sk 2 gondok.docx

Upload: ganiahutami

Post on 06-Feb-2018

396 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    1/42

    GANIAH UTAMI

    1102012095

    LI.1 MM KELENJAR TIROID

    MAKROSKOPIK

    KELENJAR THYROID

    Kelenjar thyroid terletak di leher depan setentang vertebra cervicalis 5 sampai thoracalis

    1, terdiri dari lobus kiri dan kanan yang dihubungkan oleh isthmus. Setiap lobus

    berbentuk seperti buah pear, dengan apex di atas sejauh linea oblique lamina cartilage

    thyroidea, dengan basis di bawah pada cincin trachea 5 atau 6.

    Berat kelenjar thyroid bervariasi antara 20-30 gr, rata-rata 25 gr.

    Dengan adanya ligamentum suspensorium Berry kelenjar thyroidea ditambatkan ke

    cartilage cricoidea dari facies posteromedial kelenjar. Jumlah ligamentum ini 1 di kiri dan

    kanan. Fungsinya sebagai ayunan/ gendongan kelenjar ke larynx dan mencegah jatuh/

    turunnya kelenjar dari larynx, terutama bila terjadi pembesaran kelenjar.

    1.

    Lobus Lateralis

    Setiap lobus kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu :

    a.

    Apex

    Berada di atas dan sebelah lateral oblique cartilage thyroidea

    Terletak antara M.Constrictor inferior (di medial) dan M.Sternothyroideus (di lateral)

    Batas atas apex pada perlekatan M.Sternothroideus.

    Di apex A. Thyroidea superior dan N.Laringeus superior berpisah, arteri berada di superficial dan

    nervus masuk lebih ke dalam dari apex (polus)Ahli bedah sebaiknya meligasi arteri thyroidea

    sup.dekat ke apex.

    b. Basis

    Terletak setentang dengan cincin trachea 5 atau 6.

    Berhubungan dengan A. Thyroidea inferior dan N. Laryngeus recurrent yang berjalan di depan atau belakang atau di antara

    cabang-cabang arteri tersebut. Ahli bedah sebaiknya meligasi arteri thyroidea inf. jauh dari kelenjar.

    c.

    3 Facies/permukaan dan 3 Margo/pinggir

    Facies Superficial/Antolateral

    Berbentuk konvex ditutupi oleh beberapa otot dari dalam ke luar :

    M. Sternothyroideus

    M. Sternohyoideus

    M. Omohyoideus venter superior

    Bagian bawah M. Sternocleidomastoideus

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    2/42

    Facies Posteromedial

    Bagian ini berhubungan dengan :

    2 saluran : larynx yang berlanjut menjadi trachea, dan pharynx berlanjut menjadi

    oesophagus.

    2 otot : M. Constrictor inferior dan M. Cricothyroideus.

    2 nervus : N. Laryngeus externa dan N. Larungeus recurrent.

    Facies Posterolateral

    Berhubungan dengan carotid sheath (selubung carotid) dan isinya yaitu A. Carotis interna, N. Vagus, dan V. Jugularis interna (dari medial ke

    lateral).

    Margo Anterior

    Margo ini memisahkan facies superficial dari posteromedial, berhubungan dengan anastomose A. Thyroidea superior.

    Margo Posterior

    Bagian ini memisahkan facies posterolateral dari posteromedial, berhubungan dengan anastomose A. Thyroidea superior dan inferior. Ductus

    thoracicus terdapat pada sisi kirinya.

    Terdapat kelenjar parathyroidea superior pada pertengahan margo posterior lobus lateralis kelenjar thyroidea tepatnya di antara true danfalse capsule. Setentang cartilage cricoidea dan sebelah dorsal dari N. Laryngeus recurrent. Kelenjar parathyroidea inferior letaknya

    bervariasi, terdapat 3 kemungkinan letaknya :

    Pada polus bawah (inferior) lobus lateralis di dalam false capsule di bawah A. Thyroidea

    inferior.

    Di luar false capsule dan di atas A. Thyroidea superior.

    Di dalam true capsule pada jaringan kelenjar dan ventral terhadap N. Laryngeus recurrent.

    2. Isthmus

    Isthmus adalah bagian kelenjar yang terletak di garis tengah dan menghubungkan bagian bawah lobus dextra dan sinistra (isthmus mungkin

    juga tidak ditemukan). Diameter transversa dan vertical 1,25 cm.

    Pada permukaan anterior isthmus dijumpai (dari superficial ke profunda) :

    Kulit dan fascia superficialis

    V. Jugularis anterior

    Lamina superficialis fascia cervicalis profunda

    Otot-otot : M. Sternohyoideus danM. Sternothyroideus.

    Permukaan posterior berhubungan dengan cincin trachea ke 3 dan 4. Pada margo superiornya dijumpai anastomose kedua A. Thyroidea

    superior, lobus pyramidalis dan Levator glandulae. Di margo inferior didapati V. Thyroidea inferior dan A. Thyroidea ima.

    3. Lobus Pyramidalis

    Kadang-kadang dapat ditemui.

    Jika ada biasanya terdapat di margo superior isthmus, memanjang ke os hyoidea, atau bisa juga berasal dari

    lobus kiri atau kanan.

    Sering didapati lembaran fibrosa atau musculous yang menghubungkan lobus pyramidalis dan os hyoidea, jika

    penghubung ini otot dikenal dengan nama levator glandula thyroidea.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    3/42

    4. Capsule Kelenjar Thyroidea

    Outer false capsule : Berasal dari lamina pretracheal fascia cervicalis profunda.

    Inner true capsule : dibentuk oleh kondensasi jaringan fibroareolar kelenjar thyroidea.

    Pada celah antara kedua capsule tersebut didapati kelenjar parathyroidea, pembuluh darah vena yang luas dan banyak.

    5.

    Vaskularisasi

    a.

    Sistem Arteri

    Thyroidea superior, adalah cabang A. Carotis externa yang masuk ke jaringan superficial kelenjar,

    mendarahi jaringan connective dan capsule.

    Thyroidea inferioradalah cabang trunchus thyreocervicalis dan masuk ke lapisan dalam kelenjar,

    mendarahi jaringan parenkim dan propia kelenjar.

    Thyroidea ima, Arteri ini kadang-kadang dijumpai merupakan cabang arcus aorta atau A.

    Brachiocephalica dan mendarahi istmus.

    Thyroidea acessorius, adalah cabang-cabang A. Oesophageal dan Tracheal yang masuk ke facies

    posteromedial.

    b. Sistem Vena

    V. Thyroidea superior : muncul dari polus superior dan berakhir pada vena jugularis interna (kadang-

    kadang V. Facialis)

    V. Thyroidea inferior : muncul dari margo bawah istmus dan berakhir pada V. Brachiocephalica sinistra.

    V. Thyroidea media : muncul dari pertengahan lobus lateralis dan berakhir di V. Jugularis int.

    6. Aliran Lymphatic

    a. Ascending Lymphatic

    Media, mengalir ke prelaryngeal lymph node yang terletak pada membrane cricothyroidea

    Lateral, mengalir ke Jugulo-digastric grup dari deep cervical lymph node.

    b.

    Descending Lymphatic

    Medial, mengalir ke pretracheal grup di trachea Lateral, mengalir ke Gl. Recurrent chain pada N.

    Laryngeus recurrent.

    KELENJAR PARATIROID

    A.

    Makroskopis

    Biasanya terdapat dua kelenjar paratiroid pada tiap sisi (superior dan inferior) sehingga total didapatkan ada 4 kelenjar

    paratiroid. Akan tetapi, jumlah kelenjar paratiroid dapat bervariasi , yaitu dijumpai lebih atau kurang dari empat buah.

    Kelenjar paratiroid berwarna kuning-coklat, dengan bentuk yang bermacam-macam dan berukuran kurang lebih 3 x 3 x 2

    mm, beratnya 100 mg.

    Berat dan ukuran glandula paratiroid pun bervariasi, orang yang kegemukan mempunyai banyak lemak ekstrasel didalam

    kapsula paratiroidea. Oleh karena itu, diperlukan ahli bedah yang berpengalaman untuk dapat mengidentifiksai kelenjarparatiroid yang normal pada pembedahan tiroid dan paratiroid.

    Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah suatu hormon peptida yang disekresikan

    oleh kelenjar paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    4/42

    a.

    Bagian

    Glandula paratiroid superior terletak biasa pada posterior terhadap lobus lateralis tiroidea dalam 1-2 cm sefalad terhadap

    perpotongan arteri tiroidea inferior dan nervus laringeus rekurens. Tersering paratiroid menempati posisi yang sama ditiap

    sisi. Tetapi bila membesar, sering ia bermigrasi melalui fascia pretrachelis ke dalam ruang prevertebralis atau turun diatas

    pedikel vaskular dibawah fasia yang menanam tiroidea atau bisa terletak dalam celah superfisialis dari tiroidea. Sangat

    jarang glandula paratiroidea superior berada tepat di intratiroidea.

    Posisi glandula paratiroid inferior lebih bervariasi. Posisinya sering anterior terhadap nervus laringeus rekurens dekat kutub

    bawah tiroid. Tetapi sekitar 20 persen turun lebih caudal dan terletak dalam lobus atas timus. Lebih lanjut, sekitar 2,5

    persen glandula paratiroid inferior terletak persis di intratiroidea, biasanya dalam sepertiga bawah kelenjar. Glandula

    paratiroid inferior bisa terletak pada titik manapun antara os hyoideum dan mediastinum anterior dibawah arcus aorta.

    b.

    Vaskularisasi

    Penyediaan darah arteri ke glandula paratiroidea inferior dan superior biasanya oleh cabang arteri akhir tersendiri dari

    arteri tiroidea inferior pada tiap sisi, walaupun glandula paratiroid inferior dalam mediastinum biasanya dilayani oleh

    cabang dari arteri mamaria interna. Drainase vena melalui vena tiroidea berdekatan ke dalam vena innominata atau vena

    jugularis interna. Telah dibuktikan bahwa 1/3 dari glandula paratiroid pada manusia memiliki dua atau lebih arteri

    paratiroid. Pembuluh limfe paratiroid beragam dan memiliki hubungan dengan pembuluh limfe di tiroid dan thymus.

    c.

    Persarafan

    Persarafannya bersifat simpatis langsung dari ganglia sevikalis superior atau ganglia servikalis media atau melalui pleksus

    pada fossa di lobus superior. Persarafannya bersifat vasomotor tetapi tidak sekremotor.

    MIKROSKOPIK THYROI

    Secara histologi, parenkim kelenjar ini terdiri atas:

    1. Folikel-folikel dengan epithetlium simplex kuboideum yang

    mengelilingi suatu massa koloid. Sel epitel tersebut akan

    berkembang menjadi bentuk kolumner katika folikel lebih aktif

    (seperti perkembangan otot yang terus dilatih).

    2. Cellula perifolliculares (sel C) yang terletak di antara beberapa

    folikel yang berjauhan.

    a.

    Sumber 1

    Struktur histologi kelenjar tiroid terdiri dari lobus-lobus, masing-

    masing lobus mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus tersusun oleh 30 40

    sel folikel (thyrocyte) dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.

    Folikel adalah unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel terdiri dari sebuah lapisan sel-sel folikular epitel tunggal, yang

    membungkus suatu rongga sentral. Epitel folikuler akan berbentuk kolumnar jika distimulasi TSH dan berbentuk kuboid jika

    kelenjar tidak aktif.

    Sel folikel mensintesis tiroglobulin (Tg) yang disekresikan ke dalam lumen folikel, Tg merupakan protein yang

    berukuran 660 kDa, yang disintesis di dalam ribosom, mengalami glikosilasi di dalam retikulum endoplasmik dan ditranslokasi

    pada apparatus golgi. Tg mengandung sekitar 70 asam amino tirosin yang merupakan komponen utama dalam dalam

    pembentukan tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) ketika bersenyawa dengan yodium.

    b.

    Sumber 2

    Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut thyroid follicle. Setiap

    thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKELdan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel

    ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah.Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah

    sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut.Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan

    dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang

    dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    5/42

    Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuleryang bisa berupa kelompok-kelompok sel ataupun hanya satu sel

    yang menempel pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini mempunyai ukuran lebih besar dan warna lebih pucat dari sel

    folikel.Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat menurunkan kadar kalsium darah.

    B.

    Mikroskopis HIPERTHYROID

    Kelenjar ini terdiri dari 4 bentukan kecil yang berwarna kuning kecoklatan, berbentuk ovoid dan melekat pada baian

    posterior darikelenjar thyroid.

    Sepasang dari kelenjar ini menempati kutub atas dari kelenjar thyroid dan terbungkus oleh fascia yang sama dengan

    fascia kelenjar thyroid.

    Sedang sepasang kelenjar lainnya biasanya menempati kutub bawah kelenjar thyroid, tetapi letaknya bisa di dalam

    atau di luar fascia kelenjar thyroid.

    Masing-masing kelenjar paratiroid terbungkus oleh kapsul jaringan ikat kendor yang kaya dengan pembuluh darah,

    dan kapsul ini memebentuk septa yang masuk ke dalam kelenjar.

    Kelenjar ini tersusun dari 2 macam sel :

    1. Chieff cell (principal cell)

    Sel ini sudah ada sejak lahir dan akan terus bertahan, dan merupakan sel yang terbanyak dalam kelenjar ini. Ukuran sel ini

    kecil dengan inti di tengah, dan sitoplasma bersifat sedikit asidofilik, sehingga dengan pewarnaan H.E tampak berwarna

    merah muda. Tetapi kadang-kadang ada beberapa sel yang sitoplasmanya lebih pucat karena mengandung banyak glikogen,

    tetapi sebaian lain mempunyai sitoplasma lebih gelap karena glikogennya hanya sedikit. Sel ini mengandung granula yang

    diduga menghasilkan parathyroid hormon (parath hormone).

    2. Oxyphiel cell

    Sel ini timbulny mulai umur sekitar 7 tahun atau pada saat pubertas. Terdiri dari sel yang ukurannya lebih besar dari chief

    sel, tersebar diantara chief cell tersebut dan sitoplasmanya merah muda pucat. Fungsi sel ini belum diketahui.

    Pada anak-anak, kelenjar ini penuh dengan sel, tetapi pada keadaan dewasa akan timbul jaringan lemak di dalam jaringan

    ikat dan tersebar di antara sel-sel tersebut.

    LI.2 MM BIOKIMIA DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID

    BIOKIMIA DAN FAAL

    menjelaskan pembentukan dan regulasi hormon tiroid

    Nasib Yodium yang Ditelan

    Yodium dapat diperoleh dari makanan laut atau garam beyodium (garam yang ditambah yodium). Yodiummerupakan mikromeneralkarena diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit, yaitu 50 mg/tahun atau 1 mg/minggu.

    Yodium yang masuk ke oral akan diabsorbsi dari sistem digesti tubuh ke dalam darah. Biasanya, sebagian besar

    iodida tersebut dengan cepat dikeluarkan oleh ginjal, tetapi hanya setelah kira-kira satu perlimanya dipindahkan

    dari sirkulasi darah oleh sel-sel kelenjar tiroid secara selektif dan digunakan untuk sitesis hormon.

    Sintesis dan Sekresi Hormon Tiroid

    1. Iodide Trapping, yaitu pejeratan iodium oleh

    pompa Na+/K+ ATPase.

    2. Yodium masuk ke dalam koloid dan mengalami

    oksidasi. Kelenjar tiroid merupakan satu-

    satunya jaringan yang dapat mengoksidasi Ihingga mencapai status valensi yang lebih

    tinggi. Tahap ini melibatkan enzim peroksidase.

    3. Iodinasi tirosin, dimana yodium yang teroksidasi

    akan bereaksi dengan residu tirosil dalam

    tiroglobulin di dalam reaksi yang mungkin pula

    melibatkan enzim tiroperoksidase (tipe enzim

    peroksidase).

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    6/42

    4. Perangkaian iodotironil, yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin,

    tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3 (triiodotirosin). reaksi ini

    diperkirakan juga dipengaruhi oleh enzim tiroperoksidase.

    5. Hidrolisisyang dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I, sehingga senyawa

    inaktif (MIT dan DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.

    6. Tiroksindan triiodotirosinkeluar dari sel folikel dan masuk ke dalam darah. Proses ini dibantu oleh TSH.

    7. MIT dan DIT yang tertinggal dalam sel folikel akan mengalami deiodinasi, dimana tirosin akan dipisahkan

    lagi dari I. Enzim deiodinasesangat berperan dalam proses ini.

    8. Tirosin akan dibentuk menjadi tiroglobulin oleh retikulum endoplasmadan kompleks golgi.

    Pengangkutan Tiroksin dan Triiodotirosin ke Jaringan

    Setelah dikeluarkan ke dalam darah, hormon tiroid yang sangat lipofiliksecara cepat berikatan dengan beberapa

    protein plasma. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4 tetap berada dalam bentuk tidak terikat (bebas).

    Keadaan ini memang luar biasa mengingat bahwa hanya hormon bebas dari keseluruhan hormon tiroid memiliki

    akses ke sel sasaran dan mampu menimbulkan suatu efek.

    Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid:

    1. TBG (Thyroxine-Binding Globulin) yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam

    darah.

    2. Albuminyang secara nonselektif mengikat banyak hormone lipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari

    T3.

    3.

    TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin)yang mengikat sisa 35% T4.

    Di dalam darah, sekitar 90% hormon tiroid dalam bentuk T4, walaupun T3 memiliki aktivitas biologis sekitar empat

    kali lebih poten daripada T4. Namun, sebagian besar T4 yang disekresikan kemudian dirubah menjadi T3, atau

    diaktifkan, melalui proses pengeluaran satu yodium di hati dan ginjal. Sekitar 80% T3 dalam darah berasal dari

    sekresi T4 yang mengalami proses pengeluaran yodium di jaringan perifer. Dengan demikian, T3 adalah bentuk

    hormon tiroid yang secara biologis aktif di tingkat sel.

    fungsi hormon tiroid dan pengaturan sekresinya

    Fungsi Fisiologis Hormon Tiroid

    1. Meningkatkan transkripsi genketika hormon tiroid (kebanyakan T3) berikatan dengan reseptornya di inti

    sel.

    2. Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria sehingga pembentukkan ATP (adenosin trifosfat)

    meningkat.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    7/42

    3. Meningkatkan transfor aktif ionmelalui membran sel.

    4. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak, terutama pada masa janin.

    Efek hormon tiroid

    Efek Fisiologik Hormon Tiroid

    Efek transkripsional dari T3 secara karakteristik memperlihatkan suatu lag time berjam-jam atau berhari-hari untuk

    mencapai efek yang penuh. Aksi genomik ini menimbulkan sejumlah efek, termasuk efek pada pertumbuhan

    jaringan, pematangan otak, dan peningkatan produksi panas dan konsumsi oksigen yang sebagian disebabkan oleh

    peningkatan aktivitas dari Na+-K+ ATPase, produksi dari reseptor beta-adrenergik yang meningkat. Sejumlah aksidari T3 tidak genomik, seperti penurunan dari deiodinase-5' tipe 2 hipofisis dan peningkatan dari transpor glukosa

    dan asam amino. Sejumlah efek spesifik dari hormon tiroid diringkaskan berikut ini.

    Efek pada Perkembangan Janin

    Sistem TSH tiroid dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin manusia sekitar 11 minggu. Sebelum saat ini,

    tiroid janin tidak mengkonsentrasikan 12 I. Karena kandungan plasenta yang tinggi dari deiodinase-5 tipe 3,

    sebagian besar T3 dan T4 maternal diinaktivasi dalam plasenta, dan sangat sedikit sekali hormon bebas mencapai

    sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri. Walaupun

    sejumlah pertumbuhan janin terjadi tanpa adanya sekresi hormon tiroid janin,

    perkembangan otak dan pematangan skeletal jelas terganggu, menimbulkan kretinisme (retardasi mental dan

    dwarfisme/cebol).

    Efek pada Konsumsi Oksigen, Produksi panas, dan Pembentukan Radikal BebasT3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+-K+ ATPase dalam semua

    jaringan kecuali otak, lien, dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan kecepatan metabolisme basal

    (keseluruhan konsumsi O2 hewan saat istirahat) dan peningkatan kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme.

    Hormon tiroid juga menurunkan kadar dismutase superoksida, menimbulkan peningkatan pembentukan radikal

    bebas anion superoksida. Hal ini dapat berperan pada timbulnya efek mengganggu dari

    hipertiroidisme kronik.

    Efek Kardiovaskular

    T3 merangsang transkripsi dari rantai berat miosin dan menghambat rantai berat miosin, memperbaiki

    kontraktilitas otot jantung. T3 juga meningkatkan transkripsi dari Ca2+ ATPase dalam retikulum sarkoplasmik,

    meningkatkankontraksi diastolik jantung; mengubah isoform dari gen Na+ -K+ ATPase gen; dan

    meningkatkan

    reseptor adrenergik-beta dan konsentrasi protein G. Dengandemikian, hormon tiroid mempunyai efek inotropik

    dan kronotropik yang nyataterhadap jantung. Hal ini merupakan penyebab dari keluaran jantung danpeningkatan

    nadi yang nyata pada hipertiroidisme dan kebalikannya padahipotiroidisme.

    Efek Simpatik

    Seperti dicatat di atas, hormon tiroid meningkatkan jumlah reseptor adrenergik-beta dalam otot jantung, otot

    skeletal, jaringan adiposa, dan limfosit. Mereka juga menurunkan reseptor adrenergik-alfa miokardial. Di samping

    itu; mereka juga dapat memperbesar aksi katekolamin pada tempat pascareseptor. Dengan demikian, kepekaan

    terhadap katekolamin meningkat dengan nyata pada hipertiroidisme, dan terapi dengan obat-obatan penyekat

    adrenergik-beta dapat sangat membantu dalam mengendalikan takikardia dan aritmia.

    Efek Pulmonar

    Hormon tiroid mempertahankan dorongan hipoksia dan hiperkapne normal pada pusat pernapasan. Padahipotiroidisme berat, terjadi hipoventilasi, kadangkadang memerlukan ventilasi bantuan.

    Efek Hematopoetik

    Peningkatan kebutuhan selular akan O2 pada hipertiroidisme menyebabkan peningkatan produksi eritropoietin

    dan peningkatan eritropoiesis. Namun, volume darah biasanya tidak meningkat karena hemodilusi dan

    peningkatan penggantian eritrosit. Hormon tiroid meningkatkan kandungan 2,3-difosfogliserat eritrosit,

    memungkinkan peningkatan disosiasi O2 hemoglobin dan meningkatkan penyediaan O2 kepada jaringan. Keadaan

    yang sebaliknya terjadi pada hipotiroidisme.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    8/42

    Efek Gastrointestinal

    Hormon tiroid merangsang motilitas usus, yang dapat menimbuklan peningkatan motilitas dan diare pada

    hipertiroidisme dan memperlambat transit usus serta konstipasi pada hipotiroidisme. Hal ini juga menyumbang

    pada timbulnya penurunan berat badan yang sedang pada hipotiroidisme dan pertambahan berat pada

    hipotiroidisme.

    Efek Skeletal

    Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan resorpsi tulang, dan hingga tingkat

    yang lebih kecil, pembentukan tulang. Dengan demikian, hipertiroidisme dapat menimbulkan osteopenia yang

    bermakna, dan pada kasus berat, hiperkalsemia sedang, hiperkalsiuria, dan peningkatan ekskresi hidroksiprolin

    urin dan hubungan-silang pyridinium.

    Efek Neuromuskular

    Walaupun hormon tiroid merangsang peningkatan sintesis dari banyak protein struktural, pada hipertiroidisme

    terdapat peningkatan penggantian protein dan kehilangan jaringan otot atau miopati. Hal ini dapat berkaitan

    dengan kreatinuria sontan. Terdapat juga suatu peningkatan kecepatan kontraksi dan relaksasi otot, secara klinik

    diamati adanya hiperefleksia atau hipertiroidisme-atau sebaliknya pada hipotiroidisme. Hormon tiroid penting

    untuk perkembangan dan fungsi normal dari susunan saraf pusat, dan hiperaktivitas pada hipertiroidisme serta

    kelambanan pada hipotiroidisme dapat mencolok.

    Efek pada Lipid dan Metabolisme Karbohidrat

    Hipertiroidisme meningkatkan glukoneogenesis dan glikogenolisis hati demikian pula absorpsi glukosa usus.Dengan demikian, hipertiroidisme akan mengeksaserbasi diabetes melitus primer. Sintesis dan degradasi

    kolesterol keduanya meningkat oleh hormon tiroid. Efek yang terakhir ini sebagian besar disebabkan oleh suatu

    peningkatan dari reseptor low-density lipoprotein (LDL) hati, sehingga kadar kolesterol menurun dengan aktivitas

    tiroid yang berlebihan. Lipolisis juga meningkat, melepaskan asam lemak dan gliserol. Sebaliknya, kadar kolesterol

    meningkat pada hipotiroidisme.

    Efek Endokrin

    Hormon tiroid meningkatkan pergantian metabolik dari banyak hormon dan obat-obatan farmakologik.

    Contohnya, waktu-paruh dari kortisol adalah sekitar 100 menit pada orang normal, sekitar 50 menit pada pasien

    hipertiroid, sekitar 150 menit pada pasien hipotiroid. Kecepatan produksi kortisol akan meningkat pada pasien

    hipertiroid; dengan fungsi adrenal normal sehingga mempertahankan suatu kadar hormon sirkulasi yang normal.

    Namun, pada seorang pasien dengan insufisiensi adrenal, timbulnya hipertiroidisme atau terapi hormon tiroid dari

    hipotiroidisme dapat mengungkapkan adanya penyakit adrenal. Ovulasi dapat

    terganggu pada hipertiroidisme maupun hipotiroidisme, menimbulkan infertilitas, yang dapat dikoreksi dengan

    pemulihan keadaan eutiroid. Kadar prolaktin serum meningkat sekitar 40% pada pasien dengan hipotiroidisme,

    kemungkinan suatu manifestasi dari peningkatan pelepasan TRH; hal ini akan kembali normal dengan terapi T4.

    Pengaturan Sekresi Hormon Tiroid

    Mula-mula, hipotalamus sebagai pengatur mensekresikan TRH (Thyrotropin-Releasing Hormone), yang

    disekresikan oleh ujung-ujung saraf di dalam eminansia mediana hipotalamus. Dari mediana tersebut, TRH

    kemudian diangkut ke hipofisis anterior lewat darah porta hipotalamus-hipofisis. TRH langsung mempengaruhi

    hifofisis anterior untuk meningkatkan pengeluaran TSH.TSH merupakan salah satu kelenjar hipofisis anterior yang

    mempunyai efek spesifik terhadap kelenjar tiroid:

    1. Meningkatkan proteolisis tiroglobulin yang disimpan dalam folikel, dengan hasil akhirnya adalah

    terlepasnya hormon-hormon tiroid ke dalam sirkulasi darah dan berkurangnya subtansi folikel tersebut.

    2. Meningkatkan aktifitas pompa yodium, yang meningkatkan kecepatan proses iodide trapping di dalam

    sel-sel kelenjar, kadangakala meningkatkan rasio konsentrasi iodida intrasel terhadap konsentrasi iodida

    ekstrasel sebanyak delapan kali normal.

    3.

    Meningkatkan iodinasi tirosinuntuk membentuk hormon tiroid.

    4.

    Meningkatkan ukuran dan aktifitas sensorik sel-sel tiroid.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    9/42

    5. Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai dengan dengan perubahan sel kuboid menjadi sel kolumner

    dan menimbulkan banyak lipatan epitel tiroid ke dalam folikel.

    Efek Umpan Balik Hormon Tiroid dalam Menurunkan Sekresi TSH oleh Hipofisis Anterior

    Meningkatnya hormon tiroid di dalam cairan tubuh akan menurunkan sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Hal ini

    terutama dikarenakan efek langsung hormon tiroid terhadap hipofisis anterior.

    Aksi Hormon Thyroid

    Thyroid hormone lepas dari protein binding

    T4dideiodinasi oleh sehingga membentuk T3

    Masuk ke dalam sel organ target

    T3memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor hormon thyroid intraselular

    Reseptor-reseptor hormon thyroid melekat pada rantai genetic DNA atau berdekatan dengan DNA

    Rantai genetik DNA berikatan dengan hormon thyroid

    Reseptor menjadi aktif dan mengawali proses transkripsi

    Dibentuk sejumlah besar tipe RNA messenger yang berbeda

    Translasi RNA pada ribosom sitoplasma

    Terbentuk ratusan tipe protein yang baru

    (Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, E/2. Jakarta: EGC. ) (Murray, Robert K et al.

    2003. Biokimia Harper, E/25. Jakarta: EGC.)

    HORMON TIROID

    Ada 3 macam kontrol terhadap faal kelenjar tiroid :

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    10/42

    1.

    TRH (Thyrotrophin Releasing Hormone)

    Hormon ini merupakan tripeptida, yang telah dapat disintesis, dan dibuat di hipotalamus. TRH menstimulasi keluarnya

    prolaktin, kadang-kadang juga Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone(LH).

    2.

    TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)

    TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor di permukaan sel tiroid (TSH-Reseptor-TSH-R) dan terjadilah efek

    hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan iodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon

    meningkat.

    3. Umpan balik sekresi hormone

    Kedua hormon ini mempunyai efek umpan balik di tingkat hipofisis. T3 selain berefek pada hipofisis juga pada tingkat

    hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.

    Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar hormon tiroid. Hipotalamus menghasilkan Thyrotropin-

    Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk

    menghasilkan hormon tiroid dalam darah mencapai kadar tertentu, maka kelenjar hipofisa menghasilkan TSH dalam jumlah

    yang lebih sedikit, jika kadar hormon tiroid dalam darah berkurang, maka kelenjar hipofisa mengeluarkan lebih banyak TSH.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    11/42

    B.

    Sintesis hormon tiroid

    Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid

    memerlukan yodium, yaitu suatu elemen esensial yang

    terdapat di dalam makanan dan air. Tanpa adanya

    yodium proses sintesis hormon tiroid tidak akan terjadi.

    Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya

    menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan,

    beberapa yodium di dalam hormon kembali kedalam

    kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali

    menghasilkan hormon tiroid.

    TSH/Thyrotropin merupakan hormon yang memegang

    peranan dalam menstimulasi terjadinya sintesis hormon

    di dalam kelenjar tiroid. TSH merupakan satu dari

    empat hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituari

    anterior, dengan berat molekul sekitar 26,000 28,000

    dalton. Produksi TSH terjadi oleh adanya stimulasi dari

    Thyrotropin Releasing Hormone (TRH), yang dihasilkan

    oleh hipotalamus yang kemudian akan menstimulasi

    kelenjar pituari sehingga menghasilkan TSH. Pada

    keadaan normal kadar TSH yang terdapat di dalam tubuh

    berkisar antara 0.5-5 mU/ml (mikroUnit/mililiter).

    TSH berperan penting dalam sintesis hingga mengatur

    kadar hormon tiroid, menstimulasi terjadinya uptake

    yodida melalui suatu transporter hingga terjadinya

    pelepasan T3 dan T4 kedalam sirkulasi. Ketika jumlah T3 dan T4 dalam sirkulasi sedikit maka hipotalamus akan

    menghasilkan jumlah TRH yang besar dan meningkatkan pembentukan TSH. Sebaliknya ketika jumlah T3 dan T4 di sirkulasi

    meningkat maka melalui mekanisme negative feedback yang dilakukan oleh T3 dan T4 pada hipotalamus, menyebabkan

    produksi TSH menurun untuk menjaga keseimbangan produksi hormon tiroid pada kelenjar tiroid.

    Mekanisme sintesis hormon tiroid pada dasarnya melalui 7 tahapan utama, yaitu :

    a. Pengambilan yodida (Trapping)

    Pada proses ini, Yodida ( I-) bersama natrium (Na

    +) yang beredar di dalam darah akan ditangkap oleh transporteryang

    terletak pada membran basolateral sel folikel, dan dibawa masuk kedalam sitoplasma sel folikel tiroid (I- uptake).

    Transporter merupakan suatu protein plasma yang dikenal dengan istilah sodium iodide symporter (NIS). NISmerupakan glikoprotein dengan berat 85 kDa yang terletak pada membran basal dan memiliki 13 segmen

    transmembran. Masuknya I- dan Na

    + akan mengaktifkan pompa Na

    +/K

    + ATPase yang berfungsi untuk menjaga

    keseimbangan gradien didalam sel, dimana 3Na+ akan dilepaskan ekstraseluler dan 2K

    + akan dimasukkan ke

    intraseluler. Tahap trapping terjadi karena adanya rangsangan dari TSH.

    b.

    Oksidasi

    Setelah yodida masuk kedalam sel folikel, maka untuk dapat digunakan sebagai bahan sintesis hormon, yodida

    tersebut harus dikonversikan menjadi bentuk aktif yaitu yodium (I0) sehingga dapat berikatan dengan tirosin, dimana

    proses ini terjadi di dalam koloid. Proses perpindahan yodida dari sitoplasma sel folikel kedalam koloid ( I- efflux)

    diperantarai oleh beberapa protein yaitu apical iodide transporter (AIT), enzim pendrin, dan saluran kalsium yang

    terletak pada membran apeks sel folikel. Yodida yang berada di dalam koloid kemudian dioksidasi menjadi bentuk

    yodium oleh enzim thyroid peroksidase(TPO) dan H2O2. Yodium yang telah terbentuk kemudian akan berikatan dengan

    tirosin yang berada di dalam Tg, proses ini dikenal dengan istilah iodonisasi atau organification (gambar 2.5). Ikatan

    antara yodium dan tirosin pertama kali akan membentuk monoiodotirosin (MIT) dan kemudian membentuk

    diiodotirosin (DIT) yang akan tersimpan di dalam Tg.c.

    Penggandengan (Coupling)

    Dalam molekul tiroglobulin, monoiodotirosin (MIT) dan diiodotirosin (DIT) yang terbentuk dari proses iodinasi akan

    saling bergandengan (coupling), dimana proses ini dikatalisir oleh enzim TPO. Dua rantai molekul diiodotirosin akan

    saling bergandengan sehingga terbentuk rantai molekul tiroksin (T4), dan selanjutnya satu rantai molekul

    monoiodotirosin dan satu molekul diiodotirosin akan membentuk rantai molekul triiodotirosin (T3). Sekitar tiga

    perempat atau 70% jumlah molekul didalam tiroglobulin tidak mengalami coupling, dan hanya berbentuk rantai MIT

    dan DIT.

    d.

    Penyimpanan (Storage)

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    12/42

    Hormon tiroid merupakan hormon yang sangat unik karena disimpan secara ekstrasel. Hormon yang telah terbentuk

    melalui proses couplingtersimpan ekstraseluler di dalam Tg. Masingmasing Tg mengandung lebih dari 30 molekul T4

    dan hanya beberapa molekul T3, dengan jumlah tersebut, pada oraang normal dapat memenuhi kebutuhan 2 3

    bulan.

    e.

    Proteolisis

    Adanya pengaruh dari TSH menyebabkan molekul Tiroglobulin yang mengandung tiroksin (T4), triidotirosin (T3), DIT,

    dan MIT, akan mengalami endositosis kedalam sitoplasma sel folikel (micropinocytosis). TSH yang diproduksi oleh

    hipofisis anterior akan menstimulasi pembentukan vesikel (colloid droplet) pada membran apeks sel folikel. Ketika

    vesikel telah berada di sitoplasma, terjadi fusi antara vesikel tersebut dengan lisosom, yang akhirnya terjadi proteolisis

    atau degradasi dari fusi tersebut oleh enzim-enzim endopeptidase seperti katepsin B, D, H, dan L. Setelah proses

    degradasi oleh enzim endositosis berlangsung, terjadi proses proteolisis tiroglobulin yang lebih lanjut oleh enzim-

    enzim eksopeptidase (dipeptidyl-peptidases I and II, lysosomal dipeptidase I, and N-acetyl-l-phenolalanyl-L-tyrosine

    hydrolase) sehingga akibatnya T4, T3, MIT dan DIT bebas di dalam sitoplasma sel folikel.

    f. Deiodinasi

    Molekul MIT dan DIT yang berada pada sitoplasma sel folikel tidak dikeluarkan kedalam sirkulasi, molekul-molekul

    tersebut mengalami deiodinasi oleh enzim yodotirosin deiodinase. Dipecah menjadi yodida yang kemudian disimpan

    didalam intrathyroidal pool, yang nantinya akan digunakan kembali sebagai bahan utama sintesis hormon tiroid.

    g.

    Pengeluaran hormon dari kelenjar tiroid (releasing)

    Setelah proses proteolisis selesai dan keempat molekul (T4, T3, MIT, dan DIT) bebas, hanya T4 dan T3 saja yang

    dikeluarkan dari membran basal sel folikel dan masuk ke dalam sirkulasi darah. Proses keluarnya T4 dan T3 dari

    membran basal sel folikel belum diketahui dengan jelas, hal ini kemungkinan diperantarai suatu protein transporter

    yang spesifik, namun hingga saat ini belum ada satu penelitian yang dapat mengidentifikasikan protein transporter

    tersebut.

    C.

    Pengangkutan Hormon Tiroid

    Setelah T4 dan T3 keluar melewati membran basal dan masuk ke dalam sirkulasi darah, hormon-hormon tiroid ini kemudian

    akan berikatan dengan protein-protein pengikat yang telah berada di sirkulasi darah yaitu Thyroxin Binding Globulin (TBG),

    Thyroid Binding PreAlbumin (TBPA) atau yang lebih dikenal dengan Transhyretin (TTR) dan albumin. Lebih dari 90% hormon

    tiroid ini berikatan dengan protein pembawa, dan sekitar 70% hormon tiroid ini berikatan dengan TBG dan sisanya terikat

    pada TBPA dan albumin, hanya sekitar 0,35% dari T4 (free-T4/FT4) total dan 0,25% dari T3 (free-T3/FT3) total yang berada

    dalam keadaan bebas. Hormon tiroid yang bebas ini dapat berdifusi keluar dari sirkulasi darah masuk ke dalam jaringan

    sehingga memiliki efek biologis sebagai hormon di jaringan. Dalam keadaan normal, kadar FT4 dan FT3 total

    menggambarkan keadaan hormon bebas. Dalam keadaan normal kadar hormon T4 berkisar antara 1-3 ng/dl dan kadar

    hormon T3 berkisar antara 0.25-0.5 ng/dl (nanogram/desiliter).

    Ikatan antara protein pengikat dengan T4 lebih kuat dibandingkan dengan protein pengikat dan T3. Hal inilah yang menjadi

    dasar lamanya waktu paruh kedua hormon tiroid tersebut. Waktu paruh untuk T4 sekitar 6 hari dan waktu paruh untuk T3

    sekitar 24 jam.

    Terdapat 3 protein plasma yang penting dalam pengikatan hormon tiroid :1.

    TBG (Thyroxine-Binding Globulin)yang secara selektif mengikat 55% T4 dan 65% T3 yang ada di dalam darah.

    2. Albuminyang secara nonselektif mengikat banyak hormone l ipofilik, termasuk 10% dari T4 dan 35% dari T3.

    3.

    TBPA (Thyroxine-Binding Prealbumin)yang mengikat sisa 35% T4.

    D.

    Metabolisme Hormon Tiroid

    Produk utama dari kelenjar tiroid adalah T4, namun molekul ini merupakan bentuk prehormon yang harus dikonversi

    menjadi bentuk aktif T3 dan bentuk yang tidak aktif rT3 melalui proses deiodinasi yang dikatalisir oleh asam amino

    selenosistein yang mengandung selenium sehingga dapat berfungsi dalam aktivitas biologi.Terdapat tiga macam proses

    deiodinasi yang masing-masing proses tersebut memilki perbedaan tempat dan fungsi.

    a.

    Deiodinasi I (DI)

    Proses deiodinasi ini terjadi pada hati, ginjal, sistem saraf pusat, kelenjar pituari anterior, dan kelenjar tiroid, T3 yang

    dihasilkan dari proses konversi T4 akan beredar di plasma. Selain mengkonversi T4 menjadi T3, proses DI ini juga akan

    berfungsi untuk mendegradasi rT3 menjadi rT2.

    b.

    Deiodinasi II (DII)Proses ini terjadi pada sistem saraf pusat, kelenjar pituari, plasenta, tiroid, jantung, lemak coklat, dan otot skeletal. T3

    yang dihasilkan dari proses konversi akan digunakan di otak, menyediakan kebutuhan neuron terhadap T3. Pada otak,

    hormon ini terletak di astroglia.

    c.

    Deiodinasi III (DIII)

    Proses deidonisasi ini terjadi pada sistem saraf pusat, plasenta dan kulit. T4 akan dikonversi menjadi rT3 yang

    merupakan bentuk tidak aktif dari T3. rT3 yang terbentuk melalui proses ini bertujuan/bertanggungjawab untuk

    menjaga rasio perbandingan kadar T3 dan T4 terutama pada sistem saraf pusat dan mengurangi masuknya hormon

    yang berlebihan dari ibu ke janin.

    E.

    Fungsi Fisiologis Hormon tiroid

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    13/42

    Fungsi fisiologi dasar dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi gen (gambar 2.11). Proses ini diawali dengan

    masuknya T4 kedalam sel, selanjutnya di sitoplasma oleh enzim 5-deiodinasi T4 dikonversi menjadi T3. T3 tersebut akan

    bergerak menuju nukleus dan melekat pada reseptor hormon tiroid. Proses ikatan T3 dan reseptor ini nantinya

    menimbulkan suatu kompleks ikatan sehingga mengaktivasi terjadinya transkripsi gen yang akan menghasilkan protein khas

    sel tersebut.

    a.

    Aktivitas metabolisme seluler

    1. Peningkatan jumlah dan aktivitas mitokondria

    Hormon tiroid berperan dalam proliferasi dan diferensiasi mitokondria, sehingga menyebabkan terjadinya

    peningkatan jumlah dan ukuran/luas permukaan membran mitokondria. Selain itu juga menyebabkan terjadi

    peningkatan aktivitas mitokondria sehingga menghasilkan peningkatan pembentukan adenosine triphosphate

    (ATP) yang digunakan sebagai energy seluler.Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Schneider dan Hood

    pada tahun 2000, dimana pemberian hormon T3 secara invitro pada otot jantung tikus menginduksi terjadinya

    biogenesis mitokondria sehingga menyebabkan peningkatan jumlah mitokondria pada sel-sel otot jantung

    tersebut.

    2.

    Peningkatan transport aktif ion melewati membran sel

    Hormon tiroid dapat menyebabkan terjadinya peningkatan transport aktif ion masuk ke dalam sel. Proses ini

    diperantarai oleh adanya reseptor hormon tiroid yang terdapat pada nukleus sel. Beberapa teori lain juga

    menjelaskan proses terjadinya peningkatan transport ini seperti efek hormon tiroid yang menyebabkan terjadinya

    kebocoran pada membran sel sehingga memudahkan masuknya sodium melalui pompa Na+/K

    + ATPase. Hingga

    saat ini belum ada teori yang menjelaskan dengan pasti mekanisme yang terjadi sehingga masih dianggap belum

    jelas. Penelitian yang dilakukan oleh Ornellas DS, dkk pada tahun 2003 memberikan hasil terjadinya peningkatan

    transport ion. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan kadar chlorida pada sel tubulus proksimal ginjal

    kelompok tikus hipotiroid dan kelompok tikus hipertiroid, proses transport terjadi diduga karena adanya regulasi

    dari cairan ekstraseluler.

    b.

    Pertumbuhan

    Fungsi utama hormon tiroid adalah menstimulasi perkembangan otak selama kehidupan janin, dan ketika tahun

    pertama kehidupan. Kekurangan hormon tiroid pada saat ini akan menyebabkan terjadinya retardasi mental dan

    perkembangan otak yang lebih kecil dibandingkan dengan bayi yang normal.

    Fungsi penting lain hormon tiroid adalah membantu proses maturasi dan pertumbuhan skleton. Pada anak-anak dengan

    hipotiroid, pertumbuhan tulang menjadi lambat, selain itu juga penutupan epifisial menjadi tertunda dan sebaliknya

    pada anak-anak dengan hipertiroid pertumbuhan terjadi secara berlebihan yang tidak sesuai dengan usia saat itu.

    c.

    Mekanisme tubuh secara umum

    1.

    Stimulasi metabolisme karbohidratHormon tiroid menstimulasi metabolisme karbohidrat dalam semua aspek seperti meningkatkan pengambilan

    glukosa oleh sel, peningkatan glikolisis dan glukoneogenesis untuk membentuk glukosa bebas, meningkatkan

    absorpsi pada traktus gastrointestinal, dan juga meningkatkan sekresi insulin.

    2.

    Stimulasi metabolisme lemak

    Hormon tiroid menyebabkan peningkatan oksidasi asam lemak bebas oleh sel, penurunan penimbunan lemak

    pada tubuh. Pada plasma hormon ini menurunkan konsentrasi kolesterol, posfolipid dan trigliserida. Salah

    satu mekanisme yang terjadi dari penurunan kolesterol plasma adalah terjadinya peningkatan sekresi oleh empedu

    dan pengeluaran melalui feses. Pada hati, hormon tiroid merangsang peningkatan jumlah reseptor low density

    lipoproteins(LDL) sehingga lebih banyak LDL plasma yang dibuang melalui sel hati.

    3.

    Sistem kardiovaskular

    Hormon tiroid meningkatkan aliran darah dan cardiac outputmelalui peningkatan metabolisme di jaringan, jumlah

    pemakaian oksigen meningkat dan produk akhir yang dilepaskan juga semakin meningkat. Hal ini menyebabkan

    terjadinya vasodilatasi pada beberapa jaringan yang akhirnya meningkatkan aliran darah. Hormon tiroid

    menstimulasi terjadinya transkripsi myosin He-, sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot miokard, mengubahkonsentrasi protein G, reseptor adrenergik, sehingga hormon tiroid memiliki efek yonotropik positif, dimana secara

    klinis terlihat sebagai naiknya curah jantung dan takikardia.

    4.

    Sistem saraf pusat

    Secara umum, hormon tiroid dapat meningkatkan perkembangan otak seperti peningkatan kemampuan

    kecepatan berpikir. Individu dengan hipertiroid memiliki kecenderungan terjadi gangguan psikoneurotik,

    kecemasan, rasa kantuk, tremor dan reflex yang meningkat akibat rangsangan hormon yang berlebih pada synap

    neuron, dan paranoid.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    14/42

    5.

    Otot

    Fungsi hormon tiroid pada otot terutama adalah menjaga keseimbangan dan kontraktilitas otot. Peningkatan

    hormon tiroid dalam jumlah yang kecil/sedikit dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot, namun peningkatan

    hormon tiroid yang terlalu banyak/berlebihan menyebabkan terjadinya kelemahan otot akibat peningkatan dari

    katabolisme protein. Sebaliknya kekurangan hormon tiroid menyebabkan otot terlalu lambat untuk relaksasi

    setelah kontraksi.

    Pada synap neuron di daerah medulla spinalis, hormon tiroid berfungsi untuk

    menjaga/mengontrol keseimbangan kontraksi otot. Pada individu dengan hipertiroid akan terjadi peningkatan

    reaktifitas synap-synap neuron ini sehingga menimbulkan getaran yang berlebihan atau yang disebut dengan

    tremor.

    6.

    Fungsi seksual

    Penurunan hormon tiroid pada pria menyebabkan kehilangan libido sedangkan pada wanita penurunan hormon ini

    menyebabkan menoragi dan polimenorea. Efek ini tidak secara langsung disebabkan karena hormon tiroid tapi

    dihasilkan oleh efek eksitatori dan inhibisi pada kelenjar pituari anterior.

    HORMON PARATIROID

    Paratiroid hormone (PTH) merupakan hormone yang berperan dalam metabolisme kalsium (Ca2+). PTH bekerja melalui

    reseptor membran. Reseptor ini hanya terdapat pada tulang dan ginjal. Interaksi hormone reseptor mengaktifkan adenilil

    siklase membentuk cAMP sebagai messenger.

    Perannya antara lain :

    Menurunkan ekskresi kalsium ginjal sehingga konsentrasi kalsium dalam cairan ekstrasel meningkat

    Meningkatkan ekskresi fosfat melalui ginjal sehingga konsentrasinya dalam cairan ekstrasel menurun

    Meningkatkan laju disolusi tulang yang menggerakkan Ca2+ masuk ke dalam cairan ekstrasel

    Meningkatkan efisiensi absorbsi Ca2+ dari usus Mencegah hipokalsemia dengan mengorbankan substansi tulang (bila supan Ca2+ dari makanan kurang dan

    berlangsung lama

    a.

    Sintesis, Sekresi, dan Metabolisme

    PTH disintesis dengan 84 asam amino. PTH1-34 memiliki aktivitas biologic penuh,PTH25-34 bertanggungbjawab atas

    pengikatan reseptor

    Prekursor langsung PTH adalah proPTH dengan ujung terminal amino yangbersifat sangat alkalis terdiri dari 115 asam

    amino. Prekursor proPTH adalahpreproPTH yang memiliki 25 asam amino pada ujung terminal amino dan bersifat

    hidrofobik sebagai sinyal atau pemandu.

    PreproPTH dipindahkan ke dalam reticulum endoplasma. Selama proses pemindahan ini 25 asam amino pemandu

    dikeluarkan hingga tersisa proPTH.ProPTH kemudian diangkut ke dalam apparatus golgi dan di dalam apparatus golgi

    enzim akan mengeluarkan extension pro sehingga tersisa PTH yang matur.

    PTH dilepaskan dari aparatus golgi di dalam vesikel sekretorik dan akan mengalami 3 peristiwa yaitu : pengangkutan

    ke dalam depot penyimpanan,penguraian dan sekresi langsung.b.

    Pengaturan sintesis PTH

    Biosintesis dan sekresi PTH sangat dipengaruhi oleh Ca2+

    Bila kadar Ca2+ dalam plasma turun maka PTH mRNA turun mengakibatkansintesis PTH akan meningkat

    Konsentrasi Ca2+ turun akan menurunkan kecepatan penguraian pro PTHmenjadi PTH, begitu pula sebaliknya

    1,25(OH)2-D3 (Kalsitriol) juga memegang peranan penting

    Kompleks reseptor-kalsitriol mengikat 1 atau lebih VDRE (vitamin D responseelement) yang ada pada region gen

    PTH dan menghambat transkripsi gentersebut. Hal ini mengakibatkan penurunan produksi PTH mRNA.

    Sintesis PTH dapat meningkat bila ukuran dan jumlah sel yang memproduksiPTH meningkat. Keadaan ini dapat

    terjadi pada hipokalsemia lama ataudefisiensi kalsitriol.

    c.

    Pengaturan metabolism

    Penguraian menjadi PTH terjadi sekitar 20 menit setelah proPTH terbentuk

    PTH yang dihasilkan dapat disekresikan segera atau disimpan dalam vesikel penyimpanan untuk sekresi

    berikutnya

    Sebagian besar PTH yang baru disintesis akan diuraikan. Enzim proteolitik Katepsin B dan D dijumpai dalam

    jaringan paratiroid. Katepsin B akanmenguraikan PTH menjadi 2 fragmen yaitu PTH1-36 dan PTH37-84. PTH1-36

    akan dipecah menjadi di dan tri peptide, sedangkan PTH37-84 tidak diurai lagi

    Proteolisis tidak hanya terjadi dalam paratiroid namun juga di hati (sel Kupfer)dan ginjal.

    d.

    Pengaturan sekresi

    Pengaturan sekresi PTH pada awalnya terjadi karena reseptor membran sel berikatan dengan protein G yang

    menstimulasi fosfolipase C untuk mengubahPIP2 menjadi IP3. IP3 akan meningkatkan kadar Ca2+ intrasel yang

    kemudianakan memacu sekresi PTH

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    15/42

    Ca2+ juga dapat menghambat sekresi PTH dengan cara merusak enzim adenilil siklase sehingga cAMP tidak

    terbentuk.

    Kelenjar Paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid. Hormon paratiroid adalah suatu hormon peptida yang disekresikan oleh

    kelenjar paratiroid, yaitu empat kelenjar kecil yang terletak di permukaan belakang kelenjar tiroid, satu di setiap sudut. Hormon

    Paratiroid bersama-sama dengan vitamin D3 (1,25-dihydroxycholecalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam

    darah. Sintesisparatiroid hormon dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi

    dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.

    Seperti aldosteron, hormon paratiroid esensial untuk hidup. Efek keseluruhan Hormon paratiroid adalah meningkatkan

    konsentrasi kalsium dalam plasma dan mencegah hipokalsemia. Apabila Hormon paratiroid sama sekali tidak tersedia, dalam

    beberapa hari individu yang bersangkutan akan meninggal, biasanya akibat asfiksia yang ditimbulkan oleh spasme hipokalsemik

    otot-otot pernapasan. Melalui efeknya pada tulang, ginjal, dan usus hormon paratiroid meningkatkan kadar kalsium plasma

    apabila kadar elektrolit ini mulai turun sehingga hipokalsemia dan berbagai efeknya secara normal dapat dihindari. Hormon ini

    juga bekerja menurunkan konsentrasi fosfat plasma.

    Sebagian besar efek hormon paratiroid pada organ sasarannya diperantarai oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang

    bekerja sebagai mekanisme second messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah pemberian hormon paratiroid,

    konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan sel-sel sasaran lainnya meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung

    jawab terhadap beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga terjadi reabsorpsi tulang,

    pembentukan 1,25-dihidroksikolekalsiferol di dalam ginjal dan sebagainya. Mungkin masih ada efek-efek langsung lain dari

    hormon paratiroid yang fungsinya tidak bergantung pada mekanisme second messenger.

    Fungsi Fisiologis Hormon Paratiroida.

    Homeostasis Kalsium

    Hormon paratiroid dan vitamin D menjadi faktor utama yang mengendalikan metabolisme kalsium.Keduanyamempunyai kerja yang meningkatkan konsentrasi kalsium serum. Hormon paratiroid terikat ke reseptor dalam tulang

    dan ginjal serta mengaktivasi adenilat siklase, sehingga membentuk adenosin 35 monofosfat siklik (AMP siklik) yang

    kemudian mengatur enzim intrasel lainnya.

    Hormon paratiroid bekerja atas tulang untuk mempercepat resorpsi tulang dan meningkatkan pembentukan kembali

    tulang dengan menginduksi aktivitas osteoklastik dan osteoblastik. Kerjanya atas tubulus renalis untuk menurunkan

    resorpsi fosfat dan bikarbonat serta untuk meningkatkan resorpsi kalsium.

    Hormon paratiroid mempunyai peranan tidak langsung dalam meningkatkan absorpsi kalsium gastrointestinalis

    dengan meningkatkan efek vitamin D. Vitamin D (kolekalsiferol) di bentuk dalam kulit oleh kerja sinar ultraviolet atas 7

    dihidrokolesterol: kemudian ia dihidroksiklasi dalam hati ke 25-hidroksikolekalsiferol dan diaktivasi lebih lanjut oleh 1-

    alfahidroksilase dalam ginjal ke metabolit kuat, 1,25-dihidrosikolekalsiferol. Hormon paratiroid meningkatkan

    perubahan 25-hidroksikolekalsiferol ke 1,25-dihidroksikalekalsiferol.

    Vitamin D juga menyokong keseimbangan kalsium positif, terutama dengan meningkatkan absorpsi usus. Walaupun

    salah satu kerja vitamin D untuk memobilisasi kalsium dari tulang, namun ia meningkaktan kalsium dan fosfat dalam

    cairan ekstrasel, serta efek bersihnya untuk meningkatkan mineralisasi dan pembentukan kembali tulang(remodeling).

    1.

    Pengaturan Sekresi Hormon Paratiroid Oleh Konsentrasi Ion Kalsium

    Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun dalam cairan ekstraselular akan

    menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit; bila

    penurunan konsentrasi kalsium menetap, kelenjar akan menjadi hipertrofi, sering lima kali lipat atau lebih.

    Contohnya, kelenjar paratiroid menjadi sangat membesar pada rikets, di mana kadar kalsium biasanya hanya

    tertekan sedikit; juga, kelenjar menjadi sangat besar saat hamil, walaupun penurunan konsentrasi ion kalsium

    dalam cairan ekstraselular ibu sangat sulit diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium

    digunakan untuk pembentukan air susu ibu.

    Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium di atas nilai normal akan menyebabkan

    berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi :

    Jumlah kalsium yang berlebihan dalam diet Meningkatnya vitamin D dalam diet

    Absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda dengan hormon paratiroid

    (contohnya, absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak digunakannya tulang itu).

    2. Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari Tulang yang Disebabkan oleh Hormon Paratiroid

    Hormon paratiroid kelihatannya mempunyai dua efek pada tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan

    fosfat. Yang pertama merupakan suatu tahap cepat yang dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat

    secara progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diyakini disebabkan oleh aktivasi sel-sel tulang yang sudah ada

    (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    16/42

    lambat, dan membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi berkembang

    penuh; fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas, yang diikuti dengan sangat meningkatnya

    reabsorpsi osteoklastik pada tulang sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang.

    b.

    Efek Hormon Paratiroid Terhadap Eksresi Fosfat dan Kalsium oleh Ginjal

    Pemberian hormon paratiroid menyebabkan pelepasan fosfat dengan segera dan cepat ke dalam urin karena efek dari

    hormon paratiroid yang menyebabkan berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada tubulus proksimal. Hormon paratiroid

    merangsang penghematan kalsium dan mendorong pengeluaran fosfat oleh ginjal selama pembentukan urin.

    Di bawah pengaruh hormon Paratiroid , ginjal mampu mereabsorpsi lebih banyak kalsium yang difiltrasi, sehingga

    kalsium yang keluar melalui urin berkurang. Efek ini meningkatkan kadar kalsium plasma dan menurunkan

    pengeluaran kalsium melalui urin. (Melarutkan tulang untuk memperoleh lebih banyak kalsium akan menjadi sia-sia

    apabila kemudian kalsium keluar melalui urin.) Sewaktu merangsang reabsorpsi kalsium oleh ginjal. Hormon Paratiroid

    juga meningkatkan ekskresi fosfat urin melalui penurunan reabsorpsi fosfat. Akibatnya, hormon paratiroid

    menurunkan kadar fosfat plasma bersamaan dengan saat hormon tersebut meningkatkan konsentrasi kalsium.

    c. Efek Hormon Paratiroid Pada Absorbsi Kalsium dan Fosfat dalam Usus

    Walaupun hormon paratiroid tidak memiliki efek Iangsung pada usus, hormon ini secara tidak langsung meningkatkan

    reabsorpsi kalsium dan fosfat dari usus halus melalui perannya dalam pengaktifan 1,25-dihidroksikolekal-siferal dari

    vitamin D. Vitamin ini, pada gilirannya, secara langsung meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfat oleh usus. Tetapi

    seperti dengan cara kerjanya di ginjal dan tulang hormon paratiroid dapat juga bekerja pada kondisi patologis atau

    farmakologis untuk meregulasi metabolime kalsium melalui stimulasi langsung terhadap absorpsi kalsium di usus.

    Semua efek hormon paratiroid ditujukan untuk meningkatkan kadar kalsium plasma. Dengan demikian, sekresi

    hormon paratiroid akan meningkat sebagai respons terhadap penurunan konsentrasi kalsium plasma dan menurun

    apabila kadar kalsium plasma meningkat. Sel-sel sekretorik kelenjar paratiroid sangat peka terhadap perubahan

    kalsium plasma bebas. Karena hormon paratiroid mengatur konsentrasi kalsium plasma, hubungan ini membentuk

    lengkung umpan-balik negatif sederhana untuk mengontrol sekresi hormon paratiroid tanpa melibatkan intervensi

    saraf atau hormon lain.

    Vitamin D (vitamin D3) juga berpengaruh pada metabolisme kalsium. Vitamin ini terdapat didalam diet normal dan di

    sintesis di kulit. Sinar ultraviolet menghasilkan vitamin D3 di kulit yang selanjutnya mengalami hidroksilasi di hati dan

    ginjal menjadi vitamin D3 (kalsitriol). Fungsi utama kalsitriol adalah merangsang penyerapan kalsium di dalam usus.

    Kelainan kelenjar paratiroid ditandai dengan peningkatan atau penurunan fungsi . Hipoparatiroidi dapat disebabkan

    oleh defisiensi hormon paratiroid yang bersifat autoimun, berkurangnya pembentukan hormon paratiroid, atau

    ketidakmampuan jaringan untuk bereaksi terhadap hormon paratiroid (pseudohipoparatiroidisme).

    Yang paling sering ditemui ialah hipoparatiroidi iatrogenik sesudah tiroidektomi. Adanya kecurigaan terangkatnya

    kelenjar paratiroid, harus diantisipasi dengan reimplantasi kelenjar tersebut baik pada muskulussternokleidomastoideus ataupun, muskulus brakioradialis pada lengan. Sedangkan hiperparatiroidi, yang di tandai

    dengan peningkatan hormon paratiroid kausa yang terbanyak ialah adenoma paratiroid dan hiperplasia paratiroid.

    Pada penderita berusia lanjut atau penderita asimtomatik dengan hiperkalsemia ringan terapi konservatif merupakan

    cara terbaik. Selebihnya berupa pembedahan untuk mengangkat semua jaringan yang menghasilkan hormon

    paratiroid. Pembedahan tersebut berupa pengangkatan adenoma, atau pada hiperplasia berupa pengangkatan tiga

    setengah kelenjar dengan menyisakan setengah kelenjar saja.

    HORMON KALSITONIN

    Kalsitonin (CT) adalah hormon ketiga yang berperan didalam regulasi tulang dan kalsium darah. Sumber utama daro CT adalah

    C-Sel (parafollicular cells) dari kelenjar tiroid. Sebagian besar jenis sel dari kelenjar tiroid adalah folikular sel, yang

    bertanggungjawab untuk sekresi hormon tiroid. Selain itu, CT juga dijumpai di beberapa organ di dalam tubuh, termasuk

    thymus, usus halus, kandung kemih, paru-paru dan hati manusia. CT adalah polipetida kecil, terdiri dari 32 asam amino dengan

    berat molekul 3410 Da. CT adalah sebuah produk dari keluarga gen CT, yang terdiri dari 5 gen. CALC I,II,III,IV dan V.

    Sekresi hormon kalsitonin dipengaruhi oleh adanya serum Ca

    2+

    yang tinggi, target organ dari hormon ini adalah Usus halus dantulang. Hormon ini bekerja menurunkan absorbsi Ca

    2+di dalam usus dan menurunkan resorpsi Ca

    2+di dalam tulang sehingga

    serum Ca2+

    yang semula tinggi menjadi turun. Hormon ini bekerja berkebalikan dengan hormon paratiroid. Ca plasma > normal,

    dapat menyebabkan gangguan sistem saraf (refleks lamban, kontraksi otot lamban & lemah konstipasi & nafsu makan).

    Kelebihan Hormon Kalsitosin

    Efek yang terjadi jika kelebihan hormon ini akan menyebabkan terjadinya hipokalsemik, yaitu keadaan dimana tubuh

    mengalami penurunan kadar kalsium.

    Kekurangan Hormon Kalsitonin

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    17/42

    Efek yang terjadi adalah tubuh akan mengalami hiperkalsemik, yaitu keadaan dimana kadar kalsium di dalam tubuh meningkat

    sehingga memungkinkan untuk terjadinya kelebihan kadar kalsium tubuh.

    Dijelaskan oleh Marks et al (2000), bahwa walaupun asupan kalsium dari hari ke hari sangat bervariasi, konsentrasi kalsium di

    dalam cairan intrasel dan ekstrasel sangatlah konstan. Dari komponen ionic CES (cairan ekstrasel), hanya natrium yang diatur

    lebih ketat daripada kalsium. Namun, di dalam sel, konsentrasi kalsium dikontrol lebih ketat daripada konsentrasi natrium.

    Misalnya, konsentrasi natrium di dalam CES (cairan ekstrasel) 16-20 kali lebih besar daripada konsentrasi di dalam sitosol sel

    namun konsentrasi kalsium diluar sel 10.000-20.000 kali lebih besar daripada konsentrasinya di dalam sel.

    Ciri umum kematian sel, apapun sifat penyebabnya (misalnya hipoksia, trauma, intoksikasi) adalah peningkatan kalsium intrasel

    melebihi konsentrasi kritis tertentu.

    Konsentrasi kritis kalsium intrasel serta konsentrasi kalsium di dalam CES diatur oleh aktivitas terpadu dua hormon polipetida,

    hormon paratiroid (PTH) dan kalsitonin (CT), dan oleh vitamin D3 berbentuk aktif (1,25-dihidroksikolekalsiferol; 1,25-(OH) 2D3),

    suatu hormon sterol. Terdapat lengkung umpan balik antara konsentrasi Ca2+

    bebas (elemen, tidak terikat ke protein) di

    dalam darah dan sintesis serta sekresi hormone kalsitropik ini.

    Ion kalsium (Ca+) memiliki efek fisiologis penting di hamper semua jaringan tubuh.

    Kalsium mempengaruhi permeabilitas membrane terhadap air dan ion lain. Kalsium mengaitkan rangsang eksitasi saraf dengan

    kontraksi otot di tautneuromuskular, merupakan kompenen penting dalam jenjang pembekuan darah, berfungsi sebagai

    komponen Kristal yang stabil di dalam rangka sehingga memperkokoh penunjang struktural, dan ikut serta dalam mengaitkan

    sinyal hormon dengan efek intrasel.

    LI.3 MM HIPERTHYROID & HIPOTHYROID

    HIPOTIROIDISME

    A.

    Definisi

    Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon tiroid yang rendah sehingga

    mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara umum.

    B.

    Etiologi dan Klasifikasi

    Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroidisme primer, sekunder, tersier, serta resistensi jaringan tubuh

    terhadap hormon tiroid. Hipotiroidisme primer terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid,

    sedangkan hipotiroidisme sekunder adalah akibat defisiensi hormon TSH yang dihasilkan oleh hipofisis.

    Hipotiroidisme tersier disebabkan oleh defisiensi TRH yang dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak

    hipotiroidisme adalah akibat kegagalan produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroidisme primer). Penyebab lebih

    lengkap hipotiroidisme dapat dilihat pada tabel dibawah ini

    Tabel 1. Etiologi hipotiroidisme

    .

    Primer Tiroiditis Hashimoto

    Terapi Iodium radioaktif untuk penyakit Graves

    Tiroidektomi pada penyakit graves, nodul tiroid, atau kanker tiroid

    Asupan iodida yang berlebihan (pemakaian radiokontras)

    Tiroiditis sub akut

    Defisiensi iodium

    Kelainan bawaan sintesis hormon tiroid

    Obat-obatan (litium, interferon alfa, amiodaron)

    Sekunder Hipopituitari akibat adenoma hipofisis, terapi ablatif terhadap hipofisis, serta

    kerusakan hipofisis

    Tersier Defisiensi hipotalamus

    Resistensi jaringan perifer terhadap hormon tiroid

    C. Patofisiologi

    1.

    Efek terhadap curah jantung (Cardiac Output)Efek hipotiroidisme terhadap fungsi jantung merupakan hal yang paling penting untuk dapat memprediksi

    keberhasilan tindakan bedah. Kelainan kardiovaskuler pada pasien hipotiroidisme diantaranya yaitu gangguan

    pada kontraktilitas jantung dengan penurunan curah jantung, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer,

    dan penurunan volume darah.

    Denyut jantung dan isi sekuncup yang berkurang menyebabkan penurunan curah jantung 30% sampai 50%

    volume normal. Pemanjangan waktu preejeksi dan pemendekan waktu ejeksi dari ventrikel kiri berhubungan

    langsung dengan tingkat keparahan dari hipotiroidisme. Pada beberapa kasus hipotiroidisme terdapat

    peningkatan waktu preejeksi40% dan penurunan waktu ejeksi 60%. Perubahan ini mungkin sangat penting bagi

    pasienbedah dengan beberapa derajat gagal jantung yang sudah ada sebelumnya.

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    18/42

    Gangguan hemodinamik menyebabkan tekanan nadi sempit, waktu sirkulasi memanjang dan berkurangnya

    volume darah ke perifer sehingga kulit terasa dingin, pucat dan sangat sensitif pada kedinginan. Adanya

    peningkatan resistensi pembuluh darah perifer pada hipotiroidisme merupakan akibat langsung dari kekurangan

    hormon tiroid. Peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik pada hipotiroidisme ini menyebabkan

    penurunan kebutuhan akan oksigen darijaringan perifer, yang akhirnya mengakibatkan peningkatan afterload

    jantung. Hal ini akandiikuti dengan adanya penurunan curah jantung dan denyut jantung. Efek terhadap tekanan

    darah juga terlihat dengan peningkatan tekanan diastolik dan penurunan tekanan sistolik, sehingga tekanan nadi

    juga berkurang.

    2.

    Perubahan molekuler

    Perubahan molekuler yang mendasari terjadinya kelainan kardiovaskuler pada hipotiroidisme adalah

    terdapatnya gangguan penyerapan kalsium pada retikulum sitoplasmik dan penekanan aktivitas dari myosin ATP-

    ase yang memberikan pengaruh terhadap kontraktilitas miokard. Adanya penurunan penyerapan kalsium dan

    aktivitas hidrolisis ATPterhadap kalsium ditingkat retikulum sitoplasmik dan penurunan reseptor adrenergik

    akan menyebabkan penurunan kontraktilitas miokard. Efek ini dapat dilihat sebagai pengaruh hormon tiroid

    pada miosit jantung terhadap transkripsi gen klasik nuklir.

    Hormon tiroid mempengaruhi fungsi jantung dengan memperlihatkan efeknya terhadap beberapa ekspresi gen

    dalam miosit jantung. Pengaruh hormon tiroid terhadap ekspresi gen miosit jantung dapat sebagai regulasi

    positif (myosin dengan rantai SR Ca2, Na-K-ATPase, reseptor b-adrenergik), atau negatif (rantai -myosin, Tiroid

    hormon reseptor 1, adenilat siklase dan phospholamban). T3 melaksanakan kerja selulernya dengan cara

    berikatan dengan Thyroid hormone nuclear reseptors (TRs). Protein reseptor tersebut memediasi induksi

    transkripsi dengan caraberikatan dengan Thyroid hormone response elements (TREs). TRs akan berikatan dengan

    TRE. TRs menginduksi transkripsi gen, dan bila tidak ada T3 transkripsi gen akan ditekan. Tidak adanya

    perlambatan refleks denyut jantung dan hilangnya kompensasi peningkatan tekanan arteri diastolik setelah

    manuver valsava, mengindikasikan adanya hipotiroidisme yang diinduksi oleh baroreseptor. Kondisi ini dapat

    menjelaskan sebagian kecenderungan pasien hipotiroidisme menjadi hipotensi bila terkena obat anestesi.

    Terdapat adanya sebuah interaksi yang kompleks antara hormon tiroid dan katekolamin. Adanya penurunan

    denyut adrenergik pada hipotiroidisme tidak disebabkan oleh penurunan nilai katekolamin, tapi sebaliknya nilai

    katekolamin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanyadown regulation dari reseptor adrenergik.

    3. Pengaruh hipotiroidisme pada sistem pernafasan

    Beberapa kelainan pada fungsi pernapasan pasien hipotiroidisme yaitu adanyapenurunan kapasitas pernafasan

    maksimal dan kemampuan untuk menyebarkan karbon monoksida. Kemampuan untuk mengatasi keadaan

    hipoksia ventilasi pada hipotiroidisme sangat rendah, dan pengendalian terhadap hiperkapnia ventilasi juga

    sangat sering terganggu. Satu dari banyak faktor yang terlibat sebagai penyebab gangguan fungsi pernafasan

    adalah adanya kelemahan otot pernapasan. Gangguan fungsi otot pernafasan ini merupakan hasil dariperubahan intrinsik (seperti yang disebabkan oleh ekspresi gen yang berubah dari produk gen dalam sel-sel otot)

    dan disfungsi dari saraf frenikus.

    Efek langsung dari hipotiroidisme terhadap fungsi paru tidak ada. Hormon inimempengaruhi produksi surfaktan

    oleh sel pneumocytes tipe II. Hal ini akan menyebabkanterjadinya kerusakan paru dan perburukan fungsi paru.

    Stres berat seperti sepsis kadang-kadang terlihat pada periode perioperatif sehinggamenyebabkan penurunan

    sintesis surfaktan dan memburuknya fungsi pernapasan. Mekanisme molekuler untuk dapat menjelaskan

    bagaimana hormon tiroid dapat mensintesis atau fungsi surfaktan (misalnya, peningkatan produksi atau sekresi

    pneumocytes tipe II) masih belumjelas saat ini.

    Hipotiroidisme cenderung lebih sensitif terhadap obat-obat anestesi. Penggunaan obatpenenang, narkotika, dan

    hipnotik harus dihindari atau dikurangi hingga dosis minimum. Keadaan hipotiroidisme ini memperlambat

    metabolisme obat sehingga hal ini dapat memicu kegagalan pernafasan.

    4.

    Pengaruh hipotiroidisme pada fungsi ginjal

    Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan volume plasma pada hipotiroidisme. Diantaranyayaitu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapatmenyebabkan terjadinya masuknya air dan albumin ke dalam

    ruang interstisial. Faktor lainnya adalah pengendapan glukosaminoglikan dalam jaringan interstisial (yang

    menyebabkan terjadinya edema nonpitting) sehingga molekul-molekul besar yang memilikiefek osmotik dapat

    menyebabkan pergeseran cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler,sehingga akan menurunkan volume plasma

    efektif.

    Efek hipotiroidisme pada fungsi ginjal yaitu terdapatnya penurunan perfusi ginjal, peningkatan hormon

    antidiuretik (ADH), penurunan faktor natriuretik atrium (ANF), danpenurunan aktifitas sistem renin-angiotensin-

    aldosteron. Hiponatremi dapat terjadi padahipotiroidisme tetapi natrium total tubuh meningkat dan sebahagian

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    19/42

    besar terikat denganmukopolisakarida ekstraseluler. Hiponatremia pada hipotiroidisme ini harus dicermati pada

    pasien bedah yang nantinya akan menyebabkan terjadinya perburukan fungsi ginjal padaperiode perioperatif.

    Perburukan fungsi ginjal sering ditemukan beberapa saat sesudah operasi, ini sering dihubungkan dengan

    hipotensi intra-operatif, dan mungkin menjadi hal yang sering ditemukan pada pasien hipotiroidisme.

    5.

    Pengaruh hipotiroidisme pada sistem hematopoitik dan koagulasi

    Sekitar 25% sampai 50% dari keadaan hipotiroidisme ditemukan adanya anemia. Biasanya jenis anemianya

    normositik normokrom dan memiliki cadangan besi yang normal, dengan sumsum tulang yang hiposeluler

    dengan diferensiasi sel darah merah yang normal.Kekurangan zat besi kadang-kadang dapat terlihat, terutama

    pada wanita yang premenopause yang mengalami menorrhagia karena hipotiroidismenya. Kadang-kadang

    ditemukan anemiapernisiosa dan defisiensi vitamin B12 yang dapat memberikan gambaran makrositik. Pasien

    hipotiroidisme cendrung mudah berdarah, mengalami menorragia, waktu perdarahan yang memanjang pada

    ekstraksi gigi. Gangguan hemostasis paling sering berupa pemanjangan waktu perdarahan, faktor Von

    Willebrand yang rendah. Keadaan ini dapat diterapi dengan pemberian desmopresin karena dapat merangsang

    pelepasan faktor VIII darisel endotel dan trombosit.

    6.

    Pengaruh hipotiroidisme pada sistem pencernaan

    Terdapat adanya kesulitan dalam penanganan pasca operasi pada hipotiroidisme dengan disfungsi

    gastrointestinal bagian atas. Penurunan motilitas gastrointestinal atau bahkan ileus merupakan komplikasi

    pembedahan yang sering ditemukan, terutama setelahtindakan operatif pada daerah abdomen. Hipotiroidisme

    dapat mengalami konstipasi kronik, atoni dan hipomotiliti dari saluran gastrointestinal yang dapat berlanjut

    menjadi ileus paralitik atau ileus Miksedema. Distensi yang berat dari bagian lain di saluran pencernaan

    (misalnya, kerongkongan, perut, dan duodenum) juga bisa terjadi. Sangat mungkin efek pembedahan pada

    hipotiroidisme dapat memperburuk komplikasi dan hasil akhir pembedahan dengan meningkatnya morbiditas

    atau bahkan mortalitas. Beberapa faktor molekuler dan seluler dapat berperan untuk disfungsi gastrointestinal

    pada hipotiroidisme. Dimana hormon tiroid merangsang aktivitas Na-K ATPase danpenyerapan natrium di usus.

    Lambung merupakan daerah target yang penting untuk hormon tiroid, sehingga hipogastrinemia sering

    ditemukan pada hipotiroidisme. Terdapat sebuahsirkulasi enterohepatik dari hormon tiroid yang memiliki efek

    langsung terhadap fungsi usus. Hormon tiroid dapat memberikan efek terhadap sekresi hormon saluran

    pencernaan seperti polipeptida intestinal vasoaktif. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya malabsorpsi dan

    memburuknya motilitas usus yang dapat dilihat pada pasca operasi (terutama setelah reseksi usus) yang bisa

    diperburuk dengan adanya hipotiroidsme. Tidak jarang pasien bedah memerlukan waktu yang lama untuk usus

    beristirahat dan belum diperbolehkan makan. Kelaparan atau kekurangan gizi dapat terjadi pada waktu yang

    lanjut, sebagaimana dapat terjadi di unit perawatan intensif, terkait dengan perubahan tiroid pada pasien

    dengan ESS. Pada pasien dengan koma miksedema yang mempunyai beberapa gejala klinis yang berat dari

    keadaan hipotiroidisme kroniknya, atau ditandai dengan penurunan dari kadar T3 dan T4 serum, yang mana

    keadaan ini akan meningkatkan risiko komplikasi selama periode perioperatif. Angka kesakitan pada pasien ini

    dihubungkan dengan penekanan terhadap efekkatekolamin, hipotermi, kesulitan pada jalan nafas akibat edemayang luas, dan aspirasi yang disebabkan oleh keterlambatan pengosongan lambung. Pada situasi seperti ini

    pembedahanyang elektif harus ditunda sampai keadaan eutiroid.

    7.

    Manifestasi Klinis

    Organ/ Sistem Organ Keluhan/Gejala/Kelainan

    Kardiovaskuler Bradikardia

    Gangguan kontraktilitas

    Penurunan Curah jantung

    Kardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi perikard)

    Respirasi Sesak dengan aktivitas

    Gangguan respon ventilasi terhadap hiperkapnia dan hipoksia

    Hipoventilasi

    Sleep apneaEfusi Pleura

    Gastrointestinal Anoreksia

    Penurunan peristaltik ususkonstipasi kronik, impaksi feses dan ileus

    Ginjal

    (air dan elektrolit)

    Penurunan laju filtrasi ginjal

    Penurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan intoksikasi cairan dan

    hiponatremia

    Hematologi Anemia, disebabkan:

    Gangguan sintesis hemoglobin karena defisiensi tiroksin

    Defisiensi besi karena hilangnya besi pada menoragia dan gangguan

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    20/42

    absorbsi besi

    Defisiensi asam folat karena gangguan absorbsi asam folat

    Anemia pernisiosa

    Neuromuskular Kelemahan otot proksimal

    Berkurangnya refleks

    Gerakan otot melambat

    Kesemutan

    Psikiatri Depresi

    Gangguan memori

    Gangguan kepribadianEndokrin Gangguan pembentukan estrogen gangguan ekskresi FSH dan LH, siklus

    anovulatoar, infertilitas, menoragia

    8.

    Diagnosis

    a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik

    Pada anamnesis perlu digali apakah hipotiroidisme baru dikenal atau sudah dalamterapi. Untuk pasien yang

    mendapatkan suplementasi hormon tiroid, pemakaian obat-obatan seperti kolestiramin, besi, preparat

    almunium, kalsium dan karbamazepin dapat menurunkan absorbsi hormon tiroid. Pemakaian preparat

    iodine dan kontras yang mengandung iodine dapat memperburuk hipotiroidisme.

    b.

    Pemeriksaan penunjang

    Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan hormon tiroid yang didapatkan kita dapat menentukan

    apakah pasien masuk dalam keadaanhipotiroidisme ringan, sedang atau berat. Pemeriksaan penunjang lain

    untuk melihat pengaruh hipotiroidisme pada beberapa organ meliputi pemeriksaan laboratorium rutin,

    radiologi dan elektrokardiografi.

    Gambaran klinik hipertiroidi dapat ringan dengan keluhankeluhan yang sulit dibedakan dari reaksi kecemasan,

    tetapi dapat berat sampai mengancam jiwa penderita karena timbulnya hiperpireksia, gangguan sirkulasi dan

    kolaps.3 Keluhan utama biasanya berupa salah satu dari meningkatnya nervositas, berdebardebar atau

    kelelahan. Dari penelitian pada sekelompok penderitadidapatkan 10 geiala yang menonjol yaitu :

    Nervositas

    Kelelahan atau kelemahan otot-otot

    Penurunan berat badan sedang nafsu makan baik

    Diare atau sering buang air besar

    Intoleransi terhadap udara panas

    Keringat berlebihan

    Perubahan pola menstruasi

    Tremor

    Berdebar-debar

    Penonjolan mata dan leher

    Gejala-gejala hipertiroidi ini dapat berlangsung dari beberapahari sampai beberapa tahun sebelum penderita

    berobat ke dokter, bahkan sering seorang penderita tidak menyadari penyakitnya. Pada pemeriksaan klinis

    didapatkan gambaran yang khas yaitu : seorang penderita tegang disertai cara bicara dan tingkah laku yang

    cepat, tanda-tanda pada mata, telapak tangan basahdan hangat, tremor, oncholisis, vitiligo, pembesaran leher,

    nadi yang cepat, aritmia, tekanan nadi yang tinggi dan pemendekanwaktu refleks Achilles. Atas dasar tanda-

    tanda klinis tersebut sebenarnya suatu diagnosis klinis sudah dapat ditegakkan. Untuk daerah di mana

    pemeriksaan laboratorik yang spesifikuntuk hormon tiroid tak dapat dilakukan, penggunaan indeksWayne dan

    New Castle sangat membantu menegakkan diagnosis hipertiroid. Pengukuran metabolisme basal (BMR), bila

    basil BMR > 30, sangat mungkin bahwa seseorang menderita hipertiroid. Untuk konfirmasi diagnosis perlu

    dilakukan pemeriksaanhormon timid (thyroid function test), seperti kadar T4 dan T3,kadar T4 bebas ataufree

    thyroxine index (FT41). Adapun pemeriksaanlain yang dapat membantu menegakkan diagnosis:

    Pemeriksaan antibodi tiroid yang meliputi anti tiroglobulin dan antimikrosom, pengukuran kadar TSH serum,

    test penampungan yodium radioaktif (radioactive iodine uptake) dan pemeriksaan sidikan tiroid (thyroid

    scanning).

    Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis PG,yakni : adanya riwayat keluarga yang mempunyai penyakit yang

    sama atau mempunyai penyakit yang berhubungan dengan otoimun, di samping itu pada penderita didapatkan

    eksoftalmusatau miksedem pretibial; kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaanantibodi tiroid.

    Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan pegal-pegal, oleh sebab itu

    pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    21/42

    Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6 mg/dl (1,2 -

    1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi

    Fosfat anorganik dalam serum tinggi

    Fosfatase alkali normal atau rendah

    Foto Rontgen

    Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak

    Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid

    Density dari tulang bisa bertambah

    EKGbiasanya QT-interval lebih panjang

    c. Penatalaksanaan

    Tujuan adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5 mmol/L) dan

    menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus

    pascatiroidektomi, terapi yang harus segera dilakukan adalah pemberian kalsium glukonas intravena. Jika

    terapi ini tidak segera menurunkan iritabilitas neuromuskular dan serangan kejang, preparat sedatif seperti

    pentobarbital dapat dapat diberikan.

    Pemberian peparat parathormon parenteral dapat dilakukan untuk mengatasi hipoparatiroidisme akut

    disertai tetanus. Namun demikian, akibat tingginya insidens reaksi alergi pada penyuntikan parathormon,

    maka penggunaan preparat ini dibatasi hanya pada hipokalsemia akut. Pasien yang mendapatkan

    parathormon memerlukan pemantauan akan adanya perubahan kadar kalsium serum dan reaksi alergi.

    Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus memerlukan lingkungan yang

    bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak.

    Trakeostomi atau ventilasi mekanis mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika

    pasien mengalami gangguan pernafasan.Terapi bagi penderita hipoparatiroidisme kronis ditentukan sesudah kadar kalsium serum diketahui. Diet

    tinggi kalsium rendah fosfor diresepkan. Meskipun susu, produk susu dan kuning telur merupakan makanan

    tinggi kalsium, jenis makanan ini harus dibatasi karena kandungan fosfor yang tinggi. Bayam juga perlu

    dihindari karena mengandung oksalat yang akan membentuk garam kalsium yang tidak laut. Tablet oral

    garam kalsium seperti kalsium glukonat, dapat diberikan sebagai suplemen dalam diet. Gel alumunium

    karbonat (Gelusil, Amphojel) diberikan sesudah makan untuk mengikat fosfat dan meningkatkan eksresinya

    lewat traktus gastrointestinal.

    Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau Hytakerol), atau ergokalsiferol

    (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi

    kalsium dari traktus gastrointestinal.

    d.

    Komplikasi

    Kalsium serum menurun

    Fosfat serum meninggi

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    22/42

    HIPERTIROIDISME

    A.

    Definisi

    Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi kelenjar tiroid dimana sekresi

    hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak cirri khas lain yang

    terjadi pada pasien hipertiroid akibat peningkatan stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin) dalam

    darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan hormon tiroid karena

    ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan

    hormon tiroid berlebihan.

    B.

    Etiologi dan Klasifikasi

    Hipertiroidisme dibedakan atas hipertiroidisme sentral dan primer. Berbagai penyebab terjadinya hipotiroidisme

    dapat dilihat pada tabel 1.

    1. Hipertiroidisme SentralApabila gangguan faal tiroid teradi karena ada kegagalan hipofisis, maka disebut hipotiroidisme sekunder (HS),

    sedangkan apabila kegagalan terletak di hipotalamus disebut hipotiroidisme tertier. 50% HS terjadi karena tumor

    hipofisis. Keluhan klinis tidak hanya karena desakan tumor, gangguan virus, sakit kepala , tetapi juga karena

    produksi hormone yang berlebih (ACTH penyakit cushing, hormone pertumbuhan akromegali, proacktin

    galaktorea pada wanita dan impotensi pada pria). Urutan kegagalan hormone akibat desakan tomor hipofisis

    lobus anterior adalah: gonadotrophin, ACTH, hormon hipofisis lain dan TSH.

    2.

    Hipotiroidisme Primer (HP)

    Hipogenesis atau agenesis kelenjar tiroid. Hormone berkurang akibat anatomi kelenjar. Jarang ditemukan, tetapi

    merupakan etiologi terbanyak dari hipotiroidisme congenital di Negara barat. Umumnya ditemukan padaprogram skrining massal. Kerusakan tiroid dapat terjadi karena : Operasi, Radiasi, Tiroiditis autoimun,

    Karsinoma, Tiroiditis subakut, Dishormonogenesis dan Atrofi.

    Tabel 1. Penyebab Hipotiroidisme Primer (HP) dan Hipotiroidisme Sentral (HS)

    Penyebab Hiptiroidisme

    Sentral (HS)

    Penyebab Hipotiridisme

    Primer (HP)

    Hipotiroidisme Sepintas

    (transient)

    Lokalisasi hipofisis atau

    Hipotalamus

    Tumor, infiltrasi tumor

    Nekrosis iskemik

    (sindrom Sheehan pada

    hipofisis)

    Iatrogen(radiasi, operasi)

    Infeksi

    (sacroidosis, histosis)

    Hipo- atau agenesis kelenjar

    tiroid

    Destruksi kelenjar tiroid

    Pasca radiasi

    Tiroiditis autoimun,

    hashimoto

    Tiroiditis De Quervain

    Postpartum tiroiditis

    Atrofi (berdasar autoimun)

    Dishormonogenesis sintesis

    hormone

    Hipotiroidisme transien

    (sepintas)

    Tiroiditis de quervain

    Silent thyroiditis

    Tiroiditis postpartum

    Hipotiroidisme neonatal

    sepintas

    Pascaoperasi.Strumektomi dapat parsial (hemistrumektomi atau lebih kecil), subtotal atau total. Tanpa kelainan lain,

    strumektomi parsial jarang menyebabkan hipotiroidisme. Strumektomi subtotal M. Graves sering menjadi hipotiroidisme dan

    40 % mengalaminya dalam 10 tahun, baik karena jumlah jaringan dibuang tetapi juga akibat proses autoimun yang

    mendasarinya.(1: hal 1938)

    Pascaradiasi. Pemberian RAI (radioaktiv iodine) pada hipertiroidisme menyebabkan lebih dari 40 50% pasien menjadi

    hipotiroidisme dalam 10 tahun. Tetapi pemberian RAI pada nodus toksik hanya menyebabkan hipotiroidisme sebesar < 5%. Juga

    dapat terjadi pada radiasi eksternal di usia

  • 7/21/2019 SK 2 GONDOK.docx

    23/42

    Hipotiroidisme yang terjadi akibat tiroiditis Hashimoto tidak permanen. Dengan obat T4selama setahun, 20% kasus memburuk,

    40% kasus tetap, dan ada perbaikan pada 19% sedangkan 11,4% kasus sembuh.(1: hal 1938)

    Tioriditis pascapartum. Merupakan peristiwa autoimuun yang terjadi pada wanita postpartum, dengan silih berganti antara

    hipotiroidisme dan hipertiroidisme dapat sebagai penyakit sendiri atau eksaserbasi Graves. Ada fase toksis dan fase

    hipotiroidisme dengan depresi. Apabila ditemukan antibody tiroid di trimester pertama kehamilan, maka peluang menderita

    tiroiditis di fase postpartum sebesar 33-50%. Monitoring jangka panjang penting sebab 23% akan menjadi hipotiroidisme

    menetap, dan selebihnya eutiroid dalam tempo setahun. Antibody-anti TPO dan antibody-antiTg merupakan penanda untuk AIT

    pada kehamilan. Prevalensi PATD (postpartum Autoimmune Thyroid Disease) di dapat 5,5%.(1: hal 1938)

    Tiroiditis subakut ( De Quervain) nyeri di keanjar/sekitar, demam, menggigil Etiologi: virus, akibat nekrosis jaringan , hormone

    merembes masuk sirkulasi dan terjadi tirotoksikosis (bukan hipertiroidisme). Penyembuhan didahului dengan hipotiroidisme

    sepintas.(1: hal 1938)

    Dishormonogenesis. ada defek pada enzim yang berperan pada langkah-langkah proses hormonogenesis. Keadaan ini

    diturunkan, bersifat resesif. Apabila defek berat maka kasus sudah dapat ditemukan pada skrining hipotiroidisme neonatal,

    namun pada defek ringan baru pada usia lanjut.defective organification adalah salah satu sebab hipotiroidisme congenital.

    Meskipun terdeteksi mutasi titik tunggal dari GaC pada 1265 pasang basa gen TPO, tetapi ekspresi asam aminonya tidak

    berubah, diduga ada perubahan struktur tersier molekul TPO. Satu kasus usia 16 th dengan dishormogenesis dari RS Dr. Kariadi

    telah dilaporkan di medika tahun 2001.(1: hal 1938)

    Karsinoma.Kerusakan tiroid karena karsinoma primer/sekunder, amat jarang.(1: hal 1938)

    Hipotiroidisme Sepintas.Hipotiroidisme sepintas (transient) adalah keadaan hipotiroidisme yang cepat menghilang. Kasus ini

    sering dijumpai. Misalnya pascapengobatan RAI, pascatiroidiktomi subtotalis. Pada tahun pertama pasca operasi morbus

    Graves, 40% kasus mengalami hipotiroidisme ringan dengan TSH naik sedikit. Sesudah setahun banyak kasus pulih kembali,

    sehingga jangan tergesa memberi substitusi. Pada neonates di daerah dengan defisiensi yodium keadaan ini banyak ditemukan,

    dan mereka berisiko mengalami gangguan perkembangan saraf.(1: hal 1938)

    Pengaruh Obat Farmakologis. Dosis OAT (obat anti tiroid) berlenihan menyebabkan hipotiroidisme. Dapat juga terjadi pada

    pemberian litium karbonat pada pasien psikosis, terlebih kalau AM/AT-antibodi pasien (+). Hati-hatilah menggunakan fenitoin

    dan feneobarbital seabab meningakatkan metabolism tiroksin di hepar. Kelompok kolerstiramin dan kolestipol dapat mengikat

    hormone tiroid di usus. Defisiensi yodium berat serta berlebihan yodium kronis menyebabkan hippotiroidisme dan gondok,

    tetapi sebaliknya kelebihan akut menyababkan IIT (iodine induced thyrotoxcisos). Penyebab lain sitokin (IF-, IL-2),

    aminoglutamid, etioamida, sulfonamide, sigaret, lingual tiroid. Untuk ini kasus dengan hepatitis virus C yang diobati dengan IF-

    perlu diperiksa status tiroidnya. Bahan farmakologis yang menghambat sintesis tiroid adaah tionamid (MTU, PTU, Karbimazol),

    perklorat, sulfonamide, yodid