bab ii mei
DESCRIPTION
BAB ii ktdTRANSCRIPT
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Koligatif Larutan
Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut atau solvent.
Untuk larutan gula dalam air, gula merupakan zat terlarut dan air adalah pelarutnya.
Untuk larutan alkohol dalam air, tergantung zat yang banyak. Karena itu dapat
dikatakan larutan air dalam alkohol atau alkohol dalam air (Sukardjo, 1989).
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut
dalam larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut. Sifat-sifat ini
disebut sifat koligatif sebab sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama; dengan
kata lain, semua sifat tersebut tergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang
ada, apakah partikel-partikel tersebut atom, ion atau molekul. Yang disebut sebagai
sifat koligatif adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik
beku dan tekanan osmotik (Chang, 2003).
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan yang berhubungan dengan
titik-titik yang sesuai dari pelarut murni adalah konsekuensi dari penurunan tekanan
uap. Ketiga dari peristiwa ini dihasilkan dari penurunan kecenderungan melarikan
diri pada molekul pelarut yang disebabkan oleh adanya zat terlarut. Sifat kimia
alami zat terlarut tidak secara signifikan mempengaruhi besar sifat koligatif (Dillard
dan Goldberg, 1978).
2.2 Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat bersifat elektrolit atau
nonelektrolit. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan yang
bersifat elektrolit. Larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut
larutan yang bersifat nonelektrolit.
Pada larutan elektrolit, yang menghantarkan arus listrik adalah ion-ion yang
terdapat di dalam larutan tersebut. Pada elektroda negatif (katoda) ion positif
menangkap elektron (terjadi reaksi reduksi), sedangkan pada elektroda positif
(anoda) ion negatif melepaskan elektron (terjadi reaksi oksidasi). Jika di dalam
-
larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus
listrik (Romdhoni, 2010).
2.3 Kenaikan Titik Didih
Titik didih larutan bergantung pada kemudahan zat terlarutnya menguap. Jika zat
terlarutnya lebih mudah menguap daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih
rendah), maka titik didih larutan menjadi lebih rendah dari titik didih pelarutnya, atau
dikatakan titik didih larutan turun. Contohnya larutan etil alkohol dalam air titik
didihnya lebih rendah dari 100 C tetapi lebih tinggi dari 78,3 C (titik didih etil
alkohol 78,3 C dan titik didih air 100 C). Jika zat terlarutnya tidak mudah menguap
(tak-atsiri atau nonvolatile) daripada pelarutnya (titik didih zat terlarut lebih tinggi),
maka titik didih larutan menjadi lebih tinggi dari titik didih pelarutnya, atau
dikatakan titik didih larutan naik. Pada contoh larutan etil alkohol dalam air tersebut,
jika dianggap pelarutnya adalah etil alkohol, maka titik didih larutan juga naik.
Kenaikan titik didih larutan disebabkan oleh turunnya tekanan uap larutan. Berdasar
hukum sifat koligatif larutan, kenaikan titik didih larutan dari titik didih pelarut
murninya berbanding lurus dengan molalitas larutan.
Tb = Kb. m (Romdhoni, 2010)
Tb = kenaikan titik didih larutan.
Kb = kenaikan titik didih molal pelarut.
m = konsentrasi larutan dalam molal.
Gambar 2.1 Grafik Hukum Raoult
(Harnanto dan Ruminten, 2009)
-
2.4 Perbandingan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Berbeda dengan zat nonelektrolit, zat elektrolit dalam air akan terurai menjadi
ion-ion sehingga dengan jumlah mol yang sama, zat elektrolit akan menghasilkan
konsentrasi partikel yang lebih banyak dibandingkan zat non elektrolit. Satu mol zat
non elektrolit dalam larutan menghasilkan 6,02 1023
partikel. Sedangkan satu mol
zat elektrolit menghasilkan partikel yang lebih banyak, apalagi zat elektrolit kuat
yang dalam air terionisasi seluruhnya. Dengan demikian dengan konsentrasi larutan
yang sama, larutan elektrolit memiliki sifat koligatif yang lebih besar daripada
larutan non elektrolit. Perbandingan sifat koligatif larutan elektrolit yang terukur
dengan sifat koligatif larutan non elektrolit yang diharapkan pada konsentrasi yang
sama disebut faktor Vant Hoff (i).
Dengan demikian untuk larutan elektrolit berlaku rumus-rumus sifat koligatif
sebagai berikut:
Tb = m Kb i
Dimana :
i = 1 + (n - 1)
n = banyaknya ion
= derajat ionisasi
untuk elektrolit kuat ( = 1), harga i = n
(Pangajuanto dan Rahmidi, 2009).
Banyak ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat
ionisasinya (). Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar
daripada larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat
dan mendekati nol untuk larutan elektrolit lemah. Derajat ionisasi dirumuskan
sebagai berikut :
mulamulamolekuljumlah
teruraiyangzatmolekuljumlah
Perbandingan jumlah mol atau jumlah partikel setelah ionisasi dengan keadaan
semula adalah 1 + (n 1). Menurut Van Hoff, i = 1 + (n 1).
Jadi, i harus bernilai 1 untuk semua nonelektrolit. Untuk elektrolit kuat seperti
NaCl dan KNO3, i seharusnya 2 dan untuk elektrolit kuat seperti Na2SO4 dan MgCl2,
i seharusnya 3 (Chang, 2003).
-
2.5 Aplikasi KenaikanTitik DidihPengaruh Jenis dan Perbandingan Pelarut
terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar
Bunga mawar mempunyai nilai ekonomi tinggi selain sebagai bungapotong,
bunga pot, dan bungatabur, beberapa varietas juga mempunyai peluang untuk
dikembangkan sebagai bahan dasar absolut (minyak) mawar. Selain varietasmawar,
kandungan minyak atsiribunga juga dipengaruhi oleh waktu panen dan tingkat
kemekaranbunga, serta jenis dan perbandingan pelarut.
Minyak atsiri adalah salah satu hasil proses metabolisme dalam tanaman yang
terbentuk dari reaksi antara berbagai persenyawaankimia dengan air. Minyak atsiri
yang berasal dari mawar banyak digunakan untuk parfumkualitas tinggi dan industri
kosmetika.Produk pertama sebagai bahan bakuparfum disebut concrete, sebagai hasil
ekstraksibunga menggunakan pelarut.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkancampuran beberapa zat menjadi
komponen komponen yang terpisah. Perbandingan pelarut yang tepat diperlukan
dalam upaya untuk mendapatkanrendemenconcrete dan absolutmawar yang tinggi
dengan mutu yang baik. Ekstraksibungamawar dilakukan dengan metode ekstraksi
menggunakan 3 jenis pelarut organik yaitu heksana, petroleum eter dan
metilisobutilketon. Perbandingan bahan dan pelarut, yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3 (Amiarsi,
dkk., 2005).
-
Adapun flowchart dari aplikasi Kenaikan Titik Didih Pengaruh Jenis dan
Perbandingan Pelarut Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar adalah
sebagai berikut:
Mulai
Bunga mawar diekstraksi dengan pelarut
heksana dengan perbandingan 1:1
Diaduk 3 4 kali selama 3 menit per jam
Ditutup dan dibiarkan selama 12 jam
Larutan dipisahkan dengan cara penyaringan dan pemerasan
Dimasukkan ke dalam evaporator vakum berputar
pada suhu 35 40 oC dan tekanan 550 mmHg
Concrete diekstraksi dengan penambahan
etanol 96% pada suhu 50 60 oC
Diaduk selama 20 menit pada kecepatan 550
putaran/menit pada suhu 30 oC
Larutan disaring
Apakah larutan
sudah jernih?
Larutan didinginkan pada suhu 0 10 oC selama 1 hari
Ya
Tidak
A B
-
Larutan disaring
Apakah larutan
sudah jernih?
A
Apakah masih ada
pelarut lain?
Selesai
Tidak
Ya
B
Ya
Tidak
Gambar 2.1 Flowchart Uji Jenis dan Perbandingan Pelarut terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar
(Amiarsi, dkk., 2005)