tugas ramadhan.doc

Upload: arif-bima-al-birru

Post on 10-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    1/25

    TUGAS 1

    Unsur Instrinsik dan Esktrinsik Cerpen

    Risma hanya tersenyum, lalu meremas jemari Andre. Sadar bahwa ungkapan cintanya

    diterima, Andre pun segera memeluk Risma, tak peduli pada beberapa anak muda yang

    masih asik memotret matahari tenggelam dibalik bukit.

    Ibuku Perempuan Berwajah Surga, halaman 25

    1. Latar waktu pada cuplikan novel diatas adalah......

    a. Pagi hari

    b. Siang hari

    c. Sore hari

    d. Senja hari

    e. Malam hari

    2. Sudut pandang yang digunakan dalam cuplikan novel diatas adalah.........

    a. Orang pertama pelaku sampingan

    b. Orang kedua pelaku sampingan

    c. Orang pertama pelaku utama

    d. Orang kedua pelaku utama

    e. Orang ketiga serba tau

    3. Latar tempat pada cuplikan novel diatas adalah.....

    a. Pegunungan

    b. Bukit kecil

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    2/25

    c. Balik bukit

    d. Batu besar

    e. Tempat nongkrong anak muda

    4. Watak tokoh Andre dalam cuplikan novel diatas adalah....

    a. Perhatian

    b. Nakal

    c. Penuh curiga

    d. Pemberani

    e. Plin-plan

    Langit terlihat hitam pekat tak ada bulan, sesekali kilatan petir menyambar seakan

    menyentuh tanah. Tapias air hujan masuk ke dalam kamar kos dari celah jendela yang

    tak tertutup rapat. Sementara itu, Risma tampak terbaring sambil tangannya terus

    memegangi perut, terlihat kesakitan namun coba ditahannya. Keringat dingin mulai

    keluar di wajah

    Ibuku Perempuan Berwajah Surga, halaman

    37

    5. Latar waktu pada cuplikan novel diatas adalah......

    a. Pagi hari

    b. Siang hari

    c. Sore hari

    d. Senja hari

    e. Malam hari

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    3/25

    6. Latar suasana pada cuplikan novel diatas adalah........

    a. Mengerikan

    b. Mencekam

    c. mengharukan

    d. memilukan

    e. menyedihkan

    7. Watak tokoh Risma pada cuplikan novel diatas adalah..........

    a. Penyabar

    b. Penyayang

    c. Tegar

    d. Baik hati

    e. Rendah hati

    8. Cara pengarang mendeskripsikan watak tokoh Rumi adalah........

    a. Secara langsung

    b. Pikiran tokoh

    c. Melalui dialog antar tokoh

    d. Pendapat tokoh lain

    e. Tingkah laku tokoh

    9. Konflik yang terjadi pada cuplikan novel diatas adalah...........

    a. Konflik lahir

    b. Konflik bathin

    c. Konflik biasa

    d. Konflik khusus

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    4/25

    e. Tidak ada konflik

    10. Majas yang ada pada cuplikan novel diatas terdapat pada kalimat nomor.....

    a. 1

    b. 2

    c. 3

    d. 4

    e. 5

    dalam hati Andre sebenarnya sudah tahu apa yang hendak disampaikan Ibunya, semua

    itu pasti berakhir dengan kata-kataNdre, mama ingin kamu menikah dengan perempun

    yang baik bobot bebet dan bibitnya, ya, ucapan itu yang biasanya diucapkan Ibunya bila

    memintanya melihat foto perempuan anak dari temannya. Andre sudah sangat malas

    dengan segala macam perjodohan, seperti hidup tak ada pilihan saja.....

    Ibuku Perempuan Berwajah Surga, halaman

    49

    11. Nilai yang masih mendarah daging bagi masyarakat kita adalah......

    a. Kesusahan

    b. Perjodohan

    c. Kepahitan

    d. Pernikahan

    e. Kemiskinan

    12. Sudut pandang yang digunakan dalam cuplikan novel diatas adalah.........

    a. Orang pertama pelaku sampingan

    b. Orang kedua pelaku sampingan

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    5/25

    c. Orang pertama pelaku utama

    d. Orang kedua pelaku utama

    e. Orang ketiga serba tau

    13. Cara pengarang mendeskripsikan watak tokoh Rumi adalah........

    a. Secara langsung

    b. Pikiran tokoh

    c. Melalui dialog antar tokoh

    d. Pendapat tokoh lain

    e. Tingkah laku tokoh

    Untuk menyekolahkan Rumi, Risma terlihat sangat semangat meski semua uang

    tabungannya habis. Ia akan memandikan Rumi dan memakaikan seragam sekolahnya

    hingga rapi. Rumi pun terlihat sangat menikmati awal-awal masa sekolahnya. Ia terlihat

    tak canggung dengan teman barunya......

    Ibuku Perempuan Berwajah Surga, halaman 62

    14. Amanat yang terkandung pada cuplikan novel diatas adalah.......

    a. Kasih ibu sepanjang jalan

    b. Kasih ibu sepanjang masa

    c. Air susu dibalas air tuba

    d. Kasih ibu tak terbalas dengan apapun

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    6/25

    e. Ibu tempat kita mengadu

    15. Latar tempat pada cuplikan novel diatas adalah.......

    a. Bank

    b. Sekolah

    c. Kamar mandi

    d. Rumah Rumi

    e. Rumah Risma

    16. Latar waktu pada cuplikan novel diatas adalah......

    a. Saat Risma menghabiskan tabungannya

    b. Saat Risma memandikan Rumi untuk pergi sekolah

    c. Saat Rumi duduk dikelas 1 sd

    d. Saat Rumi menjadi anak Taman Kanak-kanak

    e. Saat Rumi bermain dengan teman-teman barunya

    17. Sudut pandang yang digunakan dalam cuplikan novel diatas adalah.........

    a. Orang pertama pelaku sampingan

    b. Orang kedua pelaku sampingan

    c. Orang pertama pelaku utama

    d. Orang kedua pelaku utama

    e. Orang ketiga serba tau

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    7/25

    18. Latar suasana pada cuplikan novel diatas adalah........

    a. Mengerikan

    b. Mencekam

    c. mengharukan

    d. memilukan

    e. menyedihkan

    Tugas 2

    Menganalisis unsur instrinsik cerpen

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    8/25

    Salawat Dedaunan

    Karya Yanusa Nugroho

    Masjid itu hanyalah sebuah bangunan kecil saja. Namun, jika kau memperhatikan, kau akan

    segera tahu usia bangunan itu sudah sangat tua. Temboknya tebal, jendelanya tak berdaun

    hanya lubang segi empat dengan lengkungan di bagian atasnya. Begitu juga pintunya, tak

    berdaun pintu. Lantainya menggunakan keramik putihkuduga itu baru kemudian dipasang,

    karena modelnya masih bisa dijumpai di toko-toko material.

    Masjid itu kecil saja, mungkin hanya bisa menampung sekitar 50 orang berjemaah.

    Namun, halaman masjid itu cukup luas. Dan di hadapan bangunan masjid itu tumbuh pohontrembesi yang cukup besar. Mungkin saja usianya sudah ratusan tahun. Mungkin saja si

    pembangun masjid ini dulunya berangan-angan betapa sejuknya masjid ini di siang hari karena

    dinaungi pohon trembesi. Mungkin saja begitu.

    Begitu besarnya pohon trembesi itu, dengan dahan dan cabangnya yang menjulur ke segala arah,

    membentuk semacam payung, membuat kita pun akan berpikir, masjid ini memang dipayungi

    trembesi. Cantik sekali.

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari. Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua. Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Bagi Haji Brahim, keadaan itu merisaukannya. Sejak, mungkin, 30 tahun lalu dia dipercaya

    untuk menjadi ketua masjid, keadaan tidak berubah. Bahkan, setiap Jumat, jumlah jemaah,

    paling banyak 45 orang. Pernah terpikirkan untuk memperluas bangunan, tetapi dana tak pernah

    cukup. Mencari sumbangan tidak mudah, dan Haji Brahim tak mengizinkan pengurus mencari

    sumbangan di jalan rayasebagaimana dilakukan banyak orang. Seperti pengemis saja,

    gumamnya. Seiring dengan berjalannya waktu, maka pikiran untuk memperluas bangunan itu

    tinggal sebagai impian saja. Kas masjid nyaris berdebu karena kosong melompong. Dan itu pula

    sebabnya masjid itu tak bisa memasang listrik, cukup dengan lampu minyak.

    Daun-daun trembesi berguguran setiap hari, seperti taburan bunga para peziarah makam. Buah-buahnya yang tua berserakan di halaman. Satu-dua anak memungutnya, mengeluarkan biji-

    bijinya yang lebih kecil daripada kedelai itu, menjemurnya, menyangrai, dan menjadikannya

    camilan gurih di sore hari. Jelas tak ada orang yang secara khusus menyapu halaman setiap hari.

    Terlalu luas untuk sebuah pekerjaan gratisan. Semua maklum, termasuk Haji Brahim.

    ***

    Suatu siang, seusai shalat Jumat, ketika orang-orang sudah lenyap semua entah ke mana, Haji

    Brahim dan dua pengurus lainnya masih duduk bersila di lantai masjid. Haji Brahim masih

    berzikir sementara dua orang itu tengah menghitung uang amal yang masuk hari itu.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    9/25

    Tiga puluh ribu, Pak, ucap salah seorang seperti protes pada entah apa.

    Alhamdulilah.

    Dengan yang minggu lalu, jumlahnya 75.000. Belum cukup untuk beli cat tembok.

    Ya, sudah nanti kan cukup, ujar Haji Brahim tenang.

    Sesaat ketika kedua orang itu akan berdiri, di halaman dilihatnya ada seorang nenek tua tengah

    menyapu pandang. Haji Brahim pun menoleh dan dilihatnya nenek itu dengan badan bungkuk,

    tertatih mendekat.

    Alaikum salam nek, jawab salah seorang pengurus, sambil mengangsurkan uang 500-an.

    Tapi si nenek diam saja. Memandangi si pemberi uang dengan pandangannya yang tua.

    Ada apa? tanya Haji Brahim, seraya mendekat.

    Saya tidak perlu uang. Saya perlu jalan ampunan.

    Sesaat ketiga pengurus masjid itu terdiam. Angin bertiup merontokkan dedaunan trembesi. Satu

    dua buahnya gemelatak di atap.

    Silakan nenek ambil wudu dan shalat, ujar Haji Brahim sambil tersenyum.

    Nenek itu diam beberapa saat. Tanpa berkata apa pun, dia kemudian memungut daun yangtergeletak di halaman. Daun itu dipungutnya dengan kesungguhan, lalu dimasukkannya ke

    kantong plastik lusuh, yang tadi dilipat dan diselipkan di setagen yang melilit pinggangnya.

    Setelah memasukkan daun itu ke kantong plastik, tangannya kembali memungut daun

    berikutnya. Dan berikutnya. Dan berikutnya.

    Ketiga orang itu ternganga. Sesaat kemudian, karena melihat betapa susah payahnya si nenek

    melakukan pekerjaan sederhana itu, salah seorang kemudian mendekat dan membujuk agar si

    nenek berhenti. Tapi si nenek tetap saja memunguti daun-daun yang berserakan, nyaris

    menimbun permukaan halaman itu.

    Haji Brahim dan seorang pengurus kemudian ikut turun dan mengambil sapu lidi.

    Jangan jangan pakai sapu lidi dan biarkan saya sendiri melakukan ini.

    Tapi nanti nenek lelah.

    Adakah yang lebih melelahkan daripada menanggung dosa? ujar si nenek seperti bergumam.

    Haji Brahim tercekat. Ada sesuatu yang menyelinap di sanubarinya.

    Dilihatnya si nenek kembali memungut dan memungut daun-daun itu helai demi helai. Dan,demi mendengar apa yang tergumam dari bibir tua itu, Haji Brahim menangis.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    10/25

    Dari bibirnya tergumam kalimat permintaan ampun dan sanjungan kepada Kanjeng Nabi

    Muhammad. Pada setiap helai yang dipungut dan ditatapnya sesaat dia menggumamkan Gusti,

    mugi paringa aksama. Paringa kanugrahan dateng Kanjeng Nabi. Sebelum dimasukkannya ke

    kantong plastik.

    Haji Brahim tergetar oleh kepolosan dan keluguan si nenek. Di matanya, si nenek seperti ingin

    bersaksi di hadapan ribuan dedaunan bahwa dirinya sedang mencari jalan pengampunan.

    ***

    Hari bergulir ke Magrib. Dan si nenek masih saja di tempat semula, nyaris tak beranjak,

    memunguti dedaunan yang selalu saja berguguran di halaman. Tubuh tuanya yang kusut basah

    oleh keringat. Napasnya terengah-engah. Ketiga orang itu tak bisa berbuat lain, kecuali

    menjaganya. Ketika maghrib tiba, dan orang-orang melakukan sembahyang, si nenek masih saja

    memunguti dedaunan.

    Siapa dia? bisik salah seorang jemaah kepada temannya, ketika mereka meninggalkan masjid.

    Tentu saja tak ada jawaban, selain entah.

    Nek, istirahatlah ini sudah malam.

    Kalau bapak mau pulang, silakan saja biarkan saya di sini dan melakukan ini semua.

    Nek, mengapa nenek menyiksa diri seperti ini?

    Tidak. Saya tidak menyiksa diri. Ini mungkin bahkan belum cukup untuk sebuah ampunan,ucapnya sambil menghapus air matanya.

    Haji Brahim terdiam. Mencoba mereka-reka apa yang telah diperbuat si nenek di masa lalunya.

    ***

    Malam itu, Haji Brahim pulang cukup larut karena merasa tak tega meninggalkan si nenek.

    Pengurus masjid yang semula akan menunggui, sepulang Haji Brahim, ternyata juga tak tahan.

    Bahkan, belum lagi lima menit Haji Brahim pergi, dia diam-diam pulang.

    Tak ada yang tahu apakah si nenek tertidur atau terjaga malam itu. Begitu subuh tiba, Mijo yang

    akan azan Subuh mendapati si nenek masih saja melakukan gerakan yang sama. Udara begitu

    dingin. Beberapa kali si nenek terbatuk.

    ***

    Peristiwa si nenek itu ternyata mengundang perhatian banyak orang. Mereka berdatangan ke

    masjid. Niat mereka mungkin ingin menyaksikan si nenek, tetapi begitu bertepatan waktu shalat

    masuk, mereka melakukan shalat berjemaah. Tanpa mereka sadari sepenuhnya, masjid itu jadi

    semarak. Orang datang berduyun-duyun, membawa makanan untuk si nenek, atau sekadar

    memberinya minum. Dan, semuanya selalu berjemaah di masjid.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    11/25

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    12/25

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari. Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua. Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Bagi Haji Brahim, keadaan itu merisaukannya. Sejak, mungkin, 30 tahun lalu dia dipercayauntuk menjadi ketua masjid, keadaan tidak berubah. Bahkan, setiap Jumat, jumlah jemaah,

    paling banyak 45 orang.

    Dengan demikian, tema cerpen ini adalah tentang keagamaan.

    2. Amanat

    Amanat pokok yang terdapat dalam cerpen Salawat Dedaunan adalah pentingnya

    memakmurkan Mesjid. Hal ini terdapat pada paragraf keempat dan kelima. Amanat pokok /

    utama ini kemudian diperjelas ceritanya. Akibatnya muncullah amanat-amanat lain yang

    mempertegas amanat utama itu. Amanat-amanat yang dimaksud itu di antaranya:

    (a) Amanat ini dimunculkan melalui kerisauan Haji Brahim terhadap kemakmuran mesjid yang

    dipimpinnya selama puluhan tahun.

    masjid ini memang dipayungi trembesi. Cantik sekali.

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari. Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua. Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Bagi Haji Brahim, keadaan itu merisaukannya. Sejak, mungkin, 30 tahun lalu dia dipercaya

    untuk menjadi ketua masjid, keadaan tidak berubah. Bahkan, setiap Jumat, jumlah jemaah,

    paling banyak 45 orang.

    Selain Haji Brahim ada juga seorang Nenek yang bertekad untuk memakmurkan mesjid,

    walau hanya dengan sekedar membersihkan halaman mesjid yang dianggabnya sebagai jalan

    pertobatan atas dosa yang dilakukannnya.

    Saya tidak perlu uang. Saya perlu jalan ampunan.

    Adakah yang lebih melelahkan daripada menanggung dosa? ujar si nenek seperti bergumam.

    .,dia kemudian memungut daun yang tergeletak di halaman. Daun itu dipungutnya dengan

    kesungguhan, lalu dimasukkannya ke kantong plastik lusuh, yang tadi dilipat dan diselipkan di

    setagen yang melilit pinggangnya. Setelah memasukkan daun itu ke kantong plastik, tangannya

    kembali memungut daun berikutnya. Dan berikutnya. Dan berikutnya.

    (b) Infakkan lah sebagian harta kita untuk membela Agama Allah dengan memakmurkan Mesjid

    lewat pembangunan sarana dan prasarana.

    Pernah terpikirkan untuk memperluas bangunan, tetapi dana tak pernah cukup.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    13/25

    Seiring dengan berjalannya waktu, maka pikiran untuk memperluas bangunan itu tinggal

    sebagai impian saja. Kas masjid nyaris berdebu karena kosong melompong. Dan itu pula

    sebabnya masjid itu tak bisa memasang listrik, cukup dengan lampu minyak

    (c) Jagalah harga diri seorang muslim dalam berikhtiar membangun sarana dan prasarana Ibadah

    untuk kepentingan Umat dan Agama.

    .......Mencari sumbangan tidak mudah, dan Haji Brahim tak mengizinkan pengurus mencari

    sumbangan di jalan rayasebagaimana dilakukan banyak orang. Seperti pengemis saja,

    gumamnya.

    (d) Perbanyak lah istigfar untuk membersihkan diri dari perbuatan dosa dan bersholawatlah untuk

    Nabi Muhammad SAW.

    Saya tidak perlu uang. Saya perlu jalan ampunan.

    Dari bibirnya tergumam kalimat permintaan ampun dan sanjungan kepada Kanjeng Nabi

    Muhammad. Pada setiap helai yang dipungut dan ditatapnya sesaat dia menggumamkan,

    Gusti, mugi paringa aksama. Paringa kanugrahan dateng Kanjeng Nabi. Sebelum

    dimasukkannya ke kantong plastik.

    Dan akhirnya amanat (a) menjadi kunci amanat yang diinginkan pengarang untuk

    pembacanya. Amanat itu kemudian dirumuskan, seperti yang sudah dituliskan pada bagian awal

    tentang amanat di atas.

    3. Latar

    1) Latar Tempat

    Latar tempat yang ada dalam cerpen ini berada di dalam dan disekitar halaman Mesjid di

    bawah pohon trembesi. Berikut kutipannnya:

    Suatu siang, seusai shalat Jumat, ketika orang-orang sudah lenyap semua entah ke mana, Haji

    Brahim dan dua pengurus lainnya masih duduk bersila di lantai masjid. Haji Brahim masihberzikir sementara dua orang itu tengah menghitung uang amal yang masuk hari itu.

    Sesaat ketika kedua orang itu akan berdiri, di halaman dilihatnya ada seorang nenek tua

    tengah menyapu pandang.

    Tanpa berkata apa pun, dia kemudian memungut daun yang tergeletak di halaman..

    Dan di hadapan bangunan masjid itu tumbuh pohon trembesi yang cukup besar.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    14/25

    Begitu besarnya pohon trembesi itu, dengan dahan dan cabangnya yang menjulur ke segala

    arah, membentuk semacam payung, membuat kita pun akan berpikir, masjid ini memang

    dipayungi trembesi.

    Selain di Mesjid kejadian ini berlangsung juga di Puskesmas. Berikut kutipannnya:

    Orang-orang terpekik, ada yang mencoba membawanya ke puskesmas,.

    Kejadian periristiwa ini berada di daerah betawi. Hal ini dapat kita lihat dari penggunaan

    bahasa Ji yang mencirikan bahasa betawi. Berikut kutipannnya:

    Memangnya bisa begitu, Ji?

    2) Latar Waktu

    Latar waktu dalam cerpen ini dapat kita lihat dalam beberapa kutipan sebagai berikut:

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari.Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua.Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Bahkan, setiap Jumat, jumlah jemaah, paling banyak 45 orang.

    Suatu siang, seusai shalat Jumat, ketika orang-orang sudah lenyap semua entah ke mana,

    Hari bergulir keMagrib.

    Ketika maghrib tiba, dan orang-orang melakukan sembahyang, si nenek masih saja

    memunguti dedaunan.

    Malam itu, Haji Brahim pulang cukup larut karena merasa tak tega meninggalkan si nenek.

    Pengurus masjid yang semula akan menunggui, sepulang Haji Brahim, ternyata juga tak tahan.

    Bahkan, belum lagi lima menitHaji Brahim pergi, dia diam-diam pulang.

    Tak ada yang tahu apakah si nenek tertidur atau terjaga malam itu. Begitu subuh tiba, Mijo

    yang akan azan Subuh mendapati si nenek masih saja melakukan gerakan yang sama. Udara

    begitu dingin. Beberapa kali si nenek terbatuk.

    .tetapi begitu bertepatan waktu shalatmasuk, mereka melakukan shalat berjemaah.

    Dua hari kemudian, tepat ketika kumandang waktu Ashar terdengar, si nenek tersungkur

    dan meninggal.

    3) Latar Sosial

    Di dalam cerpen ini latar sosial digambarkan sebagai berikut :

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    15/25

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari. Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua. Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Latar sosial ini menggambarkan kehidupan masyarakat yang jarang Sholat berjamaah di

    Mesjid.

    Pernah terpikirkan untuk memperluas bangunan, tetapi dana tak pernah cukup. Mencari

    sumbangan tidak mudah, dan Haji Brahim tak mengizinkan pengurus mencari sumbangan di

    jalan rayasebagaimana dilakukan banyak orang. Seperti pengemis saja, gumamnya.

    Latar sosial ini menggambarkan kelompok pengurus DKM ini sangat menjaga sekali

    kehormatan dan nama baik Agama. Walau membutuhkan dana, tapi tidak mengemis untuk

    meminta subangan di jalan-jalan.

    4. Alur (plot)

    Bagian Awal

    Struktur awal terdiri dari paparan, rangsangan, dan gawatan. Pada bagian awal cerita ini

    penulis memaparkan gambaran situasi dan kondis sebagai pijakan awal dimuainya cerita. Situasi

    yang di gambarkan merupakan sebuah rangsangan untuk pengenalan masalah dalam cerita ini.

    Kemudian setelah pengenalan masalah tersebut, dibuat konflik yang membuat jalan cerita ini

    menjadi menarik. Untuk lebih jelas, berikut pemaparannya:

    MASJID itu hanyalah sebuah bangunan kecil saja. Namun, jika kau memperhatikan, kau akan

    segera tahu usia bangunan itu sudah sangat tua. Temboknya tebal, jendelanya tak berdaun

    hanya lubang segi empat dengan lengkungan di bagian atasnya. Begitu juga pintunya, tak

    berdaun pintu. Lantainya menggunakan keramik putih kuduga itu baru kemudian dipasang,

    karena modelnya masih bisa dijumpai di toko-toko material.

    Masjid itu kecil saja, mungkin hanya bisa menampung sekitar 50 orang berjemaah

    .

    Berdasarkan kutipan cerpen di atas pada bagian awal ini penulis memaparkan kondisi

    lingkungan yang terjadi dalam cerpen tersebut. Dari paparan ini penulis memberikan rangsangan

    jalan cerita menuju konflik dalam cerpen ini yang ditandai dengan reaksi tokoh dalam

    menyikapi situasi ini merasa risau. Berikut kutipannya:

    Namun, halaman masjid itu cukup luas. Dan di hadapan bangunan masjid itu tumbuh pohon

    trembesi yang cukup besar. Mungkin saja usianya sudah ratusan tahun.

    .masjid ini memang dipayungi trembesi. Cantik sekali.

    Namun, masjid ini sepi. Terutama jika siang hari. Subuh ada lima orang berjemaah, itu pun

    pengurus semua. Maghrib, masih lumayan, bisa mencapai dua saf. Isya hanya paling banyak

    lima orang. Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    16/25

    Bagi Haji Brahim, keadaan itu merisaukannya. Sejak, mungkin, 30 tahun lalu dia dipercaya

    untuk menjadi ketua masjid, keadaan tidak berubah.

    Bagian Tengah

    Klimaks, digambarkan ketika kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kemakmuran

    mesjid tersebut, sampai kas mesjid kosong, halaman mesjid ribun oleh dedaunan yang

    berguguran dan listrik pun tidak ada.

    Pernah terpikirkan untuk memperluas bangunan, tetapi dana tak pernah cukup. Mencari

    sumbangan tidak mudah, dan Haji Brahim tak mengizinkan pengurus mencari sumbangan di

    jalan raya sebagaimana dilakukan banyak orang. Seperti pengemis saja, gumamnya.

    Seiring dengan berjalannya waktu, maka pikiran untuk memperluas bangunan itu tinggal

    sebagai impian saja. Kas masjid nyaris berdebu karena kosong melompong. Dan itu pula

    sebabnya masjid itu tak bisa memasang listrik, cukup dengan lampu minyak.

    Daun-daun trembesi berguguran setiap hari, seperti taburan bunga para peziarah makam.

    .Jelas tak ada orang yang secara khusus menyapu halaman setiap hari.

    Terlalu luas untuk sebuah pekerjaan gratisan

    Bagian Akhir

    Bagian terakhir cerita ini ternyata pengarang memberikan penyelesaian konflik lewat

    tokoh seorang nenek yang memungut daun-daun yang berserakan di halaman mesjid. Sikap

    tokoh ini ternyata membuat perhatian masyarakat, dan berduyun-duyun pergi kemesjid untuk

    meleraikan kepenasarannnya. Namun tanpa disengaja mesjid pun menjadi ramai. Setelah

    kepergian si nenek mesjid itu pun menjadi makmur. Untuk lebih jelas berikut kutipannya:

    Peristiwa si nenek itu ternyata mengundang perhatian banyak orang. Mereka berdatangan ke

    masjid. Niat mereka mungkin ingin menyaksikan si nenek, tetapi begitu bertepatan waktu shalat

    masuk, mereka melakukan shalat berjemaah. Tanpa mereka sadari sepenuhnya, masjid itu jadi

    semarak. Orang datang berduyun-duyun, membawa makanan untuk si nenek, atau sekadar

    memberinya minum. Dan, semuanya selalu berjemaah di masjid.

    .Dedaunan yang berserak itu lenyap. Halaman masjid bersih. Menghitam subur tanahnya,

    seperti disapu, dan daun yang gugur ditahan oleh jaring raksasa hingga tak mencapai tanah.

    Jika struktur alurnya seperti di atas maka alur cerpen ini dikelompokkan ke dalam alur

    maju. Dikatakan demikian karena cerita cerpen ini terus maju alurnya dari awal sampai akhir.

    5. Tokoh dan Penokohan

    a. Tokoh aku

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    17/25

    Tokoh ini begitu berperan dalam cerpen ini. Dari mulutnya kita bisa mendengar kisah

    Haji Brahim yang berjuang memakmurkan mesjidnya. Tokoh ini walau pun tidak dimunculkan

    oleh pengarang, sebagai penjelmaan wujud dirinya, tetapi keberadaannya sangat terasa lewatpemaparan ceritanya yang seolah-olah tokoh aku ini bercerita tentang kisah orang lain. Dalam

    penggalan cerpen ini juga, pengarang sangat jelas memposisikan dirinya sebagi orang pertama

    dalam cerpen ini. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut:

    ..jika kau memperhatikan, kau akan segera tahu usia bangunan itu sudah sangat tua.

    ..Lantainya menggunakan keramik putih kuduga itu baru kemudian dipasang, karena

    modelnya masih bisa dijumpai di toko-toko material.

    Aku terdiam. Kubayangkan dedaunan itu, yang jumlahnya mungkin ribuan helai itu,

    melayang ke hadirat Allah, membawa goresan permohonan ampun.

    b. Tokoh Haji Brahim

    Tokoh ini merupakan tokoh utama yang menjadi sentral semua jalan cerita. Hal ini dapat

    kita lihat dari pengisahan yang dibuat pengarang dengan jelas menceritakan tentang perjuangan

    Haji Brahim untuk memakmurkan mesjidnya. Pengarang mendeskripsikan perwatakan tokoh ini

    sebagai berikut:

    1) Risau / galau

    Begitu setiap hari, entah sejak kapan dan akan sampai kapan hal itu berlangsung.

    Bagi Haji Brahim, keadaan itu merisaukannya. Sejak, mungkin, 30 tahun lalu dia dipercaya

    untuk menjadi ketua masjid, keadaan tidak berubah.

    2) Sabar

    ..,30 tahun lalu dia dipercaya untuk menjadi ketua masjid,

    3) Sangat Menjaga Kehormatan

    Mencari sumbangan tidak mudah, dan Haji Brahim tak mengizinkan pengurus mencari

    sumbangan di jalan raya, sebagaimana dilakukan banyak orang. Seperti pengemis saja,

    gumamnya.

    4) Pesimis

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    18/25

    Seiring dengan berjalannya waktu, maka pikiran untuk memperluas bangunan itu tinggal

    sebagai impian saja. Kas masjid nyaris berdebu karena kosong melompong. Dan itu pula

    sebabnya masjid itu tak bisa memasang listrik, cukup dengan lampu minyak.

    5) Empati dan Simpati

    .karena melihat betapa susah payahnya si nenek melakukan pekerjaan sederhana itu,

    Haji Brahim dan seorang pengurus kemudian ikut turun dan mengambil sapu lidi.

    Haji Brahim tergetar oleh kepolosan dan keluguan si nenek.

    6) Rajin Berdzikir Setelah Sholat

    ..,seusai shalat Jumat, ketika orang-orang sudah lenyap semua entah ke mana, Haji Brahim

    dan dua pengurus lainnya masih duduk bersila di lantai masjid. Haji Brahim masih berzikir

    sementara dua orang itu tengah menghitung uang amal yang masuk hari itu.

    7) Kurang Kuat Tekadnya

    Malam itu, Haji Brahim pulang cukup larut karena merasa tak tega meninggalkan si nenek.

    Pengurus masjid yang semula akan menunggui, sepulang Haji Brahim, ternyata juga tak tahan.

    Bahkan, belum lagi lima menit Haji Brahim pergi, dia diam-diam pulang.

    8) Kalem dan Murah Senyum

    Tiga puluh ribu, Pak, ucap salah seorang seperti protes pada entah apa.

    Alhamdulilah.

    Dengan yang minggu lalu, jumlahnya 75.000. Belum cukup untuk beli cat tembok.

    Ya, sudah nanti kan cukup, ujar Haji Brahim tenang.

    Silakan nenek ambil wudu dan shalat, ujar Haji Brahim sambil tersenyum.

    c. Tokoh Nenek

    Tokoh ini sangat istimewa. Kemunculan tokoh ini membuat klimaks permasalah dan

    sekaligus menjadi penyelesai konflik yang terjadi dalam cerpen ini. Karakter tokoh inidideskripsikan sebagai berikut:

    1) Orang keras kepala

    ..karena melihat betapa susah payahnya si nenek melakukan pekerjaan sederhana itu, salah

    seorang kemudian mendekat dan membujuk agar si nenek berhenti. Tapi si nenek tetap saja

    memunguti daun-daun yang berserakan, nyaris menimbun permukaan halaman itu.

    2) Gigih dalam bekerja

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    19/25

    Daun itu dipungutnya dengan kesungguhan, lalu dimasukkannya ke kantong plastik lusuh,

    yang tadi dilipat dan diselipkan di setagen yang melilit pinggangnya. Setelah memasukkan daun

    itu ke kantong plastik, tangannya kembali memungut daun berikutnya. Dan berikutnya. Dan

    berikutnya.

    3) Filsuf

    Jangan jangan pakai sapu lidi dan biarkan saya sendiri melakukan ini.

    Tapi nanti nenek lelah.

    Adakah yang lebih melelahkan daripada menanggung dosa? ujar si nenek seperti bergumam.

    Dari bibirnya tergumam kalimat permintaan ampun dan sanjungan kepada Kanjeng Nabi

    Muhammad. Pada setiap helai yang dipungut dan ditatapnya sesaat dia menggumamkan,

    Gusti, mugi paringa aksama. Paringa kanugrahan dateng Kanjeng Nabi. Sebelum

    dimasukkannya ke kantong plastic.

    Haji Brahim tergetar oleh kepolosan dan keluguan si nenek. Di matanya, si nenek seperti

    ingin bersaksi di hadapan ribuan dedaunan bahwa dirinya sedang mencari jalanpengampunan.

    Tidak. Saya tidak menyiksa diri. Ini mungkin bahkan belum cukup untuk sebuah ampunan,

    ucapnya sambil menghapus air matanya.

    d. Tokoh Mijo

    Tokoh ini sebagai pelengkap cerita, dan hanya muncul ketika peristiwa adzan subuh. Berikut

    kutipannnya:

    Begitu subuh tiba, Mijo yang akan azan Subuh mendapati si nenek masih saja melakukangerakan yang sama.

    6. Gaya Bahasa

    Di dalam cerpen ini pengarang menggunakan kata-kata yang biasa digunakan dalam

    bidang keagamaan (Islam), seperti Mesjid, Jemaah, Peziarah, dzikir, Alhamdulillah,

    Assalammuaaikum, dosa, Nabi Muhammad, Gusti, adzan, uang amal, istigfar, Allah, hadirat

    Allah.

    Majas yang tampak pada cerpen ini yakni majas asosiasi atau perumpamaan. Berikut

    kutipannnya:

    Begitu besarnya pohon trembesi itu, dengan dahan dan cabangnya yang menjulur ke segala

    arah, membentuk semacam payung, membuat kita pun akan berpikir, masjid ini memang

    dipayungi trembesi. Cantik sekali.

    Daun-daun trembesi berguguran setiap hari, seperti taburan bunga para peziarah makam.

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    20/25

    Di matanya, si nenek seperti ingin bersaksi di hadapan ribuan dedaunan bahwa dirinya

    sedang mencari jalan pengampunan

    Dedaunan yang berserak itu lenyap. Halaman masjid bersih. Menghitam subur tanahnya,seperti disapu, dan daun yang gugur ditahan oleh jaring raksasa hingga tak mencapai tanah..

    Selain itu majas pengarang juga menggunakan majas penegasan tautologi dan retorik.

    Berikut kutipannya:

    Setelah memasukkan daun itu ke kantong plastik, tangannya kembali memungut daun

    berikutnya. Dan berikutnya. Dan berikutnya.

    Dan kutipan majas retorik sebagai berikut :

    Adakah yang lebih melelahkan daripada menanggung dosa?

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    21/25

    Tugas 3

    Menanggapi pembacaan puisi lama tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

    1. Perhatikan pantun berikut!

    Pergi berlayar ke tanah Melayu

    Jangan lupa membawa bekal

    Wahai kawan tuntutlah ilmu

    Ilmu adalah harta yang kekal

    Isi pantun tersebut adalah .

    A. Ajakan untuk berlayar ke tanah Melayu

    B. Ajakan untuk menuntut ilmu

    C. Ajakan untuk bekerja dengan tekun

    D. Ajakan untuk membawa bekal

    E. Ajakan untuk mencari harta

    2. Perhatikan pantun berikut ini!

    Biarlah orang bertanam buluh,

    mari kita bertanam padi.

    Biarlah orang bertanam musuh

    mari kita menanam budi

    .

    Isi pantun di atas adalah .

    A. Nasihat untuk tidak mencari musuh, tetapi berbuatlah kebaikanB. Nasihat untuk mencari teman bukan untuk mencari musuh

    C. Nasihat untuk selalu menanam budi di setiap saat

    D. Kita harus menanam budi yang baik agar tidak memiliki musuh

    E. Kita harus menjauhi musuh agar budi baik kita tidak hilang

    3. Bacalah bait pantun berikut!

    Gunung Daek timang-timangan

    Tempat kera bermanja diri

    Budi yang baik kenang-kenangan

    Budi yang jahat buang sekali

    Karakter pantun sesuai contoh tersebut adalah ....A. Satu bait 4 larik, memiliki sampiran dan isi, bersajak aa, aa

    B. Tidak memilki bait, semu larik berupa isi, bersajak ab, ab

    C. Satu bait 4 larik, semu larik berupa isi, bersajak aa, ab

    D. Satu bait 4 larik, memiliki sampiran dan isi, bersajak ab, ab

    E. Tidak memilki bait, memiliki sampiran dan isi, bersajak ab, ab

    4. Bacalah pantun berikut!

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    22/25

    Kalau harimau sedang mengaum

    Bunyinya sangat berirama

    Kalau ada ulangan umum

    ...

    Larik yang tepat untuk melengkapi larik puisi tersebut ialah ....

    A. Nanti dibelikan tanda mata

    B. itu bisa memutihkan mata

    C. Janganlah kamu menjadi jera

    D. Siapakah yang paling bisa

    E. Marilah kita belajar bersama

    5. Perhatikan pantun berikut!

    Pergi berlayar ke Bermuda

    Layar perak sobek ditambal

    Rajin belajar di saat muda

    .

    Larik yang tepat untuk melengkapi pantun tersebut adalah .

    A. Agar orang tua tidak kesal

    B. Agar kelak tidak menyesal

    C. Agar tidak menjadi bebal

    D. Agar kelak hidup kekal

    E. Agar ilmu dapat dijajal

    Pantun yang Akan di Bacakan :

    Abang beli bawang

    Beli bawang tidak pakai kulit

    Hei jadi orang

    Jadi orang jangan pelit-pelit

    Ada pasir ada juga tanah

    Batang pohon memiliki dahanUmur panjang adalah amanah

    Pertanggungan jawabnya kepada Tuhan

    Ramai orang menggali perigi

    Ambil buluh lalu diikat

    Ilmu dicari tak akan rugi

    Buat bekalan dunia akhirat

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    23/25

    Tugas 4

    Membacakan puisi baru di depan kelas

    Padamu Jua

    (Amir Hamzah)

    Habis kikis

    segala cintaku hilang terbang

    pulang kembali aku padamu

    seperti dahulu

    Kaulah kandil kemerlap

    pelita jendela di malam gelap

    melambai pulang perlahan

    sabar, setia selalu.

    Satu kekasihku

    aku manusia

    rindu rasa

    rindu rupa.

    Di mana engkau

    rupa tiada

    suara sayup

    hanya kata merangkai hati

    Engkau cemburuengkau ganas

    mangsa aku dalam cakarmu

    bertukar tangkap dengan lepas

    Nanar aku, gila sasar

    sayang berulang padamu jua

    engkau pelik menarik ingin

    serupa dara di balik tirai

    Kasihmu sunyi

    menunggu seorang diri

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    24/25

  • 7/22/2019 Tugas ramadhan.doc

    25/25

    yang mendorongnya pada suatu pemahanan arti kesedihan dan arti hidup yang harus dijalani

    manusia. Dalam buku ini pengarang membagi obat pengalaman yang ditemukannya kepada para

    pembaca yang tengah dilanda kesedihan atau juga bagi mereka yang belajar bagaimanamemaknai kesedihan sehingga saat musibah datang, yang menyebabkan kesedihan, ia mampu

    bertahan.

    Bersedih adalah hal yang pertama dilakukan oleh manusia apabila kita ditimpa musibah

    atau kemalangan. Kesedihan yang mendalam juga akan menyebabkan keluarnya air mata tanpa

    disadari. Kita boleh-boleh saja bersedih dan menangis tetapi jangan terlalu larut di dalam

    kesedihan yang berkepanjangan. Itu hanya malah membuat diri kita sakit dan tersiksa. Biasanya

    orang yang bersedih akan melupakan hal-hal yang rasional yang sebenarnya dibutuhkan oleh

    dirinya untuk bangkit kembali. Jadi, hapuslah air mata kita hari ini. Kini bersiap-siaplah kita

    mengubah air mata menjadi permata. Harus kita ingat : Setiap air mata yang kita teteskan

    karena ditimpa musibah, pasti akan digantikan oleh Allah dengan pahala dan kebahagiaan

    yang besar asalkan kita sabar dan tawakkal menerima apa yang telah jadi kehendak-Nya.

    Selain buku ini berkualitas baik namun ada beberapa kelemahan yang terdapat di buku ini

    antara lain buku ini tidak memberikan contoh-contoh yang menggambarkan kondisi dan

    masalah yang di jelaskan, kemudian buku ini alangkah lebih baiknya dilengkapi dengan

    pendapat para ahli ataupun hadist-hadist yang terkait serta buku ini hanya di cetak dalam 2

    warna sehingga membuat pembaca cepat bosan.

    Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari musibah yang kita alami. Solusi yang ada di

    buku ini sangat cocok untuk diikuti demi kebaikan pembaca. Kita sendirilah yang menentukan

    bagaimana kesedihan itu harus pergi dari hati kita . Ingat, seberapa pun banyaknya kita minta

    pertolongan kepada semua orang, yang bisa membantu kita hanyalah diri kita sendiri.