bab i acaa

Upload: muhammad-ikram

Post on 25-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    1/38

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera karena salah satu sebab.

    Penyebab trauma antara lain kecelakaan lalu lintas, industri, olahraga, maupun kecelakaan

    rumah tangga. Dampak dari kecelakaan tersebut dapat mengakibatkan fraktur atau patah

    tulang, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan sebagainya. Ditambah dengan semakin

    meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan semakin banyaknya tingkat

    kecelakaan trauma di bidang transportasi.

    Berdasarkan data yang diperoleh dari medikal record Rumah Sakit Pusat epolisisan Raden Said

    Sukanto !akarta, pada bulan !anuari "##$ sampai dengan desember "##$ %umlah klien yang

    menderita fraktur sbanyak &'" orang, sedangkan klien yang menderita fraktur femursebanyak

    '" orang ("")*.

    Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi

    dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan

    nyeri. erusakan %aringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan

    ter%adinya syok dan komplikasi neuro+askuler.

    eperaatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang memegang peranan

    penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan keluarga secara biopsikososiospiritual dan

    kultural. Peraat berperan dalam pemberian asuhan keperaatan pada fraktur femursinistra

    diantaranya dengan usaha promotif yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang

    pentingnya men%aga keamanan dan keselamatan diri. -saha pre+entif, peraat men%elaskancara pencegahan infeksi lan%ut yang ditimbulkan oleh tindakan pembedahan. Sedangkan upaya

    kuratif adalah peraat dapat berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan

    pembedahan. -paya rehabilitatif, peraat mengan%urkan kepada pasien untuk sesegera

    mungin melakukan mobilisasi secara bertahap.

    mengan%urkan kepada pasien untuk sesegera mungin melakukan mobilisasi secara bertahap,

    setelah penatalaksanaan medis.

    Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah bagaimana

    cara memberikan asuhan keperaatan pada klien dengan fraktur femur sinistrapostpemasangan plate dengan menggunakan pendekatan proses keperaatan

    B. Tu%uan Penulisan

    /. Tu%uan -mum

    -ntuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperaatan klien

    0raktur 0emur Sinistra Post Pemasangan Plate.

    ". Tu%uan husus

    a. 1ampu melakukan pengka%ian pada klien fraktur femur sinistra post pemasangan plate.

    b. 1ampu menentukan masalah keperaatan pada klien fraktur femur sinistra postpemasangan

    plate.c. 1ampu merencanakan asuhan keperaatan pada klien fraktur femur sinistra

    http://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7Cpemasangan%2520plate&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=pemasangan+plate&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=ID
  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    2/38

    postpemasangan plate.

    d. 1ampu melaksanakan tindakan keperaatan pada klien fraktur femur sinistra

    postpemasangan plate.

    e. 1ampu melaksanakan e+aluasi keperaatan pada klien fraktur femur sinistra

    postpemasangan plate.

    f. 1ampu mengidentifikasi kesen%angan antara teori dan praktek fraktur femur sinistrapostpemasangan plate.

    g. 1ampu mengidentifikasi faktor2faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi3

    alternatif pemecahan masalah

    h. 1ampu mendokumentasikan semua kegiatan keperaatan dalam bentuk narasi

    4. 1etode Penulisan

    Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode 5

    /. Deskriptif

    a. Studi kasus, yang meliputi obser+asi, partsipasi dengan cara melakukan pengamatan secara

    langsung dan tidak langsung kepada klien dengan cara aancara dengan keluarga, melihat

    catatan medis, melihat catatan keperaatan dan informasi dari rekan satu profesi maupun

    dari tim lain.

    b. Studi dokumentasi yaitu menggunakan format pengka%ian untuk melakukan pemeriksaan.

    ". Studi literature yaitu dengan membaca dan mempela%ari buku kepustakaan yang berkaitan

    dengan fraktur femur sinistra untuk mendapatkan dasar2dasar ilmiah yang berhubungan dengan

    isi makalah ini.

    D. Ruang LingkupDalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada Asuhan eperaatan pada klien Tn. S

    dengan fraktur femur sinistra post pemasangan plate di Ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat

    epolisian Raden Said Sukanto !akarta, yang dilakukan selama & hari yaitu pada tanggal /7 !uli

    "#/# sampai /8 !uli "#/#.

    9. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan makalah ini disusun men%adi lima bab yang terdiri dari5 Bab 6

    Pendahuluan, terdiri dari latar belakang , tu%uan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode

    penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 66 Tin%auan Teori, terdiri dari pengertian, etiologi,

    patofisiologi, proses penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksaan medis, klasifikasi

    fraktur, proses penyembuhan tulang, pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan,perencanaan keperaatan, pelaksanaan keperaatan, e+aluasi keperaatan. Bab 666 Tin%auan

    asus, terdiri dari pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan, perencanaan keperaatan,

    implementasi keperaatan, dan e+aluasi keperaatan. Bab 6: Pembahasan, terdiri dari

    pengka%ian keperaatan, diagnosa keperaatan, perencanaan keperaatan, implementasi

    keperaatan, dan e+aluasi keperaatan. Bab : Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.

    BAB 66

    T6;!A-A; T9

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    3/38

    (Smelt=er dan Bare, "##"*.

    0raktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang raan epifisis atau tulang raan sendi.

    (Soebroto Sapardan, umpulan uliah 6lmu Bedah*

    0raktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas %aringan tulang atau tulang raanyang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (1ans%oer, "### 5 &7>*.

    0raktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. (1arylin 9. Doengoes. "###*

    0raktur terbuka adalah fragmen tulang meluas meleati otot dan kulit, dimana potensial untuk

    ter%adi infeksi (S%amsuhida%at, "### 5 //&'*.

    0raktur femuradalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa ter%adi akibat trauma

    langsung (kecelakaan lalu lintas, %atuh dari ketinggian*, dan biasanya lebih banyak dialami oleh

    laki2laki deasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,

    mengakibatkan pendertia %atuh dalam syok (0-6, "##?5?7&*

    B. 9tiologi

    /. ekerasan langsung

    ekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik ter%adinya kekerasan. 0raktur

    demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.

    ". ekerasan tidak langsung

    ekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang %auh dari tempat

    ter%adinya kekerasan. @ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam %alur

    hantaran +ektor kekerasan.

    tempat ter%adinya kekerasan. @ang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam

    %alur hantaran +ektor kekerasan.

    &. ekerasan akibat tarikan otot

    Patah tulang akibat tarikan otot sangat %arang ter%adi.ekuatan dapat berupa pemuntiran,

    penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

    7. 0raktur patologik yaitu fraktur yang ter%adi pada tulang disebabkan oleh melelehnya

    struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya =at2

    =at nutrisi seperti +itamin D, kaslsium, fosfor, ferum. 0actor lain yang menyebabkan proses

    patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau

    dapat ter%adi akibat keganasan.

    4. Patofisiologi

    /. Proses Penyakit

    Apabila ter%adi terputusnya kontinuitas tulang, maka hal tersebut akan mempengaruhi

    berbagai struktur yang ada disekitarnya, seperti otot dan pembuluh darah. Akibat yang ter%adi

    sangat tergantung pada berat ringannya fraktur yang dapat dilihat dari tipe, luas, dan lokasi

    fraktur itu sendiri. Pada umumnya ter%adi edema pada %aringan lunak, perdarahan otot dan

    persendian, dislokasi atau pergeseran tulang, rupture tendon, putus persarafan, kerusakan

    pembuluh darah, dan perubahan bentuk tulang, serta ter%adinya deformitas.

    Bila ter%adi patah tulang maka sel2sel tulang akan mati. Perdarahan biasanya ter%adi disekitar

    tempat patah dan kedalaman %aringan lunak disekitar tulang tersebut. !aringan lunak biasanya

    http://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7CFraktur%2520femur&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=Fraktur+femur&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=IDhttp://www.comparinggenie.com/code/r.php?r=yahoo%7CFraktur%2520femur&t=1&did=1&uid=70439347&type=bl&subid=725_21854&rkw=Fraktur+femur&rurl=http%3A%2F%2Falhyyapma.blogspot.co.id%2F&domain=blogspot.co.id&lnktype=10&v=0.092&browser=Chrome_39&country=ID
  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    4/38

    %uga mengalami kerusakan. Reaksi peradangan hebat timbul setelah fraktur. (Smelt=er dan

    Bare, "##"*

    ". 1anifestasi linis

    Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda2tanda fungsiolesa

    (tungkai baah tidak dapat diangkat*. ;yeri tekan, nyeri gerak. Tampak adanya deformitasangulasi lateral atau angulasi anterior, rotasi (ekso3endo*.

    Pada tungkai baah, ditemukan adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur /3& tengah femur,

    pada pemeriksaan harus diperhatikan adanya dislokasi sendi panggul, dan robekan di daerah

    ligamen sendi panggul, kecuali itu %uga diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis

    pedis.

    &. omplikasi

    1enurut Syl+ia and Price "##/, komplikasi yang biasanya ditemukan antara lain 5

    a. omplikasi Aal

    /* erusakan Arteri

    Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, 4RT menurun, cyanosis

    bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh

    tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan

    pembedahan.

    "* ompartement Syndrom

    ompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang ter%adi karena ter%ebaknya otot,

    tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam %aringan parut. 6ni disebabkan oleh oedema atau

    perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar

    seperti gips dan embebatan yang terlalu kuat.

    &* 0at 9mbolism Syndrom0at 9mbolism Syndrom (09S* adalah komplikasi serius yang sering ter%adi pada kasus fraktur

    tulang pan%ang. 09S ter%adi karena sel2sel lemak yang dihasilkan bone marro kuning masuk ke

    aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan

    gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

    7* 6nfeksi

    System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada %aringan. Pada trauma orthopedic infeksi

    dimulai pada kulit (superficial* dan masuk ke dalam. 6ni biasanya ter%adi pada kasus fraktur

    terbuka, tapi bisa %uga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

    ?* A+askuler ;ekrosis

    A+askuler ;ekrosis (A:;* ter%adi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa

    menyebabkan nekrosis tulang dan diaali dengan adanya :olkmans 6schemia.8* Shock

    Shock ter%adi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang

    bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. 6ni biasanya ter%adi pada fraktur.

    b. omplikasi Dalam aktu Lama

    /* Delayed -nion

    Delayed -nion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan aktu yang

    dibutuhkan tulang untuk menyambung. 6ni disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.

    "* ;onunion

    ;onunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang

    lengkap, kuat, dan stabil setelah 82$ bulan. ;onunion ditandai dengan adanya pergerakan yang

    berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. 6ni %uga

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    5/38

    disebabkan karena aliran darah yang kurang.

    &* 1alunion

    1alunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan

    perubahan bentuk (deformitas*. 1alunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi

    yang baik.

    D. lasifikasi 0raktur

    Penampikan fraktur dapat sangat ber+ariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi men%adi

    beberapa kelompok, yaitu5

    /. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan*.

    a. 0aktur Tertutup (4losed*, bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia

    luar, disebut %uga fraktur bersih (karena kulit masih utuh* tanpa komplikasi.

    b. 0raktur Terbuka (

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    6/38

    a. /3& proksimal

    b. /3& medial

    c. /3& distal

    >. 0raktur elelahan5 fraktur akibat tekanan yang berulang2ulang.

    0raktur Patologis5 fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur

    tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan %aringan lunak sekitar trauma,yaitu5

    a. Tingkat #5 fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera %aringan lunak sekitarnya.

    b. Tingkat /5 fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan %aringan subkutan.

    c. Tingkat "5 fraktur yang lebih berat dengan kontusio %aringan lunak bagian dalam dan

    pembengkakan.

    d. Tingkat &5 cedera berat dengan kerusakan %aringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma

    kompartement.

    9. Proses Penyembuhan Tulang

    Tulang bisa beregenerasi sama seperti %aringan tubuh yang lain. 0raktur merangsang tubuh

    untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan %alan membentuk tulang baru diantara u%ung

    patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh akti+itas sel2sel tulang. Ada lima stadium

    penyembuhan tulang, yaitu5

    /. Stadium Satu2Pembentukan Cematoma

    Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel2sel darah

    membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler

    baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung "7 F 7' %am dan perdarahan berhenti sama sekali.

    ". Stadium Dua2Proliferasi Seluler

    Pada stadium ini ter%adi proliferasi dan differensiasi sel men%adi fibro kartilago yang berasal

    dari periosteum,Gendosteum, dan bone marro yang telah mengalami trauma. Sel2sel yang

    mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalahosteoblast beregenerasi dan ter%adi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah

    tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. 0ase ini berlangsung

    selama ' %am setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.

    &. Stadium Tiga2Pembentukan allus

    SelFsel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan

    keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan %uga kartilago. Populasi sel ini

    dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel2

    sel tulang yang mati. 1assa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago,

    membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang

    yang imatur (anyaman tulang * men%adi lebih padat sehingga gerakan pada tempat fraktur

    berkurang pada 7 minggu setelah fraktur menyatu.7. Stadium 9mpat2onsolidasi

    Bila akti+itas osteoclast dan osteoblast berlan%ut, anyaman tulang berubah men%adi lamellar.

    Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan

    pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah2celah yang tersisa

    diantara fragmen dengan tulang yang baru. 6ni adalah proses yang lambat dan mungkin perlu

    beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membaa beban yang normal.

    ?. Stadium Lima2Remodelling

    0raktur telah di%embatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau

    tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang

    terus2menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih

    tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    7/38

    dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.

    0. Penatalaksanaan 1edis

    /. 0raktur Terbuka

    1erupakan kasus emergensi karena dapat ter%adi kontaminasi oleh bakteri dan disertai

    perdarahan yang hebat dalam aktu 82' %am (golden period*. uman belum terlalu %auhmeresap dilakukan5

    a. Pembersihan luka

    b. 9Eici

    c. Cecting situasi

    d. Antibiotik

    ". Seluruh 0raktur

    a. Rekognisis3Pengenalan

    Riayat ke%adian harus %elas untuk mentukan diagnosa dan tindakan selan%utnya.

    b. Reduksi31anipulasi3Reposisi

    -paya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimun.

    Dapat %uga diartikan Reduksi fraktur (setting tulang* adalah mengembalikan fragmen tulang

    pada kese%a%aranHnya dan rotasfanatomis (brunner, "##/*.

    Reduksi tertutup, traksi, atau reduksi terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur.

    1etode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap,

    sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah %aringHan

    lunak kehilaugan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada

    kebanyakan kasus, roduksi fraktur men%adi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami

    penyembuhan.

    Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk men%alani prosedurIharus diperoleh i=in untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan.

    1ungkin perlu dilakukan anastesia. 9kstremitas yang akan dimanipulasi harus ditangani dengan

    lembut untuk mencegah kerusakan lebih lan%ut

    Reduksi tertutup. Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan

    fragmen tulang keposisinya (u%ung2u%ungnya saling berhubungan* dengan manipulasi dan traksi

    manual.

    9kstremitas dipertahankan dalam posisi yang diinginkan, sementara gips, biadi dan alat lain

    dipasang oleh dokter. Alat immobilisasi akan men%aga reduksi dan menstabilkan ekstremitas

    untuk penyembuhan tulang. Sinar E harus dilakukan untuk mengetahui apakah fragmen tulangtelah dalam kese%a%aran yang benar.

    Traksi. Traksi dapat digunakan untuk mendapatHkan efek reduksi dan imoblisasi. Beratnya

    traksi disesuaikan dengan spasme otot yang ter%adi. Sinar E digunakan untuk memantau reduksi

    fraktur dan aproksimasi fragmen tulang. etika tulang sembuh, akan terlihat pembentukan

    kalus pada sinar E. etika kalus telah kuat dapat dipasang gips atau bidai untuk melan%utkan

    imobiliHsasi.

    Reduksi Terbuka. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan

    bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kaat, sekrup, plat

    paku, atau batangan logam digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisnya

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    8/38

    sampai penyembuhan tulang yang solid ter%adi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau

    langsung ke rongga sumsum tulang, alat tersebut men%aga aproksimasi dan fiksasi yang kuat

    bagi fragmen tulang.

    c. Retensi36mmobilisasi

    -paya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secaraoptimun.

    6mobilisasi fraktur. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau

    dipertahankan dalam posisi kese%a%aran yang benar sampai ter%adi penyatuan. H6mobilisasi

    dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. 1etode fiksasi eksterna meliputi

    pembalutHan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. 6mplan

    logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk

    mengimobilisasi fraktur.

    d. Rehabilitasi

    1enghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala upaya diarahkan pada

    penyembuhan tulang dan %aringan lunak. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai

    kebutuhan. Status neuro+askuler (mis. pengka%ian peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan*

    dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu segera bila ada tanda gangguan neuro+askuler.

    egelisahan, ansietas dan ketiHdaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis.

    meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk analgetika*.

    Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan

    meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam akti+itas hidup sehari hari diusahakan untuk

    memperbaiki keHmandirian fungsi dan harga diri. Pengembalian bertahap pada akti+itas semula

    diusahakan sesuai batasan terapeutika. Biasanya, fiksasi interna memungkinkan mobilisasilebih aal. Ahli bedah yang memperkirakan stabilitas fiksasi fraktur, menentukan luasnya

    gerakan dan stres pada ekstrermitas yang diperbolehkan, dan menentukan tingkat akti+itas

    dan beban berat badan.

    . Pengka%ian eperaatan

    Pengka%ian merupakan tahap aal dan landasan dalam proses keperaatan, untuk itu

    diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah2masalah klien sehingga dapat

    memberikan arah terhadap tindakan keperaatan. eberhasilan proses keperaatan sangat

    bergantuang pada tahap ini.

    Tahap ini terbagi atas5

    /. Pengumpulan Data

    a. Anamnesa

    /* 6dentitas lien

    1eliputi nama, %enis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status perkainan,

    pendidikan, peker%aan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal 1RS, diagnosa medis.

    "* eluhan -tama

    Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. ;yeri tersebut bisa akut

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    9/38

    atau kronik tergantung dan lamanya serangan. -ntuk memperoleh pengka%ian yang lengkap

    tentang rasa nyeri klien digunakan5

    a* Pro+oking 6ncident5 apakah ada peristia yang men%adi faktor presipitasi nyeri.

    b* Juality of Pain5 seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah

    seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

    c* Region 5 radiation, relief5 apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit men%alar ataumenyebar, dan dimana rasa sakit ter%adi.

    d* Se+erity (Scale* of Pain5 seberapa %auh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan

    skala nyeri atau klien menerangkan seberapa %auh rasa sakit mempengaruhi kemampuan

    fungsinya.

    e* Time5 berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari

    atau siang hari.

    &* Riayat Penyakit Sekarang

    Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang nantinya

    membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. 6ni bisa berupa kronologi

    ter%adinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang ter%adi dan

    bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme ter%adinya

    kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

    7* Riayat Penyakit Dahulu

    Pada pengka%ian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petun%uk berapa

    lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit2penyakit tertentu seperti kanker tulang dan

    penyakit pagets yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.

    Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sangat beresiko ter%adinya osteomyelitis akut

    maupun kronik dan %uga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.

    ?* Riayat Penyakit eluarga

    Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor

    predisposisi ter%adinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering ter%adi padabeberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetic.

    8* Riayat Psikososial

    1erupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam

    keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari2harinya baik

    dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

    ". Pola2Pola 0ungsi esehatan

    a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Cidup Sehat

    Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan ter%adinya kecacatan pada dirinya dan harus

    men%alani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu,

    pengka%ian %uga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapatmengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

    keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak.

    b. Pola ;utrisi dan 1etabolisme

    Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari2harinya seperti

    kalsium, =at besi, protein, +it. 4 dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.

    9+aluasi terhadap pola nutrisi klien bisa membantu menentukan penyebab masalah

    muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama

    kalsium atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi

    masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu %uga obesitas %uga menghambat

    degenerasi dan mobilitas klien.

    c. Pola 9liminasi

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    10/38

    -ntuk kasus fraktur tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi alaupun begitu perlu %uga

    dika%i frekuensi, konsistensi, arna serta bau feces pada pola eliminasi al+i. Sedangkan pada

    pola eliminasi urin dika%i frekuensi, kepekatannya, arna, bau, dan %umlah. Pada kedua pola

    ini %uga dika%i ada kesulitan atau tidak.

    d. Pola Tidur dan 6stirahat. Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga

    hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu %uga, pengka%iandilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta

    penggunaan obat tidur (Doengos. 1arilynn 9, "##"*.

    e. Pola Akti+itas

    arena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien men%adi

    berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Cal lain yang perlu dika%i

    adalah bentuk akti+itas klien terutama peker%aan klien. arena ada beberapa bentuk

    peker%aan beresiko untuk ter%adinya fraktur dibanding peker%aan yang lain.

    f. Pola Cubungan dan Peran

    lien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. arena klien harus

    men%alani raat inap.

    g. Pola Persepsi dan onsep Diri

    Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan akibat

    frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan akti+itas secara optimal, dan

    pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image*.

    h. Pola Sensori dan ognitif

    Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada

    indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu %uga pada kognitifnya tidak mengalami

    gangguan. Selain itu %uga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

    i. Pola Reproduksi Seksual

    Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual karena harus

    men%alani raat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu%uga, perlu dika%i status perkainannya termasuk %umlah anak, lama perkainannya.

    %. Pola Penanggulangan Stress

    Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul

    kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. 1ekanisme koping yang ditempuh klien bisa tidak

    efektif.

    k. Pola Tata ;ilai dan eyakinan

    -ntuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama

    frekuensi dan konsentrasi. Cal ini bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.

    &. Pemeriksaan 0isik

    Dibagi men%adi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata* untuk mendapatkangambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis*. Cal ini perlu untuk dapat melaksanakan

    total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi hanya memperlihatkan daerah yang

    lebih sempit tetapi lebih mendalam.

    a. ambaran -mum

    Perlu menyebutkan5

    /* umum5 baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda2tanda, seperti5

    "* esadaran penderita5 apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada keadaan

    klien.

    &* esakitan, keadaan penyakit5 akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur

    biasanya akut.

    7* Tanda2tanda +ital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    11/38

    b. Secara sistemik dari kepala sampai kelamin

    /* Sistem 6ntegumen

    Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.

    "* epala

    Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penon%olan, tidak ada nyeri

    kepala.&* Leher

    Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penon%olan, reflek menelan ada.

    7* 1uka

    a%ah terlihat menahan sakit, lain2lain tidak ada perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada

    lesi, simetris, tak oedema.

    ?* 1ata

    Tidak ada gangguan seperti kon%ungti+a tidak anemis (karena tidak ter%adi perdarahan*

    8* Telinga

    Tes bisik atau eber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

    >* Cidung

    Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.

    '* 1ulut dan 0aring

    Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak ter%adi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

    $* Thoraks

    Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.

    /#* Paru

    a* 6nspeksi

    Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riayat penyakit klien yang

    berhubungan dengan paru.

    b* Palpasi

    Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.c* Perkusi

    Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara tambahan lainnya.

    d* Auskultasi

    Suara nafas normal, tak ada hee=ing, atau suara tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi.

    //* !antung

    a* 6nspeksi

    Tidak tampak iktus %antung.

    b* Palpasi

    ;adi meningkat, iktus tidak teraba.

    c* Auskultasi

    Suara S/ dan S" tunggal, tak ada mur2mur./"* Abdomen

    a* 6nspeksi

    Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.

    b* Palpasi

    Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.

    c* Perkusi

    Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.

    d* Auskultasi

    "# kali3menit.e* Peristaltik usus normal

    /&* 6nguinal2enetalia2AnusTak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    12/38

    a* eadaan Lokal

    ? P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan*. Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal

    adalah5Carus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal terutama mengenai status

    neuro+askuler (untuk status neuro+askuler

    (/* Look (inspeksi*

    Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain5(a* 4icatriks (%aringan parut baik yang alami maupun buatan seperti bekas operasi*.

    (b* 4ape au lait spot (birth mark*.

    (c* 0istulae.

    (d* arna kemerahan atau kebiruan (li+ide* atau hyperpigmentasi.

    (e* Ben%olan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal2hal yang tidak biasa (abnormal*.

    (f* Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas*

    (g* Posisi %alan (gait, aktu masuk ke kamar periksa*

    ("* 0eel (palpasi*

    Pada aktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki mulai dari posisi netral

    (posisi anatomi*. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua

    arah, baik pemeriksa maupun klien.

    @ang perlu dicatat adalah5

    ;ormal & F ? K(a* Perubahan suhu disekitar trauma (hangat* dan kelembaban kulit. 4apillary

    refill time

    (b* Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau oedema terutama disekitar

    persendian.

    (c* ;yeri tekan (tenderness*, krepitasi, catat letak kelainan (/3& proksimal, tengah, atau

    distal*.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    13/38

    7* 4omputed Tomografi2Scanning5 menggambarkan potongan secara trans+ersal dari tulang

    dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.

    b. Pemeriksaan Laboratorium

    /* alsium Serum dan 0osfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    "* Alkalin 0osfat meningkat pada kerusakan tulang dan menun%ukkan kegiatan osteoblastik

    dalam membentuk tulang.&* 9n=im otot seperti reatinin inase, Laktat Dehidrogenase (LDC2?*, Aspartat Amino

    Transferase (AST*, Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.

    c. Pemeriksaan lain2lain

    /* Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensiti+itas5 didapatkan mikroorganisme

    penyebab infeksi.

    "* Biopsi tulang dan otot5 pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi

    lebih dindikasikan bila ter%adi infeksi.

    &* 9lektromyografi5 terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.

    7* Arthroscopy5 didapatkan %aringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang

    berlebihan.

    ?* 6ndium 6maging5 pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

    8* 1R65 menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

    C. Diagnosa eperaatan

    Diagnosa keperaatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial klien

    terhadap masalah kesehatan yang peraat mempunyai i=in dan berkompeten untuk

    mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengka%ian,

    tin%auan literature yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi dengan

    professional lain.

    Adapun diagnosa keperaatan yang mungkin timbul pada pasien fraktur menurut 1arilyn 9.Doengoes adalah sebagai berikut5

    /. ;yeri akut b3d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera %aringan lunak,

    pemasangan traksi, stress3ansietas.

    ". Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,

    pembentukan trombus*

    &. angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran

    al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*

    7. angguan mobilitas fisik b3d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi restriktif

    (imobilisasi*

    ?. angguan integritas kulit b3d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kaat, sekrup*

    8. Risiko infeksi b3d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma %aringanlunak, prosedur in+asif3traksi tulang*

    >. urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b3d kurang

    terpa%an atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang

    akurat3lengkapnya informasi yang ada

    6. Perencanaan eperaatan

    Diagnosa /

    ;yeri akut b3d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera %aringan lunak,

    pemasangan traksi, stress3ansietas.

    Tu%uan 5 lien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menun%ukkan tindakan santai,

    mampu berpartisipasi dalam berakti+itas, tidur, istirahat dengan tepat, menun%ukkan

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    14/38

    penggunaan keterampilan relaksasi dan akti+itas trapeutik sesuai indikasi untuk situasi

    indi+idual

    Rencana Tindakan

    /. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi.

    Rasional 5 1engurangi nyeri dan mencegah malformasi.

    ". Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.Rasional 5 1eningkatkan aliran balik +ena, mengurangi edema3nyeri.

    &. Lakukan dan aasi latihan gerak pasif3aktif.

    Rasional 5 1empertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi +askuler

    7. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi*

    Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

    ?. A%arkan penggunaan teknik mana%emen nyeri (latihan napas dalam, ima%inasi +isual,

    akti+itas dipersional*

    Rasional 5 1engalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang

    mungkin berlangsung lama.

    8. Lakukan kompres dingin selama fase akut ("727' %am pertama* sesuai keperluan.

    Rasional 5 1enurunkan edema dan mengurangi rasa nyeri.

    >. olaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

    Rasional 5 1enurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara

    sentral maupun perifer.

    '. 9+aluasi keluhan nyeri (skala, petun%uk +erbal dan non +er+al, perubahan tanda2tanda +ital*

    Rasional 5 1enilai perkembangan masalah klien.

    Diagnosa "

    Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,

    pembentukan trombus*

    Tu%uan 5 lien akan menun%ukkan fungsi neuro+askuler baik dengan kriteria akral hangat, tidakpucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif

    Rencana Tindakan

    /. Dorong klien untuk secara rutin melakukan latihan menggerakkan %ari3sendi distal cedera.

    Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi darah dan mencegah kekakuan sendi.

    ". Cindarkan restriksi sirkulasi akibat tekanan bebat3spalk yang terlalu ketat.

    Rasional 5 1encegah stasis +ena dan sebagai petun%uk perlunya penyesuaian keketatan

    bebat3spalk.

    &. Pertahankan letak tinggi ekstremitas yang cedera kecuali ada kontraindikasi adanya

    sindroma kompartemen.

    Rasional 5 1eningkatkan drainase +ena dan menurunkan edema kecuali pada adanya keadaan

    hambatan aliran arteri yang menyebabkan penurunan perfusi.7. Berikan obat antikoagulan (arfarin* bila diperlukan.

    Rasional 5 1ungkin diberikan sebagai upaya profilaktik untuk menurunkan trombus +ena.

    ?. Pantau kualitas nadi perifer, aliran kapiler, arna kulit dan kehangatan kulit distal cedera,

    bandingkan dengan sisi yang normal.

    Rasional 5 1enge+aluasi perkembangan masalah klien dan perlunya inter+ensi sesuai keadaan

    klien.

    Diagnosa &

    angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran

    al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*

    Tu%uan 5 lien akan menun%ukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan kriteria klien tidak

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    15/38

    sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas normal.

    Rencana Tindakan

    /. 6nstruksikan3bantu latihan napas dalam dan latihan batuk efektif.

    Rasional 5 1eningkatkan +entilasi al+eolar dan perfusi.

    ". Lakukan dan a%arkan perubahan posisi yang aman sesuai keadaan klien.Rasional 5 Reposisi meningkatkan drainase sekret dan menurunkan kongesti paru.

    &. olaborasi pemberian obat antikoagulan (ar+arin, heparin* dan kortikosteroid sesuai

    indikasi.

    Rasional 5 1encegah ter%adinya pembekuan darah pada keadaan tromboemboli. ortikosteroid

    telah menun%ukkan keberhasilan untuk mencegah3mengatasi emboli lemak.

    7. Analisa pemeriksaan gas darah, Cb, kalsium, L9D, lemak dan trombosit.

    Rasional 5 Penurunan Pa. Berikan diet tinggi kalori tinggi protein..

    Rasional 5 alori dan protein yang cukup diperlukan untuk proses penyembuhan dan mem2

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    16/38

    pertahankan fungsi fisiologis tubuh.

    '. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

    Rasional 5 er%asama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program akti+itas fisik secara

    indi+idual.

    $. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

    Rasional 5 1enilai perkembangan masalah klien.

    Diagnosa ?

    angguan integritas kulit b3d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kaat, sekrup*

    Tu%uan 5 lien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menun%ukkan perilaku tekhnik untuk

    mencegah kerusakan kulit3memudahkan penyembuhan sesuai indikasi, mencapai penyembuhan

    luka sesuai aktu3penyembuhan lesi ter%adi

    Rencana Tindakan

    /. Pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang,

    bantalan baah siku, tumit*.

    Rasional 5 1enurunkan risiko kerusakan3abrasi kulit yang lebih luas.

    ". 1asase kulit terutama daerah penon%olan tulang dan area distal bebat3gips.

    Rasional 5 1eningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap

    tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi.

    &. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal.

    Rasional 5 1encegah gangguan integritas kulit dan %aringan akibat kontaminasi fekal.

    7.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    17/38

    /. a%i kesiapan klien mengikuti program pembela%aran.

    Rasional 5 9fekti+itas proses pemebla%aran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien

    untuk mengikuti program pembela%aran.

    ". Diskusikan metode mobilitas dan ambulasi sesuai program terapi fisik.

    Rasional 5 1eningkatkan partisipasi dan kemandirian klien dalam perencanaan dan pelaksanaan

    program terapi fisik.&. A%arkan tanda3ge%ala klinis yang memerlukan e+aluasi medik (nyeri berat, demam,

    perubahan sensasi kulit distal cedera*

    Rasional 5 1eningkatkan keaspadaan klien untuk mengenali tanda3ge%ala dini yang

    memerulukan inter+ensi lebih lan%ut.

    7. Persiapkan klien untuk mengikuti terapi pembedahan bila diperlukan.

    Rasional 5 -paya pembedahan mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah sesuai kondisi

    klien.

    !. Pelaksanaan eperaatan

    Pelaksanaan keperaatan merupakan tahap ke empat dari proses keperaatan, dimana

    rencana peraatan dilaksanakan pada tahap ini peraat siap untuk men%elaskan dan

    melaksanakan inter+ensi dan aktifitas yang telah dicatat dalam rencana keperaatan klien,

    agar implementasi perencanaan ini tepat aktu dan efektif terhadap biaya, perlu

    mengidentifikasi prioritas peraatan klien. emudian bila telah dilaksanakan, memantau dan

    mencatat respon pasien terhadap setiap inter+ensi dan mendokumentasikannya informasi ini

    kepada penyediaan peraatan kesehatan keluarga. ( Doengoes, "##"I hal. /#? *

    Pelaksanaan keperaatan merupakan tindakan keperaatan yang dilaksanakan untuk

    mencapai tu%uan pada rencana tindakan keperaatan yang telah disusun. Prinsip dalam

    memberikan tindakan kepeeraatan menggunakan komunikasi terapeutik serta pen%elasan

    setiap tindakan yang diberikan pada pasien. Pendekatan yang digunakan adalah independent,dependen dan interdependen.

    /. Secara mandiri (independen*

    Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh peraat untuk membantu pasien dalam

    mengatasi masalahnya atau menanggapi rekasi karena adanya stressor (penyakit*, misalnya 5

    a. 1embantu klien dalam melakukan kegiatan sehari2hari.

    b. 1elakukan peraatan kulit untuk mencegah dekubitus.

    c. 1emberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara a%ar.

    d. 1enciptakan lingkungan terapeutik.

    ". Saling ketergantungan 3kolaborasi (interdependen*

    Adalah tindakan keperaatan atas dasar ker%asama sesama tim peraatan atau kesehatan

    lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, dll.&. Ru%ukan 3 ketergantungan

    Adalah tindakan keperaatan atas dasar ru%ukan dari profesi lain diantaranya dokter,

    psikologis, psikiater, ahli gi=i, fisioterapi, dsb. Pada penatalaksanaannya tindakan keperaatan

    dilakukan secara 5

    a. Langsung 5 ditangani sendiri oleh peraat

    b. Delegasi 5 diserahkan kepada orang lain3peraat lain yang dapat dipercaya.

    Apabila tu%uan, hasil dan inter+ensi telah diidentifikasi, peraat siap untuk melakukan

    akti+itas pencatatan pada rencana peraatan klien. Dalam mengaplikasikan rencana kedalam

    tindakan dan penggunaan biaya secara efektif serta pemberian peraatan tersebut. Dalam

    menentukan prioritas saat ini, peraat menin%au ulang sumber F sumber sambil berkonsultasi

    dan mempertimbangkan keinginan klien. ( Doengoes 9. 1arillyn, KRencana Askep, hal. "/ *

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    18/38

    . 9+aluasi eperaatan

    1eskipun proses keperaatan mempunyai tahap2tahap, namun e+aluasi berlangsung terus

    menerus sepan%ang pelaksanaan proses keperaatan. Tahap e+aluasi merupakan perbandingan

    yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tu%uan yang telah ditetapkan,

    dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. 9+aluasi

    dalam keperaatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperaatan yang telahditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil

    dari proses keperaatan.

    9+aluasi merupakan tahap akhir dari proses keperaatan. Langkah dari e+aluasi proses

    keperaatan adalah mengukur respon klien terhadap tindakan keperaatan dan kema%uan

    klien kearah pencapaian tu%uan. Peraat menge+aluasi apakah perilaku atau respon klien

    mencerminkan suatu kemunduran atau kema%uan dalam diagnosa keperaatan atau

    pemeliharaan status yang sehat. Selama e+aluasi, peraat memutuskan apakah langkah proses

    keperaatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya

    dengan perilaku yang disebutkan dalam hasil yang diharapkan.

    Peraat menggunakan berbagai kemampuan dalam memutuskan efektif atau tidaknya

    pelayanan keperaatan yang diberikan. -ntuk memutuskan hal tersebut dalam melakukan

    e+aluasi seorang peraat harus mempunyai pengetahuan tentang standar pelayanan, respon

    klien yang normal, dan konsep model teori keperaatan.

    Dalam melakukan proses e+aluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh peraat,

    antara lain5 mengka%i ulang tu%uan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,

    mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan, mengukur pencapaian

    tu%uan, mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tu%uan, dan melakukan re+isi

    atau modifikasi terhadap rencana keperaatan bila perlu. 9+aluasi terbagi men%adi tiga %enis,

    yaitu5/. 9+aluasi proses. 9+aluasi proses berfokus pada penampilan ker%a peraat dan apakah

    peraat dalam memberikan pelayanan keperaatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai

    eenang. Area yang men%adi perhatian pada e+aluasi proses mencakup %enis informasi yang

    didapat pada saat aancara dan pemeriksaan fisik, +alidasi dari perumusan diagnosa

    keperaatan, dan kemampuan tehnikal peraat.

    ". 9+aluasi hasil. 9+aluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien

    merupakan pengaruh dari inter+ensi keperaatan dan akan terlihat pada pencapaian tu%uan

    dan kriteria hasil.

    -ntuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara

    membandingkan antara S

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    19/38

    ". 0ungsi neuro+askuler baik

    &. ebutuhan oksigenasi terpenuhi.

    7. lien dapat meningkatkan3mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi.

    ?. erusakan kulit tidak ter%adi dan ketidaknyamanan menghilang

    8. Penyembuhan luka sesuai aktu

    >. lien menun%ukkan pengetahuan bertambah.

    BAB 666

    T6;!A-A; AS-S

    Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan eperaatan pada klien Tn. S dengan

    diagnosa 0raktur 0emur Sinistra Post Pemasangan Plate di Ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat

    epolisian Raden Said Sukanto. Study kasus ini diambil & hari mulai dari tanggal /7 !uli "#/#

    sampai dengan tanggal /8 !uli "#/#.

    Berikut adalah Asuhan eperaatan yang penulis lakukan sesuai dengan tahap2tahap proses

    keperaatan yang meliputi tahap pengka%ian, diagnosa keperaatan, perencaaan

    keperaatan, implementasi, dan e+aluasi keperaatan.

    A. Pengka%ian eperaatan

    Pengka%ian merupakan tahap aal dari proses keperaatan yang bertu%uan untuk

    mengumpulkan data klien. Dalam pengka%ian penulis mendapatkan data dari klien, peraat

    ruangan, catatan medis, dan tim medis lainnya dengan melakukan aancara dan obser+asi

    kesehatan. Adapun hal dari pengka%ian adalah sebagai berikut 5

    /. 6dentitas lien

    lien adalah seorang laki2laki berinisial Tn. S berusia 7" tahun, status perkainan adalah

    menikah, berasal dari suku !aa dengan alamat !alan Canapi /' Rt #/ R #& 4ipinang !akartaTimur. lien beragama islam. lien beker%a sebagai seorang irasasta. lien di raat di

    Rumah Sakit Pusat epolisian Raden Said Sukanto !akarta di Ruang 1ahoni 66 pada tanggal #/

    !uli "#/# dengan nomor register ?" $? 8& dan diagnose medis 0raktur 0emurSinistra.

    ". Resume

    lien tiba di ruang 1ahoni 66 Rumah Sakit Pusat epolisian Raden Said Sukanto !akarta pada

    tanggal #/ !uli "#/# pukul /#.## 6B. lien merupakan seorang pria berinisial Tn. S berusia 7"tahun dengan diagnose medis fraktur femur sinistra.

    eadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    20/38

    darah /"#3$# mmCg nadi '7 E3menit pernafasan "# E3menit suhu &84.

    Pada tanggal #8 !uli "#/# pasien dilakukan operasi pukul #$.## 6B pemasangan plate pada

    fraktur femur sinistra, %enis anestesi spinal. ;ama operasi reposisi dan pemasangan platedan

    sre. Persiapan operasi puasa mulai pukul ##.## 6B, mengisi inform concent, cukur bulu

    pubis, obser+asi keadaan umum, dan obser+asi tanda2tanda +ital. Td 5 /"#3'# mmCg, nadi 5 '#E3menit, pernapasan 5 "# E3menit, suhu 5 &84. klien diberikan pen%elasan oleh dokter dan

    peraat mengenai penyakit dan operasi klien.

    Casil pemeriksaan laboratorium tanggal #> %uli "#/# Cemoglobin 5 /&,7 g3dl, Cematokrit 7/),

    leukosit 8./##3ul, dan Trombosit #.###3ul. lien mendapatkan therapy in%eksi etorolac & E

    /amp36:, 4efadroEil & E ?##mg, diit 5 makan biasa.

    1asalah keperaatan yang timbul adalah gangguan rasa nyeri, intoleransi akti+itas, dan resiko

    infeksi. Tindakan keperaatan yang telah dilakukan secara mandiri yaitu melakukan obser+asi

    tanda2tanda +ital, membantu klien dalam berakti+itas, mengka%i tanda2tanda infeksi. Tindakan

    keperaatan kolaboratif yaitu memberikan terapi analgetik dan antibiotic.

    9+aluasi keperaatan untuk gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi. -ntuk resiko infeksi,

    tidak ditemukan tanda2tanda infeksi, dan intoleransi akti+itas belum teratasi.

    &. Riayat eperaatan

    a. Riayat kesehatan sekarang

    eluhan utama 5 lien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut,

    intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan

    pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat.b. Riayat kesehatan masa lalu

    lien mengatakan sebelumnya tidak pernah di raat di rumah sakit, klien mengatakan tidak

    mempunyai riayat alergi obat, makanan, binatang,maupun lingkungan. lien %uga tidak

    mengkonsumsi obat2obatan.

    c. Riayat kesehatan keluarga

    eterangan 5

    M meninggal

    M perempuan

    M laki2laki

    22222222222 M tinggal dalam satu rumah

    M klien

    M hubungan pernikahan

    M hubungan persaudaraan

    Dari genogram dan riayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan baha klien tidak

    mempunyai riayat penyakit yang dapat men%adi factor resiko ter%adinya fraktur

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    21/38

    femursinistra.

    d. Riayat psikososial dan spiritual

    lien mengatakan orang paling dekat dengan dirinya selama di rumah sakit adalah anak2

    anaknya, interaksi dalam keluarga baik, pola komunikasi klien dalam keluarga baik, pembuat

    keputusan adalah dirinya sendiri, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti adalah menga%i.

    Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga men%adi khaatir terhadap kondisi

    klien, masalah yang mempengaruhi klien saat ini adalah akti+itas klien terbatas. Cal yang

    sangat dipikirkan saat ini adalah klien ingin cepat sembuh dari sakitnya. Carapan setelah

    men%alani peraatan adalah klien dapat melakukan akti+itas seperti semula. Perubahan yang

    dirasakan setelah %atuh sakit adalah klien mengalami keterbatasan dalam berakti+itas. lien

    tidak mempunyai nilai2nilai yang bertentangan dengan kesehatan, saat ini akti+itas keagamaan

    yang dilakukan adalah berdoa. ondisi lingkungan rumah baik dan tidak mempengaruhi

    kesehatan saat ini.

    e. Pola kebiasaan sehari2hari sebelum sakit

    /* Pola nutrisi

    lien tidak ada masalah dengan pola makan. 0rekuensi makan &E3hari, nafsu makan baik,

    %umlah yang dihabiskan adalah / porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan

    yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan

    biasa. Tidak ada penggunaan obat2obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat

    bantu ;T.

    "* Pola eliminasi

    lien buang air kecil (BA* sebanyak 82> E3hari, arna kuning %ernih, tidak ada keluhan saat

    BA, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. lien buang air besar (BAB* / E3hari dengan

    aktu yg tidak tentu, berarna kuning kecokelatan, bau khas feces, konsistensi padat, dan

    klien tidak pernah menggunaan obat2obatan laksatif.&* Pola personal hygiene

    lien mandi " E3hari dengan menggunakan sabun mandi pada aktu pagi dan sore hari, oral

    hygiene (sikat gigi* "E3hari dengan menggunakan pasta gigi pada aktu pagi dan sore hari,

    mencuci rambut &E3minggu dengan menggunakan shampoo.

    7* Pola istirahat dan tidur

    lien tidur siang N " %am 3 hari, tidur malam N > %am 3 hari, klien biasa berdoa sebelum tidur.

    ?* Pola akti+itas dan latihan

    lien beker%a dari pagi sampai sore, klien tidak pernah berolahraga dan tidak ada keluhan

    dalam berakti+itas.

    8* ebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

    lien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum 2 minuman keras 3 ;APOA.

    f. Pola kebiasaan di rumah sakit

    /* Pola nutrisi

    lien tidak ada masalah dengan pola makan. 0rekunsi makan &E3hari, nafsu makan baik,

    %umlah yang dihabiskan adalah / porsi, tidak ada makanan yang membuat alergi atau makanan

    yang tidak di sukai serta tidak ada makanan pantangan, diit makan di rumah yaitu makan

    biasa. Tidak ada penggunaan obat2obatan sebelum makan, dan tidak ada penggunaan alat

    bantu ;T.

    "* Pola eliminasi

    lien buang air kecil (BA* sebanyak 82> E3hari, arna kuning %ernih, tidak ada keluhan saat

    BA, tidak ada penggunaan alat bantu kateter. lien buang air besar (BAB* / E3hari dengan

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    22/38

    aktu yg tidak tentu, berarna kuning kecokelatan, bau khas feces, konsistensi padat, klien

    tidak pernah menggunaan obat2obatan laksatif.

    &* Pola personal hygiene

    lien mandi /E3hari pada pagi hari, oral hygine dilakukan pada pagi hari.

    7* Pola istirahat dan tidur

    lien tidur N /# %am 3hari, tidur siang & %am 3hari, tidur malam > %am 3hari, klien mempunyaikebiasaan berdoa sebelum tidur.

    ?* Pola akti+itas dan latihan

    lien tidak dapat berakti+itas secara mandiri, akti+itas klien di bantu oleh peraat. lien

    mengatakan nyeri pada luka post op %ika melakukan pergerakan.

    7. Pengka%ian 0isik

    a. Pemeriksaan fisik umum

    Berat badan sebelum sakit ?7 kg, berat badan setelah sakit ?7 kg, tinggi badan /8? cm,

    tekanan darah /"#3'# mmCg, nadi '#E 3menit, frekuensi nafas "#E 3menit, suhu tubuh &8#4

    b. Sistem penglihatan

    Sisi mata tampak simetris baik kiri maupun kanan, kelopak mata normal, pergerakan bola mata

    normal, kon%ungti+a merah muda, kornea normal tidak keruh3berkabut dan tidak terdapat

    perdarahan, sklera anikterik, pupil isokor, otot2otot mata tidak ada kelainan, fungsi

    penglihatan baik, tidak terdapat tanda2tanda radang, klien menggunakan kacamata, tidak

    memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya baik.

    c. Sistem pendengaran

    Daun telinga normal, kondisi telinga tengah normal, tidak terlihat adanya cairan yang keluar

    dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, klien tidak mengalami tinnitus, fungsi

    pendengaran baik, klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

    d. Sistem icara

    lien tidak mengalami gangguan icara, klien dapat mengucapkan kata2kata dengan %elas.e. Sistem Pernapasan

    Pada %alan napas bersih, tidak ada sesak dan klien tidak menggunakan alat bantu pernapasan,

    frekuensi nafas "#E 3menit, irama nafas teratur, %enis pernafasan spontan, klien tidak batuk

    dan tidak terdapat sputum, suara nafas normal3+esikuler, dan tidak ada nyeri saat bernafas.

    f. Sistem ardio+askuler

    ;adi '#E 3menit, irama teratur dengan denyut kuat, tekanan darah /$# mmCg, tidak

    ter%adi distensi +ena %ugularis baik kanan maupun kiri, temperatur kulit hangat, arna kulit

    kemerahan, pengisian kapiler " detik, tidak terdapat edema, kecepatan denyut apical '7

    E3menit, irama teratur, tidak terdengar adanya kelainan pada bunyi %antung dan tidak sakit

    dada.g. Sistem Cematologi

    lien tidak terlihat pucat dan tidak ada perdarahan.

    h. Sistem Saraf Pusat

    lien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, 4S 97 18 :?, tidak ter%adi

    tanda2tanda peningkatan tekanan intrakranial (seperti muntah proyektil, nyeri kepala hebat,

    papil edema*, klien tidak mengalami gangguan sistem persarafan.

    i. Sistem Pencernaan

    lien tidak menggunakan gigi palsu, tidak terdapat carries, tidak tampak stomatitis, lidah

    tidak kotor, salifa normal, klien mengatakan tidak nyeri perut, bising usus belum ada karena

    masih dalam pengaruh anastesi, klien tidak megalami diare dan konstipasi, tidak teraba

    pembesaran hepar, dan abdomen tidak kembung.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    23/38

    %. Sistem 9ndokrin

    Tidak terdapat pembesaran kelen%ar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak terdapat luka

    ganggren.

    k. Sistem -rogenital

    6ntake "8## cc3"7 %am, output "7## cc3"7 %am dan balance cairan "## cc, tidak ada perubahan

    pola kemih, BA arna kuning %ernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, dan tidak adakeluhan sakit pinggang.

    l. Sistem 6ntegument

    Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, arna kulit kemerahan, keadaan kulit baik,

    terdapat insisi operasi lokasi di paha sebelah kiri,dengan pan%ang luka /?cm, kondisi luka

    tertutup elastic +erband. Tidak ada perdarahan pada luka dan tidak ada pembengkakan. Tidak

    ada kelainan kulit, keadaan rambut 5 tekstur rambut baik dan bersih.

    m. Sistem 1usculoskeletal

    lien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena %ika melakukan pergerakan akan terasa

    nyeri pada luka post op pemasangan plate, terdapat fraktur dengan lokasi femur.

    ? ? ? ? ? ? ? ?

    ? ? ? ? 7 7 7 7

    ?. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit*

    lien mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan penyebab, tanda dan

    ge%ala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi, dan alasan mengapa

    harus dilakukan tindakan pembedahan.

    8. Data penun%ang

    Data penun%ang yang terdapat pada klien yaitu hasil pemeriksaan rontgen pada tanggal #/ !uli"#/# 5

    Casil 5 tampak fraktur femur sebelah kiri

    Casil rontgen tanggal #8 !uli "#/# yaitu tampak terpasang plate dan sre di femur sinistra.

    >. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan medis yang terdapat pada klien yaitu 5 4efadroEil & E ?##mg3oral, etorolac &

    E /#mg3oral, dan diit makan biasa.

    '. Data 0okus

    Data fokus terdiri dari data subyektif dan data obyektif. Data fokus yang terdapat pada klien

    adalah sebagai berikut 5a. Data Subyektif

    lien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas hilang

    timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau

    perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat. lien mengatakan sulit untuk

    berakti+itas.

    b. Data

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    24/38

    perdarahan, tidak ada pembengkakan. Skala nyeri 7. Tampak akti+itas klien dibantu oleh

    peraat, mobilisasi bertahap, tampak terdapat luka pada %ari2%ari kaki sebelah kiri. Casil

    rontgent tanggal #8 !uli "#/#, tampak terpasang plate dan scre, therapy 4efadroEil & E

    ?##mg3oral, ketorolac & E /#mg3oral.

    $. Analisa DataBerdasarkan data yang terkumpul pada tanggal /7 !uli "#/# maka penulis mengelompokkan

    analisa data sebagai berikut 5

    ;o Data 1asalah 9tiologi

    /. Data Subyektif

    a. lien mengeluh nyeri pada luka daerah pemasangan plate dan scre, kualitas nyeri seperti

    berdenyut, intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, skala nyeri 7, nyeri timbul

    pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien

    beristirahat.

    Data

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    25/38

    4. Perencanaan, Pelaksanaan, dan 9+aluasi eperaatan

    Diagnosa /

    angguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan ditandai

    dengan

    Data Subyektif 5 lien mengeluh nyeri pada luka terpasangnya plate dan scre, kualitas nyeri

    seperti berdenyut, intensitas terus menerus, karakteristik nyeri setempat, skala nyeri 7, nyeritimbul pada saat klien melakukan pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika

    klien beristirahat.

    Data

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    26/38

    batang femur sinistra dengan kondisi luka basah dan berdarah. Tampak terdapat luka pada %ari2

    %ari kaki kiri, dengan kondisi luka tertutup kassa steril.

    Analisa 5 1asalah gangguan rasa nyaman nyeri belum teratasi, tu%uan keperaatan belum

    tercapai.

    Planning 5 Tindakan keperaatan dilan%utkan.

    Rencana Tindakan/. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena.

    ". Lakukan dan aasi latihan gerak pasif3aktif.

    &. A%arkan penggunaan teknik mana%emen nyeri (latihan napas dalam, ima%inasi +isual,

    akti+itas dipersional*

    7. olaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.

    ?. 9+aluasi keluhan nyeri (skala, petun%uk +erbal dan non +er+al, perubahan tanda2tanda +ital*

    Pelaksanaan eperaatan

    Tanggal /? !uli "#/#

    Pukul #7.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program

    melalui oral. Pukul #>.## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital tekanan darah /"#3'#

    mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84. Pukul #'.## 6B mengka%i keluhan

    nyeri, hasil 5 klien mengeluh nyeri pada luka post op, kualitas nyeri seperti berdenyut,

    intensitas hilang timbul, karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan

    pergerakan atau perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat. Pukul /#.## 6B

    melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul

    /".## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program melalui

    oral. Pukul "#.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai

    program melalui oral.

    9+aluasi eperaatanTanggal /8 !uli "#/#

    Subyektif 5 lien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri hilang timbul,

    kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, klien mengatakan nyeri baru hilang %ika

    klien beristirahat dan %ika diberi obat analgetik.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    27/38

    Pukul #7.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program

    melalui oral. Pukul #>.## melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan darah /"#3'#

    mmCg, nadi >7 E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84. Pukul /#.## 6B melakukan

    kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul /".## 6B

    memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat masuk sesuai program melalui oral. Pukul

    /&.## 6B mengka%i keluhan nyeri, hasil 5 klien mengatakan nyeri pada luka post op sudahberkurang, skala nyeri 7. Pukul "#.## 6B memberikan terapi etorolac /#mg3oral, hasil 5 obat

    masuk sesuai program melalui oral.

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B

    Subyektif 5 lien mengatakan nyeri pada daerah post operasi, intensitas nyeri hilang timbul,

    kualitas nyeri sedang, karakteristik nyeri berdenyut, skala nyeri 7, klien mengatakan nyeri baru

    hilang %ika klien beristirahat.

    . olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

    '. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    28/38

    Pelaksanaan eperaatan

    Tanggal /7 !uli "#/#

    Pukul #>.## 6B memberikan papan penyangga kaki. Casil 5 Pukul #$.## 6B membantu klien

    BA. Casil 5 klien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul /#.## 6B

    melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul//.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml. Casil 5

    klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul //. 6B mempertahankan pelaksanaan

    akti+itas rekreasi terapeutik. Casil 5 klien dikun%ungi teman dan keluarganya.Pukul /".## 6B

    menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi

    kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien mampu melakukan mobilisasi dini. Pukul /?.## 6B

    mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien

    mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap

    mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /? !uli "#/#

    Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.

    . olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

    '. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

    Pelaksanaan eperaatan

    Tanggal /? !uli "#/#

    Pukul #?./# 6B menya%ikan diit pagi. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul #>.## 6B

    membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. Casil 5 klien dapat memenuhikebutuhan personal hygiene (mandi*. Pukul /#.## 6B melakukan kolaborasi dengan

    fisioterapi. Casil 5 klien melakukan latihan gerak pasif.Pukul //.## 6B membantu klien BA.

    Casil 5 klien dapat memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul /".## 6B

    mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml3hari. Casil 5 klien

    mengerti dan mau melakukannya. Pukul /"./# 6B menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan

    habis / porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien

    mampu melakukan mobilisasi dini. Pukul />./# 6B menya%ikan diit sore. Casil 5 klien makan

    habis / porsi. Pukul /?.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan

    ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien

    untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau

    melakukannya

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    29/38

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/#

    Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.

    . olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

    '. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

    Pelaksanaan eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/#

    Pukul #?./# 6B menya%ikan diit pagi. Casil 5 klien makan habis / porsi. Pukul #>.## 6B

    membantu klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene. Casil 5 klien dapat memenuhi

    kebutuhan personal hygiene (mandi*. Pukul #'.## 6B membantu klien BA. Casil 5 klien dapat

    memenuhi kebutuhan eliminasi urine dengan bantuan. Pukul #$.## 6B mengan%urkan klien

    untuk tetap mempertahankan asupan cairan /###ml3hari. Casil 5 klien mengerti dan mau

    melakukannya. Pukul /#.## 6B melakukan kolaborasi dengan fisioterapi. Casil 5 klienmelakukan latihan gerak pasif Pukul /"./# 6B menya%ikan diit siang. Casil 5 klien makan habis

    / porsi. Pukul /7.## 6B melakukan e+aluasi kemampuan mobilisasi klien. Casil 5 klien mampu

    melakukan mobilisasi dini. Pukul />./# 6B menya%ikan diit sore. Casil 5 klien makan habis /

    porsi. Pukul /?.## 6B mengan%urkan klien untuk tetap mempertahankan asupan cairan

    ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau melakukannya. Pukul /$.## 6B mengan%urkan klien

    untuk tetap mempertahankan asupan cairan ?##ml. Casil 5 klien mengerti dan mau

    melakukannya

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B

    Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    30/38

    8. Berikan diit tinggi kalori tinggi protein.

    >. olaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi.

    '. 9+aluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi.

    Diagnosa &

    angguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah ditandai denganData Subyektif 5 222222

    Data .## 6B merapihkan tempat tidur. Casil 5 tempat tidur tampak bersih dan kering.

    Pukul /#.## 6B melakukan obser+asi keadaan kulit daerah insisi pembedahan. Casil 5 kondisi

    luka di batang femur tampak basah dan berdarah.

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/#

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    31/38

    Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.

    .## 6B mengganti alat tenun yang kotor. Casil 5 tempat tidur tampak bersih dan

    kering. Pukul #$.## 6B melakukan obser+asi keadaan kulit daerah insisi pembedahan. Casil 5

    kondisi luka di batang femur tampak basah dan berdarah.

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B

    Subyektif 5 lien mengatakan sulit berakti+itas.

    #4*, hasil pemeriksaan laboratorium leukosit dalam batas normal ( ?.###2

    /#.###3ul*.

    Rencana tindakan

    /. Lakukan peraatan luka sesuai protocol.

    ". olaborasi pemberian antibiotika sesuai indikasi.

    &. Analisa hasil pemeriksaan laboratorium (Citung darah lengkap, L9D, ultur dan sensiti+itas

    luka3serum3tulang*

    7.

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    32/38

    Tanggal /7 !uli "#/#

    Pukul #>.## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan darah /"#3'# mmCg,

    nadi >7 E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84.Pukul /#.## 6B melakukan peraatan

    luka. Casil 5 luka tampak bersih, tertutup elastic +erband.. Pukul /".## 6B memberikan terapi

    4efadroEil & E ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai program melalui oral. Pukul /#./# 6B

    melakukan peraatan luka. Casil 5 kondisi luka bersih, tertutup elastic +erband. Pukul /#.7#6B mengka%i tanda2tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa*. Casil 5 tidak ada

    tanda2tanda infeksi (kalor, dolor, tumor, rubor, dan fungsiolesa*. Pukul "#.## 6B memberikan

    terapi 4efadroEil & E ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai program melalui oral.

    9+aluasi eperaatan

    Tangal /? !uli "#/#

    Subyektif 5 22222

    .## 6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan

    darah /"#3'# mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84.Pukul /".## 6B

    memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui

    oral. Pukul /#.## 6B melakukan peraatan luka menge+aluasi tanda2tanda peradangan.. Casil

    5 kondisi luka tertutup elastic +erband dan tidak ada tanda2tanda radang. Pukul "#.## 6B

    memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui

    oral

    9+aluasi eperaatan

    Tangal /8 !uli "#/#

    Subyektif 5 22222

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    33/38

    Pelaksanaan eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/#

    Pukul #7.## 6B memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan

    program melalui oral. Pukul #>.##6B melakukan obser+asi tanda2tanda +ital, hasil tekanan

    darah /"#3'# mmCg, nadi '# E3menit, pernafasan "# E3menit, suhu &84 Pukul /#.## 6Bmelakukan peraatan luka dan menge+aluasi tanda2tanda peradangan. Casil 5 kondisi luka

    tertutup elastic +erband, tidak ada tanda2tanda peradangan. Pukul /".## 6B memberikan

    terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan program melalui oral. Pukul

    "#.## 6B memberikan terapi 4efadroEil ?##mg3oral. Casil 5 obat masuk sesuai dengan

    program melalui oral

    9+aluasi eperaatan

    Tanggal /8 !uli "#/# Pukul "#./? 6B

    Subyektif 5 22222

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    34/38

    Pada tahap pengka%ian di temukan perbedaan antara teori dengan kasus. Secara teori

    ditemukan adanya kelainan deformitas dan krepitasi, tetapi pada kasus tidak ditemukan

    adanya deformitas dan krepitasi, karena klien sudah dilakukan pemasangan plate dan scre

    se%ak / minggu yang lalu, karena proses penyembuhan sedang berlangsung.

    -ntuk etiologi dan predisposisi ter%adinya fraktur serta penatalaksanaan medis tidakditemukan adanya kesen%angan.

    0aktor pendukung yaitu pada pengka%ian keperaatan klien terlihat kooperatif saat dilakukan

    pemeriksaan. Sedangkan faktor penghambat yaitu data2data yang ada pada status klien tidak

    terdokumentasikan dengan lengkap. Pemecahan masalahnya yaitu dengan cara bertanya

    kembali kepada klien ataupun keluarga klien serta pada peraat yang bertanggung%aab di

    ruangan tersebut.

    B. Diagnosa eperaatan

    Pada diagnosa keperaatan pada klien dengan fraktur femur sinistra di dalam teori terdapat >

    diagnosa keperaatan. Sedangkan pada kasus Tn. S dengan fraktur femur sinistra terdapat 7

    diagnosa keperaatan. Adapun diagnosa yang muncul pada teori tetapi tidak muncul pada

    kasus adalah 5

    /. Risiko disfungsi neuro+askuler perifer b3d penurunan aliran darah (cedera +askuler, edema,

    pembentukan trombus*. Diagnosa ini tidak muncul dikarenakan pada saat pengka%ian tidak

    ditemukan data yang menun%ang mengenai disfungsi neuro+askular yaitu akral hangat, tidak

    pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif alaupun terbatas dengan bantuan minimal.

    ". angguan pertukaran gas b3d perubahan aliran darah, emboli, perubahan membran

    al+eolar3kapiler (interstisial, edema paru, kongesti*, diagnosa ini tidak dimunculkan pada

    kasus karena klien menun%ukkan adanya kebutuhan oksigenasi yang terpenuhi dengan baik.hal

    ini dibuktikan dengan tidak ditemukannya keluhan berupa sesak nafas.&. urang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b3d kurang

    terpa%an atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang

    akurat3lengkapnya informasi yang ada. Diagnosa ini tidak muncul karena pada saat pengka%ian

    ditemukan data baha klien mengerti tentang penyakitnya yaitu klien dapat menyebutkan

    penyebab, tanda dan ge%ala yang timbul, persiapan yang harus dilakukan sebelum operasi, dan

    alasan mengapa harus dilakukan tindakan pembedahan.

    Pada tahap ini yang men%adi faktor pendukung yaitu berdasarkan hasil analisa data

    ditemukannya data2data yang mengacu pada diagnosa keperaatan yang muncul.

    Selain itu faktor penghambat yang muncul yaitu ada beberapa data atau informasi yang kuranglengkap pada saat pengka%ian sehingga penulis sedikit kesulitan dalam menegakkan diagnosa.

    Tetapi dengan cara mengka%i ulang dan mengumpulkan informasi lebih lengkap lagi maka

    diagnosa pun dapat ditegakkan.

    4. Perencanaan eperaatan

    Pada tahap perencanaan keperaatan terdapat perbedaan antara teori dengan kasus. Dimana

    pada teori tidak dicantumkan aktu karena tidak dapat diidentifikasi, sedangkan pada kasus

    aktu dibutuhkan untuk program tercapainya tu%uan keperaatan. Berdasarkan hirarki

    1aslos rumusan masalah keperaatan disesuaikan dengan prioritas.

    Pada penentuan prioritas, disesuaikan dengan yang ada pada teori. Diagnosa gangguan rasa

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    35/38

    nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan men%adi diagnose prioritas

    karena apabila nyeri tidak diatasi maka akan mengganggu kenyamanan klien selain itu nyeri

    merupakan sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan bagi pasien

    berkaitan dengan kerusakan %aringan. Sehingga nyeri dapat merupakan factor utama yang

    menghambat kemampuan dan keinginan indi+idu untuk pulih dari suatu penyakit. (Asmadi,

    "##'*

    Diagnosa keperaatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

    neuromuskuler, men%adi diagnose kedua karena %ika tidak diatasi akan mengakibatkan

    komplikasi yaitu atrofi otot. Diagnosa ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan

    dengan insisi bedah karena %ika tidak diatasi akan menyebabkan ter%adinya abrasi kulit yang

    semakin luas yang memungkinkan bakteri berkembang biak sehingga ter%adi infeksi. Diagnose

    keempat yaitu resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme

    pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate*, %ika tidak diatasi maka akan ter%adi

    infeksi.

    0actor pendukung yang penulis dapatkan pada penyusunan perencanaan adalah adanya

    bantuan dari peraat senior dan kaan2kaan mahasisa dalam membuat rencana

    keperaatan. Tidak ditemukan faktor penghambat dalam penyusunan perencanaan

    keperaatan.

    D. Pelaksanaan eperaatan

    Dalam tahap pelaksanaan, tindakan keperaatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telahdibuat dan semua tindakan yang dilakukan pada klien didokumentasikan ke dalam catatan

    keperaatan.

    Ada beberapa rencana tindakan yang tidak dapat dilaksanakan. Pada diagnose yang pertama

    penulis tidak mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, bebat3gips,

    traksi karena tahap penyembuhan tulang klien telah pada tahap penyembuhan ke dua yaitu

    tahap proliferasi seluler dan klien sudah diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tidak

    melakukan kompres dingin pada daerah yang sakit. Cal ini dikarenakan klien post op

    pemasangan plate hari ke F ' dan kondisi luka masih basah, tidak melakukan perubahan posisi

    karena klien sudah dapat bermobilisasi dini.

    Pada diagnosa kedua yaitu gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

    neuromuskuler, penulis tidak melakukan perubahan posisi secara periodic dikarenakan pasien

    sudah dapat bermobilisasi. Pada diagnose ketiga yaitu gangguan integritas kulit berhubungan

    dengan, insisi bedah rencana tindakan yang tidak dapat direalisasikan adalah massase kulit di

    daerah penon%olan tulang dan area distal gips karena klien pada tanggal /7 !uli "#/# gips

    sudah tidak terpasang. Pada diagnose keempat yaitu resiko ter%adinya infeksi berhubungan

    dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate*, ada

    rencana tindakan yang tidak dapat direalisasikan yaitu melakukan kolaborasi dalam

    pemeriksaan laboratorium (leukosit* karena tidak ditemukan tanda2tanda infeksi.

    0aktor pendukung yang penulis dapatkan adalah keluarga yang sangat kooperatif dan mau

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    36/38

    beker%a sama saat dilakukan tindakan keperaatan. 0actor penghambat yang penulis temukan

    adalah adanya keterbatasan aktu dalam melaksanakan tindakan keperaatan, serta

    keterbatasan alat yang digunakan untuk melakukan peraatan luka. Alternati+e pemecahan

    masalah yang penulis lakukan adalah dengan memanfaatkan aktu seefisien mungkin dan

    meminimalkan penggunaan alat2alat sehingga kesterilan alat dapat ter%aga

    9. 9+aluasi eperaatan9+aluasi merupakan tahap akhir dalam penulisan proses kepeaatan, pada e+aluasi ini penulis

    menilai se%auh mana tu%uan keperaatan dapat dicapai dari 7 diagnosa pada kasus Tn. S.

    Setelah die+aluasi, semua diagnose keperaatan yang telah dibuat sebelumnya masalah belum

    teratasi,dan tu%uan keperaatan belum tercapai.

    Pada diagnose gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

    %aringan, hasil e+aluasi adalah masalah keperaatan belum teratasi. Cal ini dibuktikan dengan

    adanya keluhan nyeri pada daerah pemasangan plate dan scre.

    Diagnosa gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro+askuler, belum

    teratasi karena klien masih terpasang plate.

    Diagnosa gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah belum teratasi karena

    pada tanggal /8 !uli "#/#, kondisi luka pada batang femur masih tampak basah dan

    mengeluarkan darah. Diagnosa resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya

    mikroorganisme pathogen karena tindakan in+asi+e (pemasangan plate* belum teratasi karena

    klien masih terpasang plate dan scre. eadaan pemasangan plate dan scre ini masih

    beresiko terhadap ter%adinya infeksi.

    0aktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan e+aluasi keperaatan adalah adanya

    bantuan dari peraat ruangan dan rekan mahasisa dalam memberikan askep pada klien,serta dengan adanya informasi dari tenaga medis lainnya, %uga adanya criteria hasil yang sudah

    penulis buat sebelumnya sehingga dapat di %adikan pedoman dalam menentukan apakah tu%uan

    tercapai atau belum.

    0actor penghambat yang penulis temukan adalah adanya keterbatasan aktu yang diberikan

    kepada penulis untuk memberikan asuhan keperaatan pada Tn. S. Alternati+e pemecahan

    masalah yang penulis lakukan adalah dengan mengkonfirmasikan3mendelegasikan perencanaan

    keperaatan yang belum dapat dilakukan oleh penulis kepada peraat di ruangan untuk

    melan%utkan sehingga e+aluasi dapat dilakukan secara tuntas.

    BAB :

    P9;-T-P

    A. esimpulan

    Berdasarkan hasil pengka%ian pada Tn. S dengan diagnosa 0raktur 0emur Sinistra Post

    Pemasangan Plate dan Scre, diperoleh data baha lien mengeluh nyeri pada daerah

    pemasangan plate dan scre, kualitas nyeri seperti berdenyut, intensitas hilang timbul,

    karakteristik nyeri setempat, nyeri timbul pada saat klien melakukan pergerakan atau

    perubahan posisi dan akan berkurang %ika klien beristirahat atau diberikan obat analgetik,

    klien mengeluh sulit melakukan akti+itas karena terasa nyeri %ika melakukan pergerakan.

    Pada diagnosa keperaatan yang muncul pada kasus %uga terdapat dalam teori klien fraktur

    femur adalah tu%uh diagnosa, tiga diagnosa keperaatan tidak terdapat dalam kasus. Cal ini

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    37/38

    dikarenakan tidak ada data yang menun%ang untuk menegakkan diagnosa keperaatan

    tersebut. Adapun diagnosa yang muncul pada kasus adalah gangguan rasa nyaman nyeri

    berhubungan dengan terputusnya kontinuitas %aringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan

    dengan kerusakan neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah,

    dan resiko ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen akibat

    tindakan in+asi+e (pemasangan plate*.

    Pada tahap perencanaan, rencana keperaatan disusun sesuai dengan masalah keperaatan.

    Dalam memprioritaskan masalah keperaatan dilihat dari kebutuhan dan kondisi klien pada

    saat pengka%ian.

    Pada tahap pelaksanaan tindakan keperaatan disesuaikan dengan rencana keperaatan yang

    telah dibuat dan didokumentasikan pada catatan keperaatan. Penulis melakukan tindakan

    keperaatan antara lain adalah mengka%i lokasi dan karakteristik nyeri, yaitu nyeri pada derah

    pemasangan plate dan scre dengan skala nyeri 7, menga%arkan teknik relaksasi nafas dalam

    dan memberikan posisi nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan obser+asi

    tanda2tanda +ital, melakukan peraatan luka dengan tehnik septic dan aseptic agar luka

    bersih dan bebas dari infeksi yaitu melakukan tehnik aseptic seperti mencuci tangan sebelum

    melakukan tindakan keperaatan dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan,

    sedangkan peraat ruangan khususnya 1ahoni 66 dalam melakukan tindakan keperaatan tidak

    melakukan komunikasi terapeutik, tidak mendokumentasikan tindakan keperaatan yang telah

    dilakukan serta tidak memperhatikan tehnik aseptik.

    nyaman sehingga klien lebih rileks dan nyaman, melakukan obser+asi tanda2tanda +ital,

    melakukan peraatan luka dengan tehnik septic dan aseptic agar luka bersih dan bebas dari

    infeksi yaitu melakukan tehnik aseptic seperti mencuci tangan sebelum melakukan tindakan

    keperaatan dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan, sedangkan peraatruangan khususnya 1ahoni 66 dalam melakukan tindakan keperaatan tidak melakukan

    komunikasi terapeutik, tidak mendokumentasikan tindakan keperaatan yang telah dilakukan

    serta tidak memperhatikan tehnik aseptik.

    Pada tahap e+aluasi yang di lakukan pada tanggal /8 !uli "#/# dari empat diagnosa

    keperaatan yang ada tu%uan belum tercapai dan masalah keperaatan belum teratasi semua.

    Adapun diagnosa yang belum teratasi adalah gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan

    terputusnya kontinuitas %aringan, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

    rangka neuromuskuler, gangguan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah, dan resiko

    ter%adinya infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme pathogen karena tindakan

    in+asi+e (pemasangan plate*.

    B. Saran-ntuk peraat

    a. Cendaknya setiap memberikan asuhan keperaatan harus di dokumentasikan dengan baik

    dan benar untuk mempertanggung %aabkan keadaan klien setelah dilakukan tindakan

    keperaatan.

    b. Cendaknya setiap memberikan tindakan keperaatan seperti peraatan luka dan peraatan

    infuse harus meperhatikan tekhnik septic dan aseptic yaitu mencuci tangan sebelum

    melakukan tindakan keperaatan dan men%aga kesterilan alat dalam melakukan tindakan

    keperaatan agar tidak ter%adi infeksi setelah dilakukan tindakan keperaatan.

    DA0TAR P-STAA

  • 7/25/2019 BAB I ACAa

    38/38

    Asmadi. "##'. onsep dan Aplikasi ebutuhan Dasar lien. !akarta 5 Salemba 1edika

    4orin, 9li=abeth !. "##/. Buku Saku Patofisiologi. 1onica 9ster, Pener%emah !akarta5 94

    1arilyn, 9. Doenges, et2al. "###. Rencana Asuhan eperaatan. 9disi &. 1onica 9ster,

    Pener%emah !akarta594

    1uttakin, Arif. "##'. Buku A%ar Asuhan eperaatan lien Dengan angguan Sistem

    1uskuloskeletal. !akarta 5 94

    Potter, Patricia A. "##?. Buku A%ar 0undamental eperaatan, :olume /. 9disi 7. Renata

    omalasari, Pener%emah. !akarta5 94

    Price, Syl+ia Anderson. "##8. Patofisiologi5 konsep klinis proses2proses penyakit.

    9disi 8. Brahm -. Pendit, Pener%emah. !akarta5 94

    Schart=, Seymour 6. "###. 6ntisari prinsip2prinsip 6lmu Bedah. 9disi 8. !akarta5

    94

    Smelt=er dan Bare. "##". Buku A%ar eperaatan 1edikal Bedah :olume 66. 9disi '. Agung

    aluyo, Pener%emah. !akarta 5 94