case report dewi.docx

Upload: gerry-sanjaya

Post on 27-Feb-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    1/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan

    proses inflamasi yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada

    mukosa hidung1. Gejala rinitis alergi meliputi hidung gatal, bersin berulang, cairan hidung

    yang jernih dan hidung tersumbat yang bersifat hilang timbul atau reersibel, secara spintan

    atau dengan pengobatan!.

    "i #merika $erikat rinitis alergi merupakan penyakit alergi terbanyak dan menempati

    posisi ke%& penyakit yang bersifat menahun (kronis). Rinitis alergi juga merupakan alas an

    ke%! terbanyak kunjungan masyarakat ke ahli kesehatan professional setelah pemeliharaan

    gigi. #ngka kejadian rinitis alergi mencapai !'.

    1

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    2/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Anatami dan Fisiologi

    !.1.1 *idung bagian luar

    *idung luar berbentuk piramid dengan pangkal hidung dibagian atas dan puncaknya berada

    diba+ah. *idung bagian luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang ra+an yang dilapisi

    oleh kulit, jaringan ikat. erangka tulang terdiri dari sepasang os nasal, prosesus frontalis os

    maksila dan prosesus nasalis os frontal, sedangkan kerangka tulang ra+an terdiri dari

    beberapa pasang tulang ra+an yang terdiri dari sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

    sepasang kartilago lateralis inferior (kartilago ala mayor) dan tepi anterior kartilago septum

    nasi. -tot%otot ala nasi terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok dilator, terdiri dari

    muskulus dilator nares (anterior dan posterior), muskulus proserus, kaput angular muskulus

    kuadratus labii superior dan kelompok konstriktor yang terdiri dari muskulus nasalis dan

    muskulus depressor septi.

    !.1.! *idung bagian dalam

    *idung bagian dalam dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kaum nasi

    kanan dan kaum nasi kiri yang tidak sama ukurannya. /ubang hidung bagian depan disebut

    nares anterior dan lubang hidung bagian belakang disebut nares posterior atau disebut

    choana. 0agian dari rongga hidung yang letaknya sesuai dengan ala nasi disebut estibulum

    yang dilapisi oleh kulit yang mempunyai kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan rambut%

    2

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    3/22

    rambut yang disebut vibrisae. Rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa yang melekat

    erat pada periosteum dan perikondrium, sebagian besar mukosa ini mengandung banyak

    pembuluh darah, kelenjar mukosa dan kelenjar serous dan ditutupi oleh epitel torak berlapis

    semu mempunyai silia.

    !.1. aum nasi terdiri dari

    1. "asar hidung

    "ibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus hori2ontal os palatum.

    !. #tap hidung

    3erdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal prosesus frontalis, os

    maksila, korpus os etmoid dan korpus os sfenoid. $ebagian besar atap hidung

    dibentuk oleh lamina kribrosa.

    . "inding lateral

    "inding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os

    lakrimalis, konka superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os

    palatum dan lamina pterigoideus medial.

    . onka

    4ada dinding lateral terdapat empat buah konka yaitu konka inferior, konka media,

    konka superior dan konka suprema. onka suprema biasanya rudimenter. onka

    inferior merupakan konka yang terbesar dan merupakan tulang tersendiri yang

    melekat pada os maksila. $edangkan konka media, superior dan suprema merupakan

    bagian dari etmoid.

    5. 6eatus nasi

    "iantara konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut

    meatus. 6eatus inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan

    dinding lateral rongga hidung. 4ada meatus inferior terdapat muara duktus

    nasolakrimalis. 6eatus media terletak diantara konka media dan dinding lateral

    rongga hidung. 4ada meatus superior yang merupakan ruang antara konka superior.

    "an konka media terdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

    &. "inding medial

    "inding medial hidung adalah septum nasi.

    3

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    4/22

    !.1. 6ukosa hidung

    Rongga hidung dilapisi oleh selaput lendir. Epitel organ pernapasan yang biasanya berupa

    epitel kolumnar bersilia, bertingkat palsu, berbeda% beda pada bagian hidung.pada ujung

    anterior konka dan septum sedikit melampaui os internum masih dilapisi oleh epitel berlapis

    gepeng tanpa silia, lanjutan epitel kulit estibulum nasi. $epanjang jalur utama arus inspirasi

    epitel menjadi kolumnar7 silia pendek agak irreguler. $el 8 sel meatus media dan inferior

    yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia yang panjang yang tersusun rapi.

    Gambar !. #natomi hidung bagian dalam

    2.2 Definisi

    Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien

    atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan allergen yang sama serta dilepaskannya

    suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan akergeen spesifik tersebut (9on

    4ir:uet, 1;

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    5/22

    2. Etiologi

    0erdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas

    1. #lergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau

    debu rumah (D.pteronysmus, D.farinae, B. tropicalis), kecoa, serpihan epitel kulit binatang

    (kucing, anjing), rerumputan (Bermuda grass) serta jamur (Aspergillus, Alternaria).

    !. #lergen ingestan, yang masuk ke saluran cerna berupa makanan, misalnya susu,

    sapi, telur, coklat, ikan laut, udang, kepiting dan kacang%kacangan.

    . #lergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin dan

    sengatan lebah.

    . #lergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa,

    misalnya bahan kosmetik dan perhiasan5.

    2.! Klasifi"asi

    "ahulu rinitis alergi dibedakan dalam ! macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu

    1. Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis). "i Indonesia tidak dikenal

    rinitis alergi musiman, hanya ada di negara yang mempunyai musim. #lergen penyebabnya

    spesifik, yaitu serbuk (pollen) dan spora jamur. -leh karena itu nama yang tepat ialah

    pollinosis.

    !. Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial). Gejala pada penyakit ini timbul

    intermitten atau terus menerus, tanpa ariasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun.

    4enyebab yang paling sering ialah alergen inhalan, terutama pada orang de+asa dan lergen

    ingestan. #lergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak%anak dan biasanya disertai

    dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Gangguan

    fisiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan golongan musiman tetapi

    karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan5.

    $aat ini digunakan lasifikasi rinitis alergi berdasarkan rekomendasi dari =*-Iniative

    #RI# (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun !''>, yaitu berdasarkan sifat

    berlangsungnya dibagi menjadi

    5

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    6/22

    1. Intermiten (kadang%kadang) bila gejala kurang dari hari?minggu atau kurang dari

    minggu.

    !. 4ersisten?menetap bila gejala lebih dari hari?minggu dan atau lebih dari minggu 5.

    $edangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi

    1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai,

    berolahraga, belajar, bekerja dan hal%hal lain yang mengganggu.

    !. $edang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas 5.

    2.# Patofisiologi

    Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang dia+ali dengan tahap sensitisasi dan

    diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari ! fase yaitu immediate phase allergic

    reactionatau reaksi alergi fase cepat (R#@A) yang berlangsung sejak kontak dengan alergen

    sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reactionatau reaksi alergi fase lambat

    (R#@/) yang berlangsung !% jam dengan puncak &%< jam (fase hiper%reaktiitas) setelah

    pemaparan dan dapat berlangsung !%< jam.

    6

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    7/22

    4ada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit

    yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap alergen

    yang menempel di permukaan mukosa hidung. $etelah diproses, antigen akan membentuk

    fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul */# kelas II membentuk komplek

    peptide 6*A kelas II (a!or "istocompatibility Comple#) yang kemudian dipresentasikan

    pada sel 3 helper (3h'). emudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (I/%

    1) yang akan mengaktifkan 3h' untuk berproliferasi menjadi 3h1 dan 3h!. 3h! akan

    menghasilkan berbagai sitokin seperti I/%, I/%, I/%5, dan I/%1.

    I/% dan I/%1 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit 0, sehingga sel

    limfosit 0 menjadi aktif dan akan memproduksi imunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah

    akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil

    (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. 4roses ini disebut sensitisasi yang

    menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. 0ila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar

    alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi

    degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator

    kimia yang sudah terbentuk (Performed ediators) terutama histamin. $elain histamin juga

    dikeluarkan$e%ly &ormed ediatorsantara lain prostaglandin "! (4G"!), /eukotrien "

    (/3 "), /eukotrien A (/3 A), bradikinin,Platelet Activating &actor(4#@), berbagaisitokin (I/%, I/%, I/%5, I/%&, G6%A$@ ('ranulocyte acrophage Colony (timulating

    &actor) dan lain%lain. Inilah yang disebut sebagai Reaksi #lergi @ase Aepat (R#@A).

    *istamin akan merangsang reseptor *1 pada ujung saraf idianus sehingga

    menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin%bersin. *istamin juga akan menyebabkan

    kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat

    sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat asodilatasi sinusoid.

    $elain histamin merangsang ujung saraf 9idianus, juga menyebabkan rangsangan pada

    mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaranInter Cellular Adhesion olecule )(IA#61).

    4ada R#@A, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang

    menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak

    berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak &%< jam setelah

    pemaparan. 4ada R#@/ ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi

    seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan

    sitokin seperti I/%, I/%, I/%5 dan 'ranulocyte acrophag Colony (timulating &actor(G6%

    7

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    8/22

    A$@) dan IA#61 pada sekret hidung. 3imbulnya gejala hiperaktif atau hiperresponsif hidung

    adalah akibat peranan eosinofil dengan mediator inflamasi dari granulnya seperti

    *osinophilic Cationic Protein(EA4),*osiniphilic Derived Protein(E"4),a!or Basic

    Protein(604), dan*osinophilic Pero#idase(E4-). 4ada fase ini, selain faktor spesifik

    (alergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau

    yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi5.

    "engan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar terdiri

    dari

    1. Respon primer

    3erjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (#g). Reaksi ini bersifat non spesifik dan

    dapat berakhir sampai disini. 0ila #g tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi

    berlanjut menjadi respon sekunder.

    !. Respon sekunder

    Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem

    imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. 0ila #g berhasil dieliminasi

    pada tahap ini, reaksi selesai. 0ila #g masih ada, atau memang sudah ada defek darisistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

    . Respon tersier

    Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat

    sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi #g oleh tubuh.

    Gell dan Aoombs mengklasifikasikan reaksi ini atas tipe, yaitu tipe 1, atau reaksi

    anafilaksis (immediate hypersensitivity), tipe ! atau reaksi sitotoksik, tipe atau reaksi

    kompleks imun dan tipe atau reaksi tuberkulin (delayed hypersensitivity). 6anifestasi klinis

    kerusakan jaringan yang banyak dijumpai di bidang 3*3 adalah tipe 1, yaitu rinitis alergi.

    2.$ %e&ala

    Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. $ebetulnya bersin

    merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan

    sejumlah besar debu. *al ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkansendiri (self cleaning process). 0ersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali

    8

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    9/22

    setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. "isebut juga sebagai bersin

    patologis.. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat,

    hidung dan mata gatal, yang kadang%kadang disertai dengan banyak air mata keluar

    (lakrimasi).

    3anda%tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. 3anda hidung

    termasuk lipatan hidung melintang 8 garis hitam melintang pada tengah punggung hidung

    akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat

    dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. /ubang hidung bengkak. "isertai

    dengan sekret mukoid atau cair. 3anda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti

    konjungtia, lingkar hitam diba+ah mata (allergic shiner).

    3anda pada telingatermasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil

    dari hambatan tuba eustachii. 3anda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia

    submukosa jaringan limfoid. 3anda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara.

    Gejala lain yang tidak khas dapat berupa batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi,

    penekanan pada sinus dan nyeri +ajah,post nasal drip. 0eberapa orang juga mengalami

    lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur&.

    2.' Diagnosis

    !.>.1 #namnesis

    #namnesis sangat penting, karena seringkali serangan tidak terjadi diahdapan

    pemeriksa. *amper 5' diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rinitis alergi

    yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. $ebetulnya bersin merupakan gejala

    yang normal, terutama pada pagi hari atau bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu.

    *al ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning

    process). 0ersin ini terutama merupakan gejala pada R#@A dan kadang%kadang pada R#@/

    sebagai akibat dilepaskannya histamin. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan

    banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang%kadang disertai dengan

    banyak air mata keluar (lakrimasi). $ering kali gejala yang timbul tidak lengkap, terutama

    pada anak. adang%kadang keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu%

    satunya gejala yang diutarakan oleh pasien5.

    9

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    10/22

    !.>.! 4emeriksaan fisik

    4ada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, ber+arna pucat atau liid

    disertai adanya sekret encer yang banyak. 0ila gejala persisten, mukosa inferior tampak

    hipertrofi. 4emeriksaan nasoendoskopi dapat dilakukan bila fasilitas tersedia. Gejala spesifik

    lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah ba+ah mata yang terjadi karena

    stasis ena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. $elain dari itu

    sering juga tampak anak menggosok%gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan.

    eadaan ini disebut allergic salute. eadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan

    mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga ba+ah, yang

    disebut allergic crease. 6ukut sering terbuka dengan lengkung langit%langit yang tinggi,

    sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid). "inding

    posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance), serta dinding lateral

    faring menebal. /idah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)5.

    !.>. 4emeriksaan penunjang

    !.>..1. In itro

    *itung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. "emikian pula

    pemeriksaan IgE total (prist+paper radio immunosorbent test) sering kali menunjukan nilai

    normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain

    rinitis alergi juga menderita asma bronchial atau urtikaria. 4emeriksaan ini berguna untuk

    prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat

    alergi yang tinggi.

    /ebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik denganRA((Radio Immuno

    (orbent est) atau*-I(A(*nyme -ined Immuno (orbent Assay est). 4emeriksaan sitologi

    hidung dari sekret hidung atau kerokan mukosa +alaupun tidak dapat memastikan diagnosis,

    tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. "itemukannya eosinofil dalam jumlah banyak

    menunjukan kemungkinan alergi inhalan. Bika basofil ( C 5sel?lap) mungkin disebabkan alergi

    makanan, sedangkan jika ditemukan sel 46D menunjukan adanya infeksi bakteri.

    10

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    11/22

    !.>..!. In io

    #lergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan

    atau intradermal yang tunggal atau berseri ((in *nd+point itration / (*). $E3 dilakukan

    untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi yang

    bertingkat kepekatannya. euntungan $E3, selain alergen penyebab juga derajat alergi serta

    dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.

    ntuk alergi makanan, uji kulit yang dilakukan adalahIntracutaneus Provocative

    Dilutional &ood est(IPD&), namun sebagai baku emas dapat dilakukan dengan diet

    eliminasi dan prookasi 0Challenge est1.#lergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh

    dalam +aktu ! minggu. arena itu pada 2Challenge est3, makanan yang dicurigai diberikan

    pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. 4ada diet

    eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika

    gejala menghilang dengan meniadakan satu jenis makanan5.

    !.>... @oto polos sinus paranasal?A3 $can?6Ri.

    "ilakukan bila ada indikasi keterlibatan sinus paranasal, seperti adakah komplikasi

    rinosinusitis, menilai respon terhadap terapi dan jika direncanakan tindakan operasi

    >

    .

    2.( Penatala"sanaan

    3ujuan pengobatan rinitis alergi adalah

    1. 6engurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi.

    !. 4erbaikan kualitas hidup penderita sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari%hari.

    . 6engurangi efek samping pengobatan.

    . Edukasi penderita untuk meningkatkan ketaatan berobat dan ke+aspadaan terhadap

    penyakitnya. 3ermasuk dalam hal ini mengubah gaya hidup seperti pola makanan yang

    bergi2i, olahraga dan menghindari stres.

    5. 6engubah jalannya penyakit atau pengobatan kausal&.

    !.

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    12/22

    1. #ntihistamin

    #ntihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin *%1, yang bekerja secara

    inhibito rkompetitif pada reseptor *%1 sel target dan merupakan preparat farmakologik yang

    paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi. 4emberian dapat dalam

    kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral.

    #ntihistamin dibagi dalam ! golongan yaitu golongan antihistamin generasi%1 (klasik)

    dan generasi%! (non sedatif). #ntihistamin generasi%1 bersifat lipofilik sehingga dapat

    menembus sa+ar darah otak (mempunyai efek pada $$4) dan plasenta serta mempunyai efek

    kolinergik. Fang termasuk kelompok ini antara lain adalah difenhidramin, klorfeniramin,

    prometasin, siproheptadin, sedangkan yang dapat diberikan secara topical adalah a2elastin.

    #ntihistamin generasi%! bersifat lipofobik sehingga sulit menembus sa+ar darah otak.

    0ersifat selektif mengikat reseptor *%1 perifer dan tidak mempunyai efek antikolinergik,

    antiadrenergik dan efek pada $$4 minimal (non%sedatif).

    #ntihistamin di absorpsi secara oral dengan cepat dan mudah serta efektif untuk

    mengatasi gejala pada respons fase cepat seperti rinore, bersin, gatal, tetapi tidak efektif

    untuk mengatasi gejala obstruksi hidung pada fase lambat. #ntihistamin non sedatie dapat

    dibagi menjadi ! golongan menurut keamanannya. elompok pertama adalah astemisol danterfenadin yang mempunyai efek kardiotoksik. 3oksisitas terhadap jantung tersebut

    disebabkan repolarisasi jantung yang tertunda dan dapat menyebabkan aritmia entrikel,

    henti jantung dan bahkan kematian mendadak (sudah ditarik dari peredaran). elompok

    kedua adalah loratadin, setirisin, feofenadin, desloratadin dan leosetirisin5.

    !. "ekongestan hidung oral preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa5.

    . 4reparat kortikosteroid, dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat respons fase

    lambat tidak berhasil diatasi dengan obat lain. Fang sering dipakai adalah kortikosteroid

    topikal (beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat dan

    triamsinolon). ortikosteroid topical bekerja untuk mengurangi jumlah sel mastosit pada

    mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil, mengurangi aktifitas

    limfosit, mencegah bocornya plasma. *al ini menyebabkan epitel hidung tidak hiperresponsif

    terhadap rangsangan alergen (bekerja pada respon fase cepat dan lambat)5.

    . 4reparat anti kolinergik topical adalah ipratropium bromida, bermanfaat untuk mengatasirinore karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor.

    12

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    13/22

    !.

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    14/22

    /#4-R#D #$$

    .1 IDENTITAS PASIEN

    Dama 3n. #

    mur > tahun

    Benis kelamin /aki%laki

    #lamat alibata

    4ekerjaan 4ensiunan

    4endidikan $1

    #gama Islam

    $uku Ba+a

    3anggal periksa Rabu, 1< Doember !'15

    .2 ANA+NESIS

    #namnesis dilakukan pada tanggal 1< Doember !'15 secara autoanamnesis.

    A. eluhan tama

    0ersin lebih dari < kali pada pagi hari sejak & bulan

    B. eluhan 3ambahan

    eluar ingus banyak

    ,. Ri+ayat 4enyakit $ekarang

    4asien datang ke 4oli 3*3 I dengan keluhan bersin%bersin lebih dari < kali tiap

    serangan, sejak & bulan. 4asien bersin terutama pada pagi hari dan jika naik angkutan

    umum tidak menggunakan masker. 4asien juga mengeluh setelah bersin diikuti

    dengan keluar ingus banyak, jernih, tidak berbau dan encer, sehingga pasien seakan%

    akan pilek. 3etapi keluhan ini hilang timbul, tidak sepanjang hari. $etelah bersin

    pasien menggosok%gosok hidung karena gatal sehingga hidung merah dan pasien

    merasa hidungnya mengeras serta mata berair. 4asien memilki alergi terhadap

    makanan laut, jika memakan makanan laut, mata pasien berair dan timbul bentol%

    bentol yang gatal di badan. 3idak ada demam, diare(%), mual (%), muntah (%), sakit

    telinga (%), sakit tenggorok (%) dan tidak ada ri+ayat batuk berulang tiap bulan. 4asien

    tidak merokok dan pasien tidak minum alkohol. 4asien sedang tidak ada beban

    pikiran. 4asien tidur di kasur berbahan kapuk. 4asien memiliki ri+ayat diabetes

    mellitus tipe II terkontrol dengan glikuidon.

    D. Ri+ayat 4enyakit "ahulu

    14

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    15/22

    "iabetes 6ellitus tipe II terkontrol dengan glikuidon

    E. Ri+ayat 4enyakit eluarga

    #sma

    "iabetes 6ellitus

    *ipertensi

    F. Ri+ayat ebiasaan 4ribadi

    #lergi makanan laut

    %. Ri+ayat 4engobatan

    4asien belum pernah berobat dan pergi ke dokter untuk mengurangi keluhan

    pasien.

    $aat ini pasien mengonsumsi obat glikuidon.

    . PE+E-IKSAAN FISIK

    $3#3$ GEDER#/I$

    eadaan umum 3ampak sakit ringan

    esadaran Aompos mentis

    3ekanan darah 1!'?

    $uhu &,>oA

    epala Dormocephali

    6ata A# %?%, $I %?%

    /eher G0 tidak teraba membesar

    3horaks "alam batas normal

    #bdomen "alam batas normal

    Ekstremitas "alam batas normal

    4E6ERI$##D @I$I 3E/IDG#

    #D#D 3E/IDG# /#R IRI

    Dormotia 0entuk Dormotia

    15

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    16/22

    Dormal, nyeri tarik(%) #uricula Dormal,nyeri tarik(%)

    Dormal, nyeri tekan(%), tidak

    ada benjolan

    Retroauricula Dormal, nyeri tekan(%), tidak

    ada benjolan

    Dyeri tekan(%) 4re auricular Dyeri tekan(%)

    Dormal Infra auricular Dormal

    #D#D /I#DG 3E/IDG# IRI

    /apang /apang?$empit /apang

    6erah muda =arna Epidermis 6erah muda

    3idak ada $ekret 3idak ada

    3idak ada $erumen 3idak ada

    3idak ditemukan elainan /ain 3idak ditemukan

    #D#D 6E60R#D 3I64#DI IRI

    Intak 0entuk Intak

    4utih seperti mutiara =arna 4utih seperti mutiara

    (H) Reflek cahaya (H)

    (%) 4erforasi (%)

    3idak ditemukan elainan 3idak ditemukan

    16

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    17/22

    BI 4ED"EDG#R#D

    #D#D 3E/IDG# IRI

    3idak dilakukan 3es 0erbisik 3idak dilakukan

    (H) Rinne (H)

    3idak ada lateralisasi =eber 3idak ada lateralisasi

    $ama dengan pemeriksa $ch+abach $ama dengan pemeriksa

    BI E$EI60#DG#D

    #D#D 3E/IDG# IRI

    "alam batas normal Romberg "alam batas normal

    "alam batas normal Romberg dipertajam "alam batas normal

    "alam batas normal 3elunjuk%telunjuk "alam batas normal

    "alam batas normal 3elunjuk%hidung "alam batas normal

    4E6ERI$##D @I$I *I"DG

    #D#D *I"DG IRI

    Dormal 0entuk *idung /uar Dormal

    3idak ditemukan "eformitas 3idak ditemukan

    3idak ada

    3idak ada

    Dyeri 3ekan

    "ahi

    4ipi

    3idak ada

    3idak ada

    17

    Tes Audiometri : Tidakdilakukan

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    18/22

    3idak ditemukan repitasi 3idak ditemukan

    #D#D RID-$-4I

    #D3ERI-R

    IRI

    3enang 9estibulum Dasi 3enang

    $empit, massa (%) Aaum nasi $empit, massa (%)

    /iid 6ukosa /iid

    *ipertrofi, liid, licin onka 6edia *ipertrofi, liid, licin

    *ipertrofi, liid, licin onka Inferior *ipertrofi, liid, licin

    #da sekret 6eatus Dasi #da secret

    3idak ada "eiasi $eptum 3idak ada

    #da, encer, jernih, tidak bau $ekret #da, encer, jernih, tidak bau

    3idak ada 6assa 3idak ada

    3idak ada elainan /ain 3idak ada

    #D#D RID-$-4I

    4-$3ERI-R

    IRI

    /apang oana /apang

    6erah muda 6ukosa konka 6erah muda

    (%) $ekret (%)

    $ulit dinilai 6uara 3uba Eustachius $ulit dinilai

    (%) 6assa (%)

    18

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    19/22

    #D#D 3R#D$I/6ID#$I IRI

    ! $inus @rontal !

    ! $inus 6aksila !

    6ulut

    Gigi 4remolar 1 tenang, molar 1 tenang

    4remolar ! tenang, molar ! tenang

    Gusi 6erah muda

    /idah 3enang

    elenjar liur (salia) 3idak membesar

    elainan lain 3idak ada

    /eher

    elenjar limfoid 3idak membesar

    elenjar lain 3idak ada

    4E6ERI$##D @I$I 3EDGG-R-

    @#RIDG *asil 4emeriksaan

    "inding @aring 3idak hipertrofi, tidak bergranul

    6ukosa 6erah muda

    ula "itengah

    19

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    20/22

    #rkus @aring $imetris, tidak hiperemis

    3-D$I/ *asil 4emeriksaan

    4embesaran 31%31

    ripta 3idak melebar

    "estritus 3idak ada

    4erlekatan 3idak ada

    $ikatrik 3idak ada

    /aringoskopi Indirek *asil pemeriksaan

    9alekula 3enang

    Epiglotis 3enang

    #ritenoid 3enang

    4lika interaritenoid 3idak terlihat

    4lika entrikularis 3idak terlihat

    4lika okalis $imetris, nodul (%)

    $inus morgagni 3idak terlihat

    $inus piriformis 3idak terlihat

    Aincin trakea 3idak terlihat

    6assa ? elainan lain 3idak ada

    .! -esme /

    4asien datang ke 4oli 3*3 I dengan keluhan bersin%bersin lebih dari < kali

    20

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    21/22

    tiap serangan, sejak & bulan. 4asien bersin terutama pada pagi hari dan jika naik angkutan

    umum tidak menggunakan masker. 4asien juga mengeluh setelah bersin diikuti dengan keluar

    ingus banyak, jernih, tidak berbau dan encer, sehingga pasien seakan%akan pilek. 3etapi

    keluhan ini hilang timbul, tidak sepanjang hari. $etelah bersin pasien menggosok%gosok

    hidung karena gatal sehingga hidung merah dan pasien merasa hidungnya mengeras serta

    mata berair. 4asien memilki alergi terhadap makanan laut, jika memakan makanan laut, mata

    pasien berair dan timbul bentol%bentol yang gatal di badan. 3idak ada demam, diare(%), mual

    (%), muntah (%), sakit telinga (%), sakit tenggorok (%) dan tidak ada ri+ayat batuk berulang tiap

    bulan. 4asien tidak merokok dan pasien tidak minum alkohol. 4asien sedang tidak ada beban

    pikiran. 4asien memiliki ri+ayat diabetes mellitus tipe II terkontrol dengan glikuidon. 4asien

    tidur di kasur berbahan kapuk.

    4ada pemeriksaan 3*3

    1. 3elinga dalam batas normal.

    !. *idung hidung kanan kiri estibulum nasi tenang, epidermis tenang, caum nasi sempit,

    mukosa liid, konka media dan inferior hipertrofi liid licin, meatus inferior keluar secret

    jernih encer dan tidak berbau.

    . 3enggorok dalam batas normal.

    .# Diagnosa "e0&a Rinitis #lergi

    .$ Diagnosa anding Rinitis asomotor, Rinitis hipertrofi

    .' Peme0i"saan an&0an

    #pusan hidung dari ba+ah konka inferior

    $kin prick test

    IgE spesifik dengan E/I$# (En2yme /inked Immuno $orbent #ssay 3est)

    .( -enana *enatala"sanaan

    6edikamentosa Aetiri2ine 1' mg 1 per hari

    Don medikamentosa 1. *indari faktor pencetus makanan laut dan debu

    !. 4akai masker bila naik angkutan umum atau ke

    daerah yang berdebu

    . asur jangan berbahan kapuk

    . Ganti seprai 1 minggu sekali

    5. Rutin membersihkan kamar

    &. 6inum obat teratur

    21

  • 7/25/2019 case report dewi.docx

    22/22

    .) P0ognosis

    #d itam ad bonam

    #d functionam dubia ad bonam

    #d sanationum ad bonam

    0#0 I9

    "#@3#R 4$3##

    1. 9alentine 6", 4laut 6.Allergic Rhinitis. In 3he De+ England Bournal of 6edicine.

    #ailable from R/ +++.nejm.org. #rticle last update !''5.

    !. =*- #RI# !''. rouse B*. #llergic and Don allergic Rhinitis. In 0ailey 0B. Bohnson B3 et al editors.

    -tolaryngologi *ead and Deck $urgery, thEd 9ol.1. /ippincott =illiams and =ilkins. !''&.

    22

    http://www.nejm.org/http://www.nejm.org/