kti neli

Upload: yosi-klub-teroriz

Post on 11-Oct-2015

62 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG NAKULA RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMI SEMARANG TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAHDisusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan di STIKes BHAMADA SlawiDisusun Oleh :Nama : NELI MARDIATINIM : A0011056

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI MANDALA HUSADA 2014

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini dipersembahkan untuk :1. Kedua orang tua saya, terima kasih buat Ibu dan Bapak atas kasih sayang yang tak terhingga yang kalian berikan kepada saya, keikhlasan dan ketulusan kalian dalam membesarkan saya, maafkan saya atas semua kekhilafan saya selama ini, doa dan senyum kalian adalah pelita hati saya. Semoga persembahan ini akan menjadi awal buat saya untuk memenuhi harapan kalian. Amin.2. Untuk Kakak-kakak ku tersayang (M. Khafid, Agus Pramono, Amrulloh, Novi Kusuma Dewi). Terima kasih atas support, dukungan, dan doa yang selalu berikan selama ini.3. Untuk orang yang saya sayangi dan cintai,AHMAD EFENDI, yang selalu memberikan doa dan suportnya sampai Karya Tulis Ilmiah ini selesai.4. Keluarga besar almamater STIKes Bhamada Slawi, semua dosen-dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu Pengetahuan.5. Untuk bapak Agus Budianto, S.Kep.,Ns, M.Kep terima kasih telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbingku dalam penyelesaian KTI ini.6. Buat semua teman - teman sejawat dan seperjuangan angkatan 2011 D3 Keperawatan di STIKes Bhamada Slawi semoga kalian sukses selalu.

CURICULUM VITAE

Nama: Neli MardiatiTempat, Tanggal Lahir: Tegal, 20 Desember 1989Jenis Kelamin : PerempuanAgama : IslamAlamat: Jl. Imam Bonjol RT 07 RW 08 No. 6 Desa Dukuhwaru Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten TegalNo. HP : 0857 2222 3281Nama orang tua : 1. Bapak Sugeng 2. Ibu MukhayahInstitusi: STIKes Bhakti Mandala Husada SlawiAngkatan: 2011 / 2012Riwayat Pendidikan 1. SD Negeri Kudaile 05 Lulus Tahun 20022. SMP Negeri 1 Slawi Lulus Tahun 20053. SMA Negeri 1 Dukuhwaru Lulus Tahun 20084. STIKes BHAMADA Slawi

Persetujuan Ujian Sidang Karya Tulis IlmiahYang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwaLaporan Kasus yang berjudul :

ASUHAN KERERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG NAKULA RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANGTAHUN 2014

Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama: NELI MARDIATI Nim : A0011056

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing KTI untuk diseminarkan dalam Ujian Sidang KTI pada tanggal 18 juli 2014

Pembimbing,

Agus Budianto, S.Kep. Ns.M.KepNIPY : 1971.07.09.98.012

Pengesahan Karya Tulis IlmiahYang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwaLaporan Kasus yang berjudul :

ASUHAN KERERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG NAKULA RSJD Dr. AMINO GONDHOHUTOMO SEMARANGTAHUN 2014

Dipersiapkan dan disusun oleh : Nama: NELI MARDIATI Nim : A0011056

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 22 Juli 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji I,

Firman Hidayat, M.Kep., Ns., Sp. Kep. J NIPY : 1974.031.09.70.09

Penguji II,

Agus Budianto, S.Kep. Ns.M.Kep NIPY : 1971.07.09.98.012

KATA PENGANTARAlhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN. Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan di STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan yang tak ternilai harganya dalam persiapan, pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu kepada :1. Risnanto, SST, M. Kes, Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi2. Arifin Dwi Atmaja, S. Kep., Ns selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi3. Agus Budianto, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan4. Firman Hidayat, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji Karya Tulis Ilmiah5. Seluruh dosen Prodi DIII Keperawatan STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis6. Ayah, Ibu dan kakak tercinta, terima kasih yang telah memberikan semangat, dorongan, doa dan motivasi7. Seluruh rekan rekan mahasiswa DIII Keperawatan STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi8. Semua pihak yang telah ikut serta membantu hingga terselesainya Karya Tulis IlmiahPenulis menyadari bahwa dalam pnyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematiknya.Oleh karena itu, dengan segala krendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan tenaga keperawatan khususnya. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Slawi, 18 Juli 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiHALAMAN PERSEMBAHANiiCURICULUM VITAEiiiHALAMAN PERSETUJUANivHALAMAN PENGESAHANvKATA PENGANTARviDAFTAR ISIviiiBAB I PENDAHULUANiA. Latar Belakang1B. Tujuan Penulisan31. Tujuan Umum32. Tujuan Khusus 3C. Metode Penulisan41. Observasi 42. Wawancara 43. Study Dokumentasi 44. Study Kepustakaan 4D. Manfaat Penulisan 41. Akademik 42. Tenaga Keperawatan 43. Klien dan Keluarga 54. Penulis 5BAB II TINJAUAN TEORIA. Definsi 6B. Etiologi 7C. Akibat 9D. Tanda dan Gejala 10E. Jenis jenis Halusinasi 10F. Pohon Masalah 11G. Penatalaksanaan 12H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 151. Pengkajian Keperawatan 152. Diagnosa Keperawatan 173. Intervensi Keperawatan 17BAB IIITINJAUAN KASUSA. Pengkajian 261. Identitas Klien 262. Riwayat Kesehatan Klien 273. Pemeriksaan Fisik 274. Psikososial 285. Status Mental 306. Kebutuhan Persiapan Pulang 327. Mekanisme Koping 338. Masalah Psikologis dan Lingkungan 349. Aspek Medis 34B. Analisa Data 35C. Daftar Masalah Keperawatan 36D. Pohon Masalah 36E. Perencanaan 37F. Tindakan 46BAB IV PEMBAHASANA. Pengkajian Keperawatan 53B. Diagnosa Keperawatan 55C. Intervensi Keperawatan 56D. Implementasi 58E. Evaluasi 60BAB V PENUTUPA. Kesimpulan63B. Saran64DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan bagian integral atau suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa itu sendiri menurut WHO (2006) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Sedangkan menurut UU No 23 kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI, 2000).Menurut WHO (2006) kesehatan jiwa di dunia mencapai 450 juta orang hal ini merupakan masalah yang paling fenomenal, karena prevalensinya mencapai 76-85%. Sedangkan di Indonesia, prevalensi gangguan jiwa sebesar 11,6% dari 150 juta populasi orang yaitu sekitar 1.740.000 (RisKesdas, 2007).Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2012) menyebutkan 923 jiwa mengalami gangguan jiwa yang tidak mendapat pengobatan apapun, 818 jiwa masih dirawat di Rumah Sakit Jiwa dan 475 jiwa dalam pengobatan rawat jalan. Dan menurut data dari RSJD Dr. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG (2010) merupakan urutan pertama dengan prevalensi terbanyak yang mengalami gangguan jiwa di jawa tengah yaitu 431 jiwa. Di buktikan dengan data Halusinasi (41%) Perilaku Kekerasan (39,2%), Isolasi Sosial (11,7%), Waham (2,8%), Harga Diri Rendah (2,1%), Depresi (16,9%), Bunuh Diri (2,3%). Sedangkan prevalensi terbanyak halusinasi adalah halusinasi pendengaran, yaitu 9% dan 6% halusnasi penglihatan.Diprediksi pada tahun 2015 kasus dengan gangguan jiwa didunia akan meningkat hingga 15% hal ini di sebabkan oleh semakin banyak populasi penduduk maka semakin menjadi permasalahan pada sumber daya manusia, hal ini menunjukkan bahwa upaya upaya pemerintah dalam menangani kasus gangguan jiwa khususnya halusinasi tidak banyak berhasil. Banyak penderita halusinasi yang kembali mengalami halusinasi dan menjalani rawat inap.Berdasarkan data diatas, masalah gangguan jiwa yang paling banyak yaitu mengalami halusinasi pendengaran. Sehingga Penulis tertarik untuk mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG NAKULA RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan UmumUntuk mengetahui gambaran nyata tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran 2. Tujuan khususa. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaranb. Membuat diagnosa keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaranc. Melakukan intervensi keperawatan kepada klien gangguan persepsi sensori:halusinasi pendengarand. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengarane. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaranf. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengarang. Dapat membandingkan kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang penulis dapatkan.

C. METODE PENULISANDalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah digunakan beberapa metode adapun mengenai metodenya dapat dijelaskan dibawah ini, yaitu : 1. Observasi Mengamati klien secara langsung untuk memperoleh gambaran nyata sesuai kondisi klien.2. WawancaraMengadakan komunikasi secara langsung pada orang tua klien, perawat ruangan, dan dokter untuk mengetahui dan melengkapi data tentang keluhan dan permasalahan yang dirasakan oleh klien.3. Study dokumentasiDengan mengumpulkan data mengenai klien berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang dan catatan medis.4. Study KepustakaanDengan mempelajari literatur dari internet

D. MANFAAT PENULISAN1. AkademikHasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi pendidikan DIII keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan keperawatan jiwa dimasa yang akan datang.2. Tenaga KeperawatanSebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di RS untuk menambah pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa khususnya dengan kasus halusinasi pendengaran.3. Klien dan KeluargaSebagai bahan masukan bagi klien dan keluarga dalam menangani, merawat dan mencegah masalah klien dengan halusinasi pendengaran 4. PenulisSebagai pengetahuan dan infomasi dalam memberikan dan mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien halusinasi pendengaran

52

26

BAB IITINJAUAN TEORI

A. DefinisiHalusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghirupan (Direja, 2011). Sedangkan menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari suara sederhana sampai suara berbicara mengenai klien sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (keliat, 2006). Sedangkan menurut Maramis (2005), halusinasi pendengaran adalah mendengar suara manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsangan apapun.Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalaui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana klien mendengar suara, terutamanya suara suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu hal sehingga klien berespon terhadap suara tersebut.

B. Etiologi1. Faktor PredsposisiMenurut Stuart dan Sundeen (2007), ada beberapa factor penyebab terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor psikologs, dan faktor social budaya. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing masing faktor adalah sebagai berikut :a. Faktor biologisAbnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologist maladadtif yang baru mulai dipahami, antara lain termasuk hal hal berikut :1) Penelitian pencitraan otak mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamine dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.3) Faktor genetik, hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor PsikologisKeluarga, pengasuh dan lingkungan klien yang sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakkan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.c. Faktor Sosial BudayaStress yang menumpuk dapat menunjang awalan terjadinya skizofrenia dan gangguan psikotik lain, tapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan jiwa.2. Faktor PresipitasiMenurut Stuart dan Sundeen (2007), ada beberapa faktor prepitasi terjadinya gangguan halusinasi, yaitu faktor biologis, faktor stress lingkungan, dan faktor sumber koping. Adapun penjelasan yang lebih detail dari masing masing faktor tersebut adalah sebagai berikut ini :a. Faktor BiologisGangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

b. Faktor Stres lingkunganAmbang toleransi terhadap stress yang ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.c. Faktor Sumber koping Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. AkibatAdanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2006). Sama halnya dengan Townsend (2000), akibat dari halusinasi dapat menciptakan keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan orang lain menunjukkan perilaku, seperti : klien mendengar atau melihat objek yang mengancam, pasien merasa takut, cemas dan khawatir, wajah tegang, dan merah.

D. Tanda dan GejalaMenurut Hamid (2000) perilaku klien yang mengalami halusinasi pendengaran dapat teramati sebagai berikut :1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. 3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. 4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.

E. Jenis - Jenis Halusinasi Menurut Kusumawati dan Yudi (2011), jenis-jenis halusinasi terbagi menjadi beberapa jenis adapun penjelasannya dapat dilihat dibawah ini, antara lain sebagai berikut : 1. Halusinasi pendengaran adalah mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas, dimana terkadang suara-suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintah klien untuk melakukan sesuatu.2. Halusinasi penglihatan adalah stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.3. Halusinasi penghidu adalah mencium bau-bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang, atau dimensia.4. Halusinasi pengecapan adalah merasa mengecap rasa seperti darah, urine, feses atau yang lainnya.5. Halusinasi perabaan adalah merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.6. Halusinasi cenesthetic adalah merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan, makanan atau pembentukan urine.7. Halusinasi kinesetika adalah merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

F. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan ( Akibat )

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi ( Core Problem )

Isolasi sosial : Menarik diri ( Penyebab )

Pohon masalah halusinasi ( Sumber : Keliat, 2006 )

G. PentalaksanaanMenurut Townsend (2000), ada dua jenis penatalaksanaan yaitu sebagai berikut : 1. Farmakologia. Chlorpromazin1) Klasifikasi sebagai antipsikotik, antiemetic.2) IndikasiPenanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase mania pada gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan.3) Mekanisme KerjaMekanisme kerja antipsiotik yang yepat belum dipahami sepenuhnya, namun mungkin berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik dapat menyekat reseptor dopamine post sinaps pada ganglia basal, hipotalamus, system limbik, batang otak dan medula.4) Kontra IndikasiHipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi sum-sum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 bulan dan wanita selama kehamilan dan laktasi.5) Efek SampingSedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipotensi, ortostatik, hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.b. Haloperidol (HLP)1) Klasifikasi antipsikotik, neuroleptik, butirofenon.2) IndikasiPenatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah prilaku berat pada ana-anak.3) Penatalaksanaan psikosis kronik dan akut, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.4) Mekanisme kerjaMekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipahami sepenuhnya, telihat menekan SSP pada tingkat subkortikal formasi reticular otak, mesenfalon dan batang otak.5) Kontra indikasiHipersensitifitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum tulang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.6) Efek sampingSedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan anoreksia.c. Trihexypenidil (THP)1) Klasifikasi antiparkinson2) IndikasiSegala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan dengan obat antiparkinson

3) Mekanisme kerjaMengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.4) Kontra indikasiHipersensitifitas terhadap obat ini, glucoma sudut tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.5) Efek sampingMengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.2. Terapi non Farmakologia. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.b. Elektro Convulsif Therapy (ECT)Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan orang lain.c. Pengekangan atau pengikatanPengembangan fisik menggunakan pengekangannya mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki sprei pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini dilakukan pada klien halusinasi yang mulai menunjukan perilaku kekerasan diantaranya : marah-marah atau mengamuk.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan1. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Menurut keliat (2006), tahap pengkajian terdir atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Adapun data yang diperoleh dari klien dengan perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran yaitu :a. Data yang Perlu dikaji 1) Perubahan persepsi sensori : halusinasi Data subyektif :a) Klien mengatakan melihat atau mendengar sesuatub) Klien tidak mampu mengenal tempat, waktu, orangc) Keluarga klien mengatakan klien mudah tersinggungData obyektif :a) Klien terlihat bicara, senyum, dan tertawa sendirib) Ekspesi muka tegangc) Klien tdak dapat memusatkan pehatiand) Klien terlihat menarik diri2) Isolasi Sosial : Menarik DiriData subyektif :Klien mengatakan tidak yakin dapat melangsungkan hidup, merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu klien merasa kesepian.Data obyektif :a) Klien terlihat sedih dan afek tumpulb) Klien terlihat tidak memiliki teman dekatc) Klien tidak komunikatifd) Klien terlihat asyik dengan pikirannya sendiri3) Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan Data Subyektif :a) Klien mengatakan marah pada orang tuanyab) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.Data Obyektif :a) Mata merah, wajah agak merahb) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasaic) Pandangan tajamd) Jalan mondar mandire) Mengepalkan tangan

2. Diagnosa Ada beberapa diagnosa keperawatan yang sering ditemukan pada klien dengan halusinasi menurut Keliat (2006) yaitu:1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi Pendengaran 2. Isolasi Sosial : Menarik Diri3. Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

3. Intervensi Diagnosa 1: Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaranTujuanUmum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminyaTujuan Khusus:1. Bina hubungan saling percayaTindakan:a. Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)b. Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)c. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)2. Membantu klien mengenal halusinasiTindakan :a. Membantu klien mengenal halusinasi :1) Menanyakan apakah ada suara-suara yang didengar, melihat sesuatu, merasakan, mencium2) Mengatakan kepada klien bahwa orang lain tidak mengalami3) Mengatakan bahwa perawat akan membantu b. Mendiskusikan dengan klien tentang :1) Situasi yang dapat menimbulkan dan tidak menimbulkan halusinasi2) Waktu terjadinya halusinasi3) Frekwensi halusinasic. Memberikan reinforcement positif3. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menghardikTindakan :a. Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : menghardikb. Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (menghardik)c. Memberikan reinforcement positif4. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lainTindakan :a. Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : menemui orang lain.b. Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (menemui orang lain) untuk diskusi tentang halusinasi yang dialaminyac. Memberikan reinforcement positif

5. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukanTindakan :a. Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : melakukan kegiatan yang biasa dilakukanb. Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (melakukan kegiatan yang biasa dilakukan) untuk diskusi tentang halusinasi yang dialaminyac. Memberikan reinforcement positif6. Membimbing klien melakukan cara mengontrol halusinasi dengan memanfaatkan obat dengan baikTindakan : a. Membantu klien memilih dan melatih cara mengontrol halusinasi : pendkes penggunaan obat secara teraturb. Memberikan kesempatan untuk mempraktekan cara yang telah dilatih (penggunaan obat secara teratur)c. Memberikan reinforcement positif

Diagnosa 2 : Isolasi Sosial : Menarik DiriTujuanUmum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasiTujuan Khusus:1. Bina hubungan saling percayaTindakan:a. Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)b. Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)c. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)2. Membantu klien mengidentifikasi penyebab menarik diriTindakan :a. Membantu klien mengungkapkan perasaannyab. Mendiskusikan bersama klien tentang penyebab menarik diric. Memberikan reinforcement positif3. Membantu klien mengidentifikasi keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian menarik diriTindakan :a. Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila menarik dirib. Mendiskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila menarik diric. Memberikan reinforcement positif4. Membimbing klien berkenalan secara bertahap : klien perawat klien lainTindakan :a. Mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lainb. Mendorong dan membantu klien untuk berhubungan dengan orang lain secara bertahap (klien perawat klien lain)c. Memberikan reinforcement positif5. Membantu klien mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan oang lainTindakan :a. Mendiskusikan bersama klien kemampuan berhubungan dengan orang lain yang sudah tercapaib. Mendorong dan membantu klien untuk mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lainc. Memberikan reinforcement positif

Diagnosa 3 : Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkunganTujuanUmum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.Tujuan Khusus:1. Bina hubungan saling percayaTindakan:a. Salam terapeutik dan kenalan (memberikan salam, mengingatkan nama perawat dan pasien, memanggil nama panggilan yag disukai, menyampaikan tujuan interaksi)b. Melakukan evaluasi dan validasi data (menanyakan perasaan klien hari ini, memvalidasi/ evaluasi masalah klien)c. Melakukan kontrak (waktu, tempat, topik)2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasanRasional : Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat dijadikan titik awal penangananTindakan :a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel/kesalb. Bantu klien mengidentifikasi penyebab jengkelc. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan dengan sikap tenang.3. Klien mampu mengenali perasaan marahnyaRasional : Meningkatkan insight

Tindakan :a. Bantu klien untuk mengidentifikasi tanda-tanda marahb. Bantu klien untuk mengidentifikasi perasaannya saat marahc. Tanyakan pada klien apakah dengan marah bisa menyelesaikan persoaland. Katakan pada klien bahwa marah itu normal dirasakan setiap orang tetapi perlu cara-cara yang konstruktif.4. Klien mampu menilai efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lainRasional : Klien menyadari efek perilaku agresif tewrhadap diri sendiri dan orang lain yang telah dilakukannya. Tindakan :a. Tanyakan pendapat klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lainb. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benarc. Beri penjelasan lebih lanjut pada klien tentang efek perilaku agresif terhadap diri sendiri dan orang lain. 5. Klien dapat mengetahui cara menyalurkan rasa marah yang sehat.Rasional : Penyaluran rasa marah yang konstruktif dapat menghindari perilaku kekerasan.

Tindakan :a. Gali pendapat klien tentang cara untuk menyalurkan marah dengan cara yang sehat (tidak merusak lingkungan, tidak menyebabkan cedera pada diri sendiri dan orang lain).b. Beri reinforcement positif terhadap pendapat klien yang benarc. Sampaikan kepada klien cara sehat yang lain untuk menyalurkan marah : menyatakan kalimat baik tanpa menyakiti, membersihkan rumah, jalan-jalan dan berdoa.6. Klien dapat memilih / menentukan cara yang sehat untuk menyalurkan energy marah yang digunakan bila marahnya timbul.Rasional : Bila klien memilih sendiri cara yang akan digunakan saat marah, maka diharapkan klien akan melakukannya secara ikhlas.Tindakan :a. Gali pendapat klien tentang pengungkapan marah secara asertifb. Dorong klien untuk menentukan sendiri cara yang sehat untuk menyalurkan energy saat marahc. Jelaskan pada klien manfaat dan penggunaan cara tersebutd. Motivasi klien untuk melakukan cara yang sehat untuk menyalurkan rasa marah yang dipilih klien sendirie. Libatkan klien dalam terapi aktivitas kelompokf. Beri umpan balik positif pada setiap kali klien mencoba melakukan marah yang sehat.

7. Keluarga mampu membantu klien untuk berperilaku adaptifKeluarga adalah orang yang terdekat dengan klien, dengan melibatkan keluarga, maka dapat mencegah klien kambuhTindakan :a. Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda marah, penyebab marah dan cara menghadapi klien saat marahb. Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai keluarga

BAB IIITINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN PERSEPSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

A. PENGKAJIAN1. Identitas Kliena. Nama: Ny. Tb. Umur: 44 Tahunc. Jenis Kelamin: Perempuand. Alamat : Pekalongane. Pendidikan : SMAf. Pekerjaan : tidak bekerjag. Tanggal pengkajian: 17 Oktober 2013h. Tanggal masuk: 08 Oktober 2013i. No. RM: 04 42 61j. Penanggung Jawab: Tn. Sk. Hubungan dengan klien: Ayahl. Alamat : Pekalongan

2. Riwayat Kesehatan Klien1. Alasan MasukKlien mengatakan mendengar suara suara seperti angin tanpa ada wujudnya2. Faktor PredisposisiKeluarga klien mengatakan semenjak klien ditinggal menikah pacarnya, klien mulai berbicara sendiri, senyum-senyum sendiri dan klien lebih suka didalam kamar. Klien pernah dirawat di RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG tahun 2006 dan 2007. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena klien tidak minum obat secara teratur dan jarang kontrol.

3. Pemeriksaan FisikTD : : 110/70 mmHgNadi : 88 x/menitRR : 20 x/menitS : 37 CRambut: Hitam, lurusMata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterikHidung : Bersih, tidak ada polipMulut : Bersih, mukosa mulut lembab Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroidDada : Simetris, pengembangan paru kanan dan kiri samaAbdomen : Simetris, tidak ada nyeri tekanKeluhan fisik: Tidak ada

4. Psikososial a. Genogram

Ket :: Laki - laki: Perempuan: Menikah : Keturunan: Klien: Tinggal satu rumah

Klien tinggal satu rumah dengan kedua orang tuanya dan kaka kedua beserta suami dan anaknya. Klien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Dalam satu keluarga klien, tidak ada yang mengalami sakit seperti klien.

b. Konsep diri1) Gambaran diriKlien mengatakan Saya menyukai semua anggota badan saya.2) Identitas diriKlien mengatakan dirinya sebagai seorang perempuan berumur 44 tahun belum menikah. Klien bertubuh sedang tinggi dan berkulit sawo matang.3) Peran diriPeran klien dalam keluarganya sebagai anak dan adik dari 3 bersaudara. Klien mengatakan Saya ingin hidup mandiri.4) Ideal diriKlien mengatakan mempunyai keinginan agar cepat sembuh dan cepat pulang dan dapat melakukan aktifitasnya.5) Harga diriKlien merasa malu dengan keadaan dirinya yang sampai sekarang belum menikah. Klien ingin segera cepat pulang dan berkumpul dengan keluarganya.c. Hubungan socialKlien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja tidak ada masalah. Orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah Ibunya. Klien mengatakan tidak ada hambatan klien dalam berhubungan dengan orang lain.d. SpiritualKlien mengatakan agamanya islam. Sebelum sakit, klien taat beribadah. Sejak klien sakit, klien tidak pernah sholat.

5. Status mentala. Penampilan Klien telihat kurang sedikit rapi dan bersih, rambut hitam pendekb. Pembicaraan Pembicaraan klien lambat, saat diajak bicara hanya menjawab seperlunyac. Aktivitas motorikKlien telihat tegang dan gelisah, kadang kadang melamun.d. Alam PerasaanKlien mengatakan sedih, karena ditinggal nikah pacarnya. Klien takut pada suara suara sering didengarnya tanpa ada wujudnya. Klien merasa tersinggung dan marah jika ada orang yang tidak percaya dengan suara yang dia dengar.

e. Afek Afek klien labil, emosinya cepat berubah-ubah, kadang senang, sedih dan gelisah.f. Interaksi selama wawancaraSelama proses wawancara klien kooperatif dan kontak mata ada namun tidak mampu bertahan lama, sering melamun.g. PersepsiKlien mengalami halusinasi pendengaran, klien mengatakan Saya sering mendengar suara-suara seperti angin. Suara datang pada saat saya sedang sendirian dan melamun, lamanya Suara datang 10 menit sampai 20 menit. Suara datang pada waktu maghrib-maghrib dan mengajak ngobrol dengan saya. Tapi saya ngga tau dari mana asalnya jadi saya jadi bingung. Klien mulai gelisah ketika suara suara itu datang.h. Proses PikirKlien mempunyai proses pikir fligh of idea yaitu bicara klien bertumpuk-tumpuk dan muter-muter. Misalnya pada saat klien ditanya halusinasi yang dialami, klien membicarakan masa lalunya saat ditinggal pacarnya kemudian klien membicarakan halusinasi yang dialaminya.i. Isi PikirKlien ingin cepat sembuh dan tidak lagi medengar suara suara seperti angin yang tidak ada wujudnya.j. Tingkat kesadaranKlien mampu mengingat waktu, tempat dan keluarganya.k. Memory Klien diajak berkenalan dengan menyebutkan nama, alamat dan berasal dari mana. Setelah beberapa menit kemudian klien ditanya siapa nama, alamat dan beasal dari mana, klien menjawab dengan benar.l. Tingkat konsentrasi dan berhitungKlien kurang konsentrasi saat diajak untuk berhitung dan mengingat kata kata yang telah disampaikan. Disaat klien lupa, klien hanya diam dan tersenyum.m. Kemampuan perilakuKlien saat diberi pertanyaan seperti : memilih untuk mencuci tangan dulu baru makan atau makan dulu baru cuci tangan, klien menjawab cuci tangan dulu baru makan.n. Daya tarik diriKlien memandang dirinya adalah sehat, klien tidak pernah mengganggap dirinya sakit.

6. Kebutuhan persiapan pulanga. Makan Klien makan nasi dengan sayuran yang telah disediakan dari RSJ dan klien selalu makan habis dengan 1 porsib. BAB / BAKKlien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri. Klien juga mampu membersihkan diri setelah BAB / BAK.c. Mandi Klien selama di RSJ mandi sehari 2 kali, pagi dan sore tanpa bantuan. Menggosok gigi 2 kali sehari. Ganti baju sehari sekali.. klien mampu mencuci rambut sendiri.d. Berpakaian Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan. Cara berpakaian baju klien pun rapi.e. Istirahat tidurKlien selama sehari tidur 8 jam, pukul 21.00 05.00 WIB. Kadang kadang tidur siang 2 jam.f. Penggunaan obatObat yang diberikan pada klien selalu diminum dan tidak pernah dibuang.

7. Mekanisme kopingApabila klien mempunyai masalah klien lebih suka diam, pemalas dan lebih suka menghabiskan waktu dirumah.

8. Masalah Psikologis Dan LingkunganKlien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja tidak ada masalah. Orang yang paling berati adalah Ibu. Klien mempunyai masalah berhubungan dengan lingkungannya, karena klien sering senyum senyum sendiri.

9. Aspek medikTerapi medik : 1. Trihexypenidil (THP)2x2 mg2. Chlorpromazin (CPZ)2x2 mg3. Haloperidol (HLP)2x1,5 mg

B. Analisa DataNO.DATAMASALAH

1.

2.

3.Ds : Klien mengatakan mendengar suara suara seperti angin tanpa ada wujudnya. Suara datang pada waktu maghrib-maghrib dan pada saat sedang sendirian dan melamun, lamanya Suara datang 10 menit sampai 20 menit.Do : klien terlihat senyum senyum sendiri

Ds : keluarga klien mengatakan klien lebih suka di dalam kamarDo : klien banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar

Ds : Klien merasa tersinggung dan marah jika ada orang yang tidak percaya dengan suara yang dia dengar.Do : Klien terlihat gelisah ketika suara suara yang tanpa ada wujudnya muncul Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Isolasi sosial : menarik diri

Resiko mencederai diri , orang lain dan lingkungan

C. Daftar Masalah Keperawatan1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran2. Isolasi social : menarik diri3. Resiko mencederai diri , orang lain dan lingkungan

D. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri, orang lain dan( Akibat ) lingkungan

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran ( Core Problem )

Isolasi sosial : Menarik diri ( Penyebab )

E. PERENCANAANDiagnosa keperawatanRencana tindakanRasional

TujuanKriteriaEvaluasiTindakan keperawatan

Halusinasi pendengaran

TUM :klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganTUK :1. klien dapat membina hubungan saling percaya

1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi

1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutika. sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbalb. perkenalkan diri dengan sopan

c. tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukaid. jelaskan tujuan pertemuane. jujur dan menepati janjif. tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanyag. berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

Hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan selanjutnya

2. Klien dapat mengenal halusinasinya

2.1.Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi

2.1.1 Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.

2.1.2 Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara.

2.1.3 Bantu klien mengenal halusinasinyaa. Tanyakan apakah ada suara yang didengarb. Apa yang dikatakan halusinasinyac. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya. d. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itue. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.2.1.4 Diskusikan dengan klien :a. situasi yang menimbulkan / tidak menimbulkan halusinasib. waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)2.1.5 Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.

Kontak sering dan singkat selain upaya BHSP, juga dapat memutuskan halusinasi.

Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat dalam melakukan intervensi.

Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk mengungkapkan faktor pencetus halusinasinya

Dengan mengetahui isi, waktu dan frekuensi munculnya halusinasi mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien

Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi tidak berlanjut.

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.3.1 klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya3.2 klien dapat menyebutkan cara baru

3.3 klien dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien

3.4 klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi

3.5 Klien dapat mencoba cara menghilangkan halusinasi.3.5.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi.

3.5.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian

3.5.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:a. katakan saya tidak mau dengarb. menemui orang lainc. membuat jadwal kegiatan sehari-harid. meminta keluarga/ teman/ perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri.

3.5.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap

3.5.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telahdilatih, evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

Upaya untuk memutuskan siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak berlanjut

Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri pasienMemberikan alternative pilihan bagi klien untuk mengontrol halusinasi

Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu cara mengendalikan halusinasi dan dapat mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien

Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih

Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi klien akibat halusinasi

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya4.1 Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi4.1.1 Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung / pada saat kunjungan rumah):a. gejala halusinasi yang dialami klienb. cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasic. cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersamad. beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : hausinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lainUntuk mengetahui bagaimana perilaku menarik diri dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan perilaku konstruktrif dan destruktif

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik

5.1 klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.

5.2 Klien dapat mendemonstrasikn penggunaan obat dengan benar.5.3 klien dapat informasi tentang efek dan efek samping obat

5.4 klien dapat memahami akibat berhentinya obat tanpa konsultasi5.5 klien dapat menyebutkan prinsip 6 benar penggunaan obat5.1.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat.

5.1.2 Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya.

5.1.3 Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan.

5.1.4 Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.

5.1.5 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien melaksanakan program pengobatan.Menilai kemampuan kliendalam pengobatannya sendiri.

Dengan mengetahui kemampuan efek samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan setelah minum obat.Program pengobatan dapat berjalan sesuai rencana.

Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.

F. TINDAKAN Hari/Tgl/JamDx. KeperawatanTindakan keperawatanEvaluasiParaf

Kamis17-10-201308.00 WIB

Jumat,18-08-201308.00 WIB

Sabtu,19-10-201308.00.00 WIBGangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

SP 1 Halusinasi1. Melakukan BHSP kepada klien2. Mengenalkan klien kepada halusinasi meliputi : jenis, isi, waktu, frekwensi, situasi, serta respon klien3. Mengajarkan kepada klien cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik4. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian

Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 21. Mengevaluasi cara mengontrol dengan cara menghardik secara mandiri2. Mengevaluasi jadwal kegiatan3. Mengajarkan dan melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap dengan orang lain4. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan harian

SP 3 1. Mengevaluasi kegiatan harian2. Melatih klien mengontrol halusinasinya dengan melakukan kegiatan yang bisa dilakukan seperti menyapu setiap hari pagi dan sore hari3. Menganjurkan dalam kegiatan harian

S :Klien mengatakan suara itu muncul saat klien sedang melamun dan menyendiri, lamanya sekitar 10-20 menit. Suara datang pada waktu maghrib-maghrib dan mengajak ngobrol dengan saya. Tapi saya ngga tau dari mana asalnya jadi saya jadi bingung.

O : Klien terlihat berbicara sendiri, bingung dan tersenyum sendiri Klien mau berjabat tangan Klien terihat mampu mengulang cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan oleh perawat dengan cara menghardik

A : Klien mampu menyebutkan halusinasi, mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan sedikit dibantu oleh perawatP :Klien 1. Ajarkan klien untuk mempraktekkan cara menghardik secara mandiri2. Beri dukungan kepada klien untuk memasukkan jadwal harian

Perawat Evaluasi SP 1 dan lanjutkan SP 21. Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik secara mandiri2. Mengevaluasi jadwal harian klien3. Mengajarkan dan melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan becakap cakap dengan orang lain4. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

S : klien mengatakan masih mendengar suara suara angin, namun suara suara itu sudah mulai berkurang. Lamanya sekitar 10-20 menit menjadi 5-15 menit klien mengatakan mau diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap cakap dengan orang lainO : 0. Klien terlihat tenang saat interaksi0. Klien terlihat kooperatif diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap cakapA :Klien mampu memperagakan cara mengontrol halusinasi dengan cara ngobrol-ngobrol dengan orang lainP : Klien :Anjurkan latihan bercakap cakap dengan orang lain sesuai jadwal yang telah dibuat

Perawat :Evaluasi SP 2 dan lanjutkan SP 31. Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap dengan orang lain secara mandiri2. Mengevaluasi jadwal harian klien3. Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan seperti menyapu setiap hari

S : Klien mengatakan mau berlatih mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang bisa dilakukan seperti menyapu setiap hari pagi dan sore hari

O : Wajah klien terlihat lebih ceria Klien terlihat melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah seperti menyapu. Klien terlihat menyapu kamarnyaA : Klien mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah seperti menyapu

P : Klien : Jadwalkan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah seperti menyapu kedalam jadwal harian klien pagi dan sore Motivasi klien untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah seperti menyapu pagi dan sore hariNeli

Neli

Neli

BAB IVPEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada Ny. T dengan Gangguan Persepsi : Sensori Halusinasi Pendengaran yang dilaksanakan di Ruang Nakula RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, penulis akan membahas dengan metode pemecahan berdasarkan atas pendekatan proses keperawatan selama 3 hari dari tanggal 17-19 Oktober 2013. Adapun masalah-maslaah yang dibahas dalam pembahasan meliputi pengkajian, diagnosa, keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian KeperawatanMenurut Direja (2011), pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses perawatan. Pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi biologis, psikologis, social dan spiritual. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien halusinasi adalah identitas klien klien, riwayat kesehatan, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, msalah psikososial dan lingkungan, dan aspek medik (Stuart dan Sundeen, 2007). Dalam pengkajian penulis menggunakan metode wawancara dengan Ny. T observasi langsung terhadap kemampuan dan perilaku klien dan juga medical record.Hasil pengkajian pada Ny. T yaitu klien mengatakan mendengar suara-suara seperti angin tanpa ada wujudnya ketika klien sedang sendirian dan melamun. Ny. T juga memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu ditinggal pacarnya menikah. Biasanya ditandai dengan mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap, mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga (Yosep, 2011). Gangguan halusinasi dapat muncul sebagai proses panjang yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologis seseorang (Stuart dan Sundeen, 2007).Study kasus yang dilakukan oleh Idris (2012) pada Nn. J dengan kasus yang sama yaitu gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, dari hasil pengkajian yang didapat klien sering mendengar suara yang menyuruhnya pergi dan mengajaknya bergurau, klien cenderung lebih tertutup dengan orang yang baru di kenalnya dan sering berdiam diri di kamar. Klien mudah marah dan mengancam jika ada orang yang sedang berkumpul. Klien juga mempunyai pegalaman yang kurang menyenangkan yaitu dikeluarkan dari kampusnya.Setelah membandingkan data menurut teori dan data yang ditemukan pada klien, penulis tidak menemukan adanya kesenjangan,seperti yang ada dalam teori bahwa perilaku kekerasan dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman psikologis seseorang yang tidak menyenangkan. Hal ini juga dialami baik oleh Ny. T dan Nn. J yang sama-sama memliki pengalaman yang tidak menyenangkan, jika Ny. T ditinggal pacarnya menikah, sedangkan Nn. J dikeluarkan dari kampusnya.Faktor pendukung yang didapatkan penulis selama melakukan pengkajian adalah klien cukup kooperatif dan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien terbina dengan baik. Faktor penghambat, penulis tidak dapat melakukan pengkajian dengan meksimal karena keluarga klien pada saat pengkajian belum ada yang menjenguk. Sedangkan solusi yang dilakukan penulis saat ini adalah validasi kepada perawat ruangan dan melihat buku status klien.

B. Diagnosa keperawatanBerdasarkan tinjauan teori pada Bab II, diagnosa keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, ditemukan tiga masalah keperawatan. Penulis melakukan pendokumentasian dengan cara menentukan core problem, penyebab dan akibat. Hal ini memiliki kesesuaian dengan teori Keliat (2006) yaitu :1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran2. Isolasi sosial : menarik diri3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganDalam menegakkan diagnosa keperawatan, penulis prioritaskan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran sebagai diagnosa pertama karena gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran merupakan core problem dari masalah yang muncul pada klien, apabila tidak ditangani terlebih dahulu, maka akan mengakibatkan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 2007).Study kasus yang dilakukan oleh Prastian (2013) dengan kasus yang sama pada Nn. J didapat diagnosa keperawatan yaitu gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran, isolasi sosial : menarik diri dan resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Data subyetif yang menunjukkan halusinasi pendengaran yaitu klien mengatakan sering mendengar suara yang menyuruhnya pergi dan mengajaknya bergurauSetelah membandingkan data yang diperoleh dari Ny. T dan Nn. J dengan kasus yang sama gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, penulis tidak menemukan kesenjangan dalam menegakkan diagnosa. Ny. T dan Nn. J dengan pohon masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran disebabkan oleh isolasi sosial : menarik diri.

C. Intervensi KeperawatanIntervensi atau rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Pertama adalah tujuan umum yang berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu, tujuan umum dapat tercapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai. Kedua, tujuan khusus berfokus pada etiologi (E) dari diagnosis. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dmiliki pasien. Kemampuan ini bervariasi sesuai dengan masalah (Townsend, 2006).Menurut Stuart dan Sundeen (2007) umumnya, kemampuan pasien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dan diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi, dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar pasien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah.Berdasarkan intervensi yang penulis lakukan pada Ny. T, tujuan umumnya klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dan TUK 1 klien dapat membina hubungan saling percaya, TUK 2 Klien dapat mengenal halusinasinya, TUK 3 Klien dapat mengontrol halusinasinya, TUK 4 Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, TUK 5 Klien memanfaatkan obat dengan baik. Sama halnya study kasus yang dilakukan Prastian (2013) pada Nn. J meliputi tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi dimana tujuan umumnya klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dan 5 tujuan khusus (klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat mengontrol halusinasinya, klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya, klien memanfaatkan obat dengan baik).Dilihat dari pembahasan pada kasus Ny. T dengan study kasus yang dilakukan oleh Prastian (2013) pada Nn. J, Hal ini memiliki kesamaan. Karena sama-sama mengacu pada teori yang ada sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan. Dimana tahap-tahapan perencanaan yang ada pada pasien sesuai dengan kondisi dan keadaan pasien, serta dalam rencana keperawatan penulis sudah memasukkan tiga aspek dalam perencanaan yang meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan.D. ImplementasiMenurut Kusumawati (2011) implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementas menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling ketergantungan.Implementasi dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB, penulis melakukan strateg pelaksanaan 1 yaitu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi. Ny. T dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasi. Ny. T akan mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul dan tidak akan larut dengan halusinasinya (Keliat, 2006).Implementasi kedua dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB, penulis melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain dan bercakap-cakap. Penulis melakukan validasi dan evaluasi cara pertama. Kemudian penulis melatih cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain dan bercakap-cakap. Bercakap-cakap dengan orang lain, untuk mengalihkan perhatian dan diharapkan dapat mengurangi terjadinya halusinasi pendengaran (Keliat, 2006).

Implementasi ketiga dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB, penulis melakukan strategi pelaksanaan 3 yatu mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan kegiatan yang biasa dilakukan seperti menyapu setiap hari dipagi dan sore hari. Penulis melakukan validasi dan evaluasi strategi pelaksanaan 1 dan 2, kemudian mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal seperti menyapu setiap hari dipag hari dan sore hari. Diharapkan dengan adanya aktivitas secara terjadwal, Ny. T tidak akan banyak mengalami waktu luang sendiri yang serngkali mencetuskan halusinasi (Keliat, 2006).Berdasarkan study kasus yang dilakukan oleh Prastian (2013) pada Nn. J dengan kasus yang sama, implementasi pertemuan pertama melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu cara menghardik. Pertemuan kedua melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu menemui orang lain untuk berbincang-bincang. Pertemuan ketiga masih melakukan strategi pelaksanaan 2 yaitu menemui orang lain untuk berbincang-bincang. Hal ini dikarenakan klien masih belum mampu memulai perbincangan.Dari implementasi yang dilakukan penulis pada Ny. T , dapat melakukan implementasi SP 1, SP 2, dan SP 3. Sedangkan pada study kasus yang dilakukan oleh Prastian (2013) pada Nn. J, hanya melakukan SP 1 dan SP 2 dikarenakan klien masih belum mampu untuk memulai perbincangan dengan orang lain.Menurut Vedebeck (2008), menjelaskan bahwa ketika belum tercapainya atau sudah tercapainya suatu tindakan yang diberikan pada pasien gangguan jiwa itu tergantung pada kondisi pasien, bagaimana hubungan saling percaya antara klien dan perawat, cara komunikasi terapeutiknya.

E. EvaluasiMenurut Sulistiawati (2005) evaluasi adalah tahap berkelanjutan untuk menilai efek dan tindakan pada klien. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan. Pada kasus ini, penuls hanya menggunakan evaluasi sumatif.Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Ny. T yang dilakukan selama tiga hari, klien mampu menyebutkan tahap-tahap dimulai dari SP 1. Ny. T berhasil melakukan dengan baik dalam mengenal halusinasi dan klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, sehinggga dapat dianalisis bahwa masalah teratasi. Menghardik dapat meminimalkan kontak klien dengan halusinasinya (Keliat, 2006).Evaluasi hari kedua SP 2 pada tanggal 18 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB, Ny. T mampu melakukan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Diharapakan dpat meningkatkan keinginan klien untuk memutuskan halusinasi secara bertahap (Keliat, 2006).Evaluasi hari ketiga SP 3 pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 08.00 WIB, Ny. T juga mampu melakukan aktivitas secara terjadwal yaitu dengan cara menyapu kamar setiap hari dipagi hari dan sore hari. Aktivitas terjadwal dapat mencegah timbulnya halusinasi (Keliat, 2006).Menurut Prastian (2013), pada study kasus yang dilakukan pada Nn. J, hanya dapat mengevaluasi 2 SP. Pada hari pertama SP 1 Nn. J melakukan cara mengontrol halusinasi cara pertama yaitu menghardik. Nn. J melakukan dengan baik dan mampu mengikuti arahan cara menghardik. Hari kedua Nn. J melakukan SP 2 yaitu menemui orang lain dan berbincang-bincang. Pada SP 2, Nn. J belum bisa memulai berbincangan karena melihat kondisi dan keadaan dari klien. Sehingga pada hari ketiga dilakukan kembali SP 2 pada Nn. J. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan antara penulis dan study kasus Prastian (2013), terdapat kesamaan karena menggunakan evaluasi hasil sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dengan tujuan khusus dan umum yang telah dilakukan.Kriteria hasil yang dicapai oleh penulis pada Ny. T, klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya halusinasi, adanya kontak mata, klien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik, menemui orang lain untuk bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan yaitu menyapu kamar setiap hari.Sedangkan kriteria hasil yang dapat dicapai oleh Nn. J pada study kasus Prastian (2013), hanya dapat melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan menemui orang lain untuk bercakap-cakap. Namun pada saat dilakukan cara mengontrol halusinasi dengan menemui orang lain untuk bercakap-cakap, Nn. J masih perlu diajarkan cara menemui orang lain dikarenakan Nn. J belum berani untuk memulai berbincangan.

65

66

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanSetelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada Ny. T dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di ruang Nakula RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang, maka pada bab ini penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penulis melakukan pengkajian pada Ny. T dengan menggunakan metode wawancara. Hasilnya, Ny. T memliki masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu dtinggal pacarnya menikah.2. Dalam menegakkan diagnosa keperawatan penulis melakukan pendokumentasian dengan cara menentukan core problem, penyebab dan akibat.3. Intervensi yang dilakukan dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran dibuat untuk memecahkan masalah keperawatan pada Ny. T, meliputi SP1, SP2 dan SP3.4. Implementasi tindakan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran, penulis lakukan selama 3kali yatu pelaksanaan SP1 pada tanggal 17 Oktober 2013 jam 08.00 WIB, SP2 pada tanggal 18 Oktober 2013 dan SP 3 pada tanggal 10 Oktober 2013 jam 08.00 WIB. Diman ketiganya melalu proses interaksi.5. Evaluasi hasil yang dapat penulis ambil yaitu mampu terjalin hubungan saling percaya antar klien dengan penulis, klien mampu memperagakan cara menghardik, bercakap-cakap dan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah seperti menyapu detiap hari dipagi dan sore hari.6. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi pendengaran, ditemukan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat. Faktor pendukungnya yaitu terciptanya hubungan yang erat antar klien dengan penulis diman klen terlihat kooperatif terhadap implementasi yang dilakukan penulis, selain itu pasien juga mempunyai kemauan untuk sembuh. Faktor penghambatnya yaitu penulis tidak dapat melakukan pengkajian dengan maksimal karena keluarga klien pada saat pengkajian belum ada yang menjenguk.7. Dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tidak ada kesenjangan antara konsep dasar (teori) dengan studi kasus.

B. SaranBerdasarkan hasil kesimpulan maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :1. Bagi perawatPerawat perlu meningkatkan kemampuan caring dalam melakukan perawatan agar pasien merasa nyaman dan terbinanya hubungan saling percaya dalam rangka mempercepat kesembuhan pasien.

2. Bagi instansi pendidikana. Agar memberi dukungan moral maupun spriritual pada mahasiswa dalam rangka membuat Karya Tulis Ilmiah.b. Adanya persamaan acuan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan jiwa antara pihak pembimbing satu dengan pembimbing yang lain sebelum pembuatan Karya Tulis Ilmias, meskipun pada dasarnya semua metode pendokumentasian adalah benar.3. Bagi lahan praktikMeningkatkan kerjasama dengan keluarga dan masyarakat dalam menunjang keberhaslan perawatan klien dengan gangguan jiwa ketika di lakukan perawatan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Klien. http://repository.unand.ac.id diunduh tanggal 2 januari 2014Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Buku Saku Kesehatan Tahun 2012. www.dinkesjateng.go.id diunduh 20 Desember 2013Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha MedikaHamid, Achir Yani. 2000. Buku pedoman askep jiwa-1 keperawatan jiwa teori dan tindakan keperawatan. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik IndonesiaKeliat, Budi Ana. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGCKusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2011. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba MedikaMaramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 9. Surabaya : Airlangga University PressPrastian, Idris. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Nn. J dengan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran di Desa Pagongan Rt 01 Rw 02 Kec. Dukuhturi Kab. Tegal. Tidak DipublikasikanRisKesdas. 2007. Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia. http://www.google.data.riskesdas.2007.gangguan.jiwa.indonesia.digitaljournals.org diunduh 10 Februari 2014RSJD Dr. AMINO GONDOHTOMO SEMARANG. 2010. Data RSJ Semarang. http:file//h:jiwadatarsjsemarang.2010Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2007. Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan). Jakarta : EGCSulistiawati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGCTownsend, Mary C. 2000. Psychiatric mental health nursing concepts of care. Edisi 3. Philadelphia : F.A Davis CompanyVidebeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGCWHO. 2006. Laporan 26 juta warga Negara Indonesia Gangguan Jiwa. http://dir.groups.yahoo.com/group/karismatik/message/615 diakses tanggal 10 Februari 2014 jam 10.00Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN DENGAN GANGGUAN PERPEPSI SENSORI : HALUSINASI

A. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pertemuan Ke- 1 (Menghardik)1. Fase OrientasiSelamat pagi Bapak/IbuPerkenalkan nama saya Neli Mardiati, biasa dipanggil Neli. Saya mahasiswa Bhamada yang bertugas di ruang ini.Boleh saya tahu siapa nama Bapak/Ibu? Nama panggilan? Tinggal dimana?Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Apa keluhan Bapak/Ibu saat iniBaiklah, bagamana kalau kita bercakap cakap tentang suara suara yang selama ini Bapak/Ibu dengar? Dimana kita duduk? Disisn saja? Bagaimana kalau 30menit?2. Fase KerjaApakah Bpk/Ibu mendengar suara suara tanpa ada wujudnya? Apa yang dikatakn suara itu? Apakah terus-menerus mendengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling seing mendengar suara tu? Berapa kal sehar Bpk/Ibu alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendir? Apa yang Bpk/Ibu lakukan pada saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara akan hilang?Bagaimana kalau kita belajar cara-cara mencegah suara itu muncul? Ada 4 cara untuk mencegah suar-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang kempat mnum obat dengan teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.caranya, saat suara-suara itu muncul, langsung Bpk/Ibu tutup kedua telinga dengan tangan sambil mengatakan : pergi saya tidak mau dengar..saya tidak mau dengar, kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu hilang. Coba Bpk/Ibu lakukan yang sudah saya contohkan. Nah begitu..bagus.Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa saja latihannya? Nanti Bpk/Ibu masukkan kedalam kegiatan harian3. Fase TerminasiBagaimana kalau kita bertemu lagi besok untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara itu dengan cara kedua, yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain? Mau jam berapa Bpk/Ibu? Bagaimana kalau jam 09.00? berapa lama kita akan berlatih? Bagaimana kalau 20menit? Di tempat ini lagi?Baiklah, sampai jumpa besok ya Bpk/Ibu

B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pertemuan Ke-2 (Bercakap-Cakap dengan Orang Lain)1. Fase OrientasiSelamat pagi Bpk/Ibu masih ingat saya? Iya bagus..Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah coba cara yang kemarin saya ajarkan? Bagus..sesuai janji saya kemarin, hari ini saya akan mengajarkan cara mengontrol agar suara-suara itu hilang dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.Bagaimana Bpk/Ibu bisa kita mulai? Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20menit? Mau dimana? Bagaimana kalau disini saja?2. Fase KerjaMasih ingat kan kemarin saya sudah mengajarkan apa? Iya benar..coba Bpk/Ibu lakukan. Bagus, jangan lupa untuk mengisi dalam kegiatan harian.Baiklah, sekarang kita akan berbincang-bincang mengenai cara yang kedua.Jadi, kalau Bpk/Ibu mulai mendengar suara-suara itu, langsung saja Bpk/Ibu cari teman untuk diajak ngobrol. Caranya begini..tolong, saya mulai mendengar suara-suara itu, ayo ngobrol dengan saya!!coba Bpk/Ibu lakukan seperti yang saya ajarkan tadi. Nah begitu, bagus.. Bpk/Ibu sudah tahu kan, latihan terus yah..Jangan lupa masukkan kedalam kgiatan harian ya Bpk/Ibu3. Fase TerminasiJadi sudah ada berapa cara yang Bpk/Ibu pelajari untuk mengontrol suara-suara itu? Bagus, cobalah cara yang pertama dan kedua ini kalau suara-suara itu munculAda cara lain untuk mengontrol suara-suara itu yaitu cara yang ketiga dengan kegiatan. Bagaimana kalau besok saya kesini untuk membicarakan cara yang ketiga? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? mau dimana? OkSampai bertemu besok

C. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pertemuan Ke-3 (Kegiatan)1. Fase OrientasiSelamat pagi Bpk/Ibu, bagaimana perasaan hari ini?Masih sering muncul suara-suara tanpa ada wujudnya? Apakah sudah dipakai dua cara yang sudah saya ajarkan dan Bpk/Ibu pelajari? Bagaimana hasilnya? Bagus, sesuai janji saya kemarin hari ini kita akan belajar cara yang ketiga yaitu dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan Bpk/Ibu. Mau diman kita bicara? Bagaimana kalau disisni. 20menit saja Bpk/Ibu?2. Fase KerjaJadi kita sudah belajar cara mengontrol suara-suara tanpa ada wujudnya dengan cara pertama dan kedua yaitu menghardik dan bercakap-cakap dengan orang lain. Sudah dmasukkan kedalam jadwal harian? Bagus, lasngsung saja kita belajar mengontrol suara-suara tanpa ada wujudnya dengan cara yang ketiga yaitu melakukan kegiatan.Apa saja yang bisa Bpk/Ibu lakukan? Pagi-pagi biasanya kegiatannya apa? Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita lakukan hari ini (latih kegiatan tersebut)Bagus sekali, kegiatan ini bisa Bpk/Ibu lakukan sebagai cara untuk mencegah suara tersebut muncul. Bagus..setelah itu jangan lupa masukkan kedalam jadwal kegiatan harian Bpk/Ibu.3. Fase TerminasiBagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara itu muncul? Bagus sekali..coba sebutkan 3 cara yang telah kita pelajari untuk mencegah suara-suara tersebut. Bagus..!!Masih ada satu cara lagi Bpk/Ibu, bagaimana kalau besok kita bahas cara yang keempat atau cara yang terakhir yaitu cara minum obat yang baik serta kegunaan oba. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 09.00? mau diman? Diruang ini lagi Bpk/Ibu? BaiklahSampai jumpa besok Bpk/Ibu

D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pertemuan Ke-4 (Dengan Obat)1. Fase OrientasiSelamat pagi Bpk/Ibu bagamana perasaan Bpk/Ibu hari ini?Sesuai janji saya, hari ini saya akan membahas tentang obat-obatan yang Bpk/Ibu minum. Mau berapa menit Bpk/Ibu? Bagaimana kalau 20menit? Disini saja Bpk/Ibu?2. Fase KerjaMasih ingat kita sudah belajar apa saja Bpk/Ibu? Bagus..apakah Bpk/Ibu lakukan dengan teratur? Bagaimana dengan jadwal harian? Bagus..Langsung saja ya Bpk/Ibu, kita akan membahas tentang obat-obatanSudah ada bedanya setelah minum obat dengan teratur? Apakah suara-suara itu berkurang atau hilang?Bpk/Ibu, minum obat itu sangat penting tujuannya agar suara-suara itu tidak muncul lagi. Bpk/Ibu tahu berapa macam obat yang Bpk/Ibu minum? (perawat menyiapkan obat pasien) ini yang orange (CPZ) diminum 3x sehari dari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam. Gunanya untuk menghilangkan suara-suara itu. Ini yang putih (THP) 3x sehari jamnya sama dengan yang orange, gunannya untuk merilekskan agar tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3x sehari juga, gunanya agar pikiran tenang.Kalau obatnya habis Bpk/Ibu bisa minta kedokter untuk mendapatkan obat lagi. Bpk/Ibu harus teliti, pastikan obatnya benar, jangan sampai keliru dengan obat milik orang lain. Baca kemasannya.Nanti jangan lupa masukkan kedalam jadwal kegiatan harian ya Bpk/Ibu3. Fase TerminasiNah, bagaimana Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Jadi sudah berapa cara yang kta lakukan untuk mencegah suara-suara itu muncul? Sebutkan..bagus!!Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara itu muncul yang telah kita bicarakan dan Bpk/Ibu lakukan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?Sampai jumpa besok Bpk/Ibu