hasil penelitian zunarto

Upload: asyaukimahmudi

Post on 05-Feb-2018

276 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    1/74

    37

    BAB III

    GEOLOGI

    Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci dan sistematis mengenai hasil

    penelitian yang dilakukan di daerah Sidamukti dan sekitarnya yang meliputi aspek

    geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, geologi sejarah, dan sumberdaya dan

    kebencanaan geologi.

    3.1 Geomorfologi

    Daerah penelitian berdasarkan kenampakan topografi secara umum, sekitar

    75% termasuk ke dalam klasifikasi daerah perbukitan dengan ketinggian 150 meter

    sampai dengan 750 meter di atas permukaan air laut dengan kemiringan lereng yang

    relatif bergelombang hingga curam. Pada bagian selatan daerah penelitian memiliki

    ketinggian yang relatif lebih tinggi dan kontur yang lebih rapat dibandingkan dengan

    daerah penelitian yang ada di bagian lain.

    3.1.1 Morfografi Daerah Penelitian

    Morfografi merupakan salah satu aspek dalam penentuan satuan

    geomorfologi, meliputi bentuk lembah, bentuk lahan dan pola pengaliran.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    2/74

    38

    a. Bentuk Lahan

    Berdasarkan klasifikasi van Zuidam (1985), bentuk lahan pada daerah

    penelitian terbagi menjadi dua bentuk, yaitu pedataran dan perbukitan. Bentuk lahan

    pedataran menempati wilayah bagian utara dan tengah daerah penelitian dengan luas

    sekitar 20% dari total luas daerah penelitian. Sedangkan bentuk lahan perbukitan baik

    itu struktural, vulkanik serta intrusi menempati 80% dari total luas daerah penelitian.

    b.

    Bentuk Lembah

    Berdasarkan analisa topografi dan kenampakan lapangan, bentuk lembah

    daerah penelitian terbagi menjadi dua jenis lembah yaitu U dan V. Lembah U berada

    pada sungai-sungai utama dimana erosi didominasi oleh gaya horizontal. Bentuk

    lembah U ini bsai dijumpai pada sungai Cilutng, Cipaingeun, Cijurey dan lain

    sebagainya. Sedangkan bentuk lembah V berada didaerah perbukitan atau

    pegunungan.

    c. Pola Pengaliran Sungai

    Berdasarkan hasil penelaahan, dengan cara membuat klasifikasi pola

    pengaliran di daerah penelitian dengan pola-pola pengaliran dasar (Van Zuidam,

    1932) dan pola pengaliran modifikasi (Howard, 1967), maka pola pengaliran daerah

    penelitian dapat dibagi menjadi empat jenis (gambar 3.1), yaitu:

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    3/74

    39

    1. Pola pengaliran rektangular

    2. Pola Pengaliran Trellis

    3. Pola Pengaliran radial

    4. Pola Pengaliran Anastomotik

    5. Pola Pengaliran Subdendritik

    Gambar 3.1 Pembagian pola aliran yang berkembang di daerah penelitian

    3

    1

    4

    5

    2

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    4/74

    40

    Pola pengaliran rektangular

    Pola aliran rektangular mempunyai induk sungai dengan anak sungai yang

    memperlihatkan arah lengkungan menganan, umumnya mencerminkan adanya

    pengontrol struktur sesar ataupun kekar.Pola pengaliran ini menunjukkan daerah

    dengan pola pengaliran tidak menerus, dan tidak memiliki perulangan lapisan batuan.

    Induk sungai ataupun anak sungai memperlihatkan bentuk perlengkunagn

    denga sudut hampir tegak lurus dan umumnya arah pengalirannya mengikuti suatu

    zona sesar ataupun zona kekar yang dilaluinya.pada beberapa keadaan terlihat bahwa

    induk sungai melalui suatu zona sesar sedangkan anak sungainya berkembang

    melalui kekar-kekar yang disebabkan karena adanya kompresi ataupun tarikan

    daripada sesar utamanya. Pola pengaliran ini berada pada bagian selatan yaitu pada

    Desa Kadu, Desa Cisampih, Desa Cibuyung, Desa Cimanintin, Desa Palasari, Desa

    Pasir Kunci, serta berkembang pada Sungai Cilutung, CIjaweu, Citayeum. Pola

    pengalirna ini menempati sekitar 35% dari total luas daerah penelitian. Bentuk lahan

    pad apola ini adalah bentuk U V.

    Pola Pengaliran Trellis

    Pola pengaliran trellis dicirikan oleh sungai yang mengalir lurus disepanjang

    lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya.

    Sungai utama dengan cabang-cabangnya membentuk sungai lurus sehingga

    menyerupai bentuk pagar. Litologi yang berkembang pada pola pengaliran ini adalah

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    5/74

    41

    breksi vulkanik dengan bentuk lereng yang curam. Pola ini terdapat pada bagian

    tengah sampai timur laut daerah penelitian atau sekitar 15% dari total luas daerah

    penelitian. Pola ini terdapat pada Desa Sidamukti, Kelurahan Babakan Jawa, gunung

    Padengndeung, Gunung Mangkubumi, sungai Cibalumbang, dan dusun Cibatu.

    Pola Pengaliran Radial

    Pola pengaliran ini mempunyai bentuk menyebar dari satu pusat, terjadi pada

    kubah intrusi, kerucut vulkanik. Sistem pola pengaliran radial ini adalah sentrifugal,

    yaitu menyebar keluar dari pusat. Lereng-lereng pada pola pengaliran ini sangat

    curam dan menempati sekitar 10% dari total luas daerah penelitian. Pola pengaliran in

    berkembang pada sekitar Gunung Walahar, dan Desa Kadu.

    Pola Pengaliran Anastomotik

    Pola pengaliran ini dicirikan oleh saluran sungai yang saling berkaitan,

    berawa-rawa, dan kaki sungai yang umum ditemukan dalam daerah limpah banjir.

    Pola ini berkembang pada bagian utara serta tengah daerah penelitian meliputi

    Kelurahan Majalengka Wetan, kelurahan Majalengka Kulon, Kelurahan Tonjong,

    Kelurahan Tarikolot, Desa Cijurey, Desa Pasirmuncang, sungai Cilutung, Sungai

    Cijurey, Dusun Cikamarang, Dusun Depok, Dusun Ciandeu. Pola pengaliran ini

    menempati sekitar 15% dari total luas daerah penelitian.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    6/74

    42

    Pola Pengaliran Subdendritik

    Pola pengaliran ini merupakan jenis pola pengaliran modifikasi, yaitu

    memiliki karateristik pola cabang-cabang sungai tributary dendritic, namun

    pertemuan cabang-cabang sungai sungai tributary cenderung mengikuti suatu pola

    berkelok dari sungai parenial. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah kontrol

    struktur reltif kecil dan batuan sedimen yang memilik kemiringan relative landau.

    Pola ini berkembang pada berkembang di bagian barat daerah penelitian yaitu

    kecamatan Cadasngampar, Desa Cintajaya, dusun cilawuk, dusun Lebaksiuh, sungai

    Cipaingeun, sungai Ciranca. Pola pengaliran ini menempati sekitar 20% dari total

    luas daerah penelitian.

    3.1.2 Morfometri

    Berdasarkan perhitungan analisa mrofometri yang dilakukan untuk

    meneglompokkan daerah berdasarkan penentuan kemiringan lereng, maka didapatkan

    empat kemiringan lereng di daerah penelitian yaitu : datar, lereng agak curam, lereng

    curam dan lereng sangat curam. Pembuatan peta kemiringan lereng menggunakan

    peta dasar skala 1 : 25.000 dan dibagi menjadi 400 kotak, dengan luas setiap kotak

    4cm x 4cm dimana mewakili luas 500m x 500m luas sebenarnya.

    3.1.3 Morfogenetik

    Morfogenetik adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan

    suatu bentang alam atau moroflogi. Dalam menentukan morfogenetik kita bisa

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    7/74

    43

    mengetahuinya dari pola pengaliran sungai yang berkembang dan hubungannya

    terhdapa struktur geologi, serta litologi pada batuan di daerah tersebut. Faktor-faktor

    yang mempengaruhi perkembangan pola aliran tersebut antara lain : kemiringan

    lereng, resistensi batuan, struktur geologi dan proses geologi kuarter.

    Pada daerah penelitian sendiri faktor endogen yang dominan adalah struktural

    dimana dicirikan oleh pola pengaliran rectangular dan trellis. Selain itu, tenaga

    eksogen yang dominan adalah pelapukan dan erosi, terlihat dari lembahan bentuk U

    serta bantuk laha pedataran.

    3.1.4 Satuan Geomorfologi

    Berdasarkan kondisi topografi, sifat litologi, dan struktur geologi yang

    mengontrol luasan kavling tersebut, serta pola pengaliran sungai yang berkembang,

    maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi enam satuan geomorfologi (Lembar

    Peta 2) , yaitu :

    1. Satuan Geomorfologi Pedataran Alluvium

    2. Satuan Geomorfologi Kerucut Intrusi

    3. Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Agak Curam

    4. Satuan Geomorfologi Vulkanik Sangat Curam

    5. Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktural Curam

    6. Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktural Sangat Curam

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    8/74

    44

    Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium

    Satuan ini menempati sekitar 20% dari total luas daerah penelitian yang

    terbentang dari barat laut dari Desa Cipinang, Sungai Cijurey, Sungai Cilutung

    bagian utara sampai timur laut serta pada bagian tengah penelitian. Juga terdapat

    satuan geomorfologi ini, yaitu pada desa Ciandeu. Wilayah dari satuan ini tersusun

    atas endapan aluvium. Secara morofologi satuan ini dicirikan oleh sungai yang

    berpola anostomotik dengan bentuk lembah yang umumnya U.

    Secara morfometri satuan ini menempati daerah dengan ketinggian 50 150

    mdpl dengan kemiringan lereng 1-20. Secara morfogenetik, proses yang dominan

    mempengaruhi yakni proses eksogen berupa pelapukan dan erosi.

    Gambar 3.2Kenampakan satuan geomorfologi pedataran alluvium di Sungai

    Cilutung, Dusun Ciandeu

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    9/74

    45

    Satuan Geomorfologi Kerucut Intrusi

    Satuan ini menempati sekitar 7% dari total daerah penelitian yang letaknya

    tersebar. Satuan ini mempunyai litologi batuan beku berupa porfiri andesit yang

    menerobos batuan lebih muda akibat adanya zona - zona lemah sepanjang bidang

    patahan. Secara morofologi satuan ini dicirikan oleh pola pengaliran radial dengan

    sifat sentrifugal yaitu menyebar keluar dari pusat. Satuan ini bisa dijumpai pada

    Gunung Walahar, Gunung Haun, Gunung Maung, dan lain-lain. Secara morfometri,

    satuan ini menempati daerah dengan ketinggian 148 548 mdpl dengan kemiringan

    lereng 52-900. Secara morfogenetik, proses yang dominan mempengaruhi yakni

    proses endogen berupa tektonik yang menyebabkan zona lemah.

    Gambar 3.3Kenampakan satuan geomorfologi kerucut intrusi pada Gunung

    Maung

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    10/74

    46

    Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Agak Curam

    Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik agak curam ini di daerah penelitian

    dicirikan dengan bentuk relief perbukitan. Satuan ini menempati sekitar 5% dari

    total luas daerah penelitian yang terletak pada bagian timur laut yakni Gunung

    Mangkubumi, Dusun Cibatu. Satuan ini diwakili oleh warna cokelta muda pada

    daerah penelitian.

    Secara morfologi satuan ini dicirikan oleh pola pengaliran trellis. mengalir

    lurus disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam

    dari kedua sisinya. Litologi penyusun satuan ini adalah breksi vulkanik. Secara

    morfometri satua ini menempati daerah dengan kemiringan lereng 10 25% serta

    ketinggian 125 204 mdpl. Secara morfogenetik, proses yang dominan adalah

    pelapukan dan erosi serta proses endogen berupa struktur.

    Gambar 3.4 Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan vulkanik agak

    curam di Dusun Cibatu

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    11/74

    47

    Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Sangat Curam

    Satuan geomorfologi perbukitan vulkanik agak curam ini di daerah penelitian

    dicirikan dengan bentuk relief perbukitan. Satuan ini menempati sekitar 10% dari

    total luas daerah penelitian yang terletak pada bagian tengah sampai timur laut yakni

    Desa Sidamukti, Gunung Padengdeung dan Gunung Panten,. Satuan ini diwakili oleh

    warna cokelat tua pada daerah penelitian.

    Secara morfologi satuan ini dicirikan oleh pola pengaliran trellis. mengalir

    lurus disepanjang lembah dengan cabang-cabangnya berasal dari lereng yang curam

    dari kedua sisinya. Litologi penyusun satuan ini adalah breksi vulkanik. Secara

    morfometri satua ini menempati daerah dengan kemiringan lereng 57 - 900 serta

    Gambar 3.5Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan vulkanik sangat

    curam pada Gunung Padengdeung

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    12/74

    48

    ketinggian 150 453 mdpl. Secara morfogenetik, proses yang dominan adalah

    pelapukan dan erosi serta proses endogen berupa struktur.

    Satuan Geomorfologi Perbukitan Struktural Curam

    Satuan geomorfologi perbukitan struktural curam ini menempati 38% dari

    total luas daerah penelitian, dicirikan dengan bentuk relief perbukitan. Satuan yang

    berupa perbukitan ini penyebarannya memanjang berarah relatif barat timur

    tersusun oleh material-material sedimen, terletak pada elevasi antara 100 521 m di

    atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng berkisar antara 26 54 %. Pola

    pengaliran yang berkembang adalah pola pengaliran dendritikdan rektangular, dengan

    penampang sungai berbentuk "U - V".

    Gambar 3.6Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan struktural curam di

    Dusun Pancurendang Tonggoh

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    13/74

    49

    Secara morfogenetik, proses yang mempengaruhi satuan geomorfologi ini

    adalah proses endogen, dimana oleh kekuatan / tenaga dari dalam kerak

    bumi,mempengaruhi bentuk bentang alamnya. Proses dari dalam kerak bumi tersebut

    antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan

    (lipatan) dan kekar serta proses endogen berupa pelapukan dan erosi. Satuan ini

    menempati kurang lebih 38% dari daerah penelitian yang tersusun atas litologi

    batupasir dan batulempung.

    Geomorfologi Perbukitan Struktural Sangat Curam

    Satuan geomorfologi perbukitan structural sangat curam ini menemapati 20%

    dari total luas daerah penelitian dicirikan dengan bentuk relief perbukitan. Satuan

    yang berupa perbukitan ini penyebarannya memanjang berarah relatif barat timur

    Gambar 3.7Kenampakan satuan geomorfologi perbukitan vulkanik sangat

    curam pada Gunung Jagad

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    14/74

    50

    tersusun oleh material-material sedimen, terletak pada elevasi antara 200 705 m di

    atas permukaan laut, dengan kemiringan lereng berkisar antara 58 92 %. Pola

    pengaliran yang berkembang adalah pola rektangular, dengan penampang sungai

    berbentuk "U - V".

    Secara morfogenetik, proses yang mempengaruhi satuan geomorfologi ini

    adalah proses endogen, dimana oleh kekuatan / tenaga dari dalam kerak

    bumi,mempengaruhi bentuk bentang alamnya. Proses dari dalam kerak bumi tersebut

    antara lain kegiatan tektonik yang menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan

    (lipatan) dan kekar serta proses endogen berupa pelapukan dan erosi. Satuan ini

    menempati kurang lebih 20% dari daerah penelitian yang tersusun atas litologi

    batupasir.

    Tabel 3.1Karakterirstik satuan geomorfologi perbukitan daerah penelitian

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    15/74

    51

    3.2 Stratigrafi

    Pembahasan stratigrafi dan pembagian nama satuan batuan pada daerah

    penelitian dilakukan berdasarkan ciri-ciri batuan yang diamati di lapangan yang

    meliputi pada kesamaan jenis batuan, kombinasi jenis batuan, keseragaman gejala

    litologi dan gelaja- gejala lainnya serta pembagian dan hubungan unit-unit

    stratigrafinya didasarkan pada Satuan Litostratigrafi Tidak Resmi. Penamaan satuan-

    satuan batuan ini bersifat tidak resmi karena tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan

    yang terdapat dalam Sandi Stratigrafi Indonesia.

    Berdasarkan penelitian di lapangan maka litostratigrafi daerah penelitian

    dibagi menjadi lima satuan batuan dan satu endapan permukaan yang diurutkan dari

    satuan yang paling tua hingga satuan yang paling muda (Lembar Peta 4) adalah

    sebagai berikut:

    1. Satuan Batupasir Karbonatan

    2. Satuan Batulempung

    3. Satuan Batupasir

    4. Intrusi Andesit

    5. Satuan Breksi Vulkanik

    6.

    Alluvium

    3.2.1 Satuan batupasir karbonatan (Tmbp)

    Karakteristik Litologi

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    16/74

    52

    Satuan batupasir karbonatan ini terdiri dari batupasir dengan sisipan batupasir

    lempung. Namun batupasir sangat dominan sehingga satuan ini dinamakan satuan

    batupasir karbonatan. Secara megaskopis deskripsi batupasir karbonatan ini adalah

    warna segar putih abu-abu, berwarna lapuk abu-abu kecoklatan. Ukuran butir sangat

    halus sampai kasar, bentuk butir membundar tanggung sampai menyudut tanggung,

    mengandung karbonat, kemas tertutup, permeabilitas sedang, terpilah baik,

    kekerasan keras.

    Gambar 3.8 Singkapan satuan batupasir karbonatan (A, D : batupasir sisipan

    batulempung pada stasiun 45 dan 80 , B: urutan bouma sekuen pada stasiun 92, C :

    batupasir pada stasiun 39

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    17/74

    53

    Struktur sedimen yang terdapat pada satuan batupasir karbonatan ini sebagian

    besar adalah paralel laminasi dan paralel bedding serta dibeberapa tempat juga

    terdapat struktur khas Bouma, cross stratificationserta wavy.

    Secara mikroskopis pada sampel stasiun 39 Dusun Pasirkunci yang dianggap

    mewakili, batupasir ini berwarna putih keabuan terdiri dari Fragmen (80%) dan

    massa dasar (20%). Ukuran butir sangat halus-kasar, membundar tanggung-menyudut

    tanggung, terpilah baik. Fragmen terdiri dari fragmen batuan (10%), fragmen kristal

    (65%) serta fragmen gelas (5%). Massa dasar terdiri dari karbonat, serta

    mikrokristalin plagioklas dan piroksen. Berdasarkan karateristik tersebut maka

    batupasir karbonatan ini termasuk pada Feldspatic Greywacke (Pettijohn, 1955).

    Luas dan Penyebaran

    Satuan ini tersebar sekitar kurang lebih seluas 38% dari luas daerah penelitian

    yang tersebar dari barat daya sampai tenggara dari daerah penelitian, yang mencakup

    Desa Cintajay, Des kadu, Pasir Walat, Kecamatan Cadasngampar, Desa Cimanintin,

    Dusun Pasirkunci, Desa Cibodas, Pancurendang Tonggoh, Desa Cengal, Pasir

    Cimeong, Dusun Linggwangi, Sungai Cilutung, Citeyeum, Cijaweu, Cipaingeun .

    Singkapan yang ditemukan pada satuan ini umumnya berada pada dinding dan dasar

    aliran sungai Cilutung, Citayeum.

    Penyebaran satuan ini umumnya menempati Satuan Geomorfologi Perbukitan

    Struktural Curam serta Satuan Geomorfologi Struktural Sangat Curam. Secara umum

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    18/74

    54

    pola perlapisan pada satuan ini relatif barat laut tenggara dengan kemiringan lapisan

    relatif tenggara dan beberapa stasiun dalam satuan ini ditemukan indikasi struktur

    berupa cermin sesar serta kekar.

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Penentuan umur pada satuan ini dilakukan dengan analisa fosil foraminifera

    plangtonik yang terkandung dalam satuan ini. Adapun sampel yang digunakan unutk

    menentukan umur pada satuan ini adalah stasiun 73 yang dianggap mewakili bagian

    atas dan stasiun 33 yang dianggap mewakili bagian bawah satuan. Berdasarkan

    analisa fosil , umur satuan batupasir karbonatan ini diperkirakan adalah miosen

    tengah. Berikut ini merupakan hasil analisa fosil foraminifera plantonik satuan

    batupasir karbonatan pada stasiun 73, dimana didapatkan fosil antara lain:

    1. Globigerinoides trilobus REUSS

    2. Orbulina Universa DORBIGNY

    3. Globigerinoides obliquus BOLLI

    4. Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR

    5. Globigerina praebulloides BLOW

    Berdasarkan analisa pada tabel kisaran dari fosil fosil tersebut didapati

    berumur antara N9 N13 (miosen tengah) (Blow, 1969).

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    19/74

    55

    Tabel 3.2: Hasil analisis fosil satuan batupasir bagian atas (stasiun 73)

    Selanjutnya fosil-fosil foraminifera plangtonk yang ditemukan pada stasiun

    33, antara lain sebagai berikut :

    1. Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR

    2. Orbulina universa DORBIGNY

    3. Orbulina bilobata DORBIGNY

    4.

    Globigerinoides obliquus BOLLI

    5. Globorotalia obessa BOLLI

    Berdasarkan analisa pada table kisaran dari fosil fosil tersebut didapati

    berumur antara N9 N13 (miosen tengah) (Blow, 1969).

    Tabel 3.3: Hasil analisis fosil satuan batupasir bagian bawah (stasiun 33)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    20/74

    56

    Adapun penentuan lingkungan pengendapan dari satuan ini didasarkan atas

    ciri batuan atau karakteristik litologi pada satuan ini. Karakteristik batuan yang

    ditunjukkan diantaranya memiliki butiran pasir yang halus hingga berukuran kasar,

    mengandung karbonat, terdapat fosil foraminifera, ditemukan struktur sedimen

    paralel laminasi, parallel bedding wavy serta ripple menunjukkan lingkungan

    pengendapan laut . Selain itu, ditemukannya urutan sekuen bouma pada stasiun 92

    dimana menurut Bouma (1962) merupakan ciri khas dari endapan turbidite yang

    terjadi pada kipas laut dalam.

    Gambar 3.9 Interval Bouma Ta-Te (Walker 1992).

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    21/74

    57

    Berdasarkan model endapan khas arus turbdit pada gambar 3.10 maka pada

    daea penelitian juga ditemukan ciri khas seperti model tersebut, diantaranya pada

    stasiun 35 dan stasiun 92. Namun urutan khas endapan yang dtemukan tidak lengkap

    dari mulai Ta-Te. Hal ini bisa dikarenakan unit Td sulit berkembang atau absen (Hsu,

    p. 116, 1989 dalam Boggs 1995). Kemudian menurut Boggs (1995) hal ini bisa

    terjadi dikarenakan unit Te terdiri dari material halus yang terendapkan sangat lambat

    dan sebagian sudah tidak termasuk kedalam unit arus turbidit ini.

    Ta (Gradded bedding )

    Tb (parallel laminasi)

    Tc (cross stratification )

    Tb (parallel laminasi)

    Tc (cross stratification )

    Gambar 3.10 Kenampakan urutan khas Bouma stasiun 92 (atas) dan stasiun 35 (bawah)

    Ta (Gradded bedding )

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    22/74

    58

    Sedangkan penentuan kisaran zona batimetri lingkungan pengendapan satuan

    batupasir karbonatan ini dapat diketahui dari analisa fosil foraminifera bentonik yang

    dilakukan pada stasiun 33 dan stasiun 73. Adapun fosil-fosil foraminifera bentonik

    yang ditemukan pada stasiun 73 adalah sebagai berikut :

    1. Nodosaria communis DORBIGNY

    2. Hopkinsia victoriensis COLLINS

    3. Siphogenerina striatula CUSHMAN

    Berdasarkan analisa zona kumpulan yang dilakukan maka didapatkan zona

    batimetri satuan batupasir bagian atas adalah lingkungan neritik tengah- batyal atas

    (Barker , 1960).

    Selanjutnya fosil-fosil foraminifera bentonik yang ditemukan pada stasiun 33

    satuan batupasir karbonatan antara lain sebagai berikut :

    1. Martinotiella bradyana CUSHMAN

    Tabel 3.4: Kisaran kedalaman relatif Satuan Batupasir Karbonatan berdasarkan foraminifera bentonik.Sampel bagian atas satuan (stasiun 73)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    23/74

    59

    2. Lenticulina vortex FITCHELL AND MOLL

    3.

    Gallitelia vivans CUSHMAN

    Berdasarkan analisa zona kumpulan yang dilakukan maka didapatkan zona

    batimetri satuan batupasir bagian atas adalah lingkungan neritik luar- batyal atas

    (Barker , 1960).

    3.2.1.1.4 Hubungan Stratigrafi

    Posisi stratigrafi satuan batupasir karbonatan ini merupakan yang tertua pada

    daerah penelitian. Batuan yang berada dibawah satuan ini tidak teridentifikasi karena

    tidak tersingkap pada daerah penelitian sehingga sulit untuk menentukan hubungan

    stratigrafi satuan ini dengan satuan dibawahnya. Hubungan stratigrafi satuan

    batupasir karbonatan dengan satuan batulempung yang ada diatasnya adalah selara.

    Hal ini didasarkan dari rekontruksi pola jurus batuan dan umur relatif batuan yang

    menunjukan jangka waktu pengendapan kedua satuan ini relatif dekat.

    Tabel 3.5Kisaran kedalaman relatif Satuan Batupasir Karbonatan berdasarkan foraminifera bentonik.Sampel bagian bawah satuan (stasiun 33)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    24/74

    60

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologi dan ketedapatan di daerah penelitian, satuan

    batupasir karbonatan ini dapat disebandingkan dengan anggota batupasir Formasi

    Cinambo (Djuri 1995), seperti tertera pada Tabel 3.6 berikut:

    Tabel 3.6 Kesebandingan satuan batupasir karbonatan dengan anggota

    batupasir Formasi Cinambo (Djuri, 1995).

    Aspek

    KesebandinganSatuan batupasir karbonatan (Tmbp)

    Anggota batupasir Formasi

    Cinambo

    (Djuri, 1995)

    Litologi

    Satuan batupasir karbonatan ini terdiri dari

    batupasir dengan sisipan batupasir

    lempung. Berwarna segar putih abu-abu,

    berwarna lapuk abu-abu kecoklatan.

    Ukuran butir sangat halus sampai kasar,

    bentuk butir membundar tanggung sampai

    menyudut tanggung, karbonatan, kemas

    tertutup, permeabilitas sedang, terpilah

    baik, kekerasan keras. Struktur sedimen

    paralel laminasi, paralel bedding, struktur

    cross stratification serta wavy. Dibeberapa

    tempat ditemukan urutan sekuen Bouma

    khas endapan arus turbidit.

    Batulempung mempunyai karakteristik

    warna segar abu-abu, warna lapuk abu-abu

    kehitaman, karbonatan, agak keras serta

    dibeberapa tempat menyerpih.

    Greywacke, batupsir

    gampingan, lempung, lanau

    kehitaman. Struktur sedimen

    adalah perlapisan bersusun dan

    struktur jejak yang

    menunjukkan runtunan batuan

    diendapkan oelh arus turbidit.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    25/74

    61

    Posisi Stratigrafi Ditindih selaras oleh satuan batulempungDitindih selaras oleh angggota

    serpih Formasi Cinambo

    Umur Miosen Tengah Atas Oligosen - Miosen Tengah

    Lingkungan

    PengendapanLaut dalam Laut dalam

    3.2.2 Satuan batulempung (Tmbl)

    Karakterisitk Litologi

    Satuan ini terdiri dari batulempung dan terdapat sisipan batupasir di beberapa

    tempat. Namun batulempung ini bersifat dominan sehingga dijadikan sebagai nama

    satuan litostratigrafinya. Secara megaskopis deskripsi batulempung tersebut

    mempunyai warna segar coklat kehitaman, warna lapuk abu-abu kecoklatan,

    karbonatan, dapat dicungkil, seta menyerpih pada umumnya. Struktur sedimen yang

    terdapat pada batulempung kebanyakan paralel laminasi, paralel bedding.

    Kontak antar perlapisan terlihat jelas. Batupasir sebagai sisipan mempunyai

    warna segar putih abu-abu, warna lapuk abu-abu, karbonatan, agak keras, terpilah

    baik, membundar tanggung-menyudut tanggung, kemas tertutup, strukutr sedimen

    yang dominan parallel laminasi serta dibeberapa tempat ditemukan wavydan ripple.

    Secara mikroskopis, pada sampel yang mewakili satuan batulempung ini yaitu

    stasiun 88 di Dusun Cisampih termasuk kedalam Mudrock (Pettijohn, 1975).

    Karakteritik satuan batulempung ini berwarna abu-abu kekuningan dengan matriks

    berupa mineral lempung 80% dam minera lkarbonat 5%, fragmen berupa plagioklas

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    26/74

    62

    3%, kuarsa 3%, piroksen 2%, serta minera opak 5%.

    Luas dan Penyebaran

    Satuan ini tersebar sekitar kurang lebih seluas 5% dari luas daerah penelitian

    yang tersebar dari barat daya daerah penelitian, yang mencakup dusun cisampih,

    desa dusun cibuyung. Singkapan yang ditemukan pada satuan ini umumnya berada

    pada Sungai Cipaningeun, Sungai Cilutung, Sunga Citayeum, dan sungai-sungai

    intermitten lainnya.

    Gambar 3.11 Singkapan satuan batulempung (A: Stasiun 88, B: stasiun 91 (terdapatsisipan batupasir) dan C: stasiun 87 )

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    27/74

    63

    Penyebaran satuan ini umumnya menempati Satuan Geomorfologi Perbukitan

    Struktural Curam. Secara umum pola perlapisanyang ditemukan pada satuan ini

    relatif barat timur dengan kemiringan lapisan relatif kearah selatan meskipun

    beberapa stasiun ada yang berbentuk masif sehingga tidak bisa ditentukan arah

    perlapisannya yang dikarenakan telah terkena erosi atau pelapukan. Beberapa stasiun

    dalam satuan ini ditemukan indikasi struktur berupa cermin sesar, kekar serta lipatan.

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Penentuan umur satuan batulempung pada daerah penelitian ini dilakukan

    dengan cara analisa fosil foraminifera plangtonik yang terkandung pada satuan

    batulempung ini. Analisa fosil pada satuan batulempung dilakukan pada satuan 91

    yang dianggap merupakan bagian atas satuan serta stasiun 88 yang dianggap

    mewakili bagian bawah stasiun. Berikut merupapakan fosil fosil foraminifera

    plangtonik yang ditemukan pada stasiun 88:

    1. Globorotalia menardi DORBIGNY

    2. Orbulina universa DORBIGNY

    3. Orbulina bilobata DORBIGNY

    4. Globoquadrina dehiscens CHAPMANN, PARR, AND COLLINS

    5.

    Globigerina praebulloides BLOW

    Berdasarkan analisa pada table kisaran dari fosil fosil tersebut didapati

    berumur antara N12 N17 (miosen tengah miosen akhir) (Blow, 1969).

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    28/74

    64

    Selanjutnya fosil-fosil foraminifera plangtonk yang ditemukan pada stasiun

    91, antara lain sebagai berikut :

    1. Globigerinoides trilobus REUSS

    2. Orbulina universa DORBIGNY

    3. Orbulina bilobata DORBIGNY

    4. Globigerina menardii DORBIGNY

    5. Globigerina praebulloides BLOW

    Berdasarkan analisa pada table kisaran dari fosil fosil tersebut didapati

    berumur antara N12 N17 (miosen tengah miosen akhir) (Blow, 1969).

    Dari data hasil analisa fosil yang dilakukan pada satuan batulempung dapat

    Tabel 3.7. Kisaran lingkungan pengendapan Satuan Batulempung berdasarkan foraminifera plangtonik.

    Sampel bagian bawah satuan (stasiun 88)

    Tabel 3.8Kisaran lingkungan pengendapan Satuan Batulempung berdasarkan foraminifera plangtonik.

    Sampel bagian atas satuan (stasiun 91)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    29/74

    65

    disimpulkan bahwa satuan batupasir berumur antara N12-N17 dengan kata lain dari

    miosen tengan sampai miosen akhir.

    Untuk menentukan lingkungan pengendapan satuan batulempung ini

    dilakukan dengan cara menganalisa karakteristik batuan pada satuan ini serta analisa

    berdasarkan kandungan fosil foraminifera bentonik yang terkandung didalamnya.

    Dari karakteristik singkapan batuan pada satuan batulempung ini, dominan

    merupakan batulempung dengan sesekali terdapat sisiapn batupasir halus, menyerpih,

    karbonatan, struktur sedimen berupa parallel laminasi dan wavy, serta mengandung

    fosil foraminifera. Hal ini menunjukkan bahwa satuan batulempung ini terendapkan

    pada daerah laut dengan arus tenang yang diinterpretasikan kedalam lingkungan laut

    dalam.

    Adapun untuk menentukan kisaran kedalaman relative satuan batulempung

    dilakukan analisa fosil foraminifera bentonik pada stasiun 88 dan stasiun 91. Berikut

    tabel analisa fosil foraminifera bentonik . Berikut merupakan fosil foraminifera

    bentonik yang ditemukan pada stasiun 88, antara lain :

    1. Laevidentalia sidebottomi CUSHMANN

    2. Nonion pasificum CUSHMAN

    3.

    Pseudoclavulina serventyi CHAPMANN AND PARR

    Berdasarkan analisa zona kumpulan yang dilakukan maka didapatkan zona

    batimetri satuan batupasir bagian atas adalah lingkungan neritik luar - batyal atas

    (Barker , 1960).

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    30/74

    66

    Selanjutnya fosil foraminifera bentonik yang ditemukan pada stasiun 91, antara lain

    sebagai berikut :

    1. Saracenaria angularis NATLAND

    2. Karrariella bradyi CUSHMAN

    3. Uvigerina bradyana FORNASINI

    Berdasarkan analisa zona kumpulan yang dilakukan maka didapatkan zona

    batimetri satuan batupasir bagian atas adalah lingkungan neritik luar - batyal bawah

    (Barker, 1960).

    Tabel 3.9. Kisaran kedalaman relatif Satuan Batulempung berdasarkan foraminifera bentonik.

    Sampel bagian bawah satuan (stasiun 88)

    Tabel 3.10Kisaran kedalaman relatif Satuan Batulempung berdasarkan foraminifera bentonik.Sampel bagian atas satuan (stasiun 91)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    31/74

    67

    Tabel 3.11 Kesebandingan satuan batulempung(Tmbl) dengan anggota seprih Formasi

    Cinambo (Djuri 1995)

    Berdasarkan analisa zona kumpulan pada dua stasiun tersebut dapat

    disimpulkan bahwa satuan batulempung ini terendapkan pada lingkungan laut dalam

    atau pada zona neritik luar sampai batyal bawah.

    Hubungan Stratigrafi

    Berdasarkan posisi stratigrafinya satuan batulempung memiliki hubungan

    yang selaras dengan satuan batupasir karbonatan yang berada dibawahnya serta

    memiliki hubungan yang tidak selaras dengan satuan batupasir tuffan yang lebih

    muda pada bagian atasnya.

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologinya, satuan batulempung ini dapat disebandingkan

    dengan Anggota Serpih Formasi Cinambo (Djuri 1995)), seperti tertera pada Tabel

    3.11 berikut :

    Aspek

    KesebandinganSatuan Batulempung

    Anggota serpih Formasi

    Cinambo (Djuri 1995)

    Litologi

    Terdiri dari batulempung dengan sisipan

    batupasir halus. warna segar coklat

    kehitaman, warna lapuk abu-abu kecoklatan,

    karbonatan, dapat dicungkil, seta menyerpih

    pada umumnya. Struktur sedimen yang

    terdapat pada batulempung kebanyakan

    Serpih dengan selingan

    batupasir dan batugamping,

    batupasir gampingan,

    batupasir tufaan dengan tebal

    400-500 m.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    32/74

    68

    3.2.3 Satuan batupasir (Tpbp)

    Karakteristik Litologi

    Satuan batupasir ini terdiri dari batupasir tuffan, batupasir sisipan

    konglomerat serta dibeberapa tempat terdapat sisipan lempung. Batupasir tuffan

    bersifat cukup dominan .

    Secara megaskopis umumnya satuan batupasir ini menunjukkan karakteristik

    warna segar abu-abu kekuningan, warna lapuk coklat kekuningan. Ukuran butir halus

    sampai sangat kasar, bentuk butir membundar tanggung, kemas terbuka, terpilah

    sedang, tidak karbonatan, struktur sedimen berupa paralel bedding serta reverse

    bedding.

    paralel laminasi, paralel bedding. Kontak

    antar perlapisan terlihat jelas. Batupasir

    sebagai sisipan mempunyai warna segar

    putih abu-abu, warna lapuk abu-abu,

    karbonatan, agak keras, terpilah baik,

    membundar tanggung-menyudut tanggung,

    kemas tertutup, strukutr sedimen yang

    dominan parallel laminasi serta dibeberapa

    tempat ditemukan wavydan ripple.

    Posisi Stratigrafi

    Posisi stratigrafi satuan batulempung selaras

    menjemari dengan satuan

    batupasirkarbonatan di bawahnya.

    Menindih selaras Anngota

    Batupaasir Formasi

    Cinambo.

    Umur Miosen tengah - Miosen atas Oligosen - Miosen

    Lingkungan

    PengendapanLaut dalam Laut dalam

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    33/74

    69

    Konglomerat yang terdapat pada sisipan batupasir ini mempunyai

    karakteristik warna segar cokelat tua, warna lapuk abuabu, berukuran kerikil dengan

    diameter 0,5 cm 3 cm, dengan komponen berupa batupasir dan batuan beku.

    Secara mikroskopis , pada sampel yang mewakili satuan batupasir ini yaitu

    pada stasiun 36 di Desa Kadu, termasuk kedalam batupasir tuffan , berwarna abu-abu

    kemerahan, ukuran butir halus sampai kasar, betuk butir menyudut tanggung,

    hypokritalin, subhedral anhedral, dengan matriks berupa gelas vulkanik 25%,

    mineral lempung 5%, fragmen batuan 20% berupa batupasir, fragmen feldspar berupa

    Gambar 3.12 Singkapan satuan batupasir ( A : stasiun 36. B : Singkapan batipasir dengan

    struktur parallel laminasi pada stasiun 57C : stasiun 56. D: stasiun 63).

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    34/74

    70

    plagioklas 5%, fragmen kuarsa 10%, piroksen 5% serta mineral opak 5%. Menurut

    analisa petrografi tersebut dinamakan batupasir tufan(Schmidt, 1981).

    Luas dan Penyebaran

    Satuan ini tersebar sekitar kurang lebih seluas 22% dari luas daerah penelitian

    yang tersebar dari barat daerah penelitian, yang mencakup Desa Kadu, Desa

    Lebaksiuh, Desan Sindangkasih, Desa Cintajaya, dusun Cisepat, Kelurahan Munjul,

    Sungai Cipaingeun, Sungai Cilutung, Sungai Cibayawak, Sungai Ciranca, Sungai

    Cicariu. Singkapan yang ditemukan pada satuan ini ditemukan pada sungai Cilutung,

    Sungai Cipaingeun, Sungai Cicariu, dan sungai-sungai intermitten.

    Penyebaran satuan ini umumnya menempati Satuan Geomorfologi Perbukitan

    Struktural Curam. Secara umum pola perlapisan pada satuan ini relatif barat laut

    tenggara dengan kemiringan lapisan relatif barat daya meskipun pada beberapa

    singkapan dalam stasiun ini ditemukan pola perlapisan dan kemiringan yang relatif

    masif dan sulit dalam penentuannya yang diakibatkan oleh adanya erosi, dan

    pelapukan.

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Pada satuan ini tidak ditemukan keberadaan fosil, baik foraminifera

    planktonik maupun bentonik, maka penentuan umur satuan ini lebih didasarkan pada

    interpretasi posisi stratigrafinya, rekonstruksi penampang geologi dimana

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    35/74

    71

    memperlihatkan satuan batupasir ini berumur lebih muda dari satuan batulempung

    serta lebih tua dari satuan breki serta diterobos oleh diorite sehingga dapat

    diinterpretasikan satuan batupasir ini berumur Pliosen. Selain itu, penentuan umur

    juga diperkuat berdasarkan kesebandingan dengan peneliti terdahulu, yaitu Djuri

    tahun 1995.

    Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada karakteristik satuan

    batupasir dimana berukuran halus sampai sangat kasar, sisipan dengan kkonglomerat,

    struktur reverse bedding, tidak karbonatan serta tidak mengandung fosil foraminifera

    maka dapat diinterpretasikan satuan batupasir tuffan ini diendapkan pada lingkungan

    darat.

    Hubungan Stratigrafi

    Posisi stratigrafi satuan batupasir ini menindih secara tidak selaras satuan

    batulempung yang berumur lebih tua, diterobos oleh satuan andesit pada kala

    Plistosen dan ditindih secara tidak selaras oleh satuan breksi.

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologinya, satuan batupasir ini dapat disebandingkan

    dengan Formasi Citalang (Djuri 1995), seperti tertera pada Tabel 3.2 berikut:

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    36/74

    72

    Tabel 3.12 Kesebandingan Satuan batupasir (Tpbp) dengan Formasi Citalang

    (Djuri, 1995)

    Aspek

    KesebandinganSatuan batupasir

    Formasi Citalang (Djuri

    1995)

    Litologi

    Satuan batupasir ini menunjukkan

    karakteristik warna segar abu-abu

    kekuningan, warna lapuk coklat

    kekuningan. Ukuran butir halus sampai

    sangat kasar, bentuk butir membundar

    tanggung, kemas terbuka, terpilah

    sedang, tidak karbonatan, struktur

    sedimen berupa paralel bedding serta

    reverse bedding. Konglomerat yang

    terdapat pada sisipan batupasir ini

    mempunyak karakteristik warna segar

    cokelat tua, warna lapuk abuabu,

    berukuran kerikil dengan diameter 0,5

    cm 3 cm, dengan komponen berupa

    batupasir dan batuan beku.

    Batupasir tufan berwana

    cokelat muda, lempung tufan,

    konglomerat, setempat

    ditemukan lensalensa batupsir

    gampingan yang keras.

    Posisi StratigrafiBerada tidak selaras dengan

    batulempung yang berumur lebih tua.

    Menindih secara tidak selaras

    dengan Formasi Cinambo

    Umur Pliosen Pliosen

    Lingkungan

    PengendapanDarat Darat

    3.2.4 Intrusi Andesit (Qia)

    Karakteristik Litologi

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    37/74

    73

    Intrusi andesit yang ditemukan di daerah penelitian memiliki karakteristik

    warna segar abu-abu dan warna lapuk abu-abu kecoklatan, terkstur porfiritik,

    hypokristalin, bentuk kristal subhedral anhedral, kemas inequigranular, serta

    teridentifikasi mineral plagioklas, kuarsa serta hornblende, struktur masif.

    Keterdapatan dilapangan sebagai intrusi.

    Secara mikroskopis pad asampel yang mewakili intrusi andesit ini yaitu pada

    stasiun 31 di Gunung Haun, termasul kedalam Porfiri Andesit (Travis, 1955).

    Dengan karakteristik warna warna putih keabuan terdiri dari fenokris 85% dan massa

    dasar 15%. Tekstur porfiritik, inequigranular, bentuk kristal subheudral-anhedral,

    hypokristalin.

    Gambar 3.13Singkapan intrusi andesit ( A dan B : stasiun 31, C dan D stasiun 49)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    38/74

    74

    Fenokris terdiri dari mineral plagioklas, kuarsa, piroksen, K-Feldspar, amfibol

    serta mineral opak. Massa dasar terdiri dari mikroklin plagioklas, ukuran kristal

    massa dasar afanitik.

    Luas dan Penyebaran

    Intrusi ini tersebar sekitar kurang lebih seluas 3 % dari luas daerah penelitian

    yang tersebar dari barat daya sampai timur laut dari daerah penelitian, dimana

    menempati bentuk morfologi yang khas dapat dibedakan dengan satuan lainnya.

    Satuan ini tersingkap baik di Gunung Haun, Gunung Maun, Gunung Walahar, serta

    Pasir Pareang. Pada umumnya satuan ini berasosiasi dengan sesar-sesar yang berada

    pada daerah penelitian. Diinterpretasikan merupakan jalur penerobosan dari satuan

    bantuan ini.Penyebaran satuan ini umumnya menempati Satuan Geomorfologi

    kerucut intrusi.

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Penentuan umur intrusi andesit ini dilakukan berdasarkan analisa karakteristik

    serta rekonstruksi penampang geologi pada daserah penelitian. Selanjutnya dapat

    diinterpretasikan bahwa intrusi andesit ini merupakan hasil terobosan magma melalui

    celah batuan yang lemah sehingga sampai ke permukaan. Kegiatan ini tentunya

    dikontrol oleh tektonik. Waktu persis terjadinya aktivitas penerobosan magma ini

    adalah setelah terendapkannya satuan batupasir yang berumur pliosen. Dengan

    menggunakan azas pemotongan pada Hukum Steno dimana batuan yang memotong

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    39/74

    75

    Tabel 3.13 Kesebandingan satuan intrusi andesit (Qia) dengan Andesite Hornblende (Djuri

    1995)

    akan berumur lebih muda dari batuan yang dipotong. Oleh karena itu, diperkirakan

    umur intrusi andesit ini ialah masa Plistosen. Sedangkan lingkungannya dilihat dari

    batuan termuda yang dipotong maka berada pada lingkungan darat.

    Hubungan Stratigrafi

    Hubungan stratigrafi intrusi andesit ini adalah tidak selaras dengan satuan

    batupasir tuffan, yaitu menerobos satuan batuan yang lebih tua.

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologinya, intrusi andesit ini dapat disebandingkan dengan

    Andesit Hornblende (Djuri 1995), seperti tertera pada Tabel 3.13 berikut:

    Aspek

    KesebandinganSatuan intrusi andesit

    Andesite Hornblende Djuri

    1995)

    Litologi

    Satuan intrusi andesite ini memilik

    karakteristik warna segar abu-abu

    dan warna lapuk abu-abu

    kecoklatan, terkstur porfiritik,

    hypokristalin, bentuk kristal

    subhedral anhedral, kemas

    inequigranular, serta teridentifikasi

    Berbentuk retas lempeng, retas

    dengan lebar 20 - 30 meter.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    40/74

    76

    mineral plagioklas, kuarsa serta

    hornblende, struktur masif.

    Keterdapatan dilapangan sebagai

    intrusi.

    Umur Plistosen Plistosen

    Lingkungan

    PengendapanDarat Darat

    3.2.5 Satuan Breksi Vulkanik (Qbv)

    Karakteristik Litologi

    Satuan breksi yang ditemukan di daerah penelitian didominasi oleh breksi

    vulkanik dengan matriks yang berupa batupasir tuffan serta batupasir dengan

    komponen berupa batuan beku. Komponennnya yang menyudut bersifat sangat

    dominann sehingga dijadikan sebagai nama satuan litostratifrafinya. Adapun

    karakteristik dari satuan breksi berwarna segar abu-abu kecoklatan dan warna lapuk

    abu-abu kekuningan, pemilahan buruk, kekompakan keras.

    Komponen barupa batuan beku berwarna segar abu-abu kecoklatan, warna

    lapuk coklat kehitaman, berukuran dari kerikil sampai bongkah, kekerasan keras.

    Matriksnya mempunyai ukuran butir halus, warna segar aku-abu, warna lapuk coklat

    kekuningan, permeabilits sedang, kemas tertutup, tidak karbonatan.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    41/74

    77

    Secara mikroskopis dari sampel yang dianggap mewakili satuan ini yaitu pada

    stasiun 64 yang terletak pada sungai Cijurey Dusun Cibatu mempunyai karakteristik

    komponen berwarna abu-abu kecoklatan terdiri dari fenokris 80 % dan massa dasar

    20 %. Tekstur porfiritik, ukuran kristal massa dasar afanitik, kemas inequigranular,

    bentuk kristal subheudral-anhedral, hypokristalin. Fenokris terdiri dari mineral

    plagioklas 45%, kuarsa 75, piroksen, K-Feldspar 5%, piroksen 15%, gelas volkanik

    Gambar 3.14Singkapan satuan breksi (A dan B stasiun 64. B : stasiun 3. D :stasiun 38)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    42/74

    78

    3%, serta mineral opak 5%. Massa dasar terdiri dari mikroklin plagioklas.

    Berdasarkan analisa tersebut maka tergolong kepada Andesit(Travis, 1955).

    Adapun matriks dari satuan breksi ini tergolong kepada lithic tuff (Schmidt,

    1981) berwarna putih keabuan terdiri dari Fragmen (75%) dan matriks (25%). Ukuran

    butir halus-kasar, membundar tanggung-menyudut tanggung, terpilah baik. Fragmen

    terdiri dari fragmen batuan (25%), fragmen kristal (50%) serta fragmen gelas.

    Matriks berupa gelas vulkanik 25%. Kristal terdiri dari mineral plagioklas (15%),

    kuarsa (10%), piroksen (10%), dan mineral opak (5%).

    Luas dan Penyebaran

    Satuan ini tersebar sekitar kurang lebih seluas 15 % dari luas daerah penelitian

    yang tersebar pada timur laut dari daerah penelitian, yang mencakup Desa

    Sidamukti, Gunung Padengdeng, Gunung Mangkubumi, Gunung Haur, Gunung Maju

    serta Dusun Cibatu, Sungai Cibalumbang.

    Penyebaran satuan ini umumnya menempati Satuan Geomorfologi Perbukitan

    Vulkanik Agak Curam dan satuan geomorfologi Perbukita Vulkanik sangat Curam.

    Secara umum pola perlapisan dan kemiringan yang relatif masif dan sulit dalam

    penentuannya yang diakibatkan oleh adanya erosi, dan pelapukan,

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Pada satuan ini tidak ditemukan keberadaan fosil, baik foraminifera

    planktonik maupun bentonik, maka penentuan umur satuan ini lebih didasarkan pada

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    43/74

    79

    interpretasi posisi stratigrafinya terhadap satuan batuan lain, rekonstruski penampang

    geologi serta berdasarkan kesebandingan dengan peneliti terdahulu sehingga dapat

    diinterpretasikan satuan breksi vulkanik ini berumur Plistosen.

    Penentuan lingkungan pengendapan didasarkan pada karateristik litologi

    tarutama tekstur serta struktur sedimen breksi vulkanik ini. Bentuk butir yang kasar,

    menyudut, sorting yang sedang buruk serta tidak ditemukannya keberadaan fosil

    foraminifera maka diinterpretasikan bahwa satuan breksi vulkanik ini terendapkan

    pada lingkungan darat.

    Hubungan Stratigrafi

    Posisi stratigrafi satuan breksi vulkanik ini diketahui melalui hasil

    rekonstruksi penampang serta keterdapatannya didaerah penelitian serta

    kesebandingan dengan peneliti terdahulu maka dapat diinterpretasikan bahwa satuan

    bresi vulkanik ini diendapkan secara tidak selaras diatas satuan batupasir tuffan.

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologinya, satuan batu breksi ini dapat disebandingkan

    dengan Anggota Jatigede Formasi Cinambo (Martojodjo 1984), seperti tertera pada

    Tabel 3.14 berikut:

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    44/74

    80

    Tabel 3.14 Kesebandingan Satuan breksi vulkanik (Qbv) dengan breksi hasil gunung

    api tua (Djuri 1995)

    Aspek

    Kesebandingan

    Satuan breksi vulkanik (Qbv) Breksi hasil gunung api

    tua (Djuri 1995)

    Litologi

    Karakteristik dari satuan breksi

    berwarna segar abu-abu

    kecoklatan dan warna lapuk abu-

    abu kekuningan, pemilahan

    buruk, kekompakan keras.

    Komponen barupa batuan beku

    berwarna segar abu-abu

    kecoklatan, warna lapuk coklat

    kehitaman, berukuran dari

    kerikil sampai bongkah,

    kekerasan keras. Matriksnya

    berupa tuff da pasir tuffan,

    mempunyai ukuran butir halus,

    warna segar aku-abu, warna

    lapuk coklat kekuningan,

    permeabilits sedang, kemastertutup, tidak karbonatan.

    Hasil gunung api tua-breksi,

    breksi gunung api, endapan

    lahar, komponen-

    komponennya terdiri dari

    betuan beku bersifat andesit

    dan basalt.

    Posisi StratigrafiTerletak secara tidak selaras

    diatas satuan batupasir tuffan

    Menindih secara tidak

    selaras Formasi Citalang

    Umur Plistosen Plistosen

    Lingkungan

    PengendapanDarat Darat

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    45/74

    81

    3.2.6 Alluvium (Qia)

    Karakteristik Litologi

    Endapan permukaan ini terdiri dari material-material lepas yang berukuran

    dari kerikil sampai bongkah batuan beku, sedimen serta breksi hasil pelapukan dan

    erosi batuan asalnya. Hasil pelapukan dari batuan asal ini kemudian diangkut melalui

    media air dan diendapkan ditempat-tempat yang rendah dan cenderung landai.

    Luas dan Penyebaran

    Satuan alluvium ini tersebar sekitar 17% dari total luas daerah penelitian yang

    terletak pada bagian utara dan tengah daerah penelitian. Satuan ini terdapat pada

    daerahdaerah sekitar sungai, terutama Sungai Cilutung, Sungai Cijurey dann Sungai

    Cibalumbang.

    Kisaran Umur dan Lingkungan Pengendapan

    Lingkungan pengendapan sari satuan ini adalah lingkungai sungai atau

    fluvial, material-material alluvium yang melimpah diperkirakan berasal dari zona-

    zona lemah akibat struktur geologi yang mudah tererosi dan tertransportasi. Posisi

    stratigrafi satuan ini berada paling atas dari seluruh satuan batuan pada daerah

    penelitian dan pengendapannya masih berlangsung hingga saat ini. Hal ini dapat

    diinterpretasikan bahwa umur satuan ini adalah Kuarter.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    46/74

    82

    Gambar 3.15 Singkapan endapan permukaan (A : stasiun 9; B : stasiun 8

    sepanjang sungai Cijurey. C : stasiun 55 ; B : Stasiun 54 sepanjang Sungai Cilutung)

    Hubungan Stratigrafi

    Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, didapati bahwa satuan

    alluvium ini diinterpretasikan menindih secara tidak selaras satuan batupasir tuffan

    dan satuan breksi vulkanik yang ada dibawahnya.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    47/74

    83

    Kesebandingan Regional

    Dari kenampakan litologinya, satuan alluvium ini dapat disebandingkan

    dengan Aluvium menurut Djuri 1995, seperti tertera pada Tabel 3.13 berikut:

    Tabel 3.15 Kesebandingan Satuan aluvium (Qal) dengan Aluvium (Djuri, 1995)

    Aspek

    KesebandinganSatuan aluvium (Qal) Aluvium (Djuri,1995)

    Litologi

    Endapan permukaan initerdiri dari material-material

    lepas yang berukuran dari kerikil

    sampai bongkah batuan beku,

    sedimen serta breksi hasil

    pelapukan dan erosi batuan

    asalnya. Hasil pelapukan dari

    batuan asal ini kemudian

    diangkut melalui media air dan

    diendapkan ditempat-tempat

    yang rendah dan cenderunglandai.

    Lempung, lanau, pasir,kerikil terutama endapan

    sungai Holosen.

    Posisi Stratigrafi

    Terletak tidak selaras diatas

    batupasir tuffan dan breksi

    vulkanik.

    Menindih secara tidak

    selaras Formasi Citalang

    Umur Holosen Holosen

    Lingkungan

    PengendapanDarat Darat

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    48/74

    84

    3.3 Struktur Geologi

    Struktur geologi merupakan hasil dari aktifitas tektonik. Penentuan

    keberadaan dan jenis struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian

    dilakukan berdasarkan pada hasil pengamatan dan pengukuran indikasi struktur

    geologi yang dapat diamati langsung di lapangan seperti cermin sesar (slicken side),

    arah jurus dan kemiringan lapisan, offset litologi dan analisis data kekar.

    Selain pengamatan indikasi struktur di lapangan, penentuan struktur geologi

    yang berkembang di daerah penelitian juga dibantu dengan analisis citra DEM untuk

    mengetahui kelurusan lembah dan punggungan. Kegiatan analisis ini dapat membantu

    mengenali daerah-daerah yang kemungkinan terdapat struktur geologi.

    Berdasarkan data dan indikasi yang diperoleh maka strutur geologi di daerah

    penelitian terdiri atas struktur sesar, struktur kekar dan struktur lipatan berupa antiklin

    dan sinklin.

    3.3.1 Analisis DEM

    Analisis DEM yang dilakukan merupakan penarikan kelurusan-kelurusan

    puggungan-punggungan serta lembahan pada daerah penelitian. Pola kelurusan yang

    konsisten akan membantu dalam interpretasi struktur geologi. Pola kelurusan ini

    biasanya merupakan indikasi dari struktur geologi, baik berupa lipatan hingga

    patahan. Pola kelurusan pada lembah mengindikasikan adanya zona-zona lemah

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    49/74

    85

    sehingga terlapukkan dan tererosi membentuk daerah aliran sungai. Sedangkan pola

    kelurusan punggungan biasanya merupakan bidang perlapisan yang lebih resisten

    terhadap erosi.

    Pola kelurusan pada daerah penelitian (gambar 3.15) memperlihatkan pola

    berarah dominan relative barat timur yang berarti arah tegasan utama yang

    menyebabkan pola ini adalah berarah relative utara selatan. Hal ini sesuai dengan

    periode tektonik pulau jawa selama periode Miosen-Pliosen serat Pliosen-pleistosenn

    dimana terjadi kompresi dengan gaya utama berarah utara-selatan. Gaya kompresi ini

    menyebabkan sumbu lipatan serta pahatan yang dominan berarah relatif barat-timur

    seperti halnya yang juga terdapat pada daerah penelitian.

    Gambar 3.16 Kelurusan-kelurusan yang terdapat pada daerah penelitian

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    50/74

    86

    3.3.2 Struktur Kekar

    Kekar merupakan suatu struktur rekahan pada batuan yang mengalami

    pergeseran relatif kecil. Hal inilah yang menyebabkan kekar menjadi suatu

    struktur yang sulit diamati, sebab tidak adanya atau relatif kecilnya pergeseran

    dari kekar sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk

    sebelum atau sesudahnya. Kekar yang berkembang di daerah penelitian,

    umumnya merupakan kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (extentional

    joint). Sulit untuk menentukan umur kekar-kekar yang berada didaerah

    penelitian karena struktur kekar dapat terjadi kapan saja, mulai dari periode

    tektonik tua maupun periode tektonik resen.

    Kekar tarik stasiun 88

    Kekar ini terekam pada satuan batulempung pada sungai cijaweu.

    Berdasarkan analisa stereonet didapat bahwa arah tegasan relative utara-selatan.

    Gambar 3. 17 Kenampakan kekar tarik stasiun 88 (A). Proyeksi stereonet kekar tarik stasiun 88 (B)

    A B

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    51/74

    87

    Kekar gerus stasiun 35

    Kekar ini terekam pada satuan batupasir pada sungai cilutung, dusun

    Buniasih.Berdasarkan analisa stereonet didapat bahwa arah tegasan relative tenggara-

    baratlaut.

    Kekar gerus stasiun 28

    Kekar ini terekam pada satuan alluvium pada anak sungai cijurey, dusun

    Bayuendah. Kekar ini sejatinya diukur pada singkapan jendela batulanau yang

    ditemukan pada satuan aluvium. Berdasarkan analisa stereonet didapat bahwa arah

    tegasan relative tenggara-baratlaut.

    A B

    Gambar 3.18 Kenampakan kekar gerus stasiun 35 (A). Proyeksi stereonet kekar gerus stasiun 35 (B)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    52/74

    88

    Kekar tarik stasiun 57

    Kekar ini terekam pada satuan batupasir tuffan pada sungai cipaingeun,

    dusun Lebaksiuh. Berdasarkan analisa stereonet didapat bahwa arah tegasan relative

    tenggara-baratlaut.

    A

    Gambar 3. 19 Kenampakan kekar gerus stasiun 28 (A). Proyeksi stereonet kekar gerus stasiun 28 (B)

    B

    BA

    Gambar 3.20 Kenampakan kekar tarik stasiun 57 (A). Proyeksi stereonet kekar tarik stasiun 57 (B)

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    53/74

    89

    3.3 Struktur Lipatan

    Perlipatan merupakan hasil deformasi atau perubahan bentuk atau

    volume dari suatu batuan yang ditunjukkan sebagai suatu lengkungan atau

    himpunan lengkungan pada unsur garis atau bidang-bidang dalam batuan

    tersebut yang berupa bidang perlapisan. Setelah dilakukan rekonstruksi

    berdasarkan perekaman data lapangan mengindikasikan bahwa daerah

    pemetaan dikenai gaya kompresional yang kuat yang menyebabkan terbentuk

    struktur lipatan pada daerah penelitian. Struktur lipatan pada daerah penelitian

    terdiri dari sinklin serta antiklin yang berkembang pada satuan batupasir

    karbonatan, batulempung serta satuan batupasir. Struktru lipatan tersebut

    antara lain :

    1. Sinklin Lebaksiuh

    2. Sinklin Garogol

    3. Sinklin Cibuyung

    4. Sinklin Cimanintin

    5. Sinklin Pancurendang

    6. Antiklin Ciluwuk

    7. Antiklin Cibodas

    8.

    Antiklin Cisampih

    9. Antiklin Pasirciemong

    Penamaan struktur lipatan didasarkan pada lokasi terdapatnya sehingga

    memudahkan pengenalan.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    54/74

    90

    Sinklin Lebaksiuh

    Stuktur lipatan ini berada di barat laut daerah penelitian. Analisis deskriptif

    dari sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa sinklin lebaksiuh melipat satuan

    batupasir tuffan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Sinklin ini memiliki pola

    perlapisan batuan N 110 E/40 dan N 275 E/35 dengan arah trend 283orelatif barat

    laut-timur tenggara. Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa

    nilai sudut interlimb 116o dan plunge dari sinklin ini adalah 6 (gambar 3.21).

    Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open

    Horizontal Fold.

    Sinklin Garogol

    Stuktur lipatan ini berada di barat laut sampai tengah daerah penelitian.

    Analisis deskriptif dari sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa sinklin lebaksiuh

    Gambar 3.21Proyeksi stereografi Sinklin Lebaksiuh

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    55/74

    91

    melipat satuan batupasir tuffan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Sinklin ini

    memiliki pola perlapisan batuan N 82 E/39 dan N 280 E/20 dengan arah trend 88

    o

    relatif barat - timur. Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa

    nilai sudut interlimb 119o dan plunge dari sinklin ini adalah 5 (gambar 3.22).

    Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open

    Horizontal Fold.

    Sinklin Cibuyung

    Stuktur lipatan ini berada di barat daya daerah penelitian. Analisis deskriptif

    dari sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa sinklin cibuyung melipat satuan

    batulempung dan satuan batupasir karbonatan dengan orientasi baratlaut-tenggara.

    Sinklin ini memiliki pola perlapisan batuan N 100 E/66 dan N 280 E/51 dengan

    arah trend 100o relatif barat laut-timur tenggara. Hasil dari analisa terhadap sayap-

    sayap lipatan, diketahui bahwa nilai sudut interlimb 65o dan plunge dari sinklin ini

    Gambar 3.22Proyeksi stereografi Sinklin Garogol

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    56/74

    92

    adalah 1 (gambar 3.23). Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini

    masuk ke dalam jenis CloseHorizontal Fold.

    Sinklin Cimanintin

    Stuktur lipatan ini berada di barat daya daerah penelitian. Analisis deskriptif

    dari sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa sinklin cimanintin melipat satuan

    batupasir karbonatan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Sinklin ini memiliki pola

    perlapisan batuan N 120 E/30 dan N 292 E/44 dengan arah trend 295orelatif barat

    laut-timur tenggara. Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa

    nilai sudut interlimb 118o dan plunge dari sinklin ini adalah 4 (gambar 3.24).

    Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open

    Horizontal Fold.

    Gambar 3.23Proyeksi stereografi Sinklin Cibuyung

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    57/74

    93

    Sinklin Pancurendang

    Stuktur lipatan ini berada di timur daerah penelitian. Analisis deskriptif dari

    sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa sinklin cimanintin melipat satuan

    batupasir karbonatan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Sinklin ini memiliki pola

    perlapisan batuan N 88 E/43 dan N 280 E/63 dengan arah trend 96orelatif barat

    laut-timur tenggara.

    Gambar 3.24Proyeksi stereografi Sinklin Cimanintin

    Gambar 3.25Proyeksi stereografi Sinklin Pancurendang

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    58/74

    94

    Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa nilai sudut

    interlimb 73

    o

    dan plunge dari sinklin ini adalah 8 (gambar 3.24). Berdasarkan

    klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Close Horizontal

    Fold.

    Antiklin Ciluwuk

    Stuktur lipatan ini berada di barat daerah penelitian. Analisis deskriptif dari

    sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa antilin ciluwuk melipat satuan batupasir

    tuffan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Antiklin ini memiliki pola perlapisan

    batuan N 275 E/35 dan N 120 E/34 dengan arah trend 287orelatif barat laut-timur

    tenggara. Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa nilai sudut

    interlimb 111o dan plunge dari antiklin ini adalah 9 (gambar 3.26). Berdasarkan

    klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open Horizontal

    Fold.

    Gambar 3.26Proyeksi stereografi Antiklin Ciluwuk

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    59/74

    95

    Antiklin Cibodas

    Stuktur lipatan ini berada di timur daerah penelitian. Analisis deskriptif dari

    sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa antilin cibodas melipat satuan batupasir

    karbonatan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Antiklin ini memiliki pola perlapisan

    batuan N 275 E/20 dan N 88 E/43 dengan arah trend 90orelatif barat -timur. Hasil

    dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa nilai sudut interlimb 115 o

    dan plunge dari antiklin ini adalah 4 (gambar 3.27). Berdasarkan klasifikasi Fleuty

    (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open Horizontal Fold.

    Antiklin Cisampih

    Stuktur lipatan ini berada di barat daya daerah penelitian. Analisis deskriptif

    dari sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa antilin cibodas melipat satuan

    batupasir karbonatan dan satuan batulempung dengan orientasi baratlaut-tenggara.

    Antiklin ini memiliki pola perlapisan batuan N 292 E/43 dan N 100 E/66 dengan

    Gambar 3.27Proyeksi stereografi Antiklin Cibodas

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    60/74

    96

    arah trend 104o relatif barat -timur. Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan,

    diketahui bahwa nilai sudut interlimb 72

    o

    dan plunge dari antiklin ini adalah 9

    (gambar 3.28). Berdasarkan klasifikasi Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke

    dalam jenis Open Horizontal Fold.

    Antiklin Pasircimeong

    Stuktur lipatan ini berada di timur daerah penelitian. Analisis deskriptif dari

    sayap-sayap lipatan memperlihatkan bahwa antiklin pasircimeong melipat satuan

    batupasir karbonatan dengan orientasi baratlaut-tenggara. Antiklin ini memiliki pola

    perlapisan batuan N 280 E/63 dan N 90 E/25 dengan trend 98orelatif barat -timur.

    Hasil dari analisa terhadap sayap-sayap lipatan, diketahui bahwa nilai sudut interlimb

    93o dan plunge dari antiklin ini adalah 4 (gambar 3.29). Berdasarkan klasifikasi

    Fleuty (1964), maka struktur ini masuk ke dalam jenis Open Horizontal Fold.

    Gambar 3.28 Proyeksi stereografi Antiklin Cisampih

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    61/74

    97

    3.3.4 Struktur Sesar

    Struktur sesar adalah rekahan atau kekar yang ditimbulkan karena adanya

    pergeseran sehingga dalam penentuannya diperlukan indikasi-indikasi yang

    menunjukkan perkembangan sesar. Struktur patahan atau sesar di daerah penelitian

    dicirikan dengan adanya:

    1. Tanda-tanda patahan seperti cermin sesar dan zona hancuran.

    2. Secara geomorfologi yaitu melalui pola aliran dan topografi.

    3. Pergeseran sumbu lipatan yang ditafsirkan melalui rekonstruksi data.

    4. Kelurusan punggungan.

    Dengan berpegang pada ciri tersebut di atas serta ditunjang dengan anaslisis

    peta pola jurus, kemiringan perlapisan batuan serta Citra DEM (Digital Elevation

    Model), maka pada daerah penelitian didapat beberapa sesar yaitu sesar naik dan

    sesar mendatar. Sama halnya pada struktur lipatan, penamaan pada struktur patahan

    Gambar 3.29Proyeksi stereografi Antiklin Pasircimeong

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    62/74

    98

    didasarkan pada lokasi terdapatnya sehingga memudahkan pengenalan. Sesar tersebut

    antara lain :

    1. Sesar mendatar dextralCiawi

    2. Sesar mendatar sinistralBuniasih

    3. Sesar naik Ciwaru

    4. Sesar naik Kadu

    Sesar MendatarDextral Ciawi

    Sesar mendatar dextral ciwaru teletak di bagian barat daya daerah penelitian

    yang berarah relatif barat laut - tenggara. Sesar ini memptong satan batulempung dan

    satuan batupasir. Adanya sesar ini bisa diketahui dari indikasi yang ditemukan, antara

    lain :

    1. Ditemukannya cermin sesar pada stasiun 98 dengan nilai strike bidang

    sesar N 1900/37

    0E dan nilai pitch 18

    o(Gambar 3.30 B).

    2. Adanya pola kelurusan punggungan yang ditemukan pada citra DEM

    (gambar 3.30 A )

    3. Adanya pergesaran sumbu antiklin yang melalui sesar tersebut.

    4.

    Pola pengaliran sungai rectangular akibat adanya kontrol dari struktur

    geologi.

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    63/74

    99

    Sesar Mendatar SinistralBuniasih

    Sesar mendatar sinistral buniasih teletak di bagian tenggara daya daerah

    penelitian yang berarah relatif barat laut - tenggara. Memanjang mulai dari dusun

    Gambar 3.30Kelurusan (garis warna merah) yang diinterpretasikan sebagai sesar

    mendatar dextral ciwaru (A). Slicken Side pada satsiun 98 (B)

    AB

    Gambar 3.31Proyeksi stereografi cermin sesar pada stasiun 98

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    64/74

    100

    kadumulik hingga Gunung Haun pada bagian tengah daerah peneltiian. Sesar ini

    memotong satuan batupasir. Adanya sesar ini bisa diketahui dari indikasi yang

    ditemukan, antara lain :

    1. Adanya pergeseran sumbu lipatan (antiklin) yang melewati sesar ini.

    2. Kelurusan lembahan sungai pada bagian tenggara yang dapat dilihat dari

    citra DEM

    3. Adanya intrusi andesit akibat zona lemah yang dibentuk disepanjang jalur

    sesar ini.

    4. Analisa data kekar pada stasiun 35 yang memperlihatkan arah tegasan

    realtif tenggar barat laut yang diduga menyebabkan terjadinya sesar ini.

    5. Kemiringan batuan pada stasiun 35 yang dilewati jalur sesar sangat besar

    yaitu sekitar 850

    yang diduga akibat tegasan yang membentuk sesar ini.

    Gambar 3.32. Kemiringan perlapisan yang cukup tinggi hamper tegak lurus pada stasiun 35

    (A). Kelurusan lembahan serta intrusi disepanjang kalur sesar mendatar buniasih (B).

    A B

    Intrusi

    Intrusi

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    65/74

    101

    Sesar Naik Ciwaru

    Sesar naik ciwaru teletak di bagian selatan daerah penelitian yang berarah

    relatif barat laut - tenggara. Memanjang mulai dari desa Cisampih hingga dusunn

    Ciwaru. Sesar ini dipotong oleh sesar mendatar dextral ciawi. Sesar ini memotong

    satuan batupasir. Adanya sesar ini bisa diketahui dari indikasi yang ditemukan, antara

    lain :

    1.

    Terdapat cermin sesar pada stasiun 75 di sungai cijaweu dengan strike dip

    bidang sesar N820E/55

    0 dan pitch 80

    0 dengan pergerakan relative barat

    laut yang menunjukkan sesar naik (Gambar 3.34).

    2. Zona sesar merupakan daerah yang tertekan kuat, ditandai dengan lipatan

    disekitar zona sesar berjenis close fold (Fleuty,1964), yakni sinklin

    cibuyung.

    3. Adanya kekar tarik pada stasiun 88. Berdasarkan proyeksi stereonet dari

    data kekar tersebut, tegasan yang terdekat dengan pusat bidang

    stereografis adalah sigma 3 yang menandakan pergerakan dip slip naik

    (Gambar 3.30).

    4. Adanya pergeseran litologi pada stasiun 92 (Gambar 3.34).

    5.

    Pola pengaliran sungai rectangular akibat adanya kontrol dari struktur

    geologi

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    66/74

    102

    Sesar Naik Kadu

    Sesar naik kadu teletak di bagian tengah daerah penelitian yang berarah barat-

    timur. Memanjang mulai dari gunung haur hingga gunung maung. Sesar ini

    memotong satuan batupasir. Adanya sesar ini bisa diketahui dari indikasi yang

    ditemukan, antara lain :

    Gambar 3.33. Proyeksi stereonet kekar tarik stasiun 88 (A) dan pergeseran litologi

    pada stasiun 92 (B).

    Gambar 3.34. Cermin sesar pada stasiun 75 (A). Proyeksi stereonet cermin sesar pada

    stasiun 75 (B)

    A B

    A B

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    67/74

    103

    1. Interpretasi kelurusan DEM

    2.

    Adanya intrusi andesit disepanjang kelurusan interpretasi DEM akibat

    zona lemah yang terbentuk dari sesar tersebut

    3. Rekonstruksi penampang yang memperlihatkan posisi tidak selaras antar

    satuan batupasir dan satuan batupasir tuffan. Satuan batupasir yang lebih

    tua memiliki posisi yang sama dengan satuan batupasir tuffan yang lebih

    muda. Hal ini duduga satua batupasir telah terangkat akibat pengaruh dari

    sesar naik tersebut.

    4. Zona sesar merupakan daerah yang tertekan kuat, ditandai dengan lipatan

    disekitar zona sesar berjenis close fold (Fleuty,1964), yakni sinklin

    Pancurendang.

    5. Adanya zona hancuran pada stasiun 3

    Gambar 3. 35 Kemiringan perlapisan yang cukup tinggi hamper tegak lurus pada stasiun

    35 (A). Kelurusan lembahan serta intrusi disepanjang kalur sesar mendatar buniasih (B).

    A B

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    68/74

    104

    Indikasi sesar ini dapat juga diamati melalui data foto udara yang

    memperlihatkan adanya kelurusan lembah atau sungai yang memanjang dari

    barat ke timur daerah penelitian.

    Mengacu pada umur batuan yang tersesarkan, yaitu satuan batupasir

    yang berumur Miosen Tengah, maka diperkirakan umur sesar lebih muda,

    yaitu dari Miosen Akhir. Peneliti mengasumsikan bahwa sesar ini terbentuk

    pada periode tektonik Miosen Pliosen.

    3.4 Sejarah Geologi

    Sejarah geologi daerah penelitian dimulai dari miosen tengah dimana pada

    masa ini daerah penelitian merupakan laut dalam yang merupakan bagian dari

    cekungan Bogor. Pada masa ini diendapakan sedimen klastik berukuran pasir sangat

    halus sampai kasar dengan sesekali perselingan dengan batulempung (Gambar

    3.36A). Namun batupasir yang sangat dominan ini terlitifikasi sehingga membentuk

    satuan batupasir karbonatan. Menurut fosil foraminifera plangtonik yang ditemukan

    umur relative satuan batupasir ini diantara N9-N13. Satuan ini terendapkan melaui

    mekanisme aliran gravitasi kipas laut dalam yang ditandai dengan ditemukannya

    struktur khas Bouma pada beberapa stasiun batupasir. Kehadiran fosil foraminifera

    bentonik menunjukkan satuan ini terendapkan pada zona neritikl luar batial atas.

    Lalu pada Miosen akhir terjadi penaikan muka air laut (transgresi) yang

    mengakibatkan terendapkannya sedimen-sedimen yang lebih halus berukuran

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    69/74

    105

    lempung berwarna hitam dnegan sesekali sisipan batupasir halus (Gambar 3.36B).

    Sedimen sangat halus inilah yang terlitifikasi membentuk satuan batulempung yang

    terendapakan secara selaras dengan satuan sebelumnya. Mekanisme pengendapan

    satuan ini diduga masih sama dengan mekanisem pengendapan satuan batupasir

    karbonatan. Kehadiran fosil foraminifera bentonik menunjukkan satuan ini

    terendapkan pada zona neritic luar batial bawah.

    Kemudian pada akhir miosen memasuki pliosen terjadi aktivitas tektonik

    pulau jawa dengan gaya relatif barat daya timur laut. Gaya ini berupa kompresi

    yang menyebabkan terbentuknya struktur sesar serta lipatan pada daerah peneltian,

    Gambar 3. 36 Model kondisi daerah pemetaan pada kala Miosen Tengah (A) dan pada kala

    Misen Akhir (B)

    A

    B

    Miosen Tengah

    Miosen Akhir

    U

    U

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    70/74

    106

    antara lain sinklin cimanintin, sinklin cibuyung, antiklin cisampih, sinklin

    Pancurendang, Antiklin Cibodas, Antiklin Pasircimeong, sesar naik Ciwaru, serta

    struktur penyerta sesar mendatar dextral Ciawi, dan sesar mendatar sinistral Buniasih

    (Gambar 3.37 A dan Gambar 3.37B).

    Setelah aktivitas tektonik ini selama beberapa waktu tidak terjadi

    pengendapan pada daerah penelitian dimana pada masa ini terjadi pengangkatan

    Gambar 3. 37 Model kondisi daerah pemetaan pada kala Miosen-Pliosen (A,B) dan pada

    kala Pliosen Awal (C,D)

    A

    B

    Miosen-Pliosen

    Miosen-Pliosen

    Pliosen Awal

    Pliosen Awal

    C

    D

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    71/74

    107

    Gambar 3.38. Model kondisi daerah pemetaan

    pada kala Pliosen Awal-Akhir

    pulau Jawa. Pada periode ini daerah

    penelitian yang awalnya lingkungan

    laut berubah menjadi lingkungan darat

    serta terjadi juga peningkatan aktivitas

    vulkanik (Gambar 3.37C dan Gambar

    3.37D). Lalu terjadi pengendapan

    sedimen berukuran pasir kasar dengan

    kandungan tuff dan sesekali sisipan konglomerat serta tidak ditemukannya

    keberadaan fosil foraminifera. Endapan inilah yang nantinya menjadi satuan batupasir

    (Gambar 3.38).

    Pada akhir periode Pliosen memasuki Plistosen kembali terjadi aktivitas

    tektonik aktif berupa fase deformasi rezim kompresional dengan tegasan berarah

    relative barat daya timur laut yang menyebabkan pengangkatan kembali daerah

    pemetaan serta terbentuknya lipatan dan sesar pada sebagian daerah penelitian.

    Lipatan yang terbentuk antara lain adalah sinklin Garogol, sinklin Lebaksih, Antiklin

    Ciluwuk, serta sesar naik Kadu. Adanya aktivitas tektonik pada periode plistosen ini

    menyebabkan terbentuknya zona-zona lemah sepanjang jalur sesar sehingga memberi

    ruang terjadinya penerobosan magma yang membentuk intrusi andesit. Andesit ini

    diinterpretasikan sebagian intrusi hypabisal berdasarkan karateristik petrografi dari

    batuan ini menunjukkan jenis porfiri andesit (Gambar 3.39A). Selanjutnya pada kala

    Pleistosen akhir terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang dibuktikan dengan

    Pliosen Awal-Tengah

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    72/74

    108

    diendapkannya satuan breksi vulkanik secara tidak selaras dengan satuan batupasir

    karbonatan maupun dengan satuan batupasir . Aktivitas vulkanik ini diduga berasal

    dari Gunung Ciremai pada bagian timur daerah pemelitian (gambar 3.39B).

    Lalu sejak masa holosen hingga sekarang terjadi pengendapan material-

    material lepas akibat pelapukan dan erosi yang diangkut oleh media air. Material

    material ini berkembang pada wilayah utara dan tengah daerah penelitian. Proses-

    proses eksogen yang telah terjadi hingga sekarang membentuk pegunungan,

    perbukitan, dan lembahan yang ada saat ini.

    Gambar 3. 39 Model kondisi daerah pemetaan pada kala Pliosen-Pleistosen (A) dan pada

    kala Pleitosen tengah akhir (B)

    A

    B

    Pliosen-Pleistosen

    Pleistosen tengah-akhir

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    73/74

    109

    3.5 Sumberdaya dan Kebahayaan Geologi

    Sumberdaya geologi yang terdapat di lokasi penelitian berupa Bahan galian

    golongan C berupa batupasir dan bongkah yang dapat digunakan sebagai bahan

    fondasi bangunan dan bahan untuk pembuatan jalan. Bahan galian sendiri merupakan

    bahan tambang yang secara ekonomis dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan

    rakyat, baik yang sudah diusahakan maupun yang belum diusahakan. Pada daerah

    penelitian sendiri beberapa lokasi yang terdapat bahan galian ini antara lain pada

    Desa Ciandeu yang berlokasi ddisebelah sungai Cilutung. Masyarakat mengambil

    material-material tesebuat untuk dijadikan bahan bangunan.

    Gambar 3. 40. Pengerukan pasir dari sungai Cilutung pada Dusun Ciandeu (A). Bahan

    galian yang telah diambil diangkut oleh truk untuk dijual ke konsumen (B)

    A B

  • 7/21/2019 hasil penelitian zunarto

    74/74

    110

    Potensi kebencanaan geologi di daerah penelitian yaitu longsor yang terjadi

    pada daerah perbukitan vulkanik. Beberapa tempat bahkan telah dibangun suatu

    konstruksi penahan longsor yang berlokasi pada Desa Sidamukti.

    Gambar 3.41. Lokasi yang pernah terjadi longsor yang telah dibangun sebuah konstrusi

    penahan longsor jika embali terjadi. Berlokas pada Desa Sidamukti