laporan pendahuluan hipertensi

18
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI 1. Definisi  § Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). § Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001). 3. Klasifikasi  Klasifikasi hipertensi menurut WHO 1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg 2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmH g 3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) y aitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg. Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of Hipertension 1. Diastolik a. < 85 mmHg : Tekanan darah normal b. 85  99 : Tekanan darah normal tinggi c. 90 -104 : Hipertensi ringan d. 105  114 : Hipertensi sedang e. >115 : Hipertensi berat 2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg) a. < 140 mmHg : Tekanan darah normal b. 140  159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi c. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada penderita hiperte nsi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua: a. Hipertensi Emergensi Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam. b. Hipertensi urgensi

Upload: haseo-ayatullah

Post on 16-Oct-2015

36 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Universitas Muhammadiyah Surabaya

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

1. Definisi

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

3. KlasifikasiKlasifikasi hipertensi menurut WHO1. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg2. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94 mmHg3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and Treatment of Hipertension1. Diastolika. < 85 mmHg : Tekanan darah normalb. 85 99 : Tekanan darah normal tinggic. 90 -104 : Hipertensi ringand. 105 114 : Hipertensi sedange. >115 : Hipertensi berat2. Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)a. < 140 mmHg : Tekanan darah normalb. 140 159 : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasic. > 160 : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pada penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah).Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:a. Hipertensi Emergensi Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresiftarget akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.b. Hipertensi urgensi Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresifbermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresifdan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).4. EtiologiPada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport Na.b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.c. Stress Lingkungan.d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:a. Hipertensi Esensial (Primer)Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.b. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan perubahan pada :a. Elastisitas dinding aorta menurunb. Katub jantung menebal dan menjadi kakuc. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.d. Kehilangan elastisitas pembuluh darahHal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

a. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :Faktor keturunanDari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensiCiri perseorangan1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )5) Kebiasaan hidup6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )8) Kegemukan atau makan berlebihan9) Stress10) Merokok11) Minum alcohol12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :1) Ginjal2) Glomerulonefritis3) Pielonefritis4) Nekrosis tubular akut5) Tumor6) Vascular7) Aterosklerosis8) Hiperplasia9) Trombosis10) Aneurisma11) Emboli kolestrol12) Vaskulitis13) Kelainan endokrin14) DM15) Hipertiroidisme16) Hipotiroidisme17) Saraf18) Stroke19) Ensepalitis20) SGB21) Obat obatan22) Kontrasepsi oral23) Kortikosteroid

5. Faktor Resiko Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi Pria usia 35 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine, DM, dsb. Factor emosional dan tingkat stress Gaya hidup yang monoton Sensitive terhadap angiotensin Kegemukan Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.

6. PatofisiologiMekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

Pathways

7. Tanda Dan GejalaTanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :a. Tidak ada gejalaTidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.b. Gejala yang lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.b.Sakit kepalac. Pusing / migrained. Rasa berat ditengkuke. Penyempitan pembuluh darahf. Sukar tidurg. Lemah dan lelahh. Nokturiai. Azotemiaj. Sulit bernafas saat beraktivitas

8. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :1) Pemeriksaan yang segera seperti : Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi). Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) : IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,perbaikan ginjal. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien

9. KomplikasiEfek pada organ :a. Otak Pemekaran pembuluh darah Perdarahan Kematian sel otak : strokeb. Ginjal Malam banyak kencing Kerusakan sel ginjal Gagal ginjalc. Jantung Membesar Sesak nafas (dyspnoe) Cepat lelah Gagal jantung

10. PenatalaksanaanPengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :a. Dietb. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuhc. Penurunan berat badand. Penurunan asupan etanole. Menghentikan merokokf. Latihan Fisiki. Edukasi PsikologisPemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :1) Tehnik BiofeedbackBiofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.2) Tehnik relaksasiRelaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan ObatTujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.Pengobatannya meliputi :a. Step 1Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitorb. Step 2Alternatif yang bisa diberikan :1) Dosis obat pertama dinaikkan2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama3) Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilatorc. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh1) Obat ke-2 diganti 2) Ditambah obat ke-3 jenis laind. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya1) Ditambah obat ke-3 dan ke-42) Re-evaluasi dan konsultasi3) Follow Up untuk mempertahankan terapiUntuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnyab. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnyac. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitasd. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeterPenderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahuluSedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderitaIkutsertakan keluarga penderita dalam proses terapie. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumahf. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x seharig. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadih. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimali. Usahakan biaya terapi seminimal mungkinj. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih seringk. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

11. Cara Pencegahan 1. Pencegahan PrimerFaktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.2. Pencegahan sekunderPencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita hipertensi berupa:a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan stabil mungkin.c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.d. Batasi aktivitas.Perawatan Hipertensi Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan yang ideal (cegah kegemukan). Batasi pemakaian garam. Mulai kurangi pemakaian garam sejak dini apabila diketahui ada faktor keturunan hipertensi dalam keluarga. Tidak merokok. Perhatikan keseimbangan gizi, perbanyak buah dan sayuran. Hindari minum kopi yang berlebihan. Mempertahankan gizi (diet yang sehat seimbang). Periksa tekanan darah secara teratur, terutama jika usia sudah mencapai 40 tahun.Bagi yang sudah sakit Berobat secara teratur. Jangan menghentikan, mengubah, dan menambah dosis dan jenis obat tanpa petunjuk dokter. Konsultasikan dengan petugas kesehatan jika menggunakan obat untuk penyakit lain karena ada obat yang dapat meningkatkan memperburuk hipertensi.Mengetahui tentang hipertensi dan cara merawat bukanlah kunci utama kesembuhan, kunci utamanya adalah : 1. Keaktifan penderita dalam pengendalian tekanan darah.2. Penderita berusaha, petugas petugas kesehatan membantu.3. Hubungan baik dan kerjasama penderita dan petugas kesehatan 12. Diit Hipertensia. Perbedaan Diit Dengan Makanan Biasa1) konsumsi lemak dibatasi2) konsumsi Cholesterol dibatasi3) konsumsi kalori dibatasi untuk yang terlalu gemuk atau obese4) Makanan yang boleh dikonsumsib. Makanan Yang Boleh Dikonsumsi1) Sumber kaloriBeras,tales,kentang,macaroni,mie,bihun,tepung-tepungan, gula.2) Sumber protein hewaniDaging,ayam,ikan,semua terbatas kurang lebih 50 gram perhari, telur ayam,telur bebek paling banyak satu butir sehari, susu tanpa lemak.3) Sumber protein nabatiKacang-kacangan kering seperti tahu,tempe,oncom.4) Sumber lemakSantan kelapa encer dalam jumlah terbatas.5) SayuranSayuran yang tidak menimbulkan gas seperti bayam,kangkung,buncis, kacang panjang, taoge, labu siam, oyong, wortel.6) Buah-buahanSemua buah kecuali nangka, durian, hanya boleh dalam jumlah terbatas.7) BumbuPala, kayu manis,asam,gula, bawang merah, bawang putih, garam tidak lebih 15 gram perhari.8) MinumanThea encer, coklat encer, juice buah.c. Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi1) Makanan yang banyak mengandung garamo Biscuit,krakers,cake dan kue lain yang dimasak dengan garam dapur atau soda.o Dendeng, abon,cornet beaf,daging asap,ham, ikan asin,ikan pindang, sarden ikan teri, telur asin.o Keju, margarine dan mentega.2) Makanan yang banyak mengandung kolesterol Makanan dari hewan seperti otak,ginjal,hati,limfadan jantung.3) Makanan yang banyak mengandung lemak jenuho Lemak hewan :sapi,babi,kambing,susu jenuh,cream, keju, mentega.o Kelapa, minyak kelapa,margarine,alpokat.4) Makanan yang banyak menimbulkan gas Kool, sawi, lobak, dll.

d. Bagaimana Mengatur Diit1) Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah tertentu.2) Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50 gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.3) Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.4) Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.5) Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.6) Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola, limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.7) Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan.e. Obat Tradisional Untuk HipertensiBanyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada masyarakat adalah cara penggunaannya, dosis, serta kemungkinan adanya efek samping yang tidak diketahui. Obat obat tradisional tersebut diantaranya:1) Buah BelimbingBuah ini dapat mengontrol tekanan darah dalam keadaan normal dan juga bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang sudah mengalaminya. Caranya yaitu buah belimbing yang sudah masak diparut halus. Kemudian parutan belimbing diperas sehingga menjadi satu gelas sari belimbing. Air perasan ini diminum setiap pagi, lakukan selama tiga minggu sampai satu bulan. Setelah satu bulan sari belimbing ini dapat diminum dua hari sekali. Tidak perlu menambahkan gula pasir atau sirup pada air perasan. Bagi mereka yang sudah terlanjur menderita hipertensi, sebaiknya gunakan buah belimbing yang besar sehingga air perasannya lebih banyak. 2) Daun SeledriCara penggunaannya dengan menumbuk segenggam daun seledri sampai halus, saring dan peras deengan kain bersih dan halus. Air saringan usahakan satu gelas diamkan selama satu jam, kemudian diminum pagi dan sore dengan sedikit ampasnya yang ada di dasar gelas. Menurut penelitian daun seledri bisa memperkecil fluktuasi kenaikan tekanan darah. 3) Bawang PutihCaranya dengan memakan langsung tiga siung bawang putih mentah setiap pagi dan sore hari. Pilih bawang putih yang kulitnya berwarna coklat kehitaman karena mutunya lebih baik. Jika tidak mau memakannya dalam keadaan mentah bisa direbus atau dikukus dulu. Namun karena banyak zatnya yang bisa berkhasiat yang dapat ikut larut ddalam air rebusannya, sebaiknya ditambaah menjadi 8 sampai 9 siung sekali makan.4) Buah Mengkudu / PaceBuah ini sebagai alternatif untuk menekan hipertensi. Caranya hampir sama dengan buah belimbing, yaitu dengan cara memarut halus, kemudian diperas memakai kain kassa yang bersih, diambil airnya. Minum sari mengkudu setiap pagi dan sore hari secara teratur5) AvokadCaranya lima daun avokad dicuci bersih, kemudian direbus dengan 4 gelas air putih. Tunggu air rebusan hingga menjaadi 2 gelas, saring. Satu gelas diminum pagi hari, satu gelas lagi diminum sore hari.6) MelonBuah yang sudah masak dapat langsung di makan 7) SemangkaBuah yang sudah masak dapat langsung di makan 8) MentimunDapat dimakan langsung, atau dapat di parut kemudian diminum

13. Pengkajian Keperawatana. Aktivitas / istirahatGejala : Kelemahan Letih Napas pendek Gaya hidup monoton

Tanda : Frekuensi jantung meningkat Perubahan irama jantung Takipneab. SirkulasiGejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskulerTanda : Kenaikan TD Nadi : denyutan jelas Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia Bunyi jantung : murmur Distensi vena jugularis EkstermitasPerubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambatc. Integritas EgoGejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda : Letupan suasana hati Gelisah Penyempitan kontinue perhatian Tangisan yang meledak otot muka tegang ( khususnya sekitar mata ) Peningkatan pola bicarad. EliminasiGejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )e. Makanan / CairanGejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol Mual Muntah Riwayat penggunaan diuretik Tanda : BB normal atau obesitas Edema Kongesti vena Peningkatan JVP glikosuria f. Neurosensori Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala Episode kebas Kelemahan pada satu sisi tubuh Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia ) Episode epistaksisTanda : Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan ) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman Perubahan retinal optikg. Nyeri/ketidaknyamananGejala : nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen h. PernapasanGejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas Takipnea Ortopnea Dispnea nocturnal proksimal Batuk dengan atau tanpa sputum Riwayat merokokTanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi ) Sianosisi. Keamanan Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalanTanda : Episode parestesia unilateral transienj. Pembelajaran / PenyuluhanGejala : Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain Penggunaan obat / alkohol

Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi KeperawatanDiagnosa 1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah.Kriteria Hasil :Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah / beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil dalam rentang normal pasien.Intervensi1. Observasi tekanan darah Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler.2. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer Rasional : Denyutan karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati / palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena.3. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik.4. Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung.5. Catat adanya demam umum / tertentu. Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler.6. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas / keributan lingkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi.7. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. Rasional : Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan darah.8. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therapi anti hipertensi,deuritik. Rasional : Menurunkan tekanan darah.

Diagnosa2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.Kriteria Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan / diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.Intervensi1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan. Rasional : Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja / jantung.2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri. Rasional : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.3. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. Rasional : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. Rasional : teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.5. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. Rasional : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.

Diagnosa 3. Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.Kriteria Hasil :Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol, mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti regiment farmakologi yang diresepkan.Intervensi1. Pertahankan tirah baring selama fase akut. Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher serta teknik relaksasi. Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.3. Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan membungkuk. Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. Rasional : Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah makan. Rasional : menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja pencernaan.6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll. Rasional : Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

Diagnosa 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya, pola hidup monoton.Kriteria Hasil :Klien dapat mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan pola makan, melakukan/memprogram olah raga yang tepat secara individu.Intervensi1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan langsung antara hipertensi dengan kegemukan. Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa tumbuh.2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya, misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.3. Tetapkan keinginan klien menurunkan berat badan. Rasional : motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. Rasional : mengidentivikasi kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk menyesuaikan / penyuluhan.5. Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya : penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Rasional : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan.6. Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan. Rasional : memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol perubahan.7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat , hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan). Rasional : Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi. Rasional : Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

Diagnosa 5. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistic.Kriteria Hasil :Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan mengubahnya.Intervensi1. Kaji keefektipan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan. Rasional : Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang, mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari.2. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi / menyelesaikan masalah. Rasional : Manifestasi mekanisme koping maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic.3. Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya. Rasional : pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor.4. Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. Rasional : keterlibatan memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan. Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama dalam regiment teraupetik.5. Dorong klien untuk mengevaluasi prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. Rasional : Fokus perhatian klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk kontrol dan fokus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada kebutuhan-kebutuhan personal.6. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga. Rasional : Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa 6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan kurangnKriteria hasil 1. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.2. Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.Intervensi1. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton,merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh stress. Rasional : Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.2. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat. Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan.3. Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. Rasional : mengidentivikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.4. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes. Rasional : Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi.

IV. EvaluasiResiko penurunan jantung tidak terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University PressJohnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle RiverSantosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima MedikaSmet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, JakartaSmeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang