referat depresi 2

Upload: fernia-stevani

Post on 10-Feb-2018

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    1/29

    Referat Depresi

    Disusun Oleh :

    Willy Tenjaya (11.2012.069)

    Pembimbing :

    Dr. Sri Woroasih, SpKJ

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

    RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO

    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    SEMARANG

    2013

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    2/29

    Depresi

    A. Kelainan AfektifIstilah kelainan afektif mencakup penyakit-penyakit dengan

    gangguan afek (mood) sebagai gejala primer, sedangkan semua gejala lain

    bersifat sekunder. Afek bisa terus menerus depresi atau gembira (dalam

    mania) dan kedua episode ini bisa timbul pada orang yang sama, karena itu

    dinamai psikosis manik-depresif. Penyakit dengan hanya satu jenis

    serangan disebut unipolar, dan jika episode manik dan depresif keduanya

    ada disebut bipolar.Mood merupakan subjetivitas peresapan emosi yang dialami dan

    dapat dutarakan oleh pasien dan terpantau oleh orang lain; termasuk

    sebagai contoh adalah depresi, elasi dan marah. Kepustakaan lain,

    mengemukakan mood, merupakan perasaan, atau nada perasaan hati

    seseorang, khususnya yang dihayati secara batiniah.

    Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan

    energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu

    makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk

    perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi

    vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain).

    Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya (handicap)

    interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.

    Klasifikasi gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menurut

    PPDGJ-III (Depkes RI,1993):

    F30 Episode Manik

    F30.0 Hipomania

    F30.1 Mania tanpa gejala psikotik

    F30.8 Mania dengan gejala psikotik

    F30.9 Episode Manik YTT

    F31 Gangguan Afektif Bipolar

    F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode hipomanik

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    3/29

    F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala

    psikotik

    F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala

    psikotik

    F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau

    sedang

    .30 Tanpa gejala somatik

    .31 Dengan gejala somatik

    F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa

    gejala psikotik

    F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat

    dengan gejala psikotik

    F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran

    F31.7 Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi

    F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya

    F31.9 Gangguan afektif bipolar ytt

    F32 Episode Depresif

    F32.0 Episode depresif ringan

    .00 Tanpa gejala somatik

    .01 Dengan gejala somatik

    F32.1 Episode depresif sedang

    .10 Tanpa gejala somatik

    .11 Dengan gejala somatik

    F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

    F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotikF32.8 Episode depresif lainnya

    F32.9 Episode depresif YTT

    F33 Gangguan Depresif Berulang

    F33.0 Gangguan depresif berulang, episode kini ringan

    .00 Tanpa gejala somatik

    .01 Dengan gejala somatik

    F33.1 Gangguan depresif berulang, episode kini sedang

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    4/29

    .00 Tanpa gejala somatik

    .01 Dengan gejala somatik

    F33.2 Gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala

    psikotik

    F33.3 Gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan

    gejala psikotik

    F33.4 Gangguan depresif berulang, kini dalam remisi

    F33.8 Gangguan depresif berulang lainnya

    F33.9 Gangguan depresif berulang YTT

    F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Menetap

    F34.0 Siklotimia

    F34.1 Distimia

    F34.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap

    lainnya

    F34.9 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap YTT

    F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) Lainnya

    F38.0 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) tunggal lainnya

    .00 Episode afektif campuran

    F38.1 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) berulang

    lainnya

    .10 Gangguan depresif singkat berulang

    F38.8 Gangguan suasana perasaan (mood/afektif) lainnya YDT

    F39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif) YTT

    B.

    DefinisiDepresi adalah gangguan psikiatri yang menonjolkan mood sebagai

    masalahnya, dengan berbagai gambaran klinis yakni gangguan episode

    depresif, gangguan distimik, gangguan depresif mayor dan gangguan

    depresif unipolar serta bipolar.

    Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

    berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

    termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    5/29

    konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta

    gagasan bunuh diri.

    Jika gangguan depresif berjalan dalam waktu yang panjang

    (distimia) maka orang tersebut dikesankan sebagai pemurung, pemalas,

    menarik diri dari pergaulan, karena ia kehilangan minat hampir disemua

    aspek kehidupannya.

    C. Angka KejadianGangguan depresi berat, paling sering terjadi, dengan prevalensi

    seumur hidup sekitar 15 persen. Perempuan dapat mencapai 25%. Sekitar

    10% perawatan primer dan 15% dirawat di rumah sakit. Pada anak sekolah

    didapatkan prevalensi sekitar 2%. Pada usia remaja didapatkan prevalensi

    5% dari komunitas memiliki gangguan depresif berat.

    1. Jenis KelaminPerempuan 2x lipat lebih besar disbanding laki-laki. Diduga

    adanya perbedaan hormon, pengaruh melahirkan, perbedaan stresor

    psikososial antara laki-laki dan perempuan, dan model perilaku yang

    dipelajari tentang ketidakberdayaan.

    Pada pengamatan yang hampir universal, terdapat prevalensi

    gangguan depresif berat yang dua kali lebih besar ada wanita

    dibandingkan dengan laki-laki (Kaplan, 2010). Pada penelitian lain

    disebutkan bahwa wanita 2 hingga 3 kali lebih rentan terkena depresi

    dibandingkan laki-laki. Walaupun alasan adanya perbedaan tersebut

    tidak diketahui, alasan untuk perbedaan tersebut didalilkan sebagaiketerlibatan dari perbedaan hormonal, efek kelahiran, perbedaan

    stressor psikososial dan model perilaku keputusasaan yang dipelajari.

    Pada penelitian yang dilakukan NIMH (2002) ditemukan

    bahwa prevalensi yang tinggi pada wanita dibandingkan pria

    kemungkinan dikarenakan adanya ketidakseimbangan regulasi hormon

    yang langsung mempengaruhi substansi otak yang mengatur emosi dan

    mood contohnya dapat dilihat pada situasi PMS (Pre Menstrual

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    6/29

    Syndrome). Untuk wanita yang telah menikah, depresi dapat

    diperparah dengan masalah keluarga dan pekerjaan, merawat anak dan

    orangtua lanjut usia, kekerasan dalam rumah tangga dan kemiskinan.

    2. UsiaRata-rata usia sekitar 40 tahun-an. Hampir 50% onset diantara

    usia 20-50 tahun. Gangguan depresi berat dapat timbul pada masa anak

    atau lanjut usia. Data terkini menunjukkan gangguan depresi berat

    diusia kurang dari 20 tahun. Mungkin berhubungan dengan

    meningkatnya pengguna alkohol dan penyalahgunaan zat dalam

    kelompok usia tersebut.

    Pada umumnya, rata-rata usia onset untuk gangguan depresif

    berat adalah kira-kira 40 tahun, dimana 50% dari semua pasien

    mempunyai onset antara usia 20 dan 50 tahun. Gangguan depresif

    berat juga memiliki onset selama masa anak-anak atau pada lanjut usia.

    Beberapa data epidemiologis menyatakan bahwa insidensi gangguan

    depresif berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia

    kurang dari 20 tahun. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Akhtar

    (2007) didapatkan bahwa tingkat prevalensi tertinggi terjadi pada

    kelompok usia 20-24 tahun (14,3%) dan yang terendah pada kelompok

    usia >75 tahun (4,3%), sementara data yang didapatkan dari NIMH

    (2002) menyebutkan bahwa tingkat depresi terbanyak ditemukan pada

    kelompok usia >18 tahun (10%).

    3.

    Status PerkawinanPaling sering terjadi pada orang yang tidak mempunyai hubungan

    interpersonal yang erat atau pada mereka yang bercerai atau berpisah.

    Wanita yang tidak menikah memiliki kecenderungan lebih rendah

    untuk menderita depresi dibandingkan dengan wanita yang menikah

    namun hal ini berbanding terbalik untuk laki-laki.

    Pada umumnya, gangguan depresif berat terjadi paling sering pada

    orang yang tidak memiliki hubungan interpersonal yang erat, pasangan

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    7/29

    yang bercerai atau berpisah. Penelitian yang dilakukan oleh Akhtar

    (2007) memperlihatkan bahwa prevalensi tertinggi dari depresi

    didapatkan pada pasangan yang bercerai atau berpisah.

    4. Faktor Sosioekonomi dan BudayaTidak ditemukan korelasi antara status sosioekonomi dan

    gangguan depresi berat. Depresi lebih sering terjadi di daerah pedesaan

    disbanding daerah perkotaan.

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Academy

    on An Aging Society (2000) didapatkan data bahwa pada kelompok

    responden dengan pendapatan rendah ditemukan tingkat depresi yang

    cukup tinggi yaitu sebesar 51%. Pada penelitian Akhtar (2007)

    ditemukan tingkat depresi terendah pada kelompok pendidikan

    Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar (9,1%) dan sebaliknya tingkat

    depresi yang tertinggi ditemukan pada responden dengan kelompok

    pendidikan yang lebih tinggi sebesar (13,4%). Walaupun hasil ini

    dapat menjadi indikasi adanya perbedaan tingkat depresi pada tingkat

    pendidikan, namun hal tersebut tidak memiliki korelasi positif dengan

    terjadinya gangguan depresif (Kaplan, 2010).

    D. EtiologiEtiologi depresi terdiri dari:

    1. Faktor genetikDari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor

    dan gangguan bipolar terkait erat dengan hubungan saudara; juga padaanak kembar, suatu bukti adanya kerentanan biologik, pada genetik

    keluarga tersebut.

    Data genetik dengan kuat menyatakan bahwa suatu faktor

    penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah genetika.

    Tetapi, pola penurunan genetika adalah jelas melalui mekanisme yang

    kompleks. Bukan saja tidak mungkin untuk menyingkirkan efek

    psikososial, tetapi faktor non genetik kemungkinan memainkan

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    8/29

    peranan kausatif dalam perkembangan gangguan mood pada

    sekurangnya beberapa orang. Penelitian keluarga menemukan bahwa

    sanak saudara derajat pertama dari penderita gangguan depresif berat

    berkemungkinan 2 sampai 3 kali lebih besar daripada sanak saudara

    derajat pertama (Kaplan, 2010; Tomb, 2004).

    2. Faktor BiokmiaSejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di

    dalam metabolit amin biogenik yang mencakup neurotransmitter

    norepinefrin, serotonin dan dopamine (Gambar .1). Dalam penelitian

    lain juga disebutkan bahwa selain faktor neurotransmitter yang telah

    disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain yang dapat

    mencetuskan timbulnya depresi yaitu neurotransmitter asam amino

    khususnya GABA (Gamma-Aminobutyric Acid) dan peptida

    neuroaktif, regulasi neurendokrin dan neuroanatomis.

    Pada regulasi neuroendokrin, gangguan mood dapat disebabkan

    terutama oleh adanya kelainan pada sumbu adrenal, tiroid dan hormon

    pertumbuhan. Selain itu kelainan lain yang telah digambarkan pada

    pasien dengan gangguan mood adalah penurunan sekresi nocturnal

    melantonin, penurunan pelepasan prolaktin terhadap pemberian

    tryptophan, penurunan kadar dasar FSH (Follicle Stimullating

    Hormon) dan LH (Luteinizing Hormon), dan penurunan kadar

    testosteron pada laki-laki.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    9/29

    Gambar 1. Mekanisme terjadinya depresi dengan etiologi neurotransmitter

    Ada dua hipotesis terjadinya depresi secara biokimia, yaitu:

    a. Hipotesis KatekolaminBeberapa penyakit depresi berhubungan dengan defisiensi

    katekolamin pada reseptor otak. Reserpin yang menekan amina

    otak diketahui kadang-kadang menimbulkan depresi lambat.

    Disamping itu, MHPG (Metabolit primer noradrenalin

    otak) menurun dalam urin pasien depresi sewaktu mereka

    mengalami episode depresi dan meningkat di saat mereka gembira.

    b. Hipotesis IndolaminHipotesis indolamin membuat pernyataan serupa untuk 5-

    hidroxitriptamin (5 HT). metabolit utamnya asam 5-hidroksi

    indolasetat (5HIAA) menurun dalam LCS pasien depresi, dan 5

    HIAA rendah pada otak pasien yang bunuh diri. L-Triptofan, yang

    mempunyai efek antidepresi meningkatkan 5HT otak.

    3. Faktor HormonKelainan depresi mayor dihubungkan dengan hipersekresi kortisol

    dan kegagalan menekan sekresi kortisol sesudah pemberian

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    10/29

    dexametason. Pasien depresi resisten terhadap penekanan dexametason

    dan hasil abnormal ini didapatkan pada sekitar 50% pasien, terutama

    pada pasien dengan depresi bipolar, waham dan ada riwayat penyakit

    ini dalam keluarga.

    Wanita dua kali lebih sering dihubungkan dengan pruerperium atau

    menopause. Bunuh diri dan saat masuk rumah sakit biasanya sebelum

    menstruasi. Selama penyakit afektif berlangsung sering timbul

    amenore. Hal ini menggambarkan bahwa gangguan endokrin mungkin

    merupakan faktor penting dalam menentukan etiologi.

    4. Faktor Kepribadian PremorbidPersonalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan

    selama hidupnya, keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab

    eksterna. Kepribadian depresi ditunjukkan dengan perilaku murung,

    pesimis dan kurang bersemangat. Personalitas hipomania berperilaku

    lebih riang, energetik dan lebih ramah dari rata-rata.

    Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya

    dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami

    stres besar, mereka cenderung akan mengalami depresi. Para psikolog

    menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif

    mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan

    perkembangan dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru

    dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon

    mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif.

    Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapistres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan

    lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan

    psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor

    pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah

    psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari

    generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik,

    dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    11/29

    anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi

    terhadap gangguan depresif.

    5. Faktor LingkunganEnam bulan sebelum depresi, pasien depresi mengalami lebih

    banyak peristiwa dalam hidupnya. Mereka merasa kejadian ini tidak

    memuaskan dan mereka keluar dari lingkungan social. 80% serangan

    pertama depresi didahului oleh stress, tetapi angka ini akan jatuh

    menjadi hanya 50% pada serangan berikutnya. Pasien depresi

    diketahui juga lebih sering pada anak yang kehilangan orang tua di

    masa kanak-kanak dibandingkan dengan populasi lainnya.

    Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang

    dicintai, pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit

    terminal, sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu

    episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik,

    psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat

    gangguan depresif muncul.

    Satu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi adalah bahwa

    peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului

    episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Satu

    teori yang diajukan untuk menjelaskan pengamatan tersebut adalah

    bahwa stress yang menyertai episode pertama menyebabkan perubahan

    biologi otak yang bertahan lama. Perubahan yang bertahan lama

    tersebut dapat meyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai

    neurotransmitter dan sistem pemberi sinyal intraneuronal. Hasil akhirdari perubahan tersebut akan menyebabkan seseorang berada pada

    resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood

    selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor external (Kaplan, 2010).

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    12/29

    E. Klasifikasi1. Episode Depresif

    Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang

    tercantum di bawah ini: ringan, sedang dan berat, individu biasanya

    menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat

    dan kegembiraan, dan berkurangnya energy yang menuju

    meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

    Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala

    lazim lainnya adalah (Depkes RI, 1993):

    a. Konsentrasi dan perhatian berkurangb. Harga diri dan kepercayaan diri berkurangc. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada

    episode tipe ringan sekalipun)

    d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistise. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh dirif. Tidur terganggug. Nafsu makan berkurang

    Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit

    dari hari ke hari, dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan

    sekitarnya, namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas

    seiring berlalunya waktu. Sebagaimana pada episode manik, gambaran

    klinisnya juga menunjukkan variasi individual yang mencolok, dan

    gambaran tak khas adalah lumrah, terutama di masa remaja. Pada

    beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik mungkinpada waktu-waktu tertentu lebih menonjol daripada depresinya, dan

    perubahan suasana perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh

    cirri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku

    histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada

    sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif

    dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa

    sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    13/29

    tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa

    beratnya dan berlangsung cepat (Depkes RI, 1993).

    Beberapa di antara gejala tersebut di atas mungkin mencolok

    dan memperkembangkan cirri khas yang dipandang secara luas

    mempunyai makna klinis khusus. Contoh paling khas dari gejala

    somatik ialah kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang

    biasanya dapat dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap

    lingkungan atau peristiwa yang biasanya menyenangkan, bangun pagi

    lebih awal 2 jam atau lebih daripada biasanya, depresi yang lebih parah

    pada pagi hari, bukti objektif dari retardasi atau agitasi psikomotor

    yang nyata (disebutkan atau dilaporkan oleh orang lain), kehilangan

    nafsu makan secara mencolok, penurunan berat badan (sering

    ditentukan sebagai 5% atau lebih dari berat badan bulan terakhir),

    kehilangan libido secara mencolok. Biasanya, sindrom somatik ini

    hanya dianggapp ada apabila sekitar empat dari gejala itu pasti

    dijumpai (Depkes RI, 1993).

    F32.0 Episode depresif ringan

    Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat

    dan kesenangan, dan mudah menjadi lelah biasanya dipandang

    sebagai gejala depresi yang paling khas; sekurang-kurangnya dua dari

    ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas harus ada

    untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat

    di antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-

    kurangnya sekitar 2 minggu (Depkes RI, 1993).Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah

    tentang gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan

    pekerjaan biasa dan kegiatan social, namun mungkin ia tidak akan

    berhenti berfungsi sama sekali (Depkes RI, 1993).

    F32.1 Episode depresif sedang

    Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling

    khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan, ditambah

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    14/29

    sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) gejala lainnya.

    Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak

    esensial apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi

    gejalanya. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2

    minggu (Depkes RI, 1993).

    Individu dengan episode depresif taraf; sedang biasanya

    menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

    pekerjaan dan urusan rumah tangga (Depkes RI, 1993).

    F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

    Pada episode depresif berat, penderita biasanya

    menunjukkan ketegangan atau kegelisahan yang amat nyata, kecuali

    apabila retardasi merupakan ciri terkemuka. Kehilangan harga diri dan

    perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh diri

    merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat.

    Anggapan di sini ialah bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada

    episode dpresif berat.

    Semua tiga gejala khas yang ditentukan untuk episode

    depresif ringan dan sedang harus ada, ditambah sekurang-kurangnya

    empat gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas

    berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi)

    menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu utnuk

    melaporkan banyak gejalanya secara terinci. Dalam hal demikian,

    penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat masih dapat

    dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsungsekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan

    beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk menegakkan

    diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

    Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin

    penderita akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

    urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    15/29

    Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode

    depresif berat tunggal tanpa gejala psikotik; untuk episode

    selanjutnya, harus digunakan subkategori dari gangguan depresif

    berulang.

    F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

    Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut

    F32.2 terssebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor

    depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide tentang dosa,

    kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat

    merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

    olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau

    bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat

    dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi

    dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana

    perasaan (mood).

    Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari

    skizofrenia katatonik, stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik

    lainnya. Kategori ini hendaknya hanya digunakan untuk episode

    depresif berat tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode

    selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan depresif berulang.

    F32.8 Episode depresif lainnya

    Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai

    dengan gambaran yang diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan diagnostik menyeluruh menunjukkan sifatnya

    sebagai depresi. Contohnya termasuk campuran gejala depresif

    (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non

    diagnostik seperti ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan

    campuran gejala depresif somatik dengan nyeri atau keletihan

    menetap yang bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-

    kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit umum).

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    16/29

    F32.9 Episode depresif YTT

    F33 Gangguan Depresif Berulang

    Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi

    sebagaimana dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau

    berat, tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian suasana

    perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania dan

    hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera

    sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan

    oleh tindakan pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan,

    lamanya berlangsung, dan frekuensi episode dari depresi, semuany

    sangat bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada usia lebih

    tua dibanding dengangangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata

    lima puluhan. Episode masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12

    bulan (rata-rata lamanya sekitar 6 bulan) akan tetapi frekuensinya

    lebih jarang. Pemulihan keadaaan biasanya sempurna di antara

    episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi yang

    akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini,

    kategori ini harus tetap digunakan). Episode masing-masing dalam

    berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa

    kehidupan yang penuh sters; dalam berbagai budaya, baik episode

    tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih banyak pada wanita

    daripada pria.

    Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguandepresif berulang mengalami episode depresif sebagai penderitaan,

    tidak mustahil baginya akan mengalami episode manik. Jika ternyata

    terjadi episode manik, maka diagnosisnya harus diubahmenjadi

    gangguan afektif bipolar.

    F. Gambaran Klinik

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    17/29

    Episode depresi. Mood terdepresi, kehilangan minat dan

    berkurangnya energy adalah gejala utama dari depresi. Pasien mungkin

    mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan,

    atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan

    emosi duka cita atau kesedihan yang normal.

    Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan

    energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu

    makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk

    perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi

    vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain).

    Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial

    dan fungsi pekerjaan.

    Adapun gambaran klinik dari pasien depresi ini antara lain (Ingram

    dkk, 1993):

    1. Adanya gejala psikologis berupa penurunan vitalitas umum, yangmungkin dinyatakan pasien sebagai suatu kehilangan dan sedih.

    Biasanya dia menarik diri dari kehidupan sosialnya. Segala sesuatu

    kelihatannya tanpa harapan, selalu murung, ansietas mungkin ada atau

    pasien mungkin mencoba untuk menyembunyikan keluhannya (depresi

    senyum).

    2. Variasi diurnal, dimana semua gejala cenderung memburuk pada dinihari dan membaik di siang hari.

    3. Bunuh diri, dapat menjadi tanda awal penyakit. Kemungkinan bunuhdiri sulit diduga sebelumnya, tetapi selalu harus diperhitungkan.

    Pikiran bunuh diri seharusnya selalu ditanyakan dan jika ada harusdianggap serius. Penderita depresi jarang membunuh keluarganya,

    tetapi kalau terjadi biasanya karena dia merasa harus menyelamatkan

    keluarganya dari kehidupan yang sengsara.

    4. Retardasi atau perlambatan berpikir biasa ditemukan dan dicerminkandalam pembicaraan serta pergerakannya. Ada kemiskinan pikiran dan

    kesulitan berkonsentrasi. Pada kasus lain agitasi mungkin menjadi

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    18/29

    gejala dominan, disertai dengan adanya kegelisahan motorik yang

    nyata.

    5. Perasaan bersalah sering ditemukan disertai mengomeli diri sendiri danturunnya penilaian diri. Dalam kasus berat, bisa timbul waham dimana

    penyakit yang dideritanya merupakan suatu hukuman untuk dosanya di

    masa lampau, baik itu dosa yang dikhayalkannya maupun kesalahan

    yang memang benar-benar pernah ia lakukan. Pasien juga bisa merasa

    bahwa dia dipandang rendah dan dituduh bejad oleh orang lain.

    Kemungkinan ada keasyikan sendiri, hipokondriasis dan waham

    hipokondria. Mungkin juga ada waham kemiskinan atau waham

    nihilistik.

    6. Halusinasi jarang ditemukan, tetapi dapat timbul pada kasus berat.7. Depersonalisasi dan derealisasi tidak jarang terjadi. Pasien menyatakan

    bahwa dia kehilangan perasaan dan mempunyai sensasi asing. Dia

    merasa tidak nyata dan baginya benda-benda terlihat tidak nyata.

    8. Pikiran dan tindakan berisi perasaan bersalah atau menyalahkan dirisendiri mungkin ditemukan.

    9. Insomnia sering ditemukan. Gejala khasnya pasien mula-mula bangundini hari, kemudian semakin lama semakin pagi dan bahkan akhirnya

    dapat menjadi insomnia total.

    10.Anoreksia, konstipasi, gangguan pencernaan, penurunan berat badan,amenore dan kehilangan libido biasa ditemukan. Mungkin terjadi

    kelelahan dan letargi, atau tanda autonom ansietas.

    Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua

    pertiga pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang

    dirawat dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri

    mempunyai umur hidup lebih panjang disbanding yang tidak dirawat.

    Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi

    dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri

    dari keluarga, teman dan aktifitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya.

    Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi

    dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan tugas, mengalami

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    19/29

    kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat

    dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur,

    khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun

    dimalam hari karena memikirkan masalh yang dihadapi. Kebanyakan

    pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan, demikian

    pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami tidur

    lebih lama dari yang biasa (Depkes RI, 1993).

    G. DiagnosisKonsep gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk

    kepada DSM-IV dan konsep disability berasal dari The ICD-10

    Classification of Mental and Behavioral Disorders. Menurut PPDGJ

    (2003), gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi menjadi episode

    depresif dan episode depresif berulang, dimana episode depresif sendiri

    terbagi menjadi episode depresif ringan, sedang, dan berat. Sedangkan

    untuk episode berulang terbagi menjadi episode berulang episode kini

    ringan, episode kini sedang, episode kini berat tanpa gejala psikotik,

    episode kini berat dengan gejala psikotik dan episode kini dalam remisi.

    DSM-IV mendefinisikan sejumlah gangguan psikiatrik yang dapat

    diidentifikasi (meskipun ada kemungkinan tumpang tindih) dan berisi

    kriteria diagnostik yang spesifik untuk setiap diagnosis. Diagnosis dibuat

    berdasarkan kenyataan dari riwayat pasien yang khas dan tampilan klinis

    yang cocok dan memenuhi sejumlah kriteria diagnostik yang ditentukan

    (suatu diagnostik politetik, tidak perlu seluruh kriteria dipenuhi untuk

    membuat diagnosa).DSM-IV telah memperbaiki reabilitas diagnosis (kemungkinan orang

    yang berbeda akan membuat diagnosis yang sama pada pasien yang sama),

    tetapi hanya mempunyai dampak yang sederhana terhadap validitas. Hal ini

    boleh jadi karena DSM-IV telah memecah kondisi psikiatrik menjadi terlalu

    banyak bagian-bagian dan setiap bagian tidak mewakili suatu kondisi yang

    sah. Walaupun DSM-IV dapat dipergunakan lintas kultural, penggunaannya

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    20/29

    pada situasi tertentu memerlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan

    gejala-gejala.

    Di samping kriteria yang ditentukan secara operasional, DSM-IV juga

    menggunakan sistem klasifikasi multiaksial untuk menangkap informasi

    penting lainnya, yaitu:

    1. Aksis I : Gangguan-gangguan klinis yang digambarkan di atas.2. Aksis II : Gangguan-gangguan kepribadian atau retardasi mental3. Aksis III : Gangguan-gangguan fisik yang berhubungan dengan

    gangguan mental

    4. Aksis IV : Daftar masalah psikososial dan lingkungan, bisaanyaselama setahun sebelumnya, tetapi tidak selalu demikian, seperti tidak

    punya pekerjaan, perceraian, problem keuangan, korban penelantaran

    anak dan lain-lain.

    DSM-IV telah menyusun gangguan mood tambahan baik di dalam

    badan teks dan didalam appendiks. Gangguan-gangguan tersebut adalah

    sindrom yang berhubungan dengan depresi, berupa gangguan depresif

    ringan (minor depressive diorder), gangguan depresif singkat rekuren, dan

    gangguan disforik pramenstruasi. Pada gangguan depresif ringan keparahan

    gejala tidak mencapai keparahan yang diperlukan untuk diagnosis gangguan

    depresif berat. Pada gangguan depresif singkat rekuren gejala episode

    depresif memang mencapai keparahan gejala yang diperlukan untuk

    diagnosis gangguan depresif berat tetapi hanya untuk waktu singkat, dengan

    lama waktu yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan

    depresif berat.DSM-IV menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat

    secara terpisah dari kriteria diagnostik untuk diagnosis berhubungan dengan

    depresi, dan juga menuliskan deskriptor keparahan untuk episode depresif

    berat.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    21/29

    a. Depresif Berat dengan Ciri PsikotikAdanya ciri psikotik pada gangguan depresif berat mencerminkan

    penyakit yang parah dan merupakan indikator prognostik yang buruk.

    b. Depresif Berat dengan Ciri MelankolikKepentingan yang potensial untuk mengenali ciri melankolik dari

    gangguan depresif berat adalah untuk mengidentifikasi suatu kelompok

    pasien yang dinyatakan oleh beberapa data adalah lebih responsive

    terhadap terapi farmakologi daripada pasien nonmelankolik.

    c. Depresif Berat dengan Ciri AtipikalDiperkenalkannya tipe depresi dengan ciri atipikal yang

    didefinisikan secara resmi adaah sebagai respons terhadap penelitian dan

    data klinis yang menyatakan bahwa pasien atipikal memiliki

    karakteristik yang spesifik dan dapat diramalkan. Ciri atipikal klasik

    adalah makan berlebihan dan tidur berlebihan.

    H. PemeriksaanSelain dari klasifikasi yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa

    instrumen-instrumen pengukur tingkat depresi dapat digunakan untuk

    membantu memberikan penilaian yang objektif terhadap kondisi depresi

    yang dialami oleh pasien. Berikut ini adalah beberapa instrumen yang

    sering digunakan, yaitu:

    a. Becks Depression Inventoryb. Hamilton Depression Scalec. The Zung Self-Rating Depression Scale

    Beck Depression Inventory (BDI) adalah tes depresi untuk

    mengukur keparahan dan kedalaman dari gejala gejala depresi seperti

    yang tertera dalam the American Psychiatric Association's Diagnostik and

    Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition (DSM-IV) pada

    pasien dengan depresi klinis. BDI dapat digunakan untuk dewasa ataupun

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    22/29

    remaja yang berumur 13 tahun ke atascan be used for both adults and

    adolescents 13 years of age and older, dan merupakan sebuah ukuran

    standar dari depresi yang terutama digunakan dalam penelitian dan untuk

    mengevaluasi dari efekttivitas pengobatan dan terapi.

    BDI tidak dapat digunakan sebagai instrumen untuk mendiagnosis,

    tetapi lebih kepada identifikasi dari adanya depresi dan tingkat

    keparahannya sesuai dengan criteria dari DSM-IV. Pertanyaan-pertanyaan

    yang tertera pada BDI II menilai gejala-gejala khas dari depresi seperti

    gangguan mood, pesimisme, perasaan gagal, ketidakpuasan diri, perasaan

    bersalah, merasa dihukum, ketidaksukaan terhadap diri sendiri,

    pendakwaan terhadap diri, pikiran untuk bunuh diri, menangis, irittabilitas,

    penarikan diri dari kehidupan sosial, gambaran tubuh, kesulitan bekerja,

    insomnia, kelelahan, nafsu makan, kehilangan berat badan dan kehilangan

    libido.

    I. Diferensial DiagnosisAnamnesa dan pemeriksaan fisik yang tidak cermat dan teliti pada

    penderita depresi, dapat menyebabkan kesalahan diagnostik sehingga

    menyebabkan terapi yang inadekuat untuk pasien. Berdasarkan

    kepustakaan, ada beberapa kondisi yang harus benar-benar diperhatikan

    sebagai diagnosa banding dari depresi (Kaplan, 2010), diantaranya adalah:

    1. Remaja yang terdepresi harus diuji untuk mononucleosis,2. Pasien yang terdapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat

    badan harus diuji untuk disfungsi adrenal dan tiroid,

    3.

    Homoseksual, biseksual dan pengguna zat aditif harus diuji untuksindrom imunodefisiensi sindrom (AIDS),

    4. Pasien lanjut usia harus diuji untuk pneumonia virus dan kondisi medislainnya,

    5. Penyakit Parkinson adalah masalah neurologis yang paling umumbermanifestasi sebagai gejala depresif,

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    23/29

    J. TerapiPengobatan pasien dengan gangguan mood harus diamanahkan

    pada sejumlah tujuan. Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua,

    pemeriksaan diagnostik yang lengkap pada pasien harus dilakukan. Ketiga,

    suatu rencana pengobatan harus dimulai yang menjawab bukan hanya

    gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya (Kaplan, 2010).

    Dokter harus mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi

    psikoterapeutik. Jika dokter memandang gangguan mood pada dasarnya

    berkembang dari masalah psikodinamika, ambivalensi mengenai kegunaan

    obat dapat menyebabkan respons yang buruk, ketidakpatuhan, dan

    kemungkinan dosis yang tidak adekuat untuk jangka waktu yang singkat.

    Sebaliknya, jika dokter mengabaikan kebutuhan psikososial pasien, hasil

    dari farmakoterapi mungkin terganggu (NIMH, 2002).

    1. Terapi FarmakologisAntidepresan yang tersedia sekarang cukup bervariasi di dalam

    efek farmakologisnya. Variasi tersebut merupakan dasar untuk

    pengamatan bahwa pasien individual mungkin berespons terhadap

    antidepresan lainnya. Variasi tersebut juga merupakan dasar untuk

    membedakan efek samping yang terlihat pada antidepresan (Kaplan,

    2010).

    Pembedaan yang paling dasar diantara antidepresan adalah pada

    proses farmakologis yang terjadi, dimana ada antidepresan yang

    memiliki efek farmakodinamika jangka pendek utamanya pada tempat

    ambilan kembali (reuptake sites) atau pada tingkat inhibisi enzim

    monoamine oksidasi. bekerja untuk menormalkan neurotransmitteryang abnormal di otak khususnya epinefrin dan norepinefrin.

    Antidepresan lain bekerja pada dopamin. Hal ini sesuai dengan etiologi

    dari depresi yang kemungkinan diakibatkan dari abnormalitas dari

    sistem neurotransmitter di otak (NIMH, 2002). Obat antidepresan yang

    akan dibahas adalah antidepresi generasi pertama (Trisiklik dan

    MAOIs), antidepresi golongan kedua (SSRIs) dan antidepresi

    golongan ketiga (SRNIs).

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    24/29

    a. TrisiklikTrisiklik merupakan antidepresan yang paling umum

    digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk gangguan

    depresif berat (Kaplan, 2010). Golongan trisiklik ini dapat dibagi

    menjadi beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin

    sekunder (nortriptyline, desipramine) dan tetrasiklik tersier

    (imipramine, amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat tersebut, yang

    paling sering digunakan adalah tetrasiklik amin sekunder karena

    mempunyai efek samping yang lebih minimal. Obat golongan

    tetrasiklik sering dipilih karena tingkat kepuasan klinisi dikarenakan

    harganya yang murah karena sebagian besar golongan dari obat ini

    tersedia dalam formulasi generik (Kaplan, 2010).

    Golongan obat trisiklik bekerja dengan menghambat reuptake

    neurotransmitter di otak. Secara biokimia, obat amin sekunder

    diduga bekerja sebagai penghambat reuptake norepinefrin,

    sedangkan amin tersier menghambat reuptakeserotonin pada sinaps

    neuron.hal ini mempunyai implikasi bahwa depresi akibat

    kekurangan norepinefrin lebih responsive terhadap amin sekunder,

    sedangkan depresi akibat kekurangan serotonin akan lebih

    responsive terhadap amin tersier.

    b. MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)MAOIs telah digunakan sebagai antidepresan sejak 15 tahun

    yang lalu. Golongan ini bekerja dalam proses penghambatan

    deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria, akibatnya kadareinefrin, noreprinefrin dan 5-HT dalam otak naik. Obat ini

    sekarang jarang digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan

    depresi karena bersifat sangat toksik bagi tubuh. Selain karena

    dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi dengan

    tiramin yang berasal dari makanan-makanan tertentu seperti keju,

    anggur dan acar, MAOIs juga dapat menghambat enzim-enzim di

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    25/29

    hati terutama sitokrom P450 yang akhirnya akan mengganggu

    metabolisme obat di hati. (Kaplan, 2010).

    c. SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan

    lini pertama pada gangguan depresif berat seain golongan trisiklik

    (Kaplan, 2010). Obat golongan ini mencakup fluoxetine,

    citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh klinisi yang

    pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama

    manjurnya dengan trisiklik dan jauh lebih baik ditoleransi oleh

    tubuh karena mempunyai efek samping yang cukup minimal

    karena kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem

    kolinergik, adrenergik dan histaminergik. Interaksi

    farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRIs

    dikombinasikan dengan MAOIs, karena akan terjadi peningkatan

    efek serotonin secara berlebihan yang disebut sindrom serotonin

    dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular dan

    gangguan tanda vital.

    d. SNRIs (Serotonin and Norepinephrine Inhibitors )Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme yang

    hampir sama dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga

    menghambat dari reuptake norepinefrin.

    Selain dari golongan obat yang telah dibahas sebelumnya, masih

    ada beberapa alternatif yang digunakan untuk terapi medikamentosapada pasien depresi dengan keadaan tertentu. Hal tersebut dapat terlihat

    lebih jelas pada gambar di bawah ini.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    26/29

    Gambar 2 Pilihan obat-obatan antidepresan pada lini pertama

    e. Terapi Non FarmakologisTiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam

    pengobatan depresif berat adalah terapi kognitif, terapi

    interpersonal dan terapi perilaku (Kaplan, 2010). NIMH (2002)

    telah menemukan predictor respons terhadap berbagai pengobatan

    sebagai berikut ini : (1) disfungsi sosial yang rendah menyatakan

    respons yang baik terhadap terapi interpersonal, (2) disfungsi

    kognitif yang rendah menyatakan respons yang baik terhadap

    terapi kognitif-perilaku dan farmakoterapi, (3) disfungsi kerja yang

    tinggi mengarahkan respons yang baik terhadap farmakoterapi, (4)

    keparahan depresi yang tinggi menyatakan respons yang baik

    terhadap terapi interpersonal dan farmakoterapi.

    Pada awalnya, terapi ini dikembangkan oleh Aaron Beck

    yang memusatkan pada distorsi kognitif yang didalilkan ada pada

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    27/29

    gangguan depresi berat. Tujuan terapi ini untuk menghilangkan

    episode depresif dan mencegah rekurennya dengan membantu

    pasien mengidentifikasi dan uji kognitif negatif (Kaplan, 2010).

    Terapi interpersonal dikembangkan oleh Gerald Klerman,

    memusatkan pada satu atau dua masalah interpersonal pasien yang

    sedang dialami sekarang, dengan menggunakan dua anggapan:

    pertama, masalah interpersonal sekarang kemungkinan memiliki

    akar pada hubungan awal yang disfungsional. Kedua, masalah

    interpersonal sekarang kemungkinan terlibat di dalam mencetuskan

    atau memperberat gejala depresif sekarang.

    K. PrognosisGangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang

    panjang dan pasien cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif

    yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan, sementara sebagian

    besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan

    antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya

    gejala.

    Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama

    gangguan depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam

    tahun pertama. Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi

    indikator prognostik yang baik dan buruk di dalam perjalanan gangguan

    depresif berat. Episode ringan, tidak adanya gejala psikotik, fungsi

    keluarga yangstabil, tidak adanya gangguan kepribadian, tinggal dalam

    waktu singkat di rumah sakit dalam waktu yang singkat, dan tidak lebihdari satu kali perawatan di rumah sakit adalah indikator prognostik yang

    baik. Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya penyerta gangguan

    distimik, penyalahgunaan alkohol dan zat lain, gejala gangguan

    kecemasan, dan riwayat lebih dari satu episode sebelumnya.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    28/29

    L. Depresi pada Anak-anak dan RemajaFobia sekolah dan sifat manja pada orangtua yang berlebihan mungkin

    merupakan gejala depresi pada anak-anak. Prestasi akademik yang buruk,

    penyalahgunaan zat, perilaku antisosial, promiskuitas seksual, membolos, dan

    melarikan diri mungkin dapat menjadi gejala depresi pada remaja.

    M.Depresi pada Lanjut UsiaDepresi lebih sering terjadi pada lanjut usia dibandingkan populasi

    umum. Berbagai penelitian telah melaporkan angka prevalensi terentang dari

    25 sampai 50%. Sejumlah penelitian melaporkan bahwa depresi pada lanjut

    usia mungkin berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, kematianpasangan, penyakit fisik yang menyertai, dan isolasi sosial.

  • 7/22/2019 REferat Depresi 2

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan, Saddock. Sinopsis Psikiatri, Jilid II, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara,Jakarta, 2010 ; 685817

    2. Davison GC, terapi gangguan mood, in Davison GC, Neale JM, Kring AM, et aleds, Psikologi Abnormal, edisi ke 9, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

    3. Nevid JS, Penanganan Gangguan Mood, in Nevid JS, Rathus SA, Greene B, et aleds, Psikologi Abnormal, Erlangga

    4. Maslim. R Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, Edisi II, Jakarta,2001

    5. Maslim. R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJIII, Jakarta, 2001

    6. Major Depresive Disorder diunduh darihttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-

    disorder-526038.htmltanggal 10/9/2013

    http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-disorder-526038.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-disorder-526038.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-disorder-526038.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-disorder-526038.htmlhttp://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/01/19/major-depressive-disorder-526038.html