refrat ova dr.pulung

Upload: yudianti-masnura

Post on 07-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    1/27

    Morbili

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Campak merupakan salah satu dari lima penyakit penyebab utama kematian anak di

    dunia yang meningkat sepanjang tahun. Campak merupakan penyakit menular yang sering

    menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pada saat ini campak masih dalam taraf

    reduksi berdasarkan kesepakatan global sidang WHO. Pada tahun 2005 terdapat 345.000

    kematian di dunia akibat penyakit campak dan sekitar 311.000 kematian terjadi pada anak-

    anak usia < 5 tahun. Pada tahun 2006 terdapat 242.000 kematian karena campak atau 27-

    kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007). Kematian campak yang meliputi seluruh dunia

    pada tahun 2007 adalah 197.000 dengan interval 141.000 hingga 267.000 kematian dimana

    177.000 kematian terjadi pada anak-anak usia < 5 tahun. Lebih dari 95% kematian campak

    terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dengan infrastruktur kesehatan lemah (WHO,

    2008). Menurut regional and global summaries of measles incidence WHO tahun 2008,

    insiden campak di wilayah South-East Asia (SEARO) adalah 75.770 (WHO, 2008). Masalah

    kematian campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 sebanyak 777.000 dan 202.000

    di antaranya berasal dari negara ASEAN serta 15% dari kematian campak tersebut berasal

    dari Indonesia (Depkes RI, 2006). Indonesia termasuk salah satu dari 47 negara penyumbang

    kasus campak terbesar di dunia (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2008, angka absolut campak

    di Indonesia adalah 15.369 kasus (WHO, 2008). 1

    Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili satu-satunya cara yang paling

    efektif adalah dengan cara vaksinasi.3 Di Indonesia program imunisasi campak sudah dimulai

    sejak tahun 1984 dengan pemberian satu kali secara rutin kepada bayi umur 9 bulan. Upaya

    imunisasi campak yang telah dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan & Kesos RI sudah

    mencakup lebih dari 80%, tetapi di daerah-daerah terpencil cakupan tersebut secara

    keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu kejadian luar biasa campak masih dijumpai di

    daerah-daerah tertentu, bahkan pada akhir-akhir ini dengan adanya situsi krisis dan

    perpindahan penduduk yang cepat dari tempat yang kurang aman ke tempat yang aman

    menyebabkan penularan campak yang tidak terhindarkan.4

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 1

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    2/27

    Morbili

    1.2 Tujuan Penulisan

    Mengetahui definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis

    banding, diagnosis, komplikasi, prognosis, terapi dan pencegahan campak.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 2

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    3/27

    Morbili

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Ialah penyakit infeksi virus akut dan menular yang umumnya menyerang anak,

    ditandai dengan 3 stadium, yaitu : stadium kataral sekitar 10-12 hari, stadium erupsi dan

    stadium konvalesen5. Kepustakaan lain membagi dalam stadium inkubasi, stadium prodromal

    dan stadium erupsi3.

    2.2 Epidemiologi

    Insiden kasus campak di Indonesia tahun 2007 untuk golongan umur < 1 tahun

    sebesar 48,9 per 100.000 orang pertahun, umur 1-4 tahun sebesar 36,6 per 100.000 orang

    tahun, dan umur 5-14 tahun sebesar 18,2 per 100.000 orang tahun. Bahkan sampai dengan

    tahun 2009 masih dijumpai kejadian luar biasa campak di beberapa propinsi di Indonesia.

    kasus campak banyak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi dengan insiden

    > 16 per 100.000 orang tahun, pada kelompok umur < 5 tahun dengan status tidak

    diimunisasi. provinsi yang padat penduduknya yaitu DKI Jakarta pada tahun 2004 dan 2005,

    dan pada provinsi yang tidak padat penduduknya yaitu Sulawesi Selatan pada tahun 2006 dan

    Kalimantan Timur pada tahun 2007. Insiden kasus campak terendah terjadi pada provinsi

    Bengkulu, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Maluku dimana kelengkapan data

    surveilans campak yang tidak lengkap, dan di provinsi DI Yogyakarta oleh karena tingginya

    cakupan imunisasi campak (100,19%) pada tahun 2007. Terjadi peningkatan insiden campak

    pada tahun 2005 sebesar 7,40 per 10.000 penduduk dari tahun 2004. Terjadi peningkatan

    insiden campak pada tahun 2006 sebesar 8,35 per 10.000 penduduk dari tahun 2005. Terjadi

    penurunan insiden campak pada tahun 2007 sebesar 6,12 per 10.000 penduduk dari tahun

    2006. Kecenderungan peningkatan insiden campak di Indonesia terjadi pada bulan September

    dari tahun 2004-2008.6

    2.3 Etiologi

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 3

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    4/27

    Morbili

    Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus

    dan famili Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Di dalam virus

    terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam

    nukleat (RNA). Selubung luar merupakan suatu protein yang bersifat hemaglutinin.3

    Virus campak berada di sekret nasofaring, dalam darah dan urin, minimal selama

    masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal

    34 jam pada temperature kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu

    disimpan dalam temperature 350C, dan beberapa hari pada suhu 00C. virus tidak aktif pada

    pH rendah.7

    Gambar 1. Paramyxovirus

    2.4 Patogenesis7

    Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat

    menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara

    terutama selama stadium kataralis, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai

    4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun

    berhubungan dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini

    virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke

    sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan

    terbentuknya sel raksasa berinti banyak dari Whartin, sedangkan Limfosit-T (termasuk T-

    supressor dan T-helper) yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 4

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    5/27

    Morbili

    Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,

    tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam

    pembuluh darah dan menyebar kepermukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas,

    kulit, kandung kemih dan usus.

    Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,

    satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk

    kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas

    diawali dengan keluhan batuk-pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon

    imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti

    dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan ruam yang

    menyebar keseluruh tubuh, tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak

    koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

    Akhirnya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada

    saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai

    akibat respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada kulit,

    kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak

    menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi

    virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik

    menunjukkan bahwa antigen campak dan gambaran histologi di kulit diduga suatu reaksi

    Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan

    kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan

    lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada

    kasus campak, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 5

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    6/27

    Morbili

    Gambar 2. Patogenesis Measles

    Gambar 3. Karakteristik dari campak

    2.5 Gejala Klinis

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 6

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    7/27

    Morbili

    Masa inkubasi 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3

    stadium, yaitu:5

    1. Stadium kataral (prodromal).

    Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam,

    malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium kataral

    dan 24 jam sebelum timbul exantem, terdapat bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar

    ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokasinya di mukosa bukal yang berhadapan

    dengan molar bawah. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.

    2. Stadium erupsi

    Coryza dan batuk bertambah. Timbul enantem atau titik merah di palatum durum dan

    palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler

    disertai naiknya suhu badan. Diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema

    timbul dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang

    bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.

    Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.

    Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah.

    Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai dengan

    perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

    3. Stadium konvalesensi

    Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau hiperpigmentasi

    (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain itu ditemukan pula

    kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbilli.

    Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa

    hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal kecuali bila ada komplikasi.

    Panas

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 7

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    8/27

    Morbili

    Panas dapat meningkat pada hari ke-5 atau ke-6, yaitu pada saat puncak timbulnya erupsi.

    Kadang-kadang temperatur dapat bifasik dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48

    jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan

    yang cepat sampai 390-40,60 C saat erupsi rash mencapai puncaknya.3

    Pada morbili yang tidak mengalami komplikasi, temperatur turun secara lisis antara hari ke-2

    dan ke-3, hingga timbulnya eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, 2 hari setelah

    timbulnya rash yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, kemungkinan

    penderita mengalami komplikasi.3

    Coryza

    Tidak dapat dibedakan dari common cold. Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat

    dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta

    menghilang bersamaan dengan hilangnya panas.3

    Konjungtivitis

    Pada periode awal stadium prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection

    pada palpebral inferior. Gambaran ini sering dikaburkan dengan adanya inflamasi

    konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai

    adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan adanya peningkatan lakrimasi dan

    fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun.

    Batuk

    Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluan pernapasan. Intensitas batuk

    meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun, batuk dapat bertahan lebih

    lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.3

    Koplik spot

    Merupakan bercak-bercak kecil yang irregular sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna

    merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu. Gambaran ini merupakan

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 8

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    9/27

    Morbili

    salah satu tanda patognomonik morbili. Beberapa jam sebelum timbulnya rash sudah dapat

    ditemukan adanya Koplik spot dan menghilang dalam 24 jam hari kedua timbulnya rash.3

    Gambar 3. Bercak Koplik

    Rash

    Timbul setelah 3-4 hari panas. Rash mulai sebagai eritema makulopapular, mulai timbul dari

    belakang telinga pada batas rambut, kemudian menyebar ke daerah pipi, leher, seluruh wajah

    dan dada serta biasanya dalam 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya

    ke seluruh tubuh mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat rash sudah sampai kaki, rash yang

    timbul duluan mulai berangsur-angsur menghilang.3

    Gambar 4. Eritema Makulopapular

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 9

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    10/27

    Morbili

    2.6 Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas, pemeriksaan

    serologi, isoloasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.3

    Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopeni. Dalam sputum,

    sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas.

    Pemeriksaan serologi dengan ELISA IgM lebih sensitive bila diperiksa antara hari ke-3

    sampai hari ke-28 timbulnya rash.3

    Gambar 5. Multinucleated Giant Cells

    Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemaglutinin inhibition test dan complemen

    fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya

    rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 mingggu kemudian. Tes ini cukup praktis dan

    spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.3

    2.7 Diagnosis Banding3

    1. German Measles

    Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran napas bagian atas,

    demam ringan, pembesaran kelenjar regional di daerah oksipital dan post aurikuler.

    Rash lebih halus, yang mula-mula pada wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan

    menghilang dalam waktu 3 hari, tidak ada bercak koplik.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 10

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    11/27

    Morbili

    Gambar . German measles

    2. Eksantema Subitum

    Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.

    Perjalanan penyakit ini mirip morbili, bedanya rash timbul pada saat suhu badan

    turun. Demam tinggi selama 3-4 hari disertai iritabilitas biasanya terjadi sebelum

    timbulnya kemerahan pada kulit dan diikuti dengan penurunan demam secara drastis

    menjadi normal.

    3. Ruam karena obat-obatan

    Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak

    disertai panas. Rash kulit tidak disertai dengan batuk dan umumnya timbul setelah adariwayat penyuntikan atau menelan obat.

    4. Ricketsia

    Gejala prodromal lebih ringan, batuk, rash tidak dijumpai di wajah dan bercak koplik

    tidak ada yang secara khas dapat ditemui pada penyakit campak.

    5. Mononukleosis infeksiosa

    Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.

    6. Demam skarlatina

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 11

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    12/27

    Morbili

    Kelainan kulit biasa timbul dalam 12 jam pertama sesudah demam. Batuk dan

    muntah. Gejala prodromal berlangsung 2 hari. Lidah berwarna merah stroberi serta

    tonsilitis eksudatif atau membranosa.

    Gambar 6. Lidah stroberi

    7. Penyakit Kawasaki

    Demam tidak spesifik disertai nyeri tenggorok mendahului penyakit ini selama 2-5

    hari. Biasa ditemukan adanya eksantema yang bersifat generalisata dan

    makulopapuler. Telapak tangan dan kaki membengkak merah dan menghilang dalam

    beberapa hari sampai minggu. Gejala klinik lain yang dapat ditemukan adanya bibir,

    mulut dan lidah yang mengering dan merah serta adanya konjungtivitis non purulen.

    Gambar 7. Klinis penyakit Kawasaki

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 12

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    13/27

    Morbili

    2.8 Komplikasi

    Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi

    alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini

    menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:5,7

    1. Bronkopneumonia

    Komplikasi campak yang sering dijumpai (75,2%), Dapat disebabkan oleh virus campak

    maupun akibat invasi bakteri sekunder, terutama pneumokokus, stafilokokus dan hemophilus

    influenza. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya ronki basah

    halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala pneumonia akanmenghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila

    suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran napas masih terus

    berlangsung, dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi

    pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto thorak dan adanya

    leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang dimana malnutrisi

    masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa terjadi dan dapat menjadi fatal bila

    tidak diberi antibiotik.7

    2. Laringitis akut

    Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran napas, yang bertambah

    parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress pernapasan, sesak,

    sianosis, dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan

    menghilang.7

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 13

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    14/27

    Morbili

    3. Encephalitis morbili akut

    Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya terjadi pada hari ke-4 dan

    ke-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak,

    dengan mortalitas 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik

    maupun melalui invasi langsung virus campak ke dalam otak. Gejala ensefalitis dapat berpa

    kejang, letargi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi napas meningkat,

    twitching, disorientasi juga dapat ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan

    pleisitosis ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein ringan,

    sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.7

    4. Kejang demam

    Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam keluar.

    Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.7

    5. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

    SSPE (dawsons disease) yaitu suatu penyakit degeneratif susunan saraf pusat. Ditandai oleh

    gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik, kejang, dan

    koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah

    timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya

    terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun. SSPE timbul setelah 7 tahun

    terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun kemudian.

    Kemungkinan menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000,

    sedangkan setelah infeksi campak sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000. Penyebab SSPE tidak jelas

    tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang peranan dalam patogenesisnya.5

    Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antibody

    terhadap capak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk

    SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.7

    6. Immunosuppresive measles encephalopathy

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 14

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    15/27

    Morbili

    Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik karena

    keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.5

    7.Otitis media

    Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang telinga

    biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada

    lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta.3

    Gambar 8. Membran Timpani pada Otitis Media

    8. Enteritis

    Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada fase prodromal.

    Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang

    menyebabkan kehilangan protein (protein losing enteropathy).7

    9. Konjungtivitis

    Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai dengan adanya mata

    merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi

    sekunder oleh bakteri. Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva

    pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan

    pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.7

    10. Sistem kardiovaskuler

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 15

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    16/27

    Morbili

    Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T, kontraksi

    premature aurikel dan perpanjangan interval A-V. perubahan tersebut bersifat sementara dan

    tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.7

    2.9 Pemeriksaan penunjang8

    Laboratorium

    Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi

    bakteri

    Pemeriksaan untuk komplikasi bila terindikasi :

    Ensefalopati/ensefalitis : pemeriksaan cairan serebrospinalis, kadar elektrolit

    darah dan analisis gas darah

    Enteritis : feses lengkap

    Bronkopneumonia : pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah.

    2.10 Pengobatan7,8

    Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairandan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,

    antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan

    penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi

    system pernapasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan

    cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila

    terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.

    Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi penyulit yang timbul,

    yaitu :

    Bronkopneumonia

    Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena

    dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam 4 dosis,

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 16

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    17/27

    Morbili

    sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik

    diberikan sampai tiga hari demam reda.

    Berikan oksigen 2 liter/menit.

    Koreksi gangguan analisis gas darah dan elektrolit.

    Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberculin dilakukan setelah anak

    sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji tuberculin biasanya

    negative (anergi) pada saat anak menderita campak. Gangguan reaksi delayed

    hypersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T yang terganggu fungsinya.

    Enteritis

    Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan intravena

    dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan dehidrasi.

    Otitis media

    Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu diberikan

    antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2

    dosis)

    Ensefalopati/ensefalitis

    Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100mg/kgBB/hari selama 7-

    10 hari.

    Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5

    g/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian

    lebih dari 5 hari dilakukan tapering off).

    Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk mengurangi

    edema otak. Perlu dilakukan koreksi elektrolit dan gangguan gas darah.

    Indikasi masuk rumah sakit yang dianjurkan:3

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 17

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    18/27

    Morbili

    Bercak/eksantema merah kehitaman yang menimbulkan deskuamasi dengan skuama

    yang lebar dan tebal.

    Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti laryngitis dan pneumonia.

    Dehidrasi berat

    Kejang dengan kesadaran menurun.

    2.11 Pencegahan

    2.11.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) 10

    Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena

    penyakit campak, yaitu :a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi

    campak untuk semua bayi.

    b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak

    berumur 9 bulan atau lebih. Program imunisasi campak secara luas baru dikembangkan

    pelaksanaannya pada tahun 1982. sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka

    waktu 4-5 tahun.

    Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1) vaksin yang berasal dari

    virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe Edmonstone B) dan (2) vaksin yang berasal

    dari virus campak yang dimatikan (virus campak yangberada dalam larutan formalin yang

    dicampur dengan garam alumunium). Sejak tahun 1967 vaksin yang berasal dari virus

    campak yang telah dimatikan tidak digunakan lagi oleh karena efek proteksinya hanya

    bersifat sementara dan dapat menimbulkan gejala atypical measles yang hebat. Sebaliknya,

    vaksin campak yang berasal dari virus hidup yang dilemahkan, dikembangkan dari

    Edmonstone strain Shwarz (1965) dan kemudian menjadi strain Moraten (1968) dengan

    mengembangbiakkan virusnya pada embrio ayam. Vaksin Edmonstone Zagreb merupakan

    hasil biakan dalam human diploid cell yang dapat digunakan secara inhalasi atau aerosol

    dengan hasil yang memuaskan.7

    Imunisasi campak awal, biasanya diberikan sebagai campak-gondong-rubella (MMR),

    dianjurkan pada usia 12-15 bulan tetapi dapat diberikan sebagai postexposure

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 18

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    19/27

    Morbili

    dan profilaksis wabah secara dini pada usia 6 bulan. Imunisasi kedua, juga sebagai MMR,

    dianjurkan diberikan secara rutin pada usia 4-6 tahun tetapi dapat diberikan di setiap

    waktu selama masa kanak-kanak setidaknya 4 minggu setelah dosis pertama. Anak-anak yang

    sebelumnya tidak menerima dosis kedua harus diimunisasi pada

    usia 11-12 thn. Remaja yang memasuki perguruan tinggi atau dunia kerja seharusnya

    menerima imunisasi campak kedua.9

    Imunisasi aktif

    Vaksin yang diberikan adalah live attenuated measles vaccine. Mula-mula diberikan

    strain Edmonstone B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas tinggi dan eksantema sampai

    hari ke 10 paska vaksinasi sehingga strain vaksin ini sering diberikan bersama-sama dengan

    gamma globulin di lengan lain.3 Respon terhadap vaksin campak hidup dapat ditekan dengan

    pemberian gammaglobulin.9 Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak

    diberikan bersama gamma globulin. Vaksin ini diberikan secara subkutan dan dapat

    menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama. Di Indonesia, digunakan vaksin buatan

    perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili hidup yang sudah dilemahkan yaitu Srain

    Schwarz. Tiap dosis yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang dari 1000

    TCID50 dan Neomisin Sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.3

    Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada umur 9 bulan. Pada anak di

    bawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan yang baik, karena

    gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir.3

    Gambar 6. Vaksin MMR

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 19

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    20/27

    Morbili

    Pemberian vaksin ini akan menyebabkan alergi terhadap tuberculin selama 2 bulan

    setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat immunoglobulin atau transfusi darah

    sebelumnya, vaksin ini harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan.3

    Program pemerintah Indonesia menganjurkan pemberian vaksin campak sebanyak 1

    dosis pada usia 9 bulan. Tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pemberian vaksin campak

    dosis ke 2 pada usia 15 bulan (bisa diberikan MMR) akan memberikan cakupan imunitas

    lebih dari 90%.3

    Beberapa Negara Eropa menganjurkan pemberian vaksin campak 2 dosis dengan

    dasar pemikiran dosis ke-2 untuk memberikan proteksi bagi mereka yang tidak mengalami

    serokonversi pada imunisasi pertama.3

    Vaksin campak tidak dianjurkan untuk wanita hamil, anak-anak dengan

    immunodefisiensi primer, TBC yang tidak diobati, kanker, atau transplantasi organ, mereka

    yang menerima terapi imunosupresif jangka panjang, atau anak-anak yang terinfeksi HIV

    dengan immunocompromised berat. Anak-anak yang terinfeksi HIV tanpa imunosupresi

    parah dan tanpa bukti kekebalan campak dapat menerima vaksin campak.9

    Anak dengan infeksi TBC aktif harus menerima pengobatan antituberkulosis ketika

    vaksin campak diberikan. Tes tuberkulin sebelum atau bersamaan dengan imunisasi aktif

    terhadap campak dipertimbangkan jika tuberkulosis terkendali.9

    Reaksi KIPI :4

    Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang

    pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin

    campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun

    dengan digunakannya vaksin campak yang dilemahkan.

    Gejala KIPI berupa demam yang lebih dari 39,50C yng terjadi pada 5-15% kasus,

    demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2

    hari.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 20

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    21/27

    Morbili

    Berbeda dengan infeksi alami, demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan

    suhu tubuh tersebut dapat merangsang terjadinya kejang demam.

    Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi

    dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi

    yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi

    penyakit alami.

    Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti

    ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan risiko terjadinya kedua efek

    samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.

    Imunisasi pasif

    Imunisasi pasif dengan immune globulin efektif untuk pencegahan dan meredam

    campak dalam waktu 6 hari setelah paparan. Pada rumah tangga yang rentan dan kontak

    dengan rumah sakit untuk anak dengan usia kurang dari 12 bulan atau wanita yang sedang

    hamil harus menerima immune globulin (0,25 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular

    secepat mungkin setelah terkena, dalam waktu 5 hari. Orang dengan immunocompromised

    harus menerima globulin imun (0,5 mL / kg; maksimum: 15 mL) intramuskular tanpa melihat

    status imunisasi. Bayi dengan usia 6 bulan atau lebih muda yang lahir dari ibu nonimmune

    harus menerima globulin imun; bayi usia 6 bulan atau lebih muda lahir dari ibu yang

    memiliki kekebalan dianggap dilindungi oleh antibodi ibu. Anak-anak usia rentan 6-12 bulan

    juga harus divaksinasi, vaksinasi ini tidak dihitung sebagai salah satu dari

    dua vaksinasi campak yang diperlukan. anak-anak Anak-anak usia 12 bulan atau atau lebih

    yang rentan harus menerima vaksin dalam waktu 72 jam. Wanita hamil dan orang

    immunocompromised seharusnya menerima immune globulin tetapi bukan vaksin.9

    Kegagalan vaksinasi7

    Kegagalan vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Dikatakan

    primer apabila tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada

    proteksi setelah terjadi serokonversi. Berbagai kemungkinan yang menyebabkan tidak

    terjadinya serokonversi ialah :

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 21

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    22/27

    Morbili

    a) Adanya antibodi yang dibentuk sejak lahir yang dapat menetralisir virus vaksin

    campak yang masuk

    b) Vaksinnya yang rusak

    c) Akibat pemberian immunoglobulin yang diberikan bersama-sama.

    Kegagalan sekunder dapat terjadi karena potensi vaksin yang kurang kuat sehingga respon

    imun yang terjadi tidak adekuat dan tidak cukup untuk memberikan perlindungan pada tubuh

    terhadap serangan campak secara alami.

    2.11.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) 10

    Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk

    mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya

    dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan

    membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :

    a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

    b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama

    empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus ataumempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium

    kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat

    mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.

    c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik

    untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi

    sekunder untuk mencegah komplikasi.

    d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan

    tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis,

    otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

    2.11.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) 10

    Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.

    Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 22

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    23/27

    Morbili

    a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

    b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat

    terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

    2.12 Prognosis3

    Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga

    bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.

    Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

    Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul

    Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita

    Masih percaya tahayul

    Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

    BAB III

    KESIMPULAN

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 23

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    24/27

    Morbili

    Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium,

    yaitu : stadium kataral (prodromal), stadium erupsi dan stadium konvalesen. Penyebab

    penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam genus morbili virus dan famili

    Paramyxoviridae yang merupakan virus single stranded RNA. Penularan campak terjadi

    secara droplet melalui udara, terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4

    hari setelah timbul ruam. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas,

    pemeriksaan serologi, isoloasi virus dari urine atau swab nasofaringeal.

    Diagnosa banding campak antara lain :

    1. Eksantema Subitum

    2. German Measles

    3. Rash karena obat-obatan

    4. Ricketsia

    5. Mononukleosis infeksiosa

    6. Demam skarlatina

    7. Penyakit Kawasaki

    Komplikasi dari campak adalah :

    1. Bronkopnemonia

    2. Laringitis akut

    3. Encephalitis morbili akut

    4. Kejang demam

    5. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

    6. Immunosuppresive measles encephalopathy

    7. Otitis media

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 24

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    25/27

    Morbili

    8. Enteritis

    9. Konjungtivitis

    10. Sistem kardiovaskuler

    Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan

    dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik,

    antitusif, ekspetoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak dengan

    penyulit, pasien perlu dirawat inap.

    Pencegahan campak ada 3 tahap :

    1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

    Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit

    campak. Dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih.

    Vaksin diberikan secara subkutan sebanyak 0,5 mL pada umur 9 bulan. Vaksin campak tidak

    dianjurkan untuk wanita hamil, anak-anak dengan immunodefisiensi primer, TBC yang tidak

    diobati, kanker, atau transplantasi organ, mereka yang menerima terapi imunosupresif jangka

    panjang, atau anak-anak yang terinfeksi HIV dengan immunocompromised berat. Kegagalan

    vaksinasi perlu dibedakan antara kegagalan primer dan sekunder. Dikatakan primer apabila

    tidak terjadi serokonversi setelah diimunisasi dan sekunder apabila tidak ada proteksi setelah

    terjadi serokonversi.

    2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

    Untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

    3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

    bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian

    Morbili merupakan penyakit self-limiting dan berlangsung antara 7-10 hari sehingga

    bila tidak disertai komplikasi, prognosis baik.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 25

  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    26/27

    Morbili

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Tutik Inayah S, 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus Campak dan Indikator Kinerja

    Surveilans Campak Rutin Di Indonesia Tahun 2005-2008. Diunduh dari http://

    www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667. Diakses tanggal 1 Oktober

    2010.

    FK UPN

    Periode 20 September - 11 Desember 2010 Page 26

    http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=3667
  • 8/3/2019 Refrat Ova Dr.pulung

    27/27

    Morbili

    2. Burnett M., 2007. Measles, Rubeola. Diunduh dari http://www.e-emedicine.com.

    Diakses tanggal 1 Oktober 2010

    3. Rampengan,TH; Laurentz,IR: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Ed. Kedua, Jakarta: EGC ;2005

    4. I.G.N Ranuh; S, Hariyono, S.H, Sri Rezeki, K, Cissy. Ed. Buku Imunisasi Di

    Indonesia, Ed.1, Satgas Imunisasi IDAI, Jakarta, 2001.

    5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak,

    Jakarta, 1985.

    6. Regina, 2009. Korelasi cakupan imunisasi kampanye campak dengan insiden penyakit

    campak di Indonesia tahun 2004-2008. Diunduh dari

    http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina

    %20/offset/0/limit/15. Diakses tanggal 28 September 2010.

    7. S, Sumarmo; Soedarmo, P; Gama H; S.H,Sri Rezeki , Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

    Anak Infeksi Dan Penyakit Tropis, Ed. Pertama, Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia;

    2010.

    8. S, Sudigdo. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :

    RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo; 2007.

    9. Maldonado Y. Measles. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,

    penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders;

    2004 h.1027-30.

    10. Anonymous. www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter

    %20II.pdf. Diunduh pada tanggal 1 Oktober 2010

    FK UPN

    Periode 20 September 11 Desember 2010 Page 27

    http://www.e-emedicine.com/http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=122973http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=122973http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina%20/offset/0/limit/15http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina%20/offset/0/limit/15http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.e-emedicine.com/http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=122973http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=122973http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina%20/offset/0/limit/15http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:8707/q/pengarang:%20Regina%20/offset/0/limit/15http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20116/4/Chapter%20II.pdf