laporan kasus herpes zooster yulia dan mukhlis.pdf
TRANSCRIPT
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
1/26
L aporan Kasus
HERPES ZOOSTER PADA PASIENIMMUNOCOMPROMISED
Oleh:
Muchlis Sahputra
Yulia Dwiana Putri
Pembimbing:
Mimi Maulida
BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA RSUD
dr. ZAINOEL ABIDINBANDA ACEH
2015
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
2/26
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas laporan
kasus ini. Salawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan ke pangkuan baginda
Rasulullah SAW yang telah mengantarkan umatnya dari alam kebodohan ke alam
penuh dengan ilmu pengetahuan.
Tugas laporan kasus ini memba has mengenai Herpes zooster pada pasien
immunocompromised dan merupakan salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala/Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr.Mimi Maulida, Sp.KK yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyusunan
laporan kasus ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan dokter muda
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga tulisan ini
memberikan manfaat bagi kita dan perkembangan ilmu kedokteran.
Banda Aceh, September 2015
Penulis
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
3/26
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR .................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................... iiDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iiiDAFTAR TABEL ........................................................................................... ivPENDAHULUAN .................................................................... ....................... 1TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
Definisi................................................................. ............................................... 3Epidemiologi ....................................................................................................... 3Etiologi ................................................................................................................ 3Patogenesis ......................................................................................................... 4Manifestasi klinik ................................................................................................. 5Herpes zooster pada pasien immunocompromised .......................................... 6Diagnosa Banding ................................................................................................ 7Diagnosis ............................................................................................................. 8Komplikasi ........................................................................................................... 9Penatalalaksanaan ............................................................................................... 10Pencegahan ........................................................................................................ 12
LAPORAN KASUS ........................................................................................ 13
ANALISA KASUS .................................................................... ...................... 17DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 20
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
4/26
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Diagnosis banding .............................................................................. 7Tabel 2. Terapi Antivirus Pada Herpes Zooster ............................................... 11
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
5/26
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Patogenesis Herpes Zooster ......................................................... 4Gambar 2. Lesi Herpes Zooster ..................................................................... 7Gambar 3. Lesi dermatitis kontak iritan ......................................................... 7Gambar 4. Lesi Skabies ..................................................................................7Gambar 5. Lesi Impetigo Bullosa....................................................................8Gambar 6. Gambaran lesi pada thorakalis anterior, bracii, dan colli dekstra..14
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
6/26
PENDAHULUAN
Herpes Zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi VZV
(Varicella Zoster Virus). Setelah infeksi primer atau vaksinasi, VZV tetap laten di
dalam sel ganglion akar dorsal sensorik. Virus akan mulai mereplikasi dalam beberapa
waktu kedepannya, bergereak menyusuri saraf sensorik di dalam kulit. Selain
imunosupresi dan kekurangan kekebalan yang didapat, faktor-faktor yang terlibat dalam
reaktivasi tidak terlalu diketahui. Insiden zoster meningkat dengan usia. Di bawah usia
45 tahun kejadian per tahun kurang dari 1 dari 1000 orang. (1)
Manifestasi klinis herpes zoster yang pertama biasanya rasa sakit yang berat, dan
dapat disertai dengan demam, sakit kepala, malaise dan nyeri terlokalisasi ke daerah-
daerah dari satu atau lebih yang dipersarafi nervus spinalis. Rasa sakit dapat
terlokalisasi tajam pada daerah yang sama dan dapat juga menyebar. Waktu awal timbul
rasa sakit dengan timbulnya erupsi sekitar 1,4 hari pada herpes zoster bagian trigeminal
dan 3,2 hari pada bagian thorakalis. Dengan papula merah yang berkelompok, hingga
menjadi vesikular dan pustula. Selaput lendir pada dermatom yang terkena juga terlibat.
Vesikel akan terus muncul selama beberapa hari. Sering terjadi pada anak-anak, dan
kadang-kadang pada orang dewasa. Kelenjar getah bening yang mendrainase daerah
yang terinfeksi menjadi lebih besar. Rasa sakit dan gejala konstitusional berkurang
secara bertahap seiring lesi yang semakin menghilang. Dalam kasus yang rumit
pemulihan dalam 2-3 minggu pada anak-anak dan dewasa muda, dan 3-4 minggu pada
pasien yang lebih tua. (2)
Pada usia pasien yang lebih dari 75 tahun, angka kejadian lebih dari empat kali
lebih besar. Untuk orang tua ras putih usia 80 tahun, risiko terjadinya herpes zoster
adalah 10-30%. Secara keseluruhan, sekitar 1 dari 3 orang yang tidak divaksinasi akan
mengembangkan herpes zoster. Keadaan sistem imun yang tidak adekuat, terutama pada
orang menderita keganasan bidang hematologi dan infeksi HIV, secara dramatis
meningkatkan risiko herpes zoster. Pada orang yang terjangkit infeksi virus angka
kejadian pertahun adalah 30 kasus pada 1000 orang, atau risiko tahunan sebesar 3%.
Dengan penggunaaan vaksinasivaricellauniversal akan menurukan kasus varicella pada
anak dan remaja. Herpes zoster terjadi pada satu bagian tubuh dalam distribusi saraf
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
7/26
sensorik kranial atau tulang belakang, seringkali terjadi pada beberapa bagian tubuh
dermatom atas dan bawah. (1)
Terapi antivirus merupakan landasan terapi dalam pengelolaan herpes zoster.
Manfaat utama terapi adalah pengurangan durasi dan keparahan nyeri akibat zoster.
Oleh karena itu, pengobatan pada pasien imunokompeten diindikasikan bagi mereka
yang berisiko tinggi untuk terus menerus sakit pada mereka yang berusia lebih dari 50
tahun. Hal ini juga dianjurkan untuk mengobati semua pasien dengan nyeri pada herpes
zoster yang berat, zoster ophthalmic, sindrom Ramsay Hunt, imunosupresi, kulit atau
penyebaran visceral, dan keterlibatan saraf motorik. Dalam kasus yang paling parah,
terutama pada zoster ophthalmic, terapi intravena dapat dipertimbangkan. Terapi harus
dimulai segera setelah diagnosis ditegakkan dengan menunggu konfirmasi laboratorium.
terapi lebih baik diberikan pada hari pertama, ke-3 dan ke-4. (1)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
8/26
TINJAUAN PUSTAKA
1.
DEFINISI
Herpes Zooster adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi VZV
(Varicella Zoster Virus). Setelah infeksi primer atau vaksinasi, VZV tetap laten di
dalam sel ganglion akar dorsal sensorik. Virus akan mulai mereplikasi dalam beberapa
waktu kedepannya, bergerak menyusuri saraf sensorik di dalam kulit. Selain
imunosupresi dan kekurangan kekebalan yang didapat, faktor-faktor yang terlibat dalam
reaktivasi tidak terlalu diketahui. Insiden herpes zoster meningkat dengan usia. Di
bawah usia 45, kejadian per tahun kurang dari 1 dari 1000 orang . (1)
2. EPIDEMIOLOGI
Salah satu faktor risiko adalah usia yang lebih tua . Insiden herpes zoster adalah
1,5-3,0 per 1.000 orang per tahun disegala usia dan 7-11 per 1000 orang pertahun pada
usia lebih dari 60 tahun di Eropa dan Amerika Utara. Diperkirakan ada lebih dari satu
juta kasus baru Herpes Zooster di Amerika Serikat setiap tahun, dan lebih dari setengah
nya terjadi pada usia 60 tahun , dan jumlah ini akan meningkat sesuai umur. Faktor
risiko utama lainnya adalah disfungsi imun seluler.Pada pasien yang menderita
immunosupresi 20 100 lebih besar risiko terkena Herpes Zooster dari pada pasien
yang mengalami immunokompeten pada usia yang sama. Kondisi immunosupresif
yang mempunyai resiko tinggi terkena Herpes Zooster termasuk infeksi HIV,
tranplantasi sumsum tulang, leukemia dan limfoma, penggunaan kemoterapi pada
kanker dan penggunaan kortikosteroid. (3)
3. ETIOLOGI
VZV adalah anggota dari family VZV adalah anggota dari keluarga virus herpes.
Anggota lain yang pathogen termasuk Virus Herpes Simplex tipe I (HSV-1) dan tipe 2
(HSV-2); Cytomegalovirus (CMV), Virus Epstein Barr (EBV), Human Herpes Virus-
6 (HHV-6) dan Human Herpes Virus -7 (HHV 7) yang menyebabkan Roseola, dan
Sarkoma Kaposi terkait herpes yang juga disebut Human Herpes Virus type 8. (3)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
9/26
4. PATOGENESIS
Gambar 1. Patogenesis Herpes Zooster(4)
Selama terjadi Varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan
mukosa ke ujung saraf sensorif dan di transportasikan secara sentripetal melalui serabut
saraf sensoris ke ganglion sensoris. Sel T yang terinfeksi juga dapat membawa virus ke
ganglion sensoris secara hematogen. Diganglia tersebut , virus mengadakan infeksi laten
untuk bertahan hidup. Herpes Zooster sering terjadi pada dermatom yang ruam
kulitnya paling banyak ditemukan pada saat terjadi varisela. Yang diinervasi oleh saraf pertama (oftalmika) dan saraf trigeminal, dan oleh ganglia sensorik tulang belakang dari
T1 ke L2. (3)
Walaupun virus menjadi laten di ganglia, ini sangat potensial untuk terjadi
infeksi. Reaktivasi jarang terjadi, dan infeksi virus tidak terjadi selama periode laten.
Mekanisme yang terlibat pada reaktivasi tidak dapat dijelaskan, namun reaktivasi
biasanya berhubungan dengan keadaan immunsupresi , stress emosional, tumor yang
berada ditulang belakang, bedah tulang belakang, dan sinusitis frontalis ( penyebab
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
10/26
zoster oftalmikus). Yang terpenting, penurunan sel imun terjadi dengan bertambahnya
usia. (3)
Ketika imunitas selular seseorang turun virus akan teraktivasi, virus akan
bermultiplikasi dan menyebar ke ganglion sehingga menyebabkan nekrosis dari neuron
serta terjadi inflamasi, sebuah proses yang disertai dengan neuralgia berat dan terlepas
dari ujung saraf sensoris sampai kekulit menyebabkan terbentuknya vesikel
berkelompok yang khas pada zoster. (3)
5. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri danparesthesia pada dermatom yang terlibat sering mendahului sebelum
terjadi erupsi beberapa hari dan bervariasi dari gatal, kesemutan, atau rasa terbakar
sampai parah, dalam, atau nyeri yang sangat sakit. Rasa sakit mungkin konstan
atauintermiten dan sering disertai dengan nyeridan hyperesthesia kulit di dermatom
yang terlibat. Rasa sakit pre erupsi herpes zoster mungkinmensimulasikan radang
selaput dada, infark miokard, ulkus duodenum, kolesistitis, kolik ginjal, usus
buntu,diskus intervertebralis yang prolaps, atau glaukoma awal, dan ini dapat
menyebabkan kesalahan diagnosis dan salah intervensi. (3)
Hal yang khas dari Herpes Zooster adalah lokalisasi dan distribusi dari ruam,
yang hampir selalu unilateral dan umumnya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi
oleh ganglion sensorik tunggal.Daerah yang terkena adalah saraf trigeminal, oftalmikus,
dan badan dari T3 L2 adalah dermatom yang paling sering terinfeksi. (3)
Lesi herpes zoster mulai dari makula eritematosa dan papula yang seringpertama
kali muncul. Vesikel terbentuk dalam 12-24 jam dan berkembang menjadi pustule padahari ketiga. kering dan krusta dalam 7-10 hari. Krusta biasanya bertahan selama 2 3
minggu pada orang normal, lesi baru terus muncul 1- 4 hari (kadang-kadang selama 7
hari ). (3)
Pada herpes zooster ruam adalah sesuatu hal yang penting, namun rasa sakit
adalah masalah utama yang ditimbulkan oleh herpes zoster, terutama pada orang tua,
kebanyakan pasien yang mengalami nyeri atau ketidaknyamanan selamafase akut (30
hari pertama setelah onset ruam)berkisar dari ringan sampai berat. Pasien
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
11/26
menggambarkan nyeri atau ketidaknyamanan tersebut sebagai rasa terbakar, sakit yang
mendalam, kesemutan, gatal,atau menusuk. Untuk beberapa pasien, intensitas nyeri
yang dirasakan begitubesar seperti rasa yang sangat menyiksa dimana ini
digunakanuntuk menggambarkan pengalaman nyeri tersebut. (3)
6. HERPES ZOOSTER PADA PASIEN IMMUNOCOMPROMISED
Pasien yang mengalami penyakit keganasan (terutama penyakit Hodgkin dan
leukemia)adalah lima kali lebih besar dapat terjadi herpes zoster daripada pasien lain
yang usianya sama dengan mereka. Pasien yang memiliki insiden lebih tinggi terkena
herpes zoster adalah orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh yang kurang, seperti
individu yang menjalani transplantasi organ, atau sesuatu yang digunakan untuk
pengobatan ( terutama kortikosteroid, kemoterapi). (1)
Gambaran klinis herpes zooster pada pasien immunosupresi biasanya identik
dengan zooster yang khas, tetapi lesi mungkin lebih ulseratif dan nekrotik, dan mungkin
bekas luka lebih parah. (1)
Selain Post Herpetic Neuralgia (PHN) banyak komplikasi serius dari Herpes
Zooster pada seseorang yang menderita immunocompromised, beberapa komplikasinya
adalah nekrosis pada kulit dan jaringan parut dan menyebar sampai kejaringan kutaneus
dengan insidensi terbesar 25-50% , pasien dengan penyebaran kekutaneus juga
memiliki gejalan yang luas sering fatal ssmai menyebar keviseral, khususnya ke paru-
paru, hati dan otak. (3)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
12/26
7. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 1 . Diagnosis banding Herpes Zooster dapat dilihat pada tabel berikut:(1,2,3,5)
No Diagnosis Definisi Manifestasi Klinis Foto
1. Herpes
Zooster
Suatu penyakit yang
disebabkan oleh reaktivasi
Varisella Zooster Virus
Lesi dimulai dari makula
eritematosa dan papula
yang sering pertama kali
muncul. Kemudian vesikel
dan berkembang menjadi
pustule, dan kering dan
krusta. lesi bersifat
unilateral, zoosteriform
dan sesuai dermatom.
2. Dermatitis
Kontak
Iritan
Toksik(akut)
Merupakan inflamasi akut
atau kronis akibat dari
kontak dengan zat kimia,
physical, atau agen
biologic. Dermatitis kontak
iritan toksik (akut) biasanya
dihasilkan dari paparan
kulit terhadap iritan kuat
atau kimia seperti asam dan
basa.
Tampak lesi Tampak lesi
eritematous,edema dan
terdapat vesikel dengan
eksudat, formasi bula serta
kerusakan jaringan pada
kasus yang lebih berat
3. Skabies Scabies adalah infeksi yang
disebabkan oleh sarcoptes
scabiei var. homini familysarcoptidae, kelas
Arachnida.
Ditandai dengan lesi
popular yang gatal,
ekskoriasi, dan terdapatterowongan. Terdapat
terowongan berwarna
keabua, sedikit lebih
tinggi , ditemukan vesikel
dan pustule yang berisi
tungau .
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
13/26
4. Impetigo
Bullosa
Impetigo bullosa adalah
infeksi superficial kuaneus
yang disebabkan oleh
Staphylococcus Aureus
Tampak progesi yang
cepat dari vesikel
kemudian berubah
menjadi bula.
8. DIAGNOSIS
Anamnesis
Manifestasi herpes zoster yang pertama biasanya rasa sakit, yang bisa berat, dan bisa
disertai dengan demam, sakit kepala, malaise dan nyeri terlokalisasi ke daerah-daerah dari satu
atau lebih yang dipersarafi nervus spinalis. Rasa sakit dapat terlokalisasi tajam pada daerah
yang sama tapi mungkin lebih menyebar. (2)
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkanWaktu antara awal rasa sakit dan timbulnya erupsi sekitar
1,4 hari di zoster pada bagian trigeminal dan 3,2 hari pada bagian thorakalis dengan papula
merah yang berkelompok, menjadi vesikular dan pustula. Selaput lendir dalam dermatom yangterkena dampak juga terlibat. Vesikel baru terus muncul selama beberapa hari. Sering terjadi
pada anak-anak, dan kadang-kadang pada orang dewasa. Kelenjar getah bening pada daerah
yang terinfeksi menjadi membesar. Rasa sakit dan gejala konstitusional mereda secara bertahap
seiring lesi yang semakin menghilang. Dalam kasus rumit pemulihan selesai dalam 2-3 minggu
pada anak-anak dan dewasa muda, dan 3-4 minggu pada pasien yang lebih tua. (2)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
14/26
Pemeriksaan penunjang
Dasar sebuah Lesi varicella zoster dan herpes bisa dibedakanoleh histopatologi .Ditemukannya sel raksasa berinti dan sel epitel yang mengandung badan inklusi
acidophilic intranuklear membedakan lesi kulit yang dihasilkan oleh VZVdari
semua bentuk vesikel lainnya (misalnya yang disebabkan olehvariola dan lainnya
poxvirus, dan oleh coxsackie virusdan echo virus) kecuali yang diproduksi oleh HSV.
Sel ini didapatkan dalam Tzanck Smear, yaitu dengan preparat di ambil dari dasar
vesikel yang masih baru lalu disebarkan pada kaca slide, difiksasi dengan aseton atau
methanol kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, hematoxylin-eosin,Papanicolaou. (3)
Enzim Immunoassay Metode sensitif untuk deteksi antigen. Deteksi DNA VZV
dalam spesimen klinis beramplifikasi dengan PCR memberikan sensitivitas terbesar,
spesifisitas sangat tinggi dan dapat membedakan antara jenis dan Oka strain vaksin
VZV dan HSV. (3)
Beberapa teknik yang lebih sensitif telahdikembangkan untuk mengukur respon
humoral untuk VZV.Ini termasuk uji imunofluoresensi untuk antibodi terhadap antigen
membran VZV, fluorescent antibody to membrane antigen(FAMA) yang dapat
dipercaya untuk memeriksa imunitas dari orang dewasa yang rentan danuji aglutinasi
lateks yang sebanding sensitivitas dan spesifisitas dari tes FAMA, tapi tes ini jauh lebih
sederhana untuk dilakukan. (3)
9. KOMPLIKASI
Mata terlibat dalam 20% -70% dari pasien dengan zoster ophthalmic, dengan
berbagai kemungkinan komplikasi. VZV juga merupakan penyebab utama akutnekrosis
retina (ARN), sebuah penyakit yang mengancam penglihatan. Herpes zoster dapat
menimbulkan komplikasi neurologisyang disebut Post Herpetic Neuralgia (PHN). PHN
didefinisikan sebagai nyeri setelah penyembuhan dari ruam atau nyeri yaitu 1 bulan, 3
bulan, 4 bulan, 6 bulan setelah timbul ruam. Umur adalah resiko yang paling signifikan
untuk terjadinya PHN. (3)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
15/26
10. TATALAKSANA
A. Terapi topical
Selama fase akut Herpes Zoster, penerapan kompres dingin, calamine lotion,
tepung maizena, atau baking soda dapat memantu untuk meringankan gejala local dan
mempercepat pengeringan lesi vesikel. Krim atau lotion yang mengandung glukortikoid
tidak boleh digunakan . (3)
B. Terapi Antiviral
Pada pasien usia menengah dan lansia harus membatasi kegiatan fisik mereka
atau bahkan tinggal di rumah atau di tempat tidur selama beberapa hari. Istirahat
mungkin sangat penting dalam pencegahan neuralgia. Pasien yang lebih muda biasanya
dapat melanjutkan kegiatan sehari-hari mereka. Terapi antivirus merupakan landasan
terapi dalam pengelolaan herpes zoster. Manfaat utama terapi adalah mengurangi durasi
dan keparahan nyeri akibat zoster. Oleh karena itu, pengobatan pada pasien
imunokompeten diindikasikan bagi mereka yang berisiko tinggi untuk sakit terus
menerus dan pada mereka yang berusia lebih dari 50 tahun. Hal ini juga dianjurkanuntuk mengobati rasa nyeri padasemua pasien dengan herpes zoster berat, zoster
ophthalmic, sindrom Ramsay Hunt, imunosupresi, kulit atau penyebaran visceral, dan
keterlibatan saraf motorik. Dalam kasus yang paling parah, terutama di zoster
ophthalmic, terapi intravena awal dapat dipertimbangkan. Terapi harus dimulai segera
setelah diagnosis ditegakkan dengan menunggu konfirmasi laboratorium. (1)
Pada pasien normal rekomendasi untuk pengobatan herpes zooster menunjukkan
bahwa oral asyclovir(800 mg lima kali sehari selama 7 hari), famciclovir (500 mg per 8 jam selama 7 hari), dan valacyclovir (1 gr tiga kali sehari selama 7 hari) mempersingkat
waktu penyembuhan ruam, durasi dan keparahan nyeri akut pada orang dewasa yang
menderita herpes zooster yang diobati dalam waktu 72 jam dari timbul ruam. (3)
Pada pasien Immunocompromised, dari hasil penelitian menggunakan placebo
pada pasien immunocompromised yang menderita herpes zooster menunjukkan bahwa
asiklovir IV (500 mg/m 2 selama 7 hari ) menghentikan perkembangan penyakit, baik
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
16/26
pada pasien dengan lokal herpes zooster, ataupun pada pasien yang lesinya sudah
menyebar sebelum diterapi. (3)
Pada pasien dengan immunocompromise ringan dan herpes zooster local,
acyclovir oral, valacyclovir, atau famcyclovir biasanya akan cukup memadai. (3)
Terapi antiinflamasi digunakan untuk mencegah PHN dan mengurangi nyeri
akut dimana PHN mungkin dapat disebabkan oleh peradangan ganglion sensorik dan
struktur saraf inilah alasan untuk penggunaan glukortikoid selama fase akut dari herpes
zooster. (3)
Beberapa ahli menganjurkan glukortikoid oral dibolehkan hanya pada orang
dewasa yang sehat dimana komplikasi ruam menyebabkan nyeri sedang hingga berat. (3)
Tabel 2. Pengobatan antiviral pada Herpes Zooster (3)
C. Analgesik
Tingkat keparahan nyeri akut pada Herpes Zooster harus ditentukan dengan
pemeriksaan nyeri standar sederhana. Dokter harus meresepkan analgesik non opiate
atau opiate dengan tujuan membatasi tingkat keparahan nyeri .(3)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
17/26
11. PENCEGAHAN
Sebuah vaksin menggunakan virus yang dilemahkan sama seperti vaksinasi padavaricella namun pada titer yang lebih tinggi, telah dilisensi untuk pencegahan terjadinya
herpes zooster (zoostavaks) sebesar 50%. (1)
Vaksin zoster tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang memiliki penyakit
akut yang parah, termasuk TB aktif yang tidak diobati, sampai penyakitnya sembuh.
Orang dengan leukemia, limfoma, atau neoplasma ganas lainnya yang mempengaruhi
sumsum tulang atau limfatik sistem, atau dengan AIDS atau manifestasi klinis infeksi
HIV lainnya, termasuk mereka yang CD4 + T-limfositnya berjumlah 200 per mm3 danatau 15% dari total limfosit seharusnya yang tidak menerima vaksin.Orang yang
mendapat terapi imunosupresif, termasuk terapi kortikosteroid dosis tinggi, tidak dapat
menerima vaksin. (3)
Vaksin VZV awalnya dikembangkan sebagai chickenpox vaccine dimana vaksin
hidup yang dilemahkan efektif untuk mencegah infeksi primer. Namun sebuah
penelitian menyebutkan bahwa untuk memperoleh peningkatan yang signifikan dari
daya tahan orang dewasa yang lebih tua diperlukan titer lebih tinggi dari vaksin hidup
yang dilemahkan ini, dikarenakan respon dari vaksinasi pada umumnya. Oleh karena
itu, sebuah vaksin baru (zoostavaks) dikembangkan khusus untuk perlindungan terhadap
terjadinya herpes zooster. (6)
Pencegahan dari vaksin herpes zooster adalah untuk meningkatkan kekebalan sel
mediated orang tua dari serangan VZV dengan cara meningkatkan kekebalan cell
mediated terhadap set point yaitu sebuah ambang imunologi dimana seseorang beresiko
untuk terjadinya zooster. Varicella adalah infeksi primer yang disebabkan oleh VZV
dan terkait dengan induksi dar sel T memori-VZV spesifik. Sel T memori VZV spesifik
ini akan menurun dengan bertambahnya usia. Penurunan ambang batas imunologi
terhadap VZV ini akan meningkatkan resiko herpes zooster. Pemberian vaksin zooster
ini pada akhirnya adalah untuk mencegah turunnya Sel T-VZV spesifik dibawah
ambang batas sehingga mencegah terjadinya herpes zooster pada orang tua. (6,7)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
18/26
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien Nama : Tn. S
Alamat : Alue Naga
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Tukang becak
Status Pernikahan : Menikah
Hp : 085296707930
No.RM : 0-70-63-10
Tanggal pemeriksaan : 14 September 2015
Anamnesis
Keluhan Utama : Bintil kecil berisi air di dada,leher dan pada lengan
atas.
Keluhan tambahan : Nyeri dan panas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Poliklinik penyakit kulit dan kelamin
dengan keluhan timbulnya bintil kecil berisi air di dada
kanan atas, lengan atas dan leher.Bintil kecil ini sudah
timbul sejak 2 hari yang lalu sebelum pasien datang
kerumah sakit. Awalnya keluhan diawali dengan rasa
panas ditempat timbulnya bintil, kemudian muncul
bercak kemerahan dan diikuti dengan timbulnya bintil
kecil berisi air. Keluhan ini juga disertai dengan rasa
panas dan nyeri. Tidak ada hal yang dapat memperberat
dan meringankan keluhan pasien. Pasien juga menderita
Diabetes mellitus sejak 8 tahun yang lalu dan rutin
kontrol gula darahnya ke poli endokrin RUDZA. Pasien
juga menderita sakit TB paru dan sedang mengkonsumsi
obat 6 bulan, dimana sekarang sudah minum obat 5
bulan.
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
19/26
Riwayat Pemakaian obat : Insulin Novomix, obat capsul berwarna merah untuk
obat TB paru, dan vitamin tablet berwarna kuning.
Riwayat penyakit dahulu : pernah menderita sakit cacar air pada umur 13 tahun.
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat Diabetes Mellitus pada ibu dan adik kandung
pasien.
Pemeriksaan fisik kulit
Status dermatologis
Regio : Bracii dekstra, thorakal anterior dekstra, colli
Deskripsi Lesi : Tampak vesikel bergerombol dengan dasar erithema jumlah multiple
dengan batas tegas tepi ireguler, ukuran plakat susunan zoosteriform
distribusi unilateral.
Pemeriksaan 14 September 2015
Gambar 6. Gambaran lesi pada thorakalis anterior, bracii, dan colli
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
20/26
Diagnosis banding
1. Herpes ZoosterCervicalis dan Thorakalis Dekstra
2. Dermatitis Kontak Iritan Toksik (akut)
3. Skabies
4. Impetigo Bullosa
Planning Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengakkan diagnosis adalah:
1. Tzank smearTidak dilakukan, namun diharapkan ditemukan sel raksasa berinti dan sel
epitel yang mengandung badan inklusi acidophilic intranuklear.
Resume
Seorang laki laki 55 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan
keluhan timbul bintil kecil berisi air sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit disertai
dengan rasa panas dan nyeri pada daerah bintil kecil berisi air tersebut. Pasien
mempunyai riwayat Diabetes Mellitus dan TB paru dalam pengobatan. Dari hasil
pemeriksaan fisik tampak vesikel bergerombol dengan dasar erithema jumlah multiple
dengan batas tegas tepi ireguler, ukuran plakat susunan zoosteriform distribusi
unilateral.
Diagnosis klinis
Herpes Zooster cervicalis dan Thorakalis sinistra
Tatalaksana
a. Farmakoterapi
Sistemik:
1.Valacyclovir 500 mg tab 3 x 2 selama 7 hari
2.Paracetamol 500 mg tab + Amitriptilin 25 mg tab 2 x 1 selama 7 hari
Topikal:
1.Bedak salysil talk ( sore)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
21/26
Edukasi
1. Penjelasan mengenai penyebab penyakit pasien.2. Larangan menggaruk karena garukan dapat menyebabkan lesi lebih sulit untuk
sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta berisiko terjadi infeksi
sekunder.
3. Pasien juga perlu diedukasi bahwa penyakit ini menular, yang dapat
menimbulkan varicela pada orang lain. Dengan demikian dalam sebaiknya
pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun orang yang belum pernah
mengalami varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan dengan pasien.4. Menjelaskan kepada pasien bahwa sakit ini dapt muncul akibat imunitas pasien
yang menurun akibat pasien menderita Diabetes Mellitus dan adanyanya riwayat
cacar air pada saat kecil, dan sakit ini dapat sembuh apabila pasien minum obat
teratur dan mengikuti instruksi dokter.
5. Penggunaan obat sesuai dengan instruksi dokter
Prognosis
1.Quo ad Vitam : dubia ad bonam
2.Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
3.Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
22/26
ANALISA KASUS
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke dokter dengan keluhan bentolan kecilyang berisi air di dada, leher, dan lengan atas yang timbul sejak 2 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya keluhan diawali dengan rasa panas ditempat
timbulnya bentolan, kemudian muncul bercak kemerahan dan diikuti dengan timbulnya
bentolan kecil berisi air. Keluhan ini juga disertai dengan rasa panas dan nyeri. Hal ini
sesuai dengan teori yang menjelaskan bahwa gejala yang dirasakan pasien Herpes
Zooster adalah pertama biasanya rasa sakit, yang bisa berat, dan nyeri terlokalisasi ke
daerah-daerah dari satu atau lebih yang dipersarafi nervus spinalis. Rasa sakit dapat
terlokalisasi tajam pada daerah yang sama tapi mungkin lebih menyebar . Kemudian
diiukuti dengan timbunya ruam. (2,3)
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak lesi pada region cervicalis, bracii dan
thorakalis dekstra berupa vesikel bergerombol dengan dasar erithema jumlah multiple
dengan batas tegas tepi ireguler, ukuran plakat susunan zoosteriform distribusi
unilateral. Dari Pemeriksaan fisik yang dilakukan tersebut didapatkan bahwa Lesi yang
terlihat cukup karakteristik untuk herpes zoster, yang mana timbul gejala kulit yangunilateral, bersifat dermatomal sesuai dengan persarafan. Lesi yang timbul juga khas
berupa vesikel yang berkelompok, dengan dasar berupa kulit yang eritematosa
(kemerahan). Keseluruhan penampakan kulit maupun gejala subjektif berupa nyeri
sangat menyokong ke arah herpes zoster. (3)
Pada pasien juga terdapat riwayat varicella sebelumnya yang dapat menyokong
kearah diagnosis dimana pada teori herpes zooster adalah reaktivasi dari Virus Varicella
Zooster. (3) Pasien juga menderita Diabetes Mellitus sejak 8 tahun yang lalu dan rutin
kontrol gula darahnya ke poli endokrin RUDZA. Pasien juga menderita sakit TB paru
dan sedang mengkonsumsi obat 6 bulan, dimana sekarang sudah minum obat 5 bulan.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa Insiden Herpes Zoster secara substansial lebih besar
pada orang-orangdengan gangguan penyakit tertentu, termasuk keganasan
hematologi,tumor padat, human immunodeficiency virus (HIV),transplantasi sel induk
hematopoietik, dan systemic lupuserythematosis. Selanjutnya, hubungan antara Herpes
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
23/26
Zoster danDiabetes Mellitus telah diteliti, meskipun dengan berbagaihasil. Namun,
sebuah studi yang berpopulasi besar baru-baru inijelas menunjukkan bahwa Diabetes
Mellitus merupakan faktor resiko pada penderita Herpes Zoster.Pada teori menyatakan
bahwa respon imun bawaan yaitu kemotaksis, fagositosis, dan pembunuhan sel oleh
polimorfonuklearsel dan monosit/makrofag lebih rendah pada pasien Diabetes Mellitus
daripada orang sehat.Selain itu, beberapa mikroorganisme dapat menempel lebih baik
untuk menjadi tuan rumah di jaringan dalam lingkungan yang tinggi-glukosa yang ada
pada pasien dengan Diabetes Mellitus dibandingkan pada orang sehat. (8)
Pasien berjenis kelamin laki-laki dan berumur 75 tahun dimana pada insiden
terjadinya herpes zooster menurut teori dimana tidak ada perbedaan dalam morbiditas
antara pria dan wanita. Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara, diperkirakan ada
sekitar 1,5-3 per 1000 orang per tahun pada segala usia dan kejadian meningkat tajam
pada usia lebih dari 60 tahun yaitu sekitar 7-11 per 1000 orang per tahun. Insiden herpes
zoster meningkat seiring bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada
usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun. (9)
Pada pasien ini diberikan terapi Sistemik antiviral Valacyclovir 500 mg tab 3 x
2 selama 7 hari dan diberi analgesic Paracetamol 500 mg tab + Amitriptilin 25 mg tab 2x 1 selama 7 hari. Menurut teori dimana pengobatan antiviral pada herpes zooster yaitu
acyclovir 800 mg oral 5 kali sehari dalam 7-10 hari, famcyclovir 500 mg oral 3 kali
sehari dan valacyclovir 1000 mg oral 3 kali sehari selama 7 hari. Valacyclovir dan
famcyclovir umumnya lebih disukai karena bioavaibilitasnya tinggi. Pada pasien
Immunocompromised dapat diberikan acyclovir intravena dengan dosis 10 mg/kg setiap
8 jam karena dapat beresiko Herpes Zooster berulang, tapi ketika infeksi sudah dapat
dikendalikan (ketika tidak ada vesikel baru), terapi dapat beralih ke terapi oral. Pada pasien yang immunocompromised tidak begitu parah, terapi dapat dimulai dengan oral
(terutama valacyclovir atau famcyclovir) ditambah dengan pengawasan yang ketat.
Sesuai dengan teori, untuk pemberian analgesic untuk nyeri neropatic lini pertama
adalah Tricylics yaitu Amitriptylin, Nortryptiline,desipiramine, imipiramine osis awal
10-25 mg, dan ditingkatkan 10 mg setiap 3 7 hari dengan dosis maksimum 150 mg. (10)
TCA telah diakui khasiatnya untuk mengobati PHN dan nyeri neuropatik
lainnya. Pada suatu penelitian disebutkan bahwa pada percobaan terkontrol amitriptilin
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
24/26
(25 mg sekali sehari selama 3 hari selama 3 bulan dimulai dari 48 jam setelah ruam
timbul) meneliti sebuah kelompok pasien yang juga diobati dengan antivirus didapatkan
bahwa amitriptilin dapat mengurangi kejadian PHN sekitar 50%. (11)
Pasien ini juga diberikan obat topikal yaitu bedak salysil talk yang mengandung asam
salisilat 2%. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Pengobatan topikal diberikan bedak jika
masih stadium vesikel, dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar
tidak terjadi infeksi sekunder. (12) Asam salisilat 1 - 2% dapat sebagai anti-pruritus, efek
keratoplastik pada konsentrasi 0,5-2%. (13)
Pada pasien yang menderita herpes zooster juga dapat diberikan antibiotik
apabila terjadi infeksi sekunder. (13) Bakteri suerinfeksi dari lesi lokal dapat diterapi
dengan merendam air panas, selulitis bacterial dapt diberikan antibiotk sistemik. (3)
Sebagai edukasi pasien diingatkan untuk menjaga kebersihan lesi agar tidak
terjadi infeksi sekunder. Edukasi larangan menggaruk karena garukan dapat
menyebabkan lesi lebih sulit untuk sembuh atau terbentuk skar jaringan parut, serta
berisiko terjadi infeksi sekunder. Selanjutnya pasien tetap dianjurkan mandi, mandi
dapat meredakan gatal. Untuk mengurangi gatal dapat pula menggunakan losio kalamin.
Untuk menjaga lesi dari kontak dengan pakaian dapat digunakan dressing yang steril,non-oklusif, dan non-adherent . Pasien juga perlu diedukasi bahwa pada orang yang
belum pernah mengalami cacar air, dapat terjadi penyebaran virus VZV ke pejamu lain,
yang dapat menimbulkan varicela pada orang lain. Dengan demikian dalam fase ini
sebaiknya pasien tidak membiarkan anak-anak ataupun orang yang belum pernah
mengalami varicela sebelumnya untuk bermain atau berdekatan dengan pasien. (9)
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
25/26
DAFTAR PUSTAKA
1. James WD, Berger T, Elston D. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology: Elsevier Health Sciences; 2011. P:360-367
2. Tony Burns, Stephen Breathnach, Neil Cox, Griffiths C. Rook's Textbook of
Dermatology 8th Ed, Volume 2:Sterling, JC; 2010.1511-1517
3. Rosen T. fitzpatrick's. Dermatology in General Medcine. In: Schmader KE and
Oxman MN, editor. 8 ed2010. p. 2383-2340
4. Weaver, BA. Herpes Zooster Overview: Natural History and
Incidence.2009.JAOA.Suplemen 2.vol.109(6).p.S2-S6.
5. Buxton,PK. ABC of Dermatology.4 ed.2003.Lodon: BMJ Publishing.
6. Kimberlin, DW. Richard J, and Whitley MD. Varicella-Zooster Vaccine for the
Prevention of Herpes Zooster. The New England Journal of Medicine.2007.
335:13.p.1338-1343.
7. Levin,MJ, Oxman MN, Zhang,Jh. Et all. Varicella Zooster Virus Spesific ImmuneResponses in Elderly Recipient of a Herpes Zooster Vaccine.The Journal of
Infection Disease. 2008:197.p.825-35.
8. Okomoto,S. Hata A, Kay S. Koichi Y And Yasuko M. Comparison of Varicella-
Zooster Virus Specific Immunity of Patiens with Diabetes Mellitus and Healthy
Individuals. The Journal Of Infection Disease. 2009.November. p: 1606-1610.
9.
Saragih IV. Herpes Zooster pada Geriatri.Medula.2014.January;Vol 2(1).p.14-21
10. Guy B , Jovey R MD, Elliot CT And Patrick DM. Management and Pretvention of
Herpes zooster: A Canadian Perspective.Can J Dis Med Microbiol.2010.Vol
21(1).p.45-52.
11. Dworkin, RH, Johnson, RA, et all. Recommendations for the management erpes
Zooster.Clinical infection disease.2007:44.p.S1-26
-
7/25/2019 Laporan kasus Herpes Zooster Yulia dan Mukhlis.pdf
26/26
12. Sinaga D. Pengobatan Herpes Zooster (HZ) Ophtalmica Dekstra dalam Jangka
Pendek Serta Pencegahan PostHerpetic Neuralgia (PHN).Jurnal Ilmiah
Widia.2014.Octobe.Vol 2(3).p.24-29
13. Sulistyaningrum, SK, Nilasari H, And Effendi EH. Penggunaan Asam Salisilat
dalam Dermatologi. J Indon Med Assoc.2012. Vol 62(7).p.277-279