bab ii apeksogenesis

6
7/23/2019 BAB II Apeksogenesis http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 1/6 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Apeksogenesis Kerusakan pada gigi anak sering kali tidak diperhatikan, pada anak ada tiga tahapan gigi yaitu periode gigi sulung, periode gigi bercampur dan periode gigi tetap muda dan tiap periode ini mempunyai pengaruh yang besar dalam kesehatan secara umum, bila terjadi kerusakan pada gigi dan dibiarkan maka akan mengakibatkan keparahan yang lebih lanjut yaitu berlanjut ke ruang pula. Proses terbukanya ruang  pulpa bisa disebabkan oleh berbagai macam hal contohnya karena ada proses karies, fraktur gigi, dan ketidaksengajaan dalam melakukan prepaarasi gigi. Salah satu periode gigi anak yang penting adalah periode gigi tetap muda,  periode ini berlangsung saat gigi sulung baru tanggal dan baru digantikan dengan gigi tetap, berbeda dengan gigi sulung bila terjadi kerusakan pada gigi tetap muda yang  parah dan harus dilakukan pencabutan tidak ada pengganti dari gigi tetap muda tersebut. Ada berbagai macam tingkaqt kerusakan pada gigi tetap muda bila gigi tetap muda pulpanya terbuka bisa dilakukan perawatan apeksogenesis.  Apeksogenesis merupakan salah satu perawatan pada gigi permanen muda dengan mempertahankan  pulpa yang vital dan atau menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel dengan  bertujuan agar pembentukan akar dan pematangan apeks dapat dilanjutkan. Perawatan apeksogenesis hampir sama dengan perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung. Apeksogenesis dilakukan pada gigi tetap muda yang masih vital tetapi dengan  pulpa yang terbuka besar sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi jaringan pulpa, dan bila pulpa tidak terbuka kurang dari ! jam karena pulpa yang terbuka terlalu lama bisa menyebabkan kontaminasi bakteri ke saluran akar. "ujuan dari apeksogenesis adalah mempertahankan jaringan pulpa di saluran akar agar tetap vital sehingga dapat melangsungkan pertumbuhan akar atau penutupan apical. Kesehatan gigi tetap muda juga perlu dipertahankan untuk pencegahan terhadap infeksi, oklusi yang baik, mastikasi yang baik, kenyamanan pasies dan estetik.

Upload: tara-amanda-putri

Post on 18-Feb-2018

863 views

Category:

Documents


83 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 1/6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Apeksogenesis

Kerusakan pada gigi anak sering kali tidak diperhatikan, pada anak ada tiga

tahapan gigi yaitu periode gigi sulung, periode gigi bercampur dan periode gigi tetap

muda dan tiap periode ini mempunyai pengaruh yang besar dalam kesehatan secara

umum, bila terjadi kerusakan pada gigi dan dibiarkan maka akan mengakibatkan

keparahan yang lebih lanjut yaitu berlanjut ke ruang pula. Proses terbukanya ruang

 pulpa bisa disebabkan oleh berbagai macam hal contohnya karena ada proses karies,

fraktur gigi, dan ketidaksengajaan dalam melakukan prepaarasi gigi.

Salah satu periode gigi anak yang penting adalah periode gigi tetap muda,

 periode ini berlangsung saat gigi sulung baru tanggal dan baru digantikan dengan gigi

tetap, berbeda dengan gigi sulung bila terjadi kerusakan pada gigi tetap muda yang

 parah dan harus dilakukan pencabutan tidak ada pengganti dari gigi tetap muda

tersebut.

Ada berbagai macam tingkaqt kerusakan pada gigi tetap muda bila gigi tetap

muda pulpanya terbuka bisa dilakukan perawatan apeksogenesis. Apeksogenesis

merupakan salah satu perawatan pada gigi permanen muda dengan mempertahankan

 pulpa yang vital dan atau menyingkirkan pulpa yang terinflamasi reversibel dengan

 bertujuan agar pembentukan akar dan pematangan apeks dapat dilanjutkan. Perawatan

apeksogenesis hampir sama dengan perawatan pulpotomi vital pada gigi sulung.

Apeksogenesis dilakukan pada gigi tetap muda yang masih vital tetapi dengan

 pulpa yang terbuka besar sehingga kemungkinan terjadi kontaminasi jaringan pulpa,

dan bila pulpa tidak terbuka kurang dari ! jam karena pulpa yang terbuka terlalu

lama bisa menyebabkan kontaminasi bakteri ke saluran akar.

"ujuan dari apeksogenesis adalah mempertahankan jaringan pulpa di saluran

akar agar tetap vital sehingga dapat melangsungkan pertumbuhan akar atau penutupan

apical. Kesehatan gigi tetap muda juga perlu dipertahankan untuk pencegahan

terhadap infeksi, oklusi yang baik, mastikasi yang baik, kenyamanan pasies dan

estetik.

Page 2: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 2/6

#eberapa faktor yang mempengaruhi keputusan gigi desidui dipertahankan$

%. &edical history, indikasi dan kontra indikasi dilihat dan penyakit sitemik yang

ada seperti kelainan jantung, imuno'defisiensi, anak'anak dengan penyembuhan

 penyakit yang jelek. (ntuk perawatan endodontik merupakan kotra indikasi. Selain

itu juga faktor behaviour anak perlu diperhatikan. Keberhasilan perawatan gigi anak 

adalah penguasaan psychologi anak. Anak yang sulit ditangani diperlukan penanganan

yang khusus.

!. #eberapa faktor gigi yang akan menjadi pertimbangan lain adalah apakah gigi

dapat direstorasi, dan perlukah gigi dipertahankan dengan melihat perkembangan gigi

 pengganti, posisi terhadap lengkung rahang serta jaringan pendukung gigi.

Pemeriksaan Radiografis

#anyak digunakan dalam kedokteran gigi. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan

Periapikal )PA* film dan #itewing )#+* film

B. Indikasi dan Kontra Indikasi

Setiap perawatan pasti mempunyai indikasi dan kontra indikasi, perawatan ini

dapat mengalami kegagalan bila tidak berhati'hati memilih kasus oleh karena itu

sangat penting untuk memperhatikan indikasi dan kontra indikasi

%* ndikasi apeksogenesis

a* -igi tetap muda vital b* Peradangan ringan

c* "idak ada peradangan periapikal

d* Pulpa terbuka kurang dari ! jam

e* Kerusakan pada pulpa koronal sedangkan pulpa radicular dalam keadaan sehat

!* Kontra indikasi apeksogenesis

a* Pada gigi yang sudah goyang

 b* pada gigi yang fraktur mahkota dan akar yang berat

c* gigi dengan fraktur akar yang horiontal yang berada dekat dengan gingival

d* gigi karies yang tidak dapat ditumpat lagi

e* pembengkakan akibat peradanganf* perdarahan berlebihan setelah amputasi

Page 3: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 3/6

g* pembengkakan akibat peradanan

C. BAHAN Ca(OH! DA"AM PERA#A$AN APEKSO%ENESIS

Kalsium hidroksida adalah garam dasar putih, berkristal,mudah larut yang

terpisah menjadi ion kalsium dan ion hidroksil dalam larutan dan kandungan alkali

yang tinggi )p/ %%*. 0odman ialah yang pertama menggunakan kalsium hidroksida

karena sifat antimikrobanya dan kemampuannya merangsang pembentukan jaringan

keras.

"erdapat beberapa teori bagaimana kalsium hidroksida merangsang

 pembentukan jaringan keras. "ermasuk kandungan alkali yang tinggi )p/ %%*,

yangmenghasilkan lingkungan menguntungkan untuk pengaktifan alkalin fosfatase,

suatu enim yang terlibat dalam mineralisasi. on kalsium mengurangi permeabilitas

 bentuk kapiler baru dalam jaringan yang diperbaiki, menurunkan jumlah cairan

intersel dan meningkatkan konsentrasi ion kalsium yang diperoleh dari pasokan darah

di awal mineralisasi. /al ini dapat memiliki dua efek pada mineralisasi, dapat

memberikan sumber ion kalsium untuk mineralisasi, dan dapat merangsang aktivitas

kalsium pyrophosphatase, yang mengurangi tingkat ion pyrophosphatase penghambatmineralisasi dalam jaringan.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kalsium hidroksida membentuk jembatan

dentin ketika ditempatkan berkontak dengan jaringan pulpa. Kalsium hidroksida harus

 berkontak dengan jaringan untuk terjadinya mineralisasi. Permulaannya, ona

nekrotik dibentuk berbatasan dengan bahan, dan tergantung pada p/ bahan kalsium

hidroksida, jembatan dentin langsung dibentuk berlawanan dengan ona nekrotik atau

ona nekrotik diresorbsi dan diganti dengan jembatan dentin. Pembatas ini tidak 

selalu sempurna. on kalsium dalam kalsium hidroksida tidak menjadi tergabung

dalam bentuk jaringan keras.

Perawatan kalsium hidroksi juga telah menunjukkan penurunan efek bakteri

dihubungkan dengan lipopolisakarida )1PS*. /al ini dapat menghidrolisis lipid dari

 bakteri 1PS dan dapat mengeliminasi kemampuan 1PS menstimulasi produksi

nekrosis tumor faktor alpha pada monosit darah perifer. Aksi ini menurunkan

kemampuan bakteri merusak jaringan. Kemampuan untuk mencegah penetrasi bakteri

ke dalam pulpa mempengaruhi pertahanan pulpa secara signifikan.

Page 4: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 4/6

(ntuk efek antimikroba dari kalsium hidroksida berhubungan dengan

kemampuan bahan membunuh bakteri yang ada dan mencegah bakteri masuk lagi dari

rongga mulut ke dalam pulpa. Sifat antimikroba dari kalsium hidroksida berasal dari

 beberapa faktor. p/ yang tinggi menghasilkan lingkungan yang tidak baik untuk 

 pertumbuhan bakteri. Ada tiga mekanisme kalsium hidroksida merangsang lisis

 bakteri, ion hidroksil menghancurkan phospholipids sehingga membran sel

dihancurkan, adanya kadar alkali yang tinggi merusak ikatan ion sehingga protein

 bakteri dirubah, dan ion hidroksil bereaksi dengan 23A bakteri, menghambat

replikasi.

Kalsium hidroksida diindikasikan untuk gigi permanen anak'anak yang melibatkan

 pulpa dengan apeks akar yang belum terbentuk sempurna. 4ika perawatan

membutuhkan radiopaqsity, gigi permanen anterior pada anak dengan apeks terbuka

lebar yang mengalami fraktur saat olahraga atau kecelakaan, atau gigi posterior 

dengan apeks terbuka yang juga memiliki pembukaan karies kecil yang asimtomatik,

dapat digunakan kalsium hidroksida

D. $EKNIK PERA#A$AN APEKSO%ENESIS DEN%AN BAHAN Ca(OH!

  Pulpotomi konvensional pada gigi anterior dengan fraktur mahkota mengenai

 pulpa lebih dari !5 jam dan dalam keadaan apeks terbuka, dapat digolongkan ke

dalam indikasi apeksogenesis. Sebelum melakukan perawatan apeksogenesis, terlebih

dahulu harus dilakukan pemeriksaan radiografi untuk memastikan keadaan gigi baik 

secara fisiologis dan patologis sehingga dapat dilakukan perawatan.

  (ntuk gigi yang akan dilakukan perawatan apeksogenesis harus dilakukan

anestesi lokal terlebih dahulu karena keadaan pulpa yang masih vital, lalu lakukan

 pemasangan isolator karet dan desinfektan pada area kerja dengan antiseptik. #uat

arah masuk ke kamar pulpa dengan bur steril dengan pendingin air secara terus

menerus, dimana semua atap pulpa dibuang tidak boleh ada dentin yang menggantung

ataupun tanduk pulpa yang tertinggal.

  #agian koronal pulpa di ambil dengan ekskavator yang besar, tajam, dan steril

atau bisa juga dengan menggunakan kuret periodontal. Pengangkatan jaringan

dilakukan pada jaringan pulpa yang lunak. (ntuk gigi anterior dengan morfologi

kamar pulpa yang kecil dan saluran akar yang tidak jelas, diperlukan suatu bur untuk 

mengangkat jaringan pulpa bagian mahkota. 2an sepertiga dari servikal harus

Page 5: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 5/6

diambil, usahakan sebanyak mungkin jaringan yang tertinggal dalam saluran akar 

untuk memungkinkan maturasi seluruh pulpa.

  Setelah selesai pengangkatan jaringan pulpa, lakukan irigasi secara perlahan

dengan air steril untuk membersihkan sisa dentin yang tertinggal, pendarahan yang

terjadi dapat dikendalikan dengan meletakan kapas basah steril diatas potongan pulpa.

Ketika pendarahan berhenti, kamar pulpa disterilkan.

  Sediakan kalsium hidroksida dalam bentuk pasta yang dibuat dengan air atau

 pasta komersial yang terdiri dari kalsium hidroksida dan methyl cellulose )pulpdent*

kemudian aplikasikan pada pulpa yang telah di amputasi. Padatkan dan tekan pada

 pulpa dengan menggunakan gulungan kapas steril. 2apat juga menggunakan kalsium

hidroksida yang dalam bentuk pasta cepat mengeras )dycal*.

Pengisian dengan kalsium hidroksida pada pulpa paling tidak % sampai ! mm,

lalu aplikasikan suatu bahan dasar semen )seng'oksida'eugenol atau seng fosfat*, lalu

tutup dengan restorasi sementara atau restorasi akhir bisa dengan bahan resin

komposit atau -0.

%am&ar !. Perawatan apeksogenesis dengan bahan 0a)6/*!, adanya karies

 pada daerah kamar pulpa dan akar yang belum sempurna.

7valuasi dari hasil perawatan apeksogenesis dapat dilakukan melalui dua cara.

Pertama, setelah dilakukan perawatan dan akar tertutup sempurna, pulpa vital tetap

dapat terjaga dan pulpotomi dengan bahan 0a)6/*! masih dapat dipertahankan

Page 6: BAB II Apeksogenesis

7/23/2019 BAB II Apeksogenesis

http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-apeksogenesis 6/6

dengan syarat pasien rajin melakukan kontrol secara berkala setiap 8 atau 9 bulan

sekali. Kedua, jika setelah perawatan dan akar telah tertutup sempurna, maka

 pulpotomi dengan bahan 0a)6/*! dapat dibongkar dan digantikan dengan teknik 

 pulpektomi dengan bahan gutta perca.

E. $anda Pen'am&)an

%* "idak ada tanda tanda: gejala penyakit pulpa atau periapikal

!* Pembentukan dentin

8* #ridge of calsification dibawah 0a'/ydro;yl

*. $anda kegaga+an

%* Adanya kontaminasi bakteri

!* "idak ada penutupan apikal

8* -ejala sakit , sensitif terhadap tekanan

5* "anda tanda saluran sinus, bengkak, kerusakan probing, radiolusen periapikal

<* 2iikuti hilangnya 0a'/ydro;ide dari ruangan saluran

6) Pertumbuhan jaringan granuloma lebih ke bawah sehingga file yang lebih

 pendeksaja menyebabkan pendarahan