan. ari 7es ini dapat diketahui tiga

10

Page 11: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 11/21

komponen, yaitu ambang penghidu %Treshold 87', diskriminasi penghidu

% Discrimination8', dan identifikasi penghidu % Identification8I'. :ntuk ambang

 penghidu %7' digunakan n-butanol sebagai odoran. 7es ini menggunakan triple

 forced choice paradigma yaitu metode bertingkat tunggal dengan / pilihan

 ja"aban. )engujian dilakukan dengan pengenceran n-butanol, dimulai dengan 2!

n-butanol, dan dilanjutkan menjadi # serial pengenceran dengan perbandingan

=& dengan pelarut aGua deionisasi. 7es dilakukan dengan menggunakan / buah

 pena dalam urutan acak, & pena berisi larutan dan pena berisi odoran.

)emeriksaan dilakukan dalam "aktu &$ detik. Skor yang diberikan untuk ambang

 penghidu adalah $ sampai #. :ntuk diskriminasi penghidu %', dilakukan dengan

menggunakan / pena secara acak dimana & pena berisi odoran yang sama dan

 pena ke-/ berisi odoran yang berbeda. )asien disuruh menentukan mana odoran

yang berbeda dari / pena tersebut. )emeriksaan / serangkai pena ini dilakukan

&$-/$ detik. Skor untuk diskriminasi penghidu adalah $ sampai #. :ntuk 

identifikasi penghidu %I', tes dilakukan dengan menggunakan # odoran yang

 berbeda, yaitu jeruk, anis %adas manis',  shoe leather %kulit sepatu', peppermint,

 pisang, lemon, liGuorice %akar manis', clo0es %cengkeh', cinnamon %kayu manis',

turpentine %minyak tusam', ba"ang putih, kopi, apel, nanas, ma"ar dan ikan.:ntuk satu odoran yang betul diberi skor , jadi nilai skor untuk tes identifikasi

 penghidu antara $-#. Inter0al antara pengujian minimal /$ detik untuk proses

desensitisasi dari ner0us olfaktorius. :ntuk menganalisa fungsi penghidu

seseorang digunakan skor 7I %Treshold/ Discrimination/ Identification'. Hasil

dari ketiga subtes DSniffin Sticks” dinilai dengan menjumlahkan nilai 7--I.

engan rentangan skor -25, bila skor 4 dikategorikan anosmia, #-&1

dikategorikan hiposmia, dan /$ dikategorikan normosmia./$ 7es inimenggambarkan tingkat dari gangguan penghidu, tapi tidak menerangkan letak 

anatomi dari kelainan yang terjadi. %2'

11

Page 12: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 12/21

*ambar &.4 Alat Sniffin Sticks %&$'

*ambar &.# ara melakukan tes Sniffin Sticks %&'

c. University of ennsylvania Smell Identification Test  %:)SI7'

7est ini berkembang di Amerika, pada tes ini terdapat 2 buku yang masing-

masing berisi $ odoran. )emeriksaan dilakukan dengan menghidu buku uji,

dimana didalamnya terkandung $-4$J odoran. Hasilnya pemeriksaan akan

dibagi menjadi # kategori yaitu normosmia, mikrosmia ringan, mikrosmia sedang,

mikrosmia berat, anosmia, dan malingering %kepura-puraan'. %2'

12

Page 13: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 13/21

*ambar &.3 Alat :)SI7 tes %&&'

d. !ross"!ultural Smell Identification Test %SI7'7es ini membutuhkan pasien untuk mengidentifikasi bau dari daftar empat

 pengidentifikasi. alam beberapa pilihan paksa prosedur, & odor diuji. ?dor 

mikroenkapsulasi dilekatkan pada kertas, dan dapat dilepaskan dengan

menggosok kertas dengan pensil. tes ini memiliki 0alidasi yang baik.dan

memungkinkan dilakukan oleh pasien tanpa bantuan. %1'

e.  #uropean Test of $lfactory !apa%ilities

7es ini menggunakan & odor didalam botol gelas kaca. ilakukan dua prosedur yaitu pertama mengidentifikasi salah satu dari 2 botol yang berisi

odoran, kemudian mengidentifikasi dari 2 daftar odoran seperti pada pilihan

ganda. %1'

 f. &urcher 'iechtest 

7es ini mencakup 2 odor dalam disk yang disebut bau, odor harus

diidentifikasi dari / item. isk dapat digunakan kembali dan dapat diterapkan

oleh pasien tanpa bantuan. tes telah di0alidasi dalam sampel yang relatif kecil. %1'

g. !onnecticut !hemosensory !linical 'esearch !enter Test  %<'7est ini dapat mendeteksi ambang penghidu, identifikasi odoran, dan

e0aluasi ner0us trigeminal. :ntuk ambang penghidu digunakan larutan butanol

2! dan diencerkan dengan aGua steril dengan perbandingan =/, sehingga didapat

5 pengenceran pada 5 tempat yang berbeda. 7empat untuk butanol 2! diberi

nomor $, dilanjutkan dengan pengenceran diberi sampai nomor 5. alam

melakukan test dimulai dari nomor 5, nomor 3 dan seterusnya sampai nomor $.

:ntuk menghindari bias pasien disuruh menentukan mana yang berisi odoran

13

Page 14: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 14/21

tanpa perlu mengidentifikasikannya. Ambang penghidu didapat bila ja"aban betul

/-4 kali berturut-turut tanpa kesalahan. )emeriksaan dikerjakan bergantian pada

hidung kiri dan kanan, dengan menutup hidung kiri bila memeriksa hidung kanan

atau sebaliknya. 7es kedua yaitu identifikasi penghidu, dengan menggunakan 5

odoran yang harus diidentifikasi dari # item. ilai ambang dan identifikasi

dikalkulasikan dan dinilai sesuai skor <. Hasil dari ambang dan tes

identifikasi dikombinasikan menjadi skor gabungan, rata-rata dari dua tes. Skor 4

 poin atau lebih menunjukkan normosmia, skor antara & dan 2,4 poin menunjukkan

 penurunan fungsi penciuman dalam hal hiposmia, dan skor kurang dari & poin

menunjukkan anosmia fungsional. %2,1,&/'

*ambar &.5 Alat tes < %&/'

h. 7 K 7 Test 

7es ini dikembangkan di 6epang oleh )rofesor S@ 7akagi dan )rofesor 9

7oyoda. 7es ini menggunakan 4 odoran %alkohol  ("phenylethyl)  metil

cyclopentenolone, asam iso0aleric, undecalactone, scatole' dalam 5 konsentrasi.

7es dimulai dari konsentrasi yang paling kecil, pertama pada ambang persepsi

ketika konsentrasi odoran yang pertama kali dirasakan oleh pasien, sedangkanambang identifikasi adalah konsentrasi odoran yang benar-benar dirasakan oleh

 pasien. %1'

&.2.2. )emeriksaan )sikofisikal penciuman retronasal)enciuman retronasal mencerminkan persepsi bau melalui makan dan

minum.penciuman retronasal terjadi hampir secara eksklusif dalam konteks

asupan makanan dan minuman, tetapi sebagian besar keliru untuk persepsi

14

Page 15: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 15/21

rasa.test retronasal pertama kali dikenalkan oleh *uttich yang menemukan cara

untuk mengekspos kepura-puraan dalam in0estigasi medikolegal. Ide dasarnya

 bah"a orang anosmia tidak bisa merasakan taste dari cairan yang diberikan ke

mulut. 6ika orang yang diduga anosmia masih bisa mengidentifikasi taste cairan

ini mengindikasikan persepsi bau. 9agaimanapun, tes ini tidak terstruktur dan

tidak dipercaya. Aachen DrhinotestE adalah sebuah tes retronasal yang

menggunakan # odoran ssemprot yang diberikan ke mulut. Indi0idu diminta untuk 

memilih kualitas odor dari # bahan %bunga, menjijikkan, buah-buahan, kismis,

menyegat dan pedas'. Sebuah tes yang dikembangkan di jepang odoran sejenis

 prosultiamine %bau ba"ang putih' yang diberikan secara intra0ena dan diharapkan

 pasien dapat merasakan bau. 7est retronasal lainnya adalah taste powder dimana

&$ bubuk sampel makanan dan pedasdiberikan ke mulut dan diidentifikasi oleh

 pasien. %1'

&.2.4. )emeriksaan untuk parosmia dan panthosmia:ntuk penegakan diagnosa parosmia dan panthosmia semata-mata hanya

 berdasarkan pada laporan pasien. )emeriksaannya diberikan skor dengan sistem

sebagai berikut=a. @rekuensi kejadian= harian L poin, sebaliknya L $ poin

 b. Intensitas= sangat kuat L poin, sebaliknya L $ poinc. ;fek sosial %misalnya penurunan berat badan, perubahan kebiasaan yang

signifikan'= iya L poin, tidak L $ poinSkor total menandakan tingkatan kelainan. 7emuan untuk mendukung

diagnosis gangguan bau kualitatif adalah nilai rendah dalam tes identifikasi bau

dan 0olume bulbus olfactorius yang kecil dibandingkan dengan pasien dengan

 penciuman utuh. 7erakhir mungkin menunjukkan penurunan angka interneuron

 bulbus olfactorius, sehingga mengurangi hambatan lateral, yang pada gilirannya,

dapat menghasilkan disfungsi penciuman kualitatif. %1'

&.2.#. )emeriksaan pencitraan)emeriksaan ini bertujuan untukmenyingkirkan kelainan intrakranial dan

e0aluasi kondisi anatomis hidung, misalnya pada kasus tumor otak atau kelainan

di hidung. )emeriksaan foto polos kepala tidak banyak memberikan data

kelainan-kelainan ini dan jarang digunakan. )emeriksaan tomografi komputer %7

Scan' merupakan pemeriksaan yang paling berguna untuk memperlihatkan adanya

massa, penebalan mukosa atau adanya sumbatan pada celah olfaktorius.

15

Page 16: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 16/21

)emeriksaan ini juga efektif untuk menilai penyakit inflamasi traktus sinonasal

dan juga dapat menilai struktur tulang yang berdekatan dengan jalur olfaktorius

misalnya etmoid dan lempeng kribiformis. 7 Scan koronal terutama bermanfaat

untuk menilai anatomi paranasal. )emeriksaan  *agnetic 'esonance Imaging 

%M<I' merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif untuk kelainan pada jaringan

lunak seperti bulbus olfaktorius, traktus dan parenkim kortikal. )emeriksaan ini

dilakukan bila ada kecurigaan adanya tumor. )emeriksaan pencitrraan lainnya

seperti ositron #mission Tomography %);7', functional  M<I %fM<I' dan Single"

 roton #mission !omputed Tomography %S);7' memiliki kegunaan yang terbatas

untuk saat sekarang. %2,5'

&.2.3. )emeriksaan elektrofisiologis fungsi penghidua. $lfactory #vent"'elated otentials %;<)'

;<) adalah salah satu pemeriksaan fungsi penghidu dengan memberikan

rangsangan odoran intranasal, dan dideteksi perubahan pada

elektroencephalogram %;;*'. <angsangan odoran untuk memperoleh

kemosensori ;<)s harus dengan konsentrasi dan durasi rangsangan yang tepat.

aktu rangsangan yang diberikan antara -&$ mili detik. 6enis zat yang digunakan

adalah 0anilin, phenylethyl alkohol, dan H&S. %2'

 b.  #lektro"$lfactogram %;?*')emeriksaan ini dilakukan dengan menempatkan elektroda pada permukaan

epitel penghidu dengan tuntunan endoskopi. +adang pemeriksaan ini kurang

nyaman bagi pasien karena biasanya menyebabkan bersin pada "aktu

menempatkan elektroda di regio olfaktorius dihidung. %2'

&.4 )enatalaksanaan&.4. *angguan transpor penciuman

7erapi untuk pasien dengan gangguan transportasi penciuman karena rhinitis

alergi, rhinitis dan sinusitis bakteri, polip, neoplasma, dan kelainan struktur rongga hidung dapat dilakukan secara rasional dan dengan kemungkinan tinggi

 perbaikan. )era"atan berikut ini sering efektif dalam memulihkan indera

 penciuman= %' manajemen alergi> %&' terapi antibiotik> %/' terapi glukokortikoid

topikal dan sistemik> dan %2' operasi untuk polip hidung, de0iasi septum hidung,

dan sinusitis hiperplastik kronis. %&'

&.4.& *angguan sensoris penciuman

16

Page 17: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 17/21

7idak ada pengobatan yang menunjukkan keberhasilan untuk gangguan

 penciuman sensorineural. :ntungnya, pemulihan spontan sering terjadi. 9eberapa

dokter menganjurkan terapi zat besi dan 0itamin. efisiensi zat besi yang

mendalam pasti dapat menyebabkan kerugian dan distorsi dari indera penciuman,

tapi itu bukan masalah klinis kecuali di "ilayah geografis yang sangat terbatas.

7erapi 0itamin telah didominasi dalam bentuk 0itamin A. degenerasi epitel yang

 berhubungan dengan kekurangan 0itamin A dapat menyebabkan anosmia, namun

kekurangan 0itamin A bukanlah masalah klinis umum di masyarakat barat.

)aparan asap rokok dan bahan kimia beracun lainnya di udara dapat menyebabkan

metaplasia dari epitel penciuman. )emulihan spontan dapat terjadi jika paparan

dihentikan. ?leh karena itu, konseling pasien sangat membantu dalam kasus ini.%&'

&.4./ *angguan saraf penciumanSeperti disebutkan sebelumnya, lebih dari setengah dari orang yang lebih

tua dari usia #$ menderita disfungsi penciuman. 7idak ada pengobatan yang

efektif untuk presbyosmia tetapi penting untuk mendiskusikan masalah ini

dengan pasien usia lanjut. Selain itu, manfaat langsung dapat diperoleh dengan

mengidentifikasi masalah a"al> insiden kecelakaan gas alam yang berhubungan

amat tinggi pada orang tua, mungkin karena sebagian hilangnya pemciuman

 bertahap. 9anyak pasien yang lebih tua dengan disfungsi penciuman mengalami

 penurunan sensasi rasa dan merasa perlu untuk rasa yang belebih pada makanan.

Metode yang paling umum adalah dengan meningkatkan jumlah garam dalam diet

mereka. +onseling hati-hati dapat membantu pasien mengembangkan strategi

yang sehat untuk menangani rasa penurunan penciuman.  %&'

&.4.2 Managemen panthosmia)engelolaan phantosmia ber0ariasi, salah satu terapi sederhana dan aman

yang telah efektif pada banyak pasien adalah untuk menanamkan empat saline

tetes hidung dalam lubang hidung yang terkena dalam posisi kepala di ba"ah dan

ke depan . Hal ini mungkin efektif melalui penyumbatan pada saluran udara

hidung atas. i ;ropa, Nilstorff dan @ikentscher dan <asinski telah menggunakan

kokain topikal hidroklorida langsung pada mukosa penciuman> amun, beberapa

 pengobatan ulangan diperlukan, dan dokter lainnya juga mendapatkan hasil yang

sama. Selain itu, kemampuan penciuman yang hilang total pada satu pasien yang

17

Page 18: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 18/21

menggunakan pengobatan ini setiap hari selama beberapa tahun . Ahli bedah saraf 

telah melakukan olfactory %ul%ectomy melalui pendekatan kraniotomi bedah saraf 

untuk mengurangi  phantom odor . Meskipun pasien yang telah menjalani operasi

ini sangat senang bisa menyingkirkan bau hantu mereka, disisi lain mereka tidak 

lagi memiliki kemampuan dalam penciuman. 6ika kedua bagian hidung dioperasi,

mereka akan benar-benar mengalami anosmia. (eopold et al ., telah berhasil

mengelola phantosmia dengan mengangkat epitel penciuman dari bagian ba"ah

lempeng kribiformis. +euntungan prosedur ini tampaknya bah"a kemampuan

 penciuman tidak ire0ersibel pada beberapa orang. %/'

&.# )rognosis

Hasil dari disfungsi penciuman sebagian besar tergantung pada etiologi.

isfungsi penciuman karena adanya obstruksi yang disebabkan oleh polip,

neoplasma, pembengkakan mukosa, atau de0iasi septum adalah re0ersibel. +etika

obstruksi dilepaskan, kemampuan penciuman dapat kembali. +ebanyakan pasien

yang kehilangan indra penciuman mereka selama infeksi saluran pernapasan atas

 benar-benar memulihkan kemampuan penciuman, amun, sejumlah kecil pasien

tidak pernah sembuh setelah adanya gejala lain dari penyembuhan infeksi. :ntuk 

alasan yang tidak jelas, pasien sebagian besar perempuan dalam dekade keempat,kelima, dan keenam. )rognosis untuk pemulihan umumnya jelek. +emampuan

identifikasi penciuman dan ambang batas semakin menurun seiring bertambahnya

usia. 7rauma kepala ke daerah frontal paling sering menyebabkan hilangnya

 penciuman, meskipun total anosmia adalah lima kali lebih mungkin dengan

 pukulan oksipital. )emulihan fungsi penciuman setelah trauma tengkorak 

traumatis hanya $ ! dan kualitas kemampuan penciuman pasca - pemulihan

 biasanya jelek. )aparan racun seperti asap rokok dapat menyebabkan metaplasiadari epitel penciuman. )emulihan dapat terjadi dengan penghapusan agen

 penyebab. %&'

18

Page 19: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 19/21

9A9 III +;SIM):(A

a *angguan penghidu disebut dengan DosmiaE yang mencakup anosmia,

hiposmia, disosmia serta agnosia. Secara umum kelainan penciuman

dikelompokkan menjadi / yaitu kelainan transpor %konduktif', kelainan

sensoris dan gangguan saraf. b engan menggunakan anamnesa yang cermat, pemeriksaan fisik, tes

kemosensori, dan studi pencitraan penyebab terjadi serta diagnosa gangguan

 penghidu dapat kita tentukan.c )emeriksaan penciuman yang dapat dilakukan untuk pasien dengan

gangguan penghidu antara lain tes penciuman sederhana, Sniffin Sticks)

!ross"!ultural Smell Identification Test %SI7', University of 

 ennsylvania Smell Identification Test  %:)SI7', !onnecticut !hemosensory

!linical 'esearch !enter Test  %<-7est' dan pemeriksaan psikofisikal

 penciuman retronasal.d )emeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan elektrofisiologis fungsi penghidu

dan pemeriksaan pencitraan seperti 7 Scan dan M<I.

19

Page 20: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 20/21

A@7A< ):S7A+A

.Moore +(, Agur AM<. ;ssential linical Anatomy. /rd ed. :SA= (ippincott

illiams K ilkins> &$$3.&.(al"ani A+. urrent iagnosis K 7reatment In ?tolaryngology - Head K

 eck Surgery :nited States of America= Mc *ra" Hill> &$$3./.ummings , @lint ), Haughey 9H, <obbins +7, 7homas 6<, Harker

(A, et al. ummings ?tolaryngology= Head K eck Surgery. 2th ed.

)hiladelphia= Mosby> &$$4.

2.Huriyati ;, 9udiman 96, el0ia 7. *angguan @ungsi )enghidu. <epository:nand. &$/ 6un.4.(eopold , airns , Holbrook ;H, oell A. isorders of 7aste and

Smell. O?nlineP.> &$2 Ocited &$2 4 2. A0ailable from=

http=88emedicine.medscape.com8article85#&2&-o0er0ie"Qa"&aab#b&.#.Sloane ;. Anatomi dan @isiologi untuk )emula 6akarta= ;*> &$$/.3.<ohmanah . @ungsi Hidung Manusia. O?nlineP.> &$/ Ocited &$2 May /.

A0ailable from= http=88blogging.co.id8fungsi-hidung.5.<anti S(. Hiposmia. O?nlineP.> &$& Ocited &$2 May /. A0ailable from=

http=88skydrugz.blogspot.com8&$&8$8refarat-hiposmia.html.

1.;llis H. linical Anatomy. th ed. Australia= 9lack"ell )ublishing> &$$#.$.)erdhana (. Anatomi @isiologi Hidung. O?nlineP.> &$/ Ocited &$2 May /.

A0ailable from= http=88medicina-islamica-lg.blogspot.com8&$/8$58anatomi-

fisiologi-hidung-nasus.html..Soepardi ;A, Iskandar , 9ashiruddin 6, <estuti <. 7elinga, Hidung,

7enggorok, +epala dan (eher. #th ed. 6akarta= @+ :I> &$$3.&.7hedjo S. Anatomi @isiologi Hidung. O?nlineP.> &$& Ocited &$2 4 /.

A0ailable from= http=88kusakabeyou.blogspot.com8&$&8$18anatomi-fisiologi-

hidung.html.

/.*uyton A, Hall 6;. 7eRtbook of Medical )hysiology. th ed. )ennsyl0ania=;lse0ier Saunders> &$$#.2.*anong @. <e0ie" of Medical )hysiology. &&nd ed. :nited States America=

Mc *ra" Hill ompanies> &$$4.4.Scanlon , Sanders 7. ;ssentials of Anatomy and )hysiology. 4th ed. :nited

States of America= a0is ompany> &$$3.#.<a0i0 6<, +ern <. hronic <hinosinusitis and ?lfactory ysfunction= An

:pdate. In Hummel 7, elge-(ussen A. 7aste and Smell. S"itzerland= S.

+arger A*> &$$#. p. $5-&2.3.elge-(uessen A, (eopold A, Mi"a 7. Smell and 7aste isorder-

iagnostic and linical ork :p. In elge-(uessen A, Hummel 7.

20

Page 21: Referat Thtaa

7/25/2019 Referat Thtaa

http://slidepdf.com/reader/full/referat-thtaa 21/21

Management of Smell and 7aste isorders. :nited States of America=

7hieme> &$2.5.oty <(, 6ackman AH. ?lfaction and *ustation. In Sno" 69, ackym )A,

9allenger 66. 9allengerTs ?torhinolaryngology= Head and eck Surgery.

India= )eoplesTs Medical )ublishing House> &$$1. p. 2#4-23/.1.Hummel 7, Hummel , elge-(uessen A. Assesment of ?lfaction and

*ustation. In elge-(uessen A, Hummel 7. Management of Smell and 7aste

isorders. :nited States of America= 7hieme> &$2.&$.Anonim. Medisense. O?nlineP. Ocited &$2 4 2. A0ailable from=

http=88smelltest.eu8en8product8burghart-sniffin-sticks-discrimination-test8.&.Anonim. Monell. O?nlineP. Ocited &$2 4 2. A0ailable from=

http=88fla0or.monell.org8Ujlundstrom8research!&$beha0ior.html.&&.oty <(. Smell and the egenerating 9rain. O?nlineP.> &$/ Ocited &$2 4 2.

A0ailable from= http=88""".the-scientist.com8Farticles.0ie"8articleo8/3#$/8title8Smell-and-the-egenerating-9rain8.

&/.anez 6, 7oledao A, Serrano ;, Martin de <osales AM, <odriguez @9,arona ). haracterization of a clinical olfactory test "ith an artificial nose.

@rontiers in euroengineering. &$& @eb> 4%'.

21