bab 2 kti depresi

Upload: haseo-ayatullah

Post on 09-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Universitas Muhammadiyah surabaya

TRANSCRIPT

10

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lansia2.1.1 Pengertian lanjut UsiaUsia lanjut adalah mereka yang telah berusia 60 tahun atau lebih (Nugroho 2008). Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40 tahun, kedua tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia (Lilik Marifatul A, 2011).Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun.Jadi lanjut usia dapat kita artikan sebagai kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya.Menurut Surini dan Utomo (2003), lanjut usia bukan suatu penyakit, merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang akan dialami semua individu, ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Lilik Marifatul A, 2011).

2.1.2 Batasan LansiaMenurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia dikelompokkan menjadi:1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.2) Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun.3) Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun4) Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun2.1.3 Karakteristik Lanjut UsiaBeberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Tipe arif bijaksana 2) Tipe mandiri 3) Tipe tidak puas 4) Tipe pasrah 5) Tipe bingung2.1.4 Permasalahan Pada Lanjut UsiaBerbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia antara lain (Setiabudhi,2000 ):1. Permasalahan Umum :a) Makin besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.c) Lahirnya kelompok masyarakat industri.d) Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.2. Permasalahan khusus :a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial.b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.c) Rendahnya produktivitas kerja lansia.d) Banyaknya lansia yang miskin, telantar dan cacat.e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik.f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia.2.1.5 Teori Proses Menua1. Teori-Teori Biologia. Teori Genetik dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin. (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).b. "Pemakaian dan Rusak" kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).c. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto Immune Theory)Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.d. Teori "Immunologi Slow Virus" (Immunology Slow Virus Theory)Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.e. Teori StressMenua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaanFaktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan adalah (Nugroho, 2006):a) Hereditas = ketuaan genetikb) Nutrisi = makananc) Status kesehatand) Pengalaman hidupe) Lingkungan

2.1.7 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia1. Perubahan-perubahan FisikMeliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardio vaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, muskuloskletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integument2. Perubahan-perubahan mentalFaktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mentala) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasab) Kesehatan umumc) Tingkat pendidikand) Keturunan (Hereditas)e) Lingkunganf) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketuliang) Gangguan gizi akibat kehilakngan jabatanh) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan familyi) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

3. Perkembangan Spirituala) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 2005).b) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner, 2007).2.1.8 Penyakit yang sering dijumpai pada lansiaMenurut "The national Old People's Welfare Council" Di Inggris mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yakni (Nugroho, 2006):a) Depresi mentalb) Gangguan pendengaranc) Bronkitis kronisd) Gangguan pada tungkai / sikap berjalane) Gangguan pada koksa / sendi panggulf) Anemiag) Demensia

2.2 Konsep Depresi2.2.1 Pengertian Depresi LansiaMenurut Nugroho (2008) depresi adalah suatu perasaan sedih danpesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupaserangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yangmendalam. Menurut Hudak dan Gallo dalam Azizah (2011), gangguandepresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakanpenyebab tindakan bunuh diri. Sedangkan menurut Lau dan Eley dalamLewis et al (2011) depresi adalah gangguan yang kompleks danmultifaktorial, merupakan efek yang melibatkan interaksi genetik danrisiko lingkungan.

2.2.2 Penyebab depresi pada lansiaMenurut Stuart dan Sunden (2005), factor penyebab depresi adalah :1. Faktor presisposisia. Faktor genetic, di anggap mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan.b. Teori agresi menyerang ke dalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang di tunjukkan pada diri sendiric. Teori kehilangan obyek, menunjuk kepada perpisahan traumatika individu dengan benda atau yang sangat berartid. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri yang negative dan harga diri rendah mempengaruhi system kenyakinan dan penilaian seseorang terhadap stressor.e. Model kognitif, menyatakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif dan di dominasi oleh evaluasi negative seseorang terhadap diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.f. Model ketidakberdayaan yang dipelajari oleh (learned helplessness), menunjukkan bahwa bukan semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi kenyakinan bahwa seseorang tidak mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, respon yang tidak adaptif.g. Model prilaku, berkembang dari kerangka teori belajar sosial yang mengomsumsi penyebab depresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam berinteraksi dengan lingkungan.h. Model biologic, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi selama depresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endokrin, hipersekresi kortisol, dan variasi periodic dalam irama biologis.2. Stresor PencetusAda 4 sumber utama stressor yang dapat mencetuskan gangguan alam perasaan depresi menurut Stuart dan Sundeen (2005) :a) Kehilangan keterikatan yang nyata atau dibayabgkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri. Karena elemen actual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan,b) Pristiwa besar dalam kehidupan, hal ini sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.c) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan depresi, terutama pada wanita.d) Perubahan fisiologik diakibatka noleh obat-obatan atau penyakit fisik, seperti infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolic, dapat mencentuskan gangguan alam perasaan.

2.2.3 Faktor resikoDepresi pada lansia terdiri dari: faktor psikologik, biologik, dan sosio-budaya. Pada sebagian besar kasus, ketiga faktor ini saling berinteraksi.a) Faktor PsikososialMenurut teori psikoanalitik dan psikodinamik Freud (2005) mengungkapkan bahwa depresi disebabkan karena kehilangan obyek cinta kemudian individu mengadakan introyeksi yang ambivalen dari aspek cinta tersebut. Menurut model Cognitif Behavioural (2005) depresi terjadi karena pandangan yang negatif terhadap diri sendiri, interprestasi yang negatif terhadap pengalaman hidup dan harapan pengalaman hidup dan harapan yang negatif untuk masa depan.

b) Faktor Biologik1. Disregulasi biogenik aminBeberapa peneliti melaporkan bahwa pada penderita depresi terdapat abnormalitas metabolitas biogenik amin (5- hydroxy indolacetic acid, homouanilic acid, 3-methoxy-4 hydroxy phenylglycol). Hal ini menunjukkan adanya disregulasi biogenic amin, serotonin, dan norepineprin yang merupakan nurotransmiter paling terkait dengan patofisiologi depresi.

2. Disreguloasi NeuroendokrinNeuron yang mengandung neurotransmister biologik amin. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung biogenik ami.c) Faktor GenetikFaktor genetik memiliki kontribusi dalam terjadinya depresi. Berdasarkan studi lapangan, studi anak kembar, dan anak angkat, serta studi linkage terbukti adanya faktor genetik dan depresi.2.2.4 Tanda dan Gejala Perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Kelliat (2005) meliputi beberapa aspek seperti:

a) AfektifKemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan, kemurungan rasa bersalah, ketidakberdayaan, keputusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihanb) FisiologikNyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan, gangguan pencernaan, insomia, perubahan haid, makan berlebihan/berkurang, gangguan tidur dan perubahan berat badan.c) KognitifAmbivalensi, kebingungan, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, pikiran yang destruktif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.d) PerilakuAgresif, alkoholisme, perubahan tingkat aktifitas, kecanduan obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis dan menarik diri.Menurut PPDGJ-III (Maslim,2007) tingkatan depresi pada lansia ada 3 berdasarkan gejala-gejalanya yaitu:1) Depresi RinganGejala:a. Kehilangan minat dan kegembiraanb. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitasc. Konsentrasi dan perhatian yang kurangd. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurange. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang-kurangnya 2 mingguf. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang bisa dilakukannya2) Depresi sedangGejala :a. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunab. Pandangan masa depan yang suram dam pesimisc. Lamanya gejala tersebut berlangsung minimum sekitar 2 minggud. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan rumah tangga3) Depresi beratGejala :a. Mood depresifb. Konsentrasi dan perhatian yang kurangc. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak bergunad. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh dirie. Tidur tergangguf. Disertai wajah halusinasig. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu

2.2.5 Pemeriksaan DiagnostikBilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi, harus dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :1. Riwayat klinik / anamnesisa. riwayat keluargab. gangguan psikiatri yang lampauc. kepribadiand. riwayat sosiale. ide / percobaan bunuh dirif. gangguan-gangguan somatikg. perkembangan gejala-gejala depresi2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik.3. Pemeriksaan kognitifPenilaian Mini Mental State Examination (MMSE) pada usia lanjut yang menunjukkan gejala depresi bermanfaat dalam tindak lanjut penatalaksanaan pasien. Perbaikan pada MMSE setelah dilakukan terapi terhadap depresi, menunjukkan bahwa pasien dengan depresi mengalami masalah konsentrasi dan memori yang mempengaruhi fungsi kognitifnya.4. Pemeriksaan status mentala. Penampilan dan perilakub. Mood / suasana perasaan hatic. Pembicaraand. Isi pikiran Gejala ansietase. Gejala hipokondriakal5. Pemeriksaan lainnyaMengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolik sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya asupan cairan, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan sebagai berikut :a. ureum dan elektrolitb. darah lengkap dan hitung jenisc. Vitamin B12 dan Folatd. Tes fungsi Tiroide. Foto dadaf. Lain-lain : serum sifilis,Electro Cardio Graphy (ECG),Electro Encephalo Graphy ( EEG), CT-scan

2.2.6 Penatalaksanaan Depresi Terapi fisika. ObatSecara umum, semua obat antidepresan sama efektivitasnya. Pemilihan jenis antidepresan ditentukan oleh pengalaman klinikus dan pengenalan terhadap berbagai jenis antidepresan. Biasanya pengobatan dimulai dengan dosis separuh dosis dewasa, lalu dinaikkan perlahan-lahan sampai ada perbaikan gejala.

b. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory problem. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood (sekitar 5 - 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah kekambuhan.

2.2.7 Terapi Psikologika. PsikoterapiPsikoterapi individual maupun kelompok paling efektif jika dilakukan bersama-sama dengan pemberian antidepresan. Baik pendekatan psikodinamik maupun kognitif behavior sama keberhasilannya. Meskipun mekanisme psikoterapi tidak sepenuhnya dimengerti, namun kecocokan antara pasien dan terapis dalam proses terapeutik akan meredakan gejala dan membuat pasien lebih nyaman, lebih mampu mengatasi persoalannya serta lebih percaya diri.b. Terapi kognitifTerapi kognitif - perilaku bertujuan mengubah pola pikir pasien yang selalu negatif (persepsi diri, masa depan, dunia, diri tak berguna, tak mampu dan sebagainya) ke arah pola pikir yang netral atau positif. Ternyata pasien usia lanjut dengan depresi dapat menerima metode ini meskipun penjelasan harus diberikan secara singkat dan terfokus. Melalui latihan-latihan, tugas-tugas dan aktivitas tertentu terapi kognitif bertujuan mengubah perilaku dan pola pikir.c. Terapi keluargaProblem keluarga dapat berperan dalam perkembangan penyakit depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga, ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa, mengubah dan memperbaiki sikap / struktur dalam keluarga yang menghambat proses penyembuhan pasien.d. Penanganan Ansietas (Relaksasi)Teknik yang umum dipergunakan adalah program relaksasi progresif baik secara langsung dengan instruktur (psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape recorder.Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum sehari-hari.Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus singkat terapi relaksasi.

2.3 Penerapan Asuhan Keperawatan Lansia2.3.1 PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan yang terdiri dari 3 kegiatan yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data, dan perumusan diagnosa keperawatan. (Arif Muttaqin, 2008).1. Identitas Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan.2. Keluhan utamaPasien mengeluh nyeri, nafsu makan menurun, resiko mencederai diri, gangguan alam perasaan maladaptif.3. Riwayat KeluargaPada pengkajian ini bisa ditemukan keluhan yang sama pada generasi terdahulu apakah oleh faktor adaptif dan maladaptif.4. Riwayat Penyakit KlienKaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.a. Kaji adanya depresi.b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat, seperti geriatric depresion scale.c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatand. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.5. Lakukan observasi langsung terhadap :1. Perilaku.a. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup sehari-hari?b. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidakdapat diterima secara sosial?c. Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?d. Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration phenomena?2. Afeka. Apakah klien menunjukkan ansietas?b. Labilitas emosi?c. Depresi atau apatis?d. lritabilitas?e. Tidak berdaya?f. Frustasi?g. Curiga?3. Respon kognitifa. Bagaimana tingakat orientasi klien?b. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang sudah lama terjadi?c. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan?d. Kurang mampu membuat penilaian?e. Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau, apraksia?6. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatana. Pola pemenuhan nutrisiPasien mengatakan tidak teratur untuk pola makannya hanya setangah porsi yang dihabiskanb. Pola pemenuhan cairanPasien mengatakan untuk kebutuhan cairan setiap harinnya menghabiskan 3 gelas sehari

c. Pola kebiasaan tidur dan istirahatPasien mengatakan untuk kebiasaan tidur untuk malam hari terkadang terbangun sendiri untuk tidur malam mulai jam 20.00 sampai 03.00 pagi untuk tidur siang mulai jam 12.00 sampai 14.00, menggunakan waktu tidur untuk beristirahat. d. Pola eliminasi BABPasien mengatakan tidak ada gangguan saat BAB, 2 kali sehari, konsistensi lembek.e. Pola eliminasi BAKPasien mengatakan BAK 1-3 kali sehari, kuning jernih, bau khas.f. Pola aktivitasAktifitas pasien sering didalam kamar dan mengerjakan ketrampilan tangan.g. Pola pemenuhan kebersihan diriPasien mengatakan selama di panti mandi 2 kali sehari, memakai sabun dan selalu gosok gigi.h. Pola sensori dan kognitifPasien mengatakan tidak ada gangguan dalam panca indranya.7. Pemeriksaan fisika. Kepala Bentuk kepala simetris, tidak ada bekas lesi, warna rambut hitam dan kering, mudah rontok.

b. Mata Pasien mengatakan penglihatan sedikit kabur, tidak menggunakan alat bantu kacamata, tidak ada riwayat katarak.c. HidungBentuk simetris, sedikit agak kotor dalam kebersihan, mukosa kering dan tidak ada peradangan.d. Mulut dan TenggorokanBentuk simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada kesulitan menelan dan mengunyah.e. Telinga Tidak ada bekas luka, kebersihan baik, pendegaran baik.f. LeherTidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan.g. DadaBentuk dada normal, bunyi napas tambahan, adanya nyeri tekanh. AbdomenBentuk Distend, tidak adanya benjolan/pembesaran hepar, kembung, frekuensi bising usus 20 kali/menit.i. GenetaliaKebersihan, karakter mons pubis dan labia mayora serta kesimetrisan labia mayora

j. EkstremitasTurgor kulit hangat, tidak menggunakan alat bantu, rentang regak maksimal, deformitas tidak.k. IntegumenKebersihan baik, warna pucat, kelembaban kering, tidak ada gangguan integumen.8. Pemeriksaan diagnostikPemerikaan darah lengkap, Vitamin B12 dan Folat, dan pemeriksaan Lain-lainnya yaitu Electro Cardio Graphy (ECG), Electro Encephalo Graphy (EEG), CT-scanbila ditemukan gangguan metabolik akibat depresi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan1. Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu makan.Penerbit Buku Kedokteran, Diagnosa Keperawatan Geriatrik, Nanda (2000)

2.3.3 Intervensi dan Implementasi KeperawatanPada tahap ini di lakukan pelaksanaan dan intervensi yang telah di tentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolahan dan pelanjutan dari intervensi yang telah di susun pada tahap perencanaan.(Nasrul Effendy,2005)1) Diagnosa 1 : Resiko mencederai diri berhubungan dengan depresi.Tujuan perawatan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan lansia tidak mencederai diri.Kriteria Hasil:a) Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.b) Lansia tampak lebih bahagia.c) Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.Intervensi: 1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia.Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam mencari data-data tentang lansia.2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap empati dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan sentuhan, anggukan.Rasional : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa lebih diperhatikan dan berguna.3. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri. Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan terkunci.Rasional : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri.

2) Diagnosa 2 : Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptifTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan lansia merasa tidak stres dan depresi.Kriteria Hasil :a) Klien dapat meningkatkan harga dirib) Klien dapat menggunakan dukungan sosialc) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepatIntervensi :1. Klien dapat meningkatkan harga diri.Tindakan : Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.Rasional : Membangun motivasi pada lansia2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.Rasional : Individu lebih percaya diri3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).Rasional : Menumbuhkan semangat hidup lansia4. Klien dapat menggunakan dukungan sosialTindakan: Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung, agama yang dianut).Rasional : Lansia tidak merasa sendiri5. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).Rasional : Meningkatkan nilai spiritual lansia6. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka agama).Rasional : Untuk menangani klien secara cepat dan tepat7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepatTindakan: Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat).Rasional : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat8. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).Rasional : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif9. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.Rasional : Menambah pengetahuan lansia tentang efek efek samping obat.10. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.Rasional : Lansia merasa dirinya lebih berharga

3) Diagnosa 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang tidak adekuat akibat penurunan nafsu makanTujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi berkurang

Ktiteria hasil : pasien tidak mual, muntahNafsu makan bertambahIntervensi : 1. Observasi porsi makanan yang telah di habiskan.Rasional : mengkaji intake makanan yang telah di habiskan.2. Anjurkan makanan sedikit-sedikit tapi seringRasional : menghindari mual dan muntah3. Berikan diet lauk selagi hangatRasional : memberikan makanan hangat dan lunak tidak menyebabkan mual dan muntah.4. Hindari makanan pantangan bagi klien.Rasional : menghindari komplikasi penyakit5. Kolaborasi dengan dokter dengan pemberian terapiRasional : untuk proses penyembuhan

2.3.4PelaksanaanSetelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya masalah. Pada tahap implementasi ini terdiri atas beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan atau mendokumentasikan rencana keperawatan serta melanjutkan pengumpulan data. (Mitayani, 2011)

2.3.5 EvaluasiEvaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan pasien, perawat, dan anggota tim kesehatan lain. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan lain, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk melakukan pengkajian ulang. (Lismidar, 2000) Hasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien depresi adalah sebagai berikut:1. Klien mampu berpartisipasi dalam resiko mencederai diri terhadap orang lain2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya yang lebih bahagia dan ikhlas.3. Klien dapat meningkatkan harga diri.4. Klien mampu mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif.5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat

8