kti fatkhi nurani h

81
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA PERIODE JANUARI s.d JUNI TAHUN 2016 Karya Tulis Ilmiah Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna Oleh Fatkhi Nurani H PSW.B.2013.IB.0010 YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2016

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 13-Apr-2017

58 views

Category:

Environment


2 download

TRANSCRIPT

  • FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BERAT BAYI LAHIR RENDAHDI RUANG TERATAI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA

    PERIODE JANUARI s.d JUNI TAHUN 2016

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di AkademiKebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    Oleh

    Fatkhi Nurani HPSW.B.2013.IB.0010

    YAYASAN PENDIDIKAN SOWITEAKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA

    KABUPATEN MUNA2016

  • LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendahdi Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

    Periode Januari s.d Juni Tahun 2016

    Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendahdi Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

    Periode Januari s.d Juni Tahun 2016

    Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya Tulis Ilmiah

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendahdi Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

    Periode Januari s.d Juni Tahun 2016

    Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    TIM PENGUJI

    1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (.)

    2. Sitti Arafah Thamrin, SST (.)

    3. Dina Asminatalia, S.Kep., Ns (.)

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    TIM PENGUJI

    1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (.)

    2. Sitti Arafah Thamrin, SST (.)

    3. Dina Asminatalia, S.Kep., Ns (.)

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

    LEMBAR PENGESAHAN

    Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna

    TIM PENGUJI

    1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes (.)

    2. Sitti Arafah Thamrin, SST (.)

    3. Dina Asminatalia, S.Kep., Ns (.)

    Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II

    Sitti Arafah Thamrin, SST Dina Asminatalia, S.Kep., Ns

    Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna

    Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes

  • RIWAYAT HIDUP

    A. Identitas Diri

    1. Nama : Fatkhi Nurani H

    2. Tempat/ tanggal lahir : Wulanga Jaya 2 Desember 1995

    3. Agama : Islam

    4. Suku/ Kebangsaan : Jawa/ Indonesia

    5. Alamat : Desa Sido Makmur, Kec. Tikep

    B. Identitas Orang Tua

    1. Nama Ayah dan Ibu : Suharyanto dan Siti Syamsu H

    2. Pekerjaan : PNS dan PNS

    3. Alamat : Desa Sido Makmur, Kec. Tikep

    C. Pendidikan

    1. TK PGRI Wulanga Jaya 2000-2002

    2. SD Negeri 13 Morundu Tahun 2002-2007

    3. SMP Negeri 1 Tikep Tahun 2007-2010

    4. SMA Negeri 1Tikep Tahun 2010-2013

    5. Terdaftar di Akademi Kebidanan Paramata Raha Tahun 2013 dan

    direncanakan selesai tahun 2016.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

    hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

    judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah di

    Ruang Teratai Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Periode Januari s.d

    Juni Tahun 2016. Adapun penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu

    syarat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan di Akademi Kebidanan

    Paramata Raha Kabupaten Muna.

    Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tidak henti penulis

    haturkan Sitti Arafah Thamrin, S.ST selaku Pembimbing I dan Dina Asminatalia,

    S.Kep.,Ns selaku Pembimbing II atas kesediaannya baik berupa waktu,

    bimbingan, motivasi, kesabaran, petunjuk, pengarahan, dan dorongan baik moril,

    maupun materil yang begitu sangat berharga.

    Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan

    dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-

    tingginya kepada:

    1. La Ode Muhlisi, A.Kep., M.Kes selaku Ketua Yayasan Pendidikan Sowite

    Kabupaten Muna dan selaku penguji yang telah memberikan kepercayaan dan

    kesempatan kepada penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta

    mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten

    Muna.

    2. Rosminah Mansyarif, S.Si.T.,M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan

    Paramata Raha, yang telah memberikan kesempatan, kepercayaan kepada

    penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah ini serta mengikuti pendidikan di

    Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna.

    3. Seluruh jajaran Dosen dan para staf Akademi Kebidanan Paramata Raha yang

    telah memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan

    penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

  • 4. Orang tuaku Ayahanda Suharyanto dan Ibunda Siti Syamsyu Hidayati yang

    paling kucintai dan kusayangi, yang telah memberikan segala dukungan baik

    moril maupun material serta doa restu dan kasih sayangnya yang tidak pernah

    putus selama mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha

    hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Allah tetap menjaga

    orang-orang yang paling kucintai dalam balutan rahmat dan hidayah-Nya.

    5. Kakak-kakaku yang tersayang Mbaen, Mas lukman, Mas madon, Mas yus

    dan adikku yusuf terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini

    6. Sahabat-sahabatku tersayang Anhi, Hikma, Waliati, Mira, Erna, Piana, Eda,

    Desi, Fifi, Rasni. yang selalu menghibur dan memberi semangat serta seluruh

    rekan-rekan tingkat III yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah

    berjuang bersama dan memberikan bantuan, motivasi serta doa selama

    mengikuti pendidikan di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten

    Muna.

    6. Semua pihak yang turut membantu dalam terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

    Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini

    masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

    bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya

    Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, maupun pihak lain

    yang membutuhkannya.

    Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Raha, Juli 2016

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul... i

    Lembaran Persetujuan... ii

    Lembar Pengesahan ...................................................................................... iii

    Riwayat Hidup .............................................................................................. iv

    Kata Pengantar .............................................................................................. v

    Daftar Isi........................................................................................................ vii

    Daftar Tabel .................................................................................................. ix

    Daftar Lampiran ............................................................................................ x

    Intisari ........................................................................................................... xi

    Bab I Pendahuluan... 1

    A. Latar Belakang.1

    B. Rumusan Masalah... 4

    C. Tujuan Peneltian.. 5

    D. Manfaat Penelitian... 5

    Bab II Tinjauan Pustaka7

    A. Telaah Pustaka. 7

    1. Tinjauan Umum tentang BBLR.7

    a. Pengertian BBLR.7

    b. Klasifikasi BBLR.8

    c. Penyebab BBLR...11

    d. Karakteristik BBLR. 12

    e. Manifestasi Klinis 14

    f. Penyakit pada BBLR14

    g. Komplikasi BBLR... 15

    h. Penatalaksanaan... 17

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR.20

    a. Faktor Ibu 20

    b. Faktor Janin. 28

    c. Faktor Lingkungan.. 31

  • B. Landasan Teori.32

    1. Pengertian BBLR...32

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR.32

    C. Kerangka Konsep.35

    D. Hipotesis Penelitian. 36

    Bab III Metode Penelitian.. 37

    A. Jenis dan Rancangan Penelitia.37

    B. Subyek Penelitian.37

    C. Waktu dan Tempat Penelitian..38

    D. Identifikasi Variabel Penelitian38

    E. Variabel dan Definisi Operasional...39

    F. Instrument Penelitian... 39

    G. Pengolahan dan Analisa Data . 40

    H. Jalannya Penelitian...42

    Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 43

    A. Hasil Penelitian.43

    B. Pembahasan..52

    Bab V Kesimpulan dan Saran.58

    A. Kesimpulan...58

    B. Saran.58

    Daftar Pustaka. 60

    Lampiran-lampiran

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1.Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir Di RuangKebidanan RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 48

    Tabel 2.Distribusi frekuensi responden ditinjau dari umur ibu di ruangteratai RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 48

    Tabel 3.Distribusi frekuensi responden ditinjau dari umur ibu di ruangteratai RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 49

    Tabel 4. Distribusi frekuensi responden ditinjau dari hamil ganda diruang teratai RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 49

    Tabel 5. Hubungan umur ibu dengan terjadinya BBLR di Ruang TerataiRSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 50

    Tabel 6. Hubungan pekerjaan ibu dengan terjadinya BBLR di RuangTeratai RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 51

    Tabel 7. Hubungan kehamilan ganda dengan terjadinya BBLR di RuangTeratai RSUD Kab. Muna Periode Januari Juni Tahun2016 52

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Surat Penelitian

    Lampiran 2 : Lembar checklist

    Lampiran 3 : Perhitungan Chi-square manual

    Lampiran 4 : Perhitungan SPSS

    Lampiran 5 : Telah melakukan penelitian

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak

    terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu

    perguruan tinggi, disepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

    pendapat yang pernah dan tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

    secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Raha, Juli 2016

    Fatkhi Nurani H

  • INTISARI

    Fatkhi Nurani H, 2013.IB.0010, Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadianBBLR di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Periode Januari s.d JuniTahun 2016, Pembimbing : 1. Siti Arafah Thamrin 2. Dina Asminatalia

    Latar Belakang: BBLR di Indonesia merupakan penyebab utama kematianneonatal yaitu sebesar 30,3% dan penyebab utama kematian pada bayi adalahgangguan perinatal. Di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna, jumlahpeningkatan BBLR tiap tahun bervariasi, di tahun 2016 pada periode Januari-Junijumlah BBLR sudah mencapai 18,9% dan yang meninggal akibat BBLR ada 9(3,2%)Metode penelitian: penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifatobservasional dengan menggunakan rancangan cross sectional dengan totalpopulasi yaitu semua bayi yang dirawat di ruang teratai berjumlah 274,pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.Hasil: Nilai P=0,028 lebih kecil dari nilai (0,05) berarti bahwa ada hubunganyang bermakna antara umur ibu dengan BBLR. Nilai P value (0,001) lebih kecildari (0,05) berarti bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan terjadinyaBBLR. nilai P (0,000) lebih kecil dari nilai (0,05) berarti bahwa ada hubunganantara kehamilan ganda dengan BBLR.Kesimpulan: Hasil menunjukkan adanya semua variabel memiliki hubungandengan terjadinya BBLR

    Kata kunci : BBLR, Umur ibu, Pekerjaan ibu, kehamilan gandaDaftar pustaka : 16 (2006-2016)

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Berat badan lahir merupakan indikator penting kesehatan bayi, faktor

    Determinan Kelangsungan hidup dan faktor untuk pertumbuhan fisik dan mental

    bayi di masa yang akan datang. Menurut United Nations Internasional

    Childrenss Emergency Fund (UNICEF) and World Health Organization (WHO),

    penurunan kejadian Berat Badan Lahir Rendah merupakan salah satu kontribusi

    penting dalam Millennium Development Goal (MDGs) untuk menurunkan

    kematian anak. Pencapaian tujuan dari MDGs dicapai dengan memastikan

    kesehatan anak pada awal kehidupannya dan BBLR merupakan salah satu

    indikator untuk menilai kemajuan dari tujuan MDGs ini. Namun, berat badan lahir

    masih merupakan masalah kesehatan di negara-negara berkembang, dengan

    perkiraan masih terdapat lebih dari 95% BBLR terjadi di negara berkembang

    (WHO, 2011).

    Prevalensi Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) menurut WHO pada tahun 2011

    diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan

    lebih sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosioekonomi rendah.

    Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara

    berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi

    dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam

    peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta

  • memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan

    (WHO, 2011).

    BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram

    dengan tidak memandang usia kehamilan (WHO. 2010). BBLR memberikan

    kontribusi sebesar 60-80% dari semua kematian neonatal. Prevalensi global

    BBLR adalah 15,5%. Yang berjumlah sekitar 20 juta BBLR lahir setiap tahun dan

    95,5% dari mereka berasal dari negara berkembang. Ada variasi yang signifikan

    dan pravelensi BBLR di beberapa negara, dengan insiden tertinggi di ASIA

    tengah 27,1% dan terendah di Eropa 6,4% BBLR dapat disebabkan karena

    premature/kelahiran sebelum 37 minggu umur kehamilan. (WHO. 2013)

    Hingga saat ini BBLR merupakan masalah diseluruh dunia karena merupakan

    penyebab kesakitan dan kematian pada masa bayi baru lahir. Kelahiran bayi

    BBLR sampai saat ini masih bertanggung jawab atas dua pertiga kematian bayi.

    Angka kematian dan kesakitan pada bayi BBLR lebih tinggi 3 sampai 4 kali

    daripada pada bayi-bayi dengan berat lahir normal (Maryunani, 2013)

    Salah satu faktor risiko yang berkontribusi besar terhadap kematian bayi

    terutama pada masa perinatal yaitu berat bayi lahir rendah. Berdasarkan laporan

    Save The Childrens, salah satu penyebab utama tingginya angka kematian bayi

    pada hari pertama di Sub-Sahara Afrika dan Asia yaitu tingginya jumlah kelahiran

    BBLR (Wrigh dkkt, 2014).

    Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Faktor-faktor

    tersebut dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung terhadap kejadian

    BBLR, diantaranya umur ibu, paritas, ras, faktor keluarga, orang tua, pertambahan

  • berat badan, riwayat kehamilan terdahulu, hipertensi, preeclampsia, anemia,

    oedem, komplikasi kehamilan, ukuran plasenta dan status sosial seperti ekonomi,

    status gizi dan lingkungan sekitar. (Prawirohardjo, 2010).

    Demikian juga halnya di Indonesia, penyebab utama kematian neonatal adalah

    BBLR yaitu sebesar 30,3% dan penyebab utama kematian pada bayi adalah

    gangguan perinatal (Kemenkes, 2010p). BBLR berisiko mati pada periode

    neonatal dini 6 kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal dan Berat Bayi

    Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berisiko untuk mati pada periode neonatal dini 59

    kali lebih besar daripada bayi berat lahir normal (Efriza, 2011).

    Prevalensi BBLR diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan

    batasan 33% - 38% sering terjadi dinegara-negara berkembang. Angka kejadian di

    Indonesia bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara

    9% - 30% (Depkes RI, 2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013

    menunjukkan bahwa kejadian BBLR di Indonesia adalah 10,2%.

    Profil kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, diketahui bahwa perkembangan

    jumlah BBLR di Provinsi Sulawesi Tenggara berfluktuasi, hasil terbaik dicapai

    pada tahun 2011 dengan hanya 0,28% namun di tahun-tahun berikutnya kambali

    meningkat. Kasus Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) tahun 2014 tertinggi

    di kabupaten Bombana yaitu sebesar 4,18%, disusul Muna sebesar 3,57% dan

    Baubau sebesar 3,39%, terendah di Kabupaten Konawe hanya mencapai 0,5% dan

    di Konawe Kepulauan dengan 0 kasus. Rata-rata BBLR provinsi sebesar 2.12%,

    angka ini masih tergolong tinggi dan perlu menjadi prioritas dari lintas program

  • terkait untuk menekan dan bila mungkin mengentaskan kejadian BBLR di

    Sulawesi Tenggara di masa mendatang.

    Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna, pada tahun 2013 jumlah

    kelahiran sebanyak 5.899 bayi dengan jumlah BBLR sebanyak 137 (2,32 %) bayi.

    Pada tahun 2014 jumlah kelahiran sebanyak 5.647 bayi dengan jumlah BBLR

    sebanyak 180 (3,18%) bayi, Sedangkan pada tahun 2015 jumlah kelahiran 4.245

    bayi dengan jumlah BBLR sebanyak 112 (2,63%) bayi, yang meninggal akibat

    BBLR ada 5 (0,1%). (Laporan Dinkes Kab/kota)

    Di RSUD Kabupaten Muna Ruang Teratai tercatat jumlah bayi pada tahun

    2014 adalah 432 dengan kasus BBLR sebanyak 85 (19,6%) bayi dan jumlah

    kematian akibat BBLR adalah 16 (3,7%) bayi, kemudian jumlah bayi pada tahun

    2015 sebanyak 426 dengan kasus BBLR sebanyak 70 (16,4%) bayi dan yang

    meninggal akibat BBLR ada 15 (3,5%) bayi, periode Januari Juni 2016 jumlah

    yang dirawat ada 274 dengan kasus BBLR sebanyak 52 (18,9%) bayi dan yang

    meninggal akibat BBLR ada 9 (3,2%) bayi.

    Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk meneliti Faktor Faktor yang

    berhubungan dengan terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah di Ruang Teratai RSUD

    Kabupaten Muna periode Januari Juni tahun 2016

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian & latar belakang diatas maka masalah yang dapat

    dirumuskan dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

    terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna

    Periode Januari-Juni Tahun 2016 ?

  • C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan umum

    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Berat Bayi Lahir

    Rendah di ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna periode Januari-Juni tahun

    2016

    2. Tujuan khusus

    Adapun tujuan khusus dari peneltian ini yaitu :

    a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR

    ditinjau dari umur ibu di ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna periode

    Januari-Juni tahun 2016

    b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR

    ditinjau dari pekerjaan orang tua di ruang Teratai RSUD Kabupaten

    periode Januari-Juni tahun 2016

    c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR

    ditinjau dari kehamilan gemeli di ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna

    periode Januari-Juni tahun 2016

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Menambah khasanah ilmu kesehatan khususnya ilmu kebidanan dan

    sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya

  • 2. Manfaat Praktis

    a. Bagi tempat peneliti

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi untuk

    menentukan dan menetapkan prioritas dalam program intervensi kasus

    BBL

    b. Bagi peneliti

    Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang cara

    melakukan penelitian, serta cara pendokumentasian penelitian. Hasil

    penelitian ini sangat berguna untuk lebih mendalami tentang masalah

    BBLR dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dapat digunakan

    sebagai salah satu panduan dalam membantu upaya menurunkan angka

    kejadian BBLR di Kabupaten Muna

    c. Bagi institusi pendidikan

    Dapat menambah ilmu khususnya tentang masalah BBLR dan dapat

    dijadilkan sebagai tambahan panduan tentang BBLR untuk penelitian

    selanjutnya

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Telaah Pustaka

    1. Tinjauan umum tentang BBLR

    a. Pengertian BBLR.

    Berikut ini adalah beberapa definisi bayi berat lahir rendah (BBLR),

    yang dikemukakan oleh beberapa lembaga atau penulis antara lain :

    1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

    badanya saat lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499

    gram). (Sarwono Prawirohardjo, 2009)

    2) Bayi berat lahir rendah (BBLR)/Low birthweight infant adalah bayi

    dengan berat badan lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram.

    (Muslihatun, 2014)

    3) Bayi berat lahir rendah (BBLR) atau low birth weight infant adalah

    semua bayi berat yang baru lahir dengan berat lahir kurang atau sama

    dengan 2.500 gram. (Novita, 2011)

    4) Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan lahir

    kurang dari 2.500 gram (Arief, 2009)

    5) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang

    dipakai bagi bayi prematur, atau low birth weight, atau sering disebut

    bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak

    semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram bukan

    bayi prematur (WHO, 2011

  • b. Klasifikasi BBLR.

    BBLR dapat digolongkan menjadi (maryunani, 2013):

    1) Firmansjah (1998) dalam maryunani 2013 menyebutkan bahwa ada

    beberapa istilah bayi premature atau bayi berat lahir rendah yang

    harus diketahui karena berhubungan prognosis dan

    penatalaksanaanya. Menurut Firmansjah, neonatus dengan berat

    badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang kurang dari 2.500 gram.

    Dalam hal ini disebutkan juga oleh Firmansjah bahwa neonatus yang

    termasuk dalam BBLR mungkin merupakan salah satu dari beberapa

    keadaan, yaitu :

    a) NKB SMK (neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan)

    adalah bayi premature dengan berat badan lahir yang sesuai

    dengan masa kehamilan

    b) NKB KMK (neonatus kurang bulan kecil masa kehamilan)

    adalah bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari

    normal menurut usia kehamilan

    c) NCB KMK (neonatus cukup bulan kecil untuk masa

    kehamilan) adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat

    badan lahir kurang dari normal

    2) Selain itu sesuai dengan kemajuan teknologi kedokteran, BBLR

    dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu :

  • a) Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low

    birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan

    lahir antara 1.000 1.500 gram

    b) Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau

    extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan

    berat badan lahir kurang dari 1000 gram

    3) Menurut persentil, BBLR dibagi sebagai berikut :

    a) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) : Bayi dengan berat badan

    lahir absolute < 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan

    b) KMK (Kecil Masa Kehamilan) : Berat badan lahir < 10 persentil

    dari berat badan berdasarkan usia gestasi

    c) BMK (Besar Masa Kehamilan) : Berat badan lahir > 90 persentil

    d) dari berat badan berdasarkan usia gestasi

    4) Prematuritas murni

    Beberapa pakar atau penulis menyebutkan pengertian dari

    prematuritas murni antara lain :

    a) Prematuritas murni adalah bayi yang baru lahir dengan masa

    gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

    dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut

    neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan (SMK).

    b) Prematuritas murni adalah bayi lahir kurang dari 37 hari dan BB

    sesuai dengan masa kehamilan/gestasi (neonatus kurang bulan

    sesuai masa kehamilan/NKB-SMK).

  • c) Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan yang

    kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan

    untuk usia kehamilan (berat terletak antara persentil ke 10 sampai

    persentil ke 90 pada intrauterus growth curve) atau disebut :

    (1) Neonatus Kurang Bulan Sesuai Untuk Masa Kehamilan

    (NBK-SMK)

    (2) Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NCB-

    SMK)

    (3) Neonatus Lebih Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NLB-SMK)

    d) Prematuritas murni adalah bayi dengan gestasi < 37 minggu atau

    259 hari dan berat badanya sesuai dengan kehamilan atau dapat

    disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

    5) Dismatur

    Beberapa pakar atau penulis menyebutkan pengertian dismatur

    adalah

    a) Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari seharusnya

    untuk masa gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi

    intra uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

    pertumbuhan (KMK). Dismatur dapat terjadi dalam preterm, term

    dan post term yang terbagi dalam

    (1) Neonatus kurang bulan kecil untuk masa kehamilan (NKB

    KMK)

  • (2) Neonatus cukup bulan kecil untuk masa kehamilan (NCB

    KMK)

    (3) Neonatus lebih bulan kecil untuk masa kehamilan (NLB

    KMK)

    b) Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat

    badannya yang seharusnya untuk usia masa kehamilan. Ini

    menunjukan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine,

    dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, post term. Dismatur

    ini dapat juga : Neonatus kurang bulan kecil untuk masa

    kehamilan (NKB KMK)

    c) Dismatur adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan

    seharusnya untuk masa gestasi, dapat diartikan bayi mengalami

    retardasi pertumbuhan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

    kehamilanya (KMK)

    c. Penyebab BBLR (Etiologi).

    Faktor-faktor penyebab kejadian BBLR dibedakan menjadi tiga yaitu

    faktor ibu, faktor bayi dan faktor lingkungan. (Muslihatun, 2014) :

    1) Faktor ibu

    Faktor ibu meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya toksemia

    gravidarium, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,

    nefritis akut, DM dan lain-lain. Usia ibu saat hamil kurang dari 16

    tahun, atau lebih dari 35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya

    terlalu dekat dan lain-lain. Keadaan sosial ekonomi golongan social

  • ekonomi, perkawinan yang tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu

    perokok, peminum alkohol atau narkotik

    2) Faktor janin

    Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan

    kromosom, dan lain-lain

    3) Faktor lingkungan

    Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi, zat-zat racun

    d. Karakteristik BBLR.

    1) Karakteristik bayi prematuritas murni antara lain :

    a) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45

    cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30

    cm.

    b) Masa gestas kurang dari 37 minggu

    c) Kulit tipis da transparan, tampak mengkilat dan licin

    d) Kepala lebih besar dari badan

    e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan

    f) Lemak subkutan kurang

    g) Ubun-ubun dan sutura lebar

    h) Rambut tipis dan halus

    i) Tulang rawat dan daun telinga immature

    j) Putting susu belum terbentuk dengan baik

    k) Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat terlihat

  • l) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

    mayora

    m) Bayi masih posisi fetal

    n) Pergerakan kurang dan lemah

    o) Otot masih hipotonik

    p) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering

    mengalami serangan apnoe

    q) Reflex tonic neck lemah

    r) Reflex menghisap dan menelan belum sempurna

    (Pantiawati, 2010)

    2) Karakteristik bayi dismatur dapat terjadi dalam masa preterm, term

    dan post term. Karakteristik bayi dismatur preterm dan term sama

    dengan karakteristik bayi prematuritas murni. Bayi dismatur dalam

    masa postterm memiliki karakteristik sebagai berikut

    a) Kulit pucat/bernoda

    b) Mekonium kering keriput dan tipis

    c) Verniks caseosa tipis/tak ada

    d) Jaringan lemak dibawah kulit tipis

    e) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat

    f) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Muslihatun, 2014)

    e. Manifestasi klinis.

    1) Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan

  • a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus

    prematurus dan lahir mati.

    b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

    c) Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat,

    gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak

    lanjut.

    d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

    seharusnya.

    e) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula

    hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut

    dengan

    2) Gejala klinis setelah bayi lahir, bayi premature

    a) Vernik kaseosa sedikit/tidak ada

    b) Jaringan lemak bawah kulit sedikit

    c) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak

    d) Menangis lemah

    e) Kulit tipis, merah dan stranparan

    f) Tonus otot hipotoni (Maryunani, 2013)

    f. Penyakit pada bayi BBLR/Prematur.

    1) Sindrom distres pernapasan, disebut juga penyakit HMD, karena pada

    stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveolus

    paru. RDS sering terdapat pada bayi premature karena pembentukan

  • surfaktan yang belum sempurna, dimana jumlah dan bentuknya

    sempurna pada masa gestasi 36 minggu

    2) Aspirasi pneumonia, keadaan ini disebabkan karena refleks menelan

    dan batuk pada bayi prematur belum sempurna.

    3) Perdarahan intraventrikular, adalah perdarahan spontan pada ventrikel

    otak lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan terbentuknya

    membrane hialin di paru-paru.

    4) Fibroplasia retrolental, atau ROP (retinopaty of prematurity),

    disebabkan oleh gangguan oksigen yang berlebihan yang dikonsumsi

    oleh bayi premature

    5) Hiperbilirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi

    prematur belum mature/matang serta kerja sirkulasi enterhepatik yang

    belum sempurna. (Novita, 2011)

    g. Komplikasi BBLR.

    Komplikasi yang bisa terjadi pada bayi dengan berat badan lahir

    rendah (BBLR) dengan menyebutkan gejala-gejala umum atau tanda

    klinis yang biasa terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah

    (BBLR)

    1) Hipotermia, tanda klinisnya suhu tubuh dibawah normal, kulit dingin,

    akral dingin, sianosis.

    2) Sindrom gawat nafas, tanda klinisnya antara lain pernafasan cepat,

    sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi, retraksi subternal dan

    interkosta

  • 3) Hipoglikemia, tanda klinisnya antara lain gemetar atau tremor,

    cianosis, apatis, kejang, apnea intermitan, tangisan lemah atau

    melengkung, kelumpuhan atau letargi, terdapat gerakan pusat mata,

    keringat dingin, hipotermia, gagal jantung dan henti jantug (sering

    berbagai gejala muncul bersama-sama)

    4) Perdarahan intra cranial, tanda dan gejalanya yaitu kegagalan umum

    untuk bergerak normal, reflex morro menurun atau tidak ada, tonus

    otot menurun atau tidak ada, pucat dan sianosis, apnea, kegagalan

    menetek dengan baik, muntah yang kuat, tangisan bernada tinggi dan

    tajam, kejang, kelumpuhan, fontanela mayor mungkin tegang dan

    cembung, pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan

    manifestasi klinis sedikitpun.

    5) Rentan terhadap infeksi, bayi premature mudah menderita infeksi

    karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah

    menderita infeksi, selain itu karena kulit dan selaput lendir membrane

    tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan

    6) Hiperbilirubinemia, tanda klinisnya antara lain sclera, puncak hidung,

    sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna kuning.

    7) Kerusakan integritas kulit, lemak subkutan kadang kurang sedikit,

    struktur kulit belum matang dan rapuh, sensibilitas yang kurang akan

    memudahkan kerusakan integritas kulit terutama pada daerah yang

    sering tertekan.

    (Maryunani, 2013)

  • h. Penatalaksanaan.

    Penatalaksanaan bayi BBLR di antaranya adalah membersihkan jalan

    nafas, memotong dan merawat tali pusat, membersihkan badan bayi,

    memberikan obat mata, mempertahankan suhu badan dengan cara

    membungkus badan bayi dengan selimut yang sudah dihangatkan,

    menidurkan bayi dalam incubator, suhu lingkungan dijaga untuk

    mengurangi kehilangan panas secara radiasi dan konveksi. Badan bayi

    harus selalu kering untuk mengurangi kehilangan panas secara evaporasi.

    Memberikan bayi nutrisi adekuat. Apabila daya hisap belum baik, bayi

    dicoba menetek sedikit-sedikit. Apabila belum bisa menetek, berikan ASI

    dengan sendok atau pipet. Apabila belum ada reflex menghisap dan

    menelan, pasang sonde lambung/ NGT. Mengajarkan ibu /orang tua

    tentang cara membersihkan jalan nafas, mempertahankan suhu, mencegah

    infeksi, serta perawatan dan nutrisi bayi sehari-hari. (Muslihatun, 2014)

    Beberapa tatalaksana yang perlu dipersiapkan dan diantisipasi dalam

    merawat bayi yang lahir dengan berat rendah (BBLR) secara umum

    antara lain :

    1) Tatalaksana bayi BBLR yang disebabkan oleh prematuritas diruang

    bersalin

    a) Persalinan harus dilakukan di rumah sakit yang memiliki

    peralatan yang lengkap dan staf/petugas yang baik/terlatih

    b) Resusitasi dan stabilisasi memerlukan ketersediaan staf/petugas

    dan peralatan yang memadai secara cepat.

  • c) Oksigenisasi yang memadai dan pemeliharaan temperature sangat

    penting

    d) Asuhan ibu

    e) Bayi memakai topi

    2) Tatalaksana umum neonatus BBLR

    a) Pengaturan suhu tubuh bayi

    (1) Pengaturan tempratur tubuh ditujukan untuk mencapai

    lingkungan temperature netral sesuai dengan protocol

    (2) Pengaturan suhu tubuh bayi dengan menggunakan incubator

    dengan suhu bayi < 2 kg adalah 35 0C dan bayi 2-2,49 kg

    adalah 34 0C

    (3) Suhu incubator dapat diturunkan 1 0C per minggu untuk bayi

    diatas 2 kg

    (4) Bila incubator tidak ada pemanasan dapat dilakukan dengan

    membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat

    disekitarnya

    (5) Terapi oksigen dan bantuan ventilasi (jika perlu)

    (6) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

    (7) Pemberian nutrisi yang cukup yaitu, nutrisi bayi premature

    dengan BBLR mungkin memerluka pemberian asupan yang

    seksama, dan bahkan ada BBLR yang memerlukan asupan

    dengan sonde atau nutri parenteral. Cara pemberian nutrisi

    pada bayi BBLR antara lain, jumlah cairan yang diberikan

  • pertama kali 1-5 ml/jam, banyaknya cairan yang diberikan

    adalah 60 ml/kg/hari, setiap hari dinaikkan sampai 200

    ml/kg/hari pada akhir minggu kedua. Hal yang perlu

    diperhatikan selama pemberian minum untuk mencegah

    pneumonia aspirasi antara lain :

    (a) Bayi diletakkan disisi kanan untuk membantu

    mengosongkan lambung, atau dalam posisi setengah

    duduk dipangkuan

    (b) Perawat atau dengan meninggikan kepala dan bahu 300 di

    tempat tidur bayi

    (c) Pada waktu minum haru diperhatikan apakah bayi

    menjadi biru, ada ganggu pernafasan atau perut gembung

    (d) Untuk mencegah perut gembung bayi diberi minum

    sedikit-sedikit perlahan dan hati-hati

    (e) Penambahan susu tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau

    tidak boleh lebih dari 5 ml tiap kali pemberian

    (f) Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan diatas

    pundak selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara

    dilambung (Maryunani, 2013).

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR

    a. Faktor ibu

    1) Umur ibu.

  • Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan

    dibawah umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4

    kali lebih tinggi karena wanita masih dalam masa pertumbuhan,

    sehingga panggulnya relative masih kecil sedangkan kehamilan

    diatas umur 35 tahun mempunyai problem kesehatan seperti

    hipertensi, diabetes mellitus, anemia, dan penyakit kronis lainnya.

    Kemudian pada kehamilan >4 anak / jarak kelahiran < 2 tahun

    dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah karena nutrisi yang

    kurang serta tumbuh kembang lebih lambat. (Endriana dkk, 2012)

    Pada penelitian liza salawati (2012) menyatakan terdapat

    hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan BBLR. Pada

    hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan pada

    umyr 30 tahun mempunyai peluang untuk

    melahirkan bayi BBLR 10,7 kali dibandingkan ibu yang

    melahirkan pada umur 20-35 tahun (titik beresiko). Hasil penelitian

    ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sistriani menyatakan

    ada hubungan antara umur dengan kejadian bayi BBLR dengan

    nilai p = 0,009. Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20-35

    tahun karena pada umur ini disebut sebagai usia reproduksi dan

    perlu didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan

    pemeriksaan kehamilan dengan teratur agar perkembangan janin

    dapat dipantau

  • Kehamilan pada masa remaja umur (
  • Jumlah paritas ibu merupakan salah satu faktor predisposisi

    terjadinya BBLR karena jumlah paritas dapat mempengaruhi

    keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan (Nurdiana, 2008)

    Resiko yang paling sering terjadinya BBLR yaitu dengan

    paritas grandemultipara, ini dikarenakan pengaruh otot rahim yang

    mulai menurun fungsi organ reproduksinya. Kondisi anemia pada

    masa kehamilan memiliki resiko untuk melahirkan bayi cukup

    bulan (premature), BBLR, keguguran, perdarahan baik sebelum

    dan sesudah persalinan, persalinan yang tidak lancer, kematian

    janin dalam kandungan, kematian ibu hamil/bersalin dan kejang-

    kejan pada kehamilan (Fitriani, 2014).

    3) Pendidikan.

    Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiharjo (2010),

    memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara

    pendidikan ibu dengan terjadinya BBLR. Ibu yang berpendidikan

    rendah 2,31 melahirkan BBLR. Hal yang sama dikemukakan juga

    oleh Djaali dan Eryando (2010), bahwa ibu yang memiliki tindakan

    pendidikan tinggi, berat lahir akan 152,671 gram lebih besar

    dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang

    rendah.

    Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam

    menghadapi berbagai masalah termasuk pengaturan makanan bagi

    ibu hamil untuk mencegah timbulnya berat bayi lahir rendah

  • (BBLR). Penelitian yang dilakukan oleh Roudbary (2007), yang

    menunjukkan prevalensi BBLR pada ibu dengan pendidikan

    rendah sebesar 16,,9%. Sedangkan pada ibu dengan pendidikan

    tinggi 5,4% dan terdapt hubungan secara signifikan

    (Puspitasari,2014)

    Penelitian yang dilakukan oleh Yuliva dkk (2009)

    menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah memilki rata-

    rata berat lahir bayi lebih rendah dari pada ibu yang berpendidikan

    tinggi, dalam hal ini pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap

    pengetahuan ibu yang berkaitan dengan perawatan selama hamil,

    melahirkan dan perawatan setelah melahirkan. Tinggi rendahnya

    taraf pendidikan seseorang akan mendukung dan member peluang

    terhadap daya serapilmu pengetahuan dan keinginan serta kemauan

    untuk mengetahui setiap hal yang berakitan dengan kehamilan

    4) Status pekerjaan.

    Persalinan premature dan BBLR dapat terjadi pada wanita yang

    bekerja terus menerus selama kehamilan, terutama bila pekerjaan

    tersebut memerlukan kerja fisik atau waktu yang lama. Keadaan ini

    dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta

    kesejahteraan janin yang dikandungnya (Fererr, 2009)

    Pekerjaan yang ditanggung oleh ibu hamil dapt meberikan

    peluang besar untuk terjadiny apersalinan dengan BBLR. Keadaan

    yang demikian terutama terjadi pada social ekonomi yang rendah.

  • Mengerjaka aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat dapt

    menyebabkan kelahiran BBLR (Puspitasari, 2014)

    Padatnya kegiatan ibu yang bekerja menyebbakan ibu sedikit

    istirahat sehingga menimbukan kondisi kurang gizi (KEK), hal ini

    dapat menyebabkan bayi lahir BBLR. Hasil penelitian juga

    menunjukakn bahwa ibu yang melahirkan BBLR sebagian kecil

    dalm kategori tidak bekrja (IRT). Hal ini disebabkan kurangnya

    informasi tentang kehamilan sehingga menimbulkan komplikasi

    kehamlan pada ibu rumah tangga salah satunya BBLR

    (Hifzotulaini, 2015).

    Hal ini sesuai dengan teori Bantini (2012), menyatakan bahwa

    sedikitmya waktu istirahat pada ibu sehingga dapat menimbulkan

    kondisi kurang gizi. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi

    kehamialn dan outcome kehamilan. Pada ibu dengan status gizi

    yang baik outcome kehamilan akan baik pula denagn salah satu

    kriteria berupa berat badan bayi diatas 2500 gram. Adanya

    gangguan gizi yaitu KEK akan beresiko terjadinya BBLR,

    demikian pula terjadinya anemia oleh karena kurangnya asupan Fe,

    Zink dan asupan folat akan menambah resiko perdarahan dan

    BBLR.

    Penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) diperileh hasil

    bahwa ibu yang bekerja mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar

    untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak

  • bekerja. Hal yang sama juga dituliskan oleh saraswati (2006)

    dalam penelitiannya bahwa ada hubungan yang bermakna antara

    ibu yang bekerja dengan terjadinya BBLR.

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Rani Puspitasari (2014)

    menyatakan bahwa pekerjaan memiliki hubungan signifikan

    dengan kejadian BBLR. Hasil penelitian ini relevan Widaryanti

    (2010) menyatakan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan

    berat badan lahir rendah

    5) Jarak kehamilan.

    Menurut Depkes RI (2006), bila jarak persalinan terakhir

    dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila

    terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan

    baik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin

    kurang baik. Persalinan lama atau dapat terjadi perdarahan.

    Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Andhita (2008) dan

    Saraswati (2006) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang

    bermakna antara jarak

  • berat badan bayi sehingga dapat dikatakan bahwa umur kehamilan

    mempengaruhi kejadiain BBLR (Manuaba, 2010)

    Pada penelitian yang dilakukan Nita Mezalia (2012)

    menyatakan ada hubungan bermakna antara umur kehamilan

    dengan berat badan lahir yaitu usia kehamilan yang preterm (>37

    minggu) beresiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah

    137,360 kali lebih besar dibandingkan dengan usia kehamilan yang

    aterm/post term

    7) Status gizi.

    Di negara-negara berkembang sebagian besar bayi denagn

    BBLR dilahirkan dengan umur kehamilan cukup bulan dan sudah

    menderita retardasi pertumbuhan dalam rahim karena akibat ibu

    yang mengandungnya stunting dan gizi kurang yang terjadi

    sebelum dan selama kehamilan (Gibney dkk, 2009)

    8) Merokok/terpapar asap rokok.

    Menurut Depkes (2006) asap rokok dari orang lain yang

    terhisap oleh ibu besar kemungkinan dapat mengakibatkan bayi

    yang dilahirkannya lebih kecil, tidak cukup bulan, pertumbuha

    matanya terganggu atau terjadi gangguan lainnya

    Selain berefek pada bayi yang dikandung ibu, ibu juga dapat

    mengalami masalah selama kehamilan akibat merokok atau

    menghisap asap rokok yaitu peningkatan resiko keguguran sejak

  • dini, komplikasi plasenta, persalinan premature dan infeksi

    intrauterine (Medforth et al, 2011)

    Merokok mengurangi berat bayi lahir rata-rata sebesar 200

    gram. Asap rokok orang lain menyebabkan seorang ibu memiliki

    resiko melahirkan bayi BBLR dua kali lipat. Studi menemukan

    bahwa berat bayi lahir berkurang sebesar 192 gram (Menzalia,

    2012).

    9) Hipertensi.

    Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan

    misalnya pre-eklamsia, karena dalam keadaan ini selalu tidak pasti

    disertai peningkatan tekanan darah yang mengakibatkan terjadinya

    gangguan fungsi plasenta. Kenaikan tonus otot uterus dan

    kepekaan terhadap rangsangan atau didapatkan pada pre-eklamsia

    dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus dan

    kelahiran bayi dengan berat lahir rendah (Menzalia, 2012)

    10) Jantung.

    Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada system

    kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil.

    Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%.

    Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat

    terjadi abortus, prematuritas (lahir tidak cukup bulan), dismaturitas

    (lahir cukup bulan namun dengan berat lahir rendah) dan lahir

    mati.

  • 11) Sosial ekonomi rendah.

    Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.

    Kejadian tertinggi terhadap golongan sosial ekonomi yang

    terendah, hal ini disebabkan oleh keadaan gizi dan pengawasan

    yang kurang baik, tapi tidak semua sosial ekonomi baik pun dapat

    terhindar terhadap kejadian BBLR. Kejadian BBLR jug adapt

    terjadi akibat perkawinan yang tidak syah

    Hasil Riskesdas (2010) menunjukan bahwa menurut tingkat

    pendidikan da sosial ekonomi terdapat kecendrungan semakin

    tinggi tingkat pendidikan dan status ekonomi, semakin rendah

    presentase berta badan lahir

  • toksemia gravidarum. Hidramnion dianggap sebagai kehamilan

    beresiko karena dapat membahayakan ibu dan janin. Pada janin

    prognosanya agak buruk (mortalitas 50%), terutama salah

    satunya karena prematuritas (Mochtar, 2008)

    2) Kehamilan gemeli.

    Kehamilan ganda adalah terdapatnya dua janin dalam rahim ibu

    yang sedang hamil (Mochtar, 2008). Berat badan janin pada

    kehamila ganda lebih ringan daripada janin pada kehamilan

    tunggal pada umur kehamilan yang sama, sampai umur kehamilan

    30 minggu kenaikkan berat badan lebih kecil, mungin karena

    renggangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah

    plasenta berkurang. Berat badan lahir pada bayi umumnya pada

    kehamilan kembar kurang dari 2500 gram (Saaifuddin, 2008)

    Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hakini (2010) yang

    mengatakan bahwa berat masing-masing anak pada kehamilan

    ganda lebih kecil dari rata-rata. Menurut umum masing-masing

    berat janin hamil ganda lebih rendah sekitar 700-1000 dari hamil

    tunggal

    Kehamilan kembar sangat berpengaruh terhadap janin karena

    makanan yang didapat dari ibu sehingga pertumbuhan janin akan

    terhambat dan dapat mengakibatkan bayi lahir dengan BBLR.

    Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada

    janin pada kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu

  • kenaikkan berat badn janin kembar sama dengan janin kehamilan

    tunggal. Setelah itu kenaikkan berat badan lebih kecil karena

    renggangan yang berlebihan menyebabkan pereddarahan darah ke

    plasenta kurang. Umumnya berat badan bayi yang lahir pada

    kehamilan kembar kuran dari 2500 gram (Dwitarinov, 2009)

    3) Cacat bawaan.

    Cacat bawaan merupakan kelainan bawaan pertumbuhan

    struktur organ janin sejak pembuatan. Cacat bawaan merupakan

    penyebab terjadinya persalian premature, keguguran lahir mati,

    atau kematian bayi setelah persalinan pada minggu pertama, karena

    itu pada setiap kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal

    untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan cacat bawaan

    diantaranya dengan pemeriksaan air ketuban dan pemeriksaan

    darah janin (Merzalia, 2012).

    Kelainan kongenital berkontribusi sebesar 20% terhadap

    kematiaN bblr. Kelahiran ini bisa disebabkan karena gaya hidup

    ibu yang mengkonsumsi alkohol atau obat-obatann serta infeksi

    sebelum atau pada awal kehamilan (Baker, 2006).

    4) Pertumbuhan janin terhambat (IUGR).

    IUGR meruoakan kondisi dimana salah satu penyebab adalah

    pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal

    ini mendoromg untuk terminasi kehamilan lebih dini. Dalam

    Prawirohardjo (2010), banyak istilah yang digunakan untuk

  • menunjukkan bahwa bayi KMK ini menderita gangguan

    pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti pseudopremature,

    small for dates, dysmature, fetal malnutrition syndrome, chronic

    fetal distress, IUGR, SGA

    c. Faktor lingkungan

    1) Tempat tinggal dataran tinggi.

    Bayi-bayi yang dilahirkan di tempat lebih tinggi cenderung

    memilii berat yang lebih ringan dibandingkan mereka yang

    dilahirkan didaerah pantai. Sebab pasti kurangnya berat badan di

    daerah yang lebih tinggi tidak diketahui. Walaupun sering

    dikaitkan dengan hipoksia ibu, wanita-wanita penduduk daerah

    yang lebih tinggi biasanya memilki kapasitas angkut oksigen yang

    lebih besar. Bagaimanapun juga retardasi pertumbuhan lebih sering

    dijumpai di daerah yang tinggi jika ibu menderita hipoventilasi,

    hipoksia atau anemia (Merzalia, 2012)

    2) Radiasi dan zat-zat beracun.

    Radiasi sinar X menyebabkan IUGR dan mikrosefali. Dengan

    cara yang sama, obat-obatan tertentu seperti amnioprotein dan

    antimetabolit jika diberikan pada ibu selama kehamilan dapat

    menyebabkan gangguan pertumbuhan serta malformasi otak dan

    rongga cranial. Pemberian antikonvulsi selama kehamilan

    menyebabkan retardasi pertumbuhan janin, terutama senyawa

    hidantoin (feritoin, meferitoin, etotoin) yang terlibat dalam

  • mekanisme penyebab mikrosefali, retardasi pertumbuhan postnatal

    dan kelainan cranial, fasial dan anggota badan (Merzalia, 2012)

    Keterpaparan racun erat kaitannya dengan rokok karena rokok

    mengandung lebih dari 2500 zat kimia yang teridentifikasi,

    termasuk karbomonoksida, nikotin, ammonia, aseton, formaldehid,

    sianida hydrogen, piren dan wimiklorida (Merzalia, 2012)

    B. Landasan Teori

    1. Pengertian BBLR

    Berat bayi lahir rendah adalah bayi degan berat badan lahir kurang dari

    2500 gram (Arief, 2009). BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir yaitu

    a. Bayi dengan berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low bith

    weight (VLBW) adlah bayi yang lahir dengan berat badan lahir antara

    1000-1500 gram

    b. Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely low

    birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

    kurang dari 1000 gram

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR

    a. Umur ibu.

    Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah

    umur 20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2 - 4 kali lebih tinggi

    karena wanita masih dalam masa pertumbuhan, sehingga panggulnya

    relative masih kecil sedangkan kehamilan diatas umur 35 tahun

    mempunyai problem kesehatan seperti hipertensi, diabetes mellitus,

  • anemia, dan penyakit kronis lainnya. Kemudian pada kehamilan >4 anak /

    jarak kelahiran < 2 tahun dapat mempengaruhi berat bayi lahir rendah

    karena nutrisi yang kurang serta tumbuh kembang lebih lambat. (Endriana

    dkk, 2012)

    Pada penelitian Liza Salawati (2012) menyatakan terhadap hubungan

    yang signifikan antara umur ibu dengan BBLR. Pada hasil penelitiannya

    menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan pada umur 30

    tahun mempunyai peluang untuk melahirkan bayi BBLR 10,7 kali

    dibandingkan ibu yang melahirkan pada umur 20-35 tahun (tidak beresiko)

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sistiarani

    menyatakan ada hubungan antara umur dengan kejadian bayi BBLR

    dengan nilai p = 0,009. Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20 35

    tahun karena pada umur ini disebut sebagai usia reproduksi dan perlu

    didukung oleh status gizi yang baik dan dilakukan pemeriksaan kehamilan

    dengan teratur agar perkembangan janin dapat dipantau.

    b. Pekerjaan.

    Padatnya kegitan ibu yang bekerja menyebabkan ibu sedikit istirahat

    sehingga menimbulkan kondisi kurang gizi (KEK), hal ini dapat

    menyebabkan bayi lahir BBLR. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa

    ibu yang melahirkan bayi BBLR sebagian kecil dalam kategori tidak

    bekerja (IRT). Hal ini disebabkan kurangnya informasi tentang kehamilan

    sehingga menimbulkan komplikasi kehamilan pada ibu rumah tangga

    salah satunya adalah BBLR (Hifzotulani, 2015)

  • Hal ini sesuai dengan teori Bantini (2012), menyatakan bahwa

    sedikitnya waktu istirahat pada ibu sehingga dapat menimbulkan kondisi

    kurang gizi. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi kehamilan dan

    outcome kehamilan. Pada ibu dengan status gizi yang baik outcome

    kehamilan akan baik pula dengan salah satu kriteria berupa berat badan

    bayi diatas 2500 gram. Adanya gangguan gizi yaitu KEK akan beresiko

    terjadinya BBLR, demikian pula terjadinya anemia oleh karena kurangya

    asupan Fe, zink dan asupan folat akan menambah resiko perdarahan dan

    BBLR

    c. Kehamilan gemeli.

    Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih ringan dari pada janin

    pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama, sampai umur

    kehamilan 30 minggu kenaikkan berat badan lebih kecil, mungkin karena

    renggangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah ke plasenta

    berkurang. Berat badan lahir pada bayi umumnya pada kehamilan kembar

    kurang dari 2500 gram (Saiffudin, 2008)

    Hal yang sama juga dikemukankan oleh Hakini (2010) yang

    mengatakan bahwa berat masing-masing anak pada kehamilan ganda lebih

    kecil dari rata-rata. Menurut umum masing-masing berat janin hamil

    ganda lebih rendah sekitar 700-1000 dari hamil tunggal.

  • C. Kerangka Konsep

    Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat di lihat pada gambar

    dibawah ini dengan variable independent (umur ibu, pekerjaan dan kehamilan

    gemeli) dan variable dependent (BBLR)

    Keterangan :

    : Variabel independent

    : Variabel Dependent

    : Hubungan antar Variabel

    Pekerjaan

    Umur Ibu

    Kehamilan gemeli

    BBLR

  • D. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah

    1. Ho : Tidak ada hubungan antara umur dengan terjadinya Berat

    Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    Ha : Ada hubungan antara umur ibu dengan terjadinya Berat

    Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    2. Ho : Tidak ada hubungan antara pekerjaan terjadinya kejadian

    Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    Ha : Ada Hubungan antara pekerjaan dengan terjadinya Berat

    Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    3. Ho : Tidak ada hubungan antara kehamilan gemeli dengan

    terjadinya Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    Ha : Ada hubungan antara kehamilan gemeli dengan terjadinya

    Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian analitik yang bersifat observasional. Dengan menggunakan

    rancangan cross sectional study dimana di lakukanya pengukuran dan pengamatan

    pada saat bersamaan antara variabel independen (Umur, pekerjaan dan kehamilan

    ganda) dan variabel dependen (BBLR).

    Gambar 1. Rancangan Cross Sectional study

    B. Subjek penelitian

    1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang dirawat dan

    tercatat dengan jelas didalam buku register yang ada di ruang Teratai dan

    rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Periode

    Januari-Juni tahun 2016 yaitu 274

    Populasi/Sampel

    Faktor Resiko(+)

    Efek (+)

    Faktor Resiko(-)

    Efek (-) Efek (+) Efek (-)

  • 2. Sampel

    a. Besar sampel

    Sampel adalah merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau

    sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi (Hidayat,

    2014). Untuk pengambilan sampel digunakan teknik purposive sampling

    b. Tekhnik penarikan sampel

    Rumus untuk menentukan besaran sampel yaitu

    n = 1 + .n = 2741 + 274. (0.05)n = 2741 + 274. 0.0025n = 126Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 126 bayi

    keterangan :

    n : sampel yang diteliti

    N : jumlah populasi

    d : konstanta (0.05)

    C. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 - 23 bulan Juli tahun 2016 di

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna

  • D. Identifikasi Variabel Penelitian

    1. Variable bebas (Independent)

    Variable bebas dalam penelitian ini adalah umur ibu, pekerjaan dan kehamilan

    gemeli

    2. Variabel terikat (Dependent)

    Variable terikat dalam penelitian ini adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

    E. Definisi Operasional

    Definisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup variable-variabel yang

    diteliti dengan mendefinisikannya sesuai dengan ruang lingkup penelitian.

    Definisi operasional dapat dilihat pada table 1.

  • Table 1 : Variabel dan Defenisi Operasional

    No Variable Defenisi operasional Kriteria Skala

    1 Dependen :BBLR

    bayi lahir yang memilkiberat badan

  • 1. Pengolahan data

    Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data, dengan maksud

    agar data yang dikumpulkan memiliki sifat yang jelas. Adapun langkah-

    langkah dalam pengolahan data yaitu :

    a. Editing, adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

    diperoleh atau dikumpulkan.

    b. Coding, merupakan kegiata pemberian Pkode numeric (angka) terhadap

    data yang terdiri atas beberapa kategori.

    c. Entry Data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

    master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi

    frekuensi sederhana atau dengan membuat table kedalam master table

    disesuaikan dengan teknis analisis yang digunakan

    d. Melakukan teknik analisis, dalam melaukan analisis, khususnta terhadap

    data penelitian akan menggunakan ilmu statistic terapan yang

    disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalis. (Hidayat, 2014)

    2. Analisa data

    a. Analisis univariat.

    Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam

    bentuk table distribusi frekuensi dan grafik (Hidayat 2014). Dalam

    penelitian ini dilakukan analisis univariat secara deskriptif sederhana

    berupa presentasi. Rumus yang digunakan adalah :

  • p = 100 %Keterangan :

    f = frekuensi

    n = jumlah sampel

    p = persentase

    b. Analisis bivariat.

    Analisis di lakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

    atau berkorelasi (Hidayat, 2014). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui

    hubungan antar variabel (umur, paritas dan pekerjaan) dengan variabel

    dependen (BBLR) rumus yang digunakan :

    2 = ( )Keterangan :

    = Jumlah

    X = Statitik Chi Square hitung

    O = Nilai frekuensi yang diobservasi

    E = Nilai frekuensi yang diharapkan

    Nilai E dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :

    E = Total baris x total kolom

    Jumlah seluruh data

  • Kriteria umurBBLR

    Total+ -

    Beresiko a b a+b

    Tidak beresiko c d c+d

    Total a+c b+d a+b+c+d

    Dengan menentukan nilai 2 tabel pada df dan tertentu

    df = (b-1) (k-1)

    keterangan :

    df = degree of freedom

    b = jumlah baris

    k = jumlah kolom

    Adapun kriteria dalam pengambilan keputusan yaitu

    a. jika nilai 2 hitung 2 tabel Ho ditolak Ha diterima atau

    menggunakan p value yang dibandingkan dengan tingkat kesalahan

    yang digunakan yaitu 5% atau 0.05. Apabila p value 0.05 maka Ho

    ditolak yang berarti ada hubunganyang signifikan antara variabel bebas

    dan variabel terikat

    b. Jika 2 hitung < 2 tabel Ho diterima Ha ditolak atau jika p value >

    0.05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang

    signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat

  • H. Jalannya Penelitian

    1. Tahapan persiapaan

    Pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan mempersiapkan/mengurus surat

    izin penelitian kepada instansi dan melapor kepada kepala Kesatuan Bangsa

    dan Perlindungan Masyarakat (KESBANGPOL dan LINMAS) Kabupaten

    Muna sebelum melakukan pengumpulan data di Rumah Sakit Umum Daerah

    Kabupaten Muna.

    2. Tahap Pelaksanaan

    Dimulai dengan pengambilan data sekunder, lalu mengisi lembar cheklist

    yang telah dipersiapkan berdasarkan umur, pekerjaan dan kehamilan ganda

    sesuai dengan data pada buku register

    3. Tahap Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis, disajikan

    secara deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    1. Gambaran umum lokasi penelitian

    a. Letak geografis.

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna adalah satu-satunya

    rumah sakit rujukan di kota Raha yang terletak di Ibukota Kabupaten,

    tepatnya di jalan Sultan Hasanuddin No.16 Raha I. Secara geografis

    RSUD Kab. Muna sangat strategis karena mudah dijangkau dengan

    kendaraan umum, dengan batas sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Jalan Basuki Rahmat

    Sebelah Timur : Jalan Sultan Hasanuddin

    Sebelah Selatan : Jalan La Ode Pandu

    Sebelah Barat : Jalan Ir. Juanda

    b. Sejarah singkat.

    Rumah sakit umum daerah kabupaten muna didirikan pada masa

    penjajahan belanda oleh mantri yang berkebangsaan belanda. Pada saat itu

    mantri berkebangsaan belanda hanya dibantu oleh seorang asistennya dan

    2 orang perawat. Setelah 11 tahun berlalu mantri tersebut pulang kembali

    ke negerinya dan tepat pada tahun 1928 beliau diganti oleh seorang dokter

    dari jawa yang bernama Dokter Soeparjo. Masyarakat muna mengenal

    dokter Soeparjo dengan sebutan Dokter Jawa. Beliau tamatan dari sekolah

    Belanda yaitu Nederlandhes In Launshe Aonzen School (NIAS)

  • Masa kepemimpinan dokter Soeparjo hanya berlangsung selama 7

    tahun, kemudian beliau digantikan oleh dokter berkebangsaan belanda

    bernama dokter Hyaman. Selang waktu 5 tahun kemudian, tepatnya pada

    tahun 1940 seorang dokter asal china bernama dokter Pang Ing Ciang

    menggantikan kepemimpinan dokter Hyaman. Pada masa kepemimpinan

    dokter Pang Ing Ciang sangat disukai oleh masyarakat Muna sebab beliau

    sangat memperhatikan kesehatan masyarakat Muna pada saat itu.

    Pada tahun 1949, saat peralihan pemerintahan belanda kepemerintahan

    Republik Indonesia masa pemerintahan dokter Pang Ing Ciang berakhir

    dan beliau diganti oleh dokter berkebangsaan belanda bernama dokter

    Post. Dokter Post mempunyai 2 orang asisten sehingga sebagian besar

    pekerjaannya diserahkan pada kedua asistennya. Namun kepemimpinan

    dokter Post tidak berlangsung lama, beliau hanya satu tahun lamanya.

    Pada tahun 1950 dokter Post digantikan oleh dokter Lemens yang

    berasal dari Belgia. Dokter lemens memimpin selama 10 tahun yakni pada

    tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Pada tahun 1965 dilakukan

    rehabilitasi yang diprakarsai oleh Bupati Muna La Ode Rasyid, SH. Ini

    merupakan rehabilitasi pertama selama Rumah Sakit tersebut didirikan

    tahun 1965-1970 rumah sakit kabupaten muna dipimpin oleh dokter

    Ibrahim Ahtar Nasution. Masa kepemimpinannya berlangsung selama 3

    tahun dan sejak itu masa kepemimpina Rumah Sakit Umum Kabupaten

    Muna ditetapkan setiap 3 tahun sekali memimpin.

  • Saat ini Rumah Sakit Umum Kabupaten Muna dijadikan sebagai salah

    satu Rumah Sakit yang merupakan lahan praktek dan kajian ilmiah bagi

    mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna dan

    mahasiswa Akademi Kebidanan Paramata Raha serta institusi kesehatan

    lainnya.

    c. Lingkungan fisik.

    Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi

    Tenggara berdiri di atas lahan seluas 10.740 Ha

    d. Fasilitas pelayanan kesehatan.

    Fasilitas/ sarana pelayanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit Umum

    Daerah Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara adalah:

    1) Pelayanan kesehatan rawat jalan yakni poliklinik penyakit dalam,

    poliklinik umum. Poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,

    poliklinik mulut dan gigi, poliklinik mata, poliklinik anak, poliklinik

    THT, poliklinik syaraf, poliklinik bedah, poliklinik dalam, poliklinik

    pskiatri instalasi rehabilitasi medik, instalasi gawat darurat.

    2) Pelayanan kesehatan rawat inap yakni kebidanan dan kandungan,

    perawatan bayi/ perinatologi dan perawatan umum, serta perawatan

    ICU

    3) Pelayanan medik yakni fisioterapi, rontgen,apotik, laboratorium klinik

    dan instalasi gizi.

  • e. Ketenagaan.

    Jumlah ketenagaan di rumah sakit umum daerah Kabupaten Muna saat

    ini adalah 529 orang (terdiri atas paramedis 430 orang, non paramedis 73

    orang, dokter dan dokter ahli 26 orang). dengan jumlah bidan dirumah

    sakit umum daerah Kabupaten Muna adalah sebanyak 128 orang. Yang

    bekerja diruang kebidanan sebanyak 38 orang dan terdapt 2 orang dokter

    ahli kandungan.

    2. Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk bisa melihat distribusi frekuensi dari

    variabel dependent (bayi BBLR) dan semua variabel independent (umur ibu,

    pekerjaan ibu dan kehamilan ganda)

    a. BBLR

    Distribusi responden menurut berat badan lahir di ruang teratai RSUD

    Kabupaten Muna periode Januari-Juni tahun 2016 dapat dilihat pada table

    1 berikut :

    Tabel 1Distribusi Responden Menurut Berat Badan Lahir Di Ruang Teratai

    RSUD Kabupaten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    No BBLR frekuensi (f) Persentae (%)

    1 Ya 52 41.32 Tidak 74 58.7

    Jumlah 126 100

    Sumber : Data Sekunder, 2016

    Dari tabel 1 tersebut memperlihatkan bahwa jumlah BBLR ada 52 bayi

    (41.3%) sedangkan yang tidak BBLR ada 21 bayi (58.7%) dari jumlah

    responden yaitu 126

  • b. Umur ibu

    Distribusi frekuensi responden ditinjau dari umur ibu di ruang teratai

    RSUD Kabupaten Muna periode Januari-Juni tahun 2016 dapat dilihat

    pada table 2 berikut

    Tabel 2Distribusi Frekuensi Responden Ditinjau Dari Umur Ibu Di Ruang Teratai

    RSUD Kabupaten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    Umur ibu frekuensi Persentase(f) (%)

    Beresiko (35) 51 40.5Tidak beresiko (20 - 35) 75 59.5

    Jumlah 126 100

    Sumber : Data Sekunder, 2016

    Dari tabel 2 terlihat frekuensi umur ibu yang tidak beresiko ada 75 bayi

    (59.5%) sedangkan pada umur yang beresiko ada 51 bayi (40.5%) dari 126

    responden.

    c. Pekerjaan ibu

    Distribusi frekuensi responden ditinjau dari pekerjaan ibu di ruang teratai

    RSUD Kabupaten Muna periode Januari-Juni tahun 2016 dapat dilihat pada

    Table 3 Berikut

    Table 3Distribusi Frekuensi Responden Ditinjau Dari Pekerjaan Ibu Di Ruang

    Teratai RSUD Periode Januari-Juni Tahun 2016

    Pekerjaan frekuensi persentase(f) (%)

    Bekerja 27 21.4Tidak bekerja 99 78.6

    Jumlah 126 100

    Sumber : Data sekunder, 2016

  • Dari table 3 dapat dilihat frekuensi jumlah pekerjaan ibu yang tidak

    bekerja ada 99 (78.6%) sedangkan pada kategori yang tidak bekerja ada 27

    (21.4%) dari 126 responden.

    d. Kehamilan ganda

    Distribusi frekuensi responden ditinjau dari kehamilan ganda diruang

    teratai RSUD Kabupaten Muna periode Januari-Juni tahun 2016 dilihat

    pada table 4 berikut

    Table 4Distribusi Frekuensi Responden Ditinjau Dari Hamil Ganda Di Ruang

    Teratai RSUD Kabuapten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    Hamil ganda frekuensi Persentase(f) (%)

    Ya 12 9.5Tidak 114 90.5

    Jumlah 126 100

    Sumber : Data sekunder, 2016

    Dari tabel 4 terlihat jumlah frekuensi yang tidak hamil ganda ada 114

    (90.5%) sedangkan yang hamil ganda ada 12 (9.5%) dari 126 responden.

    3. Analisis Bivariat

    Dalam penelitian ini, hasil analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui

    hubungan antara variabel dependent dan variabel independent. Dalam

    penelitian ini digunakan uji statistik Chi-square dengan tingkat kepercayaan

    95%. Pada analisis bivariat ini dilakukan secara berturut-turut pengujiannya

    untuk melihat hubungan antara umur ibu, pekerjaan dan kehamilan ganda

    terhadap kejadian BBLR di Ruang teratai RSUD Kab. Muna periode Januari-

    Juni tahun 2016.

  • a. Hubungan umur ibu dengan terjadinya BBLR

    Hubungan umur ibu dengan terjadinya BBLR dapat diliaht pada tabel

    5 sebagai berikut

    Tabel 5Hubungan Umur Ibu Dengan Terjadinya BBLR Di Ruang Teratai

    RSUD Kabupaten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    No

    Umur ibu

    BBLR JumlahX2

    Htp-

    value

    OR(95%CI)Ya Tidak

    n %f % F %

    1 20-35 thn 25 48.1 50 67.6 75 59.5

    4.815

    0.028

    0,442 35 thn 27 51.9 24 32.4 51 40.5

    Total 52 100 74 100 126 100

    Sumber : Data sekunder, 2016

    Berdasarkan tabel 5 pada umur yang beresiko yaitu 35 tahun

    yang mengalami BBLR ada 27 dan yang tidak BBLR ada 24. Dari hail

    analisis statistik dengan menggunakan uji-square diperoleh nilai X2 hitung

    (4,815) dan nilai (0,028). Karena nilai X2 hitung lebih besar dari nilai X2

    tabel (3,841) dan nilai (0,028) lebih kecil dari nilai (0,05) berarti

    bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan BBLR. Dari uji statistic juga

    diperoleh hasil OR = 0,44 artinya umur merupakan faktor protektif

    terhadap terjadinya BBLR

    b. Hubungan pekerjaan ibu dengan terjadinya BBLR

    Hubungan pekerjaan ibu dengan terjadinya BBLR dapat diliaht pada

    table 6 sebagai berikut

  • Tabel 6Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Terjadinya BBLR Di Ruang Teratai RSUD

    Kabupaten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    No

    Pekerjaan IbuBBLR Jumlah

    X2

    Htp-

    value

    OR(95%CI)

    Ya Tdkf % f % n %

    1 Bekerja 19 36.5 8 10.8 27 21.4 12.006

    0.001

    4,752 Tidak Bekerja 33 63.5 66 89.2 99 78.6Total 52 100 74 100 126 100

    Sumber : Data sekunder, 2016

    Berdasarkan tabel 6 ada 19 kategori ibu yang bekerja mengalami

    BBLR dan 8 yang tidak mengalami BBLR. Sebaliknya pada kategori yang

    tidak bekerja ada 33 mengalami BBLR dan 66 tidak BBLR. Dari hasil

    analisis statistik menggunakan uji chi square diperoleh nilai X2 hitung

    (12.006) dan nilai (0,001) karena nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel

    (3,841) dan nilai 0,001 lebih kecil dari (0,05) berarti bahwa Ho yang

    menyatakan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan terjadinya BBLR

    diterima. Dari uji statistic juga diperoleh OR = 4,75, artinya ibu yang

    bekerja mempunyai resiko melahirkan BBLR sebanyak 4,75 kali lebih

    besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja.

    c. Hubungan kehamilan ganda dengan terjadinya BBLR

    Hubungan kehamilan ganda dengan terjadinya BBLR dapat dilihat pada

    table 7 sebagai berikut.

  • Tabel 7Hubungan Kehamilan Ganda Dengan Terjadinya BBLR Di RuangTeratai RSUD Kabupaten Muna Periode Januari-Juni Tahun 2016

    No

    KehamilanGanda

    BBLR JumlahX2 Ht p-

    value

    OR(95%CI)

    Ya Tdkf % f % n %

    1 Ya 12 23.1 0 0 12 9.5 18.874

    0.000

    02 Tidak 40 76.9 74 100 114 90.5Total 52 100 74 64.9 126 100

    Sumber : Data Sekunder, 2016

    Berdasarkan tabel 7 jumlah kehamilan ganda yang mengalami BBLR

    ada 12 dan yang kehamilan tunggal ada 40, dari hasil analsisis statistik

    dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai X2 hitung (18.874)

    dan nilai (0,000). Karena nilai X2 hitung lebih besar dari nilai X2 tabel

    (3,841) dan nilai (0,000) lebih kecil dari nilai (0,05) berarti bahwa ada

    hubungan antara kehamilan ganda dengan BBLR. Dari uji statistic

    diperoleh hasil OR = 0, artinya kehamilan gemeli merupakan faktor

    protektif terhadap terjadinya BBLR

    A. Pembahasan

    Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada tabel 1

    menunjukkan dari jumlah responden 126 terdapat bayi dengan BBLR sebanyak

    43,1% dan bayi yang tidak BBLR sebanyak 58,7%. Dengan demikian dapat

    diketahui jumlah BBLR di RSUD kabupaten Muna dalam kategori cukup tinggi

    dan perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak agar jumlah bayi dengan BBLR

    menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR yakni Umur,

    pekerjaan dan kehamilan gemeli. Berdasarkan distribusi responden ditinjau dari

    umur ibu menunjukkan jumlah frekuensi umur ibu yang beresiko yaitu 35

  • sebanyak 40,5% dan frekuensi umur ibu yang tidak beresiko sebanyak 59,5%.

    pada tabel 3 distribusi reponden ditinjau dari pekerjaan ibu menunjukkan ibu yang

    bekerja ada 27 (21,4%) dan yang tidak bekerja ada 99 (78,6%). pada tabel 4

    distribusi responden ditinjau dari kehamilan ganda menunjukkan jumlah bayi

    gemeli yang BBLR ada 12 (9,5%) dan jumlah bayi yang lahir tunggal ada 114

    (90,5%).

    Pada tabel 5 dapat dilihat umur ibu yang tidak beresiko (20-35) tahun

    sebanyak 67,6% tidak melahirkan bayi BBLR sedangkan umur ibu yang beresiko

    (35) tahun sebanyak 51,9% melahirkan bayi BBLR. Dari hasil analisis

    statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai X2 hitung 4.815 dan

    nilai 0,028. dengan nilai X2 tabel 3,841 dan nilai 0.05, artinya nilai X2 hitung >

    nilai X2 tabel dan nilai 0,028 < dari 0.05 dan hasil OR = 0,44. Berarti hasil

    penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan terjadinya

    BBLR. Dari uji statistik, namun hubungan ini bersifat protektif

    Hasil penelitian sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa umur dibawah

    20 tahun dan diatas 35 tahun merupakan usia yang dianggap resiko dalam masa

    kehamilan. kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun panggul dan rahim masih

    kecil dan alat reproduksi yang belum matang. pada usia diatas 35 tahun

    kematangan organ reproduksi mengalami penurunan dibandingkan pada saat umur

    20-35 tahun. hal ini dapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan

    pada saat persalinan dan beresiko terjadinya cacat bawaan janin serta BBLR

    (Manuaba, 2009).

  • Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu

    muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang terlalu lanjut lebih dari 34 tahun

    merupakan kehamilan resiko tinggi. kehamilan pada usia muda merupakan faktor

    resiko hal ini disebabkan belum matangya organ reproduksi untuk hamil

    (endometrium belum sempurna) sedangkan pada umur diatas 35 tahun

    endometrium yang kurang subur serta memperbesar kemungkinan untuk

    menderita kelainan kongenital, sehingga dapt berakibat terhadap kesehatan ibu

    maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang sedang dikandung.

    Menurut pendapat Wikipedia (2010) persentase tertinggi bayi dengan berat

    badan lahir rendah terdapat pada kelompok wanita berusia lebih dari 35 tahun.

    pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kodisi badanya

    serta kesehatanya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra

    uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Liza

    Salawati yang menyatakan ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR

    dengan hasil pengujiannya yang menggunakan uji Chi Square yaitu nilai 0,005.

    Hal yang sama juga dilakukan penelitian oleh Nining Hasanah dari hasil

    pengujianya mendapat nilai 0,000, angka ini memberikan arti bahwa ada

    hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR, makna hubungan tersebut

    menunjukkan bahwa umur ibu dapat berpengaruh terhadap kejadian BBLR.

    Pada tabel 6 ibu yang tidak bekerja sebanyak 89,2% tidak melahirkan bayi

    BBLR sedangkan pada ibu yang bekerja sebanyak 36,5% melahirkan bayi BBLR.

    Perbedaan proporsi tersebut setelah dilakukan uji Chi Square didapatkan nilai X2

  • hitung 12,006 dan nilai 0,001. dari hasil tersebut bahwa X2 hitung (12,006) > X2

    tabel (3,841) dan nilai 0,001 lebih kecil dari 0.05 dan hasil OR = 4,75.

    Artinya ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian BBLR dan pekerjaan ibu

    beresiko melahirkan bayi BBLR 4,75 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu

    yang tidak bekerja.

    Ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah menyebabkan kurangnya istirahat,

    karena ibu yang bekerja tidak hanya mengurusi pekerjaan dalam rumah saja,

    namun bekerja diluar, hal ini menyebabkan ibu kelelahan sehingga dapt

    menyebakan bayi lahir premature atau bayi lahir rendah.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi BBLR

    sebagian besar dalam kategori tidak bekerja yaitu 63,5%. Hal ini disebabkan

    kurangnya informasi tentang kehamilan sehingga menimbulkan komplikasi

    kehamilan pada ibu rumah tangga salah satunya adalah BBLR dan didukung oleh

    faktor lain yang masih percaya dengan mitos untuk memantang makanan yang

    justru memiliki banyak manfaat bagi ibu hamil

    Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Bartini (2012), menyatakan bahwa

    sedikitnya waktu istirahat pada ibu sehingga dapat menimbulkan kondisi kurang

    gizi. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi kehamilan dan outcome

    kehamilan. Pada ibu dengan status gizi yang baik outcome kehamilan akan baik

    pula dengan salah satu kriteria berupa berat badan bayi diatas 2500 gram.

    Menurut Depkes RI (2006) yang mengatakan bahwa ibu hamil perlu istirahat yang

    cukup menghindari pekerjaan yang melelahkan dan mengangkat benda yang

    berat.

  • Penelitian ini sejalan dengan Anggraeni Indah K (2012) yang menyatakan

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR

    yaitu dengan p-value 0,000.

    Pada tabel 7 bayi yang lahir kembar sebanyak 23,1% melahirkan bayi BBLR

    sedangkan bayi yang lahir tunggal sebanyak 76,9% melahirkan bayi BBLR. Dari

    perbedaan jumlah tersebut setelah di lakukan uji Chi Square didapatkan nilai X2

    hitung (18,874) dan nilai 0,000. Karena nilai X2 hitung (18,874) lebih besar dari

    nilai X2 tabel (3,841) dan nilai (0,000) lebih kecil dari (0,05) dan hasil OR = 0.

    Maka terdapat hubungan antara kehamilan ganda dengan kejadian BBLR, namun

    hubungan ini bersifat protektif. Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan,

    sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematurus. kebutuhan

    ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan ganda akan bertambah yang dapat

    menyebabkan anemia dan penyakit defiseinsi lain, sehingga sering lahir bayi yang

    kecil.

    Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada

    kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30

    minggu kenaikkan berat badan janin kembar sama dengan janin kehamilan

    tunggal, setelah itu keanaikkan berat badan janin lebih keccil, mumgkin karena

    regangan yang berelebihan meyebabkan peredaran darah plasaenta mengurang.

    berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan

    dari pada janin kehamilan tunggal.

    Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas

    toleransi dan seringkali terjadi partus prematurus atau bayi lahir rendah (Dainty,

  • dkk 2016). Kehamilan kembar dapat memberikan resiko yang lebih tinggi

    terhadap ibu dan janin. Teori menurut Brown (2006) yang menyebutkan bahwa

    prtumbuhan dan perkembangan janin kemabr lebih kecil dari daripada hamil

    tunggal, dimana penambahan berat badan ibu hamil kembar seiring dengan jumlah

    janin yang dikandung. Berat badan lahir bayi kembar semakin turun dengan

    semakin banyaknya jumlah bayi, bayi kembar tiga akan lebih kecil dari pada bayi

    kembar dua yang diprediksi sebagai berikut, bayi tunggal berat lahir 3500 gram

    bayi kemabr dua 2400 gram dan bayi kemabr tiga rata-rata 1800 gram.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nita

    Merzalia (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

    kejadian BBLR dengan kehamilan kembar dimana nilai 0,002. Namun hasil

    penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dewi Sulistyorini

    (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara gemeli dengan

    kejadina BBLR dengan nilai (0,112)

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Muna di

    Ruang Teratai. Dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan

    yaitu:

    4. Ada hubungan antara umur ibu dengan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah

    di RSUD Kabupaten Muna di Ruang Teratai periode Januari Juni tahun

    2016

    5. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan terjadinya kejadian Berat Badan

    Lahir Rendah di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Periode Januari

    Juni tahun 2016

    6. Ada hubungan antara kehamilan gemeli dengan terjadinya Berat Badan Lahir

    Rendah di Ruang Teratai RSUD Kabupaten Muna Periode Januari Juni

    tahun 2016

    B. Saran

    Diharapkan bagi peneliti berikutnya perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor lain

    yang dapat berhubungan dengan terjadinya bayi baru lahir rendah dengan

    menggunakan metode dan jumlah sampel yang lebih luas. Diharapkan institusi

    pendidikan dapat menambah literatur yang dapat menambah wawasan tentang

    kejadian bayi BBLR

  • DAFTAR PUSTAKA

    Dwitarinov (2009) Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLRAvailable at http://digilib.unimus.ac.id. Di akses tanggal 25 Juni 2016

    Fitriani (2015) Analisis Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BayiBerat Lahir Rendah di RSKDIA Pertiwi Makassar Tahun 2014. SkripsiFKM Unhas. Makassar

    Hidayat (2014) Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Edisi 2,Jakarta: Salemba Medika

    Indrawati S. (2015) Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian BBLR diWilayah Kerja Puskesmas Minggir Kabupaten Sleman. D IV kebidananSTIKES Aisyiah Yogyakarta

    Kusumaningrum AI. (2012) Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Bayi BeratLahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang KecamatanGemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.FKM UI. Depok

    Laporan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota

    Merzalia N. (2012) Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah diKabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun2010-2012. Skripsi FKM UI. Depok

    Muslihatun, WN. (2014) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Edisi 5, Yogyakarta:Fitramaya

    Novita VT. (2011) Keperawatan Maternitas, Bogor: GI

    Pantiawati I. (2010) Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), Edisi IYogyakarta: Numed

    Prawirohardjo S. (2010) Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternaldan Neonatal. Jakarta: YBP-SP

    Puspita SR. (2012) Faktor Resiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSUDProf. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Provinsi Gorotalo tahun 2012.FKM Unhas. Makassar

    Riskesdas (2013). Berat Bayi Lahir. Available athttp://www.profilkesehatan.com/presentase berat bayi lahir rendah. diakses tanggal 2 Juni 2016

  • Sulistiani K. (2014) Faktor resiko kejadian BBLR di Wilayah Kerja PuskesmasKota Tanggerang Selatan tahun 2012-2014. Laporan Skripsi FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta

    Endriana Dewi S, (2012) Hubungan umur dan paritas ibu dengan berat bayi lahirdi RB Citra Insani Semarang tahun 2012. Available at : http//jurnal.animus ac.id Di akses tanggal 2 juni 2016

    Sulistyorini D dan Putri S, (2014) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhikejadian BBLR di Puskesmas Pedesaan Kabupaten Banjarnegara tahun2014. Voulume 1 No. 1 diakses tanggal 12 juni 2016

  • Lampiran 2

    Lembar checlist

    No nama pasien

    BBLR Umur pekerjaan kehamilan ganda

    Ya Tdk20-35tahun

    35

    tahunbekerja tidak

    bekerjagemeli tunggal

    1 By. Ny A

    2 By. Ny A

    3 By. Ny I

    4 By. Ny H

    5 By. Ny L

    6 By. Ny A

    7 By. Ny Y

    8 By. Ny R

    9 By. Ny S

    10 By. Ny R

    11 By. Ny R

    12 By. Ny R

    13 By. Ny N

    14 By. Ny S

    15 By. Ny S

    16 By. Ny U

    17 By. Ny D

    18 By. Ny E

    19 By. Ny E

    20 By. Ny N

    21 By. Ny I

    22 By. Ny E

    23 By. Ny N

    24 By. Ny S

    25 By. Ny S

    26 By. Ny S

    27 By. Ny S

    28 By. Ny S

    29 By. Ny I

    30 By. Ny I

    31 By. Ny E

    32 By. Ny I

    33 By. Ny M

    34 By. Ny M

    35 By. Ny N

  • 36 By. Ny S

    37 By. Ny H

    38 By. NyY

    39 By. Ny A

    40 By. Ny N

    41 By. Ny N

    42 By. Ny N I

    43 By. Ny N II

    44 By Ny. H

    45 By. Ny A

    46 By. Ny S

    47 By. Ny A

    48 By. Ny H

    49 By. Ny S

    50 By. Ny R

    51 By. Ny A

    52 By. Ny N

    53 By. Ny G

    54 By. Ny H

    55 By. Ny M

    56 By. Ny I

    57 By. Ny Y

    58 By. Ny S

    59 By. Ny A

    60 By. Ny W

    61 By. Ny Y

    62 By. Ny H

    63 By. Ny R

    64 By. Ny A

    65 By. Ny N

    66 By. Ny R

    67 By. Ny S

    68 By. Ny I

    69 By. Ny N

    70 By. Ny M

    71 By. Ny M

    72 By. Ny H

    73 By. Ny F

    74 By. Ny F

    75 By. Ny L

    76 By. Ny S

  • 77 By. Ny S

    78 By. Ny U

    79 By. Ny M

    80 By. Ny N

    81 By. Ny R

    82 By. Ny J

    83 By. Ny N

    84 By. Ny N

    85 By. Ny S

    86 By. Ny I

    87 By. Ny R

    88 By. Ny H

    89 By. Ny A

    90 By. Ny F

    91 By. Ny M

    92 By. Ny A

    93 By. Ny I

    94 By. Ny H

    95 By. Ny S

    96 By. Ny R

    97 By. Ny S

    98 By. Ny I

    99 By. Ny N

    100 By. Ny M

    101 By. Ny F

    102 By. Ny S

    103 By. Ny N

    104 By. Ny I

    105 By. Ny M

    106 By. Ny M

    107 By. Ny R

    108 By. Ny R

    109 By. Ny M

    110 By. Ny H

    111 By. Ny N

    112 By. Ny O

    113 By. Ny E

    114 By. Ny M

    115 By. Ny S

    116 By. Ny B

    117 By. Ny H

  • 118 By. Ny A

    119 By. Ny D

    120 By. Ny W