89822147 refrat tetanus
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
1/28
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan eksotoksin bakteri gram positif
Clostridium tetani yang bersifat obligat anaerob dan membentuk spora. Spora banyak
terdapat di dalam tanah dan feses hewan dan infeksi terjadi akibat kontak dengan jaringan
melalui luka. Toksin mempengaruhi saraf yang mengontrol fungsi otot (1).
Tetanus sudah dikenal sejak jaman Mesir kuno, tetapi isolasi C.tetani dari manusia baru
pertama kali dilakukan tahun 1! oleh "itasato. #munisasi pasif terhadap tetanus pertama
kali diperkenalkan oleh $o%ard pada tahun 1!& dan digunakan selama perang dunia #. 'ada
tahun
1! *es%ombey mengembangkan imunisasi aktif tetanus toksoid dan digunakan se%ara
luas selama 'erang *unia ## (,+).
Tetanus terutama ditemukan pada negaranegara kurang dan sedang berkembang
dengan iklim hangat dan lembab dan banyak penduduk. Tetanus merupakan salah satu
penyakit yang menjadi terget program imunisai -orld ealth /rgani0ation (+,).
#nsidensi tahunan tetanus di dunia adalah ,21 juta kasus dengan tingkat
mortalitas sekitar 23. di negara berkembang tetanus banyak ditemukn pada populasi
neonatus dan merupakan salah satu penyebab mortalitas bayi. *i negara maju tetanus terutama
terjadi setelah luka tusuk yang tidak disengaja, misalnya saat bertani atau berkebun, yang
tidak mendapatkan perawatan luka yang adekuat (2,4).
5ingkungan tanah #ndonesia yang kaya C. Tetani dan angka mortalitas yang
tinggi menuntut dokter umum untuk mrnguasai pen%egahan dan penanganan tetanus.
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
2/28
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
A. Definisi
'enyakit klinis yang ditandai dengan onset akut hipertonia dan kontraksi otot yang
nyeri (biasanya otot rahang dan leher) dan spasme otot general tanpa penyebab medis lain
yang tampak dengan6tanpa bukti laboratoris C. Tetani atau toksinnya dengan atau tanpa
riwayat trauma (+,&).
Clostridium tetani merupakan organisme obligat anaerob, batang gram positif,
bergerak, ukurannya kurang lebih , 7 4 8m. Mikroorganisme ini menghasilkan spora pada
salah satu ujungnya sehingga membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis.
SporaClostridium tetani sangat tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan
pengeringan. "uman ini terdapat dimanamana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran
hewan terutama kuda. Spora tumbuh menjadi bentuk 9egetatif dalam suasana anaerobik.
:entuk 9egetatif ini menghasilkan dua jenis toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin.
Tetanolisin belum diketahui kepentingannya dalam patogenesis tetanus dan menyebabkan
hemolisis in 9itro, sedangkan tetanospasmin bekerja pada ujung saraf otot dan sistem saraf
pusat yang menyebabkan spasme otot dan kejang.
B. Sejarah
Tetanus berasal dari bahasa ;unani teinein yang artinya attone berhasil menimbulkan tetanus pada kelin%i dengan menginjeksi
ner9us skiatik dengan pus dari manusia penderita tetanus. 'ada tahun yang sama, $i%olaier
berhasil menimbulkan tetanus pada hewan dengan menginjeksikan tanah. 'ada tahun 1!
"itasato juga melaporkan bahwa toksin tetanus dinetralisir oleh antibody spesifik yang
dibentuk oleh tubuh. $o%ard kemudian membuktikan efek protektif antibodi yang ditransfer
se%ara pasif pada tahun 1!&. #munisasi pasif ini digunakan untuk pengobatan dan profilaksis
tetanus selama perang dunia #. *es%ombey kemudian mengembangkan imunisasi aktif tetanus
toksoid pada tahun 1! dan digunakan se%ara luas selama perang dunia ## (,+,).
C. Epidemioloi
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
3/28
:akteri C. Tetani dapat ditemukan di semua tempat di dunia tetapi tetanus terutama
ditemukan pada negaranegara kurang dan sedang berkembang yang padat penduduk dengan
iklim hangat dan lembap dan tanah yang kaya dengan material organik. Tanah dan
usus manusia serta hewan merupakan reser9oir spora C tetani. Transmisi spora C.tetani
terjadi melalui luka yang kotor (terkontaminasi) atau %edera jaringan lain. #nsiden pun%ak
tetanus terutama terjadi pada musim panas atau hujan. Tetanus tidak menular dari manusi ke
manusia
(,!).
?aktor resiko utama terhadap tetanus yaitu status imunisasi tetanus yang tidak lengkap,
adanya %edera jaringan, serta praktik obstetrik dan injeksi obat yang tidak aseptik. ?aktor
resiko lainnya melipiti tindakan bedah abdomen, akupunktur, tindik telinga, tusuk gigi, dan
infeksi telinga tengah (1).
Terdapat satu juta kasus tetanus di dunia per tahunnya yang terutama ditemukan
di negaranegara kurang berkembang. Tetanus neonatorum berkonttribusi terhadap 23
mortalitas akibat tetanus di negara berkembang dan terutama disebabkan kondisi higiene
persalinan yang buruk dan praktik sosial atau tradisi seperti mengoleskan kotoran sapi
atau ghee (sema%am mentega) pada tali pusat bayi di #ndia (4,11).
D. E!ioloi
Tetanus disebabkan oleh toksin bakteri Clostridium tetani yang memiliki dua
bentuk, yaitu bentuk 9egetatif dan spora. :entuk 9egetatif C. Tetani adalah basil, gram positif,
tidak berkapsul, motil dan bersifat obligat anaerob. :entuk 9egetatif rentan terhadap efek
bakterisidal dari proses pemanasan, desinfektan kimiawi, dan antibiotik. :entuk ini
merupakan bentuk yang dapat menimbulkan tetanus ().
'ada basil yang mengandung spora terdapat bentukan endospora pada salah satu
ujungnya sehingga memberikan penampilan seperti stik drum. Spora C. Tetani relatif resisten
terhadap desinfektan dan pemanasan. Spora tahan terhadap fenol, merbromin, dan bahan
kimia lain yang efektif untuk desinfektan. 'emanasan di dalam air mendidih selama 12 menit
dapat membunuh hampir semua spora. Sterilisasi menggunakan uap tersaturasi dengan
tekanan 12lbs selama 12 menit pada suhu 11/% juga dapat membunuh semua
bentuk kehidupan. Sterilisasi menggunakan panas kering lebih lambat dibandingkan uap
panas (1+ jam pada suhu
14oC) tetapi efektif terhadap spora. Sterilisasi terhadap etilen oksida juga dapat
,embunuh spora (2).
Spora banyak terdapat di dalam tanah, saluran %erna dan feses hewan. Tanah
yang mengandung kotoran hewan mengandung spora dalam jumlah banyak. Spora dapat
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
4/28
bertahan
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
5/28
dalam beberapa bulan bahkan tahun. 'ada lingkungan pertanian, manusia dewasa dapat
menjadi reser9oir spora. Spora dapat ditemukan pada permukaan kulit dan heroin yang
terkontaminasi ().
Spora bersifat non patogenik di dalam tanah atau jaringan terkontaminasi sampai
ter%apai kondisi yang memadai untuk transformasi ke bentuk 9egetatif. Transformasi terjadi
akibat penurunan lokal kadar oksigen akibat @
a) Terdapat jaringan mati dan benda
asing b) Crushed injury,
%) #nfeksi supuratif
Aerminasi spora dan produksi toksin terjadi pada kondisi anaerob. :entuk 9egetatif C.
Tetani menghasilkan dua ma%am toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospamin. Tetanolisin
merupakan en0im hemolisin yang menyebabkan potensiasi infeksi tetapi peranannya dalam
patogenesis tetanus belum jelas. Tetanospasmin berperan penting dalam patogenesis tetanus.
Tetanospasmin atau toksin tetanus merupakan neurotoksin poten yang dilepaskan seiring
pertumbuhan C. Tetani pada tempat infeksi. Tetanospasmin merupakan salah satu toksin yang
paling poten berdasarkan berat. *osis letal minimum untuk manusia diperkirakan ,2mg6kg
berat badan.
E. Pa!oenesis
Clostridium tetani masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka dalam
bentuk spora. 'enyakit akan mun%ul bila spora tumbuh menjadi bentuk 9egetatif yang
menghasilkan tetanospasmin pada keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau
berkurangnya potensi oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama ditentukan oleh kondisi luka. :eratnya
penyakit terutama berhubungan dengan jumlah dan ke%epatan produksi toksin serta jumlah
toksin yang men%apai susunan saraf pusat. ?aktorfaktor tersebut selain ditentukan oleh
kondisi luka, mungkin juga ditentukan oleh strain Clostridium tetani. 'engetahuan tentang
patofisiologi penyakit tetanus telah menarik perhatian para ahli dalam tahun terakhir ini,
namun kebanyakan penelitian berdasarkan atas per%obaan pada hewan.
E." Pen#e$aran !o%sin
Toksin yang dikeluarkan oleh Clostridium tetani menyebar dengan berbagai %ara,
sebagai berikut @
1. Masuk ke dalam otot
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
6/28
Toksin masuk ke dalam otot yang terletak dibawah atau sekitar luka, kemudian
ke otototot sekitarnya dan seterusnya se%ara as%enden melalui sinap ke dalam
susunan saraf pusat.
. 'enyebaran melalui sistem limfatik
Toksin yang berada dalam jaringan akan se%ara %epat masuk ke dalam nodus
limfatikus, selanjutnya melalui sistem limfatik masuk ke peredaran darah sistemik.
+. 'enyebaran ke dalam pembuluh darah.
Toksin masuk ke dalam pembuluh darah terutama melalui sistem limfatik,
namun dapat pula melalui sistem kapiler di sekitar luka. 'enyebaran melalui
pembuluh darah merupakan %ara yang penting sekalipun tidak menentukan beratnya
penyakit. 'ada manusia sebagian besar toksin diabsorbsi ke dalam pembuluh darah,
sehingga memungkinkan untuk dinetralisasi atau ditahan dengan pemberian
antitoksin dengan dosis optimal yang diberikan se%ara intra9ena. Toksin tidak masuk
ke dalam susunan saraf pusat melalui peredaran darah karena sulit untuk menembus
sawar otak. Sesuatu hal yang sangat penting adalah toksin bisa menyebar ke otototot
lain bahkan ke organ lain melalui peredaran darah, sehingga se%ara tidak langsung
meningkatkan transport toksin ke dalam susunan saraf pusat.
. Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SS')
Toksin masuk kedalam SS' dengan penyebaran melalui serabut saraf, se%ara
retrograd toksin men%apai SS' melalui sistem saraf motorik, sensorik dan
autonom. Toksin yang men%apai kornu anterior medula spinalis atau nukleus
motorik batang otak kemudian bergabung dengan reseptor presinaptik dan saraf
inhibitor.
E.& H'$'nan an!ar $en!'% manifes!asi %linis denan pen#e$aran !o%sin@
Tetanus lokal
'ada bentuk ini, penderita biasanya mempunyai antibosi terhadap toksin tetanus yang
masuk ke dalam darah, namun tidak %ukup untuk menetralisir toksin yang berada di
sekitar luka.
Tetanus sefal
Merupakan bentuk tetanus lokal yang mengikuti trauma pada kepala. /tototot yang
terkena adalah otototot yang dipersarafi oleh nukleus motorik dari batang otak dan
medula spinalis ser9ikalis.
Bs%ending Tetanus
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
7/28
Suatu bentuk penyakit tetanus yng pada awalnya berbentuk lokal biasanya mengenai
tungkai dan kemudian menyebar mengenai seluruh tubuh. Setelah terjadi
tetanus lokal, toksin disekitar luka masuk %ukup banyak dengan %ara asenderen
masuk ke dalam SS'.
Tetanus umum
'ada keadaan ini toksin melalui peredaran darah masuk ke dalam berbagai otot dan
kemudian masuk ke dalam SS'. 'enyakit ini biasanya didahului trismus kemudian
mengenai otot muka, leher, badan dan terakhir ekstremitas. al ini disebabkan
panjang sistem persarafan setiap tempat berbedabeda, yang paling pendek
adalah yang mengurus otototot rahang, kemudian se%ara berurutan mengenai daerah
lain sesuai urutan panjang saraf.
E.( )e%anisme %erja !o%sin !e!an's*
1. enis toksin
Clostridium tetani menghasilkan tetanolisin dan tetanospsmin. Tetanolisin
mempunyai efek hemolisin dan protease, pada dosis tinggi berefek kardiotoksik dan
neurotoksik. Sampai saat ini peran tetanolisin pada tetanus manusia belum diketahui
pasti. Tetanospasmin mempunyai efek neurotoksik, penelitian mengenai
patogenesis penyakit tetanus terutama dihubungkan dengan toksin tersebut.
. Toksin tetanus dan reseptornya pada jaringan saraf
Toksin tetanus berkaitan dengan gangliosid ujung membran presinaptik, baik pada
neuromuskular jun%tion, mupun pada susunan saraf pusat. #katan ini penting untuk
transport toksin melalui serabut saraf, namun hubungan antara pengikat dan
toksisitas belum diketahui se%ara jelas.
5a0aro9isi dkk (1!) berhasil mengidentifikasikan bentuk toksin tetanus yaitu
toksin B yang kurang mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan sel
saraf namun tetap mempunyai efek antigenitas dan biotoksisitas, dan toksin : yang
kuat berikatan dengan sel saraf.
$ o r ma l@
#nhibitory interneuron D Aly%ine D blo%ks e7%itation E
a%etyl%holine release D mus%le rela7ation
T eta n u s to7 in@
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
8/28
:lo%ks gly%ine release Dno inhibition at a%etyl%holine release D
irre9ersible %ontra%tion D Spasti% paralysis
+. "erja toksin tetanus pada
neurotransmitter
Tempat kerja utama toksin adalah pada sinaps inhibisi dari susunan saraf pusat, yaitu
dengan jalan men%egah pelepasan neurotransmitter inhibisi seperti glisin, Aamma
Bmino :utyri% B%id (AB:B), dopamin dan noradrenalin. AB:B adalah
neuroinhibitor yang paling utama pada susunan saraf pusat, yang berfungsi
men%egah pelepasan impuls saraf yang eksesif. Toksin tetanus tidak men%egah
sintesis atau penyimpanan glisin maupun AB:B, namun se%ara spesifik menghambat
pelepasan kedua neurotransmitter tersebut di daerah sinaps dangan %ara
mempengaruhi sensitifitas terhadap kalsium dan proses eksositosis.
+Per'$ahan a%i$a! !o%sin !e!an's*
1. Susunan saraf pusat
Ffek terhadap inhibisi presinap menimbulkan keadaan terjadinya letupan listrik yang
terus menerus yang disebut sebagai Generator of pathological enhance
excitation."eadaan ini menimbulkan aliran impuls dengan frekuensi tinggi dari SS' ke
perifer, sehingga terjadi kekakuan otot dan kejang. Semakin banyak saraf inhibisi yang
terkena makin berat kejang yang terjadi. Stimulus seperti suara, emosi, raba dan %ahaya
dapat menjadi pen%etus kejang karena motorneuron di daerah medula spinalis
berhubungan dengan jaringan saraf lain seperti retikulospinalis. "adang kala ditemukan
saat bebas kejang (inter9al), hal ini mungkin karena tidak semua saraf inhibisi
dipengaruhi toksin, ada beberapa yang resisten terhadap toksin.
a) >asa sakit
>asa sakit timbul dari adanya kekakuan otot dan kejang. "adang kala ditemukanneuroticpain yang berat pada tetanus lokal sekalipun pada saat tidak ada kejang. >asa sakit
ini diduga karena pengaruh toksin terhadap sel saraf ganglion posterior, selsel pada
kornu posterior dan interneuron.
b) ?ungsi 5uhur
"esadaran penderita pada umumnya baik. 'ada mereka yang tidak sadar biasanya
brhubungan dengan seberapa besar efek toksin terhadap otak, seberapa jauh efek
hipoksia, gangguan metabolisme dan sedatif atau antikon9ulsan yang diberikan.
. Bktifitas neuromuskular perifer
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
9/28
Toksin tetanus menyebabkan penurunan pelepasan asetilkolin sehingga mempunyai efek
neuroparalitik, namun efek ini tertutup oleh efek inhibisi di susunan saraf pusat.
$europaralitik bisa terjadi bila efek toksin terhadap SS' tidak terjadi, namun hal ini sulit
karena toksin se%ara %epat menyebar ke SS'. "adangkadang efek neuroparalitik terlihat
pada tetanus sefal yaitu paralisis ner9us fasialis, hal ini mungkin n. fasialis lebih sensitif
terhadap efek paralitik dari toksin atau karena axonopathi.
Ffek lain toksin tetanus terhadap akti9itas neuromuskular perifer
berupa@
1. $europati perifer
. "ontraktur miostatik yang dapat berupa kekakuan otot, pergerakan otot yang terbatas
dan nyeri, yang dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah sembuh.
+. *ener9asi parsial dari otottertentu.
+. 'erubahan pada sistem saraf autonom
'ada tetanus terjadi fluktuasi dari aktifitas sistem simpatis dan parasimpatis, hal ini mungkin
terjadi karena adanya ketidakseimbangan dari kedua sistem tersebut. Mekanisme
terjadinya disfungsi sistem autonom karena efek toksin yang berasal dari otot
(retrograd) maupun hasil penyebaran intraspinalis (dari kornu anterior ke kornu
lateralis medula spinalis torakal). Aangguan sistem autonom bisa terjadi se%ara umum
mengenai berbagai organ seperti kardio9askular, saluran %erna, kandung kemih, fungsi
kendali suhu dan kendali otot bronkus, namun dapat pula hanya mengenai salah satu organ
tertentu.
. Aangguan Sistem pernafasan
Aangguan sistem pernafasan dapat terjadi akibat @
a. "ekakuan dan hipertonus dari otototot interkostal, badan dan abdomenG otot
diafragma terkena paling akhir. "ekakuan dinding thora7 apalagi bila kejang yang
terjadi sangat sering mengakibatkan keterbatasan pergerakan rongga dada sehingga
menganggu 9entilasi. Tetanus berat sering mengakibatkan gagal nafas yang
ditandai dengan hipoksia dan hiperkapnia. $amun dapat terjadi takipnea akibat
aktifitas berlebihan dari saraf di pusat persarafan yang tidak terkena efek toksin.
b. "etidakmampuan untuk mengeluarkan sekret trakea dan bronkus karena adanya
spasme dan kekakuan otot faring dan ketidakmampuan untuk dapat batuk dan menelan
dengan baik. Sehingga terdapat resiko tinggi untuk terjadinya aspirasi yang dapat
menimbulkan pneumonia, bronkopneumonia dan atelektasis.
%. "elainan paru akibat
iatrogenik.
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
10/28
d. Aangguan mikrosirkulasi
pulmonal
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
11/28
"elainan pada paru bahkan dapat ditentukan pada masa inkubasi. "elainan yang terjadi
bisa berupa kongesti pembuluh darah pulmonal, oedema hemorrhagi% pulmonal dan
B>*S. B>*S dapat terjadi pula karena proses iatrogenik atau infeksi sistemik seperti
sepsis yang mengikuti penyakit tetanus.
e. Aangguan pusat
pernafasan
/bser9aasi klinis dan per%obaan binatang menunjukkan bahwa pusat pernafasan dapat
terkena oleh toksin tetanus. 'aralisis pernafasan tanpa kekakuan otot dan henti jantung
dapat terjadi pada pemberian toksin dosis tinggi pada hewan per%obaan. Selain itu
ditemukan bahwa penderita mengalami penurunan resistensi terhadap asfiksia.
/bser9asi klinis yang menunjukkan ke%urigaan keterlibatan pusat pernafasan pada
penderita tetanus adalah @
H Bdanya episode distres pernafasan akibat kesulitan bernafas yang berat
tanpa ditemukan adanya komplikasi pulmonal, bronkospasme dan peningkatan
sekret pada jalan nafas. Fpisode ini ber9ariasi dalam beberapa menit sampai I1
jam.
H Bdanya apnoei% spells, tanda ini biasanya berlanjut menjadi prolonged
respiratory arrest (henti nafas berkepanjangan) dan akhirnya meninggal.
H enti nafas akut dan mati mendadak.
Sekalipun demikian gangguan pusat pernafasan disebabkan oleh penyebab sekunder
seperti hipoksia rekuren6berkepanjangan, asfiksia kaena kejang lama atau spasme
laring, hipokapnia setelah serangan distres pernafasan, dan akibat gangguan
keseimbangan asam basa.
2. Aangguan hemodinamika
"etidakstabilan sistem kardio9askular ditemukan penderita tetanus dengan gangguansistem saraf autonom yang berat. 'enelitian mengenai hemodinamika pada tetanus berat
masih sangat jarang dilakukan karena @
H "endala etik
H 'erjalanan penyakit tetanus sering diperberat oleh komplikasi seperti sepsis, infeksi
paru, atelektasis, edema paru dan gangguan keseimbangan asambasa, yang
kesemua ini mempengaruhi sistem kardiorespirasi
H 'emakaian obat sedatif dosis tinggi dan pemakaian obat inotropik mempersulitpenilaian dari hasil penelitian.
4. Aangguan metabolik
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
12/28
Metabolik rate pada tetanus se%ara bermakna meningkat dikarenakan adanya
kejang, peningkatan tonus otot, aktifitas berlebihan dari sistem saraf simpatik dan
perubahan hormonal. "onsumsi oksigen meningkat, hal ini pada kasus tertentu
dapat dikurangi dengan pemberian mus%le rela7ans. :erbagai per%obaan memperlihatkan
adanya peningkatan ekskresi urea nitogen, katekolamin plasma dan urin, serta penurunan
serum protein terutama fraksi albumin.
'eninggian katekolamin meningkatkan metabolik rate, bila asupan oksigen tidak
dapat memenuhi kebutuhan tersebut, misalnya karena disertai masalah dalam sistem
pernafasan maka akan terjadi hipoksia dengan segala akibatnya. "atabolisme protein
yang berat, ketidak%ukupan protein dan hipoksia akan menimbulkan metabolisme
anaerob dan mengurangi pembentukan BT', keadaan ini akan mengurangi kemampuan
sistem imunitas dalam mengenali toksin sebagai antigen sehingga mengakibatkan tidak
%ukupnya antibodi yang dibentuk. ?enomena ini mungkin dapat menerangkan
mengapa pada penderita tetanus yang sudah sembuh tidak6kurang ditemukan kekebalan
terhadap toksin.
&. Aangguan ormonal
Aangguan terhadap hipotalamus atau jaras batang otakhipotalamus di%urigai terjadi pada
penderita tetanus berat atas dasar ditemukannya episode hipertermia akut dan
adanya demam tanpa ditemukan adanya infeksi
sekunder. 'eningkatan alertness dan awarenessmenimbulkan dugaan adanya aktifitas
retikular dari batang otak yang berlebihan. Bksis hipotalamushipofise mengandung
serabut saraf khusus yang merangsang sekresi hormon. Bktifitas sekresi oleh serabut saraf
tersebut dimodulasi monoamin neuron lokal. Bdanya penurunan kadar prolaktin, TS,
5 dan ?S yang diduga karena adanya hambatan terhadap mekanisme umpan balik
hipofisekelenjar endokrin.
. Aangguan pada sistem lain
JJJ:erbagai per%obaan pada hewan per%obaan ditemukan bahwa toksin se%ara langsung
dapat mengganggu hati, traktus gastrointestinalis dan ginjal. 'engaruh tersebut dapat
berupa nefrotoksik terhadap nefron, inhibisi mitosis hepatosit dan kongestipendarahan
ulserasi mukosa gaster. $amun se%ara klinis hal tersebut sulit ditentukan apakah kelainan
klinis seperti gangguan fungsi ginjal, fungsi hati dan abnormalitas traktus gastrointestinal
disebakan sematamata karena efek toksin atau oleh karena efek sekunder dari
hipo9olemia, sho%k, gangguan elektrolit dan metabolik yang terganggu.
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
13/28
Se%ara teoritis ileus, distonia kolon, gangguan e9akuasi usus besar dan retensi urin
dapat terjadi karena gangguan keseimbangan simpatisparasimpatis karena efek toksin
baik di tingkat batang otak, hipotalamus maupun ditingkat saraf perifer simpatis,
parasimpatis. *isfungsi organ dapat pula terjadi sebagai akibat gangguan mikrosirkulasi
dan perubahan permeabilitas kapiler pada organ tertentu.
,. )anifes!asi Klinis
Tetanus biasanya terjadi setelah luka dengan penetrasi yang dalam dimana pertmnuhan
bakteri anaerob dapat terjadi. Tempat infeksi yang paling umum adalah luka pada
ekstrimitas bawah, infeksi uterus post partum atau post abortus, injeksi imtramus%ular
non steril dan fraktur terbuka. 'enting untuk menekankan bahwa trauma minor dapat
menimbulkan tetanus.tetanus juga dapat terjadi pada infeksi kronis seperti otitis media
dan setelah ulkus dekubitus. Tetanus dapat dibeakan menjadi empat bentuk berdasarkan
manifestasi klinisnya.
?.1. Tetanus 5okal
:entuk jarang ditemukan. Aejalanya meliputi spasme dan peningkatan tonus otot
terbatas pada otototot di sekitar tempat infeksi tanpa tanddatanda sistemik. "ontraksi
dapat bertahan selama beberapa minggu sebelum perlahanlahan menghilang.
Tetanus lokal dapat berlanjut menjadi tetanus general tetapi gejala yang timbul biasanya
ringan dan jarang menimbulkan kematian. Mortalitas akibat tetanus lokal hanya 13 (,2).
?.. Tetanus Sefalik
arang ditemukan. :entuk tetanus lokal yang mengenai wajah dengan masa inkubasi
1 hari, yang disebabkan oleh luka pada daerah kepala atau otitis media kronis.
Aejalanya berupa trismus, disfagia, rhisus sardonikus dan disfungsi ner9us kranial.
Tetanus sefal jarang terjadi, dapat berkembang menjadi tetanus umum dan prognosisnya
biasanya jelek. ?.+. Tetanus umum
Tanda khasnya adalah trismus yaitu ketidakmampuan membuka mulut akibat
spasme otot maseter. Trismus dapat disertai gejala lain seperti kekakuan leher, sulit
menelan, rigiditas abdomen dan peningkatan temperatur oC di atas suhu normal.
Spasme otot wajah menyebabkan wajah penderita tampak menyeringai dan dikenal
sebagai risus sardoni%us. Spasme otot somatik yang luas menyebabkan tubuh penderita
membentuk lengkungan seperti busur yang dikenal sebagai opistotonus dengan fleksi
lengan dan ekstensi tungkai serta rigiditas otot abdomen yang teraba seperti papan.(2)
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
14/28
"ejang otot akut, paroksismal, tidak terkoordinasi dan menyeluruh merupakan
karakteristik dari tetanus generalis. "ejang terjadi se%ara intermitten, irreguler dan tidak
dapat diprediksi dan berlangsung selama beberapa detik sampai menit. 'ada awalnya
kejang bersifat ringan dan terdapat periode relaksasi diantara kejang, lama kelamaan
kejag menimbulkan nyeri dan kelelahan serta ke%emasan yang hebat serta kejang
umum yang dapat terjadi dengan rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan
dengan kesadaran yang tetap baik.
?.. Tetanus $eonatorum
*isebabkan oleh karena infeksi C tetani yang masuk melalui tali pusat
sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora masuk disebabkan karena proses
pertolongan persalinan yang tidak steril, baik karena penggunaan alat maupun obat
obatan yang terkontaminasi. Aejala awal ditandai dengan ketidakmampuan untuk
menghisap +1 hari setelah lahir, irritabilitas dan menangis terus menerus , risus
sardonikus, peningkatan rigiditas dan opistotonus.
-. Dianosis
*iagnosis lebih sering ditegakkan berdasarkan maifestasi klinisnya
dibandingkan berdasarkan penemuan bakteriologis.
*iagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi@
Bdanya riwayat luka yang terkontaminasi, namun 3 dapat tanpa riwayat luka.
>iwayat tidak diimunisasi atau imunisasi tidak lengkap
Trismus, disfagia, rhisus sardonikus, kekakuan pada leher, punggung, dan otot
perut
(opisthotonus), rasa sakit serta ke%emasan.
'ada tetanus neonatorum keluhan awal berupa tidak bisa menetek
"ejang umum episodik di%etusklan dengan rangsang minimal maupun spontan
dimana kesadaran tetap baik.
Temuan laboratorium @
5ekositosis ringan
Trombosit sedikit meningkat
Alukosa dan kalsium darah normal
Cairan serebrospinal normal tetapi tekanan dapat meningkat
Fn0im otot serum mungkin meningkat
F"A dan FFA biasanya normal
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
15/28
"ultur anaerob dan pemeriksaan mikroskopis nanah yang diambil dari luka
dapat membantu, tetapi Clostridium tetani sulit tumbuh dan batang gram positif
berbentuk tongkat penabuh drum seringnya tidak ditemukan.
"reatinin fosfokinase dapat meningkat karena akti9itas kejang (K+L6ml)
*erajat penyakit tetanus menurut modifikasi dari klasifikasi Bblett=s @
a. *erajat # (ringan)
Trismus ringan sampai sedang, kekakuan umum, spasme tidak ada, disfagia tidak ada
atau ringan, tidak ada gangguan respirasi.
b. *erajat ## (sedang)
Trismus sedang dan kekakuan jelas, spasme hanya sebentar, takipneu dan disfagia
ringan %. *erajat ### (berat)
Trismus berat, otot spastis, spasme spontan, takipneu, apnoei% spell, disfagia
berat, takikardia dan peningkatan akti9itas sistem otonomi
d. *erajat # (sangat berat)
*erajat ### disertai gangguan otonomik yang berat meliputi sistem
kardio9askuler, yaitu hipertensi berat dan takikardi atau hipotensi dan bradikardi,
hipertensi berat atau hipotensi berat. ipotensi tidak berhubungan dengan sepsis,
hipo9olemia atau penyebab iatrogenik.
:ila pembagian derajat tetanus terdiri dari ringan, sedang dan berat, maka derajat
tetanus berat meliputi derajat ### dan #.
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
16/28
j t t t illi @
ika skornya N ! O ringan
ika skornya !14 O sedang
ika skornya K 1& O berat
. *iagnosis :anding
'enyakit Aambaran diferensial
#nfeksi
Meningoensefalitis
'olio
>abies
5esi orofaring
'eritonitis
"elainan metabolik
*emam, trismua tidak ada, peutunan
kesadaran, %airan serebrppinal abnormal.
Trismus tidak ada, paralisis tipe
flasid,%airan serebrospinal abnormal
Trismus tak ada, hanya spasme orofaring
:ersifat lokal, spasme ()
Trismus dan spasme ()
*era a e anus (ph ps)
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
17/28
Tetani
>eaksi fenotioa0in
'enyakit sistem saraf pusat
Status epileptikus
'erdarahan atau tumor
(S/5) "elainan psikiatrik
isteria
"elainan muskuloskeletal
Trauma
anya spasme karpopedal dan
laringeal, hipokalsemi
'enurunan kesadaran
Trismus () penurunan kesadaran
Trismus inkonstan, relaksasi komplit
antara spasme
anya lokal
I. Pena!ala%sanaan
'rioritas awal dalam manajemen
penderita tetanus adalah kontrol jalan
napas dan m e m p e r t a h a n k a n 9 e n t
i l a s i y a n g a d e k u a t . ' a d a t e
t a n u s e d a n g s a m p a i b e r a t r i s
i k o spasme laring dan gangguan 9entilasi
tinggi sehingga harus dipikirkan untuk
melakukan intubasi profilaksis.
'en at alaksanaan berikutnya memi li ki
t i ga tu j uan utama, yai tu @ (1)
menetralisir toksin dalam sirkulasiG ()menghilangkan sumber tetanospasminG dan
(+) memberikan terapi suportif sampai
tetanospasmin yang terfiksir pada neuron
dimetabolisme.
Tujuan terapi ini berupa
mengeliminasi kuman tetani,
menetralisirkan peredaran toksin,men%egah spasme otot dan
memberikan bantuan pemafasan
sampai pulih.
*an tujuan tersebut dapat diperin%i sbb @
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
18/28
1. Merawat dan
membersihkan luka
sebaikbaiknya,
berupa@membersihkan luka,
irigasi luka,
debridement luka
(eksisi jaringan
nekrotik),membuang
benda asing dalam
luka serta kompres
dengan ,dalam
hal ini penata
laksanaan, terhadap
luka tersebut
dilakukan 1 jam
setelah BTS dan
pemberian
Bntibiotika. Sekitar
luka disuntik BTS.
. *iet %ukup kalori
dan protein,
bentuk makanan
tergantung
kemampuan
membuka mulut
dan menelan. ila
ada trismus,
makanan dapat
diberikan
personde atau
parenteral.
+. #solasi untukmenghindari rangsang luar
seperti suara dan tindakan
terhadap penderita
. /ksigen, pernafasan
buatan dan tra%h%ostomi bila perlu.
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
19/28
2. Mengatur keseimbangan %airan dan
Terapi
1. Dasar
a. Memutuskan in9asi toksin dengan antibiotik dan tindakan bedah.
1. Bntibiotik
'enggunaan antibiotik ditujukan untuk memberantas kuman tetanus bentuk 9egetatif.
Clostridium peka terhadap penisilin grup beta laktam termasuk penisilin A, ampisilin,
karbenisilin, tikarsilin, dan lainlain. "uman tersebut juga peka terhadap klorampenikol,
metronida0ol, aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga.
*iberikan parenteral 'eni%iline 1,juta unit 6 hari selama 1 hari, #M. Sedangkan tetanus
pada anak dapat diberikan 'eni%iline dosis 2. Lnit 6 "g::6 1 jam se%ara #M diberikan
selama &1 hari. :ila sensitif terhadap peni%iline, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis + mg6kg::6 jam, tetapi dosis tidak melebihi gram
dan diberikan dalam dosis terbagi ( dosis ). :ila tersedia 'eni%iline intra9ena, dapat
digunakan dengan dosis . unit 6kg::6 jam, dibagi 4 dosis selama 1 hari.
Bntibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk 9egetatif dari C.tetani, bukan untuk
toksin yang dihasilkannya. :ila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad
spektrum dapat dilakukan.
>aus%her (1!!2) menganjurkan pemberian metronida0ole awal se%ara loading dose 12
mg6kg:: dalam 1 jam dilanjutkan &,2 mg6kg:: selama 1 jam perinfus setiap 4 jam. al ini
pemberian metronida0ole se%ara bermakna menunjukkan angka kematian yang rendah,
perawatan di rumah sakit yang pendek dan respon yang baik terhadap pengobatan tetanus
sedang.
:ila terjadi pneumonia atau septikemia diberikan metisilin mg6kg::6hari selama 1
hari atau metisilin dengan dosis yang sama ditambah gentamisin 2&,2 mg6kg::6hari.
. 'erawatan luka
5uka dibersihkan atau dilakukan debridemen terhadap benda asing dan luka dibiarkan
terbuka. Sebaiknya dilakukan setelah penderita mendapat anti toksin dan sedasi. 'ada tetanus
neonatorum tali pusat dibersihkan dengan betadine dan hidrogen peroksida, bila perlu dapat
dilakukan omphalektomi.
b. $etralisasi toksin
1. Bnti tetanus serum
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
20/28
*osis anti tetanus serum yang digunakan adalah . iu, setengah dosis diberikan
se%ara #M dan setengahnya lagi diberikan se%ara #, sebelumnya dilakukan tes
hipersensitifitas terlebih dahulu. 'ada tetanus neonatorum diberikan 1. unit #.
Ldwadia (1!!) mengemukakan sebaiknya anti tetanus serum tidak diberikan se%ara
intrathekal karena dapat menyebabkan meningitis yang berat karena terjadi iritasi meningen.
$amun ada beberapa pendapat juga untuk mengurangi reaksi pada meningen dengan
pemberian BTS intratekal dapat diberikan kortikosteroid #, adapun dosis BTS yang
disarankan 22 #L.
. uman Tetanus #mmunuglobulin
(T#A)
Bntitoksin dapat digunakan uman Tetanus #mmunoglobulin ( T#A) dengan dosis
+4 L, satu kali pemberian saja, se%ara #M tidak boleh diberikan se%ara intra9ena karena
T#A mengandung Panti %omplementary aggregates of globulin P, yang mana ini dapat
men%etuskan reaksi allergi yang serius. :ila T#A tidak ada, dianjurkan untuk
menggunakan tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis . L,
dengan %ara pemberiannya adalah @ . L dari antitoksin dimasukkan kedalam %%
%airan $aC1 fisiologis dan diberikan se%ara intra9ena, pemberian harus sudah diselesaikan
dalam waktu +2 menit. Setengah dosis yang tersisa (. L) diberikan se%ara #M pada
daerah pada sebelah luar.
uman tetanus imunoglobulin merupakan pengobatan utama pada tetanus dengan dosis
+4 unit se%ara #M, T#A harus diberikan sesegera mungkin. "err dan Spalding
(1!) memberikan T#A pada neonatus sebanyak 2 #L # dan #L intrathekal.
'emberian intrathekal sangat efektif bila diberikan dalam jam pertama setelah timbul
gejala.
$amun penelitian yang dilakukan oleh Bbrutyn dan :erlin (1!!1) menyatakan
pemberian immunoglobulin tetanus intratekal tidak memberikan keuntungan karena
kandungan fenol pada T#A dapat menyebabkan kejang bila diberikan se%ara intrathekal.
'emberian T#A 2#L # atau #M mempunyai efekti9itas yang sama.
*osis T#A masih belum dibakukan, Miles (1!!+) mengemukakan dosis yang dapat
diberikan adalah ++#L6kg:: #M, sedangkan "err (1!!1) mengemukakan T#A
sebaiknya diberikan 1 #L # dan #L #M untuk meningkatkan kadar antitoksin darah
sebelum debridemen luka.
%. Menekan efek toksin pada
SS'
1. :en0odia0epin
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
21/28
*ia0epam merupakan golongan ben0odia0epin yang sering digunakan. /bat ini
mempunyai akti9itas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat. 'ada
tingkat
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
22/28
supraspinal mempunyai efek sedasi, tidur, mengurangi ketakutan dan ketegangan fisik serta
penenang dan pada tingkat spinal menginhibisi refleks polisinaps. Ffek samping dapat berupa
depresi pernafasan, terutama terjadi bila diberikan dalam dosis besar. *osis dia0epam yang
diberikan pada neonatus adalah ,+,2 mg6kg::6kali pemberian. Ldwadia (1!!),
pemberian dia0epam pada anak dan dewasa 2 mg + kali sehari, dan pada neonatus
diberikan ,1,+ mg6kg::6kali pemberian # setiap jam. 'ada tetanus ringan obat dapat
diberikan per oral, sedangkan tetanus lain sebaiknya diberikan drip # lambat selama jam.
. :arbiturat
?enobarbital (kerja lama) diberikan se%ara #M dengan dosis + mg untuk neonatus
dan
1 mg untuk anakanak tiap 1 jam, bila dosis berlebihan dapat menyebabkan hipoksisa
dan kera%unan. ?enobarbital intra9ena dapat diberikan segera dengan dosis 2 mg6kg::,
kemudian
1 mg6kg:: yang diberikan tiap 1 menit sampai otot perut relaksasi dan spasme berkurang.
?enobarbital dapat diberikan bersamasama dia0epam dengan dosis 1 mg6kg::6hari dibagi
+ dosis melalui selang
nasogastrik.
+. ?enotia0in
"lorproma0in diberikan dengan dosis 2 mg #M kali sehari (dewasa), 2 mg #M kali
sehari (anak), 1,2 mg #M kali sehari untuk neonatus. ?enotia0in tidak dibenarkan diberikan
se%ara # karena dapat menyebabkan syok terlebih pada penderita dengan tekanan darah yang
labil atau hipotensi.
&. Um'm
'enderita perlu dirawat dirumah sakit, diletakkan pada ruang yang tenang pada unit
perawatan intensif dengan stimulasi yang minimal. 'emberian %airan dan elektrolit serta
nutrisi harus diperhatikan. 'ada tetanus neonatorum, letakkan penderita di bawah penghangat
dengan suhu +4,+4,2oC (+4+&oC), infus # glukosa 13 dan elektrolit 112
ml6kg::6hari. 'emberian makanan dibatasi 2 ml6kg::6hari berupa BS# atau 1
kal6kg::6hari dan dinaikkan bertahap. Bspirasi lambung harus dilakukan untuk melihat tanda
bahaya. 'emberian oksigen melalui kateter hidung dan isap lendir dari hidung dan mulut
harus dikerjakan.
Trakheostomi dilakukan bila saluran nafas atas mengalami obstruksi oleh spasme atau
sekret yang tidak dapat hilang oleh pengisapan. Trakheostomi dilakukan pada bayi lebih dari
bulan. 'ada tetanus neonatorum, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakhea.
:antuan 9entilator diberikan pada @
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
23/28
1. Semua penderita dengan tetanus derajat #
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
24/28
(. 'enderita dengan tetanus derajat ### dimana spasme tidak terkendali dengan
terapi konser9atif dan 'a/ NK
+. Terjadi komplikasi yang serius seperti atelektasis, pneumonia dan lainlain.
(. Berdasar%an !in%a! pen#a%i! !e!an's
a. Tetanus ringan
'enderita diberikan penaganan dasar dan umum, meliputi pemberian
antibiotik, T#A6anti toksin, dia0epam, membersihkan luka dan perawatan suportif
seperti diatas. b.Tetanus sedang
'enanganan umum seperti diatas. :ila diperlukan dilakukan intubasi atau trakeostomi
dan pemasangan selang nasogastrik delam anestesia umum. 'emberian %airan
parenteral, bila perlu diberikan nutrisi se%ara parenteral.
%. Tetanus
berat
'enanganan umum tetanus seperti diatas. 'erawatan pada ruang perawatan intensif,
trakeostomi atau intubasi dan pemakaian 9entilator sangat dibutuhkan serta pemberikan
%airan yang adekuat. :ila spasme sangat hebat dapat diberikan pankuronium bromid
, mg6kg:: # diikuti ,2 mg6kg6dosis diberikan setiap + jam. :ila terjadi
akti9itas simpatis yang berlebihan dapat diberikan beta bloker seperti propanolo atau
alfa dan beta bloker labetolol.
J. Kompli%asi
"omplikasi yang bisa terjadi pada kasus ini ameliputi pneumonia, bronkopneumonia
dan sepsis. "omplikasi terjadi karena adanya gangguan pada sistem respirasi antara lain
spasme laring atau faring yang berbahaya karena dapat menyebabkan hipoksia dan kerusakan
otak. Spasme saluran nafas atas dapat menyebabkan aspirasi pneumonia atau atelektasis."omplikasi pada sistem kardio9askuler berupa takikardi, bradikardia, aritmia, gagal jantung,
hipertensi, hipotensi, dan syok. "ejang dapat menyebabkan fraktur 9ertebra atau kifosis.
"omplikasi lain yang dapat terjadi berupa tromboemboli, pendarahan saluran %erna,
infeksi saluran kemih, gagal ginjal akut, dehidrasi dan asidosis metabolik.
K. Pronosis
Tetanus neonatorum mempunyai angka kematian 443, pada usia 11! tahun, angka
kematiannya antara 13 sedangkan penderita dengan usia K 2 tahun angka
kematiannya men%apai &3. 'enderita dengan undernutrisi mempunyai prognosis kali
lebih jelek dari
-
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
25/28
yang mempunyai gi0i baik. Tetanus lokal mempunyai prognosis yang lebih baik dari
tetanus
umum.
Sis!em S%orin
Skor 1 Skor
Masa inkubasi
Bwitan penyakit
Tempat masuk
Spasme
'anas badan (per rektal)
Takikardia dewasa
$eonatus
NK
NK
Tali pusat, uterus, fraktur
terbuka, postoperatif,
bekas
suntikan #M
(Q)
K +,
C (K
C)
K & hari
K jam
Selain tempat tersebut
()
N +, C ( N C)
NK
NK*ikutip dari abermann, 1!&, :le%k, 1!!1
Ta$el %lasifi%asi 'n!'% pronosis Te!an's
Tingkat Skor 'rognosis
>ingan 1 NK
Sedang + 1 R
:erat R
Sangat berat 24 K 2*ikutip dari :le%k, 1!!1
Catatan @ Tetanus sefalik selalu dinilai berat atau sangat
berat
Tetanus neonatorum selalu dinilai sangat
berat
DA,TA+ PUSTAKA
1. : l a % k m o r e C , a n o w s k i T . . T e t a n u s . ( /
n l i n e ) .h ttp @66 www .d o h .s ta te .f l.u s6 d is e a s e % tr l6 e p i6h top i% s6 r e p or ts6t e ta n u s .p d f,
diakses 1&
Bgustus 11.
(. B n g .
+ . T e t a n u s . ( / n l i n e ) .
www .% h m k id s .or g 6u p lo a d 6do %s 6im e d 6T F T B$L S
.pdf, diakses 1& Bgustus 11.
http://www.doh.state.fl.us/disease_ctrl/epi/htopics/reports/tetanus.pdfhttp://www.chmkids.org/upload/docs/imed/TETANUShttp://www.chmkids.org/upload/docs/imed/TETANUShttp://www.doh.state.fl.us/disease_ctrl/epi/htopics/reports/tetanus.pdf -
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
26/28
+. * i r e * . T e t a n u s i n F m e r g e n % y M e d
i % i n e . ( / n l i n e ) . h tt p @66 e m e d i% in e .m e d s %a p e .% o m 6a r ti% le 6&4 1 o9 e r9 i e w,
diakses 1&
Bgustus 11.
. # s m a n o e A . T e t a n u s . *a l a m @ S u d o y o B-, S e t y o h a d i
: , B l w i # , " MS, S e t i a t i S, (editor). :uku Bjar #lmu 'enyakit *alam.
akarta@ 'usat 'enerbitan #'* ?"L#G&.
2. F d l i % h > ?, i l l 5A , Ma h l e r C B, C o 7 M , :e % k e r *A, e d .
o r o w i t 0 M, e t a l . Management and 're9ention of Tetanus. ournal of 5ong
Term
Fffe%ts of Medi%al#mplants. +G1+(+)@1+!2.4. i n f e y ': . T e t a n u s . ( /n l i n e) . h t t p @ 6 6 e m e d i % i n e . m e d s % a pe . % o m 6 a r t i % l e 6 !
2 ! o9er9iew, diakses 1& Bgustus 11.
&. Bn o n y m . 'u b l i % e a l t h $o t i f i a b l e *i s e a s e Ma n a g em e nt Au i d e l i n e s
T e t a n u s . (/nline). w ww .h e a lth .al b e r ta .%a 6do % u m e n ts6 A u id e lin e s T eta n u s
11 .p d f,diakses1& Bgustus 11.
. ? a r r a r , ; en 5 M, Co o k T , ?a i r we a t h e r $, : i n h $ ,
'a r r y , e t a l . $ eu r o l o gi % a l Bspe%ts of Tropi%al *isease@ Tetanus.
$eurol $eurosurg 'sy%hiatry.G4!@!R+1.
!. / gu n r i n /. T e t a n u s B >e 9 i e w o f C u r r en t C o n % ep t s i nMa n a g em e n t .
o u r n a l o f 'ostgraduate Medi%ine. !G11(1)@441.
1.C o t t l e 5 F , : e e % h i n g $ , Ca r r o l F *, 'a r r y CM. 1 1 .
T e t a n u s . ( /n i n e ) [email protected]%rates.%om6u6!6TetanusQinfe%tion,
diakses /ktober
11.
11.:h a t i a > , ' r a b h a k a r S , A r o 9 er ". T e t a n u s . $ eu r o l
o g y # n d i a .
G 2 @ + ! & .
1(.T o d a r " . & . Th e Mi % r o b i o l o g i % a l -o r l d @
T e t a n u s . ( /n l i n e)
h tt p @66 te 7 tbooko f b a%te r io lo g y .n e t6 th e m i% rob ialw or ld 6T e ta n u s .h tml, diakses
/ktober 11.h ttp @66 te 7 tbookofb a% te r io lo g y.n et 6th e m i% rob ialw or ld 6 T eta n u s .h tm l
1+.C o o k T, ' r o t h e r o e >, a n d e l . T e t a n u s @ a r e9 i ew o f t h e
l i t e r a t u r e .
: r i t i s h o u r n a l of Bnaesthesia. 1G&(+)@&&&.
http://emedicine.medscape.com/article/786414-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/786414-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/2http://emedicine.medscape.com/article/2http://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Tetanus-2011.pdfhttp://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Tetanus-2011.pdfhttp://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Tetanus-2011.pdfhttp://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.htmlhttp://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.htmlhttp://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/786414-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/2http://emedicine.medscape.com/article/2http://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Tetanus-2011.pdfhttp://www.health.alberta.ca/documents/Guidelines-Tetanus-2011.pdfhttp://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.htmlhttp://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/Tetanus.html -
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
27/28
1.> i t a r w a n " . . T e t
a n u s . ( /n l i n e) .
h tt p @66 r e p o si tory.u s u.a% .id 6b its tr eam 61 +2 4 &! 6+ 24 61 6p e n y s a r a fkiking.pdf,diakses
1& Bgustus 11.12.S j a m s u h i d a j a t > , o n g - d . T e t a n u s . :u k u Bj a r # l m u : e
d a h . a k a r t a @ F AC G 2 .
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf-http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3456/1/penysaraf- -
7/21/2019 89822147 Refrat Tetanus
28/28
14.Bf s h a r M, >a j u M, Bn s el l *, :l e % k T' . $a r r a t i 9 e > e9 i e w@ T
e t a n u s B e a l t h Threat Bfter $atural *isasters in *e9eloping
Countries. Bnn #ntern Med.11G12@+!+2.
1&.L d w a d i a ?, S u n a 9 a l a , a i n M, *U C o s t a >, a i n ' , 5a l l
B, e t a l .
a em o d y n a m i % Studies *uring the Management of Se9ere Tetanus. Vuarterly
ournal of Medi%ine, $ew Series. 1!!G+(+)@!4.
1.*i t t r i % h " C, " ei l a n y :. T e t a n u s @ l e s t we f o r g e t . C a n a d i a
n o u r n a l o f
F m er g e n % y Medi%ine. 1G+(1)@&2.
1!.T a y l o r BM. T e t a n u s . Co n t i n u i n g F d u % a t i o n i n Bn a e s t h es i a ,
Cr i t i % a l C a r e
E ' a i n . 4G4(+)@11.
(.> o s s S F . ' r o p h y l a 7 i s B ga i n s t T e t a n u s i n -o u n d
Ma n a g e m en t . ( /n l i n e) . h tt p @66 w ww .f a% s .or g 6tr a u ma 6pub li%at io n s 6t e ta n u s .pdf,
diakses /ktober
11.
(1.Bn o n y m . & . T e t a n u s 'r o p h y l a 7 i s i n -o u n d
Ma n a g e m en t . ( /n l i n e) .
h tt p @66 w ww .% dp h .%a .g o9 6p ro g r am s6i m m u n i0 e 6 * o % u m e n ts6 # MM
12-F:.pdf,diakses 1& Bgustus 11.
. B0hali MS, erry Aarna, Bleh Ch, *jatnika S. 'enyakit #nfeksi dan Tropis. *alam
@ erry Aarna, eda Melinda, Sri Fndah >ahayuningsih. 'edoman *iagnosis dan
Terapi #lmu "esehatan Bnak, edisi +. ?"L'6>SS, :andung, 2 G !1+.
+. -/ $ews and a%ti9ities. The Alobal Fliination of neonatal tetanus @ progress to
date, :ull -/ 1!!G & @ 12212&
. >aus%her 5B. Tetanus. *alam @Swash M, /7bury , penyunting. Clini%al
$eurology.Fdinburg @ Chur%hill 5i9ingstone, 1!!1 G 42&1
2. Soedarmo, Sumarrno S.'oowoG Aarna, erryG adinegoro Sri >ejeki S, :uku Bjar
#lmu "esehatan Bnak, #nfeksi E 'enyakit Tropis, Fdisi pertama, #katan *okter Bnak
#ndonesia.
(4.:ehrman, >i%hard F., M*G "liegman, >obert M.,M* G enson al. :.,M*,
$elsonTe7tbook of 'ediatri%s ol 1W 1&th edition -.:. Saunders Company.
http://www.facs.org/trauma/publications/tetanus.pdfhttp://www.cdph.ca.gov/programs/immunize/Documents/IMM-http://www.cdph.ca.gov/programs/immunize/Documents/IMM-http://www.facs.org/trauma/publications/tetanus.pdfhttp://www.cdph.ca.gov/programs/immunize/Documents/IMM-http://www.cdph.ca.gov/programs/immunize/Documents/IMM-