tuberculosis paru yang resisten terhadap obat

13
7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 1/13 Tuberculosis Paru yang Resisten terhadap Obat Ricky Sunandar 10.2012.227 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected] I. Pendahuluan Penderita Tuberkulosis (TB) seringkali tidak patuh menghabiskan obat yang telah diberikan, penyebabnya paling banyak adalah karena malas atau lupa. Namun ketidakpatuhan mengonsumsi obat dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap obat tersebut. Akibatnya, obat yang sebelumnya efektif akan menjadi tidak efektif sama sekali pada tubuh penderita. Tetapi tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah mencapai lebih dari 90 persen dan tingkat deteksi kasus baru TB jumlahnya di atas 70 persen. Prestasi yang cukup membanggakan. Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 persen dan angka keberhasilan pengobatan mencapai 90 persen. TB ditemukan terjadi pada lebih dari 70 persen  penduduk usia produktif. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 persen dari total jumlah pasien TB dunia. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru di Indonesia dengan tingkat kematian sekitar 91.000 orang namun bukan berarti tugas masyarakat Indonesia sudah selesai dalam memerangi TB. Kekebalan terhadap obat TB atau dikenal sebagai Multi-Drug Resistant TB (MDR- TB) merupakan salah satu faktor penyebab masih ada sekitar 10 persen penderita TB di Indonesia belum sembuh sempurna.

Upload: ricky-sunandar

Post on 07-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 1/13

Tuberculosis Paru yang Resisten terhadap Obat

Ricky Sunandar

10.2012.227

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

[email protected] 

I.  Pendahuluan

Penderita Tuberkulosis (TB) seringkali tidak patuh menghabiskan obat yang telah

diberikan, penyebabnya paling banyak adalah karena malas atau lupa. Namun ketidakpatuhan

mengonsumsi obat dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap obat tersebut. Akibatnya,

obat yang sebelumnya efektif akan menjadi tidak efektif sama sekali pada tubuh penderita.

Tetapi tingkat keberhasilan pengobatan tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah

mencapai lebih dari 90 persen dan tingkat deteksi kasus baru TB jumlahnya di atas 70 persen.

Prestasi yang cukup membanggakan.

Pada tahun 2008 prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk,

sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk. Sedangkan

angka kematian TB pada tahun 2008 telah menurun tajam menjadi 38 per 100.000 penduduk

dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000 penduduk.

Pada tahun 2009 angka cakupan penemuan kasus mencapai 71 persen dan angka

keberhasilan pengobatan mencapai 90 persen. TB ditemukan terjadi pada lebih dari 70 persen

 penduduk usia produktif.

Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 persen dari total jumlah pasien TB

dunia. Diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru di Indonesia dengan tingkat

kematian sekitar 91.000 orang namun bukan berarti tugas masyarakat Indonesia sudah selesai

dalam memerangi TB.

Kekebalan terhadap obat TB atau dikenal sebagai Multi-Drug Resistant TB (MDR-

TB) merupakan salah satu faktor penyebab masih ada sekitar 10 persen penderita TB di

Indonesia belum sembuh sempurna.

Page 2: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 2/13

  Pasien yang sudah terlanjur menderita MDR-TB tubuhnya akan jadi kebal terhadap

obat TB, misalnya Isoniazid (INH). Untuk pengobatannya diberikan obat lini kedua.

Pendeteksian terhadap MDR-TB yang memakan waktu dalam hitungan bulan membuat

 pasien TB seringkali terlalu lama menunggu hasil tes, akibatnya pasien TB menjadi terlambat

diberi pengobatan.

II.  Pembahasan

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara

melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis), keluarga pasien atau

dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara

 biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang

 penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta

 bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien.

Pada pasien yang datang dengan symptom tuberculosis, diagnosis kerja harus di

dukung dengan indeks kecurigaan yang tinggi terutama pada pasien dengan imunosupresi

atau dari daerah endemisnya. Gejala lokal: Batuk, sesak napas, hemoptisis, limfadenopati,

ruam (misalnya lupus vulgaris), kelainan rontgen toraks, atau gangguan GI. Efek

sistemik:Demam, keringat malam, anoreksia, atau penurunan berat badan.

Beberapa pertanyaan penting tentang rekam medis perjalanan penyakit juga

dianjurkan untuk ditanyakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit

sudah sejauh mana. Beberapa pertanyaan tersebut terbagi menjadi sebagai berikut :

  Riwayat penyakit dahulu

-Pernahkah pasien berkontak dengan pasien TB?

- Apakah pasien mengalami imunosupresi (kortikosteroid/HIV)?

- Apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil

abnormal?

- Adakah riwayat vaksinasi BCG atau tes Mantoux?

- Adakah riwayat diagnosis TB?

Page 3: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 3/13

  Obat-obatan

- Pernahkah pasien menjalani terapi TB? Jika ya, obat apa yang digunakan, berapa

lama terapinya, bagaimana kepatuhan pasien mengikuti terapi, dan apakah

dilakukan pengawasan terapi?

  Riwayat keluarga dan sosial

- Adakah riwayat TB di keluarga atau lingkungan sosial? Tanyakan konsumsi

alkohol, penggunaan obat intravena, dan riwayat bepergian ke luar negeri.1 

Pemeriksaan Fisik

Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah memeriksa tanda-tanda vital yang

terdiri dari suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan. Suhu tubuh yang normal

adalah 36-37oC. Pada pagi hari suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati

37oC. Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dengan angka normalnya

120/80 mmHg. Pemeriksaan nadi biasa dilakukan dengan melakukan palpasi a. radialis.

Frekuensi nadi yang normal adalah sekitar 60-80 kali permenit. Dalam keadaan normal,

frekuensi pernapasan adalah 16-24 kali per menit.2 

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik pada toraks. Pemeriksaan ini terdiri dari

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada bagian anterior dan posterior.

Pada inspeksi, yang diperhatikan adalah bagaimana bentuk dada (apakah normal /

 barrel chest / pectus excavatum / pectus carinatum). Selain itu perlu inspeksi mengenai

 bagaimana cara dan pola bernapasnya, apakah normal atau tidak.

Selanjutnya dilakukan palpasi untuk mengevaluasi area toraks, kesimetrisan toraks,

dan vokal fremitus. Saat melakukan palpasi, evaluasi apakah pasien merasa nyeri saat

ditekan. Dalam vokal fremitus, hal yang dirasakan adalah getaran yang terjadi pada dinding

toraks.

Hal yang diperiksa selanjutnya adalah perkusi. Normalnya suara paru yang diperkusi

adalah sonor. Apabila terjadi pneumonia, hasil perkusi parunya adalah redup. Apabila terjadi

hipersonor, terjadi emfisema.3

Page 4: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 4/13

  Kelainan TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai

adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi suara

napas bronkial. Akan didapatkan juga suara napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat

kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi

memberikan suara amforik.2 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, pemeriksaan

radiologis, pemeriksaan sputum,tes tuberkulin, dan uji kepekaan obat.2 

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan ini kurang mendapatkan perhatian, karena hasilnya kadang-kadang

meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif)

akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke

kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila

 penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi.

Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi. 

Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan juga: 1) Anemia ringan dengan gambarannormokrom dan normositer; 2) Gamma globulin meningkat; Kadar natrium darah menurun.

Pemerisaan tersebut di atas nilainya juga tidak spesifik.2

Hasil pemeriksaan darah pasien 7 bulan yang lalu adalah hemoglobin 10 g/dl,

hematokrit 30%, leukosit 9.900 l, trombosit 160.000 l, LED 70 mm/jam, dan jumlah

eritrosit yang menurun.

Pemeriksaan Radiologis

Pada tuberkulosis primer, hal-hal berikut dapat terlihat pada sinar-X dada:2,4 

-  Daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus Gohn) dengan pembesaran kelenjar

hilus mediastinum. Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi.

-  Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas hingga seluruh

lapangan paru.

Page 5: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 5/13

Gambaran radiologis lain yang sering menyertai tuberkulosis paru adalah penebalan pleura

(pleuritis), massa cairan di bagian bawah paru (efusi pleura/empiema), bayangan hitam

radiolusen di pinggir paru/pleura (pneumotoraks).

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukan kuman BTA, diagnosis

TB sudah dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan

evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah

sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah

untuk mendapat sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk non produktif. Dalam

hal ini dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air

sebanyak +2 liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan

tambahan obat-obat mukolitik ekspektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik

selama 20-30 menit. Bila masih sulit, sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi

diambil dengan brushing dan bronchial washing atau BAL (broncho alveolar lavage). BTA

dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada

anak-anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa

hendaknya sesegar mungkin. 

Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang

kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mL

sputum.2

Pada pasien, didapatkan bahwa pada sputum tidak didapatkan adanya darah, sputum

 berwarna hijau, dan terdapat BTA (+) 3 dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen.

Tes Tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis TB

terutama pada anak-anak. Biasanya dipakai tes Mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1 cc

tuberkulin PPD ( Purified Protein Derivative) intrakutan berkekuatan 5TU (intermediate

 strength). Bila ditakutkan reaksi hebat dengan 5TU dapat diberikan dulu 1 atau 2 TU ( first

 strength). Kadang-kadang bila dengan 5TU masih memberikan hasil negatif dapat diulangi

dengan 250TU ( second strength). Bila dengan 250TU masih memberikan hasil negatif,

 berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux dengan 5TU saja sudahcukup berarti.

Page 6: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 6/13

  Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah

mengalami infeksi  M. tuberculosis,  M. bovis, vaksinasi BCG, dan  Mycobacteria  patogen

lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi alergi tipe lambat. Pada penularan dengan

kuman patogen baik yang virulen ataupun tidak ( Mycobacterium tuberculose  atau BCG)

tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi seluler pada

 permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan antibodi humoral yang dalam perannya

akan menekankan antibodi seluler.

Bila pembentukan antibodi seluler cukup misalnya pada penularan dengan kuman

yang sangat virulen dan jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan dimana pembentukan

antibodi humoral amat berkurang (pada hipogama-globulinemia), maka akan mudah terjadi

 penyakit sesudah penularan.

Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi

kemerahan yang terdiri dari infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi

selular dengan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi persenyawaan antibodi seluler

dan antigen tuberkulin amat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar pengaruh

antobodi humoral, makin kecil indurasi yang ditimbulkan.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas hasil tes Mantoux dibagi dalam: 1) Indurasi 0-5mm (diameternya): Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Disini peran antibodi humoral

 paling menonjol; 2) Indurasi 6-9 mm : Hasil meragukan = golongan low grade sensitivity.

Disini peran antibodi selular paling menonjol.

Biasanya hampir seluruh pasien TB memberikan reaksi Mantoux yang positif

(99.8%). Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau

terinfeksi dengan  Mycobacterium  lain. Negatif palsu lebih banyak ditemui daripada positif

 palsu.

Hal-hal yang memberikan reaksi tuberkulin berkurang (negatif palsu) yakni:

-  Pasien baru 2-10 minggu terpajan TB

-  Anergi, penyakit sistemik berat (Sarkoidosis, LE)

-  Penyakit eksantematous dengan panas yang akut: morbili, cacar air, poliomielitis

-  Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikular (Hodgkin)

Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-obat imunosurpresi lainnya-  Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan

Page 7: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 7/13

Untuk pasien dengan HIV positif, tes Mantoux +5mm, dinilai positif.2 

Uji Kepekaan Obat

 M. tuberculosis yang telah diasingkan harus diuji untuk kepekaan terhadap isoniazid

dan rifampin untuk mendeteksi MDR-TB, terlebih jika satu atau lebih faktor resik

teridentifikasi atau pasien pernah gagal dalam terapi atau terjadi kekambuhan setelah

 pengobatan selesai. Dan lagi, uji kepekaan lebih luas untuk obat anti-TB lini kedua wajibdilakukan ketika MDR-TB ditemukan. Uji kepekaan dapat dilakukan secara langsung atau

secara tidak langsung pada media padat maupun cair. Hasil didapatkan dengan cepat pada uji

kepekaan secara langsung pada media cair, dengan rata-rata waktu laporan sekitar 3 minggu.

Dengan cara tidak langsung pada media padat, hasil dapat tidak ada untuk lebih dari 8

minggu. Metode molekuler untuk identifikasi cepat pada mutasi genetik diketahui terkait

dengan resistensi terhadap rifampin dan isoniazid telah berkembang dan secara luas

dijalankan untuk screening  pasien dengan resiko TB resisten obat yang meningkat.

5

Diagnosis

MDR-TB (Multi Drug Resistant Tuberculosis)

Multi drug resistance TB (MDR TB) disebabkan oleh organisme yang resisten

terhadap obat anti tuberkulosis yang paling efektif, yaitu isoniazid dan rifampisin. MDR TB

merupakan hasil dari infeksi dari organisme yang sudah resisten terhadap obat atau timbul

saat pasien sedang terapi, namun terhenti. Fluorokuinolon merupakan golongan paling kuat di

antara obat-obat lini kedua untuk terapi MDR-TB. Pasien MDR-TB yang disertai resistensi

terhadap golongan fluorokuinolon memiliki manifestasi klinik yang lebih serius

dibandingkan dengan yang tidak. Penyakit ini lebih susah diterapi, dan lebih berisiko untuk

menjadi XDR-TB, dan memungkinkan resistensi terhadap obat-obat lini kedua yang lain.5

XDR-TB (Extensive Drug Resistant Tuberculosis)

XDR TB merupakan bentuk TB yang resisten terhadap setidaknya empat obat inti antiTBC. XDR TB mencakup resistensi terhadap dua obat anti tuberkulosis yang paling efektif,

Page 8: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 8/13

isoniazid dan rifampisin, sama seperti MDR TB, ditambah dengan resistensi terhadap

golongan fluorokuinolon (seperti ofloxacin atau moxifloxacin), dan terhadap satu dari tiga

obat second-line therapy (amikacin, capreomycin, atau kanamycin). MDR TB dan XDR TB

membutuhkan terapi lebih banyak dibandingkan dengan TB yang tidak resisten, dan

membutuhkan kegunaan dari obat second-line therapy yang lebih mahal dan mempunyai efek

samping yang lebih banyak dari first-line therapy.5

TDR-TB (Total Drug Resistant Tuberculosis)

Istilah 'tahan’ benar -benar obat belum jelas untuk TB. Sementara konsep 'resistensi

obat total' mudah dimengerti secara umum, dalam prakteknya, in vitro tes kerentanan

terhadap obat secara teknis menantang. XDR-TB sangat mengurangi pilihan untuk

 pengobatan meskipun mereka belum dipelajari dalam kohort besar. Pilihan pengobatan untuk

 pasien TB-XDR yang memiliki ketahanan terhadap lini kedua obat anti-TB tambahan bahkan

lebih terbatas.5

Epidemiologi

Lebih dari 5,8 juta kasus TB baru (baik yang pulmonal maupun ekstrapulmonal)

dilaporkan kepada World Health Organization (WHO) pada 2009; 95% kasus dilaporkan dari

negara berkembang. Namun, karena deteksi kasus yang kurang dan pemberitahuan yang tidak

lengkap, kasus yang dilaporkan hanya mewakili 63% dari keseluruhan kasus. WHO

mengestimasi bahwa 9,4 juta kasus TB baru terjadi di seluruh dunia pada 2009, 95% darinya

 pada negara berkembang di Asia (5,2 juta), Afrika (2,8 juta), Timur Tengah (0,7 juta), dan

Amerika Latin (0,3 juta). Diestimasikan lebih jauh bahwa 1,7 juta meninggal karena TB,

termasuk 0,4 juta pasien dengan infeksi HIV, terjadi pada 2008, 96% terjadi di negara

 berkembang.5

Etiologi

Mikobakteria adalah bakteri obligat aerob, berbentuk batang, yang tidak membentuk

spora. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika telah diwarnai bakteri ini tahan penghilangan

warna (dekolorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu dinamakan basil "tahan-asam".

 Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberkulosis dan merupakan patogen yang sangat

 penting bagi manusia.

Page 9: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 9/13

Dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3

 pm. Mikobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram-positif atau gram-negatif. Sekali

diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, mes-

kipun dibubuhi iodium. Basil tuberkel yang sebenar-nya ditandai oleh sifat "tahan-asam" — 

misalnya, 95% etil alkohol yang mengandung 3% asam hidroklorida (asam-alkohol) dengan

cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali mikobakteria. Sifat tahan-asam ini

 bergantung pada integritas struktur selubung berlilin.6 

Patofisiologi

Tuberkulosis menyebar dari orang-ke-orang melalui rute aerosol. Paru merupakan

tempat infeksi pertama. Sebagian besar infeksi menghilang dan menyisakan jaringan parut

lokal (kompleks primer). Infeksi dapat menyebar dari fokus primer ke seluruh tubuh

(penyebaran rnilier). Infeksi ini dapat sembuh spontan atau berkembang menjadi infeksi lokal

(misalnya meningitis). Resistensi terhadap tuberkulosis bergantung pada fungsi sel T.

Penyakit dapat mengalami reaktivasi jika imunitas menurun (diperkirakan risiko reaktivasi

sepanjang hidup adalah 10%). Pada individu immunocompromised seperti pasien yang positif

HIV, infeksi cenderung berkembang menjadi penyakit yang bergejala.

Mycobacterium tuberculosis diingesti oleh makrofag, tetapi dapat lolos dari

fagolisosom untuk kemudian bermultiplikasi dalam sitoplasma. Respon imun yang hebat

menyebabkan destruksi jaringan setempat (kavitasi pada paru) dan efek sistemik yang

diperantarai oleh sitokin (demam dan penurunan berat badan). Bermacam-macam antigen

telah diidentifikasi sebagai kemungkinan penentu virulensi, termasuk lipoarabinomanan

(menstimulasi sitokin dan superoksida dismutase (memacu kelangsungan hidup

intramakrofag).7

Penatalaksanaan

Dua tujuan dari pengobatan TB adalah (1) untuk mengganggu transmisi dengan

menjadikan pasien noninfeksius dan (2) untuk mencegah morbiditas dan kematian dengan

menyembuhkan pasien dengan TB serta mencegah terjadinya resistensi obat. Kemoterapi

untuk TB menjadi memungkinkan dengan penemuan streptomycin pada 1943. Uji klinis acak

 jelas mengindikasikan bahwa administrasi dari streptomycin pada pasien TB kronikmengurangi angka mortalitas dan dapat menyembuhkan kebanyakan kasus. Namun, terapi

Page 10: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 10/13

tunggal dengan streptomycin sering diasosiasikan dengan perkembangan resistensi terhadap

obat ini dan kegagalan pengobatan.

Dengan dikenalkannya asam para-aminosalicylic (PAS) pada praktek klinis dan

isoniazid, ini menjadi jelas pada 1950 awal bahwa untuk menyembuhkan TB membutuhkan

administrasi kontaminan dari paling tidak dua agen yang mana organisme tersebut rentan.

Terlebih lagi, uji klinis awal mendemonstrasikan bahwa pengobatan jangka panjang,

contohnya 12-24 bulan, dibutuhkan untuk mencegah kekambuhan. Pengenalan rifampin

(rifampicin) di awal 1970 menjanjikan era dari kemoterapi jangka pendek yang efektif,

dengan durasi pengobatan kurang dari 12 bulan. Penemuan dari pyrazinamide, yang mana

digunakan pertama kali pada 1950, menambah potensi regimen dari isoniazid/rifampin

mengarah pada penggunaan 6 bulan dari regimen obat sebagai terapi standar.5

Tabel 1. Regimen Pengobatan Antituberkulosis yang Dianjurkan5

Indikasi

Fase inisial Fase lanjut

Durasi, Bulan Obat Durasi, Bulan Obat

Olesan baru atau

kasus kultur positif

2 HRZEa,b 4 HR a,c,d

Olesan baru –  kasus

negatif2 HRZEa 4 HR a 

Kehamilan 2 HREa 7 HR

Kekambuhan dan

standar pengobatan3 HRZESf 5 HRE

Kegagalan ____ ____ ____ ____

Resistensi terhadap H Sepanjang (6) RZE  

Resistensi terhadap R Sepanjang (12-18) HZEQi

Resistensi terhadap H

+ R

Sepanjang (paling

tidak 20 bulan)

ZEQ+S (atau agen injeksi

yang lain j)

Page 11: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 11/13

Resistensi terhadap

semua obat lini

 pertama

Sepanjang (paling

tidak 20 bulan)

1 agen injeksi j + 3 dari 4 ini:

ethionamide, cycloserine, Q,

PAS

Intoleransi terhadap Z 2 HRE 7 HR

Keterangan : E, ethambutol; H, isoniazid; PAS, para-aminosalicyclic acid; Q, antibiotik

quinolone; R, rifampin; S, streptomycin; Z, pyrazinamide

Komplikasi

Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi.

Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut:2 

-  Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,  Poncet’s

arthropathy 

-  Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas   SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca

Tuberkulosis), kerusakan parenkum berat

  fibrosis paru, sindrom gagal napasdewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

Pencegahan

Tidak memungkinkan untuk mencegah mutasi spontan mengenai resistansi yang

terjadi secara alami pada bacilli. Hal paling penting dalam mencegah seleksi pada

subpopulasi resisten dan perkembangan dari TB resisten saat terapi adalah : (1) regimen

terapi yang tepat, (2) kualitas obat yang telah teruji, (3) jaminan kepatuhan pada terapi, dan

(4) jangan menambah obat tunggal pada regimen pengobatan yang gagal.8

Vaksinasi BCG

Dari beberapa peneliti diketahui bahwa vaksinasi BCG yang telah dilakukan pada

anak-anak selama ini hanya memberikan daya proteksi sebagian saja, yakni 0-80%. Tetapi

BCG masih tetap dipakai karena ia dapat mengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat (meningitis, tuberkulosis milier dll) dan tuberkulosis ekstra paru lainnya.9

Page 12: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 12/13

  Prognosis

Ketika pengobatan dengan regimen tertentu telah selesai, ditambah dengan DOT,

angka kekambuhan berkisar dari 0% hingga 14%. Di negara dengan jumlah penderita TB

yang rendah, kekambuhan biasanya terjadi 12 bulan setelah penyelesaian obat dan karena

kekambuhan. Di negara dengan jumlah penderita TB yang tinggi, kebanyakan kekambuhan

setelah pengobatan yang baik adalah karena reinfeksi daripada kekambuhan.   Penanda

 prognosis buruk adalah keterlibatan jaringan ekstrapulmoner, penderita

immunocompromised, usia lanjut, dan riwayat pengobatan sebelumnya.10

III. 

Kesimpulan

Tuberkulosis adalah penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang. Namun

karena hal itu, banyak pasien yang menjadi tidak patuh dalam menyelesaikan regimen

 pengobatan karena harga obat yang dapat terbilang mahal dan karena pasien telah merasa

lebih membaik. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan dalam pengobatan yang berujung pada

tuberkulosis yang resisten terhadap obat. Pada kasus, dapat dilihat bahwa pasien sedang

menjalani pengobatan tuberkulosis untuk yang kedua kalinya. Resistensi tuberkulosis

terhadap obat dapat saja terjadi karena kegagalan pengobatan tuberkulosis yang pertama.

IV.  Daftar Pustaka

1.  Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2005. h.

175.

2.  Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar

ilmu penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2009. h. 31-2, 2196-9, 2230-47,

2256-7.

3.  Swartz MH. Textbook of physical diagnosis history and examination. 5th edition.

Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 373-83.

4.  Patel PR. Lecture notes: radiologi. Jakarta: Erlangga; 2006. h.32-9.

5.  Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison’s principles

of internal medicine ed.18. USA: McGraw Hill Professional; 2011.h.1340-53.

6.  Jawetz E,Melnick J,Adelberg E. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta :EGC; 2008. h.

302-9.

Page 13: Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

7/21/2019 Tuberculosis Paru Yang Resisten Terhadap Obat

http://slidepdf.com/reader/full/tuberculosis-paru-yang-resisten-terhadap-obat 13/13

7.  Gillespie SH, Bamford KB. At a glance mikrobiologi medis dan infeksi. Jakarta:

Erlangga;2009.h. 40-1.

8.  Kaufmann S.H.E, Hahn H. Mycobacteria and TB. Switzerland: Karger Medical and

Scientific Publisher; 2003.h. 89-90.

9.  Soematri ES, Uyainah A. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke 3. Jakarta: FK UI.

2003.h.33-881.

10. Tuberculosis, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/230802-

overview#aw2aab6b2b6, 7 Juli 2014.