metode penelitian antropologi

Upload: muhammad-arman-alwi

Post on 12-Apr-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    1/27

    Page | 1

    Tugas : Laporan Hasil PenelitianMata Kuliah : Metode Penelitian Antropologi

    PACATA SEBAGAI TULANG PUNGGUNG MANAJEMEN

    NELAYAN PUNGGAWA DAN SAWI

    (Di TPI LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan sinjai Utara, Desa Lappa)

    OLEH:

    MUHAMMAD ARMAN ALWI

    P1900212007

    JURUSAN ANTROPOLOGI

    PROGRAM PASCA SARJANA ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    2/27

    Page | 2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar BelakangNegara maritim merupakan negara yang dianggap peduli dan mempu untuk

    mengolah sumber daya kekayaan dari dasar hingga permukaan lautnya dan malah jika perlu

    hingga lautan samudra lainnya. Hal ini berbeda dengan konsep negara kepulauan yang

    sebatas negara yang memang terlahir dengan banyak pulau.

    Indonesia lahir dengan memiliki banyak pulau. Ketika Republik Indonesia

    diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, wilayah laut teritoral Indonesia menurut

    Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 adalah 3 mil laut dari pantai. Hal

    ini menjadikan wilayah negara Indonesia terpisahkan oleh laut internasional. Wilayah laut

    Indonesia seperti hukum tersebut hanya sekitar 100.000 km2

    . Tetapi setelah melalui

    deklarasi Djuanda dan Konvensi PBB tentang hukum laut, wilayah perairan Indonesia

    ditambah 3,1 juta km2, ditambah pula dengan 2,7 juta km2Zona Ekonomi Eksklusif.

    Negara Indonesia memiliki letak geografis yang sangat strategis, yaitu terletak di antara

    dua samudra di mana paling tidak 70% angkutan barang melalui laut dari Eropa, Timur

    Tengah, Asia Selatan ke wilayah pasifk dan sebaliknya harus melalui perairan Indonesia.

    Wilayah laut yang sedemikian luas juga memberikan akses pada sumber daya laut seperti

    ikan, terumbu karang dan kekayaan biologi yang lain yang bernilai tinggi, wilayah wisata

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    3/27

    Page | 3

    bahari, sumber energi minyak dan gas bumi, serta mineral langka yang semuanya dapat

    dimanfaatkan untuk menunjang perekonomian negara.

    Kepulauan Indonesia menjadi Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang

    mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai

    11 derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur timur

    serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini

    mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi.

    Lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa

    dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas

    539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas

    421.981 km persegi.

    Dalam sebuah daerah maritim yg kaya akan hasil perikanan laut seperti yang terjadi

    disekitar dataran pinggiran kabupaten sinjai tepatnya didesa lappa, kecamatan sinjai utara,

    terdapat sebuah Tempat Pelelangan Ikan (TPI LAPPA) yang sangat terkenal akan export

    ikan cakalang serta sangat menarik untuk diteliti baik dari social ekonominya ataupun peran

    masyarakat lappa ketika berada didalam ruang lingkup TPI lAPPA karna sebagian besar

    masrakat lappa adalah nelayan yang setiap harinya beraktivitas bekerja sama sambil

    mencari masin-masin propesi masyarakat lappa ketika sudah berada diTPI LAPPA itu

    sendiri.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    4/27

    Page | 4

    Dibeberapa titip saya melihat aktivitas nelayan yang amat unit dan ganjil karna ada

    yang mengatakan dia adalah punggawa tetapi berperang juga sebagai tukang catat atau hasil

    tangkapan nelayan dari laut dialah yang mengatur sampai hasil tangkapan nelayan habis

    terjual, unitnya ada pula tukang catat yang saya temui yang bukan punggawa dan tidak

    mempunyai kapal sama sekali tetapi karna dia menpunyai keahlian sebagai pecata maka

    keahliannya sangat dibutuhkan oleh nelayan tangkap yang sudah berminggu-minggu

    menangkap ikan dilautan.

    Maka dari itu peneliti mencoba mengusulkan judul kepada dosen pembimbing, Pacata

    Sebagai tu lang punggung, Manajemen Para Nelayan Punggawa dan Sawi D i TPI

    LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan sin jai Utara, Desa Lappa.

    B. Rumusan Masalaha. Bagaiman posisi pacata dalam skema pendistribusian hasil tangkapan

    nelayan diTPI LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara Desa

    Lappa

    b. Bagaimana Peran Pacata dalam membuka relasi untuk penjualan hasiltangkapan nelayan diTPI LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai

    Utara Desa Lappa

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    5/27

    Page | 5

    C. Tujuan dan manfaat PenelitianTujuan Penelitian

    a. Untuk menggambarkan pacata dalam sebuah skema pendistribusian hasiltangkapan nelayan diTPI LA PPA Kabupaten Sinjai,

    b. Untuk mendeskripsikan peran pacata dalam membuka relasi terkait hasiltangkapan nelayan yang akan dilelang/dijual diKabupaten sinjai.

    Manfaat Penelitian

    c. Manfaat akademisPenelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai

    bekal dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritik terhadap masalah

    praktis yang didapat pada bangku perkuliahan dengan praktek yang

    diperoleh di lapangan baik bagi peneliti sendiri, bagi mahasiswa lain serta

    para pengenyam ilmu pengetahuan, terkhusus lagi ilmu antropologi.

    d. Manfaat PraktisHasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan

    pertimbangan bagi pemerintah dan instansi daerah setempat Dalam

    mengambil kebijakan-kebijakan yang bersentuhan dengan nelayan di

    TPI LAPPA Kabupaten Sinjai.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    6/27

    Page | 6

    D. Kerangka Konseptual

    Di dalam dunia modern ini, telah banyak sekali dijumpai kesenjangan sosial

    ekonomi yang di alami oleh masyarakat. Tak lain halnya dengan kondisi masyarakat

    nelayan yang berada di wilayah pesisir. Berdasarkan pada aspek geografisnya, masyarakat

    pesisir merupakan masyarakat yang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir. Kehidupan

    mereka sangat bergantung pada kondisi alam yang ada di wilayah pesisir yang ada di

    sekitar mereka. Karena hidup mereka berada di wilayah pesisir, maka tak salah bila roda

    ekonomi yang berjalan dalam kedupan mereka sangat bergantung pada bidang perikanan.

    Masyarakat nelayan merupakan pelaku utama dalam menentukan dinamika

    ekonomi yang ada di wilayah lokal. Sejak adanya modernisasi perikanan sejak awal 1970-

    an. Ekonomi nelayan bergerak semakin tumbuh dan berkembang. Akan tetapi dengan

    adanya hal demikian ternyata sangat berpengaruh juga pada bidang sosial, ekonomi,

    hukum, budaya dan politik yang ada dalam masyarakat nelayan pesisir. Karena adanya

    pertumbuhan produktivitas yang ada dalam masyarakat nelayan, beberapa masalah

    bermunculan. Misalnya saja masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, kerusakan

    lingkungan, pengelolan sumberdaya maritim yang kurang optimal. Padahal jika ditelisik

    lebih lanjut, masalah demikian sangat memberikan dampak kurang baik untuk

    kesejahteraan ekonomi sosial masyarakat nelayan.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    7/27

    Page | 7

    Suatu karakteristik utama pranata-pranata social tradisonal, termasuk pranata

    ekonomi ialah saling keterkaitan dan menguatkan dengan pranata-pranata social lainnya.

    Bahwa perilaku dalam suatu pranata tertentu tertanam dan mengakar dalam pranata-pranata

    social lainnya (Keesing, 1961:65). Jadi untuk memahaminya harus dianalisis dan dijelaskan

    dalam konteks pranata-pranata social budaya lainnya. Keempat pranata yaitu, ekonomi,

    politik, social kekerabatan (kemasyarakatan). Pranata social ini tetap bertahan dalam situasi

    modern meskipun berbagai unsurnya telah mengalami proses modifikasi dalam rangka

    dinamikanya.

    Kearifan lokal dipahami sebagai perangkat pengetahuan milik suatu masyarakat

    yang digunakan untuk menyelesaikan secara baik dan benar persoalan dan atau kesulitan

    yang dihadapi, serta diperoleh dari generasi-generasi sebelumnya secara lisan atau melalui

    tindakan ( Rasyid, 2002:126). Dengan demikian, kearifan local sesungguhnya merupakan

    mekanisme respon masyarakat atas terjadinya suatu ketidakpastian dalam interaksinya.

    Dalam konteks pembangunan kawasan pesisir atau aplikasi program intervensi

    pembangunan. Program pemberdayaan masyarakat pesisir , sikap mandiri nelayan

    merupakan modal sosial-budaya yang sangat berharga untuk menunjang pencapaian tujuan

    dari pembangunan. Bagi masyarakat nelayan atau bagi masyarakat miskin manapun, modal

    sosial yang dimiliki dapat berupa nilai-nilai, menghargai diri sendiri dan sesama, agama

    dan kepercayaan, etika sosial, komunikasi sosial, kerjasama dan gotong royong. Modal

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    8/27

    Page | 8

    sosial budaya merupakan kesatuan yang harus diidentifikasi dan dieksplorasi untuk

    dijadikan sebagai basis dari pembangunan masyarakat nelayan. Di dalam modal sosial

    budaya tercermin identitas dan harga diri suatu masyarakat, sehingga memiliki nilai

    fungsional sebagai kekuatan internal pembangunan.

    Struktur inti elementer kelompok organisasi ini ialah ponggawa laut dan sawi-sawi.

    Ponggawa berstatus pemimpin pelayaran dan aktifitas produksi dan berbagai pemilik alat-

    alat produksi. Mereka memiliki pengetahuan kelautan, pengetahuan dan keterampilan

    manejerial, sementara sawi hanya memiliki pengetahuan kelautan dan keterampilan kerja

    produksi semata. Bentuk struktural lain terjadi ketika suatu usaha perikanan mengalami

    perkembangan jumlah unit perahu dan alat-alat produksi yang dikuasai oleh ponggawa laut

    tadi sebagai akibat dari pengaruh kapitalisme. Untuk mengembangkan mempertahankan

    eksistensi usaha, maka ponggawa laut tidak ikut lagi mengikuti pelayaran melainkan tetap

    tingggal di darat atau pulau mengusahakan perolehan pinjaman modal dari pihak lain,

    mengurus biaya-biaya anggotanya yang beroperasi di laut dan lain-lain.

    Disinilah pada awalnya muncul satu status baru pada strata tertinggi dalam

    kelompok kerja nelayan yang disebut ponggawa darat. Untuk memimpin pelayaran dan

    aktifitas produksi di laut, ponggawa darat merekrut juragan-juragan baru menggantikan

    posisinya memimpin unit-unit usaha yang sedang berkembang atau meningkat jumlahnya.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    9/27

    Page | 9

    Para ponggawa laut dalam proses dinamika ini sebagian lainnya masih berstatus

    pemilik, sedangkan sebagian lagi hanyalah berstatus pemimpin operasi kelompok nelayan.

    Para juragan yang merekrut sawi-sawi berbakat atau potensial dikenal juga dengan istilah

    ponggawa caddi, sedangkan ponggawa besar disebut ponggawa lompo. Pola hubungan

    (struktur sosial) menandai hubungan-hubungan dalam kelompok ponggawa-sawi baik

    dalam bentuknya elementer (ponggawa-sawi) maupun yang lebih kompleks (eksportir-

    Ponggawa pulau-sawi) ialah hubungan patron-client: dari atas bersifat memberi servis

    ekonomi dan sosial, sedangkan dari bawah hubungan mengandung muatan moral dan

    modal sosial.

    Manusia adalah mahluk sosial. Apakah kita suka atau tidak, hampir semua yang kita

    lakukan dalam kehidupan kita saling berkaitan dengan orang lain. Sedikit sekali yang kita

    lakukan benar- benar soliter dan sangat jarang kita benar-benar sendirian. Jadi kajian

    mengenai bagaimana kita dapat berinteraksi satu sama lain, dan apa yang terjadi ketika kita

    berinteraksi, Adalah salah satu ikhwal paling mendasar yang menarik dalam kehidupan

    manusia. Seperti yang terjadi dimasyarakat nelayan di TPI LAPPA Kabupaten Sinjai

    Kecamatan Sinjai Utara, Desa Lappa berupa pengamatan tentang aktivitas sosial, ekonomi

    dan kehidupan politik.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    10/27

    Page | 10

    E. METODE PENELITIANa.

    Jenis dan Pendekatan Penelitian

    Seperti pada umumnya penelitian dalam ranah antropologi, pendekatan utama

    dalam penelitian yang dlakukan dalam mengungkap masalah ini digunakan penelitian

    kualitatif. Alasan penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dikarenakan dengan

    menggunakan penelitian kualitatif penulis berupaya untuk memahami fenomena tentang

    apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

    lain-lain secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

    suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

    (Moleong, 2000). Disamping itu, peneliti menjadi instrumen utama didalamnya untuk

    mengelaborasi berbagai data yang akan didapatkan di lapangan. Hasil yang didapatkan

    berupa data yang kemudian akan dibentuk secara deskriptif atau penggambaran mengenai

    Pacata Sebagai Tulang Punggung, Manajemen Para Nelayan Punggawa dan Sawi di TPI

    LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara, Desa Lappa.

    b. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilangsungkan pada 25-27 Januari 2013 di TPI LAPPA Kabupaten

    Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara, Desa Lappa. Lokasi tersebut sengaja dipilih karena yang

    penulis asumsikan merupakan daerah yang cukup banyak terdapat kelompok nelayan

    sehingga penulis dapat memperoleh informasi mengenai masalah yang diteliti.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    11/27

    Page | 11

    c. Teknik Penentuan InformanInforman yang dijadikan subjek dalam penelitian digolongkan kedalam dua golongan

    yakni, (1) Informan ahli yakni orang yang mengetahui dengan jelas kondisi daerah

    penelitian dan mampu menunjukkan siapa-siapa saja yang dapat memberikan informasi

    mengenai masalah yang akan diteliti. Biasanya yang bertindak sebagai informan ahli adalah

    kepala desa ataupun tokoh masyarakat yang disegani dan berperan penting dalam

    kelangsungan hidup masyarakat di desa dalam hal ini punggawa. (2) Informan biasa,

    yakni orang yang mengetahui tentang masalah yang diteliti dalam hal ini sawi.

    d. Teknik Pengumpulan DataPencarian data dalam menyusun penulisan ini digunakan beberapa teknik

    pengumpulan data yakni:

    1. Observasi, yakni teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi penelitian. Dengan cara observasi dapat ditemukan

    data-data tentang bagaimana tingkah laku ataupun aktivitas keseharian masyarakat

    desa yang berguna dalam mengkroscek kebenaran data nantinya. Menurut Alwasilah

    (2003:211) mendefinisikan observasi penelitian sebagai pengamatan sistematis dan

    terencana yang diniati untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan reabilitasnya.

    Teknik ini bertumpu pada indra yang dimiliki, yakni penglihatan, penciuman, peraba

    serta pendengaran. Dengan melakukan observasi, maka data yang diperoleh meliputi

    bagaimana aspek fisik dari daerah yang diteliti, apa saja kegiatan dan interaksi yang

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    12/27

    Page | 12

    terjadi, siapa pelaku yang terlibat dari aktivitas tersebut, serta berapa lama durasi serta

    frekuensi terjadinya.

    2. Wawancara Jenis data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknikwawancara mendalam meliputi pengalaman, pendapat atau kepercayaan, pengetahuan

    mengenai norma, nilai, sikap dan tanggapan.

    Metode wawancara mendalam (depth interpiew) dimana peneliti pertama yaitu

    menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan penelitian dilanjutkan dengan

    perkenalan mendalam kepada informan kemudian mengajukan pertanyaan dari inti-

    inti permasalahan kepada informan yang dipandang memiliki pengetahuan yang

    banyak berkenaan dengan masalah studi, serta mampu memberikan informasi

    tersebut dengan baik. Wawancara dilakuakan dengan mengacu pada instrumen

    berupa pedoman wawancara (interview guide) yang telah dibuat sebelumnya, yang

    dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pelaksanaan wawancara ini

    peneliti akan melaksanakannya pada saat peneliti melakukan observasi ke lapangan

    peneliti, dimana peneliti mencoba untuk memulai berinterkasi dengan masyarakat di

    TPI LAPPA Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara, Desa Lappa.

    Studi Literatur, merupakan teknik penelitian yang dilakukan dengan membaca dan

    mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Studi

    literatur ini dilakukan untuk membantu penulis memperdalam pengetahuan tentang

    masalah yang diteliti dan pendekatan serta konsep untuk menganalisis permasalahan

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    13/27

    Page | 13

    dan juga sebagai penambah wawasan penulis. Salah satu yang perlu dilakukan dalam

    persiapan penelitian adalah mendayagunakan sumber informasi yang di dapat di

    perpustakaan.

    F. Model Analisis Data

    Analisis data penelitian menelaah seluruh data yang tersedia dari proses pengkajian

    hasil wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang terkumpul (Suwardi Endraswara,

    2006:174). Langkah menganalisis data adalah dengan menarik kesimpulan dan

    verifikasi, yaitu sebagian dari suatu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan yang

    diambil tentu saja berdasar pemahaman terhadap data yang telah disajikan dan dibuat

    dalam pernyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok

    permasalahan yang diteliti. Cara yang diambil dalam analisis ini adalah setelah data

    terkumpul semua baik itu wawancara, pengamatan yang sudah tertulis dalam catatan

    harian di lapangan, hasil observasi dan lain sebagainya di tabulasi. Setelah itu peneliti

    melakukan pengelompokan jawaban. Mengacu pada parameter yang telah ditentukan

    dengan cara seperti ini diharapkan akan mempermudah penarikan kesimpulan dan

    tidak dilakukan secara berulang-ulang. Kelengkapan data yang utuh juga memudahkan

    di dalam menarik kesimpulan.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    14/27

    Page | 14

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Pacata dalam sebuah skema pendistribusian hasil tangkapan nelayan di TPI LAPPAKabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai Utara desa Lappa.

    Kabupaten Sinjai terletak di Jazirah Selatan bagian Timur Propinsi Sulawesi

    Selatan dengan Ibukotanya Sinjai. Berada pada posisi 50 19' 30" sampai 50 36' 47"

    Lintang Selatan dan 1190 48' 30" sampai 1200 0' 0" Bujur Timur.

    Disebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bone, di sebelah Timur dengan

    Teluk Bone, di sebelah Selatan dengan Kabupaten Bulukumba, dan sebelah Barat

    dengan Kabupaten Gowa. Luas Wilayah Daratan, Luas wilayah yang dimililki oleh

    Kabupaten sinjai adalah 819, 96 km2 Luas Wilayah Pesisir, Kabupaten Sinjai

    memiliki garis pantai sepanjang 28 km yang terdiri atas wilayah pantai daratan

    panjang 17 km dan wilayah kepulauan dengan panjang garis pantai 11 km.

    Tempat Pelelangan ikan LAPPA terletak di Desa Lappa yang berjarak sekitar 15 km

    dari Kota Sinjai, secara administratif termasuk dalam Kecamatan Sinjai Utara. TPI

    LAPPA merupakan Unit Pelaksanan Teknis Departemen Kelautan dan Perikanan di

    bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah dan bertanggung jawab

    kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap. TPI LAPPA merupakan pelabuhan

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    15/27

    Page | 15

    perikanan yang diusahakan karena sebagian sarananya dikelola secara produktif dan

    ekonomis oleh Perum. Landasan hukumnya adalah :

    1. Undang-undang RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan

    2. Peraturan Pemerintah RI No. 11 Tahun 1983 tentang Pembinaan Kepelabuhan

    3. Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum)

    Prasarana Perikanan Samudera

    4. Peraturan Pemerintah RI No. 62 Tahun 2002 tentang Tarip PNBP

    5. SK Menteri Perhubungan RI No. KM.35/AL.106/Phb.85 tentang Pelabuhan

    Perikanan

    6. SK Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT-210/10/99 tentang Tata Hubungan Kerja

    UPT Pelabuhan Perikanan dengan instansi terkait dalam pengelolaan Pelabuhan

    Perikanan

    7. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.26.1/MEN/2001 tanggal 1 Mei

    2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan

    8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.10/MEN/2004 tentang

    Pelabuhan Perikanan

    Tempat Pelelangan Ikan Dilappa ini dilengkapi juga dengan fasilitas fungsional,

    diantaranya adalah fasilitas pengemasan dan pengepakan ikan. Sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku, maka semua hasil tangkapan ikan yang tidak dipergunakan sebagai lauk-

    pauk, harus dijual secara lelang di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Pada umumnya, ikan-

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    16/27

    Page | 16

    ikan yang didaratkan di TPI LAPPA dijual dengan melalui proses pelelangan. Harga

    lelang di TPI LAPAA atas kesepakatan antara nelayan, Pacata dan pedagang. Para

    pedagang akan membayar kepada Pacata melalui TPI secara 25tunai di loket kasir

    pelelangan. Mekanisme pelelangan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1. Pembongkaran

    Setelah kapal merapat di TPI LAPPA, selanjutnya pacata melapor kepada pos

    keamanan (polri, Syahbandar, ataupun Satpol). Kemudian kapal atau perahu tersebut

    akan mendapatkan nomor urut dari petugas TPI LAPPA, yang selanjutnya ditulis di

    papan tulis atau papan pengumuman.

    2. Penimbangan

    Sebelum ikan dilelang, dilakukan penimbangan terlebih dahulu. Penimbangan

    dilakukan berdasarkan jenis ikan dan satuan (per keranjang atau basket). Selanjutnya

    hasil timbangan dituliskan pada karcis timbangan yang diletakkan di atas ikan yang

    dilakukan oleh pacata sebagi bukti jika ditanya oleh si punggawa darat.

    3. Pelelangan

    Di TPI LAPPA dimulai sejak sekitar pukul 06.00 WITA sampai dengan pukul 12.00

    WITA kemudian berlanjut lagi 17.00 WITA sampai 21.00 WITA. Para pedagang yang

    mengikuti kegiatan pelelangan ikan terdiri dari pedagang kecil (pengecer), menengah,

    maupun pedagang besar. Para pedagang kecil (pengecer) dapat langsung mengikuti

    kegiatan pelelangan atau membelinya melalui pacata yang diberikan tugas atau bentuk

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    17/27

    Page | 17

    kerja sama antara punggawa dan pacata sesuai hasil kesepakatan. Pelelangan dilakukan

    berdasarkan urutan pembongkaran kapal dan berdasarkan jenis maupun satuan jumlah

    yang telah dicatat oleh si pacata. Kegiatan pelelangan ini bersifat terbuka, daan dapat

    diikuti oleh siapapun yang berkepentingan. Penentuan harga lelang ditentukan oleh

    pacata adalah penawaran harga yang tertinggi yang diajukan oleh peserta lelang, setelah

    sebelumnya dilakukan pengulangan atas penawaran tertinggi tersebut sebanyak 3 kali.

    Setelah proses pelelangan selesai, maka harga ikan, berat dan jenisnya akan dicatat.

    B. Peran Pacata dalam membuka relasi untuk penjualan hasil tangkapan nelayan diTPILAPPA Kabupaten Sinjai

    Kapal-kapal perikanan yang mendaratkan hasil tangkapannya tidak hanya berasal

    dari Sinjai atau takalar saja, tetapi juga dari daerah Palopo atau Luwu Timur yang

    tercatat sebanyak 200 kapal dari luar daerah ini yang mendaratkan ikan di TPI LAPPA,

    sedangkan pada tahun 2004 tercatat sebanyak 300 kapal dari luar daerah, mengalami

    penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan kapal perikanan di TPI

    LAPPA dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu kapal parengge TPI unit II dan kapal

    pancing / Pagai untuk TPI unit I. Untuk jumlah kunjungan kapal parengge dari tahun ke

    tahun cenderung meningkat dan tahun 1999 - 2001 terjadi penurunan karena terjadi

    pendangkalan muara laut sinjai yang tinggi sehingga kapal parenggge yang berukuran

    besar tidak bisa masuk di TPI LAPPA. Sedangkan untuk kunjungan kapal

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    18/27

    Page | 18

    pancing/pagae yang berukuran lebih kecil ditukar atau diganti kapal-kapal pancing yang

    lebih besar.

    Produksi ikan yang dominan didaratkan di TPI LAPPA adalah jenis-jenis ikan

    cakalang, dan sebangsanya. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) LAPPA salah satu fasilitas

    fungsional, digunakan untuk tempat melelang ikan hasil tangkapan nelayan, dan juga

    tempat bertemunya Sulawesi-selatan. Lokasi TPI LAPPA terletak di depan dermaga,

    sehingga memudahkan dalam proses pembongkaran dan pelelangan ikan Frekuensi

    lelang dua kali per hari.

    Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di LAPPA berfungsi sebagai tempat pendaratan dan

    pelelangan hasil tangkapan utama dari ikan-ikan pelagis besar seperti tuna dan

    cakalang. Selain itu juga ikan-ikan hasil tangkapan sampingan seperti hiu, tenggiri, dan

    hasil tangkapan dari golongan krustasea seperti udang. Pembongkaran kapal-kapal

    umumnya dilakukan sekitar pukul 05.00-09.00 WITA. Sebelum hasil tangkapan

    didaratkan, dilakukan pencatatan terlebih dahulu oleh pacata yang sudah ditemani kerja

    sama oleh punggawa.

    Kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI LAPPA adalah mini purse seine

    dengan ukuran 20 GT-30 GT. Kapal-kapal tersebut selain dari Takalar dan Palopo ada

    juga yang berasal dari daerah luar lainnya. Fasilitas-fasilitas TPI yang semakin lengkap,

    menyebabkan banyak nelayan yang memiliki kapal untuk mendaratkan hasil

    tangkapannya di TPI. Frekuensi lelang adalah dua kali dalam sehari, berlangsung dari

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    19/27

    Page | 19

    pukul 08.00 dan berakhir pukul 17.00 WITA Namun apabila jumlah produksi sedikit

    maka proses lelang selesai / berhenti sebelum pukul 17.00 WITA. Sementara itu proses

    lelang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

    a.Dimulai dengan pendaratan ikan yang dibawa ke TPI, dengan menggunakan basketkemudian ditimbang. Setelah itu basket berisi ikan disusun pada tempat lelang,

    dikelompokkan berdasarkan jenis ikan.

    b. Petugas mencatat jumlah produksi ikan yang telah tersusun dan menyerahkannyakepada juru lelang. Setelah itu dilakukan pelelangan.

    c.Sistem penawaran dimulai dari harga terendah sampai batas penawaran tertinggi olehbakul. Bakul yang berhak memperoleh ikan adalah bakul yang melakukan penawaran

    tertinggi sampai tiga kali.

    d.Setelah itu, nelayan mendapatkan struk lelang dari Pacata yang menyatakan jumlahikan yang dilelang untuk kemudian dicatat pada karcis lelang, yang selanjutnya

    dimintakan SPU (Surat Pembayaran Uang) dari juru rekening dan selanjutnya nelayan

    meminta uang pada kasir bayar dengan pungutan sebesar 3 %.

    e. Untuk bakul pemenang lelang, setelah ikan dibawa keluar dari area lelang, makabakul tersebut harus membayar pada kasir dengan ditambah potongan 2 %. Kebijakan

    pemberian dana paceklik dilaksanakan setiap 6 bulan, biasanya menjelang hari raya,

    dan diberikan dalam bentuk beras dan uang simpanan nelayan (saving). Bagi hasil

    antara nelayan dan juragan sebesar 60 : 40. Fasilitas kredit ada, diberikan Pemerintah

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    20/27

    Page | 20

    Daerah Tingkat I dan Pemerintah Daerah Tingkat II. Kegiatan pengembangan nelayan

    dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan secara berkala dilakukan, dengan mendatangkan

    narasumber dari Dinas Perikanan Tingkat I maupun Tingkat II, dengan materi mengenai

    alat tangkap, dan kegiatan keterampilan-keterampilan teknis lainnya bagi nelayan.

    Paparan data hasil pengamatan yang dilaporkan adalah data tentang apa yang

    diungkap oleh peneliti karena disini peneliti terjun langsung kelapangan jadi peneliti

    dapat mengetahui apa yang terjadi dari pengamatan tersebut, berikut ini pengamatan

    yang menggambarkan tentang aktivitas nelayan.

    Pada pukul 15.30 WITA Jumat tanggal 25 Januari 2013 peneliti malakukan

    pengamatan pertama dengan mengamati para nelayan datang dari aktivitas melaut,

    dimana para nelayan berdatangan dari laut menuju pedagang ikan membawa hasil

    tangkapan ikannya untuk dijual ke pedagang ikan hiruk pikuk penimbangan dan jual

    beli ikan terjadi antara buruh nelayan dengan pedagang ikan kemudian pedagang ikan

    membayar uang dari penjualan ikan itu sesuai dengan harga yang disepakati, tetapi

    ketika proses jual beli berlangsung hubungan kerja juragan yang bernama bapak

    Asmawi tidak ikut andil dalam aktivitas jual-beli pada waktu itu juragan cukup

    menyuruh buruh nelayan membawa ikan hasil tangkapan, juragan tinggal menerima

    seluruh total jumlah uang dari pacata sesuai hasil perolehan ikan tersebut, kemudian

    buruh nelayan membawa bukti catatan transaksi dari pedagang ikan/tengkulak ke

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    21/27

    Page | 21

    juragan sebagai bukti dari jumlah uang yang diterima dari perolehan ikan dan uang

    bayaran itu juragan langsung membagikan sesuai dengn sistem bagi hasil yang berlaku.

    Berdasarkan pengamatan yang ditangkap peneliti ternyata pendapatan yang diterima

    buruh nelayan (sawi) cukup kecil sekali, sistem bagi hasil yang diterapkan nelayan

    berbeda dengan pekerjaan lain seperti pegawai negeri atau petani, yaitu sistem bagi

    hasil yang berlaku dimasyarakat nelayan menggunakan sistem perhari dan itupun

    penghasilan yang diterima buruh nelayan jauh sekali berbeda dengan yang diterima

    punggawa, hubungan kerja masyarakat Lappa setiap kali memperoleh ikan mereka

    bawa pulang untuk dijual ke pedagang ikan dari pengamatan peneliti, yang bekerja total

    dari perolehan ikan adalah pandiga sedangkan juragan hanya menerima bayaran dari

    hasil tangkapan ikan itu, adanya pinjaman yang mengikat mereka (sawi) tidak bisa

    berbuat banyak kecuali bekerja dan terus bekerja terutama ketika memperoleh

    tangkapan ikan, mereka memikul dan sebagian lainnya mencatat dengan semangat ikan-

    ikan yang di tangkapnya untuk dibawa pedagang ikan, hal ini dilakukan supaya

    menambah hasil bayarannya tersebut.

    Pola hubungan kerja seperti ini terlihat adanya gap (ketimpangan) karena punggawa

    sebagai pihak yang berkuasa sehingga punggawa bebas menyuruh dari kegiatan

    transaksi jual beli ikan tersebut, buruh nelayan semangat dalam bekerja tak lain adalah

    agar faktor penghasilan mereka bertambah, karena sistem yang berlaku yaitu ada

    tambahan upah untuk bagian pikulan ikan.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    22/27

    Page | 22

    Ada keterkaitan dari pendapatan ke hubungan kerja yang mereka bentuk antara

    punggawa dengan sawi (pacata). Bayaran akan di kasihkan setelah uang terkumpul dari

    penjualan ikan itu. Punggawa pula yang mengatur sistem pembagian uang tersebut

    karena dia sebagai Patron yang mempunyai kekuasaan maka Klien (sawi) yang

    statusnya mempunyai ketergantungan hanya pasrah menerima berapapun bayaran dari

    penangkapan ikan tersebut, tetapi meskipun demikan tak jarang sawi hanya mendapat

    20.000 dari kerja kerasnya bagitulah nasib kaum bawah, menjalani hidup sebagai

    nelayan tidak mudah terutama bagi kaum buruh nelayan didalam bekerja mereka hanya

    bermodal tenaga saja sehingga kedudukannya dimata masyarakat di anggap lapisan

    bawah.

    Pada tanggal 26 Januari 2013 waktu menunjukan pukul 16.00 WIB peneliti

    melakukan pengamatan kedua dengan kejadian yang sama yaitu para nelayan

    berdatangan dari aktivitas melaut membawa hasil tangkapannya, kemudian Punggawa

    H.Zubairi selaku juragan perahu Mulya memberi perintah kepadaburuh nelayan agar

    perolehan ikan segera dibawa ketempat pedagang ikan dengan suara agak meninggi.

    H. Zubairi memanggil salah satu anak buah kapal yang bernama Sali dan mengatakan

    dari uang hasil tangkapan itu supaya segera dikasihkan kepadanya untuk segera di

    bagikan kepada buruh nelayan sesuai dengan sistem yang berlaku. Juragan H. Zubairi

    sebagai punggawa oleh masyarakat Lappa dianggap cukup terpandang karena

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    23/27

    Page | 23

    pendapatannya cukup tinggi dibanding buruh nelayan dan perahunya sering mendapat

    hasil tangkapan ikan yang maksimal dibanding perahu lainnya.

    Berdasarkan pengamatan peneliti posisi sebagai juragan mempunyai wewenang

    penuh atas perahu, perlengkapan peralatan serta pola-pola yang berkaitan dengan

    aktivitas penagkapan ikan mulai dari pembagian hasil sampai kepada bagaimana

    mereka berinteraksi dengan bawahannya seperti buruh nelayan atau sawi. Contohnya

    seperti H.Zubairi meskipun dia sebagai punggawa tetapi dia tidak ikut dalam

    mengoperasikan aktivitas pengakapan ikan dilaut, dia hanya menunggu kabar dirumah

    apakah perahunya mendapatkan ikan yang maksimal atau sebaliknya. Bahkan

    karakteristik sikap dan watak mereka yang cenderung keras tidak jarang sering terjadi

    perbedaan pendapat dalam bekerja antara buruh nelayan satu dengan yang lainnya.

    Menurut pengamatan peneliti hubungan kerja yang demikian tidak jarang

    menimbulkan konflik antar nelayan hal ini semakin diperkuat apa yang dikatakan bapak

    Sali selaku pandiga dia mengatakan ketika proses aktivitas penangkapan ikan sedang

    berlangsung sering beda pendapat dalam hal cara menangkap ikan menurut persepsi

    mereka sendiri. Tetapi meskipun hal itu terjadi Berdasarkan observasi peneliti interaksi

    yang terjalin antara keduanya cukup baik, dan hubungan kerja mereka saling

    menguatkan satu sama lain, artinya sesama punggawa mereka saling membantu jika

    ada keperluan. Contohnya mereka saling meminjami perlengkapan alat untuk melaut,

    atau meminjami barang-barang yang lain. Mereka tidak segan untuk menjalin hubungan

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    24/27

    Page | 24

    sosial yang lebih baik karena mereka merasa berasal dari strata yang sama, artinya

    sesama juragan mereka mempunyai kedudukan yang seimbang dimata masyarakat.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    25/27

    Page | 25

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULANDapat disimpulkan dari analisis peneliti peranan Pacata dan makna suatu

    pendapatan mempunyai arti yang sangat signifikan bagi penduduk desa Lappa, tinggi

    rendanhya pendapatan berpengaruh dalam membentuk starata atau kedudukan dalam

    masyarakat desa Lappa, bagi mereka yang mempunyai pendapatan tinggi (juragan)

    berada pada starata atas karena juragan adalah orang yang mempunyai penguasaan alat

    perlengkapan ikan sehingga bayaran yang diterima lebih tinggi, dan yang mempunyai

    pendapatan rendah seperti buruh (sawi) berada pada starata bawah, realitas tersebut

    tidak jarang menimbulkan perbedaan pendapat karena buruh nelayan sering tidak puas

    terhadap bayaran yag mereka terima disebabkan perbedaan yang jauh dari jumlah bagi

    hasil antara punggawa dan sawi.

    Hubungan kerja yang mereka bentuk adalah berdasarkan pinjaman ikatan yaitu

    Patron (punggawa) memberikan pinjaman kepada Klien (sawi) dengan jumlah tertentu

    tanpa adanya bunga, ini suatu kontrak kerja terikat dan antisipasi agar sawi tersebut

    tidak mudah pindah ke punggawa lain. Adanya kontrak tersebut sawi tidak bebas untuk

    bekerja kepada punggawa manapun. Juragan merupakan pihak yang memiliki status

    yang lebih tinggi karena mereka berkuasa dari segi modal dan perlengkapan ikan

    lainnya, Dari sini terlihat adanya kesenjangan (gap) dan kedudukan yang tidak setara.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    26/27

    Page | 26

    B. SARAN1. Pengembangan dan peningkatan pemberdayaan masyarakat pesisir harus lebih di

    perhatikan oleh pemerintah agar masyarakat pesisir mampu bersaing dengan

    masyarakat kota sehingga masyarakat pesisir bisa terlepas dari belenggu

    ketertinggalan dan mampu meningkatkan perekonomian daerahnya sendiri.

    2. Perlunya pihak terkait dan semua lapisan masyarakat untuk mengadakan proses

    pendampingan secara intensif dan berkelanjutan untuk memberdayakan masyarakat

    nelayan.

  • 7/22/2019 Metode Penelitian Antropologi

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Keesing, M. Roger (1961), Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer

    (Jilid 1&2). Jakarta: Erlangga.

    Moleong, L.J., (2000) Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosalakarya,

    Bandung.

    Putra, Heddy Shri Ahimsa (2007). Patron dan Klein di Sulawesi-Selatan. Sebuah

    Kajian FungsionalStruktural. Yogyakarta: Kepel Press.

    Rasyid, Achmad (2002), Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Yogyakarta:

    Gajahmada University Press.

    http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130072-aidil-fitriyah.ps

    http://penerbit-ininnawa.blogspot.com/2010_01_01_archive.html.

    http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130072-aidil-fitriyah.pshttp://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130072-aidil-fitriyah.ps